Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA PADA ANAK DI RUANGAN DAHLIA

BLUD RSUD H. PADJONGA DG NGALLE KAB. TAKALAR

NAMA : RAHMAWATI

NIM : 17CP1002

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR

2019
PNEUMONIA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. DEFINISI
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim
paru yang di sebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar profesi
ilmu kesehatan anak FK Unsri Palembang, 2000).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang di sebabkan
terutama bakteri merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak
balita (Said 2007).
2. ETIOLOGI
a. Bakteri : streptococcus pneumonia, streptokokus grup A,
haemophilus influenza dan staphilococcus aureus.
b. Jamur : histoplasma capsulatum, coccidioides immitis, aspergillus,
blastomcyes dermatis, cryptococcus, candida sp.
c. Virus : respiratorik sensitisial virus, virus parainfluenza, adenovirus,
rhinovirus, virus influenza, virus varisela dan rubella, chlamydia
trachomatis, mycoplasma pneumaniae, pneumocystis carinii.
3. PATOFISIOLOGI
Pneumococcus masuk ke dalam paru melalui jalan pernafasan
secara percikan (droplet). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4
stadium, yaitu (1) stadium kongesti : kapiler melebar dan kengesti serta
di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak,
beberapa neutrofil dan makrofag, (2) stadium hepatisa merah, lobus dan
lobules yang terkena menjadi padat dan mengandung udara, warna
menjadi merah dan para perabaan seperti hepar. Dalam alveolus di
dapatkan fibrin, leukosit neutrophil, eksudat dan banyak sekali eritrosit
dan kuman, stadium ini berlangsung sangat pendek, (3) stadium
hepatisa kelabu, lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi
kelabu, lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu.
Permukaan pleura suram karena diliputih oleh fibrin, alveolus terisi
fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus, kapiler
tidak lagi kongestif, (4) stadium resolusi eksudat berkurang, dalam
alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan
degenerasi lemak.
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara nafas lemah
d. Retraksi intercostal
e. Penggunaan otot bantu nafas
f. Demam
g. Batuk
h. Sakit kepala
i. Sesak nafas
j. Lelah
k. Menggigil
l. Berkeringat
5. PENATALAKSANAAN
a. Kemoterapi, pemberian harus berdasarkan petunjuk penemuan
kuman penyebab infeksi. Bila penyakitnya ringan antibiotic
diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara
parenteral.
b. Pengobatan umum
 Terapi oksigen
 Hidrasi
 Fisioterapi
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sinar X : mengidentifikasi distribusi structural dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrate, empyema, infiltrasi menyebar
terlokalisasi, atau penyebaran /perluasan infiltrate nodul. Pada
pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin bersih.
b. GDA : tidak normal mungkin terjadi tergantung pada luas paru yang
terlihat dan penyakit paru yang ada
c. Pemeriksaan sputum dan darah
d. LED
7. KOMPLIKASI
a. Abses paru
b. Efusi pleura
c. Meningitis
d. Dehidrasi
e. Hipotensi

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN DATA
1) Aktivitas/ istirahat
 Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
 Tanda : latergi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2) Sirkulasi
 Gejala : riwayat gagal jantung kronis
 Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3) Makanan/cairan
 Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat DM
 Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering
dengan turgor buruk penampilan malnutrisi
4) Neurosensi
 Gejala : sakit kepala bagian frontal
 Tanda : perubahan mental
5) Nyeri/kenyamanan
Sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk
6) Pernafasan
 Gejala : takipnea, dyspnea, pernafasan dangkal, penggunaan
otot aksesori, pelebaran nasal
 Tanda : sptum, merah muda, berkarat atau purulent
 Perkusi : pekak diatas area yang konsuldasi, gesekan friksi
pleural
 Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat
atau nafas bronkial
 Warna : pucat/sianosis bibir/kuku
7) Keamanan
 Gejala : riwayat gangguan system imun, demam
 Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan,
mungkin pada kasus rubella/varisela

