Anda di halaman 1dari 8

Pasal I

QIYAMULLAIL DAN TAHAJUD DALAM

SEJARAH PERJUANGAN NABI SAW

Di dalam sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, Qiyamullail (Shalat Malam) ini mula-
mula disebutkan dalam surat Al-Muzzammil, yang diturunkan Allah sesudah Surat Al-
Muddatsir; dan Surat Al-Muddatsir diturunkan sesudah Surat Iqra’. Surat Iqra’ ialah ayat-ayat
Al-Qur’an yang turun mula-mula sekali kepada Nabi Muhammad SAW.
Jika kita ikuti dari rentetan ayat-ayat yang turun itu, bersangkut paut dengan perjuangan
Rasulullah SAW. Surat Iqra’ (Al-‘Alaq) yang pertama sekali turun, memaklumkan dan
mengingatkan ke tengah-tengah dunia, bahwa Allah ialah Maha Pencipta, yang menjadikan
sekalian alam dan Dia juga yang menjadikan semua manusia.
Pendirian tauhid yang demikian telah ditunjukkan juga oleh semua Nabi dan Rasul yang
diutus Allah ke dunia ini jauh sebelum Nabi Saw. Tetapi zaman yang didapati Nabi Muhammad
Saw, keyakinan tauhid yang demikian hampir terkikis habis dan musnah dari muka bumi.
Sedangkan Umat Yahudi yang mempusakai ajaran Nabi Musa a.s. dengan Tauratnya,
yang tegas dan jelas tauhidnya, pada zaman yang didapati Nabi Muhammad Saw telah menjurus
kepada musyrik.
Umat Nasrani yang mengganggap dirinya penegak dan penerus dari pengajaran Nabi Isa
Almasih, dengan jelas-jelas. Menyekutukan Almasih dengan Allah; dengan jelas mereka
membelokkan agama Tauhid musyrik, sedang ajaran Almasih yang sejati adalah tauhid.
Bangsa Arab Quraisy, sebagai turunan daripada Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim, mewarisi
juga Agama Tauhid yakni Agama Hanif Ibrahim peninggalan Nabi Ibrahim, tetapi mereka sudah
memutar menjadi musyrik menyembah berhala.
Apalagi penganut-penganut faham-faham yang lain, seperti Hindu dan Budha dari India,
Agama pemuja Dewa Ra dari Mesir, penganut Majusi dan berbagai mazhabnya dari Persia serta
berbagai kepercayaan Karut yang dianut oleh berbagai bangsa di dunia.
Di samping yang musyrik itu ada pula yang mulhid, yang berpendirian: Tidak ada Tuhan,
yang menjadikan alam; alam kata mereka – terjadi sendirinya, seperti pendirian ‘Ash bin Wail
seorang Pemimpin Quraisy di tengah bangsa Arab Mekah, seperti pendirian Zindik dari Persia
atau faham-faham atheis dari Mesir dan Yunani.
Pada tahun 611 M, Nabi Muhammad Saw muncul mencanangkan ke seluruh dunia,
bahwa Allah itu benar Ada, Dialah Dzat yang menjadikan sekalian alam dan Dia Maha Esa,
tidak bersekutu dengan sesuatu apa pun.
Wahyu yang kedua (Surat Al-Muddatsir) turun, isinya memerintahkan agar Nabi Saw
mulai bergerak menyiarkan dan mendakwahkan pengajaran yang dibawanya.
Sebelum Beliau mendakwahkan pengajaran yang dibawanya, sebelum Beliau menyeru
kepada Tauhid, Beliau adalah seorang yang amat dicintai dan disayangi oleh penduduk Mekah
sehingga Beliau mendapat gelar pujian daripada mereka (Muhammad Al Amin), artinya:
Muhammad yang sangat dipercaya.
Tetapi dalam ayat ketujuh daripada Surat Al-Muddatstsir Tuhan telah menyebutkan
dalam firman-Nya:
ْ‫ك َفاصْ ِبر‬
َ ‫َول َِر ِّب‬
“ Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah”
Seolah-olah dengan ayat ini Tuhan telah membayangkan kepada Nabi, bahwa akibat
menegakkan akidah Tauhid ini, orang yang sayang itu akan banyak benci, berbagai penderitaan
pahit akan berjumpa di belakang. Untuk menghadapi semua cobaan dan rintangan itu, sebelum
Nabi Muhammad Saw memulai langkah perjuangannya sudah ditunjukkan dan diperingatkan
oleh Allah, agar Beliau bersedia menghadapi dengan jiwa yang sabar.
Berat pekerjaan Beliau; Tugas yang diberikan Allah kepada Beliau memang tugas yang
amat berat. Sehingga dalam surat Al-Muzzammil itu Allah menyebutkan
‫ْك َق ْواًل َثقِياًل‬
َ ‫إِ َّنا َس ُن ْلقِي َعلَي‬
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat”.
Tugas dakwah yang dihadapi Nabi adalah tugas perjuangan, perjuangan berat. Apakah
senjata Beliau untuk menghadapi perjuangan ketika itu?
Apakah kekuatan Beliau untuk menjunjung bebanyan maha berat itu?
Allah memerintahkan Beliau supaya melakukan Qiyamullail (Shalat malam), shalat di
larut malam, di tengah kesepian senyap dan sepi, sementara makhluk yang lain tenggelam dalam
tidur, menghubungkan jiwa ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa. Alam seluruhnya adalah
ciptaan-Nya, Dialah tempat bersandar yang paling kuat, tempat bergantung yang paling kukuh,
tidak ada daya dan tidak ada kekuatan di ala mini kecuali dengan Dia.
Tiga belas tahun Nabi berjuang di Mekah.
Dari permulaan perjuangan telah dituntunkan Allah kepada Beliau Qiyamullail (shalat
malam).
Setelah turun perintah shalat lima waktu, namun shalat malam tetap juga diperintahkan
Allah kepada Beliau; seperti tersebut dalam al-Qur’an surat Al-Isra ayat 78-79:
‫ُوداَم َِن اللَّي ِْل َف َت َهجَّ ْد ِب ِه َنافِلَ ًة‬ َ ‫آن ْال َفجْ ِر َك‬
ً ‫ان َم ْشه‬ َ ْ‫آن ْال َفجْ ِر ۖ إِنَّ قُر‬ َ ْ‫س إِلَ ٰى َغ َس ِق اللَّي ِْل َوقُر‬ َّ ‫أَق ِِم ال‬
ِ ْ‫صاَل َة لِ ُدلُوكِ ال َّشم‬
‫ُّك َم َقامًا َمحْ مُو ًدا‬
َ ‫ك َرب‬ َ ‫ك َع َس ٰى أَنْ َيب َْع َث‬ َ َ‫ل‬
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula
shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”
Ayat ini turun sesudah Nabi di Isra dan Mi’rajkan oleh Allah, dalam saat-saat yang
sangat sulit bagi Nabi kita Muhammad Saw memperjuangkan dakwah Islam karena semua pintu
telah ditutup rapat oleh orang-orang Quraisy. Kesempatan untuk menyiarkan Islam di Mekah dan
sekitarnya telah ditutup rapat oleh mereka. Dua orang yang amat setia membela Beliau – ketika
itu – baru saja meninggal dunia, yaitu istri Beliau Siti Khadijah dan paman Beliau Abu Thalib.
Dari hari ke hari orang Quraisy memperkuat tekanannya; hanya ada suatu kesempatan yang
tampak oleh Nabi untuk melaksanakan dakwah keluar Mekah, yaitu kepada rombongan orang-
orang Yastrib (Madinah) yang setiap musim Haji mereka bisa datang ke kota Mekah.
Sementara penduduk Mekah melakukan penerimaan tamu-tamu Haji yang mulai
berdatangan ke kota Mekah di masa itu (Tahun ke sebelas dari kerasulan Nabi), dengan diam-
diam Nabi Muhammad Saw pergi ke luar kota. Di Akabah (Mina) Beliau berhenti menyongsong
beberapa orang yang datang dari Yastrib yang dalam perjalanan menuju Mekah.
Beliau mencoba menyampaikan dakwah Islam kepada mereka; Usaha Beliau itu berhasil
baik; enam orang yang mula-mula berjumpa itu, kebetulan mereka orang-orang terkemuka dalam
kaum mereka, Aus dan Khazraj, semuanya menerima ajakan Nabi dengan baik, mereka segera
menganut Agama Islam.
Setelah mereka kembali ke Madinah, mereka mulai menyiarkan Islam di negeri mereka
(Madinah).
Orang Quraisy membuat tembok besi menutup rapat dakwah Islam. Mereka tidak sadar
ketika itu, bahwa percikan api Islam sinar dakwah Nabi Muhammad Saw telah sampai di
Madinah, yang tidak lama lagi akan marak-menyala, yang tidak akan padam-padam lagi buat
selama-lamanya.
Tiga kali Nabi Saw mengadakan pertemuan di Akabah itu dengan orang-orang Yastrib
yang telah menerima dakwah Rasulullah untuk menganut Agama Islam; dan akhirnya mereka
mengajak Rasulullah Saw supaya hijrah ke negeri mereka.
Antara Nabi Saw dan mereka terwujudlah suatu baiat (janji setia) akan hidup bela-
membela, tegasnya suatu baiat semati dalam menegakkan agama suci ini.
Peristiwa Akabah ini cukup membahayakan Rasulullah jika di ketahui oleh orang-orang
Quraisy.
Dalam saat yang kritis itulah Allah memerintahkan kepada Nabi Saw unutk melakukan
Tahajjud dan Allah memerintahkan agar Nabi Saw mengucapkan do’a dalam Tahajjudnya itu;
Firman Allah:

َ ‫َوقُ ْل َربِّ أَ ْدخ ِْلنِي م ُْد َخ َل صِ ْد ٍق َوأَ ْخ ِرجْ نِي م ُْخ َر َج صِ ْد ٍق َواجْ َع ْل لِي مِنْ لَ ُد ْن‬
‫ك س ُْل َطا ًنا َنصِ يرً ا‬
“Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah
(pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang
menolong.”( QS AL-Isra: 80)
Demikianlah sekelumit sejalah Qiyamullail dan Tahajjud dalam lingkaran perjuangan
Nabi kita Muhammad Saw selama di Mekah, dari saat mulai memperjuangkan Islam sampai
hijrah ke Madinah Al Munawarah.
Shalat malam dan Tahajjud ini tidak hanya dilaksanakan Rasulullah Saw selama di
Mekah, bukan hanya selama menghadapi rintangan dan ancaman orang-orang Quraisy, tetapi
Beliau laksanakan selama hidup Beliau.
Perjuangan yang Beliau hadapi di Madinah bukan bertambah mudah, tetapi semakin
berat. Jika di Mekah yang Beliau hadapi hanya orang-orang Quraisy, tetapi selama di Madinah
beliau berhadapan dengan kerajaan-kerajaan besar yang merupakan penguasa dunia di zaman itu
dan berbagai golongan yang menentang Islam; sedang orang Quraisy tetap berdiri paling depan
dalam barisan penentang Nabi Muhammad Saw dan Agama Islam.
Hanya bedanya, ketika di Mekah Nabi Muhammad Saw belum mempunyai kekuatan apa-
apa, tetapi di Madinah Beliau telah mempunyai kekuatan seperti tersebut dalam do’a
Tahajjudnya “Sulthanan nashira”.
Orang Quraisy bergerak memerangi Beliau; Beliau hadapi dengan tangguh delapan tahun
lamanya, sampai Quraisy bertekuk lutut, hingga negeri Mekah pusat agama berhala jatuh ke
tangan Rasulullah Saw dalam bulan Ramadhan tahun 8 Hijriah.
Sambil berhadapan dengan orang-orang Quraisy, Beliau menghadapi tantangan orang-
orang Yahudi dan Munafiqun yang mendiami bumi Madinah di masa itu, sampai semua Yahudi
yang terdiri dari 3 kabilah yang besar itu, yakni: Bani Qauniqa, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah
menyerah kalah dan terusir dari Madinah dalam tahun ke Hijriah. Dalam tahun ke 7 Hijriah
bangsa Yahudi yang telah terusir itu menggerakkan tantangan lagi di negeri Khaibar; tantangan
mereka itu pun dipatahkan oleh Rasulullah Saw. Gerakan Munafik habis tahun 9 Hijrah.
Dalam tahun ke 7 Hijrah itu pula terjadi konfrontasi dengan kerajaan Romawi Kristen;
dihadapi pula oleh Rasulullah Saw sehingga sambung bersambung sampai kepada zaman
Khulafaurrasyidin; Di zaman Khalifah Umar bin Khathab (Khalifah Rasulullah yang kedua)
kekuasaan dan penjajahan Romawi di Timur Tengah, di Syam (Syria), Palestina dan Mesir
dihabisi oleh umat Islam, sebagai kelanjutan dari perjuangan Nabi dengan Imperium Romawi
Timur.
Kerajaan Parsi juga menggertakkan giginya kepada Nabi Muhammad Saw; surat dakwah
Nabi Muhammad Saw kepada Khusru Kaisar Parsi tahun 6 Hijrah, telah dirobek-robek oleh
