Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi tanpa
pengawasan dari dokter. Obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan sendiri atau
swamedikasi biasa disebut dengan obat tanpa resep atau obat OTC (over the counter).
Adapun definisi swamedikasi menurut WHO adalah pemilihan dan penggunaan obat modern,
herbal, mau pun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala
penyakit. Swamedikasi merupakan bagian dari upaya masyarakat menjaga kesehatannya
sendiri. Dari data World Health Organization, di banyak negara sampai 80% orang yang sakit
mencoba untuk melakukan pengobatan sendiri oleh penderita. Sedangkan data di Indonesia
menunjukkan bahwa sekitar 60% masyarakat melakukan swamedikasi dengan obat modern
sebagai tindakan pertama bila sakit (Depkes RI, 1995). Dasar hukum swamedikasi di
Indonesia bersandar pada permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993.
Faktor-faktor seperti sosioekonomi, kemudahan akses pada produk obat, manajemen
penyakit dan rehabilitasi, demografi dan epidemiologi, reformasi pada sektor kesehatan dan
juga ketersediaan produk-produk baru yang mudah digunakan turut berperan meningkatkan
perilaku swamedikasi.
Namun bukan berarti asal mengobati, justru pasien harus mencari informasi obat yang
sesuai dengan penyakitnya dan apoteker-lah yang bisa berperan di sini. Apoteker bisa
memberikan informasi obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh dilakukan untuk
kondisi penyakit yang ringan, umum dan tidak akut.
Beberapa penyakit yang dapat diobati sendiri (swamedikasi) adalah influenza. Pada
praktek swamedikasi untuk penyakit-penyakit ini tujuannya adalah untuk mengurangi atau
meminimalkan gejala yang terjadi.
Influenza merupakan penyakit karena infeksi virus akut oleh virus dari famili
orthomyxoviridae dan dapat menyebar dengan mudah dari satu orang ke orang lainnya.
Gejala yang umum terjadi pada infeksi ini berupa demam, pilek, sakit tenggorokan, batuk,
sakit kepala, nyeri otot (mialgia), malaise.

1
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan influenza ?
2. Bagaimana cara memahami keluhan pasien dan memberikan informasi kepada pasien
tentang penyakit influenza serta membantu memilihkan obat ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang influenza.

2. Mampu memahami keluhan pasien, membantu memilihkan obat, memberikan


informasi/advice yang di perlukan pasien dalam influenza.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Influenza
2.1.1 Pengertian Influenza

Influenza virus infection (flu) adalah penyakit saluran napas yang disebabkan oleh virus
dan merupakan salah satu penyakit menular yang paling umum. Penyakit ini menular melalui
udara yang terjadi dalam wabah musiman (biasanya terkonsentrasi di bulan kelembaban
tinggi) dan bermanifestasi sebagai penyakit demam akut dengan variabel derajat gejala
sistemik, mulai dari kelelahan ringan sampai kegagalan pernafasan dan kematian. Influenza
menyebabkan kerugian yang signifikan pada aktivitas manusia. Meskipun influenza adalah
penyakit ringan pada sebagian besar individu, penyakit ini dapat mengancam jiwa pada
manula atau penderita dengan sistem pertahanan tubuh yang lemah (Derlet, 2014).
Penyebab penyakit ini adalah virus influenza yang berasal dari famili
Orthomyxoviridae, virus RNA yang diselubungi kapsid heliks simetris. Virus ini
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu virus influenza tipe A, B dan C. Virus tipe Adapat
menginfeksi babi, burung dan kuda. Sedangkan virus yang dapat menginfeksi manusia adalah
virus tipe B dan C. Virus tipe C biasanya menyebabkan sakit ringan atau bahkan tanpa gejala,
sehingga jarang dibahas. Sedang tipe A dan B yang paling sering menimbulkan angka
kesakitan. Masing-masing virus ini memiliki banyak subtipe dan strain. Virus ini juga selalu
mengalami perubahan, yaitu mutasi, sehingga flu yang disebabkan oleh satu strain tidak
memiliki kekebalan yang penuh terhadap strain yang lain (Derlet, 2014).
Seseorang yang telah terinfeksi virus ini akan menular ke orang lain sejak 1 hari
sebelum timbul gejala sampai 5 hari setelah gejala timbul. Penularan dapat terjadi melalui :
a. Kontak dengan droplet kecil yang keluar dari bersin atau batuknya penderita,
b. Kontak dengan objek, seperti saputangan yang terkena cairan hidung atau tenggorok
penderita, dan
c. Kontak langsung, seperti berjabat tangan.
Influenza juga dapat ditularkan melalui air liur, cairan hidung, kotoran dan darah. Virus
flu dapat tetap menular selama sekitar satu minggu pada suhu tubuh manusia, lebih dari 30
hari pada 0°C, dan tanpa batas waktu pada suhu yang sangat rendah (seperti danau di timur
laut Siberia). Virus ini dengan mudah dilemahkan oleh desinfektan dan deterjen.

