Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal bagi petani


beserta keluarganya yang meliputi kegiatan dalam ahli pengetahuan dan
ketrampilan dari penyuluh lapangan kepada petani dan keluarganya
berlangsung melalui proses belajar mengajar. Penyuluh pertanian harus ahli
pertanian yang berkompeten, disamping bisa berkomunikasi secara efektif
dengan petani sehingga dapat mendorong minat belajar mereka dan harus
berorientasi pada masalah yang dihadapi oleh petani.
Programa penyuluhan pertanian disusun setiap tahun dan memuat rencana
penyuluhan pertanian tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran
pada masing-masing tingkatan, serta mencakup pengorganisasian dan
pengelolaaan sumberdaya sebagai dasar penyelenggaraan penyuluhan pertanian.

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan

pendayagunaan yang terpadu antara masyarakat petani-nelayan dengan

pemerintah, sehingga tujuan penyuluhan pertanian dapat tercapai dengan sebaik-

baiknya. Oleh karena kegiatan pelaksanaan penyuluhan pertanian yang disusun

harus dapat mencerminkan prinsip serta kesatuan penyuluhan pertanian, rencana

dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian dituangkan dalam suatu programa

penyuluhan pertanian untuk periode satu tahun sebagai keputusan bersama antara

kelompok penyuluh, KTNA, Aparat, KUD serta Dinas yang terkait.

Usaha intensifikasi pertanian merupakan mata pencaharian pokok dan utama

masyarakat wilayah Desa wanio timoreng Kecamatan Panca Lautang yang

mendukung kebijaksanaan operasional pembangunan daerah, strategi dasar

1
pembangunan yang mengarah pada pembahasan pola piker, perwilayahan

komoditas dan petik olah jual.

Kebijaksanaan dasar tersebut akan ditempuh langkah-langkah melalui usaha

pokok intensifikasi pertanian yang mengarah pada pembangunan pertanian yang

berwawasan agribisnis dan agroindustri dengan pengembangan pola kemitraan

antara kelompoktani, swasta dalam rangka peningkatan kualitas dengan jumlah

yang cukup sesuai kebutuhan pasar.

Penyusunan programa penyuluhan di Tingkat Kelurahan merupakan suatu

rencana yang mengatur suatu kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka

waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan dari keputusan ini diprioritaskan

pembangunan pertanian secara terpadu dengan berbagai rangkaian kegiatan dan

selanjutnya dimanfaatkan oleh penyuluh pertanian ditingkat lapangan dalam

penyusunan rencana kerja.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud

Untuk mencerminkan kegiatan antara petani dan kebijakan pemerintah

yang membahas tentang permasalahan yang bersifat perilaku dengan berbagai

metode yang akan digunakan untuk tujuan yang diinginkan, serta

mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha.

Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian yang disusun harus dapat mencerminkan

prinsip Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian sebagai keputusan bersama-

sama antara penyuluh pertanian dengan kelompok tani dan Gapoktan.

2
2. Tujuan

a. Menyediakan acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian bagi para

penyelenggara penyuluhan;

b. Meningkatkan pengetahuan, wawasan, sikap dan perilaku pelaku utama,

pelaku usaha, penyuluh dan petugas lingkup pertanian, agar mereka mampu

memecahkan permasalahan yang ada serta mampu memanfaatkan/merubah

potensi sumberdaya pertanian menjadi peluang yang nyata dan bermanfaat

untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kesejahteraan

masyarakat petani.

c. Agar hasil penyuluhan pertanian bisa lebih berdaya guna dan berhasil guna.

Untuk terlaksananya kegiatan Penyuluhan Pertanian secara berdayaguna dan

berhasil guna, maka tindak lanjut dari programa penyuluhan yaitu Rencana

Kegiatan Penyuluhan Pertanian dalam wilayah Desa wanio timoreng yang

memadukan aspirasi petani dan potensi wilayah dalam Program Dinas

Pertanian dan Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan serta kebijakan

Pemerintah Pusat maupun Daerah dengan tetap mengacu pada Surat

Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 25/PERMENTAN/ OT.140/5/2009

Tanggal 13 Mei 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan

Pertanian, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan,

Pembinaan, Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan

tanggal 8 Juni 2009, maka Programa Penyuluhan Pertanian diharapkan dapat

menghasilkan kegiatan Penyuluhan Pertanian spesifik Lokalita yang strategis.

3
BAB II

KEADAAN UMUM

A. KEADAAN SUMBER DAYA PERTANIAN

1. Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan

Produksi dan produktivitas komoditas tanaman pangan utama (padi) periode

tahun 2015 dan 2016 (angka sementara) dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan


Tahun 2016 dan 2017

Peningkatan
No. Jenis Komoditas Tahun 2015 Tahun 2016
(%)
1. Padi
Produksi (ton) 3.439,09 3.861,44 11
Luas Panen (ha) 603,35 603,35 100
Produktivitas (ton/ha) 5,7 6,4 11

2. Produksi Komoditas Utama Hortikultura

Desa wanio timoreng belum menanam tanaman hortikultura, sebagian

besar petani hanya menanam tanaman padi dari musim ke musim

3. Produksi Komoditas Utama Perkebunan

Desa wanio timoreng hanya menanm tanaman perkebunan yaitu tanaman

kelapa yang ditanam dipekarangan dan pematang sawah produksinya hanya

untuk kebutuhan sehari-hari.