baginda dengan kasar; Baginda pun telah mengutus dua orang bersenjata ke Madinah hendak
membunuh Nabi Muhammad Saw. Tetapi maksud jahat itu tidak berhasil.
Sementara dari berbagai golongan suku-suku bangsa Arab yang bukan Quraisy pun
timbul pula tantangan terhadap Nabi Muhammad Saw dan Agama Islam. Semuanya itu Beliau
hadapi dengan jiwa besar, dengan semangat yang selalu bersandar kepada Allah…. Bahkan
akhirnya semua kabilah itu, telah menganut Agama Islam sebelum Rasulullah Saw berpulang ke
rahmatullah.
Pantas kalua Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan Shalat malam dan Tahajjud.
Tetapi selain Tahajjud merupakan sumber kekuatan Rasulullah lah, juga Beliau laksanakan
sebagai ibadah dan pengabdian yang tulus kepada Allah.
Mughirah bin Syi’bah seorang sahabat Rasulullah Saw pernah bertanya kepada Beliau:
“Buat apa lagi Rasulullah bersusah payah melakukan ibadah, melaksanakan Tahajjud di larut
malam, berdiri lama, sampai kedua kaki Beliau gemetar karena lama berdiri dalam Tahajjud,
padahal Rasulullah telah beroleh jaminan daripada Allah, tiada berdosa apa-apa, dan balasan
surge pun sudah sedia, buat apa lagi bersusah payah?
Siti Aisyah Ummul Mukminin pun telah menyaksikan betapa giatnya Rasulullah Saw
berdiri melakukan shalat Tahajjud dan betapa pula lamanya Beliau berdiri ketika membacakan
ayat/surat yang panjang dalam malam itu, sampai kedua kakinya membengkak; lalu Aisyah
bertanya:
“Wahai Rasulullah! Buat apa lagi bersusah payah seperti ini padahal paduka telah
dijamin oleh Allah, maksum dari segala dosa, janji surge pun hal yang sudah pasti untuk
paduka…..”
Beliau menjawab kepada Aisyah: maksudnya:”Apakah tidak patut aku menjadi hamba
yang syukur kepada Tuhannya?”(hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim).
Itu jugalah jawab yang diberikan Rasulullah kepada sahabat Mughirah bin Syi’bah.
Jawab yang singkat, tepat dan padat.
Walaupun sudah jelas Beliau tidak berdosa, sudah nyata pula beroleh jaminan untuk
beroleh maqam yang tinggi dan bahagia di akhirat, dalam surga Jannatunna’im, namun Beliau
merasa perlu melakasanakan ibadah di malam sunyi, sejuk dan dingin, sementara manusia
banyak tenggelam dalam tidur, Beliau bangun untuk menunaikan Tahajjud, untuk bersyukur dan
berterima kasih kepada Allah SWT.
Demikianlah kegiatan Rasulullah Saw melaksanakan Qiyamullail dan Tahajjud, sampai
dekat akhir hayat Beliau, Qiyamullail dan Tahajjud ini beliau laksanakan.
Sungguh tepat apa yang diucapkan oleh Sahabat Nabi, Abdullah bin Rawahah dalam
syairnya tentang pribadi Rasulullah dengan Tahajjudnya, seperti yang diriwayatkan oleh Al-
Bukhari dalam Shahihnya.
Pasal II
BEBERAPA FIRMAN ALLAH TENTANG SHALAT MALAM DAN TAHAJJUD

