Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PEWARNAAN BTA

OLEH
A-01
ANGGOTA:
ANANDA PUTRI SAHRIANA 1507101010029
CUT PUTRI TAQWANI 1507101010076
FITRI MARDIA SARI SIREGAR 1507101010079
LENA DARLIANA 1507101010042
LIA UTARI 1507101010003
MUHAMMAD RAMADANI 1507101010105
SAFRIANA 1507101010100
SRI AUDIAN ANSARI 1507101010080
TEUKU ICHSAN 1507101010077
ULA FARIHAH WILDAN 1507101010119
WENI YUPITA 1507101010070
WINA SRI UTAMA 1507101010036

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2018
1. Hari/Tanggal : Jumat/16 November 2018

2. Judul Praktikum : Pewarnaan BTA

3. Tinjauan Pustaka :

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M.
africanum, M. bovis, M. Leprae, yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan
gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC.
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk
sering kali bukan merupakan gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu
selama 2 minggu atau lebih. Penyakit TBC paru terjadi ketika daya tahan tubuh menurun.
Dalam perspektif epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar
tiga komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat ditelaah
faktor risiko dari simpul-simpul tersebut. Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi
Mycobacterium tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu.
Pengidap HIV AIDS atau orang dengan status gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi
dan terjangkit TB. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2015)

Dibutuhkan tiga spesimen sputum untuk menegakkan diagnosis TB secara mikroskopis.


Spesimen sputum paling baik diambil pada pagi hari selama 3 hari berturut-turut (pagi-
pagipagi), tetapi untuk kenyamanan penderita pengumpulan sputum dilakukan : Sewaktu –
Pagi – Sewaktu (SPS) dalam jangka waktu 2 hari.

1. Sewaktu hari -1 (sputum sewaktu pertama = A) Kumpulkan sputum spesimen pertama pada
saat pasien berkunjung ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) Beri pot sputum pada saat
pasien pulang untuk keperluan pengumpulan sputum pada hari berikutnya.
2. Pagi hari -2 (sputum pagi = B) Pasien mengeluarkan sputum spesimen kedua pada pagi hari
kedua setelah bangun tidur dan membawa spesimen ke laboratorium.
3. Sewaktu hari -2 (sputum sewaktu kedua = C) Kumpulkan sputum spesimen ketiga di
laboratorium pada saat pasien kembali ke laboratorium pada hari kedua saat membawa
sputum pagi (B). (Utama, 2018)

Ada sebuah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit TB yaitu Metode
pewarnaan Ziehl-Neelsen. Metode ini cukup sederhana dan memberikan sensitivitas dan
spesifisitas yang cukup tinggi. Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat
diwarnai dengan pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan
pemanasan. Bakteri ini memiliki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar
materal lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA.
Dinding sel hidrofobik dan impermeable terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada cairan
atau larutan encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi
dengan asam sehingga bakteri tersebut disebut bakteri tahan asam. (Utama, 2018)

Pemeriksaan sputum perlu dilakukan untuk menentukan diagnosis TB karena dengan


pemeriksaan tersebut akan ditemukan kuman BTA. Disamping itu, pemeriksaan sputum juga
dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah
dan murah sehingga dapat dikerjakan di lapangan (Puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak
mudah untuk mendapatkan sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang
produktif. Dalam hal ini pasien dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien
dianjurkan minum air sebanyak 2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Pengambilan
sputum untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat, dikenal ada 3 jenis sputum:

1. Sputum pagi: sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangun pagi.
2. Sputum sewaktu: sputum yang dikeluarkan saat pasien datang
3. Collection sputum: sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman
BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5000 kuman dalam 1 mil sputum. Hasil
pemerksaan BTA (+) di bawah mikroskop memerlukan kurang lebih 5000 kuman/ml sputum,
sedangkan untuk mendapatkan kuman (+) pada biakan yang merupakan diagnosis pasti,
dibutuhkan sekitar 50-100 kuman/ml sputum. Hasil kultur memerlukan waktu tidak kurang
dari 6-8 minggu dengan angka sensitivity 18-30%. (Utama, 2018)
Rekomendasi WHO skala IUATLD:

 Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang: negative


 Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman
 Ditemukan 10-99 BTA : 1+
 Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang : 2+
 Ditemukan ≥10 BTA dalam 1 lapang pandang : 3+

(Utama, 2018)

Prosedur pewarnaan dengan metode pewarnaan Ziehl Neelsen yaitu larutan carbol
fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan, kemudian dipanaskan di atas nyala api
sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian
dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang
mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang
pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit,
kelebihan larutan dibuang. Larutan methylen blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh
permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir. Sediaan
dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x dengan meneteskan minyak emersi
tanpa menyentuh sediaan untuk mencegah transfer BTA antar sediaan. (Widoyono, 2015)

4. Alat dan Bahan

Peralatan yang dibutuhkan :


1. Kaca sediaan yang baru dan bersih (frosted end slide)
2. Bambu/Lidi
3. Lampu Spritus/ Bunsen
4. Wadah pembuangan lidi bekas
5. Penjepit tabung
6. Mikroskop
7. Wadah penyimpanan sputum

