Anda di halaman 1dari 26

PEMBELAJARAN FIQIH BERBASIS ANALISIS

KOMPETENSI DASAR
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah PEMBELAJARAN FIQIH
Di susun oleh :

Apriliyani Sofiyana

1516.01.1.001

Dosen

Miftahul Huda, S.Pd.I., M.Ag.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
BANDUNG
1439 H/2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa
atas segala limpahan rahmat, inayah, dan taufik sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah mengenai model-model strategi pembelajaran
kontekstual.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
makalah ini bisa berguna bagi kita semua  khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca.
Amiin Yaa Rabbal’aalamiin.

Bandung, Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual.......................................................3

B. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Karakter. .5

C. Sejarah Strategi Pembelajaran Kontekstual di Buat..................................6

D. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Kontekstual.............................7

E. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 9

BAB III KESIMPULAN......................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
PENDAHULUAN

Untuk memenuhi tugas terstruktur pembelajaran fiqih maka penulis akan


menganalisis mengenai materi shalat kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah dengan
membatasi materi mengenai pengertian shalat, syarat shalat dan rukun shalat
untuk 1 kali pertemuan maka yang harus diperhatikan dalam analisis ini yaitu
pendekatan yang penulis gunakan yaitu student center dimana siswa yang aktif
dalam kegiatan pembelajaran, strategi yang digunakan yaitu CTL (Contextual
Teaching and Learning) yaitu strategi yang pembelajarannya menekankan proses
keterlibatan siswa dengan mengaitkan dalam kehidupan atau pengalaman mereka,
metode yang digunakan untuk materi shalat ini yaitu menggunakan beberapa
metode yang akan membuat siswa belajar dengan aktif dan menyenangkan serta
materi yang disampaikan akan difahami oleh siswa, media yang digunakan
menggunakan media sederhana, dan yang terakhir evaluasi yang digunakan yaitu
menggunakan tes.

1
PEMBAHASAN

I Materi
Ruang Lingkup materi tentang shalat yang disampaikan untuk kelas 2
Madrasah Ibtidaiyah yaitu
1. Pengertian Shalat
Shalat adalah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang didalamnya merupakan amalan
yang tersusun dari perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratulihram dan di akhiri dengan salam sesuai dengan syarat dan rukun
yang telah ditentukan syara’.1
2. Syarat Shalat
Sebelum melaksanakan shalat, kita diwajibkan untuk mengetahui
syarat-syarat shalat. Syarat shalat adalah sesuatu yang harus dipenuhi
sebelum mengerjakan shalat.
Ketika kita akan mengerjakan shalat, syarat-syarat shalat harus
terpenuhi terlebih dahulu. Jika tidak dilakukan maka shalat yang kita
kerjakan tidak akan sah. Adapun syarat shalat itu ada 2 (dua) macam,
yaitu: syarat wajib shalat dan syarat sah shalat.
a. Syarat wajib shalat terdiri atas:
1) Beragama Islam
2) Dewasa
3) Berakal sehat
b. Syarat sah shalat
Dalam menjalankan shalat, diperintahkan dulu untuk memenuhi
syarat-syarat sahnya shalat. Tujuannya supaya shalat kita benar-benar
bisa diterima oleh Allah. Apabila diantara syarat-syarat tersebut tidak
dilakukan, maka shalat yang dikerjakan tidak sah. Syarat sah shalat
antara lain sebagai berikut:

2
1) Suci dari hadas besar dan hadas kecil
2) Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis
3) Menutup aurat, aurat laki-laki yaitu antara lutut sampai pusar
sedangkan aurat perempuan yaitu seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan.
4) Menghadap kiblat, kiblat atau arah shalat itu tertuju pada Ka’bah
yang ada di mekah.
5) Sudah masuk waktu shalat, shalat itu ada 5 waktu dalam sehari
semalam, setiap shalat mempunyai waktu tersendiri.
6) Sudah mengetahui cara-cara shalat, dalam mengerjakan shalar, kita
diharuskan supaya tahu tata cara shalat sampai bacaan dalam
shalat.
3. Rukun Shalat ada 13 yaitu:
a. Niat, yaitu menyengaja untuk mengerjakan shalat karena Allah . niat
merupakan awal dalam mengerjakan shalat, tanpa niat shalat tersebut
tidak akan sah
b. Berdiri bagi yang mampu, bagi orang yang tidak mampu berdiri, maka
dia boleh mengerjakan shalat dengan duduk, berbaring atau isyarat
c. Takbiratul Ihram
Takbiratul ihram dengan mengucapkan Allahu Akbar di awal shalat.
d. Membaca Surat Al-Fatihah
e. Ruku’ dan thuma’ninah
f. I’tidal dengan thuma’ninah
g. Sujud dua kali dengan thuma’ninah
h. Duduk diantara dua sujud dengan thuma’ninah
i. Duduk tasyahud akhir
j. Membaca tasyahud pada waktu duduk akhir
k. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW pada tasyahud akhir
setelah membaca tasyahud.
l. Mengucapkan salam