4. Produksi Komoditas Utama Peternakan

Produksi dan produktivitas komoditas utama Peternakan periode tahun

2016 dan 2017 (angka sementara) dapat dilihat dalam Tabel 2.

4
Tabel 2. Populasi Ternak Periode Tahun 2016 dan 2017

Produksi Produksi
No. Jenis Tahun 2015 Tahun 2016 Peningkatan (%)
(ribu ekor) (ribu ekor)
I. Ruminansia

1. Sapi Potong 174 185 10,6


2. Kuda 20 25 12,5
3. Kambing 149 159 6,3
III. Unggas

1. Ayam Buras 12.612 12.764 9,1


2. Ayam Ras 5.325 5.457 9,1
Petelur
3. Itik 1.125 1.395 14,3
Sumber : Kecamatan Panca Lautang dalam Angka, 2017

B. KEADAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Kondisi umum yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan pertanian

pada tahun 2017 diuraikan menurut masing-masing sub sektor sebagai berikut :

1) Tanaman Pangan

a. Pengelolaan spesifik lokasi untuk produksi tanaman pangan (padi) belum

optimal;

b. Lahan yang ada belum dimanfaatkan secara optimal

c. Potensi jaringan irigasi belum optimal

d. Pemanfaatan alsintan belum optimal

e. Pola konsumsi pangan masyarakat belum sesuai dengan pola pangan

harapan yaitu pola konsumsi pangan yang “Beragam, Bergizi Seimbang dan

Aman (B2SA)”;

f. Kuantitas dan kualitas olahan komoditi tanaman pangan (padi, jagung,

kedelai, umbi) belum optimal

5
g. Pendapatan petani belum optimal karena ada perbedaan harga yang cukup

besar antara harga ditingkat petani dan harga ditingkat konsumen akhir;

h. Pemanfaatan sumber modal usaha pertanian belum optimal;

i. Masih terdapat masyarakat pedesaan/petani mengalami rawan pangan atau

konsumsi energi dibawah 70% dari angka kecukupan gizi (AKG)

2) Hortikultura

a. Petani belum membudidayakan tanaman hortikultura

b. Sempitnya tanaman pekarangan

c. Lahan sawah hanya ditanami tanaman padi

3) Perkebunan

a. Masyarakat hanya menanam tanaman kelapa dilahan pekarangan untuk

kebutuhan sehari-hari.

4) Peternakan

a. Penyediaan telur terdiri atas produksi lokal saja

b. Masih terbatasnya akses inovasi teknologi dibidang peternakan, sehingga

agribisnis peternakan belum berkembang dengan baik;

c. Masih ditemuinya penyakit hewan menular strategis, Zoonosis, Eksotis

(PHMSZE) antara lain penyakit Brucellosis, Rabies, Hog Cholera, Avian

Influenza dan Anthrak;

d. Koordinasi antar lembaga terkait dibidang peternakan masih lemah, sehingga

pengembangan/permodalan usaha belum optimal;

6
e. Masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaku utama dan pelaku

usaha, serta kesadaran pemangku kepentingan dalam penyediaan pangan

asal ternak yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH);

f. Terbatasnya pengetahuan pelaku utama dalam pengelolaan bibit ternak yang

berkualitas serta pemanfaatan sumberdaya lokal;

C. SASARAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018

Sasaran pembangunan pertanian terdiri dari sasaran makro dan sasaran mikro

produksi komoditas pertanian utama. Indikator pencapaian sasaran makro

pembangunan pertanian tahun 2018 antara lain diukur dari terjadinya pertumbuhan

Produk Domestik Bruto (PDB) sector pertanian (tidak termasuk kehutanan dan

perikanan), pertumbuhan laju investasi (PMDN maupun PMA), tersedianya

tambahan lapangan kerja, serta tercapainya neraca perdagangan pertanian sebesar

U$$ 54,5 milyar.

1) Produk Domestik Bruto (PDB)

Selama tahun 2017, pertumbuhan PDB sektor pertanian diharapkan tumbuh

menjadi 3,75%, sebagaimana digambarkan pada Tabel 3 di bawah ini

Tabel 3. Sasaran Pertumbuhan PDB Sub Sektor Pertanian 2016-2017


Tahun Tan.Pangan Perkebunan Peternakan Pertumbuhan %
2013 435 0 14 3,75
2015 449 0 14,45
Sumber : Kecamatan Panca Lautang dalam Angka, 2015

