Anda di halaman 1dari 24

KONTRASEPSI PROGESTIN

Sediaan yang mengandung progestin saja (minipil)


Sediaan Progestin
Exluton 0,5 mg Lynestrenol
Cerazette 75 µ desogestrel

Sediaan yang mengandung gestagen (Depo injeksi)


Sediaan Progestin
Depo Provera 150 mg Medroksi Progesteron Asetat

Sediaan yang mengandung kombinasi estrogen + progetin (injeksi)


Sediaan Estrogen + Progestin
Cyclofem 50 mg Medroksi Progesteron Asetat
10 mg Estradiol Sipionat

Sediiaan yang mengandung progestin (implan)


Sediaan Progestin
Norplant 36 mg Levonorgestrel
Implanon 68 mg Estragestel

Sediaan yang mengandung progestin saja (AKDR)


Sediaan Progestin
Mirena 50 mg Levonorgestrel

17
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
Profil
 Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT
-380A)
 Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
 Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
 Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
 Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular
Seksual (IMS).
Jenis
 AKDR CuT-380A
 Kecil, kerangka dari plastik yang Heksibel, berbehtuk huruf T diselubungi oleh
kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan terdapal
di mana-mana.
 AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering).
 Selanjutnya yang akan dibahas adalah khusus CuT-380A.
Cara Kerja
 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
 Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)


 AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat Sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
 Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Keuntungan
 Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi Sangat efektif -> 0,6 0,8 kehamilan/
100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125- 170
kehamilan).
 AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
 Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti).
 Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
 Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
 Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
 Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
 Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
 Membantu mencegah kehamilan ektopik.
Kerugian
 Efek samping yang umum terjadi:
- Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
- Haid lebih lama dan banyak.
- Perdarahan (spotting) antarmenstruasi.
- Saat haid lebih sakit.
 Komplikasi lain:
- Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
- Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan
penyebab anemia.
- Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
Tidak mencegah IMS termasuk HlV/AIDS.
- Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan. Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah
perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.

 Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan


AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
 Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang dalam 1- 2 hari.
 Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri.
Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.
 Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera sesudah melahirkan).
 Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal.
 Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina,
sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
PERSYARATAN PEMAKAIAN
Yang Dapat Menggunakan
 Usia reproduktif.
 Keadaan nulipara.
 Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
 Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
 Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
 Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
 Risiko rendah dari IMS.
 Tidak menghendaki metode hormonal.
 Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
 Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama (lihat kontrasepsi
darurat).
Pada umumnya [bu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif.
AKDR dapat digunakan pada Ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya:
 Perokok.
 Pascakeguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya
infeksi.
 Sedang memakai antibiotika atau antikejang.
 Gemuk ataupun yang kurus.
 Sedang menyusui.
Begitu juga ibu dalam keadaan seperti dibawah ini dapat menggunakan AKDR:
 Penderita tumor jinak payudara.
 Penderita kanker payudara,
 Pusing-pusing, sakit kepala
 Tekanan darah tinggi.
 Varises di tungkai atau di vulva.
 Penderita penyakit jantung (termasuk pen biotika sebelum pemasangan
AKDR).
 Pemah menderita stroke.
 Penderita diabetes.
 Penderita penyakit hati atau empedu,
 Malaria.
 Skistosomiasis (tanpa anemia).
 Penyakit Tiroid.
 Epilepsi.
 Nonpelvik TBC.
 Setelah kehamilan ektopik.
 Setelah pembedahan pelvik.
Catatan: Semua keadaan tersebut sesuai dengan kriteria WHO, WHO Eligibility
Criteria category 1 (lihat Bab 4). Ibu dengan kategori 2 Juga dapat menggunakan
metode ini.

Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan AKDR


 Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
 Perdarahan vagina yang tidak diketahui (Sampai dapat di evaluasi).
 Sedang menderita infeksi alat genital (vaginatis, servisitis)
 Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus
septik
 Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.
 Penyakit trofobla
 Diketahui menderita tbc pelvik
 Kanker alat genital
 Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Sudah lebih dari 30 tahun terakhir, AKDR menjadi metode yang cukup populer di
antara pengguna kontrasepsi. Pada kenyataannya, 1 di antara 5 pengguna
kontrasepsi adalah AKDR sehingga jumlah pengguna AKDR secara global adalah
153 juta perempuan (Salem, 2006). Popularitas AKDR terutama disebabkan oleh
tingkat kepuasan yang tinggi terhadap metode ini, yang disebabkan oleh: Metode
jangka panjang, efektivitas kontraseptif dan kembalinya kesuburan yang sangat
tinggi.
 Tidak ada efek samping hormonal.
 Tidak mahal jika ditinjau dari rasio biaya dan waktu penggunaan kontrasepsi.
 Metode yang nyaman, tidak perlu disediakan setiap bulan dan pemeriksaan
berulang.
AKDR pascapersalinan merupakan metode yang aman, efektif dan nyaman bagi
sebagian besar perempuan. Untuk perempuan yang kurang mendapat akses ke
klinik reproduksi atau fasilitas kesehatan, AKDR pascaplasenta merupakan
kesempatan yang paling baik untuk mengontrol fertilitas pascapersalinan.
Keuntungan lain adalah motivasi yang tinggi untuk menjaga kesehatan dan
membantu tumbuh kembang bayi dan jaminan untuk tidak segera hamil kembali.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan untuk AKDR pascapersalinan adalah:
 Konseling AKDR seharusnya sudah diberikan selama ibu hamil melakukan
asuhan antenatal.
 Pelaksana pemasangan AKDR pascapersalinan harus memiliki kompetensi
untuk melaksanakan hal tersebut karena tingkat ekspulsi berhubungan erat
dengan teknik insersi dan kompetensi petugas.
 Perlu dilakukan kontrol ulang (4-6 minggu) untuk memastikan AKDR masih ada
di kavum uteri.

KLASIFIKASI WHO TENTANG AKDR


Klasilikasi l
 Pascakeguguran tanpa infeksi.
 Pascaplasenta (dalam 10 menit pertama).
 Pascapersalinan (4 minggu atau lebih).
 Riwayat kehamilan ektopik.
 Riwayat kista atau mioma yang tidak mengubah kondisi kavum uteri.
 Riwayat infeksi vagina yang bukan IMS.
 Riwayat karsinoma payudara.
 Riwayat penyakit radang panggul (PID).
 Diabetes dan penyakit katup jantung.
 Perokok dan obesitas.
klasifikasi 2
 Berusia di bawah 20 tahun atau nulipara muda.
 Dismenore, menoragia, endometriosis.
 Pascakeguguran trimester kedua.
 Pascapersalinan di bawah 48 jam (tanpa infeksi).
 Kelainan anatomik uterus yang tidak mengganggu bentuk kavum uteri.
 Sedang mengalami infeksi vagina (diterapi dulu dan bukan LMS).
 Penderita HIV dengan kondisi klinik yang memadai.
 Anemia
 Sedang mengalami gangguan katup jantung (perlu profilaksis antibiotika).
Klasilikasi 3
 Pascapersalinan setelah 48 jam atau di bawah 4 minggu.
 Penyakit trofoblas jinak.
 Sedang mengalami karsinoma ovarium.
 Risiko tinggi untuk IMS.
 Penderita HIV dengan ARV yang teratur.
Klasiflkasi 4
 Hamil
 Infeksi dalam 6 minggu pascapersalinan.
 Pascakcguguran dengan infeksi atau abortus septik.
 Koriokarsinoma.
 Karsinoma serviks atau endometrium.
 Mioma uteri yang mengubah bentuk kavum uteri.
 Tuberkulosis pelvik.
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas diketahui asalnya.
 Sedang mengalami penyakit radang panggul (PID), servisitis purulenta,
gonorea.

