Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

PENELITIAN TUGAS AKHIR

EVALUASI GEOMETRI JALAN TAMBANG ANTARA LOKASI


TAMBANG DENGAN STOCKPILE DI TAMBANG
BATUBARA PT. SATRIA BAHANA SARANA, TANJUNG
ENIM, SUMATERA SELATAN

Oleh:

FAJAR AZHARI
2015310039

TEKNIK PERTAMBANGAN (D3)


SEKOLAH TINGGI ILMU TEKNIK PRABUMULIH
2018
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN
TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul :
Evaluasi Geometri Jalan Tambang Antara Lokasi Tambang Dengan
Stockpile Di Tambang Batubara PT. Satria Bahana Sarana, Tanjung
Enim, Sumatera Selatan.

2. Peneliti
a. Nama : Fajar Azhari
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIM 2015310039
d. Semester : VI (Enam)
e. Sekolah Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Teknik Prabumulih
f. Jurusan : Teknik Tambang

3. Lokasi Penelitian : PT. Satria Bahana Sarana, Tanjung Enim,


Sumatera Selatan.

Mengetahui, Prabumulih, 04 April 2018


Dosen Pembimbing Proposal Penulis,

Reni Arisanti, ST Fajar Azhari


NIY. 197701072014090041 NIM.2015310039

Mengetahui,
Ketua STIT-P

Ahmad Husni, ST
NIY.196910061999100003
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Definisi pertambangan menurut UU Minerba N0.4 tahun 2009 ialah,


sebagian atau seluruh tahap kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pasca tambang.
Setiap kegiatan penambangan memerlukan sarana infrastruktur
seperti jalan tambang, baik itu didalam area penambangan ataupun
disekitarnya. Jalan tambang memiliki fungsi sebagai penghubung lokasi
atau area penting, seperti perkantoran, perumahan karyawan, crushing
plant, stockpile, dan tempat-tempat yang lain di area penambangan. Selain
itu, untuk mengoptimalkan hasil produksi yang sesuai dengan target,
kondisi jalan tambang harus bagus (Dwihasan, 2016). Dalam hal ini desain
geometri jalan tambang di fokuskan pada kondisi fisik jalan. Adapun hal-
hal yang harus diperhatikan dalam geometri jalan tambang antara lain,
lebar jalan lurus, lebar jalan pada tikungan, jari-jari pada tikungan,
kemiringan jalan, dan perkerasan jalan.
Kegiatan penambangan batubara memerlukan kondisi jalan yang
baik dan perhitungan geometri jalan harus dipertimbangkan, terutama
pada area tambang ke stockpile, Karena setiap hari alat-alat berat
beroprasi secara massal, serta untuk mendapatkan waktu edar yang
efektif dari alat angkut yang beroprasi. Kondisi jalan yang kurang baik
akan menyebabkan kecelakaan kerja yang mengakibatkan terhambatnya
laju produksi. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, serta untuk
mendapatkan waktu edar yang maksimal dari alat angkut, diperlukan suatu
evaluasi geometri jalan tambang antara lokasi tambang dengan stockpile.

STIT Prabumulih |1
1.2. Batasan Masalah

Batasan masalah yang dibahas dalam proposal penelitian ini hanya


membahas tentang perhitungan geometri jalan tambang antara lokasi
tambang dengan stockpile di tambang batubara PT. Satria Bahana Sarana
, Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Mengevaluasi geometri jalan angkut dari front tambang batubara
sampai dengan stockpile.
2. Mengetahui mekanisme perawatan jalan tambang di PT. Satria Bahana
Sarana, Tanjung Enim, sumatera selatan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah:


1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana informasi untuk
menambah wawasan yang berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi tentang geometri jalan angkut tambang, serta dapat
dijadikan sebagai refrensi atau pedoman bagi mahasiswa lain
dalam menghadapi permasalahan yang serupa.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
perhitungan geometri jalan angkut tambang untuk mengoptimalkan
efisiensi alat angkut.
2. Manfaat praktis
a. Menjalin hubungan kerja sama antara jurusan teknik pertambangan
Sekolah Tinggi Ilmu Teknik Prabumulih dengan PT. Satria Bahana
Sarana, Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Agar dapat
meningkatkan kualitas kelulusannya melalui pengalaman di
lapangan.