2) Investasi

Untuk meningkatkan produktivitas sector pertanian pada tahun 2018, diperlukan

investasi yang berasal dari PMDN sebesar Rp.464.905 milyar dengan laju

7
pertumbuhan 79,2% dan PMA sebesar Rp.159.594 milyar dengan laju

pertumbuhan 72,6%

3) Kesempatan Kerja

Pada tahun 2018 penyerapan tenaga kerja sektor pertanian diharapkan

meningkat cukup nyata, yaitu sebesar 45.362.000 orang dengan laju

pertumbuhan 0.94%. Rincian proyeksi penyerapan tenaga kerja yang diciptakan

oleh sector pertanian pada tahun 2016 menurut sub sektor, digambarkan

sebagai berikut:

a. Kesempatan kerja pada sub sektor tanaman pangan 22,5 juta orang

b. Kesempatan kerja pada sub sektor perkebunan sebanyak 20,9 juta orang

c. Kesempatan kerja pada sub sektor peternakan sebanyak 3,2 juta orang

4) Proyeksi Produksi Komoditas Utama Tahun 2016-2017

Disamping sasaran makro pembangunan pertanian sebagaimana

diuraikan diatas, ditetapkan pula sasaran/proyeksi produksi komoditas pertanian

utama tahun 2016 dan 2017, sebagai berikut:

a) Komoditas Utama Tanaman Pangan

Proyeksi komoditas tanaman pangan tahun 2016 dan 2017 yang meliputi 7

komoditi unggulan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sasaran Komoditas TanamanPangan Tahun 2016

No. Komoditas 2015 (Ton) 2016 (Ton) Peningkatan (%)


1. Padi 3.861,44 4.096,89 7,14

8
b) Komoditas Peternakan

Proyeksi produksi delapan komoditas utama peternakan tahun 2016 dan

tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini

Tabel 5. Proyeksi Komoditas Utama Peternakan Tahun 2016 dan Tahun


2017
2015 2016
No. Komoditas Peningkatan (%)
(ribu ekor) (ribu ekor)
1. Ayam Petelur 5.457 5.548 8,3
2. Itik 1.395 1.589 12,3

D. KEAADAN SUMBER DAYA PENYULUHAN PERTANIAN

1. Kelembagaan Petani

Sesuai Undang-Undang No.16 Tahun 2006 Pasal 19 Ayat 3 dan Peraturan

Menteri Pertanian No.273/kbpts/OT.160/4/2007, kelembagaan pelaku utama

terdiri dari kelompoktani, gabungan kelompoktani, asosiasi atau korporasi.

Perkembangan masing-masing jenis kelembagaan petani tersebut digambarkan

sebagai berikut:

a. Kelompoktani (Poktan) dan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan).

Sampai dengan bulan September 2017, jumlah poktan mencapai 14 unit,

3 kelompok P3A, 1 kelompok wanita tani dan gapoktan 1 unit. Dari jumlah

tersebut, semua berfungsi secara optimal.

Sejak tahun 2014 sampai tahun 2017, pendampingan penyuluh

pertanian dalam rangka peningkatan kapasitas poktan dan gapoktan telah

dilaksanakan secara lebih intensif, sehingga berdampak positif terhadap

pengembangan sikap kepemimpinan, manajemen dan kewirausahaan di

kalangan petani anggota poktan dan gapoktan. Keberadaan poktan dan

9
gapoktan menjadi lebih kuat dan mandiri, serta manfaat keberadaannya lebih

dirasakan oleh petani anggota poktan dan gapoktan.

Selanjutnya dalam rangka meningkatkan daya saing dan posisi tawar

petani, kapasitas poktan/gapoktan terus ditingkatkan melalui peningkatan

akses terhadap berbagai layanan agribisnis, peningkatan skala usaha dan

pengembangan jejaring kemitraan usaha.Untuk mewujudkan hal ini, telah

dilakukan pendampingan poktan dan gapoktan sebagai kelembagaan petani

kearah penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani melalui

dukungan dari aspek legal format dan aspek-aspek pengembangan

manajemen usaha dan penerapan prinsip-prinsip agribisnis dalam skala

usaha yang luas. Pendampingan ini telah berhasil menumbuhkembangkan

kelembagaan ekonomi petani seperti Pengembangan Usaha Agribisnis

Pedesaan (PUAP).

2. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian

a. Kelembagaan Penyuluhan Pemerintahan

Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006, kelembagaan

penyuluhan berada di tingkat wilayah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan

kecamatan. Kelembagaan penyuluhan tingkat pusat berbentuk Badan

Penyuluhan, di tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan

(Bakorluh) di tingkat kabupaten/kota berbentuk Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Bappeluh/BP4K), dan di tingkat

kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

(BP3K). Dalam kenyaatan di lapangan, kelembagaan penyuluhan seperti

10
yang diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tersebut

belum terbentuk di semua wilayah administrasi. Hal ini diakibatkan oleh

besarnya kewenangan pemerintah daerah baik provinsi maupun

kabupaten/kota dalam menetapkan jumlah dan bentuk SKPD di wilayah

masing-masing, khususnya sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009, saat dimulainya era otonomi daerah, walaupun kelembagaan

penyuluhan bersifat specialist.

1) Kelembagaan Penyuluhan Provinsi

Keragaan kelembagaan penyuluhan provinsi sampai dengan bulan Mei

2017 digambarkan pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Keragaan kelembagaan penyuluhan Propinsi


No Bentuk Kelembagaan Jumlah
1 Badan Koordinasi Penyuluhan 1
Ditetapkan dengan Perda 1
Ditetapkan dengan Pergub 1
2 Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan 1
Ditetapkan dengan Perda 1
Ditetapkan dengan Pergub 1
3 Bagian dan Dinas Lingkup Pertanian, Perikanan 3
dan Kehutanan
Jumlah 5

Tabel 6 menunjukkan bahwa pembentukan Bakorluh di Provinsi Sulawesi

Selatan telah dikukuhkan dengan Peraturan Daerah (Perda).

2) Kelembagaan Penyuluhan Kabupaten/Kota

Keragaan kelembagaan penyuluhan kabupaten/kota sampai dengan bulan

Mei 2017 digambarkan pada Tabel 7 di bawah ini.

11
Tabel 7. Keragaan kelembagaan penyuluhan Kabupaten
No Bentuk Kelembagaan Jumlah
1 Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan -
Ditetapkan dengan Perda -
Ditetapkan dengan Pergub -
2 Bagian dari Dinas Lingkup Pertanian,Ketahanan 1
Pangan dan Perikanan
Jumlah 1

Tabel 7 menunjukkan bahwa kabupaten/kota Sidenreng Rappang telah

menggabungkan organisasi Penyuluhan menjadi merupakan bagian dari

dinas Pertanian..

3) Kelembagaan Penyuluhan di Kecamatan

Keragaan kelembagaan penyuluhan kecamatan sampai dengan bulan Mei

2015 digambarkan pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Keragaan kelembagaan penyuluhan kecamatan


No Bentuk Kelembagaan Jumlah
1. Balai Penyuluhan Pertanian, Ketahanan Pangan 1
dan Perikanan (BPP)
Bangunan milik sendiri
Kondisi baik
Kondisi buruk

Tabel 8 menunjukkan bahwa kabupaten/kota Sidenreng Rappang telah

membentuk Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sudah memfungsikan

lahan dan mempunyai bangunan (gedung).

12
b. Kelembagaan Penyuluhan dan Pemerintah

Selain kelembagaan penyuluhan pemerintah, sesuai dengan amanah

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006, terdapat kelembagaan penyuluhan

masyarakat, yaitu Pos Penyuluhan Desa/Kelurahan (Posluhdes), sebagai unit

kerja non struktural yang dibentuk dan di kelola secara partisipatif oleh pelaku

utama. Posluhdes merupakan tempat pertemuan para penyuluh pertanian,

pelaku utama dan pelaku usaha untuk melaksanakan berbagai kegiatan

penyuluhan pertanian.Penumbuhkembangan Posluhdes ini seyogyanya

dimotori oleh Penyuluh Pertanian Swadaya yang memfungsikannya sekaligus

sebagai Unit Administrasi Penyuluh Pertanian Swadaya.Sampai saat ini telah

tumbuh 11 unit Posluhdes yang tersebar di 11 desa/kel.

Melalui upaya percepatan, diharapkan Peraturan Presiden (Perpres)

tentang kelembagaan penyuluhan dapat segera terbit dalam waktu dekat ini,

sehingga iklim yang kondusif untuk penyeragaman bentuk dan fungsi

kelembagaan penyuluhan pada semua tingkat wilayah dapat segera

terwujud.Sementara itu, melalui dukungan Dana Alokasi Khusus (DAK),

diharapkan secara bertahap prasarana dan sarana penyuluhan dapat

dipenuhi secara bertahap.

3. Ketenagaan Penyuluhan Pertanian

Ketenagaan penyuluhan pertanian terdiri dari Penyuluh Pertanian PNS,

Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP), dan

Penyuluh Pertanian Swadaya. Ketenagaan jumlah penyuluh pertanian tahun

2016 dan tahun 2017 digambarkan pada Tabel 9 sebagai berikut.

13
Tabel 9. Keragaan Ketenagaan Penyuluhan Pertanian di Desa wanio timoreng

Jumlah Penyuluh Pertanian (orang)


No Penyuluh Pertanian
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
1 PNS 1 1 1
2 THL-TBPP - - -
3 Honorer - - -

Adapun sebaran ketenagaan penyuluhan pertanian tersebut digambarkan pada


Tabel 10 dibawah ini
Tabel 10. Sebaran ketenagaan penyuluhan di Desa wanio timoreng

No. Kelembagaan penyuluhan Jumlah kelembagaan Jumlah Penyuluh


(unit) Pertanian (org)
1. Gabungan Kelompoktani 1 1
2. Kelompoktani Tan.Pangan 14 1
3. Kelompoktani Ternak 1 1

Selain mengandalkan jumlahnya, pelaksanaan Empat Sukses

Pembangunan Pertanian juga memerlukan kualitas penyuluh pertanian yang

andal sesuai dengan dinamika tuntutan pembangunan pertanian.Dewasa ini

diperlukan Penyuluh Pertanian yang tidak saja menguasai aspek teknis

budidaya, tetapi juga menguasai keseluruhan aspek manajemen agribisnis

secara komprehensif, termasuk pengenalan dan penerapan konsep manajemen

rantai pasokan dan nilai tambah (value and supply chain analysis), serta

kemampuan dalam menumbuhkembangkan kelembagaan ekonomi petani.

Mengingat luasnya cakupan substansi yang diharapkan, maka peningkatan

kapasitas Penyuluh Pertanian diarahkan agar tidak saja mampu berfungsi

14
sebagai fasilitator bagi petani, namun juga sebagai penghubung (knowledge

broker) antara petani dengan berbagai lembaga penyedia layanan agribisnis bagi

petani.Hal ini dapat ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional

(pelatihan dasar penyuluhan pertanian, pelatihan alih kelompok), diklat teknis dan

kewirausahaan agribisnis.Disamping itu, sertifikasi profesi Penyuluh Pertanian

diharapkan dapat terus dilaksanakan secara bertahap.

15
BAB III

MASALAH PENYULUHAN PERTANIAN

A. MASALAH PERILAKU

Dari hasil sintesa Programa Penyuluhan Pertanian Nasional Tahun 2017

secara umum permasalahan perilaku yang dihadapi para pelaku utama, pelaku

usaha dan petugas masing-masing sub sector sebagai berikut :

1. Tanaman Pangan

a. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) pelaku utama dan

petugas dalam penerapan komponen teknologi Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) padi, PTT jagung dan teknologi PTT kedelai;

b. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan sikap pelaku utama dan

petugas dalam optimalisasi pemanfaatan lahan yang ada;

c. Keterbatasan pengetahuan keterampilan, sikap pelaku utama dan petugas

dalam pengelolaan jaringan irigasi;

d. Keterbatasan pengetahuan keterampilan, sikap pelaku utama dan petugas

dalam pemanfaatan alsintan;

e. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) pelaku utama dan

petugas dalam pengembangan produksi ubikayu dan ubijalar:

f. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) pelaku utama dan

petugas tentang pemanfaatan sumber daya di lingkungannya;

g. Keterbatasan pengetahuan keterampilan, sikap pelaku utama dan petugas

dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas olahan komoditi tanaman pangan

(padi, jagung, kedelai, umbi);

16
h. Keterbatasan pengetahuan keterampilan, sikap utama dan petugas dalam

mengakses pasar;

i. Keterbatasan pengetahuan keterampilan, sikap pelaku utama dan petugas

dalam mengakses sumber modal;

j. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan, sikap pelaku utama dan petugas

dalam memanfaatkan sumber daya di lingkungannya dalam peningkatan

pangan dan gizi bagi keluarga.

2. Peternakan

a. Belum optimalnya pengetahuan, keterampilan dan sikap pelaku utama dalam

pengembangan pembibitan, budidaya ternak sapi/kerbau, penyediaan pakan,

padang penggembalaan, pelayanan, kesmavet dan pasca panen, pelayanan

kesehatan hewan, pengolahan (hasil ternak dan limbah) dan pemasaran;

b. Kurangnya pengetahuan, keterampilan dan sikap pelaku utama (peternak)

dalam pemanfaatan pos IB dan poskeswan;

c. Masih kurangnya pengetahuan pelaku utama (peternak) tentang tanda-tanda

birahi dan optimalisasi melalui singkronisasi birahi;

d. Masih rendahnya pengetahuan pelaku utama/peternak dalam pemanfaatan

pakan lokal;

e. Kurangnya pengetahuan pelaku utama/peternak dalam penanggulangan

penyakit gangguan reproduksi;

f. Masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaku utama dan

kesadaran stakeholders dalam penyediaan pangan asal ternak yang ASUH

(aman, sehat, utuh, dan halal);

17
g. Pengetahuan, keterampilan dan sikap pelaku utama masih terbatas dalam

mengelola benih/bibit ternak yang berkualitas serta pemamfaatan

sumberdaya local;

h. Kurangnya kesadaran pelaku utama dan stake holder dalam pengendalian

dan penanggulangan penyakit hewan menular dan penyakit zoonosis;

i. Masih terbatasnya pengetahuan pelaku utama dan stake holder dalam Hama

Penyakit Hewan Menular;

j. Masih terbatasnya pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam

mendiseminasikan inovasi teknologi bidang peternakan bagi

petugas/penyuluh dan pelaku utama;

k. Belum optimalnya pengetahuan, keterampilan dan sikap pelaku utama dalam

pengembangan meningkatkan produksi daging (ruminansia kecil dan non

ruminansia), susu dan telur;

l. Ketergantungan pakan pabrik dengan harga yang tinggi;

m. Masih lemahnya kelembagaan kelompoktani ternak dalam hal penangkaran

bibit ternak ruminansia kecil dan non ruminansia;

n. Masih lemahnya kepemimpinan dan kewirausahaan pelaku utama;

o. Posisi tawar petani/peternak masih rendah dalam kemitraan usaha;

p. Program peningkatan produksi pangan nasional asal ternak belum terpenuhi;

Rincian permasalahan masing-masing sub sektor dapat dilihat dalam sintesa

programa penyuluhan tahun 2017 terlampir.

18
B. MASALAH NON PERILAKU

Dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian terdapat masalah non perilaku dalam

memfasilitasi pelaku utama dan pelaku usaha yang dikelompokkan dalam aspek-

aspek sebagai berikut :

a. Kelembagaan

1) Belum terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) tentang kelembagaan

penyuluhan;

2) Masih belum terbentuknya kelembagaan penyuluhan pertanian di

kabupaten/kota sehingga berakibat pada :

a. Koordinasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian kurang berjalan

dengan baik;

b. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian kurang efektif, karena fungsi

penyuluhan masih bercampur dengan fungsi pengaturan dan pelayanan;

3) Belum semua kecamatan memiliki BPP/lembaga yang menangani

penyuluhan;

4) Masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi

petani

b. Ketenagaan

1) Kebijakan “satu desa satu penyuluh” belum terpenuhi sehingga belum semua

kebutuhan petani bisa dilayani

2) Mekanisme dan tata hubungan kerja penyuluhan pertanian di berbagai

tingkatan belum tertata dengan baik, sehingga penyelenggaraan penyuluhan

pertanian belum terintegrasi dan bersinergi dengan baik;

19
3) Masih rendahnya kompetensi dan profesionalisme Penyuluh Pertanian

4) Kurangnya intensitas diklat dalam rangka peningkatan kompetensi Penyuluh

Pertanian;

5) Kurang lebih 3000 orang penyuluh pertanian pada tahun 2017 memasuki

usia pensiun

c. Penyelenggaraan

1) Penyusunan dan pelaksanaan programa penyuluhan pertanian belum efektif

dan sesuai dengan kebutuhan lapangan;

2) Penyelenggaraan penyuluhan pertanian belum berjalan sesuai prinsip-prinsip

partisipatif;

3) Belum optimalnya dukungan prasarana dan sarana penyuluhan pertanian

4) Materi dan metode penyuluhan pertanian belum sepenuhnya mendukung

pengembangan agribisnis komoditas unggulan di daerah;

5) Belum optimalnya transfer teknologi dari sumber informasi/teknologi kepada

petani, sesuai dengan kebutuhan yang spesifik lokalita;

6) Pembiayaan penyuluhan pertanian yang bersumber dari pemerintah, provinsi

dan kabupaten/kota baik melalui dana dekonsentrasi, Dana Alokasi Khusus

(DAK), Dana Alokasi Umum (DAU), APBN, maupun kontribusi dari pelaku

utama dan swasta masih terbatas;

7) Terjadinya pengalihan penggunaan DAU untuk tunjangan fungsional

Penyuluh Pertanian dan kegiatan operasional penyuluhan pertanian pada

kegiatan lain;

20
8) Kurangnya dukungan pemerintah daerah dalam penyediaan, pembiayaan

pelaksanaan penyuluhan pertanian di daerah

d. Kerjasama

1) Kurangnya koordinasi dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian di

lapangan

2) Kurang intensifnya pembinaan dari dinas/instansi terkait terhadap

pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan petani dan kelembagaan

ekonomi petani.

21
BAB IV

RENCANA KEGIATAN PENYULUHAN

Sebagai upaya untuk memecahkan masalah-masalah tersebut diatas, maka pada

tahun 2018 di tingkat pusat akan diselenggarakan kegiatan-kegiatan penyuluhan

pertanian, sebagai berikut:

A. RENCANA KEGIATAN PENYULUHAN UNTUK PERUBAHAN PERILAKU

1. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Penyuluhan

a. Temu teknis pimpinan kelembagaan penyuluhan tingkat kecamatan sebanyak

1 paket

b. Pemberian penghargaan bagi Balai Penyuluhan terbaik, sebanyak 1 paket

c. Koordinasi pimpinan kelembagaan penyuluhan, kelembagaan teknis dan

kelembagaan litbang, sebanyak 1 paket

2. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Petani

a. Apresiasi pengurus kelembagaan petani dan penyuluh pertanian (Rembug

Tani)

b. Apresiasi pengurus kelembagaan Posluhdes dan penyuluh pertanian, 1 kali

c. Apresiasi pengurus kelembagaan ekonomi petani dan penyuluh pertanian

dalam penumbuhan dan pengembangan kelembagaan ekonomi petani,

sebanyak 1 kali

d. Apresiasi pengembangan jejering dan kemitraan usaha kelembagaan

ekonomi petani (padi, jagung, kedelai, hortikultura, sapi, tebu) bagi pengurus

kelembagaan ekonomi petani dan penyuluh pertanian, 6 paket

22
e. Apresiasi pengembangan jejering dan kemitraan usaha kelembagaan

ekonomi petani (padi, jagung, kedelai, hortikultura, sapi, tebu) bagi pengurus

kelembagaan ekonomi petani dan penyuluh pertanian, akan dilaksanakan

sebanyak 6 kali. Koordinasi dengan pimpinan kelembagaan petani tingkat

nasional, 1 paket

f. Pemberian penghargaan bagi petani dan gapoktan berprestasi

g. Pemberian penghargaan bagi kelembagaan ekonomi petani berprestasi

3. Peningkatan Kapasitas Ketenagaan Penyuluhan

a. Apresiasi Cyber Extension

b. Apresiasi peningkatan kapasitas THL-TBPP

c. Pembinaan penyuluh PNS dan THL-TBPP

d. Pengembangan profesionalisme penyuluh pertanian

e. Fasilitasi penumbuhan dan pengembangan penyuluh pertanian swadaya

f. Lomba karya tulis inovasi teknologi bagi penyuluh pertanian

g. Fasilitasi Komisi Penyuluhan Pertanian Nasional (KPPN)

h. Koordinasi komisi penyuluhan pertanian provinsi

i. Bimbingan teknis tim penilai Jabatan Fungsional penyuluh

j. Fasilitasi tim penilai angka kredit penyuluh

k. Pemberian penghargaan bagi penyuluh pertanian PNS, penyuluh swadaya,

dan THL-TBPP Teladan

l. Aspresiasi peningkatan kapasitas THL-TBPP

m. Apresiasi peningkatan kapasitas penyuluh pertanian PNS

n. Pembinaan penyuluh pertanian PNS dan THL-TBPP

23
o. Pengembangan profesionalisme penyuluh pertanian

p. Pengembangan profesionalisme staf

q. Fasilitasi penumbuhan dan pengembangan penyuluh pertanian swadaya

4. Optimalisasi Penyelenggaraan Penyuluhan

a. Penerbitan majalah ekstensia

b. Pengembangan dan penyusunan materi Cyber Extension

c. Penyebaran materi melalui cetak (Brosur,Leaflet, Poster, Folder, Liptan

d. Penyuluhan, penyusunan dan penyebaran informasi melalui media

e. Pemberdayaan kelompoktani

f. Pengawalan dan pendampingan SL-PTT

g. Layanan tabloid bagi penyuluh pertanian PNS

h. Layanan majalah pertanian bagi kelembagaan

i. Dokumen pemantapan system penyuluhan pertanian

j. Penyediaan sarana dan prasarana penyuluhan pertanian

k. Penyusunan programa

l. Apresiasi Cyber Extension

Adapun materi yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan pertanian

sebagai berikut :

a. Tanaman Pangan

 SRI

 Pengelolaan jaringan irigasi

 Penumbuhan UPJAmandiri untuk optimalisasi pengelolaan alsintan

 Pengembangan ubi kayu dan ubi jalar

24
 Percepatan penganekaragaman komsumsi (P2KP)

 Penguatan kebun bibit inti (KBI) dan kebun bibit desa (KBD)

 Promosi percepatan penganekaragaman komsumsi (P2KP) berbasis

pangan local

 Revitalisasi RMU

 Fasilitasi agroindustri tepung berbasis sumberdaya local

 Fasilitasi agroindustri teknologi produk pangan fungsional (beras

beryodium, beras berindeks glikemik rendah) jagung

 Teknologi tepung kasava fermentasi

 Teknologi tepung jagung fermentasi

 Teknologi pengolahan aneka umbi untuk pati dan tepung

 Teknologi pembuatan beras jagung termodifikasi

 Teknologi produksi nasi instan

 Teknologi pengolahan pangan fungsional kaya serat (25%) dan

antioksidan berbasis bekatul dan gambir teknologi pembuatan snack

berbasis tepung ubi jalar berkalori tinggi untuk daerah rawan bencana

 Fasilitasi sarana dan kelembagaan pasar tani

 Fasilitasi sarana dan kelembagaan STA

 Fasilitasi sarana dan kelembagaan pemasaran untuk poktan/gapoktan

 Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)

 Pengembangan lumbung pangan masyarakat

 Kredit program KKP-E, KUR, KPEN-RP dan KUPS

 PUAP

25
 Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan

 Pengembangan Desa Mandiri Pangan

b. Peternakan

 Pembibitan ternak ruminansia besar (sapidan kerbau)

 Integrasi sapi potong dengan tanaman pangan

 Integrasi sapi potong dengan kelapa sawit

 Integrasi sapi potong dengan kelapa karet

 Integrasi sapi potong dengan tebu

 Pengolahan limbah ternak ruminansia besar

 Pemasaran ternak

 Pemberdayaan pos IB, pusat pelayanan kesehatan hewan (puskeswan)

 Pembedayaan kelembagaan tani (kelompok ternak)

 Pemahaman tanda-tanda birahi dan optimalisasi kelahiran melalui

singkronisasi birahi

 Peningkatan kualitas pakan

 Pengolahan/pengawetan pakan ternak

 Padang penggembalaan

 Penanaman rumput hijauan pakan ternak (HPT) berkualitas

 Pengelolaan limbah ternak

 Penanggulangan penyakit gangguan reproduksi

 Penyediaan pangan asal ternak yang ASUH (daging, telur, dan susu)

 Peningkatan kuantitas dan kualitas benih/bibit sapi/kerbau local

26
 Penyelamatan/penjaringan dalam pengendalian sapi/kerbau betina

produktif

 Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular dan penyakit

zoonosis (rabies, brosillosis, hog cholera, anthrax dan Al)

