Anda di halaman 1dari 48

CASE STUDY REPORT

INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

“Pelayanan Informasi Obat (PIO) Dan Konseling”

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M. NATSIR SOLOK

Preseptor :
Afriko, S.Farm., Apt

Disusun Oleh :
Nursyari Amanda, S.Farm (29 05 016)
Mellya Yusni, S.Farm (29 05 037)

APOTEKER ANGKATAN XXV

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

YAYASAN PERINTIS

PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report Study Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok.
Dalam proses penyelesaian laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Afriko, S.Farm, Apt selaku preseptor yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, petunjuk, arahan sehingga laporan Case Study
ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Adrizal, S.Farm, Apt selaku kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum DaerahM. Natsir Solok, serta seluruh apoteker yang bertugas yang telah
yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, ilmu, pengalaman dan
bantuan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok.
3. Staf tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah M.
Natsir Solok yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Case Study ini.
Terimakasih atas semua bimbingan, bantuandan dukungan, yang telah
diberikan kepada penulis, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa mendatang khususnya tentang
pelayanan klinis Instalasi Farmasi Rumah Sakit mengenai “Pelayanan Informasi
Obat (PIO) Dan Konseling”.
Penulis menyadari laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Solok, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………. 1


1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………..………………………………… 3


2.1 Pelayanan Informasi Obat....................………………………………… 3
2.2 Konseling.................................……………..………………………….. 7
BAB III. TINJAUAN KASUS………........………………………………. 14
3.1 Resep 1............................................................................................... 14
3.1.1 Pembacaan Resep 1............................................................. 14
3.1.2 Pemberian Informasi Obat dan Knseling............................. 15
3.1.3 Skrining resep 1 ................................................................. 17
3.2 Resep 2............................................................................................... 19
3.2.1 Pembacaan Resep 2............................................................. 19
3.2.2 Pemberian Informasi Obat dan Knseling............................. 20
3.2.3 Skrining resep 2 ................................................................. 25
3.3 Resep 3............................................................................................... 28
3.3.1 Pembacaan Resep 3............................................................. 28
3.3.2 Pemberian Informasi Obat dan Knseling............................. 29
3.3.3 Skrining resep 3 .................................................................. 32
3.4 Obat-obatan ......................................................................................... 34
BAB IV. PEMBAHASAN………………………………........................... 39
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..... 43
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 43
4.2 Saran…………………………………………………………………... 44

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 45

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit adalah salah satu dari sarana pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan
kefarmasian.Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Permenkes RI) Nomor 72 tahun 2016, pelayanan kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien.
Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit diatur dalam Permenkes
RI Nomor 72 tahun 2016. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.
Pelayanan farmasi klinik berdasarkan Permenkes RI Nomor 71 tahun
2016, dibagi atas : pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi
Obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO),konseling, ronde/visite pasien (khusus
Puskesmas rawat inap), pemantauan dan pelaporan efek samping Obat,
pemantauan terapi Obat dan evaluasi penggunaan Obat.

Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal, sudah tentu


mutlak diperlukan suatu pelayanan yang bersifat terpadu komprehensiv dan
profesional dari para profesi kesehatan. Rumah sakit adalah merupakan salah satu
unit/instansi kesehatan yang sangat vital dan strategis dalam melayani kesehatan
masyarakat, dimana aspek pelayanan sangatlah dominan dan menentukan.
Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang tidak terpisahkan, salah satu aspek pelayanan kefarmasian yaitu
pelayanan informasi obat yang diberikan oleh apoteker kepada pasien dan pihak-
pihak terkait lainya. Informasi obat adalah suatu bantuan bagi dokter dalam

1
pengambilan keputusan tentang pilihan terapi obat yang paling tepat bagi seorang
pasien.
Pelayanan informasi obat yang diberikan tersebut tentulah harus lengkap,
obyektif, Pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang bermutu dan selalu baru up
to date mengikuti perkembangan pelayanan kesehatan, termasuk adanya
spesialisasi dalam pelayanan kefarmasian.Pelayanan kefarmasian di rumah sakit
pada dasarnya adalah untuk menjamin dan memastikan penyediaan dan
penggunaan obat yang rasional yakni sesuai kebutuhan, efektif, aman, nyaman
bagi pasien.
Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di
rumah sakit, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan
di rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien. Di banyak Rumah
Sakit pelayanan farmasi atau di Instalasi Faramasi Rumah Sakit menyumbangkan
profit di urutan ke-3 bahkan ada yang menduduki urutan ke-2 bagi managerial
Rumah Sakit. Salah satu bentuk pendekatan, peningkatan bentuk layanan yang
galak dikembangkan oleh farmasi atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah
Pelayanan Informasi Obat dan Pelayanan Farmasi Klinis. Pada dasarnya
Pelayanan Informasi Obat merupankan salah satu bagian, cabang dari Pelayanan
Farmasi Klinis. Pelayanan informasi obat dan pelayanan farmasi klinis
menanggapi keprihatinan terhadap masyarakat akan mortalitas dan morbiditas
yang terkait dengan pengunaan obat, kerasionalan pengunaan obat, semakin
meningkatnya biaya perawatan pasien dikarenakan makin meningkatnya biaya
obat dan makin tingginya harapan masyarakat, ledakan medis serta ilmiah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, terkoni dan
kmprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit. PIO
bertujuan untuk:
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.

2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan


Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).

3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.


 Kegiatan PIO meliputi ( Premenkes 72, 2016):
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan
pasif.

2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,


surat atau tatap muka.
3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

6. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian.


Informasi yang diberikan kepada pasien dapat berupa waktu penggunaan,
lama penggunaan, car pengguanaan obat yang benar, efek yang timbyul dari
pengobatan, cara penyimpanan obat, serta informasi penting lainnya seperti efek

3
samping, interaksi obat, kontra indikasi, atau kondisi tertentu seperti hamil dan
menyusui ( Anonim, 2006 ).
 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:
1. Sumber informasi Obat.

2. Tempat.

3. Tenaga.

4. Perlengkapan.
 Ruang Lingkup Pelayanan Informasi Obat ( Siregar, 2004 )
Ruang lingkup jenis pelayanan informasi obat di suatu Rumah Sakit, antara lain :
a. Pelayanan informasi obat untuk menjawab pertanyaan.
b. Pelayanan informasi obat untuk mendukung kegiatan panitia farmasi dan
terapi
c. Pelayanan informasi obat dalam bentuk publikasi.
d. Pelayanan informasi obat dalam bentuk edukasi.
e. Pelayanan informasi obat untuk evalusi penggunaan obat.
f. Pelayanan informasi obat dalam studi obat investigasi.
 Sumber Informasi Obat ( Siregar, 2004)
Sumber informasi obat dalam Buku Frmakope Indonesia, Informasi
Sepesialite Obat Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI),
Frmakologi dan Terapi, serta buku-buku lainnya. Informasi obat juga dapat
diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat yang berisi:
a. Nama dagang obat jadi
b. Komposisi
c. Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
d. Dosis pemakaian
e. Cara pemakaian
f. Khasiat atau kegunaan
g. Kontra indikasi ( bila ada )
h. Tanggal kadaluarsa
i. Nomor ijin edar/nomor registrasi
j. Nomor kode produksi
k. Nama dan alamat industri

