Materplan e Gov Klaten PDF
Materplan e Gov Klaten PDF
KATA PENGANTAR
Master Plan e-Government ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan acuan setiap instansi di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Klaten dalam mengimplentasikan e-Government sebagai
bagian dari kebijakan dan strategi nasional pemerintah dalam implemntasi e-Government guna
mewujudkan good governance.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Konsep e-Government
Menurut PBB (2006), e-Government didefinisikan sebagai penggunaan Internet and the world-
wide-web dalam rangka pelayanan informasi dari pemerintah kepada masyarakat. Sedangkan
definisi e-Government menurut Jeong (2007), e-Government adalah pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pelayanan kepada masyakarat, yang dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai elemen dari
pemangku kepentingan.
e-Government dapat diaplikasikan pada pada semua ranah pemerintahan, mulai dari
administrasi publik, legislatif bahkan yudikatif. Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan efisiensi
internal, menyampaikan pelayanan publik yang cepat dan efektif, bahkan dapat mewujudkan
proses kepemerintahan yang lebih demokratis.
Pada pengembangan e-Government yang lebih luas, pemanfaatan teknologi informasi dan
komuniasi tidak dibatasi hanya pada penggunaan internet , namun ada beberapa perangkat
lainnya yang bisa digunakan seperti telephone, fax, PDA, SMS text messaging, MMS, wireless
networks, Bluetooth, CCTV, tracking sistems, biometric identification (seperti finger print), road
traffic management, identity cards, smart cards, TV and radio, email, media sosial, newsgroups
and electronic mailing lists, online chat, and teknologi instant messaging.
Penerapan teknologi informasi tidak serta merta dapat memecahkan permasalahan dalam
organisasi. Berbagai permasalahan umum yang dijumpai dari penerapan teknologi informasi
adalah sebagai berikut.
1. Kurangnya komitmen dari SDM, baik di tingkat operator maupun di tingkat pimpinan.
2. Kurangnya kompetensi SDM untuk mengelola e-Government
3. Masih tingginya ego sektoral sehingga sulit mengintegrasikan informasi yang seharusnya
bisa dikelola bersama-sama.
4. Masih belum dipahami dengan baik bahwa sistem informasi merupakan sistem yang
tumbuh. Sehingga ketika dibuat, sistem tersebut tidak hanya digunakan, namun juga
dipeliharan dan dikembangkan,.
5. Kurangnya kegiatan pasca implementasi, seperti pendampingan, monitoring dan evaluasi,
koordinasi antar bagian yang terlibat dalam penerapan sistem.
6. Minimnya anggaran baik untuk pemeliharaan maupun untuk pengembangan sistem.
Sementara itu, tantangan yang dihadapi pemerintah semakin berat, di antaranya adalah:
1. Tingginya kesadaraan masyarakat akan pentingnya kejelasan pelayanan, kecepatan
pelayanan, dan kemudahan prosedur pelayanan.
2. Tuntutan masyarakat atas pelayanan yang cepat, bersih, dan transparan.
Penggunaan teknologi informasi semakin luas di masyarakat, sehingga potensi tersebut harus
menjadi media yang efektif bagi penyelenggaraan pelayanan pemerintah kepada masyarakat
secara lebih baik.
1. Minimnya komitmen dan kompetensi SDM di pemerintahan.
2. Sulitnya merubah budaya kerja dari pola manual ke pola elektronik.
Untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang baik dapat dicapai dengan merencanakan
implementasi teknologi informasi yang terpadu, holistik, bertahap, realistik dan terukur. Oleh
karena itu perlu disusun pedoman yang menjadi acuan dalam pengembangannya.
BAB 2
METODOLOGI
2.1 Sekilas Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten
Kabupaten Klaten merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan berada
di kota Klaten. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di utara, Kabupaten
Sukoharjo di timur, serta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat. Kompleks
Candi Prambanan, salah satu kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, berada di
Kabupaten Klaten.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Pemerintah Kabupaten Klaten, menyatakan bahwa Susunan Organisasi
Pemerintah Kabupaten terdiri dari:
1. Bupati/Wakil Bupati
2. Sekretariat Daerah;
3. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
4. Staf Ahli Bupati;
5. Dinas Daerah;
6. Lembaga Teknis Daerah;
7. Satuan Polisi Pamong Praja;
8. Lembaga Lain;
9. Kecamatan;
10. Kelurahan;
11. Instansi Vertikal;
12. Kelompok Jabatan Fungsional.
Center for Democracy and Technology dan InfoDev menyatakan bahwa proses implementasi e-
Government memiliki 3 (tiga) tahapan yang tidak tergantung antara yang satu dengan yang
lainnya.
Inpres No.3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan, menyatakan
bahwa implementasi e-Government dapat dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut.
United Nations Division for Public Economics and Public Administration menyebutkan lima
tahapan perkembangan e-Government yaitu:
1. Emerging, Situs resmi pemerintah secara online didirikan secara independen. Informasi
masih terbatas, dasar dan statis.
2. Enhanced, Situs pemerintah meningkat, informasi menjadi lebih dinamis. Konten dan
informasi diperbarui dengan lebih teratur.
3. Interactive, Pengguna dapat men-download formulir, mengirim e-mail ke pejabat,
berinteraksi melalui web dan membuat janji dan permintaan.
4. Transactional, Pengguna dapat benar-benar membayar untuk jasa atau melakukan
transaksi keuangan secara online.
5. Seamless, Integrasi penuh dari pelayanan elektronik yang melintasi batas-batas
administrasi. Jumlah integrasi fungsi elektronik dan jasa melintasi batas-batas administrasi
dan departemen.
Gambar 2.3. Tahapan implementasi e-Government (United Nations Division for Public Economics and
Public Administration, 2008)
Washtenaw County membagi berbagai inisiatif e-Government yang ada menjadi tiga tahapan
besar, yaitu: e-Information, e-Commerce dan e-Democracy. Tiga tahapan besar pengembangan
e-Government dijelaskan sebagai berikut:
1. Publikasi, pada tahap ini yang terjadi adalah sebuah komunikasi satu arah, dimana
pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat
diakses oleh stakholder baik internal (pemerintah) dan pihak eksternal (masyarakat dan
dunia bisnis). Contoh aplikasi pada tahap ini:
a. Masyarakat, dapat membaca dan mendownload berbagai produk UU maupun
peraturan yang ditetapkan Pemerintah Daerah (DPRD/Bupati).
b. Pengusaha,dapat mengetahui syarat-syarat mendirikan sebuah perusahaan terbatas
seperti yang diatur dalam UU dan bagaimana prosedur pendirian harus dilaksanakan;
c. Peneliti, dapat mengakses berbagai data statistik hasil pengkajian berbagai lembaga
pemerintahan untuk dipergunakan sebagai data sekunder;
d. Ibu Rumah Tanga, dapat memperoleh informasi kesehatan Ibu dan Anak dari situs
Dinas Kesehatan;
e. Pelajar/Mahasiswa, dapat mengetahui berbagai bea siswa yang ditawarkan oleh
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun perguruan tinggi;
f. Pemilih, secara online dapat mengetahui hasil sementara pemilihan kepala daerah
melalui situs yang dimiliki KPUD;
2. Interaksi, pada tahapan ini terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan
stakeholders. Pemerintah memberikan kanal, dimana masyarakat dapat melakukan diskusi
secara langsung (chatting, tele-conference, web-TV, dll) maupun tidak langsung (melaui e-
mail, frequent ask question, newsletter, mailing list, dll). Contoh aplikasi pada tahap ini:
a. SKPD, dapat melakukan komunikasi untuk koordinasi lintas sektoral, maupun sharing
data dan Informasi yang dibutuhkan
b. Pasien, dapat berkomunikasi gratis dengan dokter melalui keluhan penyakit yang
dideritanya melaui web-TV (konsep tele-medicine);
Setelah tim terbentuk dan project manager terpilih, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
menyusun struktur rencana kerja proyek (work breakdown structure). Mendefinisikan visi, misi,
dan obyektif saja tidak cukup di sini, karena paling tidak 6 (enam) komponen penting harus
diperhatikan pengelolaannya, masing- masing adalah:
1. Content Development, menyangkut pengembangan aplikasi (perangkat lunak), pemilihan
standar teknis, penggunaan bahasa pemrograman, spesifikasi sistem basis data,
kesepakatan user interface, dan lain sebagainya.
2. Competency Building, menyangkut pelatihan dan pengembangan kompetensi maupun
keahlian seluruh jajaran sumber daya manusia di berbagai lini pemerintahan.
3. Connectivity, menyangkut ketersediaan infrastruktur komunikasi dan teknologi informasi di
lokasi dimana e- government akan diterapkan.
4. Cyber Laws, menyangkut keberadaan kerangka dan perangkat hukum yang telah
diberlakukan terkait dengan seluk beluk aktivitas e-Government.
5. Citizen Interfaces, menyangkut pengembangan berbagai kanal akses (multi access
channels) yang dapat dipergunakan oleh seluruh masyarakat dan stakehodere-Government
di mana saja dan kapan saja diinginkan.
