Anda di halaman 1dari 16

Sosialisasi KECE ABIS (Kenali dan Cegah Bahaya ISPA) untuk Menurunkan

Kasus ISPA di Desa Kawengen


Ardianti Lestari1, Arum Siwiendrayanti1, Nanik Prihati2,
1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang
2
Desa Kawengen, Kabupaten Semarang
*email : ardiantilestari19@gmail.com

Pendahuluan: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) didefinisikan sebagai penyakit saluran

pernapasan yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya

gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam,

batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, pilek, sesak nafas, mengi atau kesulitan nafas (WHO, 2007). Hasil

survey Riskesdasdes di Dusun Jatirejo, Selelu, Watupawon menunjukkan 48% responden

mengalami ISPA dan telah ditangani oleh petugas kesehatan. Dari 63 responden yang mengisi

kusioner pengetahuan tentang ISPA, sebanyak 76% tidak mengetahui tentang apa itu penyakit

ISPA.Meningkatkan pengetahuan warga tentang penyakit ISPA penting untuk mencegah banyaknya kasus

ISPA serta memberikan kesadaran warga untuk melakukan pencegahan melalui menjaga kebersihan

dengan program Sosialisasi KECE ABIS (Kenai dan Cegah Bahaya ISPA).

Metode: Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan

menggunakan desain eksperimental, sedangkan untuk prioritaas masalah menggunakan metode

hanlon kuantittif, dan metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi wawancara dan

studi literasi.

Hasil: Kegiatan Sosialisasi KECE ABIS (Kenali dan Cegah Bahaya ISPA) dilaksanakan

di Dusun Watupawon, tepatnya di RT 01 dengan peserta sebanyak 45 orang ibu-ibu anggota PKK

Dawis di RT 01 Dusun Watupawon dengan prosentase peserta hadir yaitu 90% dari target yang
diundang. Kehadiran tim pelaksana sebesar 100%, dengan media yang sesuai dengan rencana,

yaitu satu buah leaflet. Berdasarkan hasil pretest dan posttest diketahui bahwa sosialisasi tersebut

mampu meningkatkan pengetahuan ibu-ibu anggota PKK Dawis tentang ISPA.

Pembahasan: Kegiatan sosialisasi Kenali dan Cegah Bahaya ISPA dilaksanakan hari

Jumat, 15 November 2019 di rumah salah satu warga anggta PKK Dasa Wisma RT 01 Dusun

Watupawon, Desa Kawengen, Kecamata Ungaran Timur, Kabupaten Semarang pada pukul 15.30

WIB. Sasaran dalam kegiatan ini yaitu ibu-ibu anggota PKK Dawis RT 01 Dusun Watupawon,

Desa Kawengen, Kecamaan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang yan berjumlah 50 orang.

Sosialisasi Kenali dan Cegah Bahaya ISPA bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan warga

tentang apa itu penyakit ISPA, apa saja penyebabnya, bagaimana penularannya, gejala yang

dialami penderita, pengobatan apa yang bisa dilakukan dan bagaimana mencegahnya, sehingga

diharapkan warga sadar dan meningkatkan upaya pencegahan agar dapat menekan penularan

penyakit tersebut sekaligus menurunkan angka kesakitannya di Desa Kawengen.

Kata Kunci: ISPA,pengetahuan, Sosialisasi


KECE ABIS (Kenali dan Cegah Bahaya ISPA) Socialization to reduce ARI
Cases in Kawengen Village
Ardianti Lestari1, Arum Siwiendrayanti1, Nanik Prihati2,
1
Public Health Science Department, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang
2
Kawengen Village, Semarang District
*email : ardiantilestari19@gmail.com

Introduction: Acute Respiratory Infection (ARI) is defined as a respiratory disease caused by an

infectious agent that is transmitted from human to human. The onset of symptoms is usually rapid,

that is, within a few hours to several days. Symptoms include fever, coughing, and often sore

throat, runny nose, shortness of breath, wheezing or difficulty breathing (WHO, 2007).

