MAKALAH
Oleh
Kelompok 7
Diajukan guna memenuhi tugas makalah mata kuliah Keperawatan Penyakit Global
dengan dosen pengampu Ns. Murtaqib, M.Kep.
MAKALAH
Oleh:
Janna Ni’ma Istighfara 132310101051
Nuzula Eka Wardhani 152310101062
Doni Purwansyah 152310101073
Dwi Ayu Sita Rasmi 152310101155
Andini Zahrotul Fauziah 152310101163
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebijakan, Tata
Kelola, dan Konsensus Penatalaksanaan Penyakit Malaria”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyakit Global. Dalam penulisan makalah ini
kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ns. Murtaqib, M.Kep. selaku dosen pemateri;
2. Ns. Siswoyo, M.Kep. selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Maternitas; dan
3. teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
kelas F yang telah membantu.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca demi
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan pembaca.
Penulis
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
PRAKATA ...................................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Tujuan .....................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ....................................................................................................
2.2 Penyebab .................................................................................................
2.3 Karakteristik ............................................................................................
2.4 Beban Penyakit dan Pengukurannya .......................................................
2.5 Kebijakan Penanganan, Tatalaksana, Pencegahan,
dan Pengendalian ....................................................................................
2.6 Masalah Etik dalam Penanganan ............................................................
BAB 3. PENUTUP
4.1 Simpulan ................................................................................................
4.2 Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasite
yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang baik dalam
sel darah merah manusia. Malaria merupakan salah satu penyakit yang tersebar di
beberapa wilayah di dunia. Umumnya tempat-tempat yang rawan malaria terdapat
pada Negara-negara berkembang dimana tidak memiliki tempat penampungan
atau pembuangan air yang cukup, sehingga menyebabkan air menggenang dan
dapat dijadikan sebagai tempat ideal nyamuk untuk bertelur. Malaria disebabkan
oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat jenis plasmodium yang dapat
menyebabkan malaria, yaitu plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7-14
hari, plasmodium vivax dengan masa inkubasi 8-14 hari, plasmodium oval dengan
masa inkubasi 8-14 hari, dan plasmodium malaria dengan masa inkubasi 7-30
hari.
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 malaria adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan penyakit ini secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Penyakit malaria adalah
salah satu penyakit yang menular, penyakit parasit yang hidap dalam sel darah
manusia yang ditularkan melelui nyamuk malaria dari penderita malaria kepada
orang lain, penyakit malaria dapat menyerang kelompok umur dan semua jenis
kelamin. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan
ditularkan kepada manusia melalui vector nyamuk anopheles (Harijanto, 2000).
Setiap tahunnya, sekitar 1,2 juta orang di seluruh dunia meninggal karena
penyakit malaria. Demikian menurut data terbaru yang dimuat dalam jurnal
kesehatan Inggris, The Lancet. Angka yang dilansir itu jauh lebih tinggi dari
perkiraan WHO tahun 2010 yakni 655.000. Banyak yang menduga penyakit
malaria sama dengan demam berdarah karena punya gejala yang mirip dan sama-
sama ditularkan oleh nyamuk. Namun perlu diketahui bahwa keduanya berbeda.
Malaria disebabkan oleh nyamuk anopheles yang membawa parasit plasmodium,
sementara demam berdarah disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang
membawa virus Dengue.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. mengetahui definisi dari penyakit malaria;
2. mengetahui penyebab dari penyakit malaria;
3. mengetahui karakteristik dari penyakit malaria;
4. mengetahui beban penyakit dan pengukuran penyakit malaria;
5. mengetahui kebijakan penanganan, tatalaksana, pencegahan, dan pengendalian
penyakit malaria;
6. mengetahui bagaimana masalah etik dalam penanganan penyakit malaria.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Malaria adalah penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang
sudah terinfeksi parasit. Infeksi malaria bisa terjadi hanya dengan satu gigitan
nyamuk. Jika tidak ditangani dengan benar, penyakit ini bisa menyebabkan
kematian. Malaria jarang sekali menular secara langsung dari satu orang ke orang
lainnya. Penyakit ini bisa menular jika terjadi kontak langsung dengan darah
penderita. Janin di dalam kandungan juga bisa terinfeksi malaria karena tertular
dari darah sang ibu (Alodokter, 2016). Malaria adalah penyakit infeksi parasit
Plasmodium yang ditularkan melalui nyamuk Anopheles betina.
Malaria banyak ditemui di negara tropis dan turis yang bepergian ke
daerah tropis. Jika didiagnosis dan diobati dengan tepat, malaria dapat
disembuhkan. Namun jika tidak diobati, malaria adalah penyakit yang serius dan
dapat menyebabkan kematian (Yolanda, 2014). Menurut data Setiap tahunnya,
sekitar 1,2 juta orang di seluruh dunia meninggal karena penyakit malaria.
Demikian menurut data terbaru yang dimuat dalam jurnal kesehatan Inggris, The
Lancet. Angka yang dilansir itu jauh lebih tinggi dari perkiraan WHO tahun 2010
yakni 655.000. Nyamuk Anopheles penyebab penyakit malaria ini banyak terdapat
pada daerah dengan iklim sedang khususnya di benua Afrika dan India. Termasuk
juga di Indonesia (Pranata, 2015).
Secara umum, setiap orang dapat terinfeksi malaria, tetapi ada juga orang
yang memiliki kekebalan terhadap parasit malaria, baik yang bersifat
bawaan/alamiah maupun didapat. Orang yang paling berisiko terinfeksi malaria
adalah anak balita, wanita hamil serta penduduk non-imun yang mengunjungi
daerah endemis malaria, seperti para pengungsi, transmigran dan wisatawan.
Perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih
menimbulkan masalah. Sejak dulu telah diketahui bahwa wabah penyakit ini
sering terjadi di daerah-daerah pemukiman baru, seperti daerah perkebunan dan
transmigrasi. Hal ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum
mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi.
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di
suatu daerah. Adanya danau air payau, genangan air di hutan, persawahan,
pembukaan hutan, tambak ikan, dan pertambangan di suatu daerah akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria, karena tempat-tempat
tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria. Suhu dan curah hujan
juga berperan penting dalam penularan penyakit malaria. Biasanya, penularan
malaria lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan kemarau. Air hujan yang
menimbulkan genangan air, merupakan tempat yang ideal untuk perindukan
nyamuk malaria. Dengan bertambahnya tempat perindukan, populasi nyamuk
malaria juga bertambah sehingga bertambah pula jumlah penularannya.
2.2 Penyebab
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hanya disebarkan oleh
nyamuk Anopheles betina. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2.000 spesies
Anopheles, 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Di Indonesia
ada sekitar 80 jenis Anopheles, 24 spesies di antaranya telah terbukti penular
malaria. Sifat masing-masing spesies berbeda-beda tergantung penyebaran
geografis, iklim, dan tempat perindukannya. Nyamuk anopheles hidup di daerah
iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa hidup di daerah yang beriklim sedang.
Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2.000 –
2.500 meter. Tempat perindukannya bervariasi tergantung spesies, dan dapat
dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu pantai, pedalaman dan kaki gunung.
Ada banyak sekali jenis parasit Plasmodium, tapi hanya lima jenis yang
menyebabkan malaria pada manusia yaitu Plasmodium Vivax yang menyebabkan
malaria tertiana, Plasmodium Malariae yang menyebabkan malaria quartana,
Plasmodium Falciparum yang menyebabkan malaria topika, Plasmodium Ovale
yang menyebabkan malaria ovale, dan Plasmodium Knowlesi. Seorang penderita
dapat dihinggapi lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut
infeksi campuran (mixed infection). Plasmodium ini masuk ke dalam aliran darah
manusia melalui gigitan nyamuk. Gigitan ini lebih sering terjadi pada malam hari.
Kasus malaria yang paling banyak ditemukan di Indonesia disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax (Alodokter, 2016). Kedua jenis
parasit ini adalah penyebab malaria yang paling umum. Plasmodium falciparum
merupakan parasit yang sangat menyebabkan sebagian besar penderita malaria
meninggal dunia. Biasanya, penderita juga dihinggapi dua jenis parasit malaria,
yakni campuran antara P.falciparum dan P.vivax atau P.ovale.
Plasmodium vivax bisa mengakibatkan penderita yang telah sembuh
menjadi sakit lagi karena parasit ini dapat diam dan bersembunyi di dalam organ
hati manusia sebelum menjadi aktif lagi. Tiga parasit yang lainnya adalah
Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlesi. Ketiga
parasit ini adalah jenis yang jarang ditemui kejadiannya di Indonesia. Waktu
kemunculan gejala dari gigitan nyamuk atau masa inkubasi yaitu 7-14 hari pada
malaria akibat Plasmodium falciparum, 12-18 hari pada malaria akibat
Plasmodium vivax. Setelah terjadi gigitan nyamuk, parasit akan masuk ke aliran
darah dan bergerak ke organ hati. Infeksi akan terjadi dan berkembang di organ
hati. Dari situ, parasit akan masuk kembali ke aliran darah dan menyerang sel
darah merah. Parasit akan memanfaatkan sel darah merah sebagai tempat
berkembang biak. Jika sel darah merah sudah penuh terisi dengan parasit malaria,
sel tersebut akan meletus sehingga lebih banyak lagi parasit yang tersebar di
dalam aliran darah. Sel darah merah yang terinfeksi meletus tiap dua hingga tiga
hari. Ketika ini terjadi, penderita akan mengalami gejala seperti demam,
menggigil, dan berkeringat (Alodokter, 2016). Karena parasit yang menyebabkan
malaria turun memengaruhi sel darah merah, orang yang memiliki infeksi darah
juga bisa terserang malaria. Ketika berada di daerah endemik malaria, pendatang
lebih rentan terserang malaria. Sistem kekebalan tubuh mereka tidak sebaik
penduduk daerah endemik malaria dalam melawan parasit. Ada beberapa faktor
intrinsik yang dapat mempengaruhi manusia sebagai penjamu penyakit malaria
(Andi, 2012) antara lain:
1. Umur
Secara umum penyakit malaria tidak mengenal tingkatan umur. Hanya saja
anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria. Menurut Gunawan (2000),
perbedaan prevalensi malaria menurut umur dan jenis kelamin berkaitan
dengan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk.
Orang dewasa dengan berbagai aktivitasnya di luar rumah terutama di tempat-
tempat perindukan nyamuk pada waktu gelap atau malam hari, akan sangat
memungkinkan untuk kontak dengan nyamuk.
2. Jenis kelamin
Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin akan tetapi apabila
menginfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih
berat.
3. Ras
Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan
alamiah terhadap malaria, kelompok penduduk yang mempunyai
Haemoglobin S (Hb S) ternyata lebih tahan terhadap akibat infeksi
Plasmodium falsiparum. Hb S terdapat pada penderita dengan kelainan darah
yang merupakan penyakit keturunan/herediter yang disebut sickle cell anemia,
yaitu suatu kelainan dimana sel darah merah penderita berubah bentuknya
mirip sabit apabila terjadi penurunan tekanan oksigen udara.
4. Riwayat malaria sebelumnya
Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk
immunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria. Contohnya
penduduk asli daerah endemik akan lebih tahan terhadap malaria dibandingkan
dengan pendatang dari daerah non endemis.
5. Pola hidup
Pola hidup seseorang atau sekelompok masyarakat berpengaruh terhadap
terjadinya penularan malaria seperti kebiasaan tidur tidak pakai kelambu, dan
sering berada di luar rumah pada malam hari tanpa menutup badan dapat
menjadi faktor risiko terjadinya penularan malaria.
6. Status gizi
Status gizi erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh. Apabila status gizi
seseorang baik akan mempunyai peranan dalam upaya melawan semua agent
yang masuk ke dalam tubuh. Defisiensi zat besi dan riboflavin mempunyai
efek protektif terhadap malaria berat (Harjanto, 2003).
2.3 Karakteristik
Karakteristik umum orang yang terkena malaria adalah sebagai
berikut (Sitkes, 2014):
a. demam tinggi terus-menerus selama 2-7 hari dengan suhu 380C. Demam ini
umumnya tidak bisa di turunkan dengan obat penurun panas atau di kompres;
b. muncul bintik-bintik merah di permukaan kulit. Salah satu ciri bintiknya
adalah tidak akan hilang walau ditekan oleh jari;
c. perut terasa nyeri dan mual;
d. wajah akan memerah karena demam dan mata terasa panas;
e. kepala terasa sangat pusing;
f. sulit buang air besar dan/atau diare;
g. seluruh persendian tubuh terasa sakit, nyeri, pegal, dan linu;
h. mimisan, pendarahan seperti tanda-tanda DBD yang sudah cukup terlambat
untuk di tangani.
Kemudian berikut beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat malaria antara
lain (Alodokter, 2016):
a. dehidrasi atau kekurangan cairan pada tubuh;
b. tekanan darah menurun secara tiba-tiba.
c. malaria Serebral: komplikasi ini cukup langka, tapi malaria bisa
mengakibatkan pembengkakan pada Ini terjadi ketika sel darah yang dipenuhi
parasit menghalangi pembuluh darah kecil di otak. Terkadang bisa
menyebabkan kerusakan otak permanen, kejang-kejang, atau bahkan koma;
d. anemia parah: kerusakan sel darah merah yang disebabkan parasit malaria bisa
mengakibatkan terjadinya anemia pada tingkat Anemia adalah kondisi di mana
tubuh kekurangan sel darah merah yang berfungsi dengan baik dalam
membawa oksigen ke organ-organ tubuh;
e. kegagalan fungsi organ tubuh: malaria bisa menyebabkan gagal ginjal, gagal
hati atau pecahnya organ limpa. Semua kondisi ini bisa mengancam nyawa
seseorang;
f. gangguan pernapasan: penumpukan cairan di dalam paru-paru atau edema
paru bisa menyebabkan Anda kesulitan bernapas.
g. sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).
h. hipoglikemia: malaria yang parah bisa menyebabkan hipoglikemia atau
kondisi gula darah rendah. Obat antimalaria quinine, juga bisa akibatkan gula
darah rendah. Gula darah yang sangat rendah bisa berakibat koma atau bahkan
kematian.
Malaria dapat terjadi pada segala usia. Gejala yang akan timbul jika
terinfeksi malaria dibagi menjadi 2 yaitu stadium ringan dan stadium berat. Pada
anak-anak jika yang dialami masih gejala yang ringan maka gejala yang timbul
adalah gejala yang biasanya terjadi pada orang yang terkena flu seperti (Kevin,
2016):
1. Demam tinggi mencapai 40 derajat Celsius disertai dengan muka memerah,
muntah-muntah, sakit kepala yang luar biasa. Gejala ini berlangsung hingga 2-
4 jam.
2. Menggigil, penderita akan mengalami dingin yang luar biasa disertai dengan
denyut nadi yang cepat, bibir dan jari berwarna kebiru-biruan.
3. Sering berkeringat sampai-sampai penderita akan merasa haus yang luar biasa.
Sedangkan malaria pada orang dewasa memiliki karakteristik yang sedikit
berbeda. Untuk gejala penyakit malaria, biasanya ditandai dengan terjadinya
menggigil, demam, sakit kepala, mual, muntah, penyakit diare, dan juga nyeri
sendi serta pegal-pegal pada tubuh. Dan gejala malaria yang ringan akan terbagi
menjadi 3 yakni (Mimin, 2015):
1. Stadium Dingin
Untuk stadium dingin, maka penderita biasanya akan merasakan gejala seperti
dingin dan juga menggigil yang luar biasa, selain itu denyut nadi akan terasa
lebih cepat namun dapat melemah. Selain itu, bibir dan jari yang akan terlihat
berwarna kebiruan.
2. Stadium Demam
Untuk fase stadium ini maka penderita biasanya akan merasakan panas, muka
yang kemerahan, kulit yang agak kering, muntah dan juga sakit kepala. Suhu
tubuh biasanya bisa mencapai sekitar 40 derajat Celsius dan bahkan lebih.
Terkadang para penderita juga akan mengalami kekejangan. Gejala seperti ini
biasanya akan berlangsung paling tidak selama 2-4 jam lebih.
3. Stadium Berkeringat
Pada stadium berkeringat biasanya penderita penyakit malaria akan merasakan
tubuhnya selalu berkeringat. Suhu tubuh yang terjadi biasanya di bawah rata-
rata sehingga akan mengakibatkan suhu tubuh berubah menjadi dingin. Karena
sering merasakan berkeringat, maka biasanya penderita juga sering merasa
haus dan keadaan tubuh mereka lemah.
Ada beberapa perbedaan karakteristik malaria berat pada dewasa dan anak-anak
yaitu:
Dewasa Anak-anak
1. Koma (malaria serebral) 1. Koma (malaria serebral)
2. Gagal ginjal akut 2. Distres pernafasan
3. Edem paru, termasuk ARDS 3. Hipoglikemia (sebelum terapi)
(Acute Respiratory Distress 4. Anemia berat
Syndrome) 5. Kejang umum yang berulang
4. Hipoglikaemia umumnya sesudah 6. Asidosis metabolik
terapi kina) 7. Kolaps sirkulasi, syok hipovolemia,
5. Anemia berat ( < 5 gr%) hipotensi (tek. Sistolik <50 mmHg)
6. Kejang umum yang berulang 8. Gangguan kesadaran selain koma
7. Asidosis metabolik 9. Kelemahan (severe prostration)
8. Kolaps sirkulasi, syok 10. Hiperparasitemia
9. Hipovolemia, hipotensi. 11. Ikterus
10. Perdarahan spontan 12. Hiperpireksia (suhu >410C)
11. Gangguan kesadaran selain koma 13. Hemoglobinuria (blackwater fever)
12. Hemoglobinuria (blackwater fever) 14. Perdarahan spontan
13. Hiperparasitemia (>2 %) 15. Gagal ginjal
14. Ikterus (Bilirubin total >3 mg%)
15. Hiperpireksia (Suhu >40 oC)
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013
2.4 Beban Penyakit dan Pengukurannya
Di Indonesia malaria ditemukan tersebar luas pada semua pulau dengan
derajar dan berat infeksi yang bervariasi. Menurut data yang berkembang hampir
separuh dari populasi Indonesia bertempat tinggal di daerah endemik malaria dan
diperkirakan ada 30 juta kasus malaria setiap tahunnya. (Andi, 2012)
Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 65% kabupaten endemis dimana
hanya sekitar 45% penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria.
Berdasarkan hasil survei komunitas selama 2007–2010, prevalensi malaria di
Indonesia menurun dari 1,39 % (Riskesdas 2007) menjadi 0,6% (Riskesdas 2010).
Sementara itu berdasarkan laporan yang diterima selama tahun 2000-2009, angka
kesakitan malaria cenderung menurun yaitu sebesar 3,62 per 1.000 penduduk pada
tahun 2000 menjadi 1,85 per 1.000 penduduk pada tahun 2009 dan 1,96 tahun
2010. Sementara itu, tingkat kematian akibat malaria mencapai 1,3% (Kemnkes
RI, 2013).
Kasus malaria saat ini lebih banyak terkonsentrasi di wilayah timur.
Sebanyak 70 persen kasus malaria menunjukkan endemisitasnya di wilayah
Indonesia Timur, terutama di diantaranya Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku
Utara, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Wilayah endemik malaria di Indonesia Timur
dan tersebar di 84 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk berisiko 16 juta orang.
Faktor geografis yang sulit dijangkau dan penyebaran penduduk yang tidak merata
merupakan beberapa penyebab sulitnya pengendalian malaria di wilayah itu.
(Andi dalam VOA, 2013).
Penduduk yang tinggal menetap di wilayah endemis malaria dimana masih
terjadi penularan setempat merupakan kelompok beresiko tertular malaria. Pada
tahun 201 terdapat 74% penduduk yang berada di wilayah bebas/tidak beresiko
malaria, dan 3% yang tinggal di wilayah resiko tinggi tertular malaria. Ada
beberapa faktor resiko yang menyebabkan perbedaan prevalensi penyakit malaria,
diantaranya adalah pekerjaan, tempat tinggal, dan endemisitas malaria di daerah
tersebut. Menurut Kemenkes RI, 2016 berdasarkan karakteristik tempat tinggal
bahwa penduduk pedesaan memiliki resiko yang lebih tinggi (7,1%) terkena
penyakit malaria dibandingkan dengan penduduk perkotaan (5%) hal ini
disebabkan karena vektor malaria berada di wilayah pedesaan. Berdasarkan
karakteristik pekerjaan menunjukka bahwa pekerjaan petani/nelayan/buruh
memiliki resiko lebih tinggi (7,8%). Berdasarkan kelompok umur bahwasanya
umur 25-34 tahun memiliki prevalensi yang lebih tinggi terkena malaria.
(Kemenkes RI, 2016). Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak
tahun 2007 dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite
Incidence (API). Hal ini sehubungan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan RI
mengenai penggunaan satu indikator untuk mengukur angka kejadian malaria,
yaitu dengan API.
Adapun ukuran-ukuran yang dipakai khususnya dalam penyakit malaria
adalah sebagai berikut:
1. Annual Parasit Incidence (API)
Adalah angka kesakitan per 1.000 penduduk dalam satu tahun, jumlah
sediaan darah positif dibandingkan dengan jumlah penduduk, dinyatakan dalam
permil (‰).
API = Jumlah penderita SD positif dalam satu tahun x 1.000