6. Capital, menyangkut pola permodalan proyek e-Government yang dilakukan terutama
berkaitan dengan biaya setelah proyek selesai dilakukan seperti untuk keperluan
pemeliharaan dan perkembangan. Di sini tim harus memikirkan jenis- jenis model
pendapatan (revenuemodel) yang mungkin untuk diterapkan di pemerintahan.
Saat ini Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten belum memiliki dokumen perencanaan strategis
yang di dalamnya telah menjabarkan hubungan antara visi, misi , strategi dan program dengan
sistem e-Government termasuk mengatur tahapan dan substansi pengembangan e-
Government yang dapat menjadi acuan bagi setiap SKPD. Sementara saat ini, pola
pengembangan komponen e-Government dengan sistem kerja pemerintahan yang berlaku saat
ini dilakukan secara parsial oleh setiap SKPD. Agar pengembangan secara parsial tersebut
tetap dapat saling mendukung dan terintegrasi satu dengan yang lain, diperlukan suatu
dokumen perencanaan strategis di bidang pengembangan dan penerapan e-Government.
Dokumen ini diharapkan akan menjadi acuan mengenai pengembangan sistem e-Governement
yang terencana, terpadu, menyeluruh dan terintegrasi.
Ditinjau dari aspek legalitas, walaupun urusan Komunikasi dan Informasi termasuk dalam
urusan wajib bagi pemerintah daerah, namun sejauh ini belum ada peraturan daerah ataupun
keputusan pimpinan daerah yang secara tersurat mewajibkan setiap SKPD mengembangkan e-
Government dalam mendukung penyelenggaraan layanan SKPD, termasuk mekanisme
asessmen dan penghargaan terhadap SKPD dalam mengembangkan sistem e-Government.
Sampai saat ini acuan dalam pengembangan e-Government adalah berdasarkan Inpres Nomor
3 tahun 2003 mengenai Strategi dan Kebijakan Nasional Pengembangan e-Government.
Kabupaten Klaten saat ini belum memiliki SKPD yang dapat berperan sebagai motor penggerak
pengembangan sistem e-Government. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam
pengembangan e-Government. Eksistensi serta kewenangan SKPD tersebut sebagai leading
sector yang mengkoordinasi pengembangan komponen sistem e-Government di seluruh SKPD
sangat diperlukan karena kedudukannya akan cukup strategis. Dengan demikian peluang
pengembangan komponen e-Government antar SKPD yang terintegrasi dapat tercapai.
3. Penggunaan aplikasi khusus tersebut hanya ditujukan untuk SKPD yang bersangkutan,
tanpa ada integrasi dengan SKPD yang lain dengan tipe akses yang digunakan.
4. Sistem Operasi komputer khususnya komputer client, lebih dari 90% menggunakan
Windows sebagai sistem operasi di komputernya.
5. Kepemilikan situs web resmi, dari 56 (lima puluh enam) SKPD yang terdapat di Kabupaten
Klaten, hanya ada 2 (dua) situs resmi, yaitu situs resmi Pemerintah Kabupaten Kabupaten,
PPID, LPSE dan situs resmi untuk KPU.
6. Pemerintah Kabupaten Klaten saat ini telah memiliki situs resmi pemkab sebagai sarana
informasi publik yang saat ini dapat diakses di alamat www.klatenkab.go.id. Keberadaan
situs ini masih perlu terus disosialisasikan sejalan dengan pengembangan fitur dan
manfaatnya. Saat ini fungsi dari web tersebut masih terbatas pada publikasi informasi,
sementara ke depan web tersebut harus mampu menjadi portal bagi publik untuk
mengakses dan melakukan interaksi dengan seluruh SKPD di Kab Klaten
7. Semua SKPD sudah memiliki e-mail resmi, tetapi jadwal pemeriksaan email tidak dilakukan
secara berkala. Dalam pertukaran informasi sebagian besar SKPD menggunakan mail tidak
berbayar seperti gmail.com ataupun yahoo.com. Situs sosial media juga sering digunakan
dalam melakukan pertukaran informasi antar SKPD.
3. Konektivitas komputer melalui LAN dan internet tidak merata di semua komputer. Dari 34%
SKPD yang terhubung dengan internet, tersedia konektivitas melalui LAN. Media transmisi
yang paling banyak digunakan untuk akses melalui wifi. Telkomnet tampaknya sangat
dominan sebagai penyedia jasa internet yang paling banyak digunakan responden dalam
mengakses internet.
4. Perawatan jaringan semuanya dilakukan dengan menggnakan jasa pihak ketiga. Ditinjau
dari sisi pengadaan infrastruktur komunikasi data, tampaknya infrastruktur yang ada saat ini
masih belum memadai terutama jika nantinya setiap SKPD diharapkan saling terkoneksi di
dalam suatu jaringan intranet ataupun internet di lingkungan pemerintah Kabupaten Klaten.
Berdasarkan pengamatan, saat ini jaringan komputer dan akses internet masih terbatas di
beberapa SKPD saja. Keberadaan jaringan dan akses internet tampaknya juga belum
begitu dimanfaatkan untuk menunjang efektifitas dan efisiensi fungsi penyelenggaraan
pemerintah di setiap SKPD.
Terdapat 2 aplikasi yang berjalan di jaringan intranet yaitu SIAK dan SIMDA. SIAK yaitu Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan yang digunakan oleh 26 Kecamatan dan 1 Dinas
Dukcapil. Kondisi jaringan hanya 25 yang terkoneksi dan 1 kecamatan yang tidak terkoneksi
yaitu kecamatan Bayat. Koneksinya menggunakan radio 5,8 dan 2,4 Mhz. Kecamatan yang
menggunakan 2,4 Mhz yaitu Tulung, Polanharjo, Jatinom, Karanganom dan yang lainnya sudah
menggunakan radio 5,8 Mhz
SIMDA yaitu Sistem Keuangan Daerah dipakai oleh semua SKPD di Kabupaten Klaten
sejumlah 56 SKPD. SIMDA yang menggunakan radio yaitu 26 kecamatan dan 18 SKPD yaitu
Dinas Perhubungan, Dinas Pertanian, BAPERMAS, Kantor KB dan PP, Dinas PU dan ESDM,
DISBUDPARPORA, BPBD, Inspektorat, Kantor Ketahanan Pangan, Kantor Arsip dan
Perpustakaan, Badan Lingkungan Hidup, Kantor Kesbangpol, Kantor KPMPT, SATPOL PP,
Dinkes Klaten, Dinas Pendidikan, Dinsosnakertrans, BAPPEDA. Sedangkan SKPD lainnya
yang berada di lingkungan SETDA sejumlah 12 yaitu Dinas Dukcapil, Bagian Humas, Bagian
Kesra, BKD, DPPKAD, Bagian Organisasi, Bagian Hukum, Bagian Pembangunan, Bagian
Pemerintahan, Bagian Perekonomian, Bagian Umum, Setwan. menggunakan jaringan kabel.
Kondisi SDM di Kabupaten Klaten dengan data rekapan per bulan Mei 2015 berdasarkan umur
adalah 56% pegawai berumur lebih dari atau sama dengan 50 tahun, sebanyak 19% berumur
antara 45-49 tahun, sebanyak 10% berumur 40-44 tahun, sebanyak 8% berumur antara 35-39
tahun, sebanyak 5% berumur antara 30-34 tahun, sebanyak 2% berumur 25-29 sisanya
berumur dibawah 24 tahun
Kondisi SDM di Kabupaten Klaten yang berlatar pendidikan komputer ada sebanyak 83 orang
dengan tingkat pendidikan D-3 sebanyak 66%, S-1 sebanyak 33% dan S-2 sebanyak 1%.
Gambar 2.16. Kondisi SDM Kab. Klaten Berdasarkan Tingkat pendidikan Komputer
Secara umum kondisi ideal yang akan dicapai pada saat e-Government telah diterapkan secara
utuh dan menyeluruh dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Klaten
digambarkan sebagai berikut.
1. Pemerintah Kabupaten Klaten memiliki portal situs web daerah yang didukung oleh
ketersediaan pusat data sehingga dapat melayani kebutuhan informasi dan komunikasi baik
yang bersifat G2C, G2B, G2G, yang terintegrasi. Layanan informasi dan komunikasi
tersebut juga harus dapat diakses melalui teknologi yang paling umum digunakan oleh
masyarakat.
2. Seluruh SKPD telah menerapkan sistem manajemen koordinasi dan pengelolaan dokumen
secara elektronik di lingkungan kerjanya.
3. Seluruh SKPD memiliki jaringan lokal di lingkungan kerjanya dan terhubung dalam satu
jaringan kerja pemerintah daerah serta memiliki akses internet.
4. Seluruh SKPD telah menggunakan aplikasi sistem berbasis web yang terintegrasi dalam
menunjang fungsi layanan kepemerintahan dan pengelolaan informasi sesuai dengan
standar acuan kerangka fungsional sistem pemerintahan daerah dan tugas pokok dan
fungsi masing-masing SKPD. Berbagai aplikasi yang digunakan disarankan berbasis open-
sources
5. Seluruh SDM aparatur telah menerapkan pola dan budaya kerja yang mengutamakan
kepuasan stakeholder dan benar-benar memberdayakan perangkat TIK secara optimal
6. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui penerapan sistem manajemen
berbasis TIK yang lebih efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
7. Pemanfaatan PAD dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan sehingga
mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
8. Masyarakat dapat merasakan pelayanan publik yang lebih baik, lebih cepat, lebih mudah,
dan lebih transparan. Salah satu parameter keberhasilannya dapat ditinjau dari pengukuran
tingkat kepuasan publik yang terus membaik.