Riskesdasdes survey results in Jatirejo Hamlet, Selelu, Watupawon showed 48% of respondents

had ARI and had been dealt with by health workers. Of the 63 respondents who filled out the

knowledge questionnaire about ARI, as many as 76% did not know what ARI disease was.

Increasing citizens' knowledge about ARI was important to prevent many cases of ARI as well as

providing citizens awareness to take precautions through maintaining cleanliness with the KECE

ABIS Socialization program (Kenai and Preventing the Dangers of ARI).

Method: This type of research used for this research is to use a experimental design, whereas for

prioritization the problem uses the quantitative hanlon method, and the data collection method

uses interview observation techniques and literacy studies.

Results: The KECE ABIS socialization activity (Recognize and Prevent Dangers of ARI) was

carried out in Watupawon Hamlet, precisely in RT 01 with 45 participants from Dawis PKK

members in RT 01 of Watupawon Hamlet with the percentage of participants present, 90% of the
target invited. The presence of the implementation team by 100%, with the media in accordance

with the plan, namely one leaflet. Based on the results of the pretest and posttest it is known that

the socialization is able to increase the knowledge of PKS Dawis members about ARI.

Discussion: The ARI socialization program recognizes and prevents the danger to be held on

Friday, 15 November 2019 at the home of one of the PKK Dasa Wisma RT 1 residents in

Watupawon Hamlet, Kawengen Village, Ungaran Timur District, Semarang Regency at 15.30

WIB. The targets in this activity are the PKK Dawis RT 01 members of Watupawon Hamlet,

Kawengen Village, Ungaran Timur Subdistrict, Semarang Regency with a total of 50 people.

Socialization Identify and Prevent Dangers of ARI aims to increase knowledge of citizens about

what ARI disease is, what causes it, how it is transmitted, symptoms experienced by sufferers, what

treatment can be done and how to prevent it, so that citizens are expected to be aware of and

increase prevention efforts in order to suppress transmission. the disease also reduced the number

of illnesses in Kawengen Village.

Keywords: ARI, knowledge, Sosialization


PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

balita didunia. Penyakit ini paling banyak terjadi di negara-negara berkembang di dunia. Populasi penduduk

yang terus bertambah dan tidak terkendali mengakibatkan kepadatan penduduk di suatu wilayah yang tidak

tertata baik dari segi aspek sosial, budaya dan kesehatan (Adesanya & Chiao, 2107). Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh agen

infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu

beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok,

pilek, sesak nafas, mengi atau kesulitan nafas (WHO, 2007). Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi

terkena ISPA dapat dibagi menjadi faktor karakteristik individu dan faktor lingkungan. Karakteristik

individu seperti umur, jenis kelamin, lama kerja dan status gizi serta kebiasaan merokok dan pemakaian

APD masker. Faktor lingkungan meliputi kelembaban, dan pencemaran udara yang di dalamnya meliputi

keberadaan perokok di dalam rumah (Wijyanti & Indarjo, 2017).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terdapat faktor risiko tertentu yang berhubungan

dengan kejadian ISPA diantaranya faktor kondisi lingkungan rumah. Kondisi lingkungan rumah yang dapat

mempengaruhi kualitas udara dalam rumah dan memicu terjadinya ISPA, diantaranya environmental

tobacco smoke (ETS) atau pajanan asap rokok didalam rumah, penggunaan bahan bakar memasak yang

berisiko seperti kayu bakar, batubara dan arang, dan buruknya sirkulasi udara didalam rumah (Zahra &

Assetya, 2017).

Pengenalan infeksi saluran pernapasan akut pada pasien, khususnya jenis ISPA yang diderita,

sangat penting untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi. Sebagian dari penyakit ini berpotensi menyebar

dengan cepat dan bisa menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan publik. ISPA yang dapat

menimbulkan kekhawatiran harus dikenali dan dilaporkan sedini mungkin. Pasien yang terinfeksi harus

diberi perawatan dan pelayanan yang sesuai dan langkah pencegahan dan pengendalian infeksi harus segera

dilakukan untuk mengurangi penularan lebih lanjut penyakit tersebut (WHO, 2008).
Organisme yang menyebabkan ISPA biasanya ditularkan melalui droplet. Saat seorang pasien

ISPA batuk atau bersin, droplet sekresi kecil dan besar tersembur ke udara dan permukaan sekitar. Droplet

besar perlahan-lahan turun ke permukaan di sekitar pasien (biasanya dalam jarak 1 meter dari pasien).

Permukaan tersebut bisa juga terkontaminasi melalui kontak dengan tangan, sapu tangan/tisu yang sudah

dipakai, atau benda lain yang sudah bersentuhan dengan sekret tersebut. Cairan tubuh lain dan feses bisa

juga mengandung bahan infeksius. Karena itu, ISPA dapat ditularkan oleh aerosol dari saluran pernapasan

atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Karena itu, selain penggunaan alat

pelindung tertentu terhadap droplet (yaitu, masker bedah), beberapa unsur kewaspadaan standar, seperti

kebersihan pernapasan, kebersihan tangan, kebersihan lingkungan, dan pengelolaan limbah, juga sangat

penting untuk membantu mencegah penularan ISPA (WHO, 2008).

Berdasarkan data dari Puskesmas Kalongan tahun 2018, penyakit ISPA merupakan penyakit

yang paling banyak diderita masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kalongan yaitu sebanyak

1087 kasus. Diagnosis ISPA menurut dokter 34,21% atau sejumlah 26 orang dari 76 sampel KK.

Sedangkan orang yang mengalami gejala ISPA sebanyak 22,36% atau 17 orang dari 76 sampel

KK. Begitu juga angka kesakitan ISPA di Puskesmas Pembantu di Kawengen pada 2019

mennjukkan angka yang fluktuatif dan tidak menunjukkan penurunan yang signifikan.

Hasil survey Riskesdasdes di Dusun Jatirejo, Selelu, Watupawon menunjukkan 48%

responden mengalami ISPA dan telah ditangani oleh petugas kesehatan. Dari 63 responden yang

mengisi kusioner pengetahuan tentang ISPA, sebanyak 76% tidak mengetahui tentang apa itu

penyakit ISPA.

Oleh karena itu meningkatkan pengetahuan warga tentang penyakit ISPA penting untuk

mencegah banyaknya kasus ISPA serta memberikan kesadaran warga untuk melakukan

pencegahan melalui menjaga kebersihan dengan program Sosialisasi KECE ABIS (Kenai dan

Cegah Bahaya ISPA).


METODE

Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan desain

eksperimental, sedangkan untuk prioritaas masalah menggunakan metode hanlon kuantittif, dan

metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi wawancara dan studi literasi. Program

Sosialisasi Kenali dan Cegah Bahaya ISPA bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan warga

tentang apa itu penyakit ISPA, apa saja penyebabnya, bagaimana penularannya, gejala yang

dialami penderita, pengobatan apa yang bisa dilakukan dan bagaimana mencegahnya, sehingga

diharapkan warga sadar dan meningkatkan upaya pencegahan agar dapat menekan penularan

penyakit tersebut sekaligus menurunkan angka kesakitannya di Desa Kawengen.

Kegiatan analisis situasi dilakukan dengan menggunakan sumber data primer maupun data

sekunder untuk mengetahui gambaran kondisi masyarakat, baik secara geografis maupun kondisi

demografi masyarakat Dusun Watupawon, Desa Kawengen. Data-data sekunder dikumpulkan

pada tanggal 21 Oktober- 3 November 2019, sedangkan data primer dikumpulkan pada tanggal 5-

7 November 2019.

Data primer diperoleh menggunakan metode observasi menggunakan kusioner dan

wawancara mendalam. Sedangkan data sekunder diperoleh Profil Kesehatan Puskesmas

Kalongan, data Desa Kawengen, data dari bidan Desa Kawengen.

HASIL

Kegiatan Sosialisasi KECE ABIS (Kenali dan Cegah Bahaya ISPA) dilaksanakan di Dusun

Watupawon, tepatnya di RT 01 dengan peserta sebanyak 45 orang ibu-ibu anggota PKK Dawis di

RT 01 Dusun Watupawon dengan prosentase peserta hadir yaitu 90% dari target yang diundang.

Kehadiran tim pelaksana sebesar 100%, dengan media yang sesuai dengan rencana, yaitu satu
buah leaflet. Berdasarkan hasil pretest dan posttest diketahui bahwa sosialisasi tersebut mampu

meningkatkan pengetahuan ibu-ibu anggota PKK Dawis tentang ISPA.

PEMBAHASAN

Kegiatan sosialisasi Kenali dan Cegah Bahaya ISPA dilaksanakan hari Jumat, 15

November 2019 di rumah salah satu warga anggta PKK Dasa Wisma RT 01 Dusun Watupawon,

Desa Kawengen, Kecamata Ungaran Timur, Kabupaten Semarang pada pukul 15.30 WIB.

Sasaran dalam kegiatan ini yaitu ibu-ibu anggota PKK Dawis RT 01 Dusun Watupawon,

Desa Kawengen, Kecamaan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang yan berjumlah 50 orang.

Sosialisasi Kenali dan Cegah Bahaya ISPA bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

warga tentang apa itu penyakit ISPA, apa saja penyebabnya, bagaimana penularannya, gejala yang

dialami penderita, pengobatan apa yang bisa dilakukan dan bagaimana mencegahnya, sehingga

diharapkan warga sadar dan meningkatkan upaya pencegahan agar dapat menekan penularan

penyakit tersebut sekaligus menurunkan angka kesakitannya di Desa Kawengen.

Sebelum pelaksanaan Sosilisasi Kenali dan Cegah Bahaya ISPA, terlebih dahulu TIM PKL

meminta izin kepada Kepala Dusun Watupawon untuk kemudian dilanjutkan kepada Ketua RT 01

dan koordinasi dengan Ketua PKK Dasa Wisma terkait tempat dan waktu pelaksanaannya.

Sehingga ditetapkan waktu pelaksanaan pada Jumat, 15 November 2019 di kediaman salah satu

ibu anggota PKK Dawis RT 01 Dusun Watupawon bernama Ibu Rohmah Sebelum sosialissi

dimulai ibu-ibu anggota PKK yang hadir diminta untuk mengisi pretest guna mngetahui sejauh

mana ibu-ibu anggota PKK Dawis mengetahui tentang penyakit ISPA. Setelah sosialisasi selesai

mereka kemudian mengerjkan soal post test untuk melihat adakah peningkatan pengetahuan

tentang ISPA pada pada ibu-ibu anggota PKK Dawis tersebut.


Dari hasil pengisian pre test dan post test diperoleh hasil peningkatan pengetahuan sebelum

dan sesudah diberikannya sosialisasi. Berdasarkan hasil pretest 50% peserta sosialisasi belum

mengeahui tenang ISPA, setelah dilakukan sosialisasi tentang ISPA tesebut berdasarkan hasil

posttest diketahui terjadi peningkatan pengetahuan dari 50% menjadi 80%.

Kendala dalam kegiatan Sosialisasi Kenali dan Cegah Bahaya ISPA yaitu suasana yang

tidak kondusif saat mendekati akhir acara, sehingga informasi di akhir acara kurang diperhatikan

dan sulit dikondisikan.

PENUTUP

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan yang

disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat,

yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga

nyeri tenggorok, pilek, sesak nafas, mengi atau kesulitan nafas.

Hasil survey Riskesdasdes di Dusun Jatirejo, Selelu, Watupawon menunjukkan 48%

responden mengalami ISPA dan telah ditangani oleh petugas kesehatan. Dari 63 responden yang

mengisi kusioner pengetahuan tentang ISPA, sebanyak 76% tidak mengetahui tentang apa itu

penyakit ISPA.