2. DIAGNOSIS DAN RENCANA KEPERAWATAN


1. Diagnosa keperawatan ;
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d terbentuknya eksudat
dalam alveoli
KRITERIA HASIL :
a. Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
b. Menunjukkan jalan napas paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal)

INTERVENSI

a. Kaji frekuensi ke dalam pernapasan dan gerak dada


Rasional : takipnea, pernapasan dangkal, dan gerak dada tak
simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan
dinding dada atau cairan paru
b. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Rasional : bunyi napas bronchial (normal pada bronkus)
dapat terjadi juga pada area konsolidasi. Krekels, ronki dan
mengi terdengar pada inspirasi atau ekspirasi pada respons
terhadap pengumpulan cairan, secret kental
c. Ajarkan pasien dan keluarga batuk efektif dan nafas dalam
Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum
paru-paru atau jalan napas lebih kecil. Batuk adalah
mekanisme pembersihan jalan napas alami.
d. Anjurkan pasien istirahat dan berikan posisi yang nyaman
Rasional : karena istirahat dan posisi yang nyaman dapat
memungkinkan upaya napas yang lebih dalam dan lebih
kuat hingga baik untuk melakukan batuk
e. Kolaborasi pemberian obat seperti nebulizer
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan
secret, menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran
sputum
2) Ketidakefektifan pola nafas b/d kelemahan otot
KRITERIA HASIL :
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
b. Menunjukkan jalan napas paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal)
c. Tanda tanda vital dalam rentang normal

INTERVENSI :

a. Monitor tanda tanda vital


Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Auskultasi nafas, catat suara tambahan
Rasional : agar dapat mengetahui suara nafas yang optimal
c. Anjurkan pasien buka jalan nafas
Rasional : untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan pada
jalan nafas
d. Atur posisi nyaman klien
Rasional : posisi semiflower dapat meringankan pasien
dalam melakukan batuk/bernafas
f. Kolaborasi pemberian obat seperti nebulizer
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan
secret, menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran
sputum
3) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, proses infeksi
KRITERIA HASIL :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

INTERVENSI

a. Kaji suhu pasien (perhatikan menggigil/diaphoresis)


Rasional : Suhu 38,9-41,100 C menunjukan proses penyaki,
infeksi akut
b. Monitor suhu lingkungan, batasi aktivitas
Rasional : Suhu ruangan dirubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal
c. Anjurkan keluarga untuk memberikan kompres hangat jika
demam
Rasional : penggunaan air dingin/es kemungkinan
menyebabkan peningkatan suhu secara actual
d. Anjurkan keluarga untuk klien menggunakan pakaian tipis
dan longgar
Rasional : Pakaian yang tipis dan longgar dapat
memksimalkan penguapan tubuh
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan
Rasional : Mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus
4) Risiko kekurangan volume cairan d/d intake oral tidak adekuat,
takipneu
KRITERIA HASIL
Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan
parameter individual yang tepat, mis: membran mukosa lembab,
turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.
INTERVENSI
a. Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu/demam
memanjang, takikardia, hipotensi ortostatik.
Rasional : Peningkatan suhu/memanjangnya demam
meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan melalui
evaporasi, TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia
menunjukkan kekurangan cairan sistemik.
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir,
lidah).
Rasional : Indikator langsung keadekuatan volume cairan,
meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena
napas mulut dan oksigen tambahan.
c. Pantau masukan dan pengeluaran, catat warna, karakter
urine. Hitung keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan
yang tak tampak. Ukur berat badan sesuai indikasi
Rasional : Memberikan informasi tentang keadekuatan
volume cairan dan kebutuhan penggantian.
d. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi
individual.
Rasional : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan
risiko dehidrasi.
e. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan.
Rasional : Adanya penurunan masukan/banyak kehilangan,
penggunaan parenteral dapat memperbaiki/mencegah
kekurangan
5) Defisiensi pengetahuan b/d perawatan anak pulang
KRITERIA HASIL :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahan tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di
jelaskan secara benar

INTERVENSI

a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasie tentang


proses penyakit yang spesifik
Rasional : untuk bisa mengetahui tingkat pengetahuan
keluarga pasien
b. Jelaskan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
dengan cara yang tepat
Rasional : untuk mempermudah keluarga pasien mengerti
tentang penyakit pasien dan dapat mengetahui tanda dan
gejalanya
c. Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
Rasional : untuk mengetahui penyebab yang dapat
menimbulkan penyakit pasien menjadi semakin buruk
d. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Rasional : untuk bias memberikan terapi yang tepat pada
pasien
3. IMPLEMENTASI
1. Dx : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d
terbentuknya eksudat dalam alveoli
Implementasi :
- Mengkaji frekuensi ke dalam pernapasan dan gerak dada
- Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Mengajarkan pasien dan keluarga batuk efektif dan nafas
dalam
- Menganjurkan pasien istirahat dan berikan posisi yang
nyaman
- Mengkolaborasi pemberian obat seperti nebulizer
2. Dx : Ketidakefektifan pola nafas b/d kelemahan otot
Implementasi :
- Memonitor tanda tanda vital
- Mengauskultasi nafas, catat suara tambahan
- Menganjurkan pasien buka jalan nafas
- Mengatur posisi nyaman klien
- Mengkolaborasi pemberian obat seperti nebulizer
3. Dx : Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, proses
infeksi
Implementasi :
- Mengkaji suhu pasien (perhatikan menggigil/diaphoresis)
- Memonitor suhu lingkungan, batasi aktivitas
- Menganjurkan keluarga untuk memberikan kompres hangat
jika demam
- Menganjurkan keluarga untuk klien menggunakan pakaian
tipis dan longgar
- Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
pengobatan
4. Risiko kekurangan volume cairan d/d intake oral tidak
adekuat, takipneu
Implementasi :
- Mengkaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan
suhu/demam memanjang, takikardia, hipotensi ortostatik.
- Mengkaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir,
lidah).
- Memantau masukan dan pengeluaran, catat warna, karakter
urine. Hitung keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan
yang tak tampak. Ukur berat badan sesuai indikasi
- Memberikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai
kondisi individual.
- Memberikan cairan tambahan IV sesuai keperluan.
5. Dx : Defisiensi pengetahuan b/d perawatan anak pulang
Implementasi :
- Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasie
tentang proses penyakit yang spesifik
- Menjelaskan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit dengan cara yang tepat
- Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang
tepat
- Mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan
4. EVALUASI
Menurut Wilkinson (2007), evaluasi adalah tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan dan menilai keefektifitasan
rencana atau strategi asuhan keperawatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi
ialah keefektifitasan asuhan keperawatan tersebut dan apakah perubahan
perilaku pasien sesuai yang diharapkan. Dalam penafsiran hasil evaluasi
disebutkan apakah tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian, atau tujuan
sama sekali tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC, 2002
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC :
Jakarta.
Nurseecerdas.wordpress.com/2009/05/02/askep-anak-dengan-pneumonia/)
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda Nic Noc Jakarta : penerbit buku
kedokteran EGC
ASUHAN KEPERAWATAN

PNEUMONIA PADA ANAK DI RUANGAN DAHLIA

BLUD RSUD H. PADJONGA DG NGALLE KAB. TAKALAR

NAMA : RAHMAWATI

NIM : 17CP1002

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR

2019
ASUHAN KEPERAWATAN

PNEUMONIA PADA ANAK DI RUANGAN DAHLIA

BLUD RSUD H. PADJONGA DG NGALLE KAB. TAKALAR

NAMA : ANITA PUTRI

NIM : 17CP1005

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR

2019

Anda mungkin juga menyukai