4
Sumber informasi obat mencakup dokumen, fasilitas, lembaga, dan
manusia. Dokumen mencakup pustaka farmasi dan kedokteran, terdiri dari
majalah ilmiah, buku teks, laporan penelitian, dan Farmakope. Fasilitas mecakup
fasilitas ruangan, peralatan, computer, internet, perpustakaan dan lain-lain.
Lembaga mencakup industri farmasi, Badan POM, pusat informasi
obat,pendidikan tinggi farmasi, organisasi profesi dokter dan apoteker. Manusia
mencakup dokter, dokter gigi, perawat, apoteker, dan profesi lainnya di Rumah
Sakit. Apoteker yang mengadakan pelayanan informasi obat harus mempelajari
juga cara terbaik menggunakan sumber tersebut.
 Metode pelayanan informasi obat terdiri dari ( Depkes RI, 2006 )
a. Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker selama 24 jam atai on call
disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit
b. Pelayanan informasi obat dilakukan oleh apoteker pada jam kerja, sedang
diluar jam kerja dilayani oleh apoteker instalasi yang sedang tugas juga.
c. Pelaynan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, dan tidak ada
pelayananh informasi obat di luar jam kerja
d. Tidak ada petugas khusus informasi obat, dilayani oleh semua apoteker
instalasi farmasi, baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja.
e. Tidak ada apoteker khusus, pelayanan informasi obat dilayani oleh semua
apoteker instalasi farmasi di jam kerja dan tidak ada pelayanan informasi obat
diluar jam kerja.
 Sasaran Informasi Obat ( Siregar, 2004)
Sasaran informasi obat adalah orang, lembaga, kelompok orang,
kepanitiaan, penerima informasi obat, serta yang tertera di bawah ini :
a. Dokter
Dalam penggunaan obat, pada tahap penetapan pemilihan obat serta
regimennya untuk pasien tertentu, dokter memerlukan informasi dari apoteker
agar ia dapat membuat keputusan yang rasional. Informasi obat diberikan
langsung oleh apoteker, menjawab pertanyaan dokter melalui telpon atau sewaktu
apoteker menyertai tim medis dalam kunjungan keruang perawatan pasien atau
dalam komferensi staf medis.
b. Perawat

5
Dalam rahap penyampaian obat atau distribusi obat kepada PRT dalam
rangkaian proses pengguanaan obat, apoteker memberikan informasi obat tenteng
berbagai apek obat pasien, terutama tentang pemberian obat. Prawat adalah
profesional kesehatan yang paling banyak berhubungan dengan pasien karena itu,
perawat lah yang pada umumnya yang pertamakali mengamati reaksi obat
merugikan atau mendengarkan keluhan mereka. Apoteker adalah yang paling siap,
berfungsi sebagai sumber informasi bagi perawat. Informasi yang dibutuhkan
perawat pada umumnyaharus praktis dan ringkas, misalnya frekwensi pemberian
obat, efek smping yang mungkin terjadi, penyimpanan obat, inkompatibilitas
campuran sediaan intravena, dll.
c. Pasien
Informasi yang dibutuhkan pasien, pada umumnya adalah informasi praktis
dan kurang ilmiah dibandingkan dengan informasi yang dibutuhkan profesional
kesehatan. Informasi obat untuk PRT diberikan apoteker sewaktu menyertai
kunjungan tim medik ke ruangan pasien, sedangkan untuk pasien rawat jalan,
informasi diberikan sewaktu penyerahan obatnya. Informasi obat untuk pasien
pada umummya mencakup cara penggunaan obat, jangka waktu penggunaan,
pengaruh makanan pada obat, penggunaan obat bebas dikaitkan dengan resep
obat, dan sebagainya.
d. Apoteker
Setiap apoteker suatu rumah sakit masing-masing mempunyai tugas atau
fungsi tertentu, sesuai dengan pendalaman pengetahuan pada bidang tertentu.
Apoteker yang langsung berinteraksi dengan profesional kesehatan pasien, sering
menerima pertanyaan mengenai informasi obat dan pertanyaan yang tidak dapat
dijawabnya dengan segera, diajukan kpada sejawat apoteker yang mendalami
pengetahuan informasi obat. Apoteker apotek dapat meminta bantuan informasi
obat sari sejawat di rumah sakit.
e. Kelompok, Tim, Kepanitiaan, dan Peneliti
Selain kepada perorangan, apoteker juga memberikan informasi obat kepada
kelompok profesional kesehatan, misalnya mahasiswa, masyarakat, peneliti dan
kepanitiaan yang berhubungan dengan obat. Kepanitiaan di rumah sakit yang
memerlukan informasi obat antra lain, Panitia farmasi dan terapi, panitia evaluasi

6
penggunaan obat, panitia sistim pemantauan kesehatan obat, panitia sistim
pemantuan dan pelaporan reaksi obat merugikan, tim penguji penggunaan obat
retrosfektif, im program pendidikan “in-service” dan sebagainya.
2.2 Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien
rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang
benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping,
tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Secara khusus konseing obat ditujukan untuk:
a. Bagi Farmasi
1. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien
2. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
3. Mencegah anau meminimalkan masalah terkait obat
4. Mengerti permasalahan dalam pengambilan kepeutusan
5. Meningkatkan mutu pengobatan pasien
b. Bagi Pasen
1. Membantu pasien untuk mengetur dan terbiasa dengan obat.
2. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan
3. Penggunaan obat dengan penyakitnya
4. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
5. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam
hal terapi
6. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat
sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan.
 Kegiatan dari Konseling Antara lain :
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
Konseling dilakukan oleh tenaga profesi apoteker yang mempunyai
kompetensi dalam pemberian konseling obat.Apoteker yang melakukan kegiatan
konseling harus memahami aspek farmakoterapi maupun teknik berkomunikasi

7
dengan pasien agar komunikasi yang terjadi lebih efektif dan intensif (Depkes RI,
2006).
Prinsip dasar konseling adalah menjalin hubungan atau korelasi antara
apoteker dengan pasien sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara sukarela
dalam rangka meningkatkan keberhasilan terapi. Pendekatan apoteker dalam
memberikan konseling kapada pasien berubah dari medical model menjadi
helping model, yaitu (Depkes RI, 2006) :

b. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui


Three Prime Questions
Ada tiga pertanyaan utama (Three Prime Questions) yang dapat digunakan
oleh apoteker dalam membuka sesi konseling untuk pertama kalinya.
Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apa yang telah dokter katakan tentang obat anda?


2. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?
3. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?

Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak


terjadi pemberian informasi yang tumpang tindih (menghemat waktu); mencegah
pemberian informasi yang bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan
oleh dokter (misalnya menyebutkan indikasi lain dari obat yang diberikan)
sehingga pasien tidak akan meragukan kompetensi dokter atau apoteker; dan juga
untuk menggali informasi seluas-luasnya (dengan tipe open ended question)

8
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
pengunaan obat
e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien
Pada akhir konseling perlu dilakukan verifikasi akhir (tunjukkan dan
katakan) untuk lebih memastikan bahwa hal-hal yang dikonselingkan dipahami
oleh pasien terutama dalam hal penggunaan.
f. Dokumentasi

Dalam menjalankan tugas seorang apoteker hendaknya mendokumentasikan


segala kegiatannya ke dalam bentuk dokumentasi yang sewaktu-waktu dapat
diakses ataupun ditinjau ulang.Hal ini sebagai bukti otentik pelaksanaan pelayanan
kefarmasian yang dapat digunakan untuk tujuan penelitian maupun verifikasi
pelayanan. Dokumentasi juga akan memudahkan tugas apoteker dalam
memberikan pelayanan informasi obat untuk kasus yang sama, apoteker tidak
perlu menelusuri literatur dari awal lagi, cukup dengan melihat arsip kasus
sebelumnya.

 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling:


1. Kriteria pasien:

a. Pasien rujukan dokter.

b. Pasien dengan penyakit kronis.

c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.

d. Pasien geriatrik.

e. Pasien pediatrik.

f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.


2. Sarana dan prasarana:

a. Ruangan khusus.

b. Kartu pasien/catatan konseling


- Kegiatan konseling memerlukan beberapa tahapan yang meliputi:

9
1. Pembukaan, hubungan yang baik antara apoteker dan pasien akan
menumbuhkan pembicaraan yang menyenangkan. Apoteker memulai
dengan memperkenalkan diri dan mengetahui identitas pasien.
Apoteker juga harus menjelaskan kepada pasein tentang tujuan dan
lama konseling
2. Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah
tentang masalah yang potensial terjadi saat pengobatan.
3. diskusi untuk mencegah dan memecahkan masalh, sebaiknya pasien
dilibatkan untuk mempelajari keadaan yang dapat menimbulkan
masalah potensial dalam pengobatan, sehingga masalah dapat
diminimalisasi.
4. Memastikan pasien telah memahami informasi yang diperoleh.
Bertujuan juga untuk mengoreksi kesalahan penerimaan informasi.
5. Menutup diskusi, sebelum ditutup sebiknya apoteker bertanya kepada
pasien hal-hal yang masih ingin ditanyakan, mengulang pertanyaan dan
mempertegasnya.
6. Follow up diskusi bertujuan untuk memantau keberhasilan terapi,
sehingga diperlukan dokumentasi kegiatan konseling agar
perkembangan pasien dapat dipantau (Depkes RI, 2006).
Berdasarkan pedoman konseling pelayanan da kefrmasian di srana
kesehatan yang dikeluarkan oleh Dirjen Jendral Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatab RI tahun 2006, aspek yang harus disampaikan
dalam melaksanakan konseling antara lain:
a. Deskripsi dan kekuatan obat, apoteker harus memberikan informasi
kepada pasien mengenai bentuk sediaan dan cara pemakain, nama dan
zat aktif obat, kekuatan obat.
b. Jadwal dan cara penggunaan, penekanan dilakukan untuk obat dengan
instruksi khusus seperti waktu minum sebelum atau sesudah makan,
pantangan obat dengan makanan.
c. Mekanisme kerja obat, banyaknya obat yang multi indikasi
mengharuskan apoteker dapat memilih mekanisme mana yang harus