Meningkatkan pengetahuan warga tentang penyakit ISPA penting untuk mencegah

banyaknya kasus ISPA serta memberikan kesadaran warga untuk melakukan pencegahan melalui

menjaga kebersihan dengan program Sosialisasi KECE ABIS (Kenai dan Cegah Bahaya ISPA).

Kegiatan sosialisasi Kenali dan Cegah Bahaya ISPA dilaksanakan hari Jumat, 15 November 2019

di rumah salah satu warga anggta PKK Dasa Wisma RT 01 Dusun Watupawon, Desa Kawengen,

Kecamata Ungaran Timur, Kabupaten Semarang pada pukul 15.30 WIB. Dari hasil pengisian pre

test dan post test diperoleh hasil peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikannya

sosialisasi. Berdasarkan hasil pretest 50% peserta sosialisasi belum mengeahui tenang ISPA,
setelah dilakukan sosialisasi tentang ISPA tesebut berdasarkan hasil posttest diketahui terjadi

peningkatan pengetahuan dari 50% menjadi 80%.

DAFTAR PUSTAKA

Adesanya, O. A., & Chiao, C. (2107). Environmental risks associated with symptoms of acute
respiratory infection among preschool children in North-Western and South-Southern
Nigeria Communities. International Journal of Environment Research and Public Health,
1-10.
WHO. (2007). WHO.
WHO. (2008). Pencegahan dan pengendalian infeksi: infeksi saluran pernapasan akut. Jakarta:
WHO.
Wijyanti, T., & Indarjo, S. (2017). GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN
PENDERITA ISPA PADA PEKERJA PABRIK DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA
IX (PERSERO) KEBUN BATUJAMUS/ KERJOARUM KARANGANYAR. Journal of
Health Education, 58-64.
Zahra, & Assetya, O. (2017). KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DAN KEJADIAN ISPA
PADA BALITA. Jurnal Ekologi Kesehatan, 121-129.
Dokumentasi Kegiatan
Media
PRE TEST SOSIALISASI KECE ABIS (KENALI DAN CEGAH BAHAYA ISPA)

Nama:
Usia:

Jawaban
No Pernyataan
Benar Salah
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang
1 saluran pernapsan yang membulkan gejala batuk, pilek, disertai
demam.
Penyebab ISPA adalah virus dan bakteri yng mudah sekali
2
menular.
ISPA menular melalui kontak dengan percikan liur orang yang
3
sakit ISPA
Anak-anak dan lansia adalah kelompok yang mudah tertular
4
ISPA
5 Nyeri tenggorokan adalah gejala ISPA
Meredakan batuk dengan minum lemon hangat atau madu
6
hangat
7 Perokok aktif bukan kelompok yang mudah tertular

Sentuhan dengan benda yang tercampur tidak dapat


8
menularkan ISPA
9 Nyeri otot buakn termasuk gejala ISPA

10 Vaksinasi tidak dapat mencegah ISPA


POST TEST SOSIALISASI KECE ABIS (KENALI DAN CEGAH BAHAYA ISPA)

Nama:
Usia:

Jawaban
No Pernyataan
Benar Salah
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang
1 saluran pernapsan yang membulkan gejala batuk, pilek, disertai
demam.
Penyebab ISPA adalah virus dan bakteri yng mudah sekali
2
menular.
ISPA menular melalui kontak dengan percikan liur orang yang
3
sakit ISPA
Anak-anak dan lansia adalah kelompok yang mudah tertular
4
ISPA
5 Nyeri tenggorokan adalah gejala ISPA
Meredakan batuk dengan minum lemon hangat atau madu
6
hangat
7 Perokok aktif bukan kelompok yang mudah tertular

Sentuhan dengan benda yang tercampur tidak dapat


8
menularkan ISPA
9 Nyeri otot buakn termasuk gejala ISPA

10 Vaksinasi tidak dapat mencegah ISPA

Anda mungkin juga menyukai