Anda di halaman 1dari 14

Pelajar SD Lumpuh Setelah Divaksin MR

Mulia Listari
180600188
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155
Email: mulialistari1999@gmail.com

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan


yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian
dari penyakit. Tujuan jangka pendek diberikannya imunisasi yaitu pencegahan
penyakit secara perorangan dan kelompok, sedangkan jangka panjangnya
adalah eliminasi suatu penyakit.i

Imunisasi MR (Measles, Rubella) merupakan imunisasi digunakan dalam


memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (Measles) dan Campak
Jerman (Rubella). dalam imunisasi MR antigen yang dipakai adalah virus
campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strai RA 27/3, dan
virus gondog. Vaksin ini tidak dianjurkan untuk anak usia dibawah satu tahun,
karena dikhawatirkan terjadi intervensi dengan antibodi maternal yang masih
ada. Tujuan pemberian imunisasi MR adalah untuk merangsang terbentuknya
imunitas kekebalan terhadap penyakit Campak Jerman. Manfaat pemberian
imunisasi MR yaitu untukmemberikan perlindungan terhadap kedua penyakit
tersebut pada saat yang bersamaan.ii

1
Guna melengkapi imunisasi lengkap dan menekan angka kesakitan dan
kematian anak, maka mulai tahun 2017 pemerintah akan menambah tiga
vaksin baru, yaitu Measles and rubella (MR), Japanese Encephalitis (JE), dan
Pnemokukus. Aksi pelaksanaan kampanye vaksin baru, yakni vaksin MR
dengan sasaran anak usia 9 bulan atau <15 tahun dan kemudian diikuti dengan
pengenalan imunisasi rubella ke dalam program imunisasi nasional memakai
vaksin MR menggantikan vaksin campak yang selama ini dipakai.iii

WHO (World Health Organization) tahun 2011, menyatakan bahwa


mereka mendukung sepenuhnya penggunaan imunisasi MR (Measles, Rubella)
dengan didasarkan kajian tentang keamanan dan efikasinya. Amerika Serikat
telah merekomendasikan penggunaan kombinasi vaksin MR dengan vaksin
varisela sejak 2005. Dari laporan Center For Disease Control (CDC)
didapatkan bahwa penggunaan vaksin kombinasi MR dengan varisela cukup
aman tidak didapatkan efek samping yang berarti. Oleh karena itu CDC
merekomendasikan bahwa kombinasi vaksin MR dan vaksin varisela dapat
diberikan sebagai dosis awal pemberian imunisasi pada kelompok usia 12-47
bulan.ii

Penyakit campaka diamati melalui program CBMS (Case Based Measles


Surveillance) atau survailans campak berbasis individu. Pada tahun 2014
CBMS mengamati penyakit rubella ditemukan ada 44 penderita. Penyakit ini
mengalami peningkatan kasus dibanding dengan tahun 2013. selama tahun
2014 dilaporkan ada 2 Kejadian Luar Biasa Campak (KLB) yang terjadi
diwilayah kerja Puskesmas Mantrijeron dan Puskesmas Umbulharjo II. Di
tahun 2014 juga dilaporkan adanya KLB rubella di wilayah kerja Puskesmas
Kotagede I. rubella terjadi karena adanya riwayat kontak dari penderita rubella
tersebut. Puncak tertinggi terjadi pada bulan Mei dengan jumlah 21 kasus.iv

Berdasarkan kasus yang banyak terjadi, maka vaksin MR diciptakan


dengan harapan dapat mengurangi kesakitan, kecacatan, dan kematian pada
anak-anak. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah Indonesia memerintahan
agar setiap anak mendapatkan vaksinasi MR.

2
1.2 Permasalahan

SIGLI (Waspada): Seorang pelajar, T.M Helmi Stansyah,7, menderita


lumpuh dan nyeri pada kaki setelah menerima vaksin MR di sekolahnya SD
Negeri Pasie Rawa, Kec. Kota Sigli, Rabu (1/8).

Siswa SD itu disuntik vaksin MR bersama puluhan pelajar seusianya pada


acara launching vaksin MR yang digelar Dinas Kesehatan Pidie disaksikan
Bupati Pidi Roni Ahmad dan Kadiskes setempat dr Fajriman, pada Rabu
(1/8) lalu.