3
2.1.2 Patofisiologi Influenza
Infeksi virus yang menyebar melalui droplet pernapasan. Partikel virus mengikat sel -
sel epitel pernapasan yang kaya reseptor virus. Neuraminidase pada virus membantu proses
infeksi dengan melepaskan partikel virus yang telah terikat lendir pada permukaan sel epitel.

Gambar 1. Invasi dan repilkasi virus Influenza (Anonim, 2007)


Virus mengikat sel melalui interaksi antara glikoprotein hemagglutinin dengan gula-
asam sialik pada permukaan sel epitel di paru-paru dan tenggorokan (gambar 5) (1). Virus
masuk ke dalam sel dengan cara endositosis. Dalam endosom asam, bagian dari protein
hemaglutinin menggabungkan amplop virus dengan membran vakuola, melepaskan molekul
RNA viral (vRNA), protein aksesori dan RNA-dependent RNA polymerase ke dalam
sitoplasma (2). Protein ini dan vRNA membentuk kompleks yang diangkut ke dalam nukleus,
di mana RNA-dependent RNA polymerasememulai transkripsi complementary positive-sense
Crna (3a dan b) . Crna akan diekspor ke sitoplasma dan diterjemahkan (langkah 4), atau tetap
berada dalam nukleus. Protein virus yang baru disintesisakan disekresikan melalui aparatus
Golgi ke permukaan sel (dalam kasus neuraminidase dan hemagglutinin, 5b) atau diangkut
kembali ke dalam nukleus untuk mengikat vRNA dan membentuk partikel genom virus baru
(langkah 5a). Adapun bagi protein virus lainnya, memiliki kegunaan tersendiri dalam sel
inang berupa menurunkan mRNA seluler dan menggunakan nukleotida duntuk sintesis vRNA
dan juga menghambat translasi mRNA sel inang.
vRNA negative-senseakan membentuk genom virus baru, RNA-dependent RNA
transcriptase, dan protein virus lainnya dirakit menjadi virion. Molekul hemagglutinin dan
neuraminidase akan berkelompok membentuk suatu tonjolan di membran sel. vRNA dan
protein virus akan meninggalkan nukleus dan memasuki tonjolan membran ini (6). Tunas

4
virus dewasa lepas dari sel dalam bola membran fosfolipid inang, memperoleh hemagglutinin
dan neuraminidase dengan membran ini mantel (7).Seperti sebelumnya, virus melekat pada
sel melalui hemaglutinin. Setelah merilis virus influenza baru, sel inang akan mati (Anonim,
2014) .
Ukuran virus sangatlah kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop elektron. Dalam virus influenza terdapat material-material genetik yang berisi
informasi yang kemudian akan diduplikasi utnuk membentuk virus yang sama. Virus
memiliki lapisan pelindung protein yang akan melindungi material genetik di dalam virus,
saat virus berada dalam tubuh hewan atau manusia. Kemudian pada bagian luar sel terdapat
selubung yang membuat sel dapat menginfeksi sel dengan cara berikatan dengan lapisan luar
sel. Pada selubung virus terdapat spike-spike yang berfungsi untuk mengikat sel dengan
reseptor seperti kunci dan gembok, dan untuk melepaskan ikatan tersebut. Saat seseorang
yang bersin, bersin tersebut mengandung droplet yang berisi virus-virus influenza yang
kemudian akan terhirup oleh orang lain. Droplet tersebut akan masuk ke saluran pernafasan
kemudian akan mengalami kontak dengan reseptor pada membran lalu kemudian berikatan
menyebabkan virus masuk ke dalam sel. Virus tersebut kemudian melepaskan material-
material genetiknya yang akan masuk ke dalam nukleus untuk membentuk material-material
genetik yang baru. Di dalam sel ini, virus akan membentuk komponen-komponen virus yang
baru yang kemudian terjadi perakitan virus baru. Virus-virus baru yang terbentuk tersebut
akan kembali berikatan dengan reseptor yang selanjutnya akan terlepas dari reseptor, lalu
menginfeksi sel-sel lainnya (Nucleus medical media, 2013).

2.1.3. Gejala Klinis Influenza


Gejala dimulai 1-4 hari setelah terinfeksi dan dapat terjadi tiba-tiba. Indikasi awal
penyakit ini sering ditandai dengan menggigil atau merasa kedinginan. Demam adalah gejala
umum selama beberapa hari pertama, kadang-kadang bisa mencapai 39°C. Kebanyakan
penderita merasa begitu sakit, lemah, dan lelah sehingga harus terbaring di tempat tidur
selama beberapa hari. Sekujur tubuh terasa nyeri, terutama di punggung dan kaki. Sakit
kepala sering parah, dengan sakit di sekitar dan di belakang mata (Urban, 2009).
Awalnya, gejala pada pernafasan mungkin relatif ringan, seperti gatal atau sakit
tenggorokan, sensasi terbakar di dada, batuk kering, dan hidung berair. Kemudian, batuk
semakin parah disertai dengan dahak. Kulit menjadi hangat dan memerah, terutama pada
wajah disertai dengan mata berair. Beberapa penderita kehilangan kemampuan untuk
membaui selama beberapa hari atau minggu. Jarang terjadi kerugian yang permanen. Gejala

5
akan mereda setelah 2 atau 3 hari. Namun, kadang-kadang demam berlangsung sampai 5 hari.
Batuk, lemah, berkeringat, dan kelelahan dapat bertahan selama beberapa hari atau kadang-
kadang minggu (Urban, 2009).

2.1.4. Komplikasi Influenza


Komplikasi paling umum yang terjadi pada penderita influenza adalah pneumonia yang
berasal dari virus, bakteri, atau keduanya. Pada pneumonia virus, virus influenza akan
menyebar menyebar ke paru-paru. Pada pneumonia bakteri, bakteri yang tidak berhubungan
(seperti pneumokokus atau stafilokokus) menyerang orang yang daya tahan tubuhnya
menurun. Adapun gejala komplikasi yang diderita yaitu batuk semakin memburuk, kesulitan
bernapas, demam yang terus-menerus atau berulang, dan kadang-kadang darah atau nanah di
dahak. Pneumonia lebih umum dijumpai pada orang tua dan penderita gangguan jantung atau
paru-paru (Urban, 2009).

2.1.5. Diagnosis Influenza


Pengujian pada sampel darah atau sekret pernafasan dapat digunakan untuk
mengidentifikasi virus influenza. Tes ini terutama dilakukan jika pasien tampak sangat sakit
atau ketika dicuragai terjadinya gejala ini disebabkan oleh sebab yang lain (Urban, 2009).

2.1.6. Terapi Influenza


Tujuan terapi farmakologi untuk influenza adalah mengurangi atau meminimalkan
gejala. Obat-obat yang digunakan antara lain adalah: antihistamin, dekongestan nasal,
dekongestan oral, antitusif/ekspektoran, antipiretik dan analgesik (Depkes RI, 2006).

2.2 Pengobatan Non-Farmakologi


Influenza umumnya dapat sembuh sendiri oleh daya tahan tubuh. Di bawah ini dipaparkan
beberapa tindakan yang dianjurkan untuk meringankan gejala influenza antara lain :
1. Memperbaiki hygiene, sanitasi dan kondisi tubuh.
2. Untuk mengencerkan sekret: minum banyak cairan, menghirup uap air panas dan atau
dapat ditetesi beberapa tetes minyak atsiri. Minyak atsiri yang ditambahkan bisa berupa
minyak mint (berasal dari daun menta piperita), minyak kayu putih, minyak adas, atau tea
tree oil (berasal dari penyulingan daun eucalyptus).
3. Kompres hangat untuk demam.
4. Ukur suhu badan tiap 4-6 jam.

6
5. Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering ditenggorokan
mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.
6. Istirahat yang lebih banyak untuk memulihkan daya tahan tubuh.
7. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi akan
menambah daya tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandung
vitamin.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya influenza,
yaitu :
1. Melakukan vaksinasi flu secara rutin tiap tahun. Mencuci tangan adalah cara terbaik
dalam mencegah infeksi flu biasa.
2. Makan secara benar dan tidur secara teratur.
3. Berolahraga secara teratur.
4. Menghindari zat-zat atau benda-benda yang menyebabkan alergi (rinitis alergi).

2.3 Pengobatan Farmakologi


2.3.1 Bahan Obat Tradisional untuk pengobatan Influenza
 Resep 1
o Bahan : 1 bagian bawang putih, 1 bagian bawang merah, 1 bagian jahe.
o Cara membuat : Kupas, cuci, kemudian seduh bahan-bahan tersebut. Tutup selama 15
menit, sisihkan jahenya, makan bawang merah dan bawang putih, kemudian minum
airnya (Yuliarti, 2008)
 Resep 2
o Bahan : Labu air 4 jari, daun bayam 25 gram, air jeruk nipis 1 sendok makan, dan air
masak ½ cangkir.
o Cara membuat : Cuci labu air dan bayam, lalu tumbuk halus dan remas-remas dengan
air masak. Tambahkan jeruk nipis, lalu peras dan saring.
o Aturan pakai : Ramuan ini diminum sekaligus, 2 kali sehari (Herti dan Lusi, 2004)
 Resep 3
o Bahan : Jeruk nipis yang tua 1 buah dan madu murni 3 sendok makan.
o Cara Membuat : Peras dan ambil air jeruk nipis, lalu tambahkan madu dan aduk rata.
o Cara Memakai : Ramuan ini diminum 2 kali sehari, masing-masing 2 sendok makan
(Herti dan Lusi, 2004)
 Resep 4
o Bahan : 10 lembar daun sirih dan 25 gram kunyit (dipotong-potong).

7
o Cara Membuat : Dicuci bersih, lalu direbus bahan-bahan tersebut dengan 600 cc air
hingga tersisa 300 cc, disaring, ditambahkan madu atau gula batu.
o Cara Memakai : Airnya diminum 2-3 kali, setiap kali minum 100-150 cc (Herti dan
Lusi, 2004).

2.4 Sediaan Obat Tradisional yang Beredar di Pasaran


 Jamu Pilek
o Indikasi : Mengobati pilek dengan gejala-gejala sukar bernafas, hidung tersumbat,
keluar ingus disertai bersin/batuk terus menerus dan sakit kepala.
o Komposisi : Buah kapulogo 15% (Amomi Fructus), buah ketumbar 10% (Coriandri
Fructus), lada hitam 10% (Piperis nigri Fructus), cabe jawa 15% (Retrofracti
Fructus), lengkuas 15% (Languatis Rhizoma), jahe 15% (Zingiberis Rhizoma).
o Aturan Pakai : Diminum setiap hari 2 kali @ 1 bungkus.
o Produsen : Air Mancur
 Jamu Sekalor
o Indikasi : Mengobati sakit kepala karena flu, kurang tidur, masuk angin, gangguan
pada pencernaan, dan ketegangan urat syaraf.
o Komposisi : Daun sangketan 10% (Achyranthi Folium), temulawak 20% (Curcumae
Rhizoma), jahe 15% (Zingiberis Rhizoma), lempuyang Wangi 15% (Zingiberis
aromaticae Rhizoma), bengle 10% (Zingiberis purpurei Rhizoma), kulit kina 10%
(Cinchonae Cortex).
o Aturan Pakai : Diminum setiap hari 2 kali @ 1 bungkus.
o Produsen : Air Mancur
 Jamu Batuk Flu
o Indikasi : Mengobati batuk dan flu serta membantu meningkatkan kekebalan tubuh.
o Komposisi : 300 mg kencur (Kampheria galanga rhizoma), 200 mg temulawak
(Curcuma xanthoriza), 200 mg kapulaga (Ammomuncardamomum), 100 mg jahe
merah (Zingiber officinale), dan 100 mg pegagan (Centella asiatica).
o Aturan pakai : Diminum 3x 2 kapsul perhari.
o Produsen : UD. Rahmasari

8
2.5 Pengobatan Dengan Obat-Obat Sintetik
Tidak ada terapi spesifik untuk influenza. Pengobatannya bersifat simptomatis karena
pada dasarnya influenza adalah penyakit yang self-limiting (bisa sembuh sendiri). Obat
penurun panas, dekongestan dan pengencer dahak, antialergi dapat diberikan bila gejala
sangat mengganggu.
 Dekongestan
Dekongestan mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat. Obat dekongestan oral antara
lain : Fenilpropanolamin, Fenilefrin, Pseudoefedrin dan Efedrin.
a. Kegunaan obat
Mengurangi hidung tersumbat.
b. Hal yang harus diperhatikan
Hati-hati pada penderita diabet juvenil karena dapat meningkatkan kadar gula darah,
penderita tiroid, hipertensi, gangguan jantung dan penderita yang menggunakan antidepresi.
Mintalah saran dokter atau Apoteker.
c. Kontraindikasi
Obat tidak boleh digunakan pada penderita insomnia (sulit tidur), pusing, tremor, aritmia
dan penderita yang menggunakan MAO (mono aminoksidase) inhibitor.
d. Efek samping
o Menaikkan tekanan darah
o Aritmia terutama pada penderita penyakit jantung dan pembuluh darah.
e. Aturan pemakaian
 Fenilpropanolamina
o Dewasa : maksimal 15 mg per takaran 3-4 kali sehari
o Anak : usia 6-12 tahun maksimal 7,5 mg per takaran 3-4 kali sehari
 Fenilefrin
o Dewasa : 10 mg, 3 kali sehari
o Anak : usia 6 – 12 tahun : 5 mg, 3 kali sehari
 Pseudoefedrin
o Dewasa : 60 mg, 3 – 4 kali sehari
o Anak : usia 2-5 tahun : 15 mg, 3 - 4 kali sehari
usia 6-12 tahun : 30 mg, 3 - 4 kali sehari
 Efedrin
o Dewasa : 25 – 30 mg, setiap 3 – 4 jam
o Anak : sehari 3 mg/kg berat badan, dibagi dalam 4 – 6 dosis yang sama

9
 Dekongestan Topikal (oksimetazolin)
a. Hal yang harus diperhatikan
o Hindari dosis melebihi yang dianjurkan
o Hati-hati sewaktu meneteskan ke hidung
o Dosis tepat dan masuknya ke lubang hidung harus tepat,
o Jangan mengalir keluar atau tertahan,
o Tidak boleh digunakan lebih dari 7-10 hari,
o Segera minum setelah menggunakan obat, karena air dapat mengencerkan obat yang
tertelan,
o Ujung botol obat dibilas dengan air panas setiap kali dipakai,
o Penggunaan obat pada pagi dan menjelang tidur malam dan tidak boleh digunakan
lebih dari 2 kali dalam 24 jam.
o Obat tidak boleh digunakan untuk anak berumur dibawah 6 tahun, karena efek
samping yang timbul lebih parah, dan juga pada ibu hamil muda.
b. Efek samping
Merusak mukosa hidung karena hidung tersumbat makin parah, rasa terbakar, kering, bersin,
sakit kepala, sukar tidur, berdebar.
b. Aturan pemakaian
o Dewasa dan Anak > 6 tahun 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,005% setiap lubang
hidung,
o Anakusia 2-5 tahun 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,025% setiap lubang hidung
Beberapa contoh sediaan obat untuk pengobatan sendiri (swamedikasi) penyakit Influenza :
1. Bodrexin Pilek Alergi
 Komposisi : Per 5 ml Pseudoephedrin HCl 7,5 mg, Chlorpheniramin maleate 0,5 mg
 Indikasi : Meredakan rhinitis alergi, bersin-bersin, dan hidung tersumbat
 Dosis : Anak 6-12 tahun 2 sdt, 2-5 tahun 1 sdt. Diberikan 3 kali sehari
 Kontraindikasi : Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat, dan terapi
bersama dengan MAOI.
 Efek samping : Gangguan GI, gangguan psikomotorik, takikardia, aritmia, palpitasi,
retensi urin, sakit kepala, insomnia, eksitasi, tremor, kesulitan berkemih, mengantuk.
 Interaksi Obat : MAOI
 Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas
 Produsen : PT Tempo Scan Pacific

