Preseptor :
Afriko, S.Farm., Apt
Disusun Oleh :
Nursyari Amanda, S.Farm (29 05 016)
Mellya Yusni, S.Farm (29 05 037)
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report Study Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok.
Dalam proses penyelesaian laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Afriko, S.Farm, Apt selaku preseptor yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, petunjuk, arahan sehingga laporan Case Study
ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Adrizal, S.Farm, Apt selaku kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum DaerahM. Natsir Solok, serta seluruh apoteker yang bertugas yang telah
yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, ilmu, pengalaman dan
bantuan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok.
3. Staf tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah M.
Natsir Solok yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Case Study ini.
Terimakasih atas semua bimbingan, bantuandan dukungan, yang telah
diberikan kepada penulis, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa mendatang khususnya tentang
pelayanan klinis Instalasi Farmasi Rumah Sakit mengenai “Pelayanan Informasi
Obat (PIO) Dan Konseling”.
Penulis menyadari laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Solok, Desember 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengambilan keputusan tentang pilihan terapi obat yang paling tepat bagi seorang
pasien.
Pelayanan informasi obat yang diberikan tersebut tentulah harus lengkap,
obyektif, Pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang bermutu dan selalu baru up
to date mengikuti perkembangan pelayanan kesehatan, termasuk adanya
spesialisasi dalam pelayanan kefarmasian.Pelayanan kefarmasian di rumah sakit
pada dasarnya adalah untuk menjamin dan memastikan penyediaan dan
penggunaan obat yang rasional yakni sesuai kebutuhan, efektif, aman, nyaman
bagi pasien.
Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di
rumah sakit, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan
di rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien. Di banyak Rumah
Sakit pelayanan farmasi atau di Instalasi Faramasi Rumah Sakit menyumbangkan
profit di urutan ke-3 bahkan ada yang menduduki urutan ke-2 bagi managerial
Rumah Sakit. Salah satu bentuk pendekatan, peningkatan bentuk layanan yang
galak dikembangkan oleh farmasi atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah
Pelayanan Informasi Obat dan Pelayanan Farmasi Klinis. Pada dasarnya
Pelayanan Informasi Obat merupankan salah satu bagian, cabang dari Pelayanan
Farmasi Klinis. Pelayanan informasi obat dan pelayanan farmasi klinis
menanggapi keprihatinan terhadap masyarakat akan mortalitas dan morbiditas
yang terkait dengan pengunaan obat, kerasionalan pengunaan obat, semakin
meningkatnya biaya perawatan pasien dikarenakan makin meningkatnya biaya
obat dan makin tingginya harapan masyarakat, ledakan medis serta ilmiah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
samping, interaksi obat, kontra indikasi, atau kondisi tertentu seperti hamil dan
menyusui ( Anonim, 2006 ).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:
1. Sumber informasi Obat.
2. Tempat.
3. Tenaga.
4. Perlengkapan.
Ruang Lingkup Pelayanan Informasi Obat ( Siregar, 2004 )
Ruang lingkup jenis pelayanan informasi obat di suatu Rumah Sakit, antara lain :
a. Pelayanan informasi obat untuk menjawab pertanyaan.
b. Pelayanan informasi obat untuk mendukung kegiatan panitia farmasi dan
terapi
c. Pelayanan informasi obat dalam bentuk publikasi.
d. Pelayanan informasi obat dalam bentuk edukasi.
e. Pelayanan informasi obat untuk evalusi penggunaan obat.
f. Pelayanan informasi obat dalam studi obat investigasi.
Sumber Informasi Obat ( Siregar, 2004)
Sumber informasi obat dalam Buku Frmakope Indonesia, Informasi
Sepesialite Obat Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI),
Frmakologi dan Terapi, serta buku-buku lainnya. Informasi obat juga dapat
diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat yang berisi:
a. Nama dagang obat jadi
b. Komposisi
c. Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
d. Dosis pemakaian
e. Cara pemakaian
f. Khasiat atau kegunaan
g. Kontra indikasi ( bila ada )
h. Tanggal kadaluarsa
i. Nomor ijin edar/nomor registrasi
j. Nomor kode produksi
k. Nama dan alamat industri
4
Sumber informasi obat mencakup dokumen, fasilitas, lembaga, dan
manusia. Dokumen mencakup pustaka farmasi dan kedokteran, terdiri dari
majalah ilmiah, buku teks, laporan penelitian, dan Farmakope. Fasilitas mecakup
fasilitas ruangan, peralatan, computer, internet, perpustakaan dan lain-lain.
Lembaga mencakup industri farmasi, Badan POM, pusat informasi
obat,pendidikan tinggi farmasi, organisasi profesi dokter dan apoteker. Manusia
mencakup dokter, dokter gigi, perawat, apoteker, dan profesi lainnya di Rumah
Sakit. Apoteker yang mengadakan pelayanan informasi obat harus mempelajari
juga cara terbaik menggunakan sumber tersebut.
Metode pelayanan informasi obat terdiri dari ( Depkes RI, 2006 )
a. Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker selama 24 jam atai on call
disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit
b. Pelayanan informasi obat dilakukan oleh apoteker pada jam kerja, sedang
diluar jam kerja dilayani oleh apoteker instalasi yang sedang tugas juga.
c. Pelaynan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, dan tidak ada
pelayananh informasi obat di luar jam kerja
d. Tidak ada petugas khusus informasi obat, dilayani oleh semua apoteker
instalasi farmasi, baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja.
e. Tidak ada apoteker khusus, pelayanan informasi obat dilayani oleh semua
apoteker instalasi farmasi di jam kerja dan tidak ada pelayanan informasi obat
diluar jam kerja.
Sasaran Informasi Obat ( Siregar, 2004)
Sasaran informasi obat adalah orang, lembaga, kelompok orang,
kepanitiaan, penerima informasi obat, serta yang tertera di bawah ini :
a. Dokter
Dalam penggunaan obat, pada tahap penetapan pemilihan obat serta
regimennya untuk pasien tertentu, dokter memerlukan informasi dari apoteker
agar ia dapat membuat keputusan yang rasional. Informasi obat diberikan
langsung oleh apoteker, menjawab pertanyaan dokter melalui telpon atau sewaktu
apoteker menyertai tim medis dalam kunjungan keruang perawatan pasien atau
dalam komferensi staf medis.
b. Perawat
5
Dalam rahap penyampaian obat atau distribusi obat kepada PRT dalam
rangkaian proses pengguanaan obat, apoteker memberikan informasi obat tenteng
berbagai apek obat pasien, terutama tentang pemberian obat. Prawat adalah
profesional kesehatan yang paling banyak berhubungan dengan pasien karena itu,
perawat lah yang pada umumnya yang pertamakali mengamati reaksi obat
merugikan atau mendengarkan keluhan mereka. Apoteker adalah yang paling siap,
berfungsi sebagai sumber informasi bagi perawat. Informasi yang dibutuhkan
perawat pada umumnyaharus praktis dan ringkas, misalnya frekwensi pemberian
obat, efek smping yang mungkin terjadi, penyimpanan obat, inkompatibilitas
campuran sediaan intravena, dll.
c. Pasien
Informasi yang dibutuhkan pasien, pada umumnya adalah informasi praktis
dan kurang ilmiah dibandingkan dengan informasi yang dibutuhkan profesional
kesehatan. Informasi obat untuk PRT diberikan apoteker sewaktu menyertai
kunjungan tim medik ke ruangan pasien, sedangkan untuk pasien rawat jalan,
informasi diberikan sewaktu penyerahan obatnya. Informasi obat untuk pasien
pada umummya mencakup cara penggunaan obat, jangka waktu penggunaan,
pengaruh makanan pada obat, penggunaan obat bebas dikaitkan dengan resep
obat, dan sebagainya.
d. Apoteker
Setiap apoteker suatu rumah sakit masing-masing mempunyai tugas atau
fungsi tertentu, sesuai dengan pendalaman pengetahuan pada bidang tertentu.
Apoteker yang langsung berinteraksi dengan profesional kesehatan pasien, sering
menerima pertanyaan mengenai informasi obat dan pertanyaan yang tidak dapat
dijawabnya dengan segera, diajukan kpada sejawat apoteker yang mendalami
pengetahuan informasi obat. Apoteker apotek dapat meminta bantuan informasi
obat sari sejawat di rumah sakit.
e. Kelompok, Tim, Kepanitiaan, dan Peneliti
Selain kepada perorangan, apoteker juga memberikan informasi obat kepada
kelompok profesional kesehatan, misalnya mahasiswa, masyarakat, peneliti dan
kepanitiaan yang berhubungan dengan obat. Kepanitiaan di rumah sakit yang
memerlukan informasi obat antra lain, Panitia farmasi dan terapi, panitia evaluasi
6
penggunaan obat, panitia sistim pemantauan kesehatan obat, panitia sistim
pemantuan dan pelaporan reaksi obat merugikan, tim penguji penggunaan obat
retrosfektif, im program pendidikan “in-service” dan sebagainya.
2.2 Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien
rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang
benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping,
tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Secara khusus konseing obat ditujukan untuk:
a. Bagi Farmasi
1. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien
2. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
3. Mencegah anau meminimalkan masalah terkait obat
4. Mengerti permasalahan dalam pengambilan kepeutusan
5. Meningkatkan mutu pengobatan pasien
b. Bagi Pasen
1. Membantu pasien untuk mengetur dan terbiasa dengan obat.
2. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan
3. Penggunaan obat dengan penyakitnya
4. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
5. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam
hal terapi
6. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat
sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan.
Kegiatan dari Konseling Antara lain :
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
Konseling dilakukan oleh tenaga profesi apoteker yang mempunyai
kompetensi dalam pemberian konseling obat.Apoteker yang melakukan kegiatan
konseling harus memahami aspek farmakoterapi maupun teknik berkomunikasi
7
dengan pasien agar komunikasi yang terjadi lebih efektif dan intensif (Depkes RI,
2006).
Prinsip dasar konseling adalah menjalin hubungan atau korelasi antara
apoteker dengan pasien sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara sukarela
dalam rangka meningkatkan keberhasilan terapi. Pendekatan apoteker dalam
memberikan konseling kapada pasien berubah dari medical model menjadi
helping model, yaitu (Depkes RI, 2006) :
8
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
pengunaan obat
e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien
Pada akhir konseling perlu dilakukan verifikasi akhir (tunjukkan dan
katakan) untuk lebih memastikan bahwa hal-hal yang dikonselingkan dipahami
oleh pasien terutama dalam hal penggunaan.
f. Dokumentasi
c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
d. Pasien geriatrik.
e. Pasien pediatrik.
a. Ruangan khusus.
9
1. Pembukaan, hubungan yang baik antara apoteker dan pasien akan
menumbuhkan pembicaraan yang menyenangkan. Apoteker memulai
dengan memperkenalkan diri dan mengetahui identitas pasien.
Apoteker juga harus menjelaskan kepada pasein tentang tujuan dan
lama konseling
2. Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah
tentang masalah yang potensial terjadi saat pengobatan.
3. diskusi untuk mencegah dan memecahkan masalh, sebaiknya pasien
dilibatkan untuk mempelajari keadaan yang dapat menimbulkan
masalah potensial dalam pengobatan, sehingga masalah dapat
diminimalisasi.
4. Memastikan pasien telah memahami informasi yang diperoleh.
Bertujuan juga untuk mengoreksi kesalahan penerimaan informasi.
5. Menutup diskusi, sebelum ditutup sebiknya apoteker bertanya kepada
pasien hal-hal yang masih ingin ditanyakan, mengulang pertanyaan dan
mempertegasnya.
6. Follow up diskusi bertujuan untuk memantau keberhasilan terapi,
sehingga diperlukan dokumentasi kegiatan konseling agar
perkembangan pasien dapat dipantau (Depkes RI, 2006).
Berdasarkan pedoman konseling pelayanan da kefrmasian di srana
kesehatan yang dikeluarkan oleh Dirjen Jendral Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatab RI tahun 2006, aspek yang harus disampaikan
dalam melaksanakan konseling antara lain:
a. Deskripsi dan kekuatan obat, apoteker harus memberikan informasi
kepada pasien mengenai bentuk sediaan dan cara pemakain, nama dan
zat aktif obat, kekuatan obat.
b. Jadwal dan cara penggunaan, penekanan dilakukan untuk obat dengan
instruksi khusus seperti waktu minum sebelum atau sesudah makan,
pantangan obat dengan makanan.
c. Mekanisme kerja obat, banyaknya obat yang multi indikasi
mengharuskan apoteker dapat memilih mekanisme mana yang harus
10
dilanjutkan sesuai dengan indikasi obat dan penyakit/gejala yang
sedang diobati.
d. Dampak gaya hidup, apoteker harus menenamkan kepercayaan kepada
pasien mengenai perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kepatuhan
pasien.
e. Penyimpanan, cara penyimpanan obat harus diberitahukan kepada
pasien terutama obat-obat yang harus disimpan pada temperatur kamar,
adanya cahaya dan lainnya.
f. Efek potensial yang tidak diinginkan, apoteker sebiknya menjelaskan
mekanisme atau alasan terjadinya efeksamping sederhana. Penjelasan
dilakukan terutama untuk obat yang menyebabkan perubahan warna
urin, kekeringan mukosa mulut dan lainnya. Paseien juga
diberitahukan tentang tanda dan gejala keracunan (Depkes RI, 2006).
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan
mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia,
lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas
penggunaan Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan
tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan
tercapainya keberhasilan terapi Obat.
Kendala Konseling
Berbagai kendala dalam memberikan konseling dapat terjadi pada proses
pengobatan dan pemberian konseling.
1. Kendala yang berasal dari pasien
Kendala yang berasal dari pasien antara lain adalah perasaan marah, malu,
sedih, takut, ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan bersikap empathy, mencari
sumber timbulnya masalah tersebut, tetap bersikap terbuka dan siap membantu.
2. Kendala yang berasal dari latar belakang pendidikan budaya dan bahasa
Kendala yang berasal dari latar belakang pendidikan budaya dan bahasa
kendala dapat diatasi dengan menggunakan istilah sederhana dan dapat dipahami,
berhati-hati dalam menyampaikan hal yang sensitif, atau menggunakan
penerjemah.
11
3. Kendala yang berasal dari fisik dan mental
Kendala yang berasal dari fisik dan mental dapat diatasi dengan upaya
menggunakan alat bantu yang sesuai atau melibatkan orang yang merawatnya.
4. Kendala yang berasal dari tenaga farmasi
Kendala yang berasal dari tenaga farmasi dapat berupa mendominasi
percakapan, menunjukan sikap yang tidak memberikan perhatian dan tidak
mendengarkan apa yang pasien sampaikan, cara berbicara yang tidak sesuai
(terlalu keras, sering mengulang suatu kata), menggunakan istilah yang terlalu
teknis yang tidak dipahami pasien, sikap dan gerakan badan yang tidak sesuai
yang dapat mengganggu konsentrasi pasien, sedikit atau terlalu banyak melakukan
kontak mata dengan pasien. Bila ini terjadi pada upaya mengatasinya adalah
dengan memberikan pasien kesempatan untuk menyampaikan masalahnya dengan
bebas menunjukan kepada pasien bahwa apa yang disampaikannya didengarkan
dan diperhatikan melalui sesekali anggukan kepala, kata ya dan sikap badan yang
cenderung ke arah pasien,. Menyesuaikan volume suara dan mengurangi
kebiasaan mengeluarkan kata-kata yang mengesankan gugup dan tidak siap,
menghindari pemakaian istilah yang tidak dipahami oleh pasien, tidak
menyilangkan kedua tangan dan menghindari gerakan berulang yang tidak pada
tempatnya dan menjaga kontak mata dengan pasien
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Resep 1
13
Pro : M.Aj
No Reg : 10xxxxx
Umur : 8 tahun 7 bulan
14
Cara menggunakan seretide adalah :
- Perhatikan indikator isi seretide sebelum menggunakan, lihat nomor
yang tersisa\
- Pegang diskus pada satu tangan, letakkan ibu jari pada pegangan ibu
jari atau tuas. Buka diskus dengan menekan pegangan ibu jari ke kanan
sampai bagian mulut dari diskus tersebut keluar dan terdengar bunyi
“Klik”.
- Pegang dan tahan tuas diskus. Dorong tuas semaksimal mungkin smpai
bunyi “Klik” tanda bahwa diskus terbuka dan siap digunakan.
- Buang nafas sebanyak mungkin lewat mulut.
- Letakkan diskus dimulut antara gigi dan bibir
- Tahan nafas mantap dan mendalam memlalui mulut
- Lepaskan mouthpiece diskus dari mulut dan tahan nafas yang dalam
selama 5-10 detik.
- Hembuskan nafas secara perlahan melalui hidung. Jangan
mengelurkan nafas kedalam diskus.
- Bersihkan mulut diskus dengan tisu alkohol agar steril lalu tunggu
hingga kering, kemudian tutup diskus hingga terdengar bunyi “Klik”
- Setelah mengelurkan nafas, kumur mulut dengan air bersih lalu
dibuang.
- Periksa dosis, dosis akan berkurang apabila digunakan.
- Bapak/Ibu, mungkin setelah menggunakan obat ini akan muncul efek
yang tidak diinginkan seperti sariawan, mulut kering dan iritasi
tenggorokan. Jadi, setelah menggunakan obat ini harus berkumur-
kumur untuk membersihkan sisa obat lalu dibuang. Tidak dianjurkan
untuk langsung minum setelah menggunakan obat ini.
2. Sesak nafas mungkin juga disebabkan karena alergi. Obat Cetirizine syrup ini
digunakan untuk mengobati alergi pada pasien, digunakan 1 kali sehari satu
sendok teh (5 mL). Obat ini dapat menyebebkan ngantuk sehingga sebaiknya
digunakan pada malam hari, karena tubuh akan beristirahat dan tidak
melakukan aktivitas lagi.
15
3. Ambroxol syrup digunakan untuk mengurangi bartuk pada pasien, obat ini
diminum 3 kali sehari 1 sendok tah (5 mL). obat ini sebaiknya digunakan
setalah makan, karena dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan.
4. Saran
- Jangan gunakan seretide dengan orang lain untuk mencegah kontaminasi.
- Jika lupa menggunakan obat jangan menggandakan dosis. Apabila jarak
waktu minum obat yang terlupa masih jauh dari jarak minum obat
selanjutnya segera minum obat yang terlupa sesuai dosis, namun bila dekat
abaikan dosis yang lupa dan minum obat sesuai jadwal selanjunya.
Gunakan obat pasien pada waktu yang sama setiap harinya.
- Hindari penyebab timbulnya asma.
- Bawa diskus kemanpun pergi
- Jangan menggunakan dosis atau menghentikan diskus mendadak tanpa
anjuran dokter, karena akan memperburuk kondisi pernafasan anda.
-.Konsumsi buah seperti alpukat dan pisang karena baik untuk pasien yang
mengidap asma.
5. Simpan obat pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, di tempat
yang kering dan tidak lembab. Jangan disimpan didalam kulkas.
6. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
“ Bapak/Ibu, apakah ada yang belum dipahami atau ada yang mau ditanyakan
lagi ?”
7. Verifikasi dan pastikan pasien memahami apa yang disampaikan
“ Bapak/Ibu, boleh diulangi lagi apa yang telah saya sampaikan?”
8. Menutup diskusi
“ Bapak/Ibu terimakasih atas waktunya, semoga anaknya lekas sembuh ya pak.
Semoga konseling tadi dapat membantu dalam menggunakan obat dengan
benar dan bapak mengetahui tujuan pemberian obat ini”
16
3.1.3 Skrining resep 1.
1. Tabel administrasi (kelengkapan resep)
No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio
1 Identitas dokter V
Nama dokter
SIP dokter
Alamat dokter
4 No telepon V
5 Tempat dan tanggal V
penulisan rep
Invocatio
6 Tanda resep diawali V
penulisan resep (R/)
Prescriptio
7 Nama Obat V
8 Kekuatan Obat V
9 Jumlah Obat V
Signature
10 Nama Pasien V
11 jenis kelamin V
12 Umur pasien V
13 Berat Badan V
14 Aturan Pakai Obat V
15 Aturan Pakai Obat V
16 Iter tanda lain V
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter V
17
2. Tabel kesesuaian farmasetik resep 1
No Nama Obat Dosis pada Dosis pada literatur Keterangan
Resep
1. Seretide 1 x 2 puff ( Penyakit asma Dosis sesuai
sediaan untuk anak 4-12
50/100 mcg) tahun : 1 x 2 puff
sehari (ISO,2013)
2. Cetirizine 1 x1 sendok Anak 6-12 tahun Dosis terlalu
teh (5 ml) ( :1x10 mg untuk rendah
Sediaan 5mg/5 sehari
ml (ISO, 2013)
3 Ambroxol 3x1 sendok Anak 5-12 tahun : Dosis sesuai
teh (sediaan 15 3X1 Sendok teh
mg/5 ml)
18
3.2 Resep 2
19
R/ Ketokonazole tube No III
SUE
R/ Furosemid tab NO XV
S1 dd Tab ½
R/ Needle novorapid No X
SUE
Pro : A.Y
No RM : 08xxxxx
Umur : 59 tahun
s
Berikut adalah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada pasien saat
20
- Diskusi mengumpulkan informasi dari pasien
2. Ada menggunakan obat lain, selain obat yang diserepkan dokter ini buk
konseling.
3. Levemir Flexpen adalah obat yang berisi insulin dengan kerja panjang (12
tidak makan). Digunakan 1 kali sehari sebanyak 12 unit pada malam hari
sebelum tidur.
21
diabsorbsi cepat apabila disuntikkan melalui perut, diabsorbsi lambat pada
bagian paha dan bokong, serta diabsorbsi sedang pada bagian lengan.
- Aktifkan tombol dosis insulin dan atur sesuai dengan dosis yang
diberikan dokter
- Suntikkan insulin dengan cara genggam pen dengan 4 jari, letakkan ibu
jari pada tombol dosis. Cubit bagian kulit yang akan disuntik. Segera
22
ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai berhenti
(Klep dosis akan kembali pada nol). Biarkan jarum di tempat selama 5
- Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen.
kepala, keluar keringat dingin, rasa berputar dan melayang, rasa lapar,
murni sebanyak lebih kurang 20 gram jika pasien masih sadar, jika
C).
topikal pada infeksi dermatofit pada kulit seperti panu, kudis dan kurap
Dijelaskan kepada pasien tentang efek dari furosemid dimana pasien akan
23
9. Terapi non farmakologi yang bisa dilakukan yaitu :
- Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama pagi hari selama 30
- Pengaturan diet.
kepala, keluar keringat dingin, rasa berputar dan melayang, rasa lapar,
murni sebanyak lebih kurang 20 gram jika pasien masih sadar, jika
C).
“Ibuk, apakah ada yang belum dipahami atau ada yang mau ditanya lagi?”
24
- Menutup diskusi
“ Ibuk terima kasih atas waktunya. Semoga konseling tadi dapat membantu
dalam menggunakan obat dengan benar dan semoga ibuk mengetahui tujuan
25
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter v
Cara perhitungan dosis levemir dan novorapid (Ceng & zinman 2005)
BB pasien: 60 kg :
26
0,5 x 60% = 30 IU sehari
27
3.3 Resep 3
Pro : Tn MM
No RM : 19xxxx
Umur : 34 tahun
28
3.3.2 Pemberian Informasi Obat dan Konseling Resep 3
Berikut adalah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada pasien saat
3. Apa ibu sudah tahu sebelumnya mengenai obat batuk dan pernah
29
5. Apa ibu tau tentang obat antibiotik dan sudah pernah ibu
mengkonsumsinya?
30
2. Ciprofloxacin merupakan obat golongan antibiotic digunak 2 kali
sehari dan harus dihabiskan karena jika pasien tidak patuh maka
akan terjadi resistensi.
Saran untuk pasien : Obat antibiotic harus teratur diminum, dan harus
dihabiskan, gunakan paracetamol bila demam dan nyeri saja, perbanyak minum
air putih, dan istrahat.
“Ibuk, apakah ada yang belum dipahami atau ada yang mau ditanya lagi?”
- Menutup diskusi
“ Ibuk terima kasih atas waktunya. Semoga konseling tadi dapat membantu
dalam menggunakan obat dengan benar dan semoga ibuk mengetahui tujuan
31
3.3.3 Skrining resep 3
1. Tabel kelengkapan administrasi resep 3
No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio
1 Identitas dokter v
Nama dokter
SIP dokter
Alamat dokter
4 No telepon v
5 Tempat dan tanggal v
penulisan rep
Invocatio
6 Tanda resep diawali v
penulisan resep (R/)
Prescriptio
7 Nama Obat v
8 Kekuatan Obat v
9 Jumlah Obat v
Signature
10 Nama Pasien v
11 jenis kelamin v
12 Umur pasien v
13 Berat Badan V
14 Aturan Pakai Obat v
15 Aturan Pakai Obat v
16 Iter tanda lain V
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter v
32
1. Ciprofloxacin 2x 500 mg infeksi saluran Dosis sesuai
nafas ringan-
sedang : 2x250-500
mg (ISO, 2013)
2. paracetamol 3x500 mg Dewasa ;3-4 x 1-2 Dosis sesuai
tab sehari
(ISO,2013)
3 Ambroxol 3x1 sendok Dewasa : 3x 30 ml Dosis sesuai
teh (sediaan 15 (ISO,2013)
mg/5 ml)
4 Dulcolax bila perlu Deawsa : sehari 1 dosis sesuai
suppos kali 1 suppos
(ISO,2013)
33
5. Efek paracetamol : kerusakan pada
samping hati
3.4 Obat-obatan
1. Seretid
Salmeterol 25 mcg, Fluticasone Propionate 125 mcg
Komposisi
2. Cetirizin
Kelas Terapi Antihistamin
Indikasi Pengobatan parenial rinitis, alergi rinitis dan urtikaria
indiopatik kronis.
34
Pada beberapa individu, dapat terjadi reaksi
hipersensitivitas termasuk reaksi kulit dan
angiodema
Mekanisme Kerja Antihistamin selektif,antagonis reseptor H1 dan
mempunyai sifat sebagai anti alergi.
3. Ambroxol
4. Novorapid
35
Efek Samping Hipoglikemia, Reaksi anafilaksis
Sediaan Novorapid Flexpen 100 u/ml
5. Levemir
6. Ketokonazol (Topikal)
Kelas Terapi Antifungi
Indikasi Infeksi dematofitosis ( T.korporis, T.manus, T.kruris,
T.pedis), P.versikolor, Candidiasis kutaneus,
kandidiasis vulvovaginalis, kandidiasis oralk,
dermatitis seboroik.
7. Furosemid
Diuretik
Kelas Terapi
36
Oral : Edema : Dewasa, dosis awal 40 mg/hari, penunjang 20
Dosis mg-40 mg sehari, tingkatkan sampai 80 mg sehari pada udem
yang resisten. Anak, 1-3 mg/kgBB/hari, maksimal 40 mg/hari.
Kontraindikasi Hipovolemia, Hiponatremia, anuri, pasien yang alergi preparat
sulfa.
- Interaksi yang paling perlu diperhatikan adalah antara
furosemid dengan captopril (ACE inhibitor) yang dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah (hipotensif) secara
Interaksi Obat tajam pada awal pemberian terutama pada hipertensi
dengan aktivitas renin tinggi.
- Furosemid yang diberikan bersama dengan antibiotik
golongan aminoglikosida akan mengakibatkan
nefrotoksisitas berat pada pasien.
Ketidakseimbangan elektrolit dengan kondisi hipokalemi dan
dehidrasi yang serius, anemia aplastis, menginduksi gangguan
Efek Samping kulit berupa pseudoporphyria (kulit 2 menjadi rapuh, melepuh
pada paparan cahaya), dan pankreatitis akut.
8. Ciprofloxacin
Antibiotik
Kelas Terapi
37
Sediaan injeksi : larutan infus 200 mg/ml : zelavel
9. Paracetamol
Kelas Terapi Analgetik dan Antipiretik
Indikasi Meredakan gejala nyeri ringan hingga berat dan
mengatasi demam.
Kontra Indikasi Hipersensitivitas acethaminophen dan gangguan hati.
Dosis Dewasa : 500 mg – 1000 mg per kali, diberikan tiap
4 – 6 jam, Maksimum 4 g perhari
Anak < 12 tahun : 10 mg/kgBB/kali (bila ikterik : 5
mg/kgBB/kali) diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum 4
dosis sehari.
Efek Samping Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema atau
urtikaria, kelainan darah, hipotensi dan kerusakan
hati.
Interaksi Obat Kolestiramin menurunkan absorbsi paracetamol
Metoclopramide dan domperidone meningkatkan
efek paracetamol
Paracetamol meningatkan kadar warfarin
Sediaan Tablet/Kaplet 500 mg, Tablet 600 mg, 1000 mg
Syrup 120/5ml, Sediaan Drops 60 mg/0,6 ml,
sediaan rectal tube 125 mg/2,5 ml ; 250 mg/4 ml,
sediaan Infus 10 mg/ml
Bisacodyl
Komposisi
38
BAB IV
PEMBAHASAN
39
maupun pasien rawat inap. Kegiatan pengkajian resep telah dilakukan di RSUD
Mohammad Natsir. Apabila ada masalah terkait obat misal dosis atau ketersediaan
obat, maka dikonfirmasi kepada dokter penulis resep. Pada resep 1 untuk
kelengkapan administrasi sudah lengkap. Pada aspek kesesuaian farmasetik resep
1 dosis cetirizine sudah sesuai dimana dosis terlalu rendah. Seretide juga sudah
sesuai. Ambroxol dosiss untuk anak adalah 1,2 -1,6 mg/kg/BB/ hari dan dosis
sudah sesuai ( ISO, 201). Aturan dan cara penggunaan obat sudah sesuai.
Pada resep ke-2 kelengkapan administrasi sudah lengkap. Untuk aspek
keseuaian farmasetik yaitu bentuk dan kekuatan sediaan sudah jelas, aspek
pertimbangan klinis keteepatan dan indikasi obat tidak terjadi permasalahan
dimana dosis levemir dan novorapid disesuaikan berdasarkan kadar glukosa dalam
darah pasien, dosis Furosemid sudah sesuai literature yaitu untuk dewasa adalah
20-40 mg sehari (Frank, 2014). Aspek aturan dan lama penggunaan obat terdapat
permasalahan pada obat ketokonazole. Aturan pakainya kurang lengkap dimana
seharusnya ketokonazole digunakan 1-2 kali untuk 1-2 minggu. Sedangkan pada
resep sigana hanya SUE yaitu untuk pemakaina luar. Resep kedua tidak terdapat
duplikasi obat dan juga tidak terdapat efek samping obat.
Pengkajian resep ke-3 dari kelengkapan administrasi sudah lengkap.
Aspek kesuaian farmasetik sudah lengkap. Terdapat permasalahan pada aspek
pertimbangan klinis yaitu signa untuk pronalges supos tidak jelas. Untun
paracetamol signa sudah tepat tidak terjadi permalasalah dan dosis sudah tepat.
Pelayanan kefarmasian lainnya yang akan dibahas disini adalah pemberian
informasi obat dan konseling kepada pasien. Setelah apoteker melakukan
pengkajian resep dan obat sudah diracik maka apoteker akan menyerahkan obat
kepada pasien disertai dengan Pelayanan Informasi Obat (PIO) dimana PIO
merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi Obat
yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh
Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta
pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit. Untuk resep 1 sangat diperlukan
pemberian informasi obat terutama seretid bagaimana cara penggunaannya dan
dosisnya, paracetamol juga dijelaskan digunakan bila perlu. Resep ke-2 juga perlu
PIO terutama penggunaan dan cara penyuntikan levemir dan novorapid, serta efek
40
samping dari furosemide. Pemberian informasi Obat terhadap resep ke-3 juga
diperlukan karena terdapat obat dalam bentuk suppositoria.
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya.Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua
fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter,
keinginan pasien atau keluarganya.Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.Pemberian konseling
Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi
Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang
pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient
safety).
RSUD mohammad Natsir menyediakan ruangan konseling bagi pasien.
Kegiatan konseling dilakukan oleh Apoteker.Konseling tidak dilakukan kepada
semua pasien. Ada beberapa kriteria pasien yang membutuhkan konseling seperti
pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan
menyusui, pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM,
epilepsi, dan lain-lain), pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi
khusus (penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off), pasien yang
menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, phenytoin), pasien
yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan pasien yang mempunyai
riwayat kepatuhan rendah.
Ada beberapa obat yang cara penggunaannya khusus, sehingga apoteker
perlu menjelaskan cara menggunakannya agar efek terapi yang tercapai. Diantara
alat yang digunakan secara khusus adalah seretide diskus dan Insulin pen, dan
suppos.
Penggunaan seretide diskus juga sangat perlu diperhatikan, karena apabila
cara pakai obat salah efek terapi yang ditimbulkan tidak maksimal. Penting untuk
menghindari faktor penyebab terjadinya asma.
Pada penggunaan insulin pen, pasien harus diinformasikan tentang lokasi
penyuntikan.Insulin disuntikkan secara subkutan (dibawah kulit).Lokasi injeksi
dapat dilakukan di perut, bokong, lengan dan paha.Penyuntikan insulin harus
41
dilakukan pada tempat yang berbeda, hal ini untuk menghindari terjadinya
lipohipertropi. Lipohipertropi adalah peningkatan pertumbuhan atau ukuran sel –
sel lemak di bawah kulit. Ketika terjadi lipohipertropi, area dibawah kulit pada
lokasi injeksi menjadi berlemak. Sehingaa untuk memperoleh laju absorpsi yang
baik dan untuk menghindari perubahan pada kulit lokasi injeksi, penting untuk
menggilir lokasi injeksi insulin.
Proses penyerapan insulin paling baik apabila diinjeksikan pada bagian
perut yaitu 3 jari dari atas atau bawah pusat. Informasi yang juga perlu
disampaikan adalah indikasi obat, dan aturan pakai obat. Efek samping obat yang
umum terjadi juga disampaikan kepada pasien seperti penggunaan insulin efek
samping biasa terjadi yaitu hipoglikemi. Untuk itu disarankan kepada pasien agar
cek kadar glukosa darah secara rutin. Obat furosemid memiliki efek samping
hipokalemi sehingga disarankan kepada pasien jika merasakan badah lemah,
kesemutan pasien disarankan makan buah pisang . Penggunaan suppositoria juga
perlu diberikan kepada pasien, bagaimana cara pemberian dan kapan
pemberiannya. Posisi tubuh dimiringkan,badan berbaring, supos perlu dialirkan ke
air terlebih dahulu dan cara memasukkan suppose serta pasien harus menahan
posisi beberapa menit, hal inilah yang perlu ditekankan kepada pasien.
Terapi Non farmakologi juga perlu disampaikan kepada pasien seperti
pasien diabetes harus mengurangi makanan dengan kadar glukosa tinggi, olah
ringan, pasien dengan penyakit asma harus menghindari pemicu agar asma tidak
kambuh, pasien yang susah buang air besar disarankan banyak makan buah dan
sayur. Selain itu Pasien juga diberikan informasi tentang cara penyimpanan obat.
42
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Pelayanan kefarmasian semakin berkembang, tidak terbatas hanya pada
penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien , tetapi perlu melakukan
interaksi dengan pasien danprofesional kesehatan lainnya , dengan
melaksanakan pelayanan "Pharmaceutical care" secara meneyeluruh oleh
tenaga farmasi.
2. Konseling pasien merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi ,
karena baik tenaga farmasi maupun pasien memperoleh keuntungan dari
kegiatan konseling. Merupakan suatu proses yang sistematik untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan
dengan pengambilan keputusan penggunaan obat.
3. Walaupun banyak kendala yang dihadapi dalam memeberikan skonseling
kepada pasien, sebagai seorang farmasis kita harus tetap memberikan
konseling seefektif mungkin, agar pengunaan obat dapat dilakukan secara
rasional optimal.
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bisa
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
dan pasien.
5. Menjawab pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya merupakan
kegiatan rutin suatu pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk
dapat disampaikan secara verbal (melalui telepon, tatap muka) atau tertulis
(surat melalui pos, faksimili atau e-mail).
6. Pertanyaan mengenai obat dapat bervariasi dari yang sederhana sampai
yang bersifat urgen dan kompleks yang membutuhkan penelusuran
literatur serta evaluai secara seksama.
43
4.2 Saran
Pelayanan Informasi Obat (PIO) danKonseling sangat disarankan dan sangat
penting dilakukandi Pusat Pelayanan Kesehatan baik itu Rumah Sakit, Puskesmas,
Apotek maupun pelayankesehatan lainnya untuk membantu masyarakat guna
menyelesaikan masalah kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Manfaat dari Konseling dan Pelayanan InformasiObat adalah pengobatan menjadi
lebih rasional dan optimal dan dapat meningkatkan tingkatkepatuhan pasien dalam
menggunakan obat.
44
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen bina kefarmasian dan Alkes. 2006. Keputusan Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan No.Hk.00.Dj.Ii.924 entang Pembentukan
Tim Penyusun Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Rantuci Melanie J, 2010, Komunikasi Apoteker – Pasien Panduan Konseling
Pasien, Edisi 2, EGC, Jakarta
Siregar, Charles. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I.
Penerbit EGC: Jakarta
Winkel, W.S. dan M.M. 2007Srihastuti. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan.Yogyakarta: Media Abadi
45