Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU GULMA

OLEH :

NAMA : ROFI MULQI


NO BP : 1510212050
KELAS :C
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : 1. RAHMAT HIDAYAT (1410211023)
2. DESY RIKA YOHANA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : IRFAN PRATAMA PUTRA

NO. BP : 1510211021

KELOMPOK : II (DUA)

JUDUL : ILMU GULMA

Setelah diperiksa dan diteliti ulang maka laporan akhir ini telah memenuhi
persyaratan praktikum Ilmu Gulma, Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian Universitas Andalas, Padang.

Telah di Setujui

ASISTEN I ASISTEN II

RAHMAT HIDAYAT DESY RIKA YOHANA

(1410211023) (1410211087)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Praktikan ucapkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan
Prktikum Ilmu Gulmab ini dapat terselesaikan dengan baik.

Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Praktik Ilmu Gulma ini adalah untuk
melengkapi persyaratan Praktikum Mata Perkuliahan Ilmu Gulma pada semester ini.

Dengan segala kerendahan hati, izinkan penulis mengucapkan terima kasih


kepada semua pihak yang terkait,yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini. Semoga kebaikan yang diberikan oleh semua pihak kepada
penulis menjadi amal sholeh yang senantiasa mendapat balasan dan kebaikan yang
berlipat ganda dari Allah Subhana wa Ta’ala. Aamiin

Demikian kata pengantar ini Praktikan buat, semoga dapat bermanfaat,


khususnya bagi Praktikan dan pembaca pada umumnya.

Padang, November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Lembar pengesahan …………………………………………………...........


Kata Pengantar ………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………….
Daftar Tabel…………………………………………………………………..
Daftar Gambar………………………………………………………………...
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………….
B. Tujuan …………………………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gulma ……………………………...……………………………….
B. Herbisida ……………………………………………………………
C. Kalibrasi Herbisida ……………………………………………….…
BAB III METODEOLOGI
A. Waktu dan Tempat …………………………………………………
B. Alat dan Bahan ……………………………………………………
C. Cara Kerja .…………………………………………………..
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil ……………………………………………………………….
IV.2 Pembahasan ………………………………………………………..
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………….
B. Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
LAMPIRAN ………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pertanian dewasa ini menunjukan kemajuan yang semakin pesat,


namun demikian, banyak segi yang secara langsung atau tidak langsung dapat
memacu pertumbuhan gulma, seperti penanaman dalam baris, jarak tanam yang lebar,
mekanisasi, pengairan, penggunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk dan pestisida.
Berarti dengan meningkatnya intensifikasi pertanian maka masalah gulma tidaklah
semakin ringan, tetapi justru semakin berat. Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya
matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk daerah tropik juga
mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam
budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non pertanian
lainnya. Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh
pada tempat yang tidak dikehendaki menusia. Hal ini berarti tumbuhan tersebut
merugikan baik secara langsung atau tidak langsung, atau bahkan kadang-kadang
juga belum diketahui kerugian atau kegunaannya. Oleh karena itu, batasan untuk
gulma ini sebetulnya sangat luas sehingga dapat mencakup semua jenis tanaman
dalam dunia tumbuh-tumbuhan. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan
kondisi perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru diolah, maka gulma yang
dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim, sedang pada perkebunan yang elah
lama ditanamai, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan.

Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang
ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah
sebagai berikut : Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok
(tanaman budidaya) dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di
dalam tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh,
Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang
bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan
menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal
dengan istilah allelopati, Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung
hewan-hewan kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan
tersebut dapat berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan
menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya, Mempersulit
pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan, Dapat menurunkan kualitas
produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari
gulma yang kecil dengan biji tanaman budidaya.

Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman


perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa
gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica),
yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar. Persaingan antara
gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan
air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis,
menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas.
Oleh karena itu diperlukan pengendalian gulma secara efektif dan efisien.
Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah
biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang
membangun kegiatan pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah
pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukandengan cara-cara
Preventif (pencegahan), Pengendalian gulma secara fisik, Pengendalian gulma
dengan sistem budidaya, Pengendalian gulma secara biologis, Pengendalian gulma
secara kimiawi, dan Pengendalian gulma secara terpadu.

B. Tujuan
1. Mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan bersaing
dengan tanaman budidaya
2. Mengetahui spesies gulma dan dominasi suatu vegetasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. GULMA

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan,


gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi
dengannya secara khas. Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap
tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya
nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan
(Moenandir, 1990).
Berdasarkan relungnya maka vegetasi dapat dibedakan menjadi tanaman
(crop), gulma (weed), tumbuhan ruderal dan tumbuhan liar. Tanaman adalah
tumbuhan yang dibudidayakan, karena itu diinginkan manusia. Gulma merupakan
tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak dinginkan
manusia. Tumbuhan ruderal adalah tumbuhan yang tidak dibudidayakan, tumbuh
pada habitat alami yang terganggu (ruderal) tetapi bukan digunakan untuk tujuan
produksi. Sedangkan tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh pada habitat alami
(Sukman dan Yakup, 1991).

Gulma berdaun lebar. Tumbuhan ini mempuyai bentuk dun lebar, dari jenis
dikotil dan pada umumnya mempuyai lintasan C3. Gulma berdaun sempit, tumbuhan
ini mempuyai bentuk daun sempit panjang, dari jenis monokotil dan pada umumnya
mempuyai lintasan C4. Gulma semusim atau setahun (annual), tumbuhan ini
menyelesaikan daur hidupnya dari biji, tumbuh sampai mati selama semusim atau
setahun.karena banyaknya biji yang dibentuk, maka persisten.
Gulma dua tahun (bineal), tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama antara
satu sampai dua tahun. Bunga dibentuk pada tahun kedua. Gulma tahunan
(perennial), tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama lebih dari dua tahun
dan kebanyakan membentuk biji banyak dan penyebaran dan dapat pula menyebar
secara vegetatif (Moenandir, 1990).
Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang
ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah
sebagai berikut :Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok
(tanaman budidaya) dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di
dalam tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh,
Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang
bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan
menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal
dengan istilah allelopati, Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung
hewan-hewan kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan
tersebut dapat berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan
menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya, Mempersulit
pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan, Dapat menurunkan kualitas
produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari
gulma yang kecil dengan biji tanaman budidaya (Kuntohartono, 1987)
Kesuburan gulma dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan dalam
kesuburan gulma karena sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar gulma,
tempat persediaan udara bagi pernapasan akar, tempat persediaan unsur-unsur
makanan bagi gulma, tempat persediaan air bagi tumbuh-tumbuhan dan tempat
berkembangnya mikro dan makroorganisme yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan kesehatan gulma (Bangun, P. 1988).
Kesuburan dan kesehatan tanah bisa berubah-ubah. Tanah yang tadinya subur
dan sehat bisa saja menjadi kurang subur dan sakit. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan kesuburan dan kesehatan tanah menjadi menurun. Beberapa faktor
penyebab menurunnya kesuburan tanah diantaranya yaitu penyerapan zat hara oleh
tanaman, penguapan elemen hara ke atmosfer, resapan ke dalam tanah, dan
terjadinya erosi. Sedangkan faktor-faktor penyebab menurunnya kesehatan tanah
diantaranya yaitu tidak pernah melakukan pemberian bahan organik ke tanah,
pemakaian pupuk yang berlebihan (Bangun, P. 1988).
Gulma terhadap pertanaman merupakan tanaman pesaing bagi tanaman
budidaya. Persaingan tersebut bisa berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air,
cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati. Gulma bersaing untuk hidup dengan
lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 1998).
Gulma terhadap pertanaman merupakan tanaman pesaing bagi tanaman
budidaya. Persaingan tersebut bisa berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air,
cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati. Gulma bersaing untuk hidup dengan
lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 1998).
Identifikasi gulma adalah suatu metode pengenalan gulma dengan cara
menentukan nama botani dan takson gulma yang akan dikenali. Dalam melakukan
identifikasi gulma diperlukan pengetahuan dasar ilmu botani, alat bantu seperti buku
pedoman identifikasi, herbarium, dan sebagainya, serta latihan keterampilan
(Sembodo, 2010).

B. HERBISIDA
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian
rakyat atau pun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama,
penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidayabervariasi,
tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu sajapraktek
pertanian di samping faktor lain. Di negara yang sedang berkembang, kerugian
karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan
dunia.Tanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu
masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, makakemungkinan
besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total (Moenandir, 1988).

Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman


perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa
gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica),
yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar. Persaingan antara
gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan
air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis,
menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas.
Oleh karena itu diperlukan pengendalian gulma secara efektif dan efisien.
Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan.Mencegah biasanya
lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah.Di negara-negara yang sedang
membangun kegiatan pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah
pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukandengan cara-cara
Preventif (pencegahan), Pengendalian gulma secara fisik, Pengendalian gulma
dengan sistem budidaya, Pengendalian gulma secara biologis, Pengendalian gulma
secara kimiawi, dan Pengendalian gulma secara terpadu. Herbisida merupakan bahan
kimia yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan gulma.Reaksi yang
ditimbulkan herbisida pada gulma berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
kandungan bahan aktif herbisida dan morfologi gulma yang akan dikendalikan.
Herbisida berdasarkan cara kerjanya dibedakan atas herbisida sistemik dan herbisida
kontak. Berdasarkan waktu aplikasi, herbisida dibedakan menjadi herbisida pra
tanam, pra tumbuh dan puma tumbuh (Moenandir, 1988).
Aplikasi herbisida berdasarkan cara kerjanya dibedakan atas herbisida kontak
dan herbisida sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang dapat mematikan
langsung jaringan yang terkena herbisida terutama yang berwarna hijau.Herbisida
sistemik adalah herbisida yang setelah diserap kemudian ditranslokasikan ke seluruh
tubuh.(Moenandir, 1988).

Teknik pengendalian secara kimia dengan menggunakan herbisida lebih


sering digunakan karena lebih efisien dari segi waktu dan biaya.(Sukman dan Yakup,
1995).

Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat membunuh atau menghambat


pertumbuhan gulma. Reaksi yang ditimbulkan herbisida pada gulma berbeda-beda.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan aktif herbisida dan morfologi
gulma yang akan dikendalikan (Tjitrosoedirdjo, et al, 1984).
Aplikasi herbisida berdasarkan cara kerjanya dibedakan atas herbisida kontak
dan herbisida sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang dapat mematikan
langsung jaringan yang terkena herbisida terutama yang berwarna hijau. Herbisida
sistemik adalah herbisida yang setelah diserap kemudian ditranslokasikan ke seluruh
tubuh. (Moenandir, 1988).

Karena terbatasnya tenaga kerja untuk menyiang, dalam mengendalikan


gulma petani mulai beralih dari penyiangan secara manual ke pemakaian herbisida.
Selain itu, penggunaan herbisida lebih ekonomis dan efektif mengendalikan gulma
dibanding cara lain, terutama pada hamparan yang luas. Pengendalian gulma
dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi populasi gulma sehingga penurunan
hasil secara ekonomis menjadi tidak berarti (Soerjandono, 2005).

Cara kerja herbisida di kelompokkan menjadi dua yaitu: herbisida kontak dan
sistemik. Herbisida kontak Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang
terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif
berfotosintesis.Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam
setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Herbisida Sistemik
Cara kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan
jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya.
Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam tanah, sehingga
menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Contoh herbisida sistemik adalah glifosat,
sulfosat (Noor, 1997).

Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh gulma.


Herbisida telah banyak digunakan dalam bidang pertanian. bersama dengan
penggunaan pupuk, varietas, insektisida dan lain-lain, hrbisida dapat meningkatkan
produk pertanian. Di daerah dimana tenaga kerja sangat terbatas, penggunaan
herbisida sangat dibutuhkan. Herbisida dapat diaplikasikan sebelum tanam, sebelum
tumbuh dan sesudah tumbuh. Klasifikassi herbisida dapat berdasar berbagai macam
(Sudarmo, 2007).

C. KALIBRASI HERBISIDA

Kalibrasi adalah peneraan alat semprot untuk memperoleh ukuran larutan


yang keluar dari mulut nozel secara tepat persatuan waktu.Menyatakan bahwa
keberhasilan penyemprotan sangat ditentukan oleh tingkat peliputan (tingkat
penutupan) yakni banyaknya droplet yang menutupi bidang sasaran (Lerch, 1984)

Makin banyak jumlah droplet pada tiap cm2 bidang


sasaran, makin besar kemungkinan dapat terkena Herbisida sehingga semakin besar
kemungkinan penyemprotan berhasil (Moenandir, J., 1988).

Selain itu ketepatan hasil kalibrasi menentukan efektivitas dan efisiensi biaya
pengendalian gulma. Jumlah kebutuhan larutan sangat bergantung pada jenis alat
semprot, nozzle, kecepatan berjalan penyemprot, kondisi gulma, dan kondisi areal
(Barus, 2007).

Waktu aplikasi mempunyai pengaruh juga dalam aktivitas herbisida. Gugus non
selektif dengan pengaruh residu rendah biasanya diaplikasikan sebagai herbisida pra-
tanam. Gulma yang mempunyai perakaran yang banyak dalam permukaan tanah akan
menjadi pada gugusan herbisida pra tumbuh (Moenandir, J., 1988)

Ada dua cara kalibrasi yaitu kalibrasi brdasarkan jumlah larutan dan kalibrasi
berdasarkan luas area. Pada cara yang pertama jumlah larutan sudah ditentukan
terlebih dahulu, misalnya 600 L/ha. Cara yang kedua dilakukan dengan terlebih
dahulu menghitung waktu yang diperlukan sesuai dengan kecepatan berjalan operator
sambil menyemprot kemudian dihitung volume semprot berdasarkan lama waktu
tersebut. Cara yang kedua sesuai untuk kalibrasi pada areal yang kondisinya sulit
untuk orang berjalan. Bila kita menggunakan herbisida, maka diharapkan herbisida
yang diberikan harus tepat dosis, waktu dan cara aplikasi. Maka untuk mencapai hal
tersebut diperlukan a) Keterampilan yang dimiliki, b) Pengetahuan yang baik tentang
herbisida dan cara penyemprotannya, c) Pengetahuan tentang lingkungan dan
kesehatan (Sukman dan Yakup,2002).

Proses budidaya pertanian selalu memiliki korelasi dengan kegiatan


pengendalian, baik hama, penyakit, gulma, dan lain-lain. Dalam proses pengendalian
tersebut, umumnya petani menggunakan peralatan-perlatan dalam pelaksanaanya. Hal
ini bergantung pada jenis pengendalian yang diaplikasikan. Pengaplikasian pestisida
cair atau bahan-bahan lain umumnya diaplikasikan menggunakan sprayer. Sprayer
merupakan alat yg difungsikan sebagai penyebar karena memiliki kemampuan
jangkauan penyebaran dan kerataan bahan ke tanaman yang merata. Jenis-jenis nozle
juga beragam, tergantung volume keluaran cairan dan luasan jangkauan. Dalam
penggunaanya didasarkan pada tujuan, misalkan untuk pengaplikasian herbisida yg
sistemik, tidak diperlukan nozle yang jangkauan dan penyebaran tinggi (Sudarmo,
1997)

Keberhasilan aplikasi herbisida ditentukan oleh beberapa hal antara lain


gulma sasaran, cuaca, jenis herbisida yang digunakan dan tata cara aplikasinya.
Syarat pengaplikasian herbisida juga harus sesuai dengan kondisi di lapangan.
Sebelum melakukan aplikasi herbisida terlebih dahulu harus mengetahui gulma
sasaran dan tanaman yang dibudidayakan serta sifat – sifatnya. Jenis herbisida juga
penting untuk diketahui apakah sesuai untuk mengendalikan gulma sasaran dan tidak
meracuni tanaman serta bagaimana herbisida tersebut diaplikasikan. Selain itu, faktor
lain yang sangat menentukan keberhasilan suatu aplikasi herbisida adalah cuaca, alat
yang digunakan dan orang yang mengaplikasikan herbisida tersebut. Apabila hal hal
tersebut sudah dilaksanakan dengan baik maka aplikasi herbisida juga dilapangan
diharapkan dapat baik pula (Djojosumarto, 2000).

Alat yang digunakan dalam pengaplikasian herbisida adalah alat penyemprot


atau sprayer. Alat penyemprot herbisida yang paling banyak digunakan adalah alat
penyemprot punggung. Sebelum melakukan pengendalian gulma, terlebih dahulu
sprayer dikalibrasi. Kalibrasi dilakukan untuk menghindari pemborosan herbisida,
memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan herbisida, dan
memperkecil pencemaran lingkungan (Yakup,dkk, 1991).
Keberhasilan penggunaan pestisida sangat ditentukan oleh aplikasi yang tepat,
untuk menjamin pestisida tersebut mencapai sasaran yang dimaksud, selain faktor
jenis dosis, dan saat aplikasi yang tepat. Dengan kata lain tidak ada pestisida yang
dapat berfungsi dengan baik kecuali bila diaplikasikan dengan tepat. Aplikasi
pestisida yang tepat dapat didefinisikan sebagai aplikasi pestisida yang semaksimal
mungkin terhadap sasaran yang ditentukan pada saat yang tepat, dengan liputan hasil
semprotan yang merata dari jumlah pestisida yang telah ditentukan sesuai dengan
anjuran dosis. Adapun cara pemakaian pestisida yang sering dilakukan oleh petani,
salah satunya adalah dengan penyemprotan (Spraying). Cara ini merupakan metode
yang paling banyak digunakan (Wudianto,1999).
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ilmu gulma dilaksanakan pada hari kamis tanggal 19 oktober 2017
pukul 09.20 WIB di rumah batu,lahan percobaan dan laboratorium agronomi fakultas
pertanian universitas andalas