10
2. Decolgen FX
 Komposisi : Acetaminophen 650 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, Chlorpheniramin
maleat 2 mg
 Indikasi : Flu disertai sakit kepala berat dan meringankan gejala flu lainnya seperti
demam , hidung tersumbat, serta bersin.
 Dosis : Dewasa 1 kapl Anak 6-12 tahun ½ kapl. Diberikan 3 kali sehari.
 Golongan Obat : Obat Bebas
 Produsen : PT Medifarma Lab
3. Mixagrip
 Komposisi : Per kapl Paracetamol 500mg, Chlorpeniramin maleat 2mg,
Phenylpropanolamin HCL 25mg.
 Indikasi : Pilek, flu, batuk, demam, nyeri
 Dosis : Dewasa 1-2 kapl Anak ½-1 kapl.3-4 kali sehari
 Kontraindikasi : Hipertiroid, hipertensi, peny koroner, nefropati,terapi MAOI
 Efek samping : Mengantuk, pusing, mulut kering, serang seperti epilepsi (dosis
besar), ruam kulit.
 Interaksi Obat : Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek
diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan
 Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral.
 Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas
 Produsen : PT Dankos Farma
4. Neozep Forte
 Komposisi : Phenylpropanolamin HCl 15 mg, Paracetamol 250 mg, Salicylamid 150
mg, Chlorpheniramin maleat 2 mg, Ascorbic acid 25 mg
 Indikasi : Flu, rhinitis alergi
 Dosis : Dewasa 1 tablet 3-4 kali sehari Anak > 6 tahun ½ dosis dewasa
 Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas
 Produsen : PT Medifarma Lab
5. Procold Tablet
 Komposisi : Asetaminophen 500 mg, Pseudoephendrin HCl 30 mg, Chlorpheniramin
maleat 2 mg
 Indikasi : Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan
bersin-bersin

11
 Dosis : Dewasa 1 kapl Anak ½ kapl. Diberikan 3 kali sehari
 Kontraindikasi : Terapi MAOI, usia lanjut
 Efek Samping : Gangguan GI, gangguan psikomotor, takikardia, kerusakan hati,
palpitasi, retensi urin, mulut kering.
 Interaksi Obat : Penggunaan bersama antidepresan tipe penghambat MAO dapat
menyebabkan krisis hipertensi
 Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas
 Produsen : PT Kalbe Farma
6. Bisolvon Flu syrup 60 ml
 Komposisi : Bromhexin HCl 4 mg, Paracetamol 150 mg, Chlorpheniramin maleat 2
mg, Phenylephrin HCl 5 mg
 Indikasi : Meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan
bersin-bersin yang disertai batuk.
 Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun 10 ml, Anak 6-12 tahun 5 ml. Diberikan 3
kali sehari
 Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi jantung, Diabetes Melitus.
 Efek samping : Mengantuk, gangguan pencernaan, sakit kepala, insomnia, eksitasi,
tremor, takikardia, aritmia, mulut kering, palpitasi, sulit berkemih. Reaksi alergi,
termasuk ruam kulit, urtikaria, bronkospasme.
 Interaksi Obat : MAOI, antibiotik (amoksisilin, sefuroksim, eritromisin, doksisiklin),
CaCl2, kanamisin sulfat, noradrenalin, Na pentobarbital,meglumin adipidon, Anastesi
lokal butakain
 Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas
 Produsen : PT Boehringer Ingelheim
7. Panadol Cold & Flu
 Komposisi : Paracetamol 500 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, Dextrometorphan HBr
15 mg.
 Indikasi : Meredakan gejala hidung tersumbat, batuk yang tidak berdahak, dan demam
menyertai influenza
 Dosis : Dewasa 1 kapl tiap 4-6 jam. Maks. 8 kapl/25jam. Tidak untuk anak <12
tahun.
 Kontraindikasi : Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat dan
gangguan fungsi hati, terapi bersama dengan MAOI.

12
 Efek samping : Kadang-kadang takikardia, dispepsia, mual, kemerahan pada kulit,
depresi pernafasan dan SSP, mengantuk, konstipasi, pusing.
8. Afrin
 Komposisi : Oxymetazoline HCl
 Indikasi : Pengobatan hidung tersumbat, pengobatan dan pencegahan infeksi telinga
tengah.
 Dosis : Semprot hidung Dewasa dan anak > 6tahun 2-3 semprot 2 kali sehar, Tetes
hidung 2-3 tetes 2 kali sehari
 Kontraindikasi : Hipersensitiv, hipertiroidisme, hipertensi, penyakit jantung, anak < 6
tahun
 Efek samping : Rasa terbakar pada hidung/tenggorokan, iritasi lokal, mual, sakit
kepala, mukosa hidung kering. Kongesti nasal (penggunaan jangka lama)Apnu dan
kolaps tiba-tiba pada bayi
 Interaksi Obat : MAOI, antihipertensi
 Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas
 Produsen : PT Schering-Plough
9. Paratusin sirup
 Komposisi : Noscapine 10 mg, Chlorpheniramin maleat 2 mg, glyceril guaiacolat 25
mg, Paracetamol 125 mg, succus liquid 125 mg, Pseudoephedrin HCl 7,5 mg..
 Indikasi : Flu dengan gejala demam, sakit kepala, pilek, bersin, batuk dan pegal linu.
 Dosis : Anak 6-12 tahun 5-10 ml, 1-6 tahun 2,5-5 ml, <1 tahun 2,5 ml. Diberikan 3-
4 kali sehari.
 Kontraindikasi : Hipertiroid, hipertensi, terapi dengan MAOI, nefropati
 Efek samping : Mengantuk, pusing, mulut kering, ruam kulit, kejang epileptiform
(dosis besar).
 Interaksi Obat : Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek
diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi
sebagai antikoagulan oral.
 Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas
 Produsen : PT Prafa

13
10. Fludexin sirup
 Komposisi : Paracetamol 120 mg, Dextrometorphan HBr 3,5 mg, Chlorpheniramin
maleat 0,5 mg, Phenyleprin HCl 1,75 mg.
 Indikasi : Flu, pilek, batuk, rhinitis alergi, sinusitis
 Dosis : Anak 6-12 tahun 1-2 tsp, 3-6 tahun ½-1 tsp, <3tahun ½ tsp. Diberikan 3-4
kali sehari
 Kontraindikasi : gangguan fungsi hati dan ginjal.
 Efek samping : Gangguan GI, banyak keringat, rasa haus,mulut kering, palpitasi,
tremor.
 Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas
 Produsen : PT Dexa Medica

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penyebab terjadinya influenza disebabkan oleh infeksi virus.
2. Tindakan agar tidak terkena influenza adalah dengan menjaga kebersihan diri terutama
kebersihan tangan.
3. Swamedikasi/terapi farmakologi influenza bersifat simptomatis karena pada dasarnya
influenza adalah penyakit yang self-limiting (bisa sembuh sendiri).
4. Beberapa contoh sediaan obat untuk pengobatan sendiri (swamedikasi) penyakit
Influenza :
o Bodrexin Pilek Alergi
o Decolgen FX
o Mixagrip
o Neozep Forte
o Procold Tablet
o Bisolvon Flu syrup 60 ml
o Panadol Cold & Flu
o Afrin
o Paratusin sirup
o Fludexin sirup
5. Sediaan Obat Tradisional yang Beredar di Pasaran
o Jamu Pilek
o Jamu Sekalor
o Jamu Batuk Flu
6. Bahan Obat Tradisional untuk pengobatan Influenza
Resep 1
o Bahan : 1 bagian bawang putih, 1 bagian bawang merah, 1 bagian jahe.
o Cara membuat : Kupas, cuci, kemudian seduh bahan-bahan tersebut. Tutup selama 15
menit, sisihkan jahenya, makan bawang merah dan bawang putih, kemudian minum
airnya (Yuliarti, 2008)

15
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia . Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 649.
Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di
Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Yuliarti, ID. 2008. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu Dengan perilaku pemberian asi
eksklusif. Tesis tidak dipublikasikan, Surakarta : UNS.

16

Anda mungkin juga menyukai