AKDR POST-PLASENTA
Kita pemah mengenal program insersi AKDR (IUD) postpartum di mana pasien
mendapat insersi AKDR pascapersalinan. Program telsebut tidak pemah
dikembangkan lagi.
Dengan adanya cara yang relatif baru yaitu insersi AKDR post-plasenta mungkin
mempunyai harapan dan kesempatan bagi banyak ibu yang tak ingin hamil lagi.
Teknik ini cukup aman. Hanya sebagian kecil (3-8%) ibu yang menginginkan anak
lagi. Bagi Indonesia dengan kesulitan hidup yang cukup tinggi (30% miskin), dan
banyaknya unmet need (8,6%) maka teknologi ini perlu ditawarkan Pasien
hendaknya mendapat konseling sebelum persalinan.
 Pemasangan AKDR dapat dilakukan juga pada saat seksio sesarea.
Peningkatan penggunaan AKDR akan mengurangi kehamilan yang tidak
diinginkan di masa depan, sehingga akan mcngurangi angka kematian ibu di
Indonesia.
Efektivitas
 AKDR post-plasenta telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi
dan perdarahan.
 Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10%) dan ini harus disadari oleh pasien;
bila mau akan dapat dipasang lagi.
 Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko ekspulsi.
Oleh karena itu diperlukan pelatihan.
 Kontraindikasi pemasangan post-plasenta ialah: ketuban pecah lama, infeksi
intrapartum, perdarahan postpartum
Teknologi
 AKDR umumnya jenis Cu-T dimasukkan ke dalam fundus uteri dalam 10 menit
setelah plasenta lahir. Penolong telah menjepit AKDR di ujung jari tengah dan
telunjuk yang selanjutnya menyusuri sampai ke fundus.
 Pastikan bahwa AKDR diletakkan dengan benar di fundus. Tangan kiri
penolong memegang fundus dan menekan ke bawah. Jangan lupa memotong
benang AKDR sepanjang 6 cm sebelum insersi.
Pemantauan
Klien hendaknya diberikan pendidikan mengenai manfaat dan risiko AKDR. Bila
terjadi ekspulsi AKDR dapat kembali dipasang. Pemeriksaan AKDR dapat di~
lakukan setiap tahun atau bila terdapat keluhan (nyeri, perdarahan, demam dsb).
Tabel 17-1: Penanganan efek samping yang umum dan permasalahan yang
lain
Efek Samping Penanganan
Permasalahan
Amenorea Periksa apakah sedang hamil apabila tidak jangan Iepas
AKDR lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea
apabila dikehendaki. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan
untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan
kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak teriihat, atau
kehamilan Iebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepaskan.
Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan
kehamilannya tanpa melepas AKDR. jelaskan adanya risiko
kemungkinan teriadinya kegagalan kehamilan dan infeksi
serta perkembangan kehamilan harus Iebih diamati dan
diperhatikan.
Kejang Pastikan dan tegaskan adanya Penyakit Radang Panggul
dan penyebab lain dan kekejangan. Tanggulangi
penyebabnya apabila ditemukan. Apabila tidak ditemukan
penyebabnya beri analgesik untuk sedikit meringankan.
Apabila klien mengalami kejang yang berat, lepaskan
AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi
yang lain
Pendarahanan vagina Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan
yang hebat dan tidak ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan
teratur berkelanjutan serta perdarahan hebat, Iakukan konseling
dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3 x sehari selama
1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet
besi (1 tablet setiap hari selama1 sampai 3 bulan). AKDR
memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila
klien telah memakai AKDR selama Iebih dari 3 bulan dan
diketahui menderita anemi (Hb <7g/%) aniurkan untuk
melepas AKDR dan bantulah memilih metode lain yang
sesuai.
Benang yang hilang Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah
AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak
terlepas, berikan kondom. Periksa talinya di dalam saluran
endoserviks dan kavum uteri (apabila memungkinkan
adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid
berikutnya. Apabila tidak ditemukan ruiuklah ke dokter,
Iakukan X-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak
hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah
AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode Iain.
Adanya pengeluaran Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila
cairan ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita
gonorhoe atau infeksi klamidial, Iakukan pengobatan yang
memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 iam.
Apabila AKDR dikeluarkan, beri metode Iain sampai
masalahnya teratasi.

Waktu Penggunaan
 Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamll.
 Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
 Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL) Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera
atau selama 48 jam pascapersalinan.
 Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi.
 Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.

Petunjuk bagi Klien


 Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR.
 Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR
secara rutin terutama setelah haid.
 Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan
benang setelah haid apabila mengalami:
- Kram/kejang di perut bagian bawah.
- Perdarahan (spotting) di antara haid atau setelah sanggama.
- Nyeri setelah sanggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman
selama melakukan hubungan seksual.
 Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat
dilakukan lebih awal apabila diinginkan.
 Kembali ke klinik apabila:
- Tidak dapat meraba benang AKDR.
- Merasakan bagian yang keras dari AKDR.
- AKDR terlepas
- Siklus terganggu/meleset.
- Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.
- Adanya infeksi.
Informasi Umum
 AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan.
 AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa
bulan pertama.
 Kemungkinan terjadi perdarahan atau spotting beberapa hari setelah
pemasangan.
 Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak.
 AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien.
 Jelaskan pada klien jenis AKDR apa yang digunakan, kapan akan dilepas dan
berikan kartu tentang semua informasi ini.
 AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS termasuk virus AIDS. Apabila
pasangannya berisiko, mereka harus menggunakan kondom seperti halnya
AKDR.

18
KONTRASEPSI MANTAP

TUBEKTOMi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak ingin anak
lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan tubektomi sehingga diperlukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah
seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini.
Tubektomi termasuk metode efektif dan tidalk menimbulkan efek samping jangka
panjang. Efektivitas tubektomi:
 Kurang dari 1 kehamilan per 100 (5 per 1000) pcrempuan pada tahun petama
penggunaan.
 Pada 10 tahun penggunaan, terjadi sekitar 2 kehamilan per 100 perempuan
(18-19 per 1000 perempuan).
 Efektivitas kontraseptif terkait juga dengan teknik tubektomi (penghambatan
atau oklusi tuba) tetapi secara keseluruhan, efektivitas tubektomi cukup tinggi
dibandingkan metode kontrasepsi lainnya. Metode dengan efektivitas tinggi
adalah tubektomi minilaparotomi pascapersalinan.
Efek Samping, Risiko, dan Komplikasi
Jarang sekali ditemukan efek samping, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
Keuntungan
 Mempunyai efek protektif terhadap kehamilan dan Penyakjt Radang Panggul
(PID). Beberapa studi menunjukkan efek protektif terhadap Ranker ovarium.
Resiko
 Walaupun jarang, tetapi dapat terjadi komplikasi tindakan pembedahan dan
anastesi. Penggunaan anestesi lokal sangat mengurangi risiko yang terkait
dengan tindakan anestesi umum.

Salah Persepsi Yang Harus Dikoreksi Terkait Tubektomi


Tubektomi
 Tidak menyebabkan pengguna menjadi lemah
 Tidak menimbulkan nyeri pinggang, uterus, atau abdomen yang
berkepanjangan Bukan prosedur pengangkatan uterus (histerektomi) .
 Tidak menyebabkan gangguan keseimbangan hormon
 Tidak menyebabkan perubahan pola haid (menoragia, metroragia, polimehore)
 Tidak menambah nafsu makan atau berat badan
 Tidak menurunkan libido
 Mengurangi risiko kehamilan ektopik
Tubektomi Sesuai Untuk
 Pasangan yang tidak ingin menambah anak lagi
 Ibu Pascapersalinan
 Ibu Menyusui
 Tidak ingin menggunakan kontrasepsi yang harus dipakai atau disiapkan setiap
waktu
 Perempuan dengan gangguan kesehatan yang bertambah berat jika terjadi
kehamilan
 Pengguna kontrasepsi yang menimbulkan gangguan pola haid
Enam Hal Penting dalam Konseling Tubektomi
 Masih ada berbagai jenis kontrasepsi jika klien belum mantap untuk tubektomi
 Tubektomi adalah prosedur bedah minor
 Selain menguntungkan, tubektomi juga memiliki risiko
 Setelah tubektomi, klien tidak dapat hamil lagi
 Tubektomi bersifat permanen.
 Klien dapat (setiap saat) membatalkan pilihan untuk menggunakan tubektomi.
selama prosedur tubektomi belum dilaksanakan
Kelaikan Medik Tubektomi (WHO 2007)
Klasifikasi C
 Perdarahan pervaginam yang belum ketahui penyebabnya (perlu evaluasi atau
konfirmasi) ‘
 Infeksi panggul yang akut
 Infeksi sistemik yang akut (mlsalnya; influenza, gastroenterits, hepatitis virus,
dan sebagainya)
 Anemia (Hb < 7 g/dl)
 Infeksi kulit di daerah operasi
 Kanker ginekologik
 Trombosis vena dalam
Klasifikasi D
 Diabetes Mellitus
 Penyakit jantung simptomatis
 Hipertensi (> 160/100 mmHg) terutama yang disertai kelainan vaskuler
 Kelainan Pembekuan Darah
 Obesitas (> 80 kg/176 cm), perbandingan tinggi dan berat badan tidak normal.
 Hernia abdominalis atau hernia umbilikalis
 Parut sayatan/sayatan ganda pada dinding abdomen bawah
Protil
 Sangat efektif dan permanen.
 Tindak pembedahan yang aman dan sederhana.
 Tidak ada efek samping. .
 Konseling dan informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan.
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang perempuan.

Jenis
 Minilaparotomi.
 Laparoskopi.
Mekanisme Kerja
Dengan mengoklusi tuba falopii (meningkatkan dan memotong atau memasang
cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
Manfaat
Kontrasepsi
 Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan )
 Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
 Tidak bergantung pada faktor sanggama.
 Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius,
 Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
 Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
 Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium).
Nonkontrasepsi
Berkurangnya risiko kanker ovarium.
Keterbatasan
 Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.
 Klien dapat menyesal di kemudian hari.
 Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum).
 Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
 Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau
dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi).
 Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.
Isu-isu Klien
 Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini.
 Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus
ditandatangani oleh klien sebelum prosedur ini dilakukan; informed consent
form dapat ditandatangani oleh seorang saudara atau pihak yang bertanggung
jawab atas seorang klien yang kurang paham atau tidak dapat memberikan
informed consent, misalnya individu yang tidak kompeten secara kejiwaan.

Yang Dapat Menjalani Tubektomi


 Usia > 26 tahun.
 Paritas >2
 Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.
 Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius. '
pascapersalinan.
 Pascakeguguran.
 Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
Tabel 18-1: Keadaan yang memerlukan kehati-hatian
Keadaan Anjuran
Masalah-masalah medis yang signifikan Klien dengan masalah medis yang
(misalnya penyakit jantung atau signifkan menghendaki penatalaksanaan
pembekuan darah. Penyakit radang lanjutan dan bedah yang khusus.
panggul sebelumnya/sekarang, obesitas , Misalnya, prosedur ini harus dilakukan di
diabetes ) rumah sakit tipe A atau B atau fasilitas
swasta dan bukan di sebuah ambulatory
facility. Bila memungkinkan, masalah-
masalah medis yang signifikan sebaiknya
dikontrol sebelum proses pembedahan.
Anak tunggal dan/atau dengan tanpa anak Nasihat yang sangat hati-hati dan
sama sekali membutuhkan waktu tambahan untuk
mengambil keputusan yang bijak.
Bantulah klien untuk memilih metode
yang lain, bila perlu.
Yang Sebaiknya Tidak Menjalani Tubektomi
 Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).
 Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi).
 Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau
dikontrol).
 Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
 Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan.
 Belum memberikan persetujuan tertulis.
Kapan Dilakukan
 Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien
tersebut tidak hamil
 Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
 Pascapersalinan.
- Minilap: di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.
- Laparoskopi: tidak tepat untuk klien-klien pascapersalinan.
 Pascakeguguran
- Triwulan pertama: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvik (minilap atau laparoskopi).
- Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik
(minilap saja).
Tabel18-2: Penanganan atas komplikasi yang mungkin terjadi
Komplikasi Penanganan
Infeksi luka Apabila terlihat infeksi luka. obati dengan
antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan drainase
dan obati seperti yang terindikasi.
Demam pascaoperasi (>38°C) Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan.

Luka pada kandung kemih, Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila
intestinal (jarang terjadi) kandung kemih atau usus luka dan diketahui
sewaktu oparasi. Iakukan reparasi primer.
Apabila ditemukan pascaoperasi. diruiuk ke
rumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan Iembab di
tempat tersebut. Amati; hal ini biasanya akan
berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat
membutuhkan drainase bila ekstensif.
Emboli gas yang diakibatkan Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan
oleh laparoskopi (sangat jarang mulailah resusitasi intensif, termasuk: cairan
terjadi) intravena, resusitasi kardio pulmonar, dan
tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati
pembedahan berdasarkan apa yang ditemukan.
Pendarahan superfisial (tepi- Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan
tepi kulit atau subkutan) apa yang ditemukan.

Intruksi Kepada Klien


 Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi
aktivitas normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke aktivitas normal
di dalam waktu 7 hari setelah pembedahan).
 Hindanri hubungan intim hingga merasa cukup nyaman. Setelah mulai kembali
melakukan hubungan intim, hentikanlah bila ada perasaan kurang nyaman.
 Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu.
 Kalau sakit, minumlah1l atau 2 tablet analgesik (atau penghilang rasa sakit)
setiap 4 hingga 6 jam.
 Jadwalkanlah sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari
setelah pembedahan. (Petugas akan memberi tahu tempat layanan ini akan
diberikan).
 Kembalilah setiap waktu apabila Anda menghendaki perhatian tertentu, atau
tanda-tanda dan simptom-simptom yang tidak biasa.

Informasi Umum
 Nyeri bahu selama 12 24 jam setelah laparoskopi relatif lazim dialami karena
gas (C02 atau udara) di bawah diafragma, sekunder terhadap
pneumoperitoneum.
 Tubektomi efektif setelah operasi.
 Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa. (Apabila mempergunakan
metode hormonal sebelum prosedur, jumlah dan durasi haid dapat meningkat
setelah pembedahan).
 Tubektomi tidak memberikan perlindungan atas IMS, termasuk virus AIDS.
Apabila pasangannya berisiko, pasangan tersebut sebaiknya mempergunakan
kondom bahkan setelah tubektomi.

VASEKTOMI
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin anak lagi. Perlu
prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah seorang klien
sesuai untuk menggunakan metode ini.

Gambar 18-1: Lokasi okulasi vas desferens


Vasektomi:
 Disebut juga sebagai metode kontrasepsi operatif lelaki.
 Metode permanen untuk pasangan tidak ingin anak lagi.
 Metode ini membuat sperma (yang disalurkan melalui vas deferens) tidak dapat
mencapai vesikula seminalis yang pada saat ejakulasi dikeluarkan bersamaan
dengan cairan semen.
 Untuk oklusi vas deferens, diperlukan tindakan insisi kecil (minor) pada daerah
rafe skrotalis.
 Penyesalan terhadap vasektomi, tidak segera memulihkan fungsi reproduksi
karena memerlukan tindakan pembedahan ulang.
Vasektomi termasuk metode efektif dan tidak menimbulkan efek samping jangka
panjang.
Efektivitas vasektomi
 Setelah masa pengosongan sperma dari vesikula seminalis (20 kali ejakulasi
menggunakan kondom) maka kehamilan hanya terjadi pada 1 per 100
perempuan pada tahun pertama penggunaan.
 Pada mereka yang tidak dapat memastikan (analisis sperma) masih adanya
sperma pada ejakulasi atau tidak patuh menggunakan kondom hingga 20 kali
ejakulasi maka kehamilan terjadi pada 2- 3 per 100 perempuan pada tahun
pertama penggunaan.
 Selama 3 tahun penggunaan, terjadi sekitar 4 kehamilan per 100 perempuan.
 Bila terjadi kehamilan pascavasektomi, kemungkinannya adalah:
- Pengguna tidak menggunakan metode tambahan (barier) saat sanggama
dalam 3 bulan pertama pascavasektomi.
- Oklusi vas deferens tidak tepat.
- Rekanalisasi spontan.
Manfaat Non-kontraseptif Vasektomi
 Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang.
 Tinggi tingkat rasio eflsiensi biaya dan lamanya penggunaan kontrasepsi.
Keterbatasan Vasektomi
 Permanen (non-reversible) dan timbul masalah bila klien menikah lagi.
 Bila tak siap ada kemungkinan penyesalan di kemudian hari.
 Perlu pengosongan depot sperma di vesikula seminalis sehingga perlu 20 kali
ejakulasi.
 Risiko dan efek samping pembedahan kecil.
 Ada nyeri/rasa tak nyaman pascabedah.
 Perlu tenaga pelaksana terlatih.
 Tidak melindungi klien terhadap PMS (misalnya: HBV, HIV/AIDS).
Efek Samping, Risiko, dan Komplikasi
Tidak ada efek samping jangka pendek dan jangka panjang. Karena area
pembedahan termasuk superiisial, jarang sekali menimbulkan risiko merugikan
pada klien. Walaupun jarang sekali, dapat terjadi nyeri skrotal dan testikular
berkepanjangan (bulanan atau tahunan). Komplikasi segera dapat berupa
hematoma intraskrotal dan infeksi. Teknik vasektomi tanpa pisau (VTP) sangat
mengurangi kejadian infeksi pascabedah.

Salah Persepsi yang Harus Dikoreksi terkait Vasektomi


Vasektomi:
 Bukan kebiri atau kastrasi karena hanya vas deferens yang diikat, bukan
testisnya .
 Tidak mempengaruhi libido
 Tidak mengganggu fungsi seksual atau disfungsi ereksi
 Tidak membuat klien menjadi lemah atau kurang jantan
Vasektomi Sesuai untuk Lelaki
 Dari semua usia reproduksi (biasanya < 50)
 Tidak ingin anak lagi, menghentikan fertilitas, ingin metode kontrasepsi yang
sangat efektif dan permanen.
 Yang istrinya mempunyai masalah usia, paritas atau kesehatan di mana
kehamilan dapat menimbulkan risiko kesehatan atau mengancam keselamatan
jiwanya.
 Yang memahami asas sukarela dan memberi persetujuan tindakan medik untuk
prosedur tersebut.
 Yang merasa yakin bahwa mereka telah mendapatkan jumlah keluarga yang
diinginkan.
Kelaikan Medik Vasektomi (WHO 2007)
Klasifikasi C
 Infeksi kulit di tempat insisi atau area pembedahan
 Infeksi akut saluran kcmih atau genitalia
 Infeksi sistemik akut (misalnya: influenza, gastroenteritis, hepatitis virus)
 Penyakit jantung simptomatik, kelainan pembekuan darah, diabetes
KIasifikasi D
 Varikokel Besar
 Hernia Inguinalis
 Filariasis
 Parut skrotum
 Riwayat bedah skrotum atau testis sebelumnya
 Massa intraskrotal (perlu konfirmasi atau evaluasi lebih lanjut)
 Testis tidak turun tetapi tidak ada riwayat infertilitas
 Kriptordismus (termasuk yang bilateral tetapi tidak punya riwayat infertilitas
sebelumnya)
 Penyakit yang berkaitan dengan PMS atau transmisi penyakit menular melalui
hubungan seksual (misal: AIDS, HBV, dan sebagainya)
 Anemia berat atau sedang menggunakan antikoagulansia
Profil
 Sangat efektif.
 Tidak ada efek samping jangka panjang.
 Tindak bedah yang aman dan sederhana.
 Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan.
 Konseling dan informed consent mutlak diperlukan.
Batasan
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria
dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
Indikasi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
Kondisi yang Memerlukan Perhatian Khusus bagi Tindakan Vasektomi
 Infeksi kulit pada daerah operasi.
 Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien.
 Hidrokel atau varikokel yang besar.
 Hernia inguinalis.
 Filariasis (elefantiasis).
 Undesensus testikularis.
 Massa intraskrotalis.
 Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan
antikoagulansia.
Konseling, Informasi, dan Persetujuan Tindakan Medis
 Klien harus diberi informasi bahwa prosedur vasektomi tidak mengganggu
hormon pria atau menyebabkan perubahan kemampuan atau kepuasan
seksual.
 Setelah prosedur vasektomi, gunakan salah satu kontrasepsi terpilih hingga
spermatozoa yang tersisa dalam vesikula seminalis telah dikeluarkan
seluruhnya cara empirik, sperma-analisis akan menunjukkan hasil negatif
setelah 15-20 kali ejakulasi.
Informasi bagi Klien
 Pertahankan band aid selama 3 hari.
 Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik atau digaru
 Boleh mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basah. Setelah 3 hari luka
boleh dicuci dengan sabun dan air.
 Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering.
 Jika ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik seperti parasetamol atau ibuprofen
setiap 4-5 jam.
 Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3 hari.
 Boleh bersanggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah kehamilan
pakailah kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai
ejakulasi 15-20 kali.
 Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi.
Penilaian Klinik
Riwayat sosiomedik yang perlu diketahui dari seorang calon akseptor vasektomi
meliputi hal-hal berikut.
 Riwayat operasi atau trauma pada regio skrotalis atau inguinalis.
 Riwayat disfungsi seksual, termasuk impotensi.
 Kondisi area skrotalis (ketebalan kulit, parut atau infeksi).
 Temuan berupa undesensus testikularis, hidrokel/varikokel, massa
intraskrotalis atau hernia inguinalis.
 Riwayat alergi.
 Adanya proteinuria atau diabetes mellitus.
Tempat Pelayanan dan Petugas Pelaksana Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
Tim Medis VTP merupakan petugas kesehatan yang dilatih secara khusus untuk
melakukan prosedur vasektomi. Di Indonesia, pusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas) yang memiliki Tim Medis VTP merupakan fasilitas kesehatan
terdepan yang dapat memberikan pelayanan kontrasepsi khusus ini. Walaupun
prosedur Vasektomi merupakan tindakan bedah minor, ketersediaan peralatan
dan medikamentosa untuk tindakan gawat darurat merupakan syarat mutlak
pelayanan. Akses ke fasilitas kesehatan rujukan juga harus tersedia setiap saat.
Komplikasi
 Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat setelah
tindakan. Komplikasi selama prosedur dapat bempa komplikasi akibat reaksi
anafilaksis yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi
berlebihan terhadap anyaman pembuluh darah di sekitar vasa deferensia.
 Komplikasi pascatindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau abses
pada testis, atrofi testis, epididimitis kongestif, atau peradangan kronik
granuloma di tempat insisi. Penyulit jangka panjang yang dapat mengganggu
upaya pemulihan fungsi reproduksi adalah terjadinya antibodi sperma.

REKANALISASI
Rekanalisasi Tuba Falopii
Operasi rekanalisasi dengan teknik bedah mikro sudah banyak dikembangkan.
Teknik ini tidak saja menyambung kembali tuba falopii dengan baik, tetapi juga
menjamin kembalinya fungsi tuba. Hal ini disebabkan oleh teknik bedah mikro
yang secara akurat menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal,
mengurangi perlekatan pascaoperasi, mempertahankan flsiologi tuba, serta
menjamin fimbriae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih
tetap baik.
Seleksi Kasus
Tidak semua klien pascatubektomi dapat dengan mudah menjalankan rekanalisasi
atau dikabulkan pennintaan rekanalisasinya. Beberapa pertimbangan harus
diberikan untuk keberhasilan rekanalisasi tersebut.
Beberapa indikasi kontra antara Iain
 Umur klien > 37 tahun.
 Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari faktor ovarium).
 Suami oligospermi atau azoospermi.
 Keadaan kesehatan yang tidak baik, di mana kehamilan akan memperburuk
kesehatannya.
 Tuberkulosis genitalia interna.
 Perlekatan organ-organ pelvik yang luas dan berat.
 Tuba yang sehat terlalu pendek (kurang dari 4 cm).
 Infeksi pelvis yang masih aktif.
Beberapa pertimbangan sebelum memutuskan untuk operasi
Pemilihan klien dilakukan berdasarkan:
 Pemeriksaan praoperatif
- Anamnesis yang lengkap, termasuk laporan operasi daerah pelvis dan
penyakit panggul terdahulu
- Pemeriksaan fisik umum (status generalis).
- Pemeriksaan ginekologis.
- Pemeriksaan laparoskop, dan/atau
- Pemeriksaan histerosalpingografi.
 Keputusan untuk operasi dan waktunya
- Apakah bisa dilakukan pembedahan mikro pada kasus tersebut.
- Apakah tindakan pembedahan tersebut akan memberikan hasil yang baik
untuk klien agar dapat hamil.
Bila jawaban YA, harus ditentukan waktu operasi. Tindakan pembedahan
biasanya dilakukan di Rumah Sakit oleh ahli bedah yang terlatih serta dengan
sarana yang lengkap untuk operasi mikro (micro surgery).

Anda mungkin juga menyukai