B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang di gunakan saat praktikum yaitu : cangkul, tali rafia, botol isi 1
L, koran, gunting atau pisau, kertas mika, sedangkan bahan yang digunakan tanah
dari sidebank kedalaman 20 cm,dan handsprayer

C. Cara Kerja

1. Dentifikasi Gulma

Disediakan semua alat yang dibutuhkan pada saat raktikum setelah itu dicari
lokasi temat pengamatan gulma dan kemudian di ukur secara persegi sepanjang 1x1
m dan diberi pancang antar sudut dan ikat tali rafia di pancang dan lakukan
pengamatan gulma berdasarkan klasifikasinya (berdaun lebar, teki-tekian, dan
rerumputan). Gulma yang didapatkan diletakkan di koran dan tunggu beberapa
minggu sampai gulmanya kering dan kemudian di laminating.

Kemudian minggu depannya tanah di haluskan dan dimasukkan kedaalam kertas


mika dan di beri label, kemudian tanah di siram dengan handsprayer secukupnya dan
amati apakan ada gulma yang tumbuh atau tidak.

2. Seed Bank

Tanah tempat identifikasi gulma dicangkul pada kedalaman 20 cm dan


dimasukkan kedalam botol yang sudah dipotong bagian sampingnya dan pastikan
tanahnya dalam keadaan lembab kemudian minggu depannya tanah dihaluskan dan
dimasukkan kedalam kertas mika dan diberi label, kemudian tanah di siram dengan
handsprayer secukupnya dan amati apakah ada gulma yang tumbuh atau tidak.
BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa gulma yang
ditemukan pada area Kebun Percobaaan terdiri dari beberapa spesies yang gulma dan
beberapa diantaranya sulit untuk dikendalikan. Yang mana nantinya gulma gulma
tersebut dapat merugikan tanaman budidaya apabila tidak ditangani dengan serius.

B. SARAN

Disarankan kepada para praktikan agar lebih serius dalam melaksanakan


praktikum agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, P. 1987. Present status of weed problems in different food crops in


Indonesia. Report of the ASEAN PLANTI Tech Meet.on Standardization of wwed
interception. Manila, Philippines. 15 pp.

Barus, Emanuel. 2007. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Cetakan Ke-5. Kanisius,


Yogyakarta.

Djojosumarto, Panut. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida dalam Bidang Pertanian.


Kanisius: Yogyakarta
Kuntohartono. 1987. Pergesaran Gulma di Kebun Tebu dan Penanggulangannya.
Balai Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula. Pasuruan. 7 hal.

Lerch. 1984. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Moenandir, jody. 1988. Fisiologi Herbisida. Rajawali Pers: Jakarta.

Moenandir, jody. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Pers:
Jakarta.

Noor, E. Sutisna. 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Proyek


Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.

Sukman, Y. dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers:
Jakarta.

Sukman yakub, yernelis. 1995. Gulma dan teknik pengendaliannya. Fakultas


pertanian universitas sriwijaya, palembang.
Sukman, Yernelis dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT RajaGarafindo
Persada, Jakarta.
Sudarmo, Subiyakto. 2007. Pestisida. Kanisius. Yogyakarta.
Soerjandono, Noeriwan B. 2005. Teknik pengendalian gulma dengan herbisida
persistensi rendah pada tanaman padi. Buletin Teknik Pertanian Vol. 10, Nomor 1
Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolahannya. Cetakan Pertama. Graha Ilmu :
Yogyakarta.
Tjitrosoedirjo, I. H. Utomo dan J. Wiroatmojo. 1984. Pengelolaan Gulma
diPerkebunan. P. T. Gramedia. 199 hal.
Wudianto, R. 1999. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai