Oleh:
FAJAR AZHARI
2015310039
1. Judul :
Evaluasi Geometri Jalan Tambang Antara Lokasi Tambang Dengan
Stockpile Di Tambang Batubara PT. Satria Bahana Sarana, Tanjung
Enim, Sumatera Selatan.
2. Peneliti
a. Nama : Fajar Azhari
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIM 2015310039
d. Semester : VI (Enam)
e. Sekolah Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Teknik Prabumulih
f. Jurusan : Teknik Tambang
Mengetahui,
Ketua STIT-P
Ahmad Husni, ST
NIY.196910061999100003
BAB 1
PENDAHULUAN
STIT Prabumulih |1
1.2. Batasan Masalah
STIT Prabumulih |2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
STIT Prabumulih |3
jalan yang lebih lebar akibat dari jejak ban depan dan belakang yang
ditinggalkan diatas jalan melebar. Selain itu, untuk menghitung lebar jalan
harus mempertimbangkan jumlah lajur yaitu, lajur tunggal untuk jalan satu
arah atau lajur ganda untuk jalan dua arah.
1. Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Menurut AASHO Manual Rural High Way Design, lebar jalan
minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda ataupun lebih, harus
ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan
kanan jalan.
Penentuan lebar jalan minimum pada jalan lurus dapat digunakan
cara rule of thumb, yaitu jumlah lajur dikali dengan lebar alat angkut
ditambah setengah lebar alat angkut untuk masing-masing tepi kiri,
kanan, dan jarak antara dua alat angkut yang sedang bersilangan.
Persamaan yang digunakan yaitu:
……..……….……..…………(2.1)
Dimana :
L(m) = lebar jalan angkut minimum, (m)
N = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut total, (m)
STIT Prabumulih |4
2. Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu dibuat lebih lebar dari pada
jalan lurus. Hal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi adanya
penyimpangan lebar alat angkut yang disebabkan oleh sudut yang
dibentuk roda depan dengan badan alat angkut saat melintasi tikungan.
Lebar jalan minimum pada tikungan untuk lajur ganda didasarkan atas:
a. Lebar jejak roda
b. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan
belakang pada saat membelok
c. Jarak antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan
d. Jarak dari kedua tepi jalan.
……………….…………………(2.2)
…………………………………………….(2.3)
Dimana:
Wmin = lebar jalan angkut minimum pada belokan, (m)
STIT Prabumulih |5
U = lebar jejak roda, (m)
Fa = lebar juntai depan, (m)
Fb = lebar juntai belakang, (m)
Z = lebar bagian tepi jalan, (m)
C = jarak antar kendaraan, (m)
…………………………………………………………(2.4)
Dimana :
R = Jari-jari belokan jalan angkut, (m)
W = Jarak poros roda depan dan belakang, (m)
β = sudut penyimpangan roda depan, (°)
STIT Prabumulih |6
Rumus diatas adalah perhitungan matematis untuk lengkungan
tikungan jalan tanpa mempertimbangkan faktor-faktor kecepatan
kendaraan alat angkut, gesekan roda dengan permukaan jalan dan
superelevasi. Jika ketiga faktor tersebut diperhitungkan, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:
……………...………………………...(2.5)
Dimana:
Rmin = jari-jari belokan minimal, (m)
Emaks = superelevasi maksimal, (mm/m)
Fmaks = koefisien gesekan melintang maksimum (0,15)
V = kecepatan rencana, (km/jam)
……………...………………………………………...(2.6)
Dimana:
E = angka superelevasi
F = faktor gesekan
V = kecepatan, (km/jam)
R = jari-jari tikungan, (m)
STIT Prabumulih |7
Kecepatan rencana ( Kecepatan rencana ( Koefisien
mph) km/jam)
20 32 0,17
30 48 0,16
40 64 0,15
50 80 0,14
60 97 0,12
70 113 0,10
80 129 0,08
Sumber : Oglesby, 1990
...............…………………………………(2.7)
Dimana:
beda tinggi dari dua titik yang diukur, (m)
jarak datar antara dua titik yang diukur, (m)
STIT Prabumulih |8
Perkerasan jalan angkut harus cukup kuat untuk menahan berat
kendaraan dan muatan yang dilaluinya. Permukaan jalannya harus dapat
menahan gesekan roda kendaraan, pengaruh air permukaan atau air
limpasan dan hujan. Tujuan utama dari perkerasan jalan angkut adalah
untuk membangun dasar jalan yang mampu menahan beban pada poros
roda yang diteruskan melalui lapisan fondasi, sehingga tidak melebihi
daya dukung tanah dasar.
Kontruksi jalan secara umum terdiri dari beberapa lapisan-lapisan
yaitu:
1. Lapisan permukaan
Lapisan permukaan adalah lapisan yang langsung dengan beban
roda kendaraan, yang memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai lapis perkerasan penahan beban roda yang mempunyai
STIT Prabumulih |9
3. Lapisan pondasi bawah
Lapisan pondasi bawah adalah lapisan pengerasan yang terletak
diatas lapisan dasar dan dibawah lapisan pondasi atas, yang berfungsi
sebagai berikut:
a. Menyebarkan beban roda kendaraan ketanah dasar.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
kedua dari data yang kita butuhkan. Fungsi dari data sekunder
adalah sebagai data pendukung, memberi keterangan, pembanding
, dan untuk mengungkap suatu objek penelitian. Data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data curah hujan
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan beberapa perhitungan maupun
penggambaran yang selanjutnya dalam bentuk hasil dan bentuk
penjelasan.
4. Analisa dan kesimpulan
Dari hasil pengolahan data akan dilakukan analisa pada akhirnya
didapatkan kesimpulan.
Judul:
Kajian Geometri Jalan Tambang antara lokasi tambang
dengan Stockpile di Tambang Batubara PT. Satria Bahana
Sarana, Tanjung Enim, Sumatera Selatan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Selesai
Sumber: Penulis
2 Pengumpulan referensi
dan data
3 Pengolahan data
4 Konsultasi dan
bimbingan
3.4. Penutup
Riyanto, Agus triantoro, Riswan, Yosua dinata olla, 2016. Evaluasi Jalan
Tambang Berdasarkan Geometri Dan Daya Dukung Pada Lapisan
Tanah Dasar Pit Tututpan Area High wall. Jurnal Himapsata Vol. 1,
No.2.
Rifandy Dan Hefni, 2016. Kajian Teknis Geometri Jalan Hauling Pada PT.
Guruh Putra Bersama Site Desa Gunung Sari Kecamatan Tabang
Kabupaten Kutai Kartanegara. JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)