“Menurut orang tuanya, sebelum disuntik vaksin, pasien anakini tiga hari
sebelum diimunisasi sempat demam. Mungkin waktu diimunisasi
kondisinya sudah membaik, namun ternyata setelah itu tubuhnya
mengalami panas, nyeri pada kaki dan lemah anggota gerak,” kataDr Faisal
S.Ph, kepada wartawan di RSU Tgk Chik Ditiro (TCD) Sigli, Senin (13/8)
saat konferensi pers dipimpin wadir umum RSU TCD M. Nur M.Kes.
Tururt hadir pelayanan dr Dwi Widjaya, Kasubbag Humas dan Hukum
Safaruddin S.Km.

Dr. Faisal menjelaskan, sebelum dirujuk ke RSUD TCD, pelajar itu sempat
dirawat di puskesmas, Kota Sigli. Namun karena kondisinya tidak
membaik, dirujuk ke RSUD TCD, Sigli.

Saat dirujuk ke Poli Anak RSUD TCD, Sigli, dr. Faisal mengenjurkan anak
itu untuk dirawat karena kondisi tubuhnya menderita demam.

“Saat dibawa itu kan Hari Senin, penyuntikan vaksin Rabu, tiga hari
sebelumnya itu bisa kita katakan sudah seminggu. Demam yag seminggu
ini memang sudah kita indikasikan pemeriksaan lab lengkap,” sebut dr.
Faisal.

Dia menjelaskan anak ini saat diperiksa masih bisa menggerakkan kaki
pada posisi tidur, sebaliknya sulit dilangkah saat dilantai. “Akhirnya kami
anjurkan dirawat dan kita lakukan pemeriksaan semua termasuk lab, darah
dan urin serta kita lakukan pemeriksaan foto,” ujarnya.

Lama menjalani perawatan, kondisi bocah T.M Helmi sudah membaik.


Demam sudah menghilang, kondisinya pun terus dievaluasi. Bahkan,
Jum’at lalu bocah ini sudah bisa berjalan ke depan begitupun kondisinya
belum normal dan masi terasa nyeri pada kaki.

3
“Akhirnya kami berkoordinasi dengan pihak keluarga, dan Sabtu, bocah ini
kita rujuk ke rumah sakit di Banda Aceh. Ini untuk perawatan dan terapi dia
yang lebih baik, dan yang lebih penting adalah melihat apa faktor
mendasari pasien ini demam hilang dan muncul lagi,” tuturnya.

Berdasarkan permasalahan yang ada pada kasus diatas, maka pro kontra
terhadap imunisasi vaksin MR semakin bergejolak di Indonesia. Namun, hal ini
tidak dapat langsung dicetuskan bahwa vaksin MR bersalah karena vaksin MR
sendiri harus kita telaah terlebih dahulu tentang keamanan, proses pembuatan dan
atas pertimbangan apa ia dianjurkan untuk diberikan kepada setiap anak

2. PEMBAHASAN

Campak dan Rubella

Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles. Campak


merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang disebabkan oleh virus dan
ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit campak adalah demam tinggi,
bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk dan/atau pilek dan/atau
mata merah (conjunctivitis). penyakit ini akan sangat berbahaya apabila disertai
dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Manusia diperkirakan satu-satunya inang (reservoir), walaupun monyet
dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penularan. Penyakit rubella adalah
suatu penyakit yang mirip dengan campak yang juga ditularkan melalui saluran
pernapasan saat batuk atau bersin dan juga disebabkan oleh virus. Virus rubella
cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam pemanasan. Rubella
pada anak sering hanya menimbulkan pada gejala demam ringan atau bahkan tanpa
gejala sehingga sering tidak terlaporkan, sedangka rubella pada wanita dewasa
sering menimbulkan sakit sendi. Rubella pada wanita hamil terutama pada
kehamilan trimester pertama dapat mengakibatkan keguguran atau bayi lahir
dengan cacat bawaan yang disebut congenital rubella syndrome (CRS).

