Anda di halaman 1dari 4

Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi

Materi : Permasalahn Gender Sepanjang Siklus Kehidupan Perempuan

Nama : Rista Novia


Nim : 1910104199
Kela :E

No Komponen Perubahan
1 Topik Pernikahan Dini
2 Kasus Yang Diambil Pernikahan Usia Dini Pada Perempuan
3 Analisis dan Jurnal Pernikahan Usia Muda (Dini) adalah Pernikahan yang dilakukan oleh
remaja di bawah umur (antara 13-18 tahun) yang masih belum cukup matang
baik fisik maupun psikologis, karena berbagai faktor antara lain faktor
ekonomi, sosial, budaya, penafsiran agama yang salah, pendidikan, dan akibat
pergaulan bebas. Individu yang menikah pada usia muda akan cenderung
bergantung pada orangtua secara finansial maupun emosional. Faktor
Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini ada dua faktor penyebab terjadinya
pernikahan dini pada kalangan remaja, yaitu sebab dari anak dan dari luar
anak.
1. Sebab dari Anak
a. Faktor Pendidikan.
Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar. Jika
seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu
dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga
merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri.
Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur.
Dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya
melakukan hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin
hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di
luar nikah.
b. Faktor telah melakukan hubungan biologis.
Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak telah
melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti
ini, orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karena
menurut orang tua anak gadis ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan
hal ini menjadi aib.
c. Hamil sebelum menikah
Jika kondisi anak perempuan itu telah dalam keadaan hamil, maka orang
tua cenderung menikahkan anak-anak tersebut. Bahkan ada beberapa kasus,
walau pada dasarnya orang tua anak gadis ini tidak setuju dengan calon
menantunya, tapi karena kondisi kehamilan si gadis, maka dengan terpaksa
orang tua menikahkan anak gadis tersebut.
2. Sebab dari luar Anak
a. Faktor Pemahaman Agama.
Ada sebagian dari masyarakat kita yang memahami bahwa jika anak
menjalin hubungan dengan lawan jenis, telah terjadi pelanggaran agama. Dan
sebagai orang tua wajib melindungi dan mencegahnya dengan segera
menikahkan anak-anak tersebut.
Ada satu kasus, dimana orang tua anak menyatakan bahwa jika anak
menjalin hubungan dengan lawan jenis merupakan satu: “perzinahan”. Oleh
karena itu sebagai orang tua harus mencegah hal tersebut dengan segera
menikahkan. Saat mejelis hakim menanyakan anak wanita yang belum
berusia 16 tahun tersebut, anak tersebut pada dasarnya tidak keberatan jika
menunggu dampai usia 16 tahun yang tinggal beberapa bulan lagi. Tapi orang
tua yang tetap bersikukuh bahwa pernikahan harus segera dilaksanaka. Bahwa
perbuatan anak yang saling suka sama suka dengan anak laki-laki adalah
merupakan “zinah”. Dan sebagai orang tua sangat takut dengan azab
membiarkan anak tetap berzinah.
b. Faktor ekonomi.
Kita masih banyak menemui kasus-kasus dimana orang tua terlilit hutang
yang sudah tidak mampu dibayarkan. Dan jika si orang tua yang terlilit hutang
tadi mempunyai anak gadis, maka anak gadis tersebut akan diserahkan
sebagai “alat pembayaran” kepada si piutang. Dan setelah anak tersebut
dikawini, maka lunaslah hutang-hutang yang melilit orang tua si anak.
c. Faktor adat dan budaya.
Di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa
pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah
dijodohkan orang tuanya. Dan akan segera dinikahkan sesaat setelah anak
tersebut mengalami masa menstruasi. Padahal umumnya anak-anak
perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak
tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia
minimum sebuah pernikahan yang diamanatkan UU..
DAFTAR PUSTAKA :
Ahmad. (2009). Pernikahan Dini Masalah Kita Bersama. http://pa-bantul.net.
Diakses 2 Oktober 2019.
Tirza Aprilia,Alfa. (2016). Fenomena pernikahan dini dan solusinya. [online]
(https://student.cnnindonesia.com/inspirasi/20160318142526-322-
118315/fenomena-pernikahan-dini-dan-solusinya Akses tanggal 2 Oktober
2019, 15:58 WIB).
Farida, Anik dkk. 2007. Perempuan dalam Sistem Perkawinan dan
Perceraian di Berbagai Komunitas dan Adat. Jakarta: Balai Penelitian
dan Pengembangan Agama.
Nugroho, Titus Febrianto Adi Nugroho. 2012. Relasi Perempuan dan Laki-
laki: Sebuah Perspektif. Yogyakarta: Percetakan Kanisius.

4 Peran Bidan Pernikahan dini sangat berkaitan dengan peran kita sebagai seorang
bidan, karena salah satu tugas bidan yaitu mendampingi ibu dimulai sejak
kehamilan, persalinan, menyusui dan mempunyai anak lagi. Yang sangat
penting kaitan pernikahan dini dengan peran seorang bidan adalah
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Jika di Indonesia semakin marak
terjadinya Pernikahan dini maka tidak dapat dipungkiri Angka Kematian Ibu
juga akan semakin meningkat. Untuk itu penting untuk seorang bidan dalam
menekan pernikahan dini, caranya dengan melakukan penyuluhan terkait
dampak negative pernikahan dini, serta memberikan penjelasan tertang
organ reproduksi wanita yang belum siap untuk mengandung
5 Kesimpulan Pernikahan dini menjadi masalah yang serius karena sebuah pernikahan
akan berujung pada kehamilan, yang selanjutnya akan melahirkan. Kehamilan
atau persalinan pada usia sangat dini akan beresiko si ibu mempunyai anak
terlalu banyak dan jarak antara kehamilan yang terlalu dekat. Ini terjadi karena
mereka memiliki masa usia subur yang lebih panjang dibandingkan bila
mereka menikah pada usia dewasa. Terlalu muda, terlalu dekat, dan terlalu
banyak merupakan “3 terlalu” dalam resiko kematian ibu. Masalah lain yang
dihadapi oleh perkawinan usia dini dihubungkan dengan meningkatkan
komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia, eclampsia, perdarahan pasca
persalinan dan keguguran. Penanganan Pernikahan Usia Muda adalah
Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga
kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat, Bimbingan psikologis. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu pasangan dalam menghadapi persoalan-
persoalan agar mempunyai cara pandang dengan pertimbangan kedewasaan,
tidak mengedepankan emos, Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat
banyak membantu keluarga muda baik dukungan berupa material maupun non
material untuk kelanggengan keluarga, sehingga lebih tahan terhadap
hambatanhambatan yang ada, Peningkatan kesehatan dengan peningkatan
pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi,
Ikut dalam ekskul yang keenam, Menyibukkan diri dengan belajar, Memilih
teman sepermainan yang baik. Membatasi waktu anak keluar rumah,
Lingkungan, Orangtua lebih akrab dengan anak.

Anda mungkin juga menyukai