Bahan yang dibutuhkan :


1. Alcohol asam 3%
2. Carbol Fuchsin 0,3%
3. Alcohol 70%
4. Methylene blue
5. Aquadest
6. Sampel sputum
7. Korek api
8. Handscoon

5. Prosedur Kerja

Prosedur pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA):


 Pembuatan sediaan dahak
 Ambil spesimen dahak dengan lidi pada bagian yang purulen, sebesar biji kacang
hijau.
 Sebarkan secara spiral kecil-kecil dahak pada permukkaan kaca sediaan dengan
ukuran 2x3 cm, bentuk oval.
 Pengeringan
 Keingkan pada temperatur kamar.
 Masukkan lidi bekas ke dalam wadah berisi desinfektan.
 Fiksasi
 Dengan pinset, sediaan dijepit dan fiksasi 2-3 kali melewati api biru, pastikan
apusan menghadap ke atas.
 Pewarnaan sediaan dengan metode ziehl-Neelsen
 Tuangkan Carbol Fuchsin 1% hingga menutupi seluruh permukan sediaan.
 Pemanasan
 Panaskan sediaan dengan api sampai keluar uap, biarkan selama 10 menit.
 Pencucian
 Buang Carbol Fuchsin 1% sambil dibilas dengan air mengalir dari bagian kaca
sediaan frosted, jangan membilas di atas sediaan.
 Dekolorisasi
 Tuangkan asam alkohol 3%, diamkan selama 3 menit, bilas dengan air sampai tidak
tersisa asam alkohol.
 Pewarnaan Latar
 Tuangkan methylene blue 0,3% hingga menutupi eluruh sediaan dan biarkan
selama 1 menit.
 Pencucian
 Bilas Methylene blue 0,3% dengan air mengalir dari arah kaca sediaan frosted,
keringkan sediaan pada rak.
6. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Gambar 6.1 BTA + dengan pewarnaan Ziehl Neelsen

Gambar di atas merupakan hasil pengamatan terhadap basil tahan asam (BTA) dari
spesimen sputum dengan metode pewarnaan Ziehl-Neelsen yang diamati di bawah mikroskop
dengan pembesaran 100x. Bakteri tahan asam terlihat berbentuk basil berwarna merah
sedangkan bakteri yang tidak tahan asam berwarna biru.

Tabel 6.1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 1 0 0 0 2 0 0 2 2
2 4 1 0 22 7 13 8 5 18 3
3 5 6 11 1 7 5 1 2 3 5
4 0 0 0 0 0 3 1 0 1 6
5 5 1 1 0 0 0 0 6 6 2
6 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0
7 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0
8 1 0 0 0 1 11 3 10 3 0
9
10

Tabel di atas merupakan hasil perhitungan bakteri basil tahan asam dalam 100 lapang pandang.
Karena keterbatasan waktu, pengamatan hanya dilakukan terhadap 80 lapang pandang.
Berdasarkan pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x, diperoleh perhitungan
bakteri basil tahan asam dengan jumlah 205 dalam 80 lapang pandang.
Hasil perhitungan basil tahan asam yang telah dilakukan menunjukkan hasil positif 3
menurut standar yang terdapat dalam IUATLD (International Union Against
Tuberculosis Lung Disease) seperti berikut :
 Negatif: apabila tidak ditemukan BTA.
 Positif (Scanty): apabila terdapat 1 – 9 BTA / 100 lapang pandang.
 Positif 1: apabila terdapat 10 – 90 BTA / 100 lapang pandang.
 Positif 2: apabila terdapat 1 – 9 BTA / 1 lapang pandang.
 Positif 3: apabila terdapat > 10 BTA / 1 lapang pandang

Gambar 6.2 BTA negatif dengan Pewarnaan Ziehl Neelsen


Sediaan pada Gambar 6.2 merupakan sediaan yang dibuat dengan pewarnaan
Ziehl Neelsen oleh kelas A-01. Terlihat bahwa tidak ditemukan adanya BTA yang
positif, ditandai dengan tidak didapatkannya bakteri berwarna merah berbentuk batang.

7. Kesimpulan :
1. Mycobacterium Tuberculosis merupakan bakteri penyebab tuberkulosis yang
berbentuk batang dengan ukuran 0,2-0,4 x 1-4 mikron.
2. Pemeriksaan Mycobacterium Tuberculosis dapat dilakukan dengan pewarnaan
Ziehl neelsen
3. Dalam penilaiaan sediaan dahak terdapat enam unsur yang diperhatikan yaitu
ukuran, ketebalan, kerataan, pewarnaan, kualitas, kebersihan.
4. Pembacaan sediaan dahak dengan cara melakukan pegamatan dengan
mikrokop mulai dari ujung kiri sampai ujung kanan minimal100 lapangan
pandang
5. Hasil pemeriksaan BTA dapat dikategorikan berdasarkan skala IUATLD
dengan hasil negatif, scanty, 1+, 2+, 3+

8. Daftar Pustaka
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2015. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Interna publishing
2. Utama, Saktya Yudha A. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Respirasi. Yogyakarta: Deep Publishing.
3. Widoyono. 2015. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai