Anda di halaman 1dari 16

PRESENTASI KASUS

PITYRIASIS VERSICOLOR

Disusun Oleh :
Ghaida Sakina
G4A016121

Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2018
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
PITYRIASIS VERSICOLOR

Oleh:
Ghaida Sakina
G4A016121

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.

Purwokerto, Juli 2018


Pembimbing:

dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK


NIP. 19790622 201012 2 001

2
I. LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. AS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 63 tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam

B. Anamnesis
Autoanamnesa dilakukan pada tanggal 25 Juni 2018 di Poli Umum
Puskesmas 1 Cilongok pukul 09.00:
1. Keluhan Utama :
Gatal di lengan kanan
2. Keluhan Tambahan :
Terdapat bercak keputihan di lengan kanan
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan gatal di lengan kanan sejak 4 bulan
yang lalu. Pasien juga mengeluhkan munculnya bercak-bercak warna putih
di lengan kanan. Keluhan dirasakan hilang timbul dan gatal terutama
dirasakan saat berkeringat. Pasien mengaku tidak pernah memberi obat
ketika gatal dan tidak pernah digaruk. Pasien datang ke poli karena keluhan
terus menerus muncul dan bercak di lengan dirasakan semakin banyak.
Pasien tinggal bersama istri dan anak dan sehari-hari bekerja sebagai
petani. Sehari-hari pasien jarang berganti pakaian dan mandi 2 kali sehari.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat keluhan sama : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat mondok : disangkal
g. Riwayat Pengobatan : disangkal

3
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
a. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat mondok : disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama istri dan anak dan sehari-hari bekerja sebagai
petani. Sehari-hari pasien jarang berganti pakaian dan mandi 2 kali sehari.

C. Status Generalis
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
- Tekanan Darah : 120/70
- Nadi : 82 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36.5° C
Antropometri :
- BB : 60 Kg
- TB : 170 cm
- IMT : 23.5 (Normal)
Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : ottorhea (-).
Hidung : napas cuping hidung (-) sekret (-)
Mulut : sianosis (-)
Leher : dalam batas normal
Thorax : Simteris. Retraksi (-)
Jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-).
Paru : SD vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, supel, timpani, BU (+) normal

4
D. Status Dermatologis
1. Lokasi :
Regio brachii dextra
2. Effloresensi :
Makula hipopigmentasi dengan Skuama halus

Gambar 1.1
UKK berbentuk makula hipopigmentasi multipel disertai skuama halus

E. Resume
Pasien Tn. AS datang ke poli umum puskesmas 1 Cilongok pada
tanggal 25 Juni 2018 dengan keluhan gatal di lengan kanan sejak 4 bulan
yang lalu. Pasien juga mengeluhkan munculnya bercak-bercak warna putih
di lengan kanan. Keluhan dirasakan hilang timbul dan gatal terutama
dirasakan saat berkeringat. Pasien mengaku tidak pernah memberi obat
ketika gatal dan tidak pernah digaruk. Pasien datang ke poli karena keluhan
terus menerus muncul dan bercak di lengan dirasakan semakin banyak.
Pasien tinggal bersama istri dan anak dan sehari-hari bekerja sebagai
petani. Sehari-hari pasien jarang berganti pakaian dan mandi 2 kali sehari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum dan status generalis
dalam batas normal. Pemeriksaan status lokalis pada regio brachii dextra
didapatkan efloresensi makula hipopigmentasi berjumlah multiple disertai
skuama halus diatasnya. Berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang
ditemukan pada pasien maka dapat ditegakkan diagnosis pitiriasis versikolor.

5
F. Diagnosis Banding
1. Eritrasma
2. Vitiligo

G. Diagnosis Kerja
Pityriasis Versikolor

H. Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan mikroskopis preparat KOH 10% dari kerokan kulit
Pemeriksaan lampu wood

I. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa :
a. Topikal : Krim klotrimazol 1% dioleskan 2-3x setiap hari
2. Nonmedikamentosa :
Menjaga higiene
3. Edukasi :
a. Menjaga kebersihan kulit
b. Istirahat cukup
c. Asupan nutrisi adekuat
d. Luka atau gatal jangan digaruk
e. Mandi 2x sehari
f. Sering berganti pakaian apabila berkeringat
g. Sering mencuci handuk, pakaian, sprei.

J. Prognosis
1. Quo ad vitam : ad bonam
2. Quo ad functionam : ad bonam
3. Quo ad sanationam : dubia ad bonam
4. Quo ad komestikum : ad bonam

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Pityriasis versicolor merupakan infeksi jamur superfisial yang
berlangsung kronis, ditandai dengan bercak berskuama halus berwarna putih
sampai coklat, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang
ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, wajah dan kulit kepala
(Budimulja, 2013).

B. Epidemiologi
Pityriasis versicolor dapat ditemukan di seluruh dunia dengan insidensi
tertinggi ditemukan pada negara tropis yang bersuhu hangat dan lembab,
termasuk Indonesia. Prevalensi terjadinya penyakit ini dapat ditemukan hingga
50% pada beberapa negara tropis (Tan dan Gabriela, 2015). Penyakit ini
menyerang semua ras dan dikaitkan dengan pekerjaan dan aktivitas yang
tinggi, lebih sering ditemukan pada kelompok usia 15-24 tahun saat aktivitas
kelenjar lemak lebih tinggi (Goldstein dan Beth, 2013).

C. Etiologi
Pityriasis versicolor disebabkan oleh jamur lipofilik dimorfik Malassezia
furfur yang merupakan organisme yang normal ditemukan pada kulit. Aktivasi
M. furfur terjadi akibat adanya perubahan keseimbangan flora normal kulit
akibat berbagai faktor sehingga menyebabkan organisme berkembang menjadi
bentuk mycelial yang patogenik (Tan dan Gabriela, 2015).

Gambar 2.1 Malassezia furfur

7
D. Faktor Predisposisi
1. Faktor endogen
a. Malnutrisi
b. Kondisi imunokompresi
c. Penggunaan kontrasepsi oral
d. Terapi kortikosteroid
e. Cushing syndrome
2. Faktor eksogen
a. Kelembaban udara
b. Cuaca yang panas
c. Penggunaan pakaian tebal dan tidak menyerap keringat
d. Penggunaan krim atau lotion
e. Rawat inap

E. Patogenesis
Malassezia furfur merupakan jamur dimorfik lipofilik yang termasuk ke
dalam flora normal kulit. Pityriasis versicolor terjadi ketika Malassezia
berubah dari sel yeast menjadi bentuk mycelial yang patogenik (Goldstein
dan Adam, 2013). Pada manusia, area seboroik (kulit kepala, wajah, dada dan
punggung) dikolonisasi oleh satu atau lebih spesies dari genus ini. Sebagian
besar kasus Pityriasis versicolor terjadi pada individu sehat tanpa defesiensi
imun. Alasan mengapa Malassezia furfur menyebabkan gejala klinis pada
beberapa individu dan tetap menjadi flora normal pada individu lainnya
masih belum begitu diketahui, namun beberapa faktor seperti respon imun
penjamu terhadap organisme diketahui signifikan terhadap angka kejadian
penyakit (Mendez-Tovar, 2010).
Malassezia merupakan organisme lipofilik dimana lipid sangatlah
penting untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Selain itu, stadium mycelial
dapat diinduksi secara in vitro dengan adanya kolesterol dan kolesterol ester
pada medium yang tepat. Salah satu faktor kausatif lainnya yaitu sistem imun
penjamu, dimana fungsi limfosit pada individu dengan pityriasis versicolor
diketahui mengalami penurunan (Crouse, 2017).

8
Malassezia memproduksi berbagai metabolit melalui kerja lipase yang
dapat menyebabkan perubahan warna pada lesi. Hipopigmentasi sendiri dapat
terjadi akibat: 1) pitiriasitrin dan pitirialakton yang mampu menyerap sinar
UV; 2) asam azaleat dan asam dekarboksilat yang menurunkan produksi
melanosit dengan menghambat enzim tirosinasi; 3) malasseizin yang
menginduksi apoptosis melanosit; 4) malassezindole A yang aktivitasnya
menghambat kerja tirosinase dan mengganggu sintesis tirosinase (Tan dan
Gabriela, 2015).
Salah satu ciri khas pada pityriasis versicolor adalah area hipokromik
tidak menunjukkan adanya infiltrat sel-sel inflamasi. Walaupun lesi pityriasis
versicolor tidak bersifat inflamatorik, adanya jumlah jamur yang banyak dan
metabolitnya dapat menginduksi terjadinya deskuamasi kulit yang umumnya
muncul pada pasien (Mendez-Tovar, 2010).

F. Gambaran Klinis
Efloresensi pityriasis versicolor umumnya berupa makula
hipopigmentasi atau berwarna warni, berbentuk bulat atau tidak beraturan
dengan batas tegas atau tidak tegas, dalam berbagai ukuran dengan skuama
halus di atasnya (Siregar, 2010). Skuama biasanya tipis seperti sisik dan
kadangkala hanya dapat tampak dengan menggores kulit. Bentuk papulo-
vesikular dapat terlihat meskipun jarang. Bercak-bercak ini menunjukkan
fluoresensi warna kuning keemasan dengan lampu Wood. Kelainan kulit
pityriasis versicolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di badan.
Pityriasis versicolor seringkali asimptomatik sehingga beberapa pasien tidak
mengetahui bahwa ia menderita penyakit tersebut (Budimulia, 2013).
Pasien pityriasis versicolor umumnya hanya mengeluhkan adanya
bercak-bercak putih, kecoklatan, atau merah muda, tidak gatal atau sedikit
gatal saat berkeringat. Pada orang kulit putih atau terang lesi berwarna gelap
dibandingkan kulit normal, sedangkan pada orang kulit hitam atau gelap lesi
cenderung berwarna putih. Bentuk dan ukuran lesi bervariasi, dapat berupa
makula hingga plak hipo/hiperpigmentasi, berbatas tegas atau difus, dan
tertutup skuama halus. Lesi dapat meluas, berkonfluens, atau tersebar. Tempat

9
predileksinya terutama di area yang ditutupi pakaian seperti dada, punggung,
perut, lengan atas, paha, dan leher (Tan dan Gabriela, 2015).

Gambar 2.2 Gambaran klinis pityriasis vesikolor

G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang (Budimulia, 2013). Beberapa pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Kerokan kulit
Diagnosis pityriasis versicolor umumnya dikonfirmasi dengan
pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10-20% yang menunjukkan
gambaran hifa pendek yang muncul pada kondisi infeksi. Untuk visualisasi
yang lebih baik, dapat ditambahkan beberapa pewarnaan seperti ink blue
stain, tinta Parker, Methylene blue, atau Swartz-Medrik (Crouse, 2017).
Penampakan spora dan miselium pada pemeriksaan KOH seringkali
digambarkan seperti spagheti & meatball appearance. Pengambilan
skuama dapat dilakukan dengan kerokan kulit menggunakan skalpel,
object glass, atau selotip yang dilekatkan ke lesi (Tan dan Gabriela, 2015).

10
Gambar 2.3 Kerokan Kulit pada Pitiriasis versikolor
2. Pemeriksaan lampu Wood
Pemeriksaan dengan Sinar Wood,dapat memberikan perubahan warna
pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah
yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi warna kuning
keemasan (Budimulia, 2013)

H. Diagnosis banding
1. Eritrasma
Eritrasma merupakan infeksi superfisial kronis di area intertriginosa
kulit yang disebabkan oleh Corynebacterium minutissimun, yang biasanya
ada pada kulit normal (Kibbi, 2017). Erutrasma ditandai dengan adanya lesi
berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha.
Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi
eritroskuamosa, berskuama halus dan kadang-kadang dapat terlihat merah
kecoklatan. Eritrasma tidak menimbulkan keluhan subyektif, kecuali bila
terjadi ekzematisasi karena penderita berkeringat banyak atau terjadi
maserasi kulit (Budimulia, 2013).
Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
penderita eritrasma adalah pemeriksaan lampu Wood. Pada pemeriksaan
lampu Wood, lesi tampak berfluoresensi merah membara (coral-red).
Pemeriksaan lainnya yaitu pemeriksaan kerokan kulit, dimana organisme
dapat terlihat sebagai batang pendek halus, bercabang, berdiameter 1µm
atau kurang, mudah putus sebagai bentuk basil kecil (Budimulia, 2013).