3
m. Tertib. Tertib maksudnya ialah melaksanakan ibadah shalat secara
berurutan, dari rukun yang pertama sampai yang terakhir.

II Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


A. Kompetensi Inti materi shalat pada pembelajaran fiqih untuk kelas 2 Madrasah
Ibtidaiyah :
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
3. Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.2
Hal ini didasari oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 bahwa Kompetensi inti pada
kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat
kelas. Kompetensi inti merupakan pengikat kompetensi-kompetensi yang harus
dihasilkan melalui pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Kompetensi inti
adalah bebas dari mata pelajaran tertentu. Kompetensi inti merupakan kebutuhan
kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi
dasar yang harus dipahami dan dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran
yang tepat menjadi kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan operasionalisasi
Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh
peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan
tertentu, yang menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam
2

4
aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik
untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.3 Kompetensi dasar
merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai
peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan
yang mengacu pada kompetensi inti.
B. Kompetensi Dasar materi shalat pada pembelajaran fiqih untuk kelas 2
Madrasah Ibtidaiyah yaitu:
a. 1.2 Menjalankan shalat tepat waktu
b. 3.2 memahami shalat fardhu
c. 4.2 Mempraktekkan gerakan shalat fardhu
C. Indikator Pencapain Kompetensi Dasar
Peserta didik dapat:
1. Menyebutkan pengertian shalat
2. Menyebutkan syarat wajib dn syarat sah shalat
3. Menyebutan rukun shalat
4. Mempraktekkan gerakan shalat
D. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kulikuler, dapat
didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah
mereka mempelajarari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu untuk satu
kali pertemuan.4
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, maka sebaiknya rumusan tujuan
pembelajaran mengandung unsur ABCD, yaitu Audience (siapa yang harus
memiliki kemampuan), Behavior (perilaku yang bagaimana yang diharapkan
dapat dimiliki), Condition (dalam kondisi dan situasi yang bagaimana subjek
dapat menunjukkan kemampuan sebagai hasil belajar yang telah diperolehnya),
Degree (kualitas atau kuantitas tingkah laku yang diharapkan dicapai sebagai
batas minimal)

3
Prof.Dr.H.E.Mulyasa,M.Pd., Pengembangan dan Impelementasi kurikulum 2013(Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 174
4
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd, Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan
(Jakarta: Kencana, 2010), hal.68

5
Dari teori diatas maka dapat di buat tujuan pembelajaran yaitu Siswa
mampu memahami pengertian shalat, syarat sah shalat, rukun shalat dengan
baik.

III Model-Model Pembelajaran


Berdasarkan analisis mengenai komptensi inti dan kompetensi dasar pada
materi shalat untuk pelajaran fiqih kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah maka model
pembelajaran yang akan di pilih berkaitan dengan materi ini yaitu pendekatan
menggunakan student center, strategi pembelajaran yang digunakan yaitu CTL
(Contextual Teachand Learning), metode yang digunakan yaitu metode ceramah,
metode tanya jawab, metode pemberian ganjaran, dan metode demonstrasi.
1. Pendekatan yang digunakan yaitu mengajar berpusat pada siswa (Student
Centered)
Mengajar tidak ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat
ditentukan oleh siswa itu sendiri. Siswa mempunyai kesempatan untuk
belajar sesuai dengan gayanya sendiri.5 Dengan demikian, peran guru
berubah dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai
fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang membantu siswa
untuk belajar. Sehinnga ketika proses belajar mengajar siswa yang di
tuntut berperan aktif guru hanya membimbing tetapi jika ada sesuatu yang
tidak sesuai atau keluar dari materi maka guru yang harus mengarahkan.
Materi shalat ini sangat efektif dalam pendekatan student center ini karena
akan menjadikan siswa lebih aktif dalam memahami materi yang
disampaikan sesuai kompetensi yang dicapai yaitu dari sisi kognitif
(memahami), sisi afektif (menjalankan) dan psikomotorik
(mempraktekkan) maka hal ini sejalan dengan pendekatan student center.
2. Strategi Pembelajaran yang digunakan yaitu Contextual Teaching and
Learning
Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
5
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd Ibid hal 99