STIT Prabumulih |2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Jalan


Hadiwijoyo (2017) berpendapat bawa jalan adalah suatu sarana
penghubung transportasi darat yang mencangkup segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap yang diperuntukkan bagi lalu lintas, seperti
rambu lalu lintas, lampu jalan dan tangga penyebrangan. Sedangkan
fungsi jalan angkut secara umum yaitu, untuk menunjang kelancaran
operasi penambangan terutama pada kegiatan pengangkutan (Rifandy,
dkk, 2016).

2.2. Geometri Jalan Angkut

Alat angkut seperti truk-truk tambang pada umumnya berdimensi


lebih lebar, lebih berat dan lebih panjang dari alat angkut atau kendaraan
yang sering melintas di jalan raya. Oleh karena itu, geometri jalan harus
disesuaikan dengan dimensi alat angkut yang dipakai agar alat angkut
tersebut dapat beroprasi secara leluasa pada kecepatan normal dan aman
(Rachmat, 2012).
Menurut Suwandhi (2004) dalam geometri jalan angkut terdapat
beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:

2.2.1. Lebar Jalan Angkut

Jalan angkut yang lebar tentunya membuat kegiatan pengangkutan


menjadi lancar dan aman. Akan tetapi, karena keterbatasan dan kesulitan
yang ada dilapangan, maka perhitungan lebar jalan minimum harus
dilakukan dengan cermat. Perhitungan lebar jalan angkut pada kondisi
lurus dengan kondisi belok atau tikungan berbeda, karena pada saat
kendaraan dalam posisi berbelok akan membutuhkan ruang gerak atau

STIT Prabumulih |3
jalan yang lebih lebar akibat dari jejak ban depan dan belakang yang
ditinggalkan diatas jalan melebar. Selain itu, untuk menghitung lebar jalan
harus mempertimbangkan jumlah lajur yaitu, lajur tunggal untuk jalan satu
arah atau lajur ganda untuk jalan dua arah.
1. Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Menurut AASHO Manual Rural High Way Design, lebar jalan
minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda ataupun lebih, harus
ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan
kanan jalan.
Penentuan lebar jalan minimum pada jalan lurus dapat digunakan
cara rule of thumb, yaitu jumlah lajur dikali dengan lebar alat angkut
ditambah setengah lebar alat angkut untuk masing-masing tepi kiri,
kanan, dan jarak antara dua alat angkut yang sedang bersilangan.
Persamaan yang digunakan yaitu:

……..……….……..…………(2.1)

Dimana :
L(m) = lebar jalan angkut minimum, (m)
N = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut total, (m)

Sumber: Awang Suwandhi, 2004


Gambar 2.1. Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Jalan Lurus

STIT Prabumulih |4
2. Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu dibuat lebih lebar dari pada
jalan lurus. Hal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi adanya
penyimpangan lebar alat angkut yang disebabkan oleh sudut yang
dibentuk roda depan dengan badan alat angkut saat melintasi tikungan.
Lebar jalan minimum pada tikungan untuk lajur ganda didasarkan atas:
a. Lebar jejak roda

b. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan
belakang pada saat membelok
c. Jarak antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan
d. Jarak dari kedua tepi jalan.

Sumber: Awang Suwandhi, 2004


Gambar 2.2. Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Belokan

Lebar jalan minimum pada belokan dapat dihitung dengan


persamaan berikut ini:

……………….…………………(2.2)
…………………………………………….(2.3)
Dimana:
Wmin = lebar jalan angkut minimum pada belokan, (m)

STIT Prabumulih |5
U = lebar jejak roda, (m)
Fa = lebar juntai depan, (m)
Fb = lebar juntai belakang, (m)
Z = lebar bagian tepi jalan, (m)
C = jarak antar kendaraan, (m)

2.2.2. Jari-jari Tikungan Dan Superelevasi

Pada saat kendaraan melitasi tikungan dengan kecepatan tertentu


akan menerima gaya sentrifugal yang mengakibatkan kondisi kendaraan
menjadi tidak setabil. Untuk mengimbangi gaya sentrifugal tersebut, perlu
dibuat kemiringan melintang kearah titik pusat tikungan yang disebut
superelevasi (e). Gaya gesek (friksi) melintang yang cukup berarti antara
ban deangan permukaan jalan akan terjadi pada daerah superelevasi.
Jari-jari tikungan jalan angkut berhubungan dengan jarak horizontal
antara poros roda depan dengan poros roda belakang.

Sumber: Awang Suwandhi 2004


Gambar 2.3. Sudut maksimum penyimpangan kendaraan

Persamaan jari-jari tikungan sebagai berikut :

…………………………………………………………(2.4)

Dimana :
R = Jari-jari belokan jalan angkut, (m)
W = Jarak poros roda depan dan belakang, (m)
β = sudut penyimpangan roda depan, (°)

STIT Prabumulih |6
Rumus diatas adalah perhitungan matematis untuk lengkungan
tikungan jalan tanpa mempertimbangkan faktor-faktor kecepatan
kendaraan alat angkut, gesekan roda dengan permukaan jalan dan
superelevasi. Jika ketiga faktor tersebut diperhitungkan, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:

……………...………………………...(2.5)

Dimana:
Rmin = jari-jari belokan minimal, (m)
Emaks = superelevasi maksimal, (mm/m)
Fmaks = koefisien gesekan melintang maksimum (0,15)
V = kecepatan rencana, (km/jam)

Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya angka


superelevasi ialah sebagai berikut:

……………...………………………………………...(2.6)

Dimana:
E = angka superelevasi
F = faktor gesekan
V = kecepatan, (km/jam)
R = jari-jari tikungan, (m)

Penentuan angka koefisien gesek samping berdasarkan kecepatan


kendaraan yang beroperasi dapat menggunakan (Tabel 2.1) berikut ini.

Tabel 2.1. Rekomendasi AASHTO Untuk Koefisien Gesekan Samping

STIT Prabumulih |7
Kecepatan rencana ( Kecepatan rencana ( Koefisien
mph) km/jam)
20 32 0,17
30 48 0,16
40 64 0,15
50 80 0,14
60 97 0,12
70 113 0,10
80 129 0,08
Sumber : Oglesby, 1990

2.2.3. Kemiringan Jalan Angkut

Menurut Riyanto, dkk.(2016) kemiringan adalah tanjakan dari alat


angkut, kecuraman atau kelandaiannya sangat berpengaruh terhadap
produksi alat angkut, sebab adanya kemiringan jalan menimbulkan
tahanan tanjakan yang harus diatasi oleh mesin alat angkut. Untuk
tahanan kemiringan (grade resistance) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

...............…………………………………(2.7)

Dimana:
beda tinggi dari dua titik yang diukur, (m)
jarak datar antara dua titik yang diukur, (m)

Kemiringan suatu jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik


oleh kendaraan alat angkut khususnya dump truck, sekitar 7% - 10%.
Sedangkan untuk jalan naik ataupun turun pada daerah perbukitan, agar
lebih aman kemiringan jalan maksimum adalah 8%.

2.2. Perkerasan Jalan angkut

STIT Prabumulih |8
Perkerasan jalan angkut harus cukup kuat untuk menahan berat
kendaraan dan muatan yang dilaluinya. Permukaan jalannya harus dapat
menahan gesekan roda kendaraan, pengaruh air permukaan atau air
limpasan dan hujan. Tujuan utama dari perkerasan jalan angkut adalah
untuk membangun dasar jalan yang mampu menahan beban pada poros
roda yang diteruskan melalui lapisan fondasi, sehingga tidak melebihi
daya dukung tanah dasar.
Kontruksi jalan secara umum terdiri dari beberapa lapisan-lapisan
yaitu:
1. Lapisan permukaan
Lapisan permukaan adalah lapisan yang langsung dengan beban
roda kendaraan, yang memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai lapis perkerasan penahan beban roda yang mempunyai

stabilitas tinggi untuk menahan roda selama masa pelayanan.


b. Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang mengalir diatasnya tidak
meresap kedalam dan tidak melemahkan lapisan tersebut.
c. Sebagai lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung terkena
dampak gesekan dari rem kendaraan, sehingga mengakibatkan
keausan ban.
d. Sebagai lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawah.
2. Lapisan pondasi atas
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak
diantara lapisan pondasi bawah dengan lapisan permukaan, yang
berfungsi sebagai berikut:
a. Sebagai penahan gaya melintang dari beban roda dan

menyebarkan beban kelapisan dibawahnya.


b. Lapisan peresapan untuk lapisa yang berada dibawahnya.
c. Sebagai bantalan untuk lapis permukaan.

STIT Prabumulih |9
3. Lapisan pondasi bawah
Lapisan pondasi bawah adalah lapisan pengerasan yang terletak
diatas lapisan dasar dan dibawah lapisan pondasi atas, yang berfungsi
sebagai berikut:
a. Menyebarkan beban roda kendaraan ketanah dasar.

b. Mengurangi tebal lapisan diatasnya sebab material atau bahan


untuk pondasi bawah umumnya lebih murah dibanding lapisan
diatasnya.
c. Sebagai lapisan peresap air tanah agar tidak berkumpul dipondasi.
4. Lapisan tanah dasar
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai
tempat perletakan lapis perkerasan dan dan pendukung kontruksi
perkerasan jalan diatasnya.

STIT Prabumulih |10


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Tahapan Penelitian


Penelitian ini nantinya akan dilaksanakan pada front tambang ke
stockpile di PT. Satria Bahana Sarana, Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Kegiatan penelitian ini akan difokuskan pada Pengambilan data mengenai
perhitungan geometri jalan angkut tambang, yang terdiri dari:
1. Studi Literatur
Untuk teori relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Referensi
bisa didapatkan dari buku, jurnal, dan situs internet.
2. Observasi Lapangan
Pengamatan langsung terhadap kondisi keadaan di lapangan
secara langsung. Data pelaksanaan penelitian tugas akhir akan
mengambil data yaitu:
a. Data primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari


sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Data
primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data geometri jalan angkut tambang

2) Data perkerasan jalan angkut tambang

3) Data perawatan jalan angkut tambang

b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
kedua dari data yang kita butuhkan. Fungsi dari data sekunder
adalah sebagai data pendukung, memberi keterangan, pembanding
, dan untuk mengungkap suatu objek penelitian. Data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data curah hujan

STIT Prabumulih |11


2) Data spesifikasi alat

3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan beberapa perhitungan maupun
penggambaran yang selanjutnya dalam bentuk hasil dan bentuk
penjelasan.
4. Analisa dan kesimpulan
Dari hasil pengolahan data akan dilakukan analisa pada akhirnya
didapatkan kesimpulan.

3.2. Bagan Alir Penelitian

Judul:
Kajian Geometri Jalan Tambang antara lokasi tambang
dengan Stockpile di Tambang Batubara PT. Satria Bahana
Sarana, Tanjung Enim, Sumatera Selatan

Orientasi dan Observasi Lapangan

Pengumpulan Data

Data Primer: Data Sekunder:


1.Data geometri jalan 1. Data curah hujan
2.Data perkerasan jalan 2. Data spesifikasi alat
3.Data perawatan jalan

Pengolahan Data

Analisis Hasil Pengolahan Data

Selesai
Sumber: Penulis

STIT Prabumulih |12


Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian
3.3. Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian

Rencana pelaksanaan penelitian ini adalah insya allah akan dimulai


awal xx-xx-2018 sampai dengan akhir xx-xx-2018. Rencana pelaksanaan
penelitian yang akan saya lakukan dapat dilihat pada tabel rencana
penelitian.

Tabel 3.1. Rencana Waktu Kegiatan Penelitian


Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6
1 Administrasi dan orientasi
lapangan

2 Pengumpulan referensi
dan data

3 Pengolahan data

4 Konsultasi dan
bimbingan

3.4. Penutup

Demikian proposal ini, peneliti menyampaikan agar pada proses


selanjutnya dapat dijadikan sebagai acuan untuk tugas akhir yang
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan, Sekolah
Tinggi Ilmu Teknik Prabumulih. Peneliti harapkan kiranya PT. Satria
Bahana Sarana dapat menyetujui dan menerima proposal tugas akhir ini.
Dengan ini peneliti siap dan bersedia datang ke PT. Satria Bahana Sarana
guna menetapkan rencana tugas akhir ini.

STIT Prabumulih |13


DAFTAR PUSTAKA

Suwandhi Awang, 2004. Perencanaan Tambang, Diklat Kuliah, Jurusan


Teknik Pertambangan UPN, Yogyakarta.

Riyanto, Agus triantoro, Riswan, Yosua dinata olla, 2016. Evaluasi Jalan
Tambang Berdasarkan Geometri Dan Daya Dukung Pada Lapisan
Tanah Dasar Pit Tututpan Area High wall. Jurnal Himapsata Vol. 1,
No.2.

R. Rachmat. 2012. Pengantar Jalan Tambang. Makasar

Hadiwijoyo puji, 2017. Pengertian Jalan dan Klasifikasi Jalan Raya.

Dwihasan, 2016. Proposal Desain Geometri Jalan Angkut Tambang.

Rifandy Dan Hefni, 2016. Kajian Teknis Geometri Jalan Hauling Pada PT.
Guruh Putra Bersama Site Desa Gunung Sari Kecamatan Tabang
Kabupaten Kutai Kartanegara. JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)

STIT Prabumulih |14

Anda mungkin juga menyukai