11
2. Vitiligo
Vitiligo merupakan kelainan pigmen kulit yang dikarakterisasi dengan
makula depigmentasi. Kondisi ini seringkali diasosiasikan dengan kelainan
autoimun, dengan gangguan tiroid sebagai penyebab paling sering
(Roncone, 2017). Vitiligo dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang
mengandung sel melanosit, misalnya rambut dan mata. Daerah yang sering
terkena adalah jari, mulut dan hidung, tibialis anterior, dan pergelangan
tangan bagian fleksor. Lesi berupa makula berwarna putih berbentuk bulat
atau lonjong dengan batas tegas tanpa perubahan epidermis yang lain. Pada
pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE)
umumnya tampak normal kecuali tidak ditemukannya melanosit
(Soepardiman, 2013).
I. Penatalaksanaan
Pengobatan pityriasis versicolor harus dilakukan secara menyeluruh,
tekun dan konsisten. Pasien perlu diinformasikan bahwa pityriasis versicolor
disebabkan oleh organisme yang normalnya terdapat pada kulit sehingga tidak
bersifat menular. Kondisi ini juga tidak menyebabkan bekas permanen, dan
perubahan warna kulit umumnya menghilang dalam 1-2 bulan setelah
pengobatan. Rekurensi cukup sering terjadi dan pengobatan profilaksis dapat
diberikan untuk mengurangi rekurensi (Crouse, 2017).
Pityriasis versicolor dapat diobati dengan berbagai agen topikal.
Beberapa obat topikal yang efektif yaitu suspensi selenium sulfide, salisil
spiritus 10%, derivat-derivat azol seperti mikonazol, klotrimazol, isokonazol,
dan ekonazol; dan sulfur presipitatum dalam bedak kocok (Budimulia, 2013).
Pemakaian agen topikal manapun setiap minggu selama beberapa bulan setelah
terapi dimulai dapat membantu mengurangi rekurensi pada pityriasis versicolor
(Crouse, 2017).
Terapi oral dengan antifungal sistemik dapat dipertimbangkan bila lesi
luas atau kondisi sulit disembuhkan. Agen yang biasa digunakan contohnya
adalah flukonazol dengan dosis 150-300 mg/minggu selama 2-4 minggu dan
merupakan terapi oral teraman. Itrakonzole dapat diberikan dengan dosis
200mg/hari selama 7 hari, sementara ketokonazole dengan dosis 200mg/hari

12
selama 10 hari. Salah satu review oleh Gupta et al pada tahun 2014
menyarankan regimen terapi sebagai berikut: Itrakonazole 200mg/hari selama
5-7 hari atau flukonazole 300 mg/minggu selama 2 minggu atau pramikonazole
200mg/hari selama 2 hari (Crouse, 2017).

J. Prognosis
Perjalanan penyakit berlangsung kronik, namun umumnya memiliki
prognosis yang baik. Lesi dapat meluas jika tidak diobati dengan benar dan
faktor predisposisi tidak dieliminasi. Hal lain yang dapat menjadi masalah
adalah adanya hipopigmentasi yang menetap karena dibutuhkan waktu yang
cukup lama untuk repigmentasi. Bercak umumnya akan menghilang secara
perlahan setelah menetap selama beberapa bulan (Tan dan Gabriela, 2015).
Pengobatan harus diteruskan selama 2 minggu setelah fluoresensi dengan
lampu Wood negatif dan sediaan langsung negatif (Budimulia, 2013).

13
III. PEMBAHASAN

Pasien Tn. AS usia 63 tahun datang ke poli umum puskesmas 1 cilongok


dengan keluhan gatal di lengan kanan sejak 4 bulan yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan munculnya bercak-bercak warna putih di lengan kanan. Pasien
datang dengan keluhan gatal di lengan kanan sejak 4 bulan yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan munculnya bercak-bercak warna putih di lengan kanan. Keluhan
dirasakan hilang timbul dan gatal terutama dirasakan saat berkeringat. Pasien
mengaku tidak pernah memberi obat ketika gatal dan tidak pernah digaruk. Pasien
datang ke poli karena keluhan terus menerus muncul dan bercak di lengan
dirasakan semakin banyak. Pasien tinggal bersama istri dan anak dan sehari-hari
bekerja sebagai petani. Sehari-hari pasien jarang berganti pakaian dan mandi 2
kali sehari.
Diagnosa pityriasis versikolor dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gejala klinis, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan status dermatologis. Pada
anamnesa ditemukan keluhan gatal di lengan kanan dan keluhan memberat pada
saat berkeringat. Pada pemeriksaan status dermatologis ditemukan makula
hipopigmentasi dengan skuama halus. Berdasarkan temuan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa diagnosis pada pasien ini adalah Pityriasis Versicolor.
Pada pityriasis versikolor terjadi reaksi infeksi jamur superfisial yang
ditandai dengan adanya makula dikulit, skuama halus disertai gatal. Untuk
mengurangi reaksi tersebut diberikan obat topikal berupa krim koltrimazol 1%
yang dioleskan 2-3x/hari.

14
IV. KESIMPULAN

1. Pityriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang


disebabkan oleh Malassezia furfur dan ditandai dengan adanya makula di
kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal. Infeksi ini bersifat menahun,
ringan dan biasanya tanpa peradangan. Pityriasis versicolor biasanya
mengenai wajah, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha.
2. Diagnosis pityriasis versikolor ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis, pemeriksaan fisik termasuk status dermatologi serta
pemeriksaan penunjang berupa mikroskopis atau lampu Wood
3. Penatalaksanaan pityriasis versikolor dapat berupa menjaga higiene diri,
serta diberikan agen topikal dan oral untuk menghilangkan iritasi.
4. Prognosis pityriasis versikolor adalah baik. Prognosisnya baik dalam hal
kesembuhan. bila pengobataan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten.
Pengobatan harus di teruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif.

15
DAFTAR PUSTAKA

Budimulja, Unandar. 2013. Mikosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
ke-6. Jakarta : FKUI
Crouse, L.N. 2017. Tinea Versicolor. Tersedia di:
https://emedicine.medscape.com/article/1091575-overview
Djuanda, Adi. 2013. Dermatitis Eritroskuamosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi ke-6. Jakarta : FKUI
Goldstein, B.G., dan Adam, O.B. 2013. Tine Versicolor. Tersedia di:
https://www.uptodate.com/contents/tinea-versicolor-pityriasis-versicolor
(diakses 17 maret 2018)
Handler, M.Z. 2017. Seborrheic Dermatitis. Tersedia di:
https://emedicine.medscape.com/article/1108312-overview
Kibbi, A. 2017. Erythrasma. Tersedia di:
https://emedicine.medscape.com/article/1052532-overview
Mendez-Tovar, L.J. 2010. Pathogenesis of Dermatophytosis and Tinea Versicolor.
Clinics in Dermatology. 10(28): 185-189
Roncone, K. 2017. Vitiligo. Tersedia di:
https://emedicine.medscape.com/article/1068962-overvie
Siregar, R.S. 2010. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 3. Jakarta: EGC
Soepardiman, Lily. 2013. Kelainan Pigmen dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi ke-6. Jakarta : FKUI
Tan, S.T., dan Gabriela R. 2015. Uji Provokasi Skuama Pada ptiriasis Versikolor.
CDK. 42(6): 471-474

16

Anda mungkin juga menyukai