Anda di halaman 1dari 12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti berlandaskan pada teori-teori dari

para ahli yang relevan berkaitan dengan judul penelitian yaitu teori yang berkaitan

dengan strategi pembelajaran terkait (Cooperative Learning), dan metode

pembelajaran terkait (Card Match). Berikut teori-teori tersebut akan disajikan.

A. Konsep Strategi Pembelajaran Cooperative Learning

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, methode, or

series of activities design to achieves a particular educational goal. Strategi

pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian

kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat

dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick dan Carey

juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan

prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan

hasil belajar pada siswa.1

Strategi pembelajaran adalah perencanaan aktivitas pembelajaran yang

dirancang dengan pendekatan tertentu untuk dilaksanakan oleh guru dalam proses

pembelajaran. Dalam hal ini, strategi pembelajaran merupakan perencanaan atau

1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm. 126
penjabaran lebih lanjut dari pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk

diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran pada hakikatnya

masih bersifat perencanaan yang dilakukan oleh guru. Perencanaan tersebut berupa

putusan-putusan yang berkaitan dengan pembelajaran yang diperkirakan paling

tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran.2

Dari beberapa pengertian tentang strategi pembelajaran di atas, dapat

peneliti simpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah perencanaan yang

dirancang dengan pendekatan tertentu yang harus dipersiapkan kemudian

dilaksanakan guru dan siswa, berisi rangkaian kegiatan berupa satu set materi dan

prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien serta mampu mencapai hasil belajar

siswa yang maksimal.

Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama

lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Anita Lie menyebut Cooperative Learning dengan istilah pembelajaran

gotong royong yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tuugas-tugas yang

terstruktur. Sedangkan Djahiri K menyebutkan Cooperative Learning sebagai

pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan

2
Imam Suyitno, Memahami Tindakan Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm. 13
belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan

kemampuan siswa dan lingkungan belajar.3

Strategi Cooperative Learning merupakan strategi yang menempatkan

siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan empat sampai enam siswa

dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda.

Pembelajaran harus menekankan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai

tujuan yang sama.4

Berasarkan beberapa pengertian Cooperative Learning di atas, dapat

peneliti simpulkan bahwa Cooperative Learning adalah pembelajaran kerja

kelompok di mana siswa akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang

beranggotakan empat sampai enam siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis

kelamin atau latar belakang yang berbeda untuk saling bekerjasama dan saling

membantu dalam mengerjakan tugas terstruktur sebagai satu kelompok atau satu

tim.

Beberapa ciri dari Cooperative Learning adalah: 1) Setiap anggota memiliki

peran, 2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, 3) Setiap anggota

kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman

sekelompoknya, 4) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan

interpersonal kelompok, 5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat

diperlukan.5

3
Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm.
4
Isjoni, Cooperative Learning, hlm. 44
5
Isjoni, Cooperative Learning, hlm. 20
Menurut Nurhadi & Senduk (2003) dan Lie (2002) ada berbagai elemen

yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Saling Ketergantungan Positif

Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu

menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa saling membutuhkan.

Dalam hal ini, tentu kebutuhan antar siswa tentu terkait dengan pembelajaran.

Hubungan saling membutuhkan antarsiswa inilah yang disebut dengan saling

ketergantungan positif.6

2. Interaksi Tatap Muka

Semua anggota kelompok berinteraksi saling berhadapan, dengan

menerapkan keterampilan bekerjasama untuk menjalin hubungan sesama anggota

kelompok. Dalam hal ini, antaranggota kelompok melaksanakan aktifitas-aktifitas

dasar seperti bertanya, menjawab, sabar menunggu penjelasan teman, berkata sopan,

meminta bantuan, memberi penjelasan, dan sebagainya.7

3. Akuntabilitas Individual

Setiap anggota harus belajar dan menyumbangkan pikiran demi

keberhasilan pekerjaan kelompok. Untuk mencapai tujuan kelompok, setiap

individu harus bertanggungjawab terhadap penguasaan materi pembelajaran secara

maksimal. Tanpa adanya tanggungjawab individu, keberhasilan kelompok akan

sulit tercapai.