4
Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000 kasus
suspek campak, dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12%-39%
diantaranya adalah campak pasti, sedangkan 16%-43% adalah rubella pasti. Dari
tahun 2010-2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus
rubella. Jumlah kasus ini masih diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka
sebenarnya di lapangan, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak
terlaporkan, terutama dari pelayanan kesehatan swasta serta kelengkapan laporan
serveilans selama lima tahun terakhir menunjukkan 70% kasus rubella terjadi pada
kelompok usia <15 tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban
panyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 2.767 kasus
CSR, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun menjadi
47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun.v

1. Statistik kasus campak dan rubella di Pulau Jawa

Vaksin MR (Measles, Rubella)

Penyakit campak dan rubella tidak dapat diobati. Pengobatan yang diberikan
kepada penderita hanya bersifat supportif. Tetapi kedua penyakit ini bisa dicegah
dengan imunisasi. Selama ini Indonesia memberikan imunisasi campak sebagai
salah satu program imunisasi nasional. Mengingat besarnya perkiraan beban
penyakit rubella dan tersedianya vaksin kombinasi measles-rubella (MR), maka

5
diputuskan untuk mengganti vaksin measles dengan vaksin kombinasi
measles-rubella, yang dimulai dengan kegiatan imunisasi massal MR.

2. Anak yang terkena campak

3. Anak yang terkena rubella (Campak Jerman)

Vaksin measles dan rubella (MR) mencegah penyakit yang disebabkan oleh
virus measles (campak) dan rubella (campak jerman). Sedangkan MMR,
merupakan vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi measles, mumps
(gondong), dan rubella. Gejala campak dimulai dengan demam tinggi, anak tampak
sakit berat, batuk dan pilek, dapat dijumpai muntah dan mencret. Gejala lainnya
terjadinya ruam kemerahan dimulai dari wajah dan seluruh tubuh, mata kemerahan
dan berair, serta bibir pecah pecah. Pada anak tertentu saat mengalami demam
tinggi akan mencetuskan kejang. Setelah demam turun, bercak berubah menjadi

6
coklat kehitaman dan akan menghilang beberapa hari sampai minggu sesudahnya.
Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi pada paru dan otak.
Data statistis menunjukkan jumlah pasien campak pada tahun 2010-2015
sebanyak 23.164 kasus, dan kasus Rubella pada tahun 2010-2015 sebanyak 30.463.
Data dalam 5 tahun terakhir menunjukkan 70% kasus rubella terjadi pada
kelompok usia <15 tahun. Virus ini sangat menular sehingga menimbulkan wabah.
Virus MR dapat menyerang wanita hamil. Apabila virus menyerang pada trimester
pertama (0-3 bulan kehamilan) dapat mengakibatkan keguguran. Apabila virus
menyerang ibu hamil pada trimester kedua, akan meneyebabkan sebagaicongenital
rubella syndrome yang ditandai dengan ukuran kepala yang kecil, buta, tuli, dan
cacat mental.iv
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan vaksinasi tersebut terbukti
mencegah penyebaran penyakit serta menyelamatkan nyawa jutaan anak-anak di
dunia. Vaksin MR telah digunakan pada 141 negara dan tidak ada laporan efek
samping yang berbahaya. Vaksin yang digunakan di Indonesia terjamin
keamanannya. Cakupan imunisasi yang kurang bisa menyebabkan timbulnya
Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti pada 2015 lalu, di Padang, Sumatera Barat
dalam penularan difteri. Sejumlah keberhasilan vaksinasi telah ditunjukkan antara
lain, cacar pada 1974, tetanus neonatorum pada 2015 lalu, serta Indonesia bebas
polio pada 2014. Untuk campak, Indonesia menargetkan bebas pada 2020
mendatang. Menurut kantor regional Asia Tenggara dari Badan Kesehatan Dunia
(WHO SEARO), Indonesia merupakan salah satu negara yang tertinggal dalam
upaya menangani penyakit campak. Ini disebabkan adanya kesalahpahaman
terhadap upaya vaksinasi. Data WHO SEARO menunjukkan 1,1 juta anak berusia
satu tahun tidak mendapatkan vaksinasi pada 2016 lalu. Indonesia bahkan berada di
bawah Maladewa dan Bhutan yang telah mendeklarasikan bebas campak.