10
dilanjutkan sesuai dengan indikasi obat dan penyakit/gejala yang
sedang diobati.
d. Dampak gaya hidup, apoteker harus menenamkan kepercayaan kepada
pasien mengenai perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kepatuhan
pasien.
e. Penyimpanan, cara penyimpanan obat harus diberitahukan kepada
pasien terutama obat-obat yang harus disimpan pada temperatur kamar,
adanya cahaya dan lainnya.
f. Efek potensial yang tidak diinginkan, apoteker sebiknya menjelaskan
mekanisme atau alasan terjadinya efeksamping sederhana. Penjelasan
dilakukan terutama untuk obat yang menyebabkan perubahan warna
urin, kekeringan mukosa mulut dan lainnya. Paseien juga
diberitahukan tentang tanda dan gejala keracunan (Depkes RI, 2006).
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan
mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia,
lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas
penggunaan Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan
tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan
tercapainya keberhasilan terapi Obat.

 Kendala Konseling
Berbagai kendala dalam memberikan konseling dapat terjadi pada proses
pengobatan dan pemberian konseling.
1. Kendala yang berasal dari pasien
Kendala yang berasal dari pasien antara lain adalah perasaan marah, malu,
sedih, takut, ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan bersikap empathy, mencari
sumber timbulnya masalah tersebut, tetap bersikap terbuka dan siap membantu.
2. Kendala yang berasal dari latar belakang pendidikan budaya dan bahasa
Kendala yang berasal dari latar belakang pendidikan budaya dan bahasa
kendala dapat diatasi dengan menggunakan istilah sederhana dan dapat dipahami,
berhati-hati dalam menyampaikan hal yang sensitif, atau menggunakan
penerjemah.

11
3. Kendala yang berasal dari fisik dan mental
Kendala yang berasal dari fisik dan mental dapat diatasi dengan upaya
menggunakan alat bantu yang sesuai atau melibatkan orang yang merawatnya.
4. Kendala yang berasal dari tenaga farmasi
Kendala yang berasal dari tenaga farmasi dapat berupa mendominasi
percakapan, menunjukan sikap yang tidak memberikan perhatian dan tidak
mendengarkan apa yang pasien sampaikan, cara berbicara yang tidak sesuai
(terlalu keras, sering mengulang suatu kata), menggunakan istilah yang terlalu
teknis yang tidak dipahami pasien, sikap dan gerakan badan yang tidak sesuai
yang dapat mengganggu konsentrasi pasien, sedikit atau terlalu banyak melakukan
kontak mata dengan pasien. Bila ini terjadi pada upaya mengatasinya adalah
dengan memberikan pasien kesempatan untuk menyampaikan masalahnya dengan
bebas menunjukan kepada pasien bahwa apa yang disampaikannya didengarkan
dan diperhatikan melalui sesekali anggukan kepala, kata ya dan sikap badan yang
cenderung ke arah pasien,. Menyesuaikan volume suara dan mengurangi
kebiasaan mengeluarkan kata-kata yang mengesankan gugup dan tidak siap,
menghindari pemakaian istilah yang tidak dipahami oleh pasien, tidak
menyilangkan kedua tangan dan menghindari gerakan berulang yang tidak pada
tempatnya dan menjaga kontak mata dengan pasien

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Resep 1

3.1.1 Pembacaan Resep 1


R/ Seretide No.1
S1dd 2 fluid
R/ Cetirizine Syr No.1
S1dd Cth 1
R/ Ambroxol Syr No.1
S3dd Cth 1

13
Pro : M.Aj
No Reg : 10xxxxx
Umur : 8 tahun 7 bulan

3.1.2 Pemberian informasi obat dan konseling Resep 1


- Sebelum memulai, perkenalkan diri dan sapa pasien dengan ramah
“ Selamat pagi bapak/Ibu, perkenalkan saya Apoteker yang bertugas di
instalasi pada gari ini “
- Verifikasi resep, minimal 2 identitas ( nama, alamat, umur, No. Resep )
“ Resep ini untuk siapa ?
“ Berapa umurnya ?
“ Bapak/Ibu siapanya pasien?
- Meminta kesediaan pasien untuk melakukan konseling.
“ Bapak, boleh minta waktunya sebentar untuk kita melakukan konseling
tentang penggunaan obatnya ? ”
- Selanjutnya tanyakan Three Prime Question
a. Bapak/ibu, apa kata dokter tentang obat ini ?
b. Bapak/ibu, apakah dokter menjelaskan tentang cara menggunakan
obatnya ?
c. Bapak/ibu, apa yang disampaikan dokter mengenai harapan seletah
menggunakan obat ini ?
- Diskusi mengumpulkan informasi dari pasien : (misalnya tanyakan hal berikut)
1. Apa gejala yang dialami oleh anak bapak/ibu ?
1. Batuk dan sesak nafasnya kapan biasanya terjadi, apakah saat kelelahan, cuaca
dingin atau akibat debu dan asap ?
2. Apakah anak bapak ada mengunakan obat selain obat ini ?
3. Sudah berapa lama gejala tersebut dialami ?
4. Sebelumnya sudah pernah menggunakan obat ini ?
-. Berikan Informasi Obat
1. Seretide diskus adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengurangi
gejala batuk dan sesak nafas. Obat digunakan 1 kali 2 kali fluid hirup

14
Cara menggunakan seretide adalah :
- Perhatikan indikator isi seretide sebelum menggunakan, lihat nomor
yang tersisa\
- Pegang diskus pada satu tangan, letakkan ibu jari pada pegangan ibu
jari atau tuas. Buka diskus dengan menekan pegangan ibu jari ke kanan
sampai bagian mulut dari diskus tersebut keluar dan terdengar bunyi
“Klik”.
- Pegang dan tahan tuas diskus. Dorong tuas semaksimal mungkin smpai
bunyi “Klik” tanda bahwa diskus terbuka dan siap digunakan.
- Buang nafas sebanyak mungkin lewat mulut.
- Letakkan diskus dimulut antara gigi dan bibir
- Tahan nafas mantap dan mendalam memlalui mulut
- Lepaskan mouthpiece diskus dari mulut dan tahan nafas yang dalam
selama 5-10 detik.
- Hembuskan nafas secara perlahan melalui hidung. Jangan
mengelurkan nafas kedalam diskus.
- Bersihkan mulut diskus dengan tisu alkohol agar steril lalu tunggu
hingga kering, kemudian tutup diskus hingga terdengar bunyi “Klik”
- Setelah mengelurkan nafas, kumur mulut dengan air bersih lalu
dibuang.
- Periksa dosis, dosis akan berkurang apabila digunakan.
- Bapak/Ibu, mungkin setelah menggunakan obat ini akan muncul efek
yang tidak diinginkan seperti sariawan, mulut kering dan iritasi
tenggorokan. Jadi, setelah menggunakan obat ini harus berkumur-
kumur untuk membersihkan sisa obat lalu dibuang. Tidak dianjurkan
untuk langsung minum setelah menggunakan obat ini.
2. Sesak nafas mungkin juga disebabkan karena alergi. Obat Cetirizine syrup ini
digunakan untuk mengobati alergi pada pasien, digunakan 1 kali sehari satu
sendok teh (5 mL). Obat ini dapat menyebebkan ngantuk sehingga sebaiknya
digunakan pada malam hari, karena tubuh akan beristirahat dan tidak
melakukan aktivitas lagi.

15
3. Ambroxol syrup digunakan untuk mengurangi bartuk pada pasien, obat ini
diminum 3 kali sehari 1 sendok tah (5 mL). obat ini sebaiknya digunakan
setalah makan, karena dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan.
4. Saran
- Jangan gunakan seretide dengan orang lain untuk mencegah kontaminasi.
- Jika lupa menggunakan obat jangan menggandakan dosis. Apabila jarak
waktu minum obat yang terlupa masih jauh dari jarak minum obat
selanjutnya segera minum obat yang terlupa sesuai dosis, namun bila dekat
abaikan dosis yang lupa dan minum obat sesuai jadwal selanjunya.
Gunakan obat pasien pada waktu yang sama setiap harinya.
- Hindari penyebab timbulnya asma.
- Bawa diskus kemanpun pergi
- Jangan menggunakan dosis atau menghentikan diskus mendadak tanpa
anjuran dokter, karena akan memperburuk kondisi pernafasan anda.
-.Konsumsi buah seperti alpukat dan pisang karena baik untuk pasien yang
mengidap asma.
5. Simpan obat pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, di tempat
yang kering dan tidak lembab. Jangan disimpan didalam kulkas.
6. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
“ Bapak/Ibu, apakah ada yang belum dipahami atau ada yang mau ditanyakan
lagi ?”
7. Verifikasi dan pastikan pasien memahami apa yang disampaikan
“ Bapak/Ibu, boleh diulangi lagi apa yang telah saya sampaikan?”
8. Menutup diskusi
“ Bapak/Ibu terimakasih atas waktunya, semoga anaknya lekas sembuh ya pak.
Semoga konseling tadi dapat membantu dalam menggunakan obat dengan
benar dan bapak mengetahui tujuan pemberian obat ini”

16
3.1.3 Skrining resep 1.
1. Tabel administrasi (kelengkapan resep)
No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio
1 Identitas dokter V
Nama dokter
SIP dokter
Alamat dokter
4 No telepon V
5 Tempat dan tanggal V
penulisan rep
Invocatio
6 Tanda resep diawali V
penulisan resep (R/)
Prescriptio
7 Nama Obat V
8 Kekuatan Obat V
9 Jumlah Obat V
Signature
10 Nama Pasien V
11 jenis kelamin V
12 Umur pasien V
13 Berat Badan V
14 Aturan Pakai Obat V
15 Aturan Pakai Obat V
16 Iter tanda lain V
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter V

17
2. Tabel kesesuaian farmasetik resep 1
No Nama Obat Dosis pada Dosis pada literatur Keterangan
Resep
1. Seretide 1 x 2 puff ( Penyakit asma Dosis sesuai
sediaan untuk anak 4-12
50/100 mcg) tahun : 1 x 2 puff
sehari (ISO,2013)
2. Cetirizine 1 x1 sendok Anak 6-12 tahun Dosis terlalu
teh (5 ml) ( :1x10 mg untuk rendah
Sediaan 5mg/5 sehari
ml (ISO, 2013)
3 Ambroxol 3x1 sendok Anak 5-12 tahun : Dosis sesuai
teh (sediaan 15 3X1 Sendok teh
mg/5 ml)

3. TabelPertimbangan klinis resep 1


No Kriteria Permasalahan Solusi
1. Indikasi tidak terdapat
permasalahan, semua terapi
sesuai indikasi. Seretide
untuk mengatasi sesak
nafas pada pasien,
ambroxol untu
mengeluarkan dahak, dan
setirizin untuk antialergi.
2. Interaksi (-) Tidak terdapat interaksi
3. Alergi Kemungkinan alergi
terhadap obat ini tidak ada
4. Duplikasi (-) tidak terdapat duplikasi
5. Efek
samping setirizin : Pusing, sakit
kepala, mengantuk

18
3.2 Resep 2

3.2.1 Pembacaan Resep 2


R/ Novorapid flexpen No IV
S3 dd 12 IU SC
R/ Levemir Flexpen No II
S1 dd 12 IU SC

19
R/ Ketokonazole tube No III
SUE
R/ Furosemid tab NO XV
S1 dd Tab ½
R/ Needle novorapid No X
SUE

Pro : A.Y
No RM : 08xxxxx
Umur : 59 tahun
s

3.2.2 Pemberian Informasi Obat dan Konseling Resep 2

Berikut adalah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada pasien saat

PIO dan Konseling :

- Sebelum memulai, perkenalkan diri dan sapa pasien dengan ramah

“ Selamat pagi ibuk, perkenalkan saya Apoteker yang bertugas di Instalasi

pada hari ini”

- Verifikasi resep, minimal 2 identitas (nama, alamat, umur, no. Resep)

“Resep ini untuk siapa buk?”

“ Umur nya berapa buk ?”

- Meminta kesediaan pasien untuk melakukan konseling

“Ibuk, boleh minta waktunya sebentar untuk kita melakukan konseling

tentang penggunaan obatnya?”

- Selanjutnya tanyakan Three Prime Question

1. Ibuk, apa kata dokter tentang obat ini?

2. Ibuk, adakah dokter menjelaskan tentang cara menggunakan obatnya?

3. Ibuk, apa yang disampaikan dokter mengenai harapan setelah

menggunakan obat ini?

20
- Diskusi mengumpulkan informasi dari pasien

1. Sudah berapa lama ibuk menderita diabetes?

2. Ada menggunakan obat lain, selain obat yang diserepkan dokter ini buk

misalnya obat tradisional seperti jamu?

3. Berapa unit biasanya ibuk menggunakan insulin ini?

4. Berapa hasil pengecekan kadar gula darah terakhir ibuk?

5. Apakah ibuk merasakan nyeri kaki atau tangan?

6. Apakah ibuk pernah merasa sangat lemas, pusing, berkeringat, sakit

kepala, mual dan muntah sampai hilang kesadaran?

7. Apakah ibuk rutin melakukan pengecekan kadar gula darah?

- Berikan Informasi Obat

1. Apabila Pasein mengatakan sudah megetahui cara menggunakan obat,

namun bersedia untuk diberikan konseling maka kita akan berikan

konseling.

2. Novoprapid flexpen dalah sediaan insulin kerja cepat (rapid acting),

digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah sewaktu, digunakan 3

kali sehari sebanyak 12 unit

3. Levemir Flexpen adalah obat yang berisi insulin dengan kerja panjang (12

– 24 jam), digunakan untuk mengendalikan glukosa darah basal (pada saat

tidak makan). Digunakan 1 kali sehari sebanyak 12 unit pada malam hari

sebelum tidur.

4. Insulin dapat disuntikkan pada beberapa lokasi tubuh seperti di perut,

bokong, paha dan lengan atas. Berdasarkan penyerapannya insulin

21
diabsorbsi cepat apabila disuntikkan melalui perut, diabsorbsi lambat pada

bagian paha dan bokong, serta diabsorbsi sedang pada bagian lengan.

Insulin harus disuntikkan pada tempat yang berbeda pada setiap

pemakaian.Disuntikkan dengan pola memutar searah jarum jam.

Tujuan penyuntikan pada tempat yang berbeda adalah untuk mencegah

terjadinya iritasi pada tempat penyuntikan dan mencegah terjadinya

perlemakan di bawah kulit yang dapat menyebabkan terhambatnya

penyerapan obat sehingga efek terapi juga tidak maksimal.

5. Cara menggunakan Insulin :

- Persiapkan insulin pen, lepaskan penutup insulin

- Hilangkan kertas pembungkus dan tutup jarum.

1. Tarik kertas pembungkus pada jarum pen

2. Putar jarum insulin ke insulin pen

3. Lepaskan penutup jarum luar agar jarum terlihat

- Hilangkan udara didalam pen melalui jarum, untuk mengatur ketepatan

jarum dan dosis. Putar tombol dosis pada 1 atau 2 unit.

- Tahan pena dengan jarum mengarah ke atas, tekan tombol sambil

mengamati keluarnya insulin, lalu pastikan kembali ke angka nol.

- Aktifkan tombol dosis insulin dan atur sesuai dengan dosis yang

diberikan dokter

- Pilih lokasi tubuh yang akan disuntikkan

- Suntikkan insulin dengan cara genggam pen dengan 4 jari, letakkan ibu

jari pada tombol dosis. Cubit bagian kulit yang akan disuntik. Segera

suntikkan jarum pada sudut 90 derajat. Lalu lepaskan cubitan. Gunakan

22
ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai berhenti

(Klep dosis akan kembali pada nol). Biarkan jarum di tempat selama 5

– 10 detik untuk mencegah insulin keluar dari tempat injeksi.

- Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen.

Buang jarum yang telah digunakan pada wadah yang aman.

6. Saran dan hal – hal yang perlu diperhatikan :

- Efek samping penggunaan insulin yang harus diwaspadai adalah

hypoglikemia. Waspadai jika muncul gejala mual, muntah, sakit

kepala, keluar keringat dingin, rasa berputar dan melayang, rasa lapar,

hingga gangguan kesadaran. Jika terjadi segera berikan larutan gula

murni sebanyak lebih kurang 20 gram jika pasien masih sadar, jika

tidak segera bawa ke fasilitas kesehatan.

- Gunakan jarum insulin untuk 1 kali pemakaian. Bila kondisi tidak

memungkinkan, diperbolehkan untuk menggunakan jarum maksimal 2

– 3 kali pamakaian, dengan catatan kebersihan jarum terjaga.

- Insulin dapat digunakan 28 hari setelah pemakaian pertama jika

disimpan di suhu ruangan. Dan 60 hari jika disimpan di kulkas ( 2 – 8

C).

7. Ketokonazole adalah obat antijamur yang diindikasi untuk pengobatan

topikal pada infeksi dermatofit pada kulit seperti panu, kudis dan kurap

8. Furesemid adalah obat diuretik loop yang indikasinya untuk

mengeluarkan cairan, 1 kali sehari sebanyak ½ tablet pada pagi hari.

Dijelaskan kepada pasien tentang efek dari furosemid dimana pasien akan

sering buang air kecil.

23
9. Terapi non farmakologi yang bisa dilakukan yaitu :

- Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama pagi hari selama 30

menit sampai 1 jam perhari minimal 3 kali/minggu.

- Pengaturan diet.

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan pelaksanakan

diabetes.Konsumsi makanan dengan komposisi yang seimbang dalam

hal karbohidrat, protein, dan lemak.

Saran dan hal – hal yang perlu diperhatikan :

- Efek samping penggunaan insulin yang harus diwaspadai adalah

hypoglikemia. Waspadai jika muncul gejala mual, muntah, sakit

kepala, keluar keringat dingin, rasa berputar dan melayang, rasa lapar,

hingga gangguan kesadaran. Jika terjadi segera berikan larutan gula

murni sebanyak lebih kurang 20 gram jika pasien masih sadar, jika

tidak segera bawa ke fasilitas kesehatan.

- Gunakan jarum insulin untuk 1 kali pemakaian. Bila kondisi tidak

memungkinkan, diperbolehkan untuk menggunakan jarum maksimal 2

– 3 kali pamakaian, dengan catatan kebersihan jarum terjaga.

- Insulin dapat digunakan 28 hari setelah pemakaian pertama jika

disimpan di suhu ruangan. Dan 60 hari jika disimpan di kulkas ( 2 – 8

C).

- Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya

“Ibuk, apakah ada yang belum dipahami atau ada yang mau ditanya lagi?”

- Verifikasi dan pastikan pasien memahami apa yang disampaikan

“Ibuk, boleh diulangi lagi apa yang telah saya sampaikan?”

24
- Menutup diskusi

“ Ibuk terima kasih atas waktunya. Semoga konseling tadi dapat membantu

dalam menggunakan obat dengan benar dan semoga ibuk mengetahui tujuan

pemberian obat ini”.

3.2.3 Skring resep 2


1. Tabel kelengkapan aministrasi resep 2
No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio
1 Identitas dokter v
Nama dokter
SIP dokter
Alamat dokter
4 No telepon v
5 Tempat dan tanggal v
penulisan rep
Invocatio
6 Tanda resep diawali v
penulisan resep (R/)
Prescriptio
7 Nama Obat v
8 Kekuatan Obat v
9 Jumlah Obat v
Signature
10 Nama Pasien v
11 jenis kelamin v
12 Umur pasien v
13 Berat Badan V
14 Aturan Pakai Obat v
15 Aturan Pakai Obat v
16 Iter tanda lain V

25
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter v

2. Tabel kesesuai farmasetik resep 2


No Nama Obat Dosis pada Dosis pada literatur Keterangan
Resep
1. Novorapid 3 x 12 IU 0-5 Dosis sesuai
flexpen (dosis sesuai
krbutuhan pasien

2. Levemir 1x 12 IU Dosis sesuai


3 Ketokonazol (-) tidak ada 1-2 kali sehari Dosis tidak
cream dijelaskan sesuai
4. Furosemid 1 kali sehari ½ dewasa = 1-3 kali Dosis sesuai
tab ( sediaan ½ tab
tablet 40 mg) (ISO, 2013)

Cara perhitungan dosis levemir dan novorapid (Ceng & zinman 2005)

BB pasien: 60 kg :

26
0,5 x 60% = 30 IU sehari

Insulin prandial total ( Novorapid) :


60% x 30 IU = 18 unit sehari
Pagi (6 unit), siang (6 unit) malam (6 unit)
Insulin basal total (Levemir) :
40% x 30 IU = 12 unit.
3. Tabel pertimbangan klinis resep 2
No Kriteria Permasalahan Solusi
1. Indikasi tidak terdapat permasalahan,
semua terapi sesuai indikasi.
Levemir dan novorapid untuk
diabertes pada pasien,
ketoconazole untuk infeksi
jamur. Furosemid untu udem
daan hipertensi
2. Interaksi (-) Tidak terdapat interaksi
3. Alergi Kemungkinan alergi terhadap
obat ini tidak ada
4. Duplikasi (-) tidak terdapat duplikasi
5. Efek furosemide : Sering buaang air sarankan
samping kecil, hipokalemi pasien minum
pagi hari dan
konsumsi buah
pisang

27
3.3 Resep 3

3.3.1 Pembacaan resep 3

R/ Ciprofloxacin 500 mg No.X


S2dd 1
R/ Paracetamol tab No XV
S3dd 1
R/ Ambroxol syr Fls I
S3 dd cth II
R/ Dulcolax Supp No II
Sprn

Pro : Tn MM
No RM : 19xxxx
Umur : 34 tahun

28
3.3.2 Pemberian Informasi Obat dan Konseling Resep 3

Berikut adalah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada pasien saat

PIO dan Konseling :

- Sebelum memulai, perkenalkan diri dan sapa pasien dengan ramah

“ Selamat pagi ibuk, perkenalkan saya Apoteker yang bertugas di Instalasi

pada hari ini”

- Verifikasi resep, minimal 2 identitas (nama, alamat, umur, no. Resep)

“Resep ini untuk siapa buk?”

“ Umur nya berapa buk ?”

- Meminta kesediaan pasienpasien atau keluarga untuk melakukan konseling

“Ibuk, boleh minta waktunya sebentar untuk kita melakukan konseling

tentang penggunaan obatnya?”

- Selanjutnya tanyakan Three Prime Question

1. Ibuk, apa kata dokter tentang obat ini?

2. Ibuk, adakah dokter menjelaskan tentang cara menggunakan obatnya?

3. Ibuk, apa yang disampaikan dokter mengenai harapan setelah

menggunakan obat ini?

- Diskusi mengumpulkan informasi dari pasien

1. Apakah ibu batuk dan sudah berapa hari batuknya ?

2. Apakah batuk berdahak atau batuk kering?

3. Apa ibu sudah tahu sebelumnya mengenai obat batuk dan pernah

konsumsi obat batuk?

4. Selain batuk apa ibu juga disertai demam?

29
5. Apa ibu tau tentang obat antibiotik dan sudah pernah ibu

mengkonsumsinya?

6. Apa ibu ada alergi terhadap obat?

7. Apa ibu susah buang air besar akhir-ahir ini?

8. Adakah ibu banyak mengkonsumsi buah dan sayur.

9. Apa ibu sudah tau tentang obat suppos?

- Berikan Informasi Obat

1. Cara menggunakan Suppositoria :

 Cuci tangan Anda sampai bersih dengan air sabun Keluarkan


supositoria dari kemasan dan basahi sedikit dengan air bersih
 Bila supositoria terlalu lembek, maka dinginkan lebih dahulu dala
leari es selama 30 menit, atau rendam dalam air dingin sebelum
membuka kemasan.
 Atur posisi tubuh berbaring menyamping dengan kaki bagian bawah
diluruskan, sementara kaki bagian atas ditekuk ke arah perut.

Angkat bagian atas dubur untuk menjangkau daerah anus.

 Masukan supositoria, ditekan dan ditahan dengan jari telunjuk


sampai betul betul masuk ke bagian otot sfinkter rektum (sekitar
0,5 – 1 inci dari lubang dubur). Jika tidak dimasukan sampai
bagian otot sfinkter, supositoria akan terdorong keluar lagi dari
lubang dubur Tahan posisi tubuh anak agar tetap berbaring
menyamping dengan kedua kaki menutup selama kurang lebih 5
menit untuk menghindari supositoria terdorong keluar

30
2. Ciprofloxacin merupakan obat golongan antibiotic digunak 2 kali
sehari dan harus dihabiskan karena jika pasien tidak patuh maka
akan terjadi resistensi.

3.Paracemol obat yang indikasinya untuk meringankan nyeri dan


deman, diminum 3 kali sehari sesudah makan berikan informasi
kalau nyeri/demam sudah hilang maka obat boleh tidak dikonsumsi
lagi, gunakan bila demam dan nyeri saja.

3. Ambroxol merupakan obat untuk mengeluarkan dahak, diminum


3 kali sehari.

4. Dulcolax merupakan obat pencahar untuk melancarkan BAB,


berikan informasi kepada pasien gunakan 1 supos untuk 1 kali
pemakaian pada malam hari.

Saran untuk pasien : Obat antibiotic harus teratur diminum, dan harus
dihabiskan, gunakan paracetamol bila demam dan nyeri saja, perbanyak minum
air putih, dan istrahat.

- Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya

“Ibuk, apakah ada yang belum dipahami atau ada yang mau ditanya lagi?”

- Verifikasi dan pastikan pasien memahami apa yang disampaikan

“Ibuk, boleh diulangi lagi apa yang telah saya sampaikan?”

- Menutup diskusi

“ Ibuk terima kasih atas waktunya. Semoga konseling tadi dapat membantu

dalam menggunakan obat dengan benar dan semoga ibuk mengetahui tujuan

pemberian obat ini.

31
3.3.3 Skrining resep 3
1. Tabel kelengkapan administrasi resep 3
No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio
1 Identitas dokter v
Nama dokter
SIP dokter
Alamat dokter
4 No telepon v
5 Tempat dan tanggal v
penulisan rep
Invocatio
6 Tanda resep diawali v
penulisan resep (R/)
Prescriptio
7 Nama Obat v
8 Kekuatan Obat v
9 Jumlah Obat v
Signature
10 Nama Pasien v
11 jenis kelamin v
12 Umur pasien v
13 Berat Badan V
14 Aturan Pakai Obat v
15 Aturan Pakai Obat v
16 Iter tanda lain V
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter v

2. Tabel kesseuaian farmasetik table 3


No Nama Obat Dosis pada Dosis pada literatur Keterangan
Resep

32
1. Ciprofloxacin 2x 500 mg infeksi saluran Dosis sesuai
nafas ringan-
sedang : 2x250-500
mg (ISO, 2013)
2. paracetamol 3x500 mg Dewasa ;3-4 x 1-2 Dosis sesuai
tab sehari
(ISO,2013)
3 Ambroxol 3x1 sendok Dewasa : 3x 30 ml Dosis sesuai
teh (sediaan 15 (ISO,2013)
mg/5 ml)
4 Dulcolax bila perlu Deawsa : sehari 1 dosis sesuai
suppos kali 1 suppos
(ISO,2013)

3. Tabel pertimbangan klinis resep 3


No Kriteria Permasalahan Solusi
1. Indikasi tidak terdapat permasalahan,
semua obat sesuai indikasi,
azitromicin untuk antibiotic,
paracetamol untuk
demam/nyeri, ambroxol
untuk mengeluarkan dahak,
dulcolax untuk pencahar.
2. Interaksi (-) Tidak terdapat interaksi
3. Alergi Kemungkinan alergi terhadap tanyakan kepada
antibiotic pasien apakah
pasien ada alergi
terhadap obat,
skintes antibiotic,
minta no hp
pasien.
4. Duplikasi (-) tidak terdapat duplikasi

33
5. Efek paracetamol : kerusakan pada
samping hati

3.4 Obat-obatan
1. Seretid
Salmeterol 25 mcg, Fluticasone Propionate 125 mcg
Komposisi

Indikasi Terapi untuk penyakit obstruktif saluran napas yang reversibel


termasuk asma, serta terapi penyakit paru obstruktif kronis
termasuk bronkitis kronik, emfisema.
Dewasa dan anak-anak 4 tahun ke atas:
Dosis
Penyakit Obstruksi Saluran napas: 2 inhalasi sebanyak 2
kali/hari.
Kontraindikasi Pasien penderita hipersensitif terhadap zat yang terkandung
dalam obat ini.
Tidak untuk meredakan gejala asma akut, Gangguan
Perhatian kardiovaskular berat, Hipokalemia yang tidak diterapi,
Kondisi di mana terdapat hormon tiroid yang berlebih pada
aliran darah dalam tubuh (tirotosikosis), Hamil, Laktasi.
Serak atau disfonia, Sakit kepala, Infeksi jamur mulut dan
tenggorokan (kandidiasis), Iritasi tenggorokan, Jantung
Efek Samping berdebar debar (palpitasi), Tremor, Pengetatan otot-otot yang
melapisi saluran udara (bronkus) di paru-paru (bronkospasme
paradoksikal), Nyeri sendi (artralgia), Kram otot.

2. Cetirizin
Kelas Terapi Antihistamin
Indikasi Pengobatan parenial rinitis, alergi rinitis dan urtikaria
indiopatik kronis.

Kontra Indikasi  Penderita yang hipersensitif terhadap cetirizine


 Karena kurangnya data klinis, cetirizine jangan
digunakan selama semester pertama kehamilan atau
saat menyusui
 Cetirizine jangan digunakan untuk bayi dan anak-
anak berumur kurang dari 2 tahun
Dosis Dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun: 1 x sehari
1 tablet
Efek Samping  Efek samping bersifat sementara : sakit kepala,
pusing, kata kantuk, agitasi, mulut kering, dan rasa
tidak enak pada lambung.

34
 Pada beberapa individu, dapat terjadi reaksi
hipersensitivitas termasuk reaksi kulit dan
angiodema
Mekanisme Kerja Antihistamin selektif,antagonis reseptor H1 dan
mempunyai sifat sebagai anti alergi.

Peringatan  Selama minum obat ini tidak dianjurka


mengendarai kendaraan bermotor dan menjalankan
mesin
 Hindari penggunaan pada wanita hamil dan
menyusui karena di ekresikan melalui air susu.

3. Ambroxol

Kelas Terapi Mukolitik


Indikasi Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas
akut dan kronis.
Kontra Indikasi Hipersensitivitas terhadap ambroxol
Dosis  Dewasa dan anak > 12 tahun: 2-3 x 30
mg/hari.
 Dosis yang dianjurkan untuk anak-anak:
1,2 – 1,6 mg/kgBB.
Efek Samping Reaksi intoleran setelah pemberian ambroxol
pernah dilaporkan tetapi jarang, efek samping
yang ringan pada saluran cerna; reaksi alergi
(jarang); reaksi alergi yang ditemukan; reaksi pada
kulit (seperti eritema multiforme, sindrom steven
35iterat, dan acute generalized exanthematous
pustulosis), pembengkakan wajah, dyspnea,
demam; tidak diketahui efeknya terhadap
kemampuan mengendarai atau menjalankan mesin
Sediaan - Tablet/kaplet 30 mg
- Syrup 15 mg / 5 ml dan 30 mg / 5 ml
- Tetes 15 mg / ml

4. Novorapid

Kelas Terapi Antidiabetes


Indikasi Diabetes Mellitus
Kontra Indikasi Hipoglikemia, Hipersensitivitas
Dosis DL : 0.5-1 u/kgBB/hari

35
Efek Samping Hipoglikemia, Reaksi anafilaksis
Sediaan Novorapid Flexpen 100 u/ml

5. Levemir

Kelas Terapi Antidiabetes


Indikasi Diabetes Mellitus
Kontra Indikasi Hipoglikemia, Hipersensitivitas
Dosis DL : 0.5-1 u/kgBB/hari
Efek Samping Hipoglikemi, reaksi anafilaksis
Sediaan Levemir Flexpen 100 u/ml

6. Ketokonazol (Topikal)
Kelas Terapi Antifungi
Indikasi Infeksi dematofitosis ( T.korporis, T.manus, T.kruris,
T.pedis), P.versikolor, Candidiasis kutaneus,
kandidiasis vulvovaginalis, kandidiasis oralk,
dermatitis seboroik.

Kontra Indikasi Hipersensitive terhadap Ketoconazole.

Dosis Krim 2%: oleskan 1-2x / hari. Lama terapi:


P.versikolor 2-3 minggu, T.korporis 3-4 minggu.
T.pedis 4-6 minggu.
Efek Samping Iritasi, gatal, rasa terbakar.
Perhatian Hindari kontak dengan mata. Hentikan penggunaan
jika terjadi iritasi.
Sediaan Krim 2%: ketokonazol generik, fexazol, formyco,
fungoral, ketomed, mycodrm, mycoral, mycozid,
nizoral, profungal.

7. Furosemid

Diuretik
Kelas Terapi

Indikasi Furosemide diindasikan pada pasien dengan retensi cairan


yang berat (edema, ascites), hypertensive heart failure, edema
paru akut, edema pada sindrom nefrotik, infusiensi renal
kronik, sirosis hepatis

36
Oral : Edema : Dewasa, dosis awal 40 mg/hari, penunjang 20
Dosis mg-40 mg sehari, tingkatkan sampai 80 mg sehari pada udem
yang resisten. Anak, 1-3 mg/kgBB/hari, maksimal 40 mg/hari.
Kontraindikasi Hipovolemia, Hiponatremia, anuri, pasien yang alergi preparat
sulfa.
- Interaksi yang paling perlu diperhatikan adalah antara
furosemid dengan captopril (ACE inhibitor) yang dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah (hipotensif) secara
Interaksi Obat tajam pada awal pemberian terutama pada hipertensi
dengan aktivitas renin tinggi.
- Furosemid yang diberikan bersama dengan antibiotik
golongan aminoglikosida akan mengakibatkan
nefrotoksisitas berat pada pasien.
Ketidakseimbangan elektrolit dengan kondisi hipokalemi dan
dehidrasi yang serius, anemia aplastis, menginduksi gangguan
Efek Samping kulit berupa pseudoporphyria (kulit 2 menjadi rapuh, melepuh
pada paparan cahaya), dan pankreatitis akut.

Sediaan Tablet/kaplet 40 mg: Fasix, Lasix

8. Ciprofloxacin

Antibiotik
Kelas Terapi

Indikasi Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang


sensitif terhadap ciprofloxacin seperti infeksi saluran kemih
(uretritis), infeksi saluran nafas (kecuali pneumonia akibat
streptococcus), infeksi saluran cerna, demam typoid, gonorea
serta septikemia
Dosis dewasa ( per oral) :
Infeksi ringan : 2x250 mg/hari, infeksi berat: 2x 500-750
mg/hari
Dosis Demam typoid : 2x500 mg selama seminggu
Dosis dewasa (intravena):
Infeksi saluran kemih: 2x100 mg/hari
Infeksi lain : 2x200-400 mg/hari
Hipersensitifitas terhadap ciprofloxacin atau antibiotik derivat
Kontraindikasi quinolone lainnya, wanita hamil dan menyusui, anak <18
tahun.
Interaksi Obat Efek berkurang bila diberikan bersama antasida/zat besi.
Meningkatkan kadar teofilin serum.
Mual, muntah, diare, skit perut, sakit kepala, pusing,
Efek Samping gangguan tidur, ruam, pruritus,anafilaksis, fotosensitivitas,
peningkatan ureum dan kreatini serum.
Tablet/kaplet 200 mg: akilen, danoflox, etiflox, flotavid,
Sediaan floxica.
Tablet/kaplet 400 mg : grafloxin, nilavid, nuflafloqo.

37
Sediaan injeksi : larutan infus 200 mg/ml : zelavel

9. Paracetamol
Kelas Terapi Analgetik dan Antipiretik
Indikasi Meredakan gejala nyeri ringan hingga berat dan
mengatasi demam.
Kontra Indikasi Hipersensitivitas acethaminophen dan gangguan hati.
Dosis Dewasa : 500 mg – 1000 mg per kali, diberikan tiap
4 – 6 jam, Maksimum 4 g perhari
Anak < 12 tahun : 10 mg/kgBB/kali (bila ikterik : 5
mg/kgBB/kali) diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum 4
dosis sehari.
Efek Samping Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema atau
urtikaria, kelainan darah, hipotensi dan kerusakan
hati.
Interaksi Obat Kolestiramin menurunkan absorbsi paracetamol
Metoclopramide dan domperidone meningkatkan
efek paracetamol
Paracetamol meningatkan kadar warfarin
Sediaan Tablet/Kaplet 500 mg, Tablet 600 mg, 1000 mg
Syrup 120/5ml, Sediaan Drops 60 mg/0,6 ml,
sediaan rectal tube 125 mg/2,5 ml ; 250 mg/4 ml,
sediaan Infus 10 mg/ml

10. Dulcolax suppos

Bisacodyl
Komposisi

Indikasi Mengatasi sembelit atau konstipasi, dan untuk mengosongkan


perut sebelum prosedur operasi, atau prosedur pada usus
lainnya.
Dewasa, 1x sehari 10mg, diberikan pada pagi hari.
Dosis
Anak <10 tahun, 1x sehari 5mg.

Kontraindikasi Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi


hipersensitivitas atau alergi terhadap bisacodyl.
Pengunaan obat obat pencahar termasuk dulcolax suppositoria
Perhatian (bisacodyl) pada anak anak sebaiknya dihindari, kecuali telah
diresepkan oleh dokter.
Terjadinya gangguan pada saluran pencernaan seperti rasa
Efek Samping tidak nyaman atau kram perut.

Penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk.

38
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan Permenkes RI No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Rumah Sakit, Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit terbagi
menjadi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber
daya manusia, sarana, dan peralatan.
Perubahan paradigma dari Drug Oriented menjadi Patient Oriented
menuntut Apoteker untuk meningkatkan kepedulian terhadap pasien. Apoteker
diminta untuk bisa memberikan informasi obat yang tepat kepada pasien sehingga
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping
karena Obat, serta kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
Adapun Pelayanan Kefarmasian yang j dilaksanakan di RSUD Mohammad
Natsir adalah Kegiatan Farmasi Klinis yang diantaranya adalah:
1. Pengkajian dan pelayanan Resep;
2. Penelusuran riwayat penggunaan Obat;
3. Rekonsiliasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
5. Konseling;
6. Visite
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
10. Dispensing sediaan steril, danPemantauan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD).
Pelayanan kefarmasian yang akan dibahas adalah pengkajian dan
pelayanan resep. Ketika resep masuk ke instalasi farmasi maka seorang apoteker
harus melakukan pengkajian resep untuk menganalisa adanya masalah terkait
obat. Pengkajian resep dilakukan sesuai dengan persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat jalan

39
maupun pasien rawat inap. Kegiatan pengkajian resep telah dilakukan di RSUD
Mohammad Natsir. Apabila ada masalah terkait obat misal dosis atau ketersediaan
obat, maka dikonfirmasi kepada dokter penulis resep. Pada resep 1 untuk
kelengkapan administrasi sudah lengkap. Pada aspek kesesuaian farmasetik resep
1 dosis cetirizine sudah sesuai dimana dosis terlalu rendah. Seretide juga sudah
sesuai. Ambroxol dosiss untuk anak adalah 1,2 -1,6 mg/kg/BB/ hari dan dosis
sudah sesuai ( ISO, 201). Aturan dan cara penggunaan obat sudah sesuai.
Pada resep ke-2 kelengkapan administrasi sudah lengkap. Untuk aspek
keseuaian farmasetik yaitu bentuk dan kekuatan sediaan sudah jelas, aspek
pertimbangan klinis keteepatan dan indikasi obat tidak terjadi permasalahan
dimana dosis levemir dan novorapid disesuaikan berdasarkan kadar glukosa dalam
darah pasien, dosis Furosemid sudah sesuai literature yaitu untuk dewasa adalah
20-40 mg sehari (Frank, 2014). Aspek aturan dan lama penggunaan obat terdapat
permasalahan pada obat ketokonazole. Aturan pakainya kurang lengkap dimana
seharusnya ketokonazole digunakan 1-2 kali untuk 1-2 minggu. Sedangkan pada
resep sigana hanya SUE yaitu untuk pemakaina luar. Resep kedua tidak terdapat
duplikasi obat dan juga tidak terdapat efek samping obat.
Pengkajian resep ke-3 dari kelengkapan administrasi sudah lengkap.
Aspek kesuaian farmasetik sudah lengkap. Terdapat permasalahan pada aspek
pertimbangan klinis yaitu signa untuk pronalges supos tidak jelas. Untun
paracetamol signa sudah tepat tidak terjadi permalasalah dan dosis sudah tepat.
Pelayanan kefarmasian lainnya yang akan dibahas disini adalah pemberian
informasi obat dan konseling kepada pasien. Setelah apoteker melakukan
pengkajian resep dan obat sudah diracik maka apoteker akan menyerahkan obat
kepada pasien disertai dengan Pelayanan Informasi Obat (PIO) dimana PIO
merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi Obat
yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh
Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta
pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit. Untuk resep 1 sangat diperlukan
pemberian informasi obat terutama seretid bagaimana cara penggunaannya dan
dosisnya, paracetamol juga dijelaskan digunakan bila perlu. Resep ke-2 juga perlu
PIO terutama penggunaan dan cara penyuntikan levemir dan novorapid, serta efek

40
samping dari furosemide. Pemberian informasi Obat terhadap resep ke-3 juga
diperlukan karena terdapat obat dalam bentuk suppositoria.
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya.Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua
fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter,
keinginan pasien atau keluarganya.Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.Pemberian konseling
Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi
Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang
pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient
safety).
RSUD mohammad Natsir menyediakan ruangan konseling bagi pasien.
Kegiatan konseling dilakukan oleh Apoteker.Konseling tidak dilakukan kepada
semua pasien. Ada beberapa kriteria pasien yang membutuhkan konseling seperti
pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan
menyusui, pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM,
epilepsi, dan lain-lain), pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi
khusus (penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off), pasien yang
menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, phenytoin), pasien
yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan pasien yang mempunyai
riwayat kepatuhan rendah.
Ada beberapa obat yang cara penggunaannya khusus, sehingga apoteker
perlu menjelaskan cara menggunakannya agar efek terapi yang tercapai. Diantara
alat yang digunakan secara khusus adalah seretide diskus dan Insulin pen, dan
suppos.
Penggunaan seretide diskus juga sangat perlu diperhatikan, karena apabila
cara pakai obat salah efek terapi yang ditimbulkan tidak maksimal. Penting untuk
menghindari faktor penyebab terjadinya asma.
Pada penggunaan insulin pen, pasien harus diinformasikan tentang lokasi
penyuntikan.Insulin disuntikkan secara subkutan (dibawah kulit).Lokasi injeksi
dapat dilakukan di perut, bokong, lengan dan paha.Penyuntikan insulin harus

41
dilakukan pada tempat yang berbeda, hal ini untuk menghindari terjadinya
lipohipertropi. Lipohipertropi adalah peningkatan pertumbuhan atau ukuran sel –
sel lemak di bawah kulit. Ketika terjadi lipohipertropi, area dibawah kulit pada
lokasi injeksi menjadi berlemak. Sehingaa untuk memperoleh laju absorpsi yang
baik dan untuk menghindari perubahan pada kulit lokasi injeksi, penting untuk
menggilir lokasi injeksi insulin.
Proses penyerapan insulin paling baik apabila diinjeksikan pada bagian
perut yaitu 3 jari dari atas atau bawah pusat. Informasi yang juga perlu
disampaikan adalah indikasi obat, dan aturan pakai obat. Efek samping obat yang
umum terjadi juga disampaikan kepada pasien seperti penggunaan insulin efek
samping biasa terjadi yaitu hipoglikemi. Untuk itu disarankan kepada pasien agar
cek kadar glukosa darah secara rutin. Obat furosemid memiliki efek samping
hipokalemi sehingga disarankan kepada pasien jika merasakan badah lemah,
kesemutan pasien disarankan makan buah pisang . Penggunaan suppositoria juga
perlu diberikan kepada pasien, bagaimana cara pemberian dan kapan
pemberiannya. Posisi tubuh dimiringkan,badan berbaring, supos perlu dialirkan ke
air terlebih dahulu dan cara memasukkan suppose serta pasien harus menahan
posisi beberapa menit, hal inilah yang perlu ditekankan kepada pasien.
Terapi Non farmakologi juga perlu disampaikan kepada pasien seperti
pasien diabetes harus mengurangi makanan dengan kadar glukosa tinggi, olah
ringan, pasien dengan penyakit asma harus menghindari pemicu agar asma tidak
kambuh, pasien yang susah buang air besar disarankan banyak makan buah dan
sayur. Selain itu Pasien juga diberikan informasi tentang cara penyimpanan obat.

42
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pelayanan kefarmasian semakin berkembang, tidak terbatas hanya pada
penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien , tetapi perlu melakukan
interaksi dengan pasien danprofesional kesehatan lainnya , dengan
melaksanakan pelayanan "Pharmaceutical care" secara meneyeluruh oleh
tenaga farmasi.
2. Konseling pasien merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi ,
karena baik tenaga farmasi maupun pasien memperoleh keuntungan dari
kegiatan konseling. Merupakan suatu proses yang sistematik untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan
dengan pengambilan keputusan penggunaan obat.
3. Walaupun banyak kendala yang dihadapi dalam memeberikan skonseling
kepada pasien, sebagai seorang farmasis kita harus tetap memberikan
konseling seefektif mungkin, agar pengunaan obat dapat dilakukan secara
rasional optimal.
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bisa
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
dan pasien.
5. Menjawab pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya merupakan
kegiatan rutin suatu pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk
dapat disampaikan secara verbal (melalui telepon, tatap muka) atau tertulis
(surat melalui pos, faksimili atau e-mail).
6. Pertanyaan mengenai obat dapat bervariasi dari yang sederhana sampai
yang bersifat urgen dan kompleks yang membutuhkan penelusuran
literatur serta evaluai secara seksama.

43
4.2 Saran
Pelayanan Informasi Obat (PIO) danKonseling sangat disarankan dan sangat
penting dilakukandi Pusat Pelayanan Kesehatan baik itu Rumah Sakit, Puskesmas,
Apotek maupun pelayankesehatan lainnya untuk membantu masyarakat guna
menyelesaikan masalah kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Manfaat dari Konseling dan Pelayanan InformasiObat adalah pengobatan menjadi
lebih rasional dan optimal dan dapat meningkatkan tingkatkepatuhan pasien dalam
menggunakan obat.

44
DAFTAR PUSTAKA

Cheng, AYY, Zinman B, dan Khan CR (2005). Joslin’s Diabetes mellitus. 4


edition. Lipincott Williams & Wilkins, Philadhelpia

Dirjen bina kefarmasian dan Alkes. 2006. Keputusan Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan No.Hk.00.Dj.Ii.924 entang Pembentukan
Tim Penyusun Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas

Depkes RI, 2006, Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana


Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Depkes RI. 2010. Pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit direktorat


jenderal binakefarmasian dan alat kesehatan kementerian kesehatanri
bekerjasama dengan japan internasional cooperation agency (JICA)

Ikatan Apoteker Indonesia. 2013. Informasi Spesialite Obat. Vol 48 2013/2014.


Jakarta : PT. ISFI penerbitan.

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Rantuci Melanie J, 2010, Komunikasi Apoteker – Pasien Panduan Konseling
Pasien, Edisi 2, EGC, Jakarta

Republik Indonesia. 2016. Peraturan Meteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Jakarta.

Siregar, Charles. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I.
Penerbit EGC: Jakarta
Winkel, W.S. dan M.M. 2007Srihastuti. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan.Yogyakarta: Media Abadi

45

Anda mungkin juga menyukai