ُ ‫َيا أَ ُّي َها ا ْل ُم َّز ِّمل‬


Hai orang yang berselimut (Muhammad),

(2). ‫قُ ِم ا َّل ْيل َ إِاَّل َقلِياًل‬


bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),

ْ ُ‫ِص َف ُه أَ ِو ا ْنق‬
(3). ‫ص ِم ْن ُه َقلِياًل‬ ْ ‫ن‬
(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit,

(4). ‫أَ ْو ِزدْ َع َل ْي ِه َو َر ِّت ِل ا ْلقُ ْرآنَ َت ْر ِتياًل‬


atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.

(5). ‫س ُن ْلقِي َع َل ْي َك َق ْواًل َثقِياًل‬


َ ‫إِ َّنا‬
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.

(6). ‫ش ُّد َو ْط ًئا َوأَ ْق َو ُم ِقياًل‬


َ َ‫إِنَّ َناشِ َئ َة ا َّل ْي ِل ه َِي أ‬
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu
itu lebih berkesan.

(7). ‫س ْب ًحا َط ِوياًل‬ ِ ‫إِنَّ َل َك فِي ال َّن َه‬


َ ‫ار‬
Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).

ْ ‫َو ْاذ ُك ِر‬


(8). ‫اس َم َر ِّب َك َو َت َب َّتلْ إِ َل ْي ِه َت ْب ِتياًل‬
Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.

(9). ‫ب اَل إِ ٰ َل َه إِاَّل ه َُو َفا َّتخ ِْذهُ َو ِكياًل‬


ِ ‫ش ِر ِق َوا ْل َم ْغ ِر‬
ْ ‫ب ا ْل َم‬
ُّ ‫َر‬
(Dia-lah) Tuhan masyriq dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
maka ambillah Dia sebagai pelindung.
‫س ٰ ٓى أَن يَ ْب َعثَ َك َربُّكَ َمقَا ًما َّم ْح ُمو ًدا‬
َ ‫َو ِم َن ٱلَّ ْي ِل فَتَ َه َّج ْد بِ ِهۦ نَافِلَةً لَّكَ َع‬

‫س ْل ٰطَنًا‬
ُ َ‫ٱج َعل لِّى ِمن لَّدُنك‬
ْ ‫ْق َو‬ ِ ‫ْق َوأَ ْخ ِر ْجنِى ُم ْخ َر َج‬
ٍ ‫صد‬ ِ ‫َوقُل َّر ِّب أَ ْد ِخ ْلنِى ُمد َْخ َل‬
ٍ ‫صد‬
ِ َّ‫ن‬
‫صي ًرا‬

1. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.
2. Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan
keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi
Engkau kekuasaan yang menolong. (Al-Isra’: 79-80)

{‫) آ ِخذِينَ َما آ َتا ُه ْم َر ُّب ُه ْم إِ َّن ُه ْم َكا ُنوا َق ْبل َ َذلِ َك‬15( ‫ون‬ ٍ ‫إِنَّ ا ْل ُم َّتقِينَ فِي َج َّنا‬
;ٍ ‫ت َو ُع ُي‬
( َ‫ار ُه ْم َي ْس َت ْغفِ ُرون‬ ْ ‫) َو ِب‬17( َ‫) َكا ُنوا َقلِيال مِنَ ال َّل ْي ِل َما َي ْه َج ُعون‬16( َ‫ُم ْحسِ نِين‬
ِ ‫األس َح‬
)18
1. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan
mata air,
2. mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka
sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik;
3. mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam;
4. dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). (Adz Dzariyat:15-18)

‫س ٰلَ ًما‬ ۟ ُ‫ون قَال‬


َ ‫وا‬ ِ ‫ُون َعلَى ٱأْل َ ْر‬
Kَ ُ‫ض َه ْونًا َوإِ َذا َخاطَبَ ُه ُم ٱ ْل ٰ َج ِهل‬ َ ‫ين يَ ْمش‬ َ ‫َو ِعبَا ُد ٱل َّر ْح ٰ َم ِن ٱلَّ ِذ‬
ُ ‫َوا َّلذِينَ َي ِبي ُتونَ ل َِر ِّب ِه ْم‬
‫س َّجدًا َوقِ َيا ًما‬
1. Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan
di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
2. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.
(QS. Al Furqan: 63-64)

‫س َّب ُحوا ِب َح ْم ِد َر ِّب ِه ْم َو ُه ْم اَل‬ ُ ‫إِ َّن َما ُي ْؤمِنُ ِبآ َيا ِت َنا ا َّلذِينَ إِ َذا ُذ ِّك ُروا ِب َها َخ ُّروا‬
َ ‫س َّجدًا َو‬
َ‫۩ َي ْس َت ْك ِب ُرون‬
Kَ ُ‫ُون َربَّ ُه ْم َخ ْوفًا َوطَ َم ًعا َو ِم َّما َر َز ْقنَا ُه ْم يُ ْنفِق‬
‫ون‬ َ ‫اج ِع يَ ْدع‬
ِ ‫ض‬َ ‫تَت ََجافَ ٰى ُجنُوبُ ُه ْم َع ِن ا ْل َم‬
1. Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka
yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya
bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
2. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya
dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang
Kami berikan. (As Sajdah: 15-16)

ْ‫سا ِجدًا َو َقا ِئ ًما َي ْح َذ ُر اآْل خ َِر َة َو َي ْر ُجو َر ْح َم َة َر ِّب ِه ۗ قُلْ َهل‬ ٌ ‫أَ َّمنْ ه َُو َقان‬
َ ‫ِت آ َنا َء ال َّل ْي ِل‬
ِ ‫َي ْس َت ِوي ا َّلذِينَ َي ْع َل ُمونَ َوا َّلذِينَ اَل َي ْع َل ُمونَ ۗ إِ َّن َما َي َت َذ َّك ُر أُولُو اأْل َ ْل َبا‬
‫ب‬
1. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat
di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat
dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az- Zumar:9)

َ ‫َو ْاذ ُك ِر اسْ َم َرب‬


‫ِّك ب ُْك َر ًة َوأَصِ ياًل‬

‫َو ِم َن اللَّي ِْل فَا ْس ُج ْد لَهُ َو َسبِّحْ هُ لَ ْياًل طَ ِوياًل‬


1. Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.
2. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-
Nya pada bagian yang panjang dimalam hari. (Al-Insan: 25-26)

‫ين تَقُو ُم‬ َ ‫اصبِ ْر لِ ُح ْك ِم َربِّكَ فَإِنَّكَ بِأ َ ْعيُنِنَا ۖ َو‬


َ ‫سبِّ ْح بِ َح ْم ِد َربِّكَ ِح‬ ْ ‫َو‬

ِ ‫ار ال ُّن ُج‬


‫وم‬ َ ‫َومِنَ ال َّل ْي ِل َف‬
َ ‫س ِّب ْح ُه َوإِدْ َب‬
1. Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada
dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun
berdiri,
2. dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam
bintang-bintang (di waktu fajar). ( Ath Thur: 48-49)

Sekian kita kutipkan ayat-ayat Firman Allah yang mendorong kita supaya menegakkan
ibadah di waktu malam qiyamullail atau Tahajjud.

Anda mungkin juga menyukai