4. Keterampilan Menjalin Hubungan Antarpribadi

6
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm.
190
7
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, hlm. 191
Dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti tenggang rasa,

sopan terhadap teman, mengkritik ide, mempertahankan pikiran logis, tidak

mendominasi orang lain, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin

hubungan antarpribadi tidak hanya diasumsikan, tetapi secara sengaja diajarkan

oleh guru.8

Menurut Johnson dan Johnson, hasil penelitian menunjukkan bahwa

interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan

anak. Berbagai pengaruh tersebut adalah:

1. Meningkatkan prestasi belajar

2. Meningkatkan retensi

3. Lebih dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi

4. Lebih dapat mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik

5. Lebih sesuai untuk meningkatkan hubungan antar manusia yang

heterogen

6. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah

7. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap guru

8. Meningkatkan harga diri anak

9. Meningkatkan perilku penyesuaian sosial yang positif

10. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.9

8
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, hlm. 192
9
Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 90
Ada beberapa metode pembelajaran yang merupakan turunan dari

Cooperatve Learning, di antaranya: 1) STAD (Student Achievement Achievement

Divison), 2) Jigsaw, 3) GI (Group Investigation), 4) Role Playing, 5) Card Match,

6) Group Resume, 7) Rotating Trio Exchange.

B. Metode Pembelajaran Card Match

Menurut Djahiri, metode adalah upaya atau reka upaya melaksanakan atau

mencapai sesuatu dengan menggunakan sejumah teknik. Sedangkan menurut

Sudjana, metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan

hubungannya dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran, peranan metode

mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar.10

Menurut Abdorrakhman, metode pembelajaran adalah cara atau pola yang

khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik

dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri

pembelajar.11

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplemantasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.12

Berkenaan dengan metode, ada beberapa istilah yang biasanya digunakan

oleh para ahli pendidikan Islam, yakni: 1) Min haj at-Tarbiyah al-Islamiyah 2)

Wasilatu at-Tarbiyah al-islamiyah 3) Kaifiyatu at-Tarbiyah al-Islamiyah 4)

Thariqatu at-Tarbiyah al-Islamiyah. Semua istilah tersebut sebenarnya merupakan

10
Adang Heriawan dkk, Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis, (Banten: LP3G, 2012),
hlm.73
11
Adang Heriawan dkk, Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis, hlm. 74
12
Imam Suyitno, Memahami Tindakan Pembelajaran, hlm. 23
muradif (kesetaraan) sehingga semuanya bisa digunakan. Menurut Asneli Ilyas, di

antara istilah di atas yang paling popular adalah at-Thariqah yang mempunyai

pengertian jalan atau cara yang harus ditempuh.13

Dari beberapa pengertian tentang metode pembelajaran di atas, dapat

disimpulkan bahwa metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam

mengadakan hubungannya dengan siswa pada saat berlangsungnya proses belajar

dan mengajar untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran serta

memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber

daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar.

Menurut Zaini dkk Card Match artinya “mencari pasangan” yang dimaksud

mencari pasangan adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan untuk mencari

pasangan kartu yang sudah dibagikan oleh guru. Untuk mencari pasangan kartu

maka siswa harus mencari dimana pasangan kartu itu berada sampai ketemu dan

setelah ketemu siswa duduk secara berpasangan.14

Menurut Silberman Card Match merupakan salah satu pembelajaran yang

menyenangkan dan aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran sebelumnya

atau sesudahnya yang pernah diajarkan yang ditandai dengan cara permainan kartu

dengan cara mencari pasangan menggunakan potongan kertas yang berisikan

pertanyaan serta jawaban.15

13
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Kompetensi Guru, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 135
14
Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: CTSD, 2002), hlm.67
15
Melvin silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusa Media,
2006),hlm 240.
Dari pemaparan diatas dapat peneliti simpulkan Metode Card Match adalah

suatu cara pembelajaran memasangkan kartu dengan cara mencari pasangan kartu

antara pertanyaan dan jawaban, sehingga proses pembelajaran akan terkonsep

menjadi permainan yang dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Menurut Silberman, langkah-langkah penerapan card match adalah sebagai

berikut:

1. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang

diajarkan didalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk

menyamai satu setengah jumlah siswa.

2. Pada kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan pertanyaan

tersebut.

3. Campurlah dua lembar kartu dan kocok beberapa kali sampai benar-

benar tercampur.

4. Berikan satu kartu kepada setiap peserta didik. Jelaskan bahwa ini

adalah latihan permainan. Sebagian memegang pertanyaan sebagian lagi

memegang jawaban.

5. Perintahkan kepada peserta didik untuk menemukan kartu

permainannya. Ketika dibentuk, perintahkan peserta didik yang bermain

untuk mencari tempat duduk bersama (beritahu mereka jangan

menyatakan kepada peserta didik lain apa yang ada pada kartunya)

6. Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya,

pertintahkan setiap pasangan menguji peserta didik yang lain dengan


membaca keras pertanyaannya dan menantang teman sekelas untuk

menginformasikan jawaban kepadanya.16

Dari teori di atas mengenai langkah-langkah metode card match maka

peneliti memodifikasi langkah tersebut yang disesuaikan dengan materi

pelajaran al-Qur’an Hadits tentang mad lazim mengenai kurikulum 2013

yaitu :

a) Eksplorasi
Guru melakukan beberapa kegiatan untuk menyampaikan
materi diantaranya :
1) mengamati
 Siswa mengamati teks yang terdapat dalam buku
paket
 Guru mengajukan curah pendapat terkait
pemahaman siswa dari teks
 Guru memberi penguatan dari materi yang dipelajari
2) Menanya
 Guru memotivasi siswa untuk mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
materi yang dipelajari
 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan Tanya jawab terkait materi yang
dipelajari
 Guru mengapresiasi peserta didik yang memberikan
pertanyaan dan yang menyampaikan jawaban
3) Mengumpulkan Informasi
 Guru memberikan intruksi yang berkaitan dengan
hukum bacaan mad lazim mukhaffaf kalimi,

16
Silberman, Active Learning, (Yogyakarta: Insan Madani, 2001), hlm.232-233.
musaqqal kalimi, mad lazim musaqqal harfi, dan
mad lazim mukhaffaa harfi dalam al-Qur’an dalam
teks secara mendalam
 Guru memberikan waktu kepada peserta didik
untuk mencatat informasi dari al-Quran dan buku
hukum bacaan mad lazim mukhaffaf kalimi,
musaqqal kalimi, mad lazim musaqqal harfi, dan
mad lazim mukhaffaa harfi dalam al-Qur’an
b) Elaborasi
Mengasosiasikan dan mengkomunikasikan
 Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok
 Peserta didik diminta untuk memasangkan kartu yang
sudah dibuat mengenai mad lazim mukhaffaf kalimi,
musaqqal kalimi, mad lazim musaqqal harfi, dan mad
lazim mukhaffaa harfi kemudian di tempel di karton
yang sudah disediakan
 Masing-masing kelompok menghias hasil kerjanya
c) Konfirmasi
 Guru memberi penguatan dari hasil kerja peserta didik
 Guru memberi apresiasi terhadap hasil kerja siswa
 Guru melakukan refleksi kegiaatan belajar kepada
peserta didik
C. Peran Guru

Secara umum, makna pendidik atau guru yang sangat sederhana dan mudah

diingat adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada

peserta didik.17

17
Supala, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Djati, 2015), hlm. 98
Sesuai dengan makna pendidik di atas, dalam pelaksanaan Cooperative

Learning, guru diharuskan untuk memiliki keterampilan untuk mengelola kelas

sehingga siswa menjadi lebih aktif dan apa yang menjadi tujuan pembelajaran baik

itu tujuan berupa pengetahuan atau tujuan berupa keterampilan akan lebih mudah

untuk dicapai oleh siswa.

Pran guru dalam pelaksanaan Cooperative Larning adalah sebagai

fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator.

Sebagai fasilitator, guru harus memiliki sikap-sikap seperti mampu

menciptakan susana kelas yang nyaman dan menyenangkan, membantu dan

mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keiginan dan

pembicaraannya baik secara individual atau kelompok, membantu kegiatan-

kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran

belajar mereka, membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang

bermanfaat bagi yang lainnya, serta menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok

dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapar.18

Sebagai mediator, guru berperan sebagai penghubungdalam menjembatani

mengaitkan mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui

Cooperative Learning dengan permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan.

Di samping itu, guru juga berperan dalam menyediakan sarana

pembelajaran, agar suasana belajar tidak monoton dan membosankan.

Sebagai director-motivator guru berperan dalam membimbing serta

mengarahakan jalannya diskusi, membantu kelancran diskusi tapi tidak

18
Isjoni, Cooperative Learni, hlm. 62
memberikan jawaban. Selain itu, sebagai motivator, guru berperan sebagai pemberi

semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi.19

Sedangkan guru sebagai elevator berperan dalam menilai kgiatan belajar

mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian ini tidak hanya pada hasil, tapi lebih

ditekankan pada proses pembelajaran.20

Menciptakan interaksi kooperatif dalam kegiatan pembelajaran bukan

pekerjaan mudah. Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning menuntut

peranan guru yang berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peranan

tersebut secara rngkas dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran yang

diperhatikan oleh guru terdapat dua yaitu a) Tujuan akademik (Tujuan yang

dirumuskan sesuai dengan taraf perkembangan anak dan sutu konseptual

atau analisis tugas), dan 2) Tujuan keterampilan bekerjasama, meliputi

keterampilan memimpin, berkomunikasi, mempercayai oranglain, dan

mengelola konflik.

2. Menentukan besarnya kelompok belajar

3. Menentukan anak dalam kelompok21

19
Isjoni, Cooperative Learning, hlm. 63
20
Isjoni, Cooperative Learning, hlm. 64
21
Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, hlm. 91

Anda mungkin juga menyukai