Oleh :
M. ZAENUDIN
NIM. 2018012153
TA 2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mikroorganisme, seperti virus, bakteri, parasit, atau jamur, dan dapat berpindah ke
orang lain yang sehat. Penyakit menular yang seringkali diderita oleh masyarakat
salah satunya adalah adalah Tuberculosis Paru. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit
mengenai organ tubuh lainnya (World Health Organization, 2013, Ditjen PP&PL,
2014). Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak
yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya
RI, 2015). Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan
batuk yang berlangsung lama, penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala
lain, seperti demam, lemas, berat badan turun, tidak nafsu makan, nyeri dada,
Beberapa faktor yang menjadi faktor risiko TB paru yaitu kepadatan penduduk dan
TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak. Beberapa tes lain yang
dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit menular ini adalah foto Rontgen dada,
tes darah, atau tes kulit (Mantoux). Pengobatan TB dapat diberikan dalam 2 tahap,
yaitu tahap intensif 2 bulan pengobatan dan tahap lanjutan 4-6 bulan berikutnya.
Pengobatan yang teratur pada penderita TB dapat sembuh secara total, apabila
penderita patuh terhadap aturan pengobatan TB. Hal yang penting bagi penderita
TB yaitu tidak putus obat karena jika penderita menghentikan pengobatan, kuman
bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi
berbahaya hingga kematian (Ditjen PP & PL, 2014). Obat TBC umumnya berupa:
minum obat karena waktu pengobatan yang cukup lama. Dampak dari putus obat
atau disebut multi drug resistant (TB MDR), yang berarti pengobatannya akan lebih
lama yaitu sampai 2 tahun (Caminero, 2013). Adapun faktor yang menyebabkan
pasien tidak patuh dalam minum obat yaitu dapat berasal dari pasien itu sendiri,
(Bosworth, 2010).
obat penderita TB Paru, adalah penderita itu sendiri. Motivasi dan dukungan dari
dengan adanya pengawasan dan pemberi dorongan kepada pasien (Palinggi et al,
akan berhenti minum obat setelah merasa lebih baik setelah minum beberapa kali
sakit setiap tahun dan menempati urutan kedua penyakit infeksi terbanyak yang
(HIV). Kasus baru TB sedunia pada tahun 2012 dilaporkan sekitar 8,6 juta dan 1,3
Berdasarkan data WHO, jumlah kasus TB Paru pada tahun 2016 yaitu 10,4 juta
jiwa meningkat dari sebelumnya yaitu 9,6 juta jiwa. Indonesia dinyatakan sebagai
negara terbanyak ketiga yang mengalami kejadian kasus TB Paru yaitu sebanyak
10% dari total kasus TB Paru di dunia. Jumlah pasien TB MDR di Indonesia pun
cukup tinggi. Berdasarkan WHO global report 2018, Indonesia berada di peringkat
8 dari 27 negara dengan beban TB MDR terbanyak di dunia. Jika tidak segera
provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan
Menurut Data dan Informasi pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016,
jumlah kasus baru TB Paru BTA positif di Indonesia yaitu 156.723 kasus. Provinsi
jawa tengah ada di urutan ke-7 dengan prevalensi sebanyak 4.011 kasus (Kemenkes
RI 2016). Pada tahun 2017 terdapat 116 ribu jiwa meninggal akibat TBC.
mencapai 842 ribu. Sebanyak 442 ribu pengidap TBC melapor dan 400 ribu
lainnya tidak melapor atau tidak terdiagnosa. Penderita TBC tersebut terdiri atas
Prevalensi kasus TBC di jawa tengah sangat tinggi. Penderita TBC mengalami
peningkatan secara significan di jawa tengah, Pada tahun 2018 ada sebanyak
49.616 penderita tuberculosis , dengan case notification sebanyak 143 kasus per
100 ribu dan meningkat di tahun 2019, yaitu dengan jumlah pengidap TBC di jawa
tengah mencapai 100 ribu jiwa. Jumlah ini sangat tinggi dengan program
dan 16 di Jawa tengah. Menurut Dinas Kesehatan Jawa Tengah jumlah temuan
kasus TBC mengalami peningkatan. Penderita TB BTA (semua tipe) pada tahun
2018 sejumlah 3.882 kasus, dengan persentase TB Semua Tipe pada laki-laki
sebanyak 2.141 kasus (55%) lebih besar dari pada perempuan sebanyak 1.741
kasus (45%). Hal ini disebabkan karena (fakta kwalitatif) pada laki-laki lebih intens
kontak dengan faktor risiko dan kurang peduli terhadap aspek pemeliharaan
kelompok usia bayi dan anak sebanyak 916 kasus (24%), kelompok usia 15-34
sebanyak 1030 kasus (27%), kelompok usia 55-64 sebanyak 553 kasus (14%) dan
kelompok usia diatas 65 tahun sebanyak 310 kasus (8%). Meskipun kasus TB
semua tipe banyak terjadi pada kelompok usia produktif, upaya serius dalam
pencegahan dan pengobatan tetap harus dilakukan karena dapat menularkan pada
demak pada tahun 2018 penderita TBC sebesar 57 % atau 107 penderita per
seratus ribu penduduk. Ini masih di bawah standar, karena target yang harus dicapai
adalah 70% sedangkan CNR itu total kasus yang ternotifikasi sebesar 90% dari
93% yang seharusnya dicapai. Ini artinya masih banyak penderita TB paru yang
belum diketemukan dan penularan akan terus terjadi. Di Demak banyak sekali di
jumpai kasus TBC putus obat dikarenakan tidak tahan dengan efek samping
pengobatan TBC, hal ini yang menyebabkan masalah baru dan meningkatkan
penularan TBC, karena sebagian besar penderita TBC terjadi di wilayah pedesaan
yang kurang dari keluarga. Disamping faktor ekonomi, lingkungan yang tidak sehat
Jumlah pasien penderita TBC paru di RSI NU Demak juga cukup tinggi baik
kasus lama ataupun kasus baru. Berdasar data Rekam Medis Pada tahun 2018 ada
mengalami putus obat yaitu berhenti minum obat sebelum 6 bulan ada 5 pasien
TBC, TB paru lama yaitu pasien yang telah menyelesaikan pengobatan setelah 6
bulan yaitu 36 pasien, juga kasus baru yang baru memulai proses pengobatan (
kurang dari 6 bulan) yaitu sejumlah 23 pasien. Angka kematian karena TBC di RSI
NU demak di tahun 2018 ada sejumlah 17 pasien TBC. Di tahun 2019 ini kasus
dan didapatkan 21 kasus kematian karena TBC di tahun 2019. Bila dibandingkan
tahun 2018, pasien TBC putus obat mengalami peningkatan di tahun 2019 yaitu
menjadi 24 pasien TBC mengalami putus obat, yang sebagian besar faktor
peneliti dapat dari RSI NU Demak, pasien TB putus obat adalah pasien yang tidak
kontrol teratur, sehingga dari pihak rumah sakit menghubungi puskesmas untuk
obat karena motivasi dari keluarga yang akan menghilangkan tingkat stres pada
pasien TBC yang menjalani pengobatan selama 6 bulan dengan berbagai efek
samping pengobatan seperti mual, muntah, pusing, nafsu makan menurun, dl.
Pengobatan pasien TB Paru yaitu dengan pemberian Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) yang diberikan secara gratis selama enam bulan. Salah satu faktor yang
Dukungan keluarga, juga sebagai suatu strategi dalam mencegah stres. Begitu pula
dalam hal patuh terhadap minum obat khususnya Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
yang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh bagi seseorang dalam hal
patuh terhadap minum obat adalah dari dukungan keluarga sendiri. Dukungan
interaksi sosial yang membuat pasien merasa dicintai dan diperhatikan (Paz-Soldan
et al, 2013). Dukungan keluarga merupakan bagian dari dukungan sosial. Individu
orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor.
dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat
diakses atau diadakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan (Erdiana, 2015). Keluarga satu rumah merupakan
diteliti para peneliti, diantaranya penelitian Penelitian oleh Theresia, dkk (2018)
minum obat pasien TBC, dukungan keluarga berperan dalam upaya membuat
penderita TB paru untuk patuh minum obat. Berdasarkan hal tersebut maka
keluarga harus mengambil peran ikut serta dalam mengawasi pasien TB paru saat
mengkonsumsi obat secara teratur sampai pasien sembuh. Penelitian lain yang
mendukung adalah yang dilaksanakan oleh Sara, maulani (2017) yang menyatakan
bahwa ada hubungan yang significan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada penderita TB paru. Selain itu adanya keeratan hubungan
minum obat keluarga juga memberikan dukungan emosional kepada penderita TB.
responden patuh berjumlah 38 orang (65,52%). Hasil uji statistik nilai p-value =
0.036 (p < 0,05). Berdasarkan hipotesis yang diajukan apabila p-value ≤ = 0.05
maka dapat dikatakan ada hubungan yang bermakna antara duavariabel. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa penderita yang tidak memiliki keluarga tidak ada yang
diperlukan bagi penderita yang dengan pengobatan jangka lama. Namun yang
menjadi konsen peneliti ialah apakah keluarga benar benar mendukung proses
pengobatan penderita baik yang sedang dalam fase intensif maupun fase lanjutan,
dilihat, namun dukungan serta kepedulian keluarga akan menjadi salah satu
kunjungan baik pasien lama yaitu pasien TBC yang telah menjalani pengobatan
selama 6 bulan, maupun pasien baru yaitu pasien yang baru menjalani pengobatan
TBC kurang dari 6 bulan. Komplikasi yang sering terjadi adalah TB kambuh dan
juga permasalahan yang baru. Hasil wawancara dengan sepuluh orang pasien TBC
mebutuhkan biaya dan transport untuk periksa, keluarga juga merasa bosan dengan
pengobatan TBC yang lama sehingga terkadang keluarga juga bosan mengingatkan
pasien untuk minum obat. Sedangkan 5 orang lainnya mengatakan bahwa selama
motivasi bahwa sakitnya pasti bisa disembuhkan bila teratur kontrol serta teratur
minum obat.
Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita TB Paru di Poli Penyakit
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
TBC.
B. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis
a) Definisi.
tahun setelah infeksi awal, sisanya 90% dari mereka yang terinfeksi tidak
b) Etiologi.
tubuhnya (Knechel, 2009). Dinding sel berisi asam lemak, asam mikolat,
terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu
lama pada suhu antara 40C sampai 700C, kuman sangat peka terhadap
panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet, kuman dapat bersifat dormant
(tidur/ tidak berkembang), paparan langsung dengan sinar ultraviolet
sebagian besar kuman akan mati, dalam dahak dengan suhu 300C – 370C
kuman akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu (Ditjen PP&PL,
2014).
yaitu :
1. Populasi A.
Yang terdiri atas kuman yang secara aktif berkembang biak dengan
cepat, kuman ini banyak terdapat pada dinding kapitas atau dalam
2. Populasi B.
3. Populasi C.
4. Populasi D.
infeksius ke udara pada saat batuk (sekitar 3.000 droplet), bersin (sekitar
1-5 basil yang sangat infeksius dan di lingkungan tertutup droplet dapat
sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks negatif
pada sistem imun, dengan sistem imun normal, 90% tidak akan berlanjut
d) Patofisiologi.
ada empat keadaan yang bisa terjadi yaitu pertama tidak terjadi infeksi
partikel besar yang berisi lebih dari tiga basil tuberkulosis tidak akan
pneumonia akut yang disebut dengan focus primer atau Ghon focus yang
merupakan infeksi primer. Infeksi primer ini dapat sembuh dengan atau
tanpa bekas atau dapat berlanjut terus dan bakteri terus di fagosit atau
2003).
e) Faktor Resiko
seperti status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin dan faktor
2. Status gizi
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi
3. Usia
Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia
TB paru.
4. Jenis kelamin
f) Klasifikasi Tuberculosis.
BTA positif.
kuman TB positif.
4) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
pengobatan.
g) Gejala TB paru.
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal
ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat). Gejala
respirasi diantaranya adalah batuk > 2 minggu, batuk darah, sesak napas
dan nyeri dada. Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak
ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.
Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus
belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada
gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan
(Wijaya, 2012).
h) Diagnosis TB Paru.
kultur bakteri dan uji kepekaan obat. Sesuai dengan rekomendasi WHO,
cukup cepat (hanya 2 hari) (Zumla et al, 2013). Foto toraks merupakan
paru pada TB dengan BTA negatif maupun BTA positif. Foto toraks
(Soetikno dan Derry, 2011; Srikanth et al, 2009). Pemeriksaan lain untuk
2013a).
petugas di fasyankes.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat
indikasinya.
foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang
i) Pengobatan TB paru.
dan penularan TB resistan obat (Kemenkes, 2014) Jenis dan sifat OAT
obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap
minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap
lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap
Penyebab Penatalaksanaan
Efek samping
Tidak ada nafsu Semua OAT diminum
makan, mual, sakit Rifampisin malam sebelum tidur
perut
Pirasinamid Beri aspirin
Nyeri sendi
Kesemutan sampai Beri vitamin B6
rasa terbakar di kaki INH (piridoxin) 100 mg per
hari
Warna kemerahan Tidak perlu diberi
pada air seni (urine) Rifampisin apaapa, tapi perlu
penjelasan kepada
pasien
2.2.Tabel efek samping berat OAT (kemenkes,2011)
keseimbangan
pemeriksaan sebelumnya.
pengobatan.
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
OAT.
kemoprofilaksis.
Siswa-siswi pesantren.
3. Vaksinasi BCG.
risiko.
jangka panjang.
B. Kepatuhan.
a. Definisi kepatuhan.
perilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain. Perilaku patuh
minum OAT dinilai dari sisa OAT pada penderita sesuai dengan jumlah
setiap hari, dan pasien menyatakan bahwa ia meminum OAT setiap hari
antara lain:
antibiotik tertentu. Jika hal ini terjadi pada beberapa obat maka
yang mahal, kemiskinan, efek samping, durasi yang lama dan stigma
et al, 2013).
TB. Selain itu menurut Pasek (2013), persepsi dan tingkat pengetahuan
berobat dan kebanyakan penderita merasa enak pada akhir fase intensif
kepatuhan berobat.
Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu
penyakitnya.
b) Keyakinan (persepsi).
perubahan perilaku.
2. Dukungan keluarga.
(2012).
a) Pemahaman Intruksi.
atau ketaatan.
b) Kualitas Interaksi.
kepatuhan.
C. Dukungan Keluarga.
dukungan sosial umum, sumber ini terdiri atas jaringan informal yang
di pandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau
diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi
anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu
Terdapat dua sumber dari dukungan sosial keluarga antara lain, Asih 1998
dari keluarga inti itu sendiri. Jaringan kerja sosial ini antara lain
bersama.
langsung, dukungan sosial adalah strategi penting yang haru ada dalam
masa stress bagi keluarga (Friedman, 2010). Dukungan sosial juga dapat
berfungsi sebagai strategi pencegahan guna mengurangi stress akibat
teman, dan tetangga. Bantuan dari keluarga besar juga dilakukan dalam
lansia, melakukan tugas rumah tangga, dan bantuan praktis selama masa
keluarga yaitu:
bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain bersedia
yang mempengaruhi.
sistem pendukung bagi anggota keluarganya yang sakit. Selain itu, keluarga
atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam
memperoleh hasil dan atau mencapai tujuan tertentu (Palinggi et al, 2013).
individu, seperti penurunan rasa cemas, rasa tidak berdaya dan putus asa
(Ratnasari, 2012).
emosional dan bimbingan dari anggota keluarga ini dan menganggap rumah
menjadi surga bagi istirahat dan penyembuhan (Sukumani et al, 2012).
psikologis terhadapa pasien yang tidak bisa merawat diri sendiri. Dukungan
mendukung pasien (Biswas et al, 2010). Dukungan sosial dari keluarga dan
mudah putus asa, yang pada akhirnya dapat meningkatkan status kesehatan
(Ratnasari, 2012).
D. Kerangka Teori
Tuberculosis.
Faktor risiko yang
mempengaruhi terjadinya Kepatuhan
TB: minum obat
a) Faktor sosial
ekonomi
b) Status gizi
c) Usia
d) Jenis kelamin
e) Kondisi
lingkungan rumah Hasil Pengobatan :
f) Riwayat kontak - Sembuh
dengan penderita - Pengobatan
g) Imunosupresi Lengkap
h) Infeksi HIV - Meninggal
i) Alkoholisme - Putus
j) Keadaan lain (DM, berobat/default
gagal ginjal, - Gagal
malignasi) - Pindah/transfer
Faktor yang
Faktor yang mempengaruhi mempengaruhi
kepatuhan :
a. Persepsi pasien
Keterangan:
Persepsi kerentanan
terhadap tuberkulosis.
: yang tidak diteliti.
Persepsi keparahan
terhadap tuberkulosis.
: yang tidak diteliti
Persepsi manfaat
tindakan kesehatan
terhadap tuberculosis.
Persepsi penghalang
terhadap tindakan
kesehatan penyakit
tuberkulosis.
b. Dukungan
keluarga.
Penghargaan.
Instrumental.
Informasi.
Emosional