9. Berkembangnya komunitas informasi masyarakat yang berasal dari berbagai kalangan
(dunia usaha, akademisi, praktisi, dan lain-lain) dan menjadi mitra pemerintah dalam
meningkatkan kemampuan masyarakat di bidang TIK sehingga mendorong terciptanya nilai
tambah ekonomi bagi masyarakat.
Sistem aplikasi e-Government disusun berdasarkan pendekatan fungsional layanan dan urusan
administrasi serta fungsi lain yang berhubungan dengan kelembagaan Pemerintah Daerah.
Fungsi-fungsi pelayanan, administrasi dan kelembagaan kemudian dikelompokan dalam grup-
grup Blok Fungsi. Setiap grup Blok Fungsi terdiri dari 1 atau lebih Modul Fungsi yang
mencerminkan kelompok dari unit fungsi yang lebih kecil. Dengan pendekatan ini, fungsi
kepemerintahan kemudian dikelompokkan menjadi blok-blok fungsi dasar umum (pelayanan,
administrasi, manajemen, pembangunan, keuangan, kepegawaian) dan fungsi lainnya,
khususnya yang berkaitan dengan fungsi kedinasan dan kelembagaan.
Disisi lain, sistem aplikasi e-Government juga disusun berdasarkan pendekatan terhadap
orientasi layanan yang disediakan sistem, apakah untuk internal pemerintahan atau
masyarakat. Juga apakah fungsi utama sistem tersebut terutama disajikan untuk memenuhi
kebutuhan spesifik instansi pemerintah tertentu atau untuk kebutuhan yang sifatnya umum
dan/atau mendasar.
Kelompok Blok Fungsi dan bagian-bagiannya (komponen Modul) disusun dalam sebuah Bagan
Fungsi disebut sebagai Kerangka Fungsional Sistem Kepemerintahan. Berdasarkan Blue Print
Aplikasi e-Government Pemerintah Daerah yang dikeluarkan oleh Departemen Komunikasi dan
Informatika tahun 2005, kerangka fungsional tersebut terbagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu
Kerangka Fungsional Dasar Umum (Gambar 2.17) dan Kerangka Fungsional Kelembagaan dan
Kedinasan (Gambar 2.18).
Dalam peta solusi aplikasi e-Government, sistem aplikasi dikelompokkan melalui pendekatan
matrik antara orientasi fungsi layanan dan sifat fungsi sistem aplikasi tersebut. Melalui
pendekatan ini, sistem aplikasi dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok sebagai berikut.
1. Kelompok sistem aplikasi yang orientasi fungsinya langsung memberikan pelayanan
kepada penggunanya (aplikasi front office)
2. Kelompok sistem aplikasi yang orientasi fungsinya lebih banyak ditujukan untuk
mememberikan bantuan pekerjaan yang bersifat administrasi kepemerintahan, serta fungsi-
fungsi kedinasan dan kelembagaan (aplikasi back office).
3. Kelompok sistem aplikasi yang fungsi layanannya bersifat mendasar dan umum, diperlukan
oleh setiap pengguna, atau setiap sistem aplikasi lain yang lebih spesifik. Sifat layanan
aplikasi dasar biasanya back-office.
Untuk setiap kelompok sistem tersebut, masing-masing dibagi lagi kedalam tiga sub-grup
berdasarkan orientasi pengguna yang dilayaninya, sebagai berikut.
1. Kelompok sistem aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani kebutuhan dan
kepentingan masyarakat (G2C: Government to Citizen)
2. Kelompok sistem aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani kebutuhan dan
kepentingan kalangan bisnis (G2B:Government to Business)
3. Kelompok sistem aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani kebutuhan
internal lembaga kepemerintahan, atau kebutuhan dari pemerintah daerah lainnya (G2G:
Government to Government)
Terakhir adalah kelompok fungsi umum yang memberikan layanan integrasi dan komunikasi
antar sistem aplikasi, juga masalah sekuriti, dan lain-lain.
2.5.3 Infrastruktur
Infrastruktrur perangkat keras dan jaringan merupakan aspek yang sangat penting dalam
pelaksanaan e-Government karena infrasruktur tersebut merupakan perangkat pendukung
berjalannya aplikasi layanan dalam e-Government, baik yang berhubungan langsung dengan
masyarakat (front end public service) dan layanan pendukung dalam pelaksanaan operasional
internal di pemerintahan (back-end service). Agar dapat berjalan, kedua layanan tersebut harus
didukung oleh infrastruktur perangkat keras dan jaringan.
Bentuk kerangka kerja yang ideal dari implementasi e-Government adalah sebagai berikut:
Tentunya agar keempat tahapan ini dapat dijalankan, diperlukan perangkat keras dan jaringan
pendukung dengan rasio jumlah dan kualitas yang cukup memadai. Dapat diambil kesimpulan
gambaran kondisi ideal yang ingin dicapai dalam pengembangan dan penerapan sistem e-
Government dari sisi infrastruktur komputer dan jaringan adalah bahwa seluruh SKPD di
lingkungan Kabupaten Klaten dapat terhubung dalam satu jaringan sehingga konektivitas dan
integrasi aplikasi yang akan dikembangkan dapat berjalan secara efektif dan efisien
Dari perbandingan terhadap kedua kondisi tersebut akan diperoleh gambaran mengenai
kesenjangan atau gap yang terjadi antara kondisi aktual saat ini dan kondisi ideal sehingga
akan dapat diidentifikasi gambaran kebutuhan aktual aplikasi dan infrastruktur baik kebutuhan
pengembangan aplikasi dan infrasturktur yang sudah ada maupun kebutuhan pembangunan
aplikasi dan infrastruktur baru
Kesenjangan yang terjadi dari sisi aplikasi lebih disebabkan karena sebagian besar SKPD
belum menggunakan aplikasi khusus yang meningkatkan kemudahan dan kecepatan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Selain itu, khusus untuk SKPD yang sudah memiliki
aplikasi khusus, perlu dilakukan tinjauan mengenai lingkup yang dapat ditangani oleh aplikasi
tersebut. Apakah sudah mampu mencover semua tupoksi serta apakah SDM yang ditugaskan
menjalankan aplikasi tersebut telah memiliki kemampuanyang memadai.
Kesenjangan yang terjadi pada infrastruktur jaringan adalah belum adanya koneksi antar SKPD
yang akan memudahkan hubungan antar SKPD,terutama untuk pemakaian layanan internal
yang terintegrasi untuk seluruh SKPD yang ada. Integrasi tersebut perlu memperhatikan
peletakkan pusat koneksi Kabupaten Klaten yang akan dikelola oleh satu SKPD sebagai
penanggung jawab.
Koneksi Local Area Network di setiap SKPD perlu disediakan untuk memaksimalkan kinerja dari
setiap SKPD sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. Jenis koneksi jaringan harus
disesuaikan dengan topologidaerah dan jarak SKPD.
Berikut peta perbandingan data infrastruktur komputer dan jaringan pada kondisi aktual yang
diperoleh dengan kondisi ideal infrastruktur yangseharusnya tersedia
2 Komputer workstation Rata-rata masing- Setiap aparatur yang memiliki tugas yang
(PC Desktop dan Laptop) masing SKPD memiliki berhubungan langsung dengan layanan SKPD
11 unit komputer memperoleh satu unit komputer dan setiap
SKPD minimal 4 unit, sampai ke tingkat
kecamatan. Jumlah akan dirinci sesuai
kebutuhan untuk setiap SKPD
3 Perangkat Pendukung Belum semua SKPD Setiap SKPD memiliki perangkat pendukung
Jaringan LAN di setiap memiliki perangkat jaringan LAN dengan Topologi yang sesuai
SKPD (kabel , access pendukung jaringan dengan kondisi dan kebutuhan. Jumlah akan
point, hub, switch) dengan konfigurasi dirinci sesuai kebutuhan untuk setiap SKPD
jaringan LAN yang
bervariasi
4 Perangkat Pendukung Belum tersedia koneksi Setiap Jaringan LAN SKPD memiliki access
Jaringan antar SKPD jaringan antar SKPD. point dan membangun tower sesuai kebutuhan
per kluster berdasarkan kedekatan lokasi. Selain
itu dapat juga memanfaatkan tower, access
point yang ada untuk terhubung antar jaringan
tergantung dari jarak lokasi. Jumlah akan dirinci
sesuai kebutuhan untuk setiap SKPD
5 Perangkat Pendukung Belum semua SKPD Setiap Jaringan LAN SKPD terhubung dengan
koneksi internet (Media, yangmemiliki pusat jaringan, kemudian pusat jaringan yang
ISP, dll) koneksilangsung ke akan mengelola gateway untuk akses koneksi ke
internetdengan internet dan mengelola pengaturan kapasistas
kapasistasbandwith bandwith dari setiap jaringan SKPD.
yangbervariasi, dengan
jenis rovider yang
hampirsama
6 Perangkat Pendukung Pengelolaan layanan Untuk setiap pegawai memiliki alamat email
layanan Email mail dan kapasitas resmi Pemkab dengan limit space tertentu,
server belum selain itu disediakan alamat email jabatan resmi
memadaidan untuk kemudahan surat menyurat secara
penggunaannya masih elektronik antar SKPD
belum optimal
7 Perangkat pendukung Kepemilikan scanner Perangkat scanner sebaiknya dimiliki oleh setiap
pengelolaan dokumen masihsangat terbatas SKPD, wajib bagi bag umum, sekretariat dan
elektronik danbelum dokumentasi. Sementara untuk digital camera
diberdayakanuntuk dapat dioptimasi jumlahnya dan dikoordinir
(Scanner, dll) mendukungsistem penggunaannya oleh bagian perlengkapan atau
pengelolaandokumen dokumentasi humas
elektronik
9 Data Center Belum tersedia Ruangan khusus yang berisi server khusus
dengan kapasistas besar untuk file dan
terpadu database server untuk seluruh SKPD yang
nantinya dikelola oleh SKPD yang bertangung
jawab.