7
4. Statistik cakupan imunisasi, salah satunya imunisasi vaksin MR

5. Wilayah dengan cakupan yang masih rendah terhadap imunisasi, salah satunya vaksin MR

Vaksin ini dapat diberikan untuk anak usia 9 bulan hingga kurang dari 15
tahun. Vaksin MR perlu diberikan pada anak untuk mencegah penyakit campak
dan rubella, dan mencegah penyebarannya kepada anak-anak lain. Virus ini

8
menyebabkan kematian dan kecacatan yang bermakna pada anak-anak di
Indonesia dan di dunia, maka untuk mematikan virus ini secara global, diperlukan
vaksin massal pada anak-anak di Indonesia.

Pembuatan Vaksin MR

Biofarma mengklaim bahwa untuk menciptakan suatu vaksin bila prosesnya


berjalan dengan lancar membutuhkan waktu sekitar 20 tahun hingga keproses
pemasaran.

Pihak Bio Farma mencari alternatif industri yag mampu dan terbukti untuk
melawan MR. Bio Farma memilih India karena catatan kualitas, kemampuan
penyediaan atau suply dan sertifikasi di WHO. Vaksin dari India sudah digunakan
sejak 1989 dan diekspor ke negara-negara Islam yang tercatat di OKI, seperti
Afghanistan, Iran, Iraq, Libya, Lebanon, dan Tajikistan.vi

Secara Ilmu Kedokteran, khususnya Ilmu Biomedik tentang serologi, reaksi


biologi dan pembuatan vaksin, bahan dari babi yang dimanfaatkan untuk proses
pembuatan vaksin, termasuk polio dan MR adalah enzim tripsin. Fungsi inzim ini
adalah sebagai katalisator atau mempercepat proses reaksi yang terjadi, buka n
sebagai bahan baku vaksin tersebut. Pada proses akhirnya, tripsin dari babi akan
dicuci (yang disebutkan hingga ribuan kali) sehingga tidak ditemukan pada
produk vaksin yang siap untuk digunakan. Pencucian ini juga berfungsi dalam
perspektif Ilmu Kedokteran, agar produk vaksin adalah produk murni, tidak ada
bahan-bahan lain, terutama bahan organik lainnya seperti peptida yang dapat
berpotensi memungkinkan terjadinya risiko alergi dan efek samping. Tidak
adanya unsur babi dalam produk vaksin MR tersebut terbukti dengan beberapa
pemeriksaan yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia secara acak terhadap
sampel yang beredar.

9
Pandangan masyarakat tentang vaksin MR
Orang tua yang menolak vaksinasi menganggap anak mereka tetap sehat
meski tidak diimunisasi. Namun, dari beberapa pendapat pakar kesehatan
mengatakan bahwa anak-anak yang tidak diimunisasi justru akan mendapat
perlindungan dari mereka yang divaksinasi. Pandangan masyarakat menolak
penggunaan vaksin karena masih meragukan keamanan vaksin, dan dihubungkan
dengan efek samping dari kejadian vaksinasi yaitu Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) dimana angka kejadiannya sangat kecil.
Beberapa alasan masyarakat menolak (kontra) vaksin MR:
1) Karena vaksin tersebut belum memiliki sertikat halal.
2) Ada anggapan bahwa imunisasi ini bisnis dari perusahaan obat.
3) Imunisasi ini mendahului ketetapan Tuhan/Allah SWT bahwa sakit itu
merupakan bagian dari ujian Allah.
4) Adanya keterangan dari tenaga medis yang kompeten bahwa tidak ada vaksin
yang halal.
5) Banyak beredar vaksin palsu.
6) Anak sering sakit/rewel setelah divaksin.
7) Kurang dukungan keluarga/suami/ orangtua terhadap vaksin.vii
Sedangkan pendapat yang mendukung vaksinasi tersebut didasari atas
beberapa alasan yaitu mencegah lebih baik daripada mengobati, vaksinasi penting
mencegah penyakit infeksi menjadi wabah, dan standar kesehatan individu dan
lingkungan masih rendah di Indonesia, sehingga anak diperlukan vaksinasi.
Selanjutnya, Fatwa MUI No. 4 tahun 2016 tentang imunisasi yang menetapkan
imunisasi tersebut pada dasarnya bersifat mubah pada kondisi darurat, dan belum
ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci.

Fatwa MUI Tentang Vaksin MR

Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018 yang tertanggal 20 Agustus secara


spesifik mengatur tentang penggunaan vaksin MR produk dari Serum Institute of
India (SII). Berdasarkan pertimbangan ketentuan hukum penggunaan vaksin yang
memanfaatkan unsur babi dan turunannya adalah haram humumnya. MUI

10
menyebutkan bahwa “Proses produksi vaksin MR” dari SII menggunakan bahan
berasal dari babi, sehingga secara prinsip dasar MUI memutuskan penggunaannya
menjadi haram. Namun, untuk kondisi saat ini penggunaan vaksin MR produk SII
tersebut “Boleh” (mubah) karena alasan dharurah syar’iyah (mendesak) karena
belum adanya vaksin MR lain yang lebih nyata kesuciannnya. Secara implisit,
MUI melihat dharurat syar’iyah dapat diterapkan pada kondisi saat ini karena
mudharat (bahaya) atau dampak negatif yang dapat ditimbulkan bila anak-anak
tidak diberikan imunisasi ini jauh lebih merugikan. Melihat keputusan dan fatwa
MUI tersebut sebenarnya dangat jelas bahwa MUI membolehkan pemberian
vaksin MR dari SII India tersebut.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diwakili Pendiri Halal Corner, banyak
pihak mengklaim vaksin Rubella halal. Selain itu, Sekretaris Komisi Fatwa MUI
Asrorun mengatakan bahwa pihaknya telah mengeluarkan Fatwa Nomor 4 Tahun
2016 tentang Imunisasi. Fatwa ini menjawab keraguan umat muslim untuk
melakukan imunisasi. Fatwa ini sekaligus menjawab keraguan sebagian
masyarakat muslim, yang menyatakan bahwa imunisasi sebagai konsep
pencegahan itu bertentangan dengan ketentuan keagamaan, khususnya ikhtiar.
Akan tetapi, kebolehannya itu disyaratkan dengan menggunakan vaksin halal.
Proses pembuatan vaksin ini perlu dipahami oleh masyarakat dan
dibahasakan oleh media secara benar, bahwa “Produksi vaksin MR pernah
bersinggungan dengan bahan babi” dalam proses pembuatannya tetapi
“Vaksinnya tidak mengandung bahan babi.” Ada tiga pertimbangan syari'ah
dalam keputusan hukum MUI, yaitu istihalah, istihlak, dan riwayat binantang
jalalah. Jika produksi vaksin dipandang sebagai istihalah saja dia menjadi halal
secara mutlak. Namun, ada berbagai riwayat dan kaidah lain yang menjadi dasar
pertimbangannya. Sehingga akan menjadi lebih afdhal, sesuai fatwa MUI sebagai
bentuk kehati-hatian pemberian vaksin MR saat ini adalah boleh (mubah) sebagai
bentuk kondisi darurat.viii

11
3. PENUTUP

Kesimpulan

Vaksin measles dan rubella (MR) mencegah penyakit yang disebabkan oleh
virus measles (campak) dan rubella (campak jerman). Sedangkan MMR,
merupakan vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi measles, mumps
(gondong), dan rubella. Dalam proses pembuatannya vaksin MR memanfaatkan
enzim tripsin yang terkandung di dalam babi. inzim ini berfungsi sebagai
katalisator atau mempercepat proses reaksi yang terjadi, bukan sebagai bahan
baku vaksin tersebut. Sedangkan untuk proses akhirnya, tripsin yang di gunakan
akan dicuci bersih secara berkali-kali, sehingga vaksin tidak lagi mengandung
bahan dari babi. Hal inilah yang mangundang pro dan kontra dikalangan
masyarakat tentang penyuntikan vaksin MR terhadap anak-anak mereka. Namun
dengan pertimbangan syari'ah dalam keputusan hukum MUI, yaitu istihalah,
istihlak, dan riwayat binantang jalalah. Jika produksi vaksin dipandang sebagai
istihalah saja dia menjadi halal secara mutlak. Namun, ada berbagai riwayat dan
kaidah lain yang menjadi dasar pertimbangannya. Sehingga akan menjadi lebih
afdhal, sesuai fatwa MUI sebagai bentuk kehati-hatian pemberian vaksin MR saat
ini adalah boleh (mubah) sebagai bentuk kondisi darurat. Maka sesuai dengan
keputusan inilah vaksin MR diberikan kepada anak, karen adianggap sudah aman.
Maka kejadian yang menimpa T.M Helmi belum tentu bisa dipastikan bahwa
kelumpuhannya disebabkan oleh vaksinasi MR.

Saran

Dalam penulisan paper ini terkandung ilmu yang semoga dapat dimanfaatkan
oleh khalayak ramai. Selain itu, penulis juga ingin memberikan beberapa saran:

1) Bagi pembaca, tulisannya ini agar dapat disikapi secara positif dan
dikembangkan pengetahuannya.

2) Bagi kaum masyarakat dan terutama para orang tua, agar dapat lebih
memahami dan menambah wawasannya tentang vaksin MR, sehingga anak

12
dapat lebih terjaga dan terjamin keterlindungannya, dan juga untuk
mengurangi konflik pro dan kontra yang ada dikalangan masyarakat.

3) Bagi seluruh mahasiswa/I, agar dapat juga membantu masyarakat sekitar


tentang penambahan wawasan dan pengembangan pola pikir, terkhususnya
untuk kasus vaksin MR.

4) Pihak kesehatan, Bio Farma, dan pemerintahan, agar terus


mengembangkan ilmu pengetahuan guna melindungi setiap individunya dari
berbagai penyakit. Dan alangkah lebih baiknya, jika nantinya ditemukan
vaaksin yang terjaga kemurniannya baik pada saat proses pembuatan maupun
proses hasil akhir dari berbagai zat berhaya dan zat yang mengandung babi.

5) Saran kepada semua pihak agar dapat mengebangkan dan saling berbagi
ilmu kepada oarang lain, terkhusunya ilmu tentang kesehatan penyakit,
seperti penyaki campak dan rubella, agar setiap individu dapat lebih menjaga
kesehatan dan meencegah terjadinya penyakit ini.

13
4. DAFTAR PUSTAKA

i
Ponidjan TS. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status Imunisasi Bayi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang. J Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Manado 2012; 1(1): 44.
ii
Najah N. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Tambahan MR (Measles
Rubella) Pada Balita Di Puskesman Kotagede I Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta:
Universitas ‘aisyiah, 2017: 3-4.
iii
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Ini Rencana Pelaksanaan 3
Vaksinasi Baru Untuk Lengkapi Imunisasi Dasar. Jakarta, 31 Januari 2017.
http://www.depkes.go.id/article/print/17020100001/ini-rencana-pelaksanaan-3-va
ksinasi-baru-untuk-lengkapi-imunisasi-dasar-.html. Diakses pada tanggal 13
Januari 2019.
iv
Departemen Kesehatan Kota Yogyakarta. Profil Kesehatan Tahun 2016 Kota
Yogyakarta (Data Tahun 2015). 2016. www.depkes.go.id/resources/download/
profil/PROFIL_ KES_PROVINSI_2015/14_DIY_2015.pdf. Diakses pada 13
Januari 2019.
v
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Imunisasi Massal Campak dan
Rubella Diberikan Pada Anak Usia 9 Bulan-urang Dari 15 Tahun Pada Bulan
Agustus di Sekolah dan September di Puskesmas, Posyandu dan Fasilitas
kesehatan Pelaksaaan Tahun 2017 di Dalam Pulau Jawa dan 2018 di Luar Jawa.
vi
Oktaviani Z. Bio Farma: Butuh 20 Tahun Untuk Membuat Vaksin MR.
Republika News Jum’at 24 Agustus 2018 19:36 WIB.
vii
Husna C, Fitriah, Nur M. Pandangan Masyarakat Tentang Vaksin MR. Fkultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala 2017.
viii
Hardisman. Menelaah Kebolehan Vaksinasi MR. Dokumen Repository
Universitas Andalas 2018; 1.

14

Anda mungkin juga menyukai