6
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
CTL merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan
bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran
yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks privadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari
suatu permasalahan ke permasalahann lainnya.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.
a. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman
secara langsung
b. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yag dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa di tuntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata.
c. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan,
artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memhami materi
yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman,
keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan
mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan
bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang
mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata dimana isi pelajaran
akan digunakan.6

6
Dra. Sumiati dan Asra, M.Ed., Metode Pembelajaran (Bandung: Wacana Prima, 2009) hal 14.

7
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas mudah
pelaksanaannya, secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
b. Laksanakan sebanyak mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu dengan mengajukan sejumlah atau
serangkaian pertanyaan
d. Ciptakan masyarakat belajar
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya (penilaian autentik) dengan berbagai
cara.7
Lebih rincinya dapat dijabarkan dalam implementasi CTL, pada situasi
pembelajaran harus dipegang erat 7 komponen CTL. Tujuh komponen CTL itu
adalah sebagai berikut:
1. Kontruktivisme, dengan esensi,
a) Siswa membangun sendiri pemahaman mereka dari pengalaman baru
berdasarkan pengetahuan terdahulu yang dimilikinya
b) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi dan bukan
transfer pengetahuan.
c) Belajar adalah proses aktif mengkontruksi pengetahuan dari abstraksi
pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi
dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi
sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang
dimiliki siswa.
2. Inquiri, dengan esensi
a) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis, berpikir
tingkat tinggi
7
Prof.Dr.Suyono,M.Pd. dan Drs. Hariyanto,M.si, Implementasi Belajar dan Pembelajaran
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015) hal. 82

8
b) Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan
hipotesis, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan
c) Langkah-langkah inkuiri dengan merumuskan masalah, melakukan
observasi, analisis data, kemudian mengkomunikasikan hasilnya.
3. Bertanya, dengan esensi,
a) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai peserta
didik, menggali informasi tentang pemahaman, perhatian, dan
pengetahuan peserta didik
b) Berguna bagi peserta didik sebagai salah satu teknik dan strategi
belajar, merupakan bagian penting dalam pembelajaran berbasis
inkuiri
4. Learning Community (Masyarakat Pembelajaran) dengan esensi,
a) Sekelompok orang yang terikat dan berfokus kepada kegiatan belajar
dalam pembelajaran kolaboratif
b) Bekerja sama dengan orang lain lebih baik dari orang lain lebih baik
dari pada belajar sendiri
c) Saling berbagi ide dan bertukar pengalaman
d) Belajar dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial
dan komunikasi berkembang.
5. Modelling, dengan ciri-ciri,
a) Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik
seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain,
b) Pemodelan dilakukan oleh guru sebagai teladan, peserta didik dan
tokoh lain
c) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja,
berbuat dan belajar
d) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.

6. Reflection, refleksi, dengan esensi,


a) Cara berpikir tentang apa yang baru saja dipelajari
b) Mencatat dan mengingat-ingat apa yang telah dipelajari

9
c) Membuat jurnal, portofolio, karya seni, diskusi kelompok atau dapat
berupa kesan, catatan atau hasil karya siswa,
d) Respons terhadap kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru
e) Hasil kontruksi kognitif terhadap pengetahuan yang baru.
7. Authentic assessment, penilaian yang sebenarnya,
a) Mengukur sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa dalam proses
pembelajaran
b) Penilaian produk (kinerja)
c) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
d) Dilakukan melalui berbagai cara (tes dan non tes)
e) Alternatif bentuk tagihan: kinerja, observasi, portofolio, dan jurnal.
Dari teori yang sudah dipaparkan diatas maka strategi CTL ini sangat
relevan dengan materi shalat misalnya dengan pengalaman yang siswa dapat
ketika seorang guru memperlihatkan gerakan-gerakan shalat maka dengan spontan
siswa akan menyebutkan bahwa gambar tersebut adalah orang yang sedang sholat,
karena mungkin siswa sering kali melihat orang yang sedang sholat bahkan
melakukan shalat tersebut. Lebih jelasnya lagi akan disampaikan implementasi
strategi CTL dalam materi shalat pada kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah:
Dalam proses pembelajaran terdapat tiga langkah yang harus dilakukan
seorang guru yaitu :
a. Pendahuluan
Di awal kegiatan pembelajaran tentunya guru tidak akan langsung
menyampaikan materi tetapi ada beberapa hal penting yang harus disampaikan
agar peserta didik tidak kaget dalam menerima materi biasanya seorang guru
memberikan stimulus kepada peserta didik dengan cara ice breaking dahulu agar
membuat peserta didik merasa belajar itu hal yang menyenangkan dan membuat
konsentrasi terhadap materi yang akan disampaikan kemudian seorang guru
menyampaikan tujuan pembelajaran pada materi yang akan disampaikan, agar
siswa belajar aktif maka guru memberikan beberapa pertanyaan yang akan
dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan.

10
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti adalah kegiatan memulainya pembelajran dimana seorang
guru menyampaikan materi dalam kegiatan inti. Disini lah berbagai metode
pembelajaran dikemukakan, pada materi shalat ini ada beberapa metode yang
disampaikan agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien, sebelum metode yang
akan digunakan oleh guru disampaikan maka guru harus menyampaikan tujuan
pembelajaran terlebih dahulu. Pembelajaran pada materi shalat ini dapat
dikerjakan dalam kelas atau luar kelas seperti masjid.

Pada kegiatan inti ini materi yang disampaikan dimulai dengan anak
mengamati gambar anak yang sedang shalat atau bisa juga dengan cara
memperlihatkan video anak yang sedang shalat (ini jika dalam kelas menunjang
adanya infokus), cara ini agar merangsang anak untuk mengungkapkan apa yang
diketahuinya atau apa yang dilihat dengan merespon ketika guru memberikan
gambar tersebut setelah itu guru akan bertanya mengenai hal apa saja yang sudah
dilihat oleh anak, kemudian guru memberikan penjelasan materi mengenai hal apa
saja yang harus diketahui sebelum orang melakukan shalat yaitu dengan cara
memaparkan materi mengenai syarat wajib dan syarat sah shalat setelah itu guru
meminta kembali peserta didik menyebutkan kembali materi syarat wajib dan
syarat sah shalat dengan metode bertanya kemudian setelah itu guru meminta
seorang siswa mempraktekan atau mendemonstrasikan gerakan shalat sambil guru
menjelaskan mengenai rukun-rukun shalat. Agar guru mengetahui bahwa materi
yang disampaikan oleh siswa dapat difahami atau belum maka seorang guru
memberikan tugas dengan menjawab pertanyaan yang ada di buku mengenai
ketentuan shalat.
c. Penutup
Di akhir pembelajaran guru memberikan penguatan tentang materi yang
sudah di paparkan dan evaluasi yaitu dengan cara siswa menjawab pertanyaan
pada kolom-kolom yang terdapat dibuku paket mengenai ketentuan shalat.

3. Metode yang digunakan dalam materi shalat untuk pembelajaran fiqih di


kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah diantaranya yang sesuai dengan kegiatan inti:

11
a. Metode picture and picture
Metode ini merupakan metode pembelajaran yang menggunakan
gambar sebagai media pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi
perangkat utama dalam proses pembelajaran. Untuk itulah, sebelum
proses pembelajaran berlangsung, guru sudah menyiapkan gambar
yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk
carta berukuran besar. Gambar-gambar tersebut juga bisa ditampilkan
melalui bantuan powerpoint atau software-software. Dalam
impelementasinya penulis memilih pembelajaran diluar kelas yaitu
dimesjid agar pembelajaran sesuai dengan materi shalat yang akan
dibahas yaitu dengan cara memperlihatkan gambar shalat yang harus
diamati oleh peserta didik setelah itu meminta 3 orang anak untuk
menyusun kartu-kartu (gambar gerakan shalat) yang sudah guru
siapkan menjadi gerakan shalat yang sesuai dengan gambar.
b. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan pemberian
informasi secara lisan/verbal dari seorang pembicara di depan
sekelompok pengunjung. Dalam pembelajaran tentu saja pembicara
disini adalah seorang guru, sedangkan pengunjungnya adalah peserta
didik. Biasanya metode ceramah diterapkan jika tujuan pokok
pembelajaran memang memberikan informasi. Metode ceramah akan
efektif bila peserta didik sudah termotivasi, oleh sebab itu guru harus
membuat semacam prakondidi agar siswa duduk tenang dahulu
sebelum ceramah berlangsung. Metode ceramah akan efektif apabila
durasi ceramah tidak terlalu panjang misal antara 10-15 menit saja, hal
ini terkait dengan kemampuan mengingat para pendengar ceramah.
Dalam implementasinya metode ini banyak digunakan, pada materi
shalat ini sebagai pengantar untuk menyampaikan materi yaitu materi
mengenai syarat wajib dan syarat sah shalat, materi yang disampaikan
untuk memberikan pemahaman kepada siswa bahwa sebelum
melaksanakan shalat ada hal-hal yang harus diperhatikan.

12
c. Metode Tanya Jawab/Pertanyaan terarah
Gordon Pask (1976) dalam publikasinya berjudul Conversation
Theory, Applications in Education and Epitemology, menyatakan
bahwa melalui interaksi percakapan termasuk tentu saja tanya jawab
antara guru dengan murid, antara dosen dengan mahasiswa, akan
terjadi konstruksi pengetahuan atau proses untuk tahu( knowing).
Metode tanya jawab ini dilakukan oleh guru agar terjadi interaksi
dengan siswa. Pada materi shalat ini dapat dilakukan metode tanya
jawab ini, yaitu setelah guru memaparkan penjelasan menggunakan
metode ceramah mengenai syarat wajib dan syarat sah shalat maka
guru dapat menanyakan kembali materi yang disampaikan, metode ini
menuntut siswa agar aktif dalam pembelajaran.
d. Metode demonstrasi
Demonstrasi merupakan salah satu strategi mengajar dimana guru
memperlihatkan suatu benda asli, benda tiruan, atau suatu proses dari
materi yang diajarkan kepada seluruh siswa. Hal ini juga berarti bahwa
strategi demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau benda
tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun
dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber
belajar lain di depan seluruh siswa.8 Dalam materi shalat ini metode
demonstrasi adalah metode yang cocok digunakan untuk
mempraktekkan gerakan shalat, dimana seorang guru meminta 5 orang
siswa untuk menjadi contoh, ketika siswa mempraktekan dari satu
gerakan ke gerakan yang lain guru juga memaparkan materi mengenai
rukun-rukun shalat.

8
Miftahul Huda, M.Pd., Model-model pengajaran dan pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013) hal.231-232

13
IV. Bahan Ajar atau Sumber Belajar
Bahan ajar adalah sebuah persoalan pokok yang tidak bisa
dikesimpangkan dalam satu kesatuan pembahansan yang utuh tentang cara
pembuatan bahan ajar.9
Edgar Dale menyatakan, sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman
yang pada dasarnya sangat luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup segala
sesuatu yang dapat dialami, yang dapat menimbulkan peristiwa belajar.
Maksudnya adanya perubahan tingkah laku kea rah yang lebih sempurna sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan.
Dalam arti luas, sumber belajar adalah segala macam sumber yang ada di
luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan)
terjadinya proses belajar.10
Sumber belajar adalah bahan-bahan apa saja yang dapat dimanfaatkan
untuk membantu guru maupun siswa dalam upaya mencapai tujuan. Dengan kata
lain, sumber belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam proses
pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media elektronik, nara
sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya. Sumber belajar dipilih
berdasarkan pada kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi dasar. Sumber-sumber dalam silabus sebaiknya
bervariasi agar memberikan pengalaman luas kepada siswa. Mengajar bukanlah
menyelesaikan suatu buku, melainkan membantu siswa mencapai kompetensi.
Karena itu, hendaknya guru menggunakan sebanyak mungkin sumber
bahan sebagai sumber pendukung dari sumber utama guru yaitu buku teks dan
buku kurikulum.
Untuk memilih sumber belajar yang baik, ada dua hal yang perlu dianalisis
oleh guru, yaitu : (1) segi bahasa dan cetakan, (2) isi atau materi yang memenuhi
unsur kebenaran, relevansi dengan kompetensi, keakuratan, dan sebagainya.11

9
Andi Prastowo. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif ( Yogyakarta: Diva
Press,2014) ,hal.16
10
Drs. Ahamd Rohani. Media Instruksional Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2014) hal.102
11
Dra Sumiati, Ibid, hal. 149

14
Pada pembelajaran fiqih materi shalat untuk kelas 2 MI Ibtidaiyah sumber
belajar yang digunakan diantaranya:
1. Buku Teks Pembelajaran Fiqih siswa kelas II
2. Buku Guru Fiqih kelas II Kurikulum 2013
3. Buku Panduan Shalat

V. Media Pembelajaran
Media adalah segala sesuatu yang dapat diindera yang berfungsi sebagai
perantara/sarana/alat/ untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar).12
Media pembelajaran merupakan bagian integral dalam sistem
pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Dua unsur penting
dalam media adalah unsur Software (perangkat lunak) yaitu informasi atau bahan
ajar yang akan disampaikan dan unsur hardware yaitu peralatan yang digunakan
untuk menyajikan pesan atau bahan ajar.13
Pada materi shalat kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah pada tema Tegakkan
Shalat ditentukan empat motede yaitu metode picture and picture, metode
ceramah, metode tanya jawab, dan metode demonstrasi. Pada metode picture and
picture pembelajaran yang akan digunakan, metode ini membutuhkan media
sederhana berupa poster gerakan sholat yang utuh dan beberapa potongan-
potongan gambar gerakan solat untuk dimenjadi menjadi sebuah informasi utuh
yang dijadikan materi ajar. Media penunjang lainnya berupa media audio visual
yaitu memutarkan video dengan bantuan infokus dan laptop yang ditayangkan
orang yang melaksanakan shalat yang akan membantu siswa untuk dapat
menirukan gerakan shalat dengan benar dan mengucapkan bacaan-bacaan shalat.
Ketika menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi
menggunakan metode langsung yaitu guru dan siswa.

12
Drs. Ahamd Rohani, Ibid hal 3
13
Drs. Rudi Susilana, Media Pembelajaran, (CV. Wacana Prima, Bandung : 2007), hal.7

15
Media berupa gambar sederhana dan media audio visual dipilih berdasarkan
kriteria khusus dalam pemilihan media belajar diantaranya : (1) Access, mudah
didapat; (2) Cost, pertimbangan Biaya; (3) Technology, kemudahan dalam
penggunaan media; (4) Interactivity, adanya komunikasi dua arah; (5)
Organization, dukungan organisasi; (6) Novelty, kebaruan dari media yang
dipilih. Artinya bahwa media yang dipilih sudah dipertimbangkan dengan baik
dari segala aspek yang menjadi kriteria khusus dalam pemilihan media belajar.
Pemlihan media yang digunakan diharapkan dapat memudahkan siswa
dalam memahami materi yang disampaikan seperti media gambar gerakan shalat
yang berupa media visual yang mampu memfasilitasi modal belajar siswa yaitu
dengan melihat gambar akan mudah mendapatkan informasi dari gambar tersebut.
sedangkan jika menggunakan media audio visual, menjadi sarana untuk
mengaktifkan modalitas audio dan visual siswa dalam belajar yang membantu
siswa untuk dapat, menjadi sarana untuk mengaktifkan modalitas audio dan visual
siswa dalam belajar yang membantu siswa untuk dapat mengikuti gerakan shalat
dan mendengarkan bacaan shalat.

VI Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah proses penentuan nilai atau manfaat dari suatu data
kolektif. Stuffelbeam (1971), menyatakan bahwa evaluasi adalah proses
memperoleh, menyajikan, dan menggambarkan informasi yang berguna untuk
menilai suatu alternative pengambilan keputusan.14
Dalam proses kegiatan belajar mengajar evaluasi ini sangat penting karena
untuk mengukur apakah tujuan pembelajaran yang disampaikan itu dapat tercapai
atau tidak, atau materi yang disampaikan pada siswa sudah dipahami atau belum
dan juga untuk mengukur kemampuan masing masing siswa.
Ada prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya
triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:
a. Hubungan antara Tujuan dengan KBM

14
Drs Harus Rasyid dan Drs. Mansur, M.Pd. Penilaian Hasil Belajar (CV Wacana Prima: 2009),
hal 3

16
Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar
disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara
keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu
pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan
langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.

17
18
19
20
.

DAFTAR PUSTAKA

Taniredja, Tukiran. Miftah Faridli. Sri Harmianto, Model-Model Pembelajaran


Inovatif dan Efektif, Bandung, Alfabeta,2013.
Suyadi, M.Pd.I, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung, 2013.
Suryani, Nunuk. Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta, 2012.
https://risqinisa.wordpress.com/2011/01/05/pendekatan-ctl-dalam-pembelajaran-
pendidikan-agama-islam/

21
22

Anda mungkin juga menyukai