10 NetworkOperation Sudah tersedia hanya Ruangan khusus untuk NOC yang di dalamnya
CenterTerpadu berfungsi untuk terdiri dari router, switch yang terhubung dengan
menakomodasi aplikasi seluruh jaringan SKPD, pusat server data dan
SIAK yang terhubung ke dilengkapi perangkat penunjang sistem
setiap SKPD melalui kemanan seperti router Firewall, bridge firewall,
koneksi radio dll. Jika memungkinkan perangkat media
transmisi menggunakan VSAT.
12 Perangkat Call Center Belum Tersedia Call Center dan SMS center yang dilengkapi
dan SMSCenter dengan interface content management sistem
dibangun untuk SKPD yang terkait langsung
dengan layanan publik, dimana pengelolaannya
dapat dikoordinir oleh SKPD yang bertanggung
jawab.
BAB 3
KERANGKA DASAR PEMIKIRAN
(e-Government Conceptual Framework)
3.1 Pendahuluan
Sejalan dengan visi dan misi Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten yaitu Terwujudnya Klaten
yang Toto Titi Tentrem Kerto Raharjo serta misinya yaitu:
1. Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat (wareg, wasis, wisma dan
wutuh).
2. Mengupayakan rasa aman lahir dan batin serta tercukupinya kebutuhan materiil dan
spiritual dan meningkatkan keimanan,ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan penghargaan serta aktualisasi diri dalam
pembangunan.
4. Menumbuhkan kehidupan perekonomian yang dinamis dengan menumbuhkan kehidupan
perekonomian rakyat yang berbasis sumber daya lokal, menjaga kelestarian hidup, serta
mengurangi kemiskinan.
5. Penerapan pengarusutamaan gender dalam berbagai fungsi Pemerintahan.
6. Mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak pelaku pembangunan.
7. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik yang didukung sumber daya yang memadai.
8. Mendorong otonomi desa dan menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan.
Dengan mempertimbangkan kondisi saat ini, pencapaian tujuan strategis e-Government perlu
dilaksanakan melalui 6 (enam) strategi yang berkaitan erat, yaitu:
1. Mengembangkan sistem pelayanan yang handal dan terpercaya serta terjangkau oleh
masyarakat luas.
Masyarakat mengharapkan layanan publik yang terintegrasi tidak tersekat-sekat oleh
batasan organisasi dan kewenangan birokrasi. Dunia usaha memerlukan informasi dan
dukungan interaktif dari pemerintah untuk dapat menjawab perubahan pasar dan tantangan
persaingan global secara cepat. Kelancaran arus informasi untuk menunjang hubungan
dengan lembaga-lembaga negara, serta untuk menstimulasi partisipasi masyarakat
merupakan faktor penting dalam pembentukan kebijakan negara yang baik. Oleh karena
itu, pelayanan publik harus transparan, terpercaya serta terjangkau oleh masyarakat luas
melalui jaringan komunikasi dan informasi. Strategi ini mencakup sejumlah sasaran sebagai
berikut.
a. Perluasan dan peningkatan kualitas jaringan komunikasi dan informasi ke seluruh
wilayah negara pada tingkat harga yang dapat terjangkau oleh masyarakat, dengan
sejauh mungkin melibatkan partisipasi dunia usaha.
b. Pembentukan portal-portal informasi dan pelayanan publik yang dapat
mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja instansi pemerintah terkait,
sehingga masyarakat pengguna tidak merasakan sekat-sekat organisasi dan
kewenangan di lingkungan pemerintah, sasaran ini akan diperkuat dengan kebijakan
Tingkatan Tahapan
Tingkat 1: Persiapan 1. Pembuatan situs informasi di setiap lembaga
2. Penyiapan SDM
3. Penyiapan sarana akses yang mudah, misalnya
penyediakan sarana Multipurpose Community Center,
Warnet, SMS-Center dan lain-lain
4. Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun
untuk publik
Tingkat 2: Pematangan 1. Pembuatan situs informasi publik interaktif
2. Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga
lain
Tingkat 3: Pemantapan 1. Pembuatan situs transaksi pelayanan publik
2. Pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan
lembaga lain
Tingkat 4: Pemanfaatan Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat G2G, G2B
dan G2C yang terintegrasi
Situs pemerintah pusat dan daerah harus secara bertahap ditingkatkan menuju ke tingkat-4.
Perlu dipertimbangkan bahwa semakin tinggi tingkatan situs tersebut, diperlukan dukungan
sistem manajemen, proses kerja dan transaksi informasi antar instansi yang semakin kompleks
pula. Upaya untuk menaikkan tingkatan situs tanpa dukungan yang memadai, akan mengalami
kegagalan yang tidak hanya menimbulkan pemborosan namun juga menghilangkan
kepercayaan masyarakat. Untuk menghindari hal tersebut, perlu dibakukan sejumlah
pengaturan sebagai berikut.
1. Standar kualitas dan kelayakan situs pemerintah bagi setiap tingkatan perkembangan di
atas
2. Peraturan tentang kelembagaan dan kewenangan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan
transaksi informasi yang dimiliki pemerintah. Pengaturan ini harus mencakup batasan
tentang hak masyarakat atas informasi, kerahasiaan dan keamanan informasi pemerintah
(information security), serta perlindungan informasi yang berkaitan dengan masyarakat
(privacy)
3. Persyaratan sistem manajemen dan proses kerja, serta sumber daya manusia yang
diperlukan agar situs pemerintah dapat berfungsi secara optimal dan mampu berkembang
ke tingkat yang lebih tinggi.
Setiap instansi pemerintah pusat dan daerah harus menyusun Rencana Strategis
Pengembangan e-governmnet di lingkungannya masing-masing. Rencana Strategis ini dengan
jelas menjabarkan lingkup dan sasaran pengembangan e-Government yang ingin dicapai;
kondisi yang dimiliki pada saat ini; strategi dan tahapan pencapaian sasaran yang ditentukan;
kebutuhan dan rencana pengembangan sumber daya manusia; serta rencana investasi yang
diperlukan. Untuk menghindari pemborosan anggaran pemerintah, penyusunan rencana
investasi harus disertai dengan analisis kelayanan investasi terhadap manfaat sosial ekonomi
yang dihasilkan.
Seluruh infrastruktur tersebut akan dibangun dalam satu kerangka berpikir yang utuh, yang
selanjutnya dikembangkan menjadi cetak biru pengembangan e-Government di setiap lembaga
pemerintah.
BAB 4
CETAK BIRU PENGEMBANGAN
(e-Government Blue Print)
4.1 Perencanaan Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan dan regulasi yang dikeluarkan diharapkan dapat memberi arah dan mendorong
pemanfaatan TIK agar berjalan optimal. Kebijakan yang dapat ditempuh dalam pengembangan
e-Government, sebagai berikut:
1. Visi dan misi pengembangan e-Government yang dijabarkan dengan jelas dan
terdokumentasi dalam bentuk surat keputusan, peraturan, regulasi, kebijakan, pedoman,
rencana strategis, atau bentuk dokumen resmi lainnya.
2. Strategi penerapan kebijakan TIK yang dituangkan dalam bentuk rencana kerja, program,
atau bentuk dokumen resmi lainnya.
3. Standar atau panduan yang berkaitan dengan pemanfaatan TIK secara umum maupun
secara spesifik dalam bidang-bidang tertentu.
4. Peraturan terkait dengan kewajiban pemanfaatan TIK untuk meningkatkan kinerja
organisasi dan pelayanan prima.
5. Skala Prioritas penerapan TIK yang dilaksanakan .
6. Evaluasi/manajemen risiko TIK yang diterapkan.
7. Panduan mengenai manajemen perubahan.
8. Panduan mengenai tata kelola TIK.
Perencanaan organisasi dimaksudkan agar terdapat unit yang berwenang dan bertanggung
jawab atas pengembangan dan pemanfaatan TIK yaitu:
1. Tersedia unit organisasi yang khusus menangani IT, minimal terdiri dari fungsi infrastruktur
perangkat keras dan infrastruktur perangkat lunak.
2. Penyusunan dokumen yang memberikan rumusan yang jelas mengenai Tugas Pokok dan
Fungsi (TUPOKSI).
3. Adanya Sistem dan Prosedur Kerja yang lengkap dan terdokumentasi untuk melaksanakan
hal-hal yang terkait dengan pemanfaatan dan pengembangan TIK.
4. Adanya kelengkapan unit dan aparatur untuk mendukung pemanfaatan dan pengembangan
TIK yang memadai dari segi jumlah, kompetensi, jenjang karir, maupun status
kepegawaian.
5. Adanya program pengembangan Sumber Daya Manusia TIK yang terencana dan
terlaksana
Kantor Pengelola Data Elektronik adalah unit organisasi yang berada di bawah Bupati yang
tugas utamanya adalah mengelola sumber daya informasi. Sumber daya informasi adalah
adalah orang dan perangkat keras/lunak yang merupakan komponen bagi terselenggaranya
sistem informasi. Sumber daya informasi terdiri dari:
1. Ahli informasi (Information Specialist)
2. Perangkat keras
3. Perangkat lunak
4. Perangkat komunikasi
5. Pengguna/Operator
Struktur organisasi yang dapat disusun berdasarkan model tersentralisasi dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
Analis sistem adalah ahli sistem informasi yang bekerja bersama pengguna untuk membangun
sistem baru atau meningkatkan kemampuan sistem yang telah ada. Analis sistem memiliki
keahlian dalam mendefinisikan masalah dan menyampaikan dokumen tertulis untuk
menerangkan bagaimana komputer akan membantu menyelesaikan masalah tersebut.
4.3.2.1 Jaringan
Seksi ini bertanggung jawab agar jaringan komputer di Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten
dipastikan lancar. Pemeliharaan dilakukan secara preventive (pengecekan rutin) dan corrective
(help desk). Untuk memastikan jaringan dapat berjalan secara optimal, seksi ini diberi
kewenangan untuk mengelola hak akses, manajemen bandwidth, serta merencanakan
anggaran untuk koordinasi dan sosialisasi, pemeliharaan infrastruktur,
penggantian/pengembangan infrastruktur, monitoring evaluasi, dan mengusulkan peningkatan
kompetensi SDM . Spesifikasi kebutuhan SDM untuk bagian ini adalah 1 orang lulusan S1
informatika, 1 orang lulusna S1 teknik elektro, 2 orang lulusan D3 informatika.
4.3.2.2 Aplikasi
Seksi ini bertanggung jawab agar aplikasi yang berjalan di Pemerintah Daerah Kabupaten
Klaten berjalan lancar sesuai kebutuhan . Apabila diperlukan, aplikasi dapat dikembangkan
menyesuaikan kebutuhan yang ada. Dalam melakukan tugasnya, seksi aplikasi bertindak
sebagai help desk apabila ada permasalahan dengan aplikasi yang sudah berjalan. Seksi ini
juga bertanggung jawab memfasilitasi kebutuhan agar aplikasi yang ada bisa
diimplementasikan secara optimal. Seksi ini juga memiliki kewenangan untuk memberikan
bimbingan teknis dalam rangka sertifikasi aplikasi
4.3.2.3 Database
Seksi ini bertanggung jawab mengelola data yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Klaten, memelihara data center yang dimiliki Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten. Seksi ini
juga bertanggung jawab memelihara data dari kerusakan, kegagalan akses, atau akses ilegal.
4.3.3.1 Keuangan
Bertanggung jawab melakukan pengelolaan keuangan di KPDE.
4.3.3.2 Kepegawaian
Bertanggung jawab dalam bidang kerumah tanggaan serta memfasilitasi hak dan kewajiban
pegawai KPDE.
4.3.3.3 Perencanaan
Bertanggung jawab menyusun program kerja KPDE sesuai usulan dari seksi dan bidang,
melaporkan progres kegiatan, dan hasil kegiatan.
Rancangan kebutuhan infrastruktur dibuat berdasarkan hasil analisis kesenjangan antar kondisi
aktual dan gambaran kondisi ideal yang ingin dicapai. Setelah mempertimbangkan kondisi
geografis dan sebaran lokasi SKPD yang beberapa di antaranya cukup jauh jaraknya dari pusat
pengoperasian jaringan, perancangan kebutuhan infrastruktur khususnya jaringan yang
nantinya akan menghubungkan seluruh SKPD ke kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten
Klaten akan dibagi tiga berdasarkan jarak lokasi terhadap pusat pengoperasian jaringan, yaitu:
(1) kebutuhan infrastruktur di pusat data dan pengoperasian jaringan, yang dalam
rancangannya akan memiliki lokasi di Kantor KPDE ; (2) Kebutuhan infrastruktur yang
menghubungkan pusat data dan pengoperasian jaringan dengan jaringan seluruh SKPD dan
jaringan antar SKPD termasuk kecamatan, rencananya akan menggunakan kombinasi media
koneksi kabel Fiber Optic (FO), wireless dan Virtual Private Nertwork (VPN); (3) kebutuhan
infrastruktur LAN di masing-masing SKPD menggunakan media koneksi kabel UTP dan indoor
wireless.
Skema koneksi jaringan yang dibangun antara Pusat data dan jaringan dengan klien (SKPD)
maupun jaringan antar SKPD dapat dilihat pada gambar di halaman berikut.
Pusat Data akan sangat berperan sebagai lokasi penyimpanan, dan pengelolaan data secara
terpusat dan sebagai data warehouse kabupaten. Sedangkan pusat operasional jaringan,
melakukan fungsi pengelolaan keamanan dan pengaturan koneksi jaringan serta akses internet
seluruh Kecamatan. Mengingat fungsi dan efisiensi area, lokasi kedua pusat ini di satukan dan
berada dalam satu ruangan tersendiri yang memenuhi spesifikasi ruangan khusus yang sifatnya
restricted area yang terletak di kantor Dinas Kominfo atau berdekatan dengan Diskominfo,
sebagai penanggung jawab dan pengelola Pusat Data dan jaringan Kabupaten Klaten.
Secara umum jaringan komputer dibagi menjadi tiga bagian, yaitu jaringan publik, jaringan lokal,
dan Demilitarized Zone (DMZ). Bagian pertama berupa jaringan publik, yaitu internet yang
dapat diakses oleh masyarakat pengguna yang ingin memanfaatkan sumber daya yang berada
pada jaringan publik ini.
Bagian kedua, yaitu jaringan lokal, adalah suatu lingkungan tertutup yang hanya dapat diakses
dari lingkungan jaringan SKPD. Tidak seluruh orang yang terhubung ke jaringan komputer
dapat mengakses langsung komputer-komputer yang berada pada lingkungan ini.
Jaringan lokal yang digunakan berupa sebuah jaringan intranet private yang hanya dapat
diakses oleh seluruh SKPD. Bagian ketiga, yaitu DMZ atau Demilitarized Zone, adalah suatu
lingkungan jaringan yang dapat diakses dari jaringan publik dan dapat mengakses lingkungan
jaringan lokal. Pada DMZ ini, seluruh server utama diletakkan pada daerah bebas gangguan
keamanan yang diapit oleh dua firewall.
Firewall pertama merupakan external firewall yang menggunakan perangkat firewall (diletakkan
pada Gateway Server Center Kabupaten). Pada gateway kabupaten diberikan fasilitas VPN
(Virtual Private Network). Firewall kedua diletakkan pada sisi intranet yang dilengkapi juga
dengan VPN server yang dipasang pada router. Sedangkan dari sisi komputer SKPD diberi
software VPN klien atau juga hardware berupa router VPN klien untuk mengantisipasi
pemberdayaan koneksi untuk sekitar klien SKPD.
VPN sendiri merupakan teknologi WAN yang dilewatkan di jaringan public internet, namun
datanya dibungkus, dienkripsi, dan dilewatkan dengan tunneling di internet. Teknologi ini
memungkinkan dapat mereduksi biaya dan aman karena menggunakan metode enkripsi
sehingga dapat menjamin kerahasiaan pengiriman data, baik voice atau non voice antara Pusat
Pengoperasian Jaringan dengan SKPD maupun antar SKPD. Selain media koneksi VPN yang
akan sangat membantu koneksi jaringan antar kantor pusat dengan SKPD yang jaraknya jauh,
digunakan juga media koneksi kabel fiber optic dan WLAN.
Berdasarkan kondisi lokasi dari seluruh SKPD yang telah diidentifikasi, maka metode koneksi
jaringan yang akan digunakan terdiri dari:
1. Koneksi VPN client
2. Koneksi Fiber Optik
Koneksi VPN intranet klien dialokasikan untuk koneksi jaringan intranet dan dengan SKPD
selain yang terkoneksi dengan WLAN. Penggunaan VPN akan sangat membantu koneksi
jaringan antar kantor pusat dengan SKPD
Namun untuk koneksi ke kecamatan khususnya untuk kecamatan kecamatan yang jarak
lokasinya sangat jauh dan kondisi geografis dan topografinya perlu disiapkan alternatif lain
selain menggunakan koneksi VPN untuk mengantisipasi belum adanya layanan VPN dari
penyedia jasa jaringan, minimal untuk di tahun tahun awal.
Daftar kebutuhan infrastruktur jaringan lokal (LAN) di masing-masing SKPD disusun dengan
melihat kondisi aktual yang ada. Saat ini baru ada 9 SKPD yang memiliki LAN dalam
lingkungan kerjanya, namun kondisi dan konfigurasi belum seluruhnya mampu memenuhi
kebutuhan koneksi dari seluruh aparatur di SKPD tersebut .
Selain itu, topologi jaringan LAN yang akan dibangun pada masing-masing SKPD juga akan
menentukan jumlah kebutuhan dari perangkat yang akan digunakan .Dari Tiga topologi yang
selama ini dikenal yaitu Ring, Bus dan Star, jaringan LAN di setiap SKPD akan menggunakan
topologi Star.
Walaupun konsumsi kabel lebih banyak namun topologi ini memungkinkan untuk mendeteksi
terjadinya gangguan pada jaringan yang terhubung pada suatu komputer dan tidak akan
mengganggu jaringan pada komputer lain jika terjadi kerusakan pada suatu komputer yang
berada pada satu jaringan yang sama. Berikut skema jaringan LAN pada suatu SKPD:
Selain perangkat jaringan LAN, penambahan komputer kerja dan application server yang
mendukung standar arsitektur aplikasi yang akan diterapkan juga akan dilakukan dalam kurun
waktu 4-5 tahun ke depan secara kontinyu. Kebutuhan perangkat masing-masing SKPD dapat
dilihat pada tabel berikut:
KOMPUTER
PAKET
NO SKPD PRINTER WR BW
SERVER KOMP LAPTOP LAN
1 Badan Pemberdayaan 1 11 8 11 1 1 5
Masyarakat
2 Badan Perencanaan Daerah 1 40 5 40 1 1 8
3 Badan Kepegawaian daerah 1 20 5 20 1 1 6
4 Badan Lingkungan Hidup 1 12 5 12 1 1 5
5 Badan Penanggulangan 1 15 4 15 1 1 5
Bencana Daerah
6 Dinas Pendidikan 1 38 31 38 1 1 10
7 Dinas pertanian 1 44 10 44 1 5 9
8 Dinas kesehatan 1 25 14 25 1 1 7
9 Dinas Perhubungan 1 25 8 25 1 1 7
10 Dinas Perhubungan dan Olah 1 12 2 12 1 1 5
Raga
11 Dinas Tenaga kerja dan 1 20 5 20 1 1 6
Transmigrasi
12 Dinas Perindustrian 1 25 10 25 1 1 7
Perdagangan dan Koperasi
13 Dinas Pendapatan dan 1 60 5 60 1 1 10
Pengelolaan Keuangan Aset
Daerah
14 Dinas Pekerjaan Umum 1 45 11 45 1 1 9
15 Dinas Kependudukan dan 1 20 5 20 1 1 6
Catatan Sipil
16 Hukum 1 9 4 9 1 1 2
17 Humas 1 9 4 9 1 1 2
18 inspektorat 1 5 42 5 1 1 8
19 Kantor Arsip & perpustakaan 1 4 4 4 1 1 5
20 Kantor KB 1 15 8 15 1 1 6
21 Kantor Penanaman Modal dan 1 30 8 30 1 1 7
Perijinan Terpadu
22 Kecamatan (26 kecamatan) 26 130 52 130 26 26 6
23 Kesbangpol 1 8 2 8 1 1 4
24 Ketahanan Pangan 1 10 4 10 1 1 5
25 Organisasi 1 9 4 9 1 1 2
26 Pembangunan 4 31 4 9 1 1 2
27 Pemerintahan 1 9 4 9 1 1 2
28 Perekonomian 1 9 4 9 1 1 2
29 Rumah Sakit Umum Daerah 1 65 10 65 1 1 11
30 Satpol PP 1 12 8 12 1 1 5
31 Sekretaris Dewan 1 15 5 15 1 1 5
32 Umum 1 9 4 9 1 1 2
TOTAL 56 650 299 650 56 56 181
Resiko operasional, resiko reputasi dan reputasi pasar. Pencegahan terhadap resiko-resiko
tersebut yang diakibatkan oleh bencana (disaster) seperti kebakaran, gempa bumi, banjir,
tsunami dll dapat dilakukan dengan menyusun rencana pemulihan bencana (Disaster Recovery
Plan/DRP) dengan dukungan DRC (Disaster Recovery Center) sebagai tempat/area
penyimpanan serta pengolahan data dan informasi pada saat terjadinya bencana yang
mengakibatkan Data Center yang ada mengalami gangguan temporary, sebagian atau bahkan
rusak total sehingga memerlukan waktu yang lama untuk melakukan pemulihan.
Disaster Recovery Center merupakan suatu fasilitas yang berfungsi untuk mengambil alih
fungsi suatu unit ketika terjadi gangguan serius yang menimpa satu atau beberapa unit kerja
penting, seperti pusat penyimpanan dan pengolahan data dan informasi. Secara umum DRC
berfungsi untuk:
1. Meminimalisasi kerugian finansial dan nonfinansial dalam meghadapi kekacauan bisnis
atau bencana alam meliputi fisik dan informasi berupa data penting
2. Meningkatkan rasa aman mengingat betapa penting sekali bussines continuity dalam
sebuah organisasi. Ada 3 pilihan type DRC yang sesuai dengan kondisi alokasi anggaran
organisasi, yaitu:
a. Cold DRC ini menyediakan sistem yang sama seperti lokasi data center di organisasi
dimana aplikasi dan data akan diupload sebelum fasilitas DRC bisa digunakan, namun
proses pemindahan dari data center ke lokasi DRC akan dilakukan secara manual.
b. Warm DRC akan menyediakan komputer dengan segala komponennya, aplikasi, link
komunikasi, serta backup data yang paling update, dimana system tidak otomatis
berpindah tetapi masih terdapat proses manual meskupun dilakukan seminimal
mungkin.
c. Hot DRC ini mengatur secepat mungkin operasional bisnis, sistem dengan aplikasi, link
komunikasi yang sama sudah di pasang dan sudah tersedia di lokasi DRC, data secara
continu dibackup. Penerapan Teknologi Informasi untuk mendukung e-Government
Pemerintah Kabupaten Klaten menggunakan koneksi live antara data center dan lokasi
DRC, dan operasional bisnis akan berjalan pada saat itu juga, tanpa harus mematikan
sistem di data center lama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun dan negosiasi kontrak DRC:
1. DRC harus berada di daerah aman tapi dalam jarak yang terjangkau dari lokasi yang akan
dilayaninya.
2. Perjanjian kontrak harus mengidentifikasikan sumber-sumber secara spesifik dan
pelayanan yang akan disediakan.
3. Perjanjian kontrak sebaiknya berisi batasan jumlah maksimum pelanggan lain yang
berlokasi sama dengan wilayah layanan perusahaan perusahaan bersangkutan.
4. Perjanjian kontrak harus menspesifikasi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
menanggapi laporan dari client.
Perencanaan data dan aplikasi di kabupaten harus dapat terintegrasi. Konsep utama dari
integrasi sistem adalah membuat sebuah sistem sebagai jembatan antar sistem lain yang
dimiliki agar data-data yang sama dapat digunakan secara langsung dan meminimalisir proses
input ulang. Integrasi data merupakan proses mengkombinasikan dua atau lebih set data agar
mempermudah dalam berbagi dan analisis, dalam rangka mendukung manajemen informasi di
dalam sebuah lingkungan kerja. Integrasi data menggabungkan data dari berbagai sumber
database yang berbeda ke dalam sebuah penyimpanan seperti gudang data (data warehouse).
Sistem integrasi data bertujuan untuk mengharmonisasikan data dari sejumlah sumber ke
dalam bentuk yang koheren. Akses terhadap sistem integrasi data umumnya dalam bentuk
query dari pada dalam bentuk pemutakhiran data. Pemakai dapat memfokuskan pada data apa
yang diperlukan dari pada bagaimana mendapatkannya.
2. Data suatu instansi dapat dipakai bersama oleh instansi-instansi lain yang memerlukan
(tidak perlu ada duplikasi data dalam suatu lingkungan organisasi).
3. Meskipun fokus integrasi adalah data, tapi perlu juga integrasi hal-hal lain yang terkait.
4. Integrasi data perlu dilakukan secara cermat karena kesalahan pada integrasi data bisa
menghasilkan ouput/keluaran yang menyimpang dan bahkan menyesatkan pengambilan
keputusan nantinya.
Aplikasi yang dikembangkan pada Kabupaten Klaten dapat di lihat pada tabel berikut ini.
2 Sistem Pelayanan dan Perijinan SIMPERPU Dinas PU dan Dinas PU dan ESDM
Bidang Ke-PU-an ESDM
4 Bisnis dan Investasi
1 Sistem Database Potensi dan Peluang SIDASI DISPERINDAG DISPERINDAG
Investasi Daerah
2 Sistem Database Badan Usaha Milik SD-BUMD Setda Bagian Setda Bagian
Daerah Perekonomian Perekonomian
5 Pengaduan Masyarakat
1 Sistem Informasi Pengaduan Terpadu SIPADU HUMAS HUMAS
SIPADU
Klaten Call
Portal Klaten
SIM PPID
Masyarakat
SIM-NGO
BAPPEDA BAPPEDA
2 SIM Arsip Daerah e - ARSIP Kantor Arsip & Kantor Arsip &
Perpustakaan Perpustakaan
3 Sistem Pendukung Keputusan
1 Sistem Informasi Eksekutif EIS BANGDA Setda Bagian Setda Bagian Umum &
Pembangunan Daerah Umum Seluruh SKPD
2 Manajemen DashboardPemerintah e-Dashboard Setda Bagian Setda Bagian Umum &
Daerah Umum Seluruh SKPD
4 Kolaborasi dan Koordinasi
1 E-Office (Tata Naskah Dinas e-Office HUMAS Setda Bagian Umum &
Elektronik) Seluruh SKPD
5 Manajemen Pelaporan Pemerintah
1 Laporan Kinerja Pemerintah Elektronik e-LAKIP Organisasi Organisasi & Seluruh
(e-LAKIP) SKPD
e-Office
Setda Bagian Umum
Seluruh SKPD
e-Dashboard
Masyarakat
DPPKAD DPPKAD
SIMAK
Seluruh SPKAD
SIPPD
SIM-KPD
e-Budgeting (Perencanan)
Muspida
SIMUSREMBANG
SIMDA-BSC
SIMDA-STKP
SIMDA-ANJAB
SIMDA CPNS
Masyarakat
e-Learning
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
SIMPELATDA
SIMDA-BSC
SIMDA-STKP
SIMDA-ANJAB
SIMDA CPNS
Masyarakat
e-Learning
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
SIMPELATDA
Masyarakat
SIMBADA
DPKAD
SIMPEDA DPKAD
SDBUMD
5 Pariwisata
1 Sistem Informasi Manajemen SIMPAR DISBUDPARPO DISBUDPARPORA &
Pariwisata dan Kebudayaan RA Masyarakat
6 UKM
1 Sistem Informasi Manajemen dan e-UKM Setda Bagian Setda Bagian
Monitoring UKM Perekonomian Perekonomian
SIM-RTH Masyarakat
SIMTER
Dinas Pertanian
SIMLA
SIM-LP2B
Masyarakat
2 Pendidikan
1 e-Learning Pendidikan Dasar dan e-Learning Dinas Dinas Pendidikan
Menengah Pendidikan
2 Sistem Informasi Penerimaan Peserta PPDB Online Dinas Dinas Pendidikan
Didik Baru Pendidikan
SIM-RSUD
SIMPUS
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
SIMO
SIMYANKER
e-learning
SIM-Sekolah
SIPENCAKER DISNAKERTRANS
DISNAKERTRANS SISNAKER
SDMP
Masyarakat
3 Sistem Informasi Perpustakaan SIMPERPUSDA Kantor Arsip & Kantor Arsip &
Daerah Perpustakaan Perpustakaan, dan
Masyarakat
SIM-PAB
Masyarakat
SIM-PSU
Dinas PU SDM
Dinas PU SDM
SIMON-SPP
Langkah pertama yang penting untuk dilakukan adalah membangkitkan kesadaran dan
kebutuhan dari setiap SKPD bahwa dalam menjalankan tupoksi diperlukan suatu aplikasi yang
dapat mempermudah dan meningkatkan kinerja serta kualitas output layanannya. Kesamaan
pandangan bahwa aplikasi menjadi salah satu bagian dari kebutuhan kerja di setiap SKPD
menjadi modal yang sangat penting dalam menghindari ketimpangan sistem yang sangat
mungkin terjadi. Bisa dibayangkan jika ada satu SKPD yang memiliki aplikasi membutuhkan
data dan informasi dari SKPD lain yang semua dataya masih di atas kertas, maka yang terjadi
adalah ketimpangan dalam sistem yang secara keseluruhan berdampak buruk terhadap kinerja
sistem. Proses sosialiasasi ini betul-betul sudah terlaksana di tahun pertama (2016)
Penerapan reformasi birokrasi diarahkan pada pelayanan masyarakat yang berorientasi pada
efisiensi dan efektifitas prosedur. Kegiatan dalam penerapan reformasi birokrasi adalah sebagai
berikut:
1. Workshop dan Bimbingan Teknis Mekanisme Reformasi Birokrasi di SKPD
2. SKPD melaksanakan reformasi birokrasi
3. Pemda melalui unit KPDE melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaaan reformasi
birokrasi di masing-masing SKPD.
Kebutuhan Tahun
Penerapan reformasi birokrasi
2016 2017 2018 2019 2020
1. Workshop Reformasi Birokrasi 2 kali 2 kali
2. Workshop Reformasi Birokrasi 2 kali 2 kali
3. Monev Reformasi Birokrasi 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali
4. Pembentukan Tim Reformasi 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim
Birokrasi
Pembentukan unit organisasi pengelola IT sudah harus terpenuhi 100% diawal tahun untuk
menjamin keterlaksanaan pentahapan pengembangan e-Government. Struktur organisasi
pengelola IT seperti tercantum pada Gambar 4.1. Jumlah SDM disesuaikan dengan kebutuhan
pengembangan e-Government.
Menyusun kebutuhan pelatihan untuk SDM terkait 1 orang lulusan S2 ilmu komputer
informatika. 1 orang lulusan S1 teknologi informasi
Memfasilitasi kenaikan jabatan fungsional pranata 1 orang lulusan D3 informatika
komputer.
Memfasilitasi pelatihan / peningkatan kompetensi
untuk SDM terkait.
Menyusun rencana kerja pengembangan SDM.
Melakukan bimbingan teknis..
Melakukan monitoring dan evaluasi.
5.3.2.1 Jaringan
Tabel 5.5. Kebutuhan SDM Minimal Bagian Jaringan
Seksi ini bertanggung jawab agar jaringan komputer 1 orang lulusan S1 informatika
di Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten dipastikan 1 orang lulusna S1 teknik elektro
lancar. 2 orang lulusan D3 informatika
Pemeliharaan dilakukan secara preventiv
(pengecekan rutin) dan corrective (help desk). Untuk
memastikan jaringan dapat berjalan secara optimal,
seksi ini diberi kewenangan untuk mengelola hak
akses, manajemen bandwidth, serta merencanakan
anggaran untuk koordinasi dan sosialisasi,
pemeliharaan infrastruktur, penggantian
/pengembangan infrastruktur, monitoring evaluasi,
dan mengusulkan peningkatan kompetensi SDM .
5.3.2.2 Aplikasi
Tabel 5.6. Kebutuhan SDM Minimal Bagian Aplikasi
Seksi ini bertanggung jawab agar aplikasi yang 1 orang lulusan S1 ilmu
berjalan di Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten komputer/teknologi informasi
berjalan lancar sesuai kebutuhan. Apabila 1 orang lulusan S1 sistem
diperlukan, aplikasi dapat dikembangkan informasi
menyesuaikan kebutuhan yang ada. Dalam 1 orang lulusan D3 informatika
melakukan tugasnya, seksi aplikasi bertindak
sebagai help desk apabila ada permasalahan
dengan aplikasi yang sudah berjalan.
Seksi ini juga bertanggung jawab memfasilitasi
kebutuhan agar aplikasi yang ada bisa
diimplementasikan secara optimal. Seksi ini juga
memiliki kewenangan untuk memberikan bimbingan
teknis dalam rangka sertifikasi aplikasi
5.3.2.3 Database
Tabel 5.7. Kebutuhan SDM Minimal Bagian Database
Seksi ini bertanggung jawab mengelola data yang 1 orang lulusan S1 ilmu
dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten. komputer/teknologi informasi
Seksi ini bertanggung jawab memelihara data center 1 orang lulusan S1 sistem informasi
yang dimiliki Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten. 1 orang lulusan D3 informatika
Seksi ini juga bertanggung jawab memelihara data
dari kerusakan, kegagalan akses, atau akses ilegal.
5.3.3.1 Keuangan
Tabel 5.8. Kebutuhan SDM Minimal Bagian Keuangan
Bertanggung jawab dalam bidang kerumah tanggaan serta 1 orang lulusan S1 Ekonomi
memfasilitasi hak dan kewajiban pegawai KPDE. 1 orang lulusan D3 informatika
5.3.3.3 Perencanaan
Tabel 5.10. Kebutuhan SDM Minimal Bagian Perencanaan
Bertanggung jawab menyusun program kerja KPDE sesuai 1 orang lulusan S2 informatika
usulan dari seksi dan bidang, melaporkan progres kegiatan, 1 orang lulusan S1 informatika
dan hasil kegiatan. 1 orang lulusan D3 informatika
pada tahun pertama. Sedangkan untuk kebutuhan di tingkat SKPD yang jumlahnya cukup
besar, akan diadakan secara bertahap mulai tahun 2016. Diperkirakan pembenahan sistem
jaringan dan peningkatan kapasistas dapat diselesaikan pada akhir tahun 2017, sehingga pada
tahun-tahun berikutnya akan lebih ditekankan kepada kegiatan pengelolaan dan pemeliharan
jaringan yang ada. Peningkatan pengembangan infrastruktur direncanakan 20% pertahun
dengan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas pengembangan aplikasi e-
Government.
Tabel 5.11. Rencana Pengembangan Infrastruktur 2015-2020
NO SKPD TAHUN KE
2016 2017 2018 2019 2020
1 Organisasi 1 paket
2 Pembangunan 1 paket
3 Pemerintahan 1 paket
4 Perekonomian 1 paket
5 Hukum 1 paket
6 Humas 1 paket
7 Umum 1 paket
8 Sekretaris Dewan 1 paket
9 Dinas Pendidikan 1 paket
10 Dinas kesehatan 1 paket
11 Badan Perencanaan Daerah 1 paket
12 Satpol PP 1 paket
13 Kecamatan Klaten Tengah 1 paket
14 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 1 paket
15 Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan 1 paket
Aset Daerah
16 Badan Kepegawaian daerah 1 paket
17 Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi 1 paket
18 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 1 paket
19 Badan Lingkungan Hidup 1 paket
20 Kantor Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu 1 paket
21 Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi 1 paket
22 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 1 paket
23 Ketahanan Pangan 1 paket
24 Kantor Arsip & perpustakaan 1 paket
25 Badan Pemberdayaan Masyarakat 1 paket
26 Kecamatan Klaten Utara 1 paket
27 Kantor KB 1 paket
28 Dinas pertanian 1 paket
29 Dinas Perhubungan 1 paket
30 inspektorat 1 paket
NO SKPD TAHUN KE
2016 2017 2018 2019 2020
31 Dinas Pekerjaan Umum 1 paket
32 Rumah Sakit Umum Daerah 1 paket
33 Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan 1 paket
Olahraga
34 Kecamatan Klaten Selatan 1 paket
35 Kecamatan Jogonalan 1 paket
36 Kecamatan Wedi 1 paket
37 Kecamatan Kalikotes 1 paket
38 Kecamatan Trucuk 1 paket
39 Kecamatan Pedan 1 paket
40 Kecamatan Ceper 1 paket
41 Kecamatan Kebonarum 1 paket
42 Kecamatan Ngawen 1 paket
43 Kecamatan Jatinom 1 paket
44 Kecamatan Tulung 1 paket
45 Kecamatan Karanganom 1 paket
46 Kecamatan Polanharjo 1 paket
47 Kecamatan Karangnongko 1 paket
48 Kecamatan Bayat 1 paket
49 Kecamatan Cawas 1 paket
50 Kecamatan Karangdowo 1 paket
51 Kecamatan Juwiring 1 paket
52 Kecamatan Delanggu 1 paket
53 Kecamatan Wonosari 1 paket
54 Kecamatan Gantiwarno 1 paket
55 Kecamatan Prambanan 1 paket
56 Kecamatan Manisrenggo 1 paket
57 Kecamatan Kemalang 1 paket
Pentahapan Pengadaan Hardware masing SKPD-masing dapat dilihat pada tabel 5.12.
Kebutuhan Tahun
2016 2017 2018 2020 2021
1. Pengadaan PC/Laptop 50 unit 50 unit 50 unit 50 unit 50 unit
2. Pengadaan Printer dan scanner 50 unit 50 unit 50 unit 50 unit 50 unit
3. Pengadaan LAN internal SKPD 27 paket 20 paket 8 paket
4. Sewa VPN ( WAN antar SKPD) 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket
5. Pengadaan Server SKPD + UPS 4 paket 4 paket 4 paket 4 paket 4 paket
Rencana pengembangan infrastruktur tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 5.1. dan Tabel
5.13.
NO SKPD
NO SKPD
Rencana pengembangan infrastruktur tahun 2017 dapat dilihat pada Gambar 5.12 dan Tabel
5.14
No Nama Kecamatan
1 Kecamatan Klaten Selatan
2 Kecamatan Jogonalan
3 Kecamatan Wedi
4 Kecamatan Kalikotes
5 Kecamatan Trucuk
6 Kecamatan Pedan
7 Kecamatan Ceper
Rencana pengembangan infrastruktur tahun 2018 dapat dilihat pada Gambar 5.3 dan Tabel
5.15
No Nama Kecamatan
1 Kecamatan Kebonarum
2 Kecamatan Ngawen
3 Kecamatan Jatinom
4 Kecamatan Tulung
5 Kecamatan Karanganom
6 Kecamatan Polanharjo
7 Kecamatan Karangnongko
Rencana pengembangan infrastruktur tahun 2019 dapat dilihat pada Gambar 5.4. dan Tabel
5.16.
No Nama Kecamatan
1 Kecamatan Bayat
2 Kecamatan Cawas
3 Kecamatan Karangdowo
4 Kecamatan Juwiring
5 Kecamatan Delanggu
6 Kecamatan Wonosari
Rencana pengembangan infrastruktur tahun 2020 dapat dilihat pada Gambar 5.5 dan Tabel
5.17.
No Nama Kecamatan
1 Kecamatan Gantiwarno
2 Kecamatan Prambanan
3 Kecamatan Manisrenggo
4 Kecamatan Kemalang
Dalam rangka mendukung dan menjamin implementasi e-Government diperlukan regulasi yang
kuat dari Pemerintah Daerah. Adapun SK yang perlu disusun sebagai berikut.
1. Penyusunan SK Bupati tentang e-Government
2. Penyusunan SK Bupati tentang tata organisasi
3. Penyusunan SK Bupati Kode Data
4. Penyusunan SK Bupati tentang Tata Kelola e-Government
Dalam rangka menunjang pengembangan dan pelaksanaan e-Government yang tepat sasaran
melalui pengintegrasian suprastruktur, infrasruktur dan sistem informasi e-Government
dilingkungan Pemerintah Kabupaten Klaste maka dipandang perlu adanya aturan dalam
pengembangan dan pelaksanaan.
Dalam rangka pengelolaan Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good
governance) dan meningkatkan layanan publik yang efektif diperlukan adanya kebijakan tata
organisasi yang mendukung implementasi e-Government
Sistem informasi berbasis komputer merupakan kebutuhan yang sangat strategis dari suatu
organisasi yang melaksanakan prinsip-prinsip manajemen modern. Dalam rangka
pengembangan sistem informasi di linkungan Pemda Kabupaten Klaten yang terintegrasi guna
memperoleh data dan informasi yang lengkap, menyeluruh, cepat dan tepat melaui sistem
informasi berbasis komputer, proses pengelolaan database elektronik membutuhkan kode data.
Kode data yang dimaksud merupakan lambang atau kode unik yang akan dibaca oleh komputer
yang berfungsi mengkomunikasikan dalam integrasi database melalui interrelasi antar database
dengan prinsip analogi satu dengan lainnya.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) dan meningkatkan
layanan publik yang efektif dan efisien diperlukan adanya kebijakan dan strategi
pengembangan e-Government; Kebijakan mengatur dan mengelola keseluruhan proses
perencanaan, realisasi, operasional harian, pengamanan, kelangsungan layanan, dan evaluasi
internal penyelenggaraan Teknologi Informasi dan Komunikasi di lingkungan Pemerintah
Daerah Kabupaten Klaten melalui jalur kepemimpinan yang tegas dan transparan dalam
mendukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan dengan memperhatikan asas efektivitas,
efisiensi, dan akseptabilitas. Oleh karena itu perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang
Kebijakan Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemerintah Daerah Kabupaten
Klaten.
Tools yang digunakan dalam rangka penerapan reformasi birokrasi bisa dilakukan dengan
pengembangan sistem informasi terintegrasi. Pengembangan sistem informasi terintegrasi yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut.
PENANGGUNG TAHUN KE
NAMA APLIKASI ALIAS
JAWAB
2016 2017 2018 2019 2020
PENANGGUNG TAHUN KE
NAMA APLIKASI ALIAS
JAWAB
2016 2017 2018 2019 2020
PENANGGUNG TAHUN KE
NAMA APLIKASI ALIAS
JAWAB
2016 2017 2018 2019 2020
PENANGGUNG TAHUN KE
NAMA APLIKASI ALIAS
JAWAB
2016 2017 2018 2019 2020
6.3 Rekomendasi
8. Membuka ruang konsultasi dan layanan aduan dari masyarakat demi penyempurnaan
pelayanan Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten kepada masyarakat serta melakukan
monitoring dan analisis terhadap layanan tersebut.
9. Kerjasama yang saling menguntungkan antara pemerintah dengan perguruan tinggi dan
bisnis dalam mengembangkan e-Government.
BAB 7
PENUTUP
Demikian Master Plan e-Government Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten ini disusun agar
dapat menajdi pedoman dalam menerapkan pengembangan e-Government secara realistis dan
terukur.
Perlu disadari bahwa teknologi informasi sedemikian cepatnya berkembang, sehingga pada
master plan ini tidak menyinggung secara mendetail persyaratan teknologi yang harus
digunakan dengan tujuan agar master plan ini lebih luwes untuk diimplementasikan.
Master Plan e-Government ini disusun dalam rangka perencanaan pengembangan, sehingga
berhasil atau tidaknya perencanaan ini tergantung factor komitmen dari dalam Pemerintah
Daerah Kabupaten Klaten itu sendiri. Oleh karena itu diharapkan komitmen dari semua pihak
yang terkait dalam e-Government agar implementasi e-Government di Pemerintah Daerah
Kabupaten Klaten bisa terlaksana dengan baik dan efektif.
Besar harapan kami agar Master plan e-Government ini dapat diimplementasikan dengan baik
sehingga tercapai kinerja pemerintah yang bersih, transparan dan akuntabel.