 Mencegah tersebarnya hama penyakit hewan menular dari suatu area ke

area yang lain kedalam suatu wilayah

 Teknologi pakan ternak berbasis spesifik lokasi, teknologi budidaya ternak,

teknologi veterriner (diagnosis, dan epidemiologi)

 Bibit/benih sapidan kerbau unggul, teknologi reproduksi

 Budidaya ruminansia kecil dan non ruminansia

 Integrasi ternak ruminansia kecil dan non ruminansia dengan tanaman

(tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura)

 Budidaya ternak kecil

 Pengolahan daging sapi, ayam, susu

 Pengolahan pakan local

 Penataan kelembagaan kelompok tani ternak dalam penangkaran bibit

ternak ruminansia kecil dan non ruminansia

 Kepemimpinan dan kewirausahaan

 Etika dan berbisnis

 Akses permodalan

 Pengembangan dan jejaring usaha kemitraan

 Kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan tani

27
B. KEGIATAN PENYULUHAN NON PERILAKU

1. Kelembagaan Penyuluhan

a. Penyelesaian Peraturan Presiden Tindak Lanjut UU No. 16/2006 dan

Peraturan-Peraturan lainnya;

b. Pengembangan Database Kelembagaan Penyuluhan Pertanian;

c. Pembinaan, Pengawalan dan Pendampingan Kelembagaan Penyuluhan

Pertanian (Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan);

d. Fasitasi wadah koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan;

e. Fasilitasi wadah Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan;

2. Kelembagaan Petani

a. Pengembangan Database Kelembagaan Petani dan Ekonomi Petani;

b. Pengawalan dan Pendampingan Kelembagaan Petani dan Posluhdes;

c. Apresiasi Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani;

d. Pengawalan dan pendampingan Penumbuhan dan Pengembangan

Posluhdes;

e. Pengawalan dan Pendampingan Kelembagaan Ekonomi Petani;

3. Ketenagaan Penyuluhan

a. Pengembangan database ketenagaan penyuluhan pertanian;

b. Pengadaan buku kerja penyuluhan pertanian;

c. Pengawalan dan pendampingan penyuluh pertanian di sentra produksi tebu,

hortikultura dan sapi;

d. Pendampingan/wilayah kerja penyuluh pertanian pusat,

e. BOP penyuluh pertanian PNS dan THL-TBPP

28
4. Penyelenggaran Penyuluhan

a. Pertemuan penyusunan rencana kerja dan evaluasi penyelenggaraan dalam

rangka pemantapan system penyuluhan pertanian

b. Administrasi kegiatan

c. Pengawalan dan pendampingan Cyber Extension

d. Penyelenggaraan Penas

e. Pengawalan dan pendampingan demfarm padi, jagung

f. Koordinasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian

g. Kerjasama pengembangan penyuluhan

h. Pengendalian penyelenggaraan pemantapan system penyuluhan pertanian

melalui dana dekonsentrasi

i. Monitoring dan evaluasi penyelenggaran penyuluhan pertanian

j. Pengawalan dan pendampingan penyuluhan di lokasi SL-PTT

k. Penyusunan program pengembangan penyuluhan pertanian

m. Pengembangan profesionalisme

o. Apresiasi simluh

q. Penyediaan sarana prasarana penyuluhan pertanian (Mobil unit penyuluhan

pertanian, kendaraan roda dua bagi penyuluh pertanian, alat pengolah data

cyber extension, alat bantu penyuluh pertanian berupa Soil tester)

r. Pendampinan wilayah kerja penyuluh pertanian

29
BAB V

PENUTUP

Programa penyuluhan pertanian desa Wanio Timoreng tahun 2018 ini diharapkan

dapat dijadikan acuan bagi penyelenggaraan penyuluhan pertanian di kecamatan

Panca Lautang dalam merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, memantau dan

mengevaluasi kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian yang telah disepakati bersama di

wilayah kerja masing-masing.

Selanjutnya programa penyuluhan pertanian desa wanio timoreng tahun 2018 ini

diharapkan dapat dijabarkan pelaksanaannya dalam Rencana Kerja Tahunan bagi para

Penyuluh Pertanian di Kecamatan Panca Lautang dalam mendukung empat sukses

pembangunan pertanian dan sekaligus bahan perencanaan penyusunan anggaran

tahun 2018.

30
Sebagai penjabaran dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Pertanian Jangka

Panjang (RPJP) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2010-2015, Pemerintah telah menetapkan Sasaran

Pembangunan Ekonomi pada RPJMN ke-2 (2010-2015), yaitu: (1) pertumbuhan

ekonomi rata-rata 6,3-6,8% per tahun, (2) inflasi rata-rata 4-6%, (3) tingkat

pengangguran (terbuka) 5-6% pada akhir tahun 2015, dan (4) tingkat kemiskinan 8-

31
10% pada akhir tahun 2015. Selanjutnya RPJMN 2010-2015 tersebut menetapkan

sasaran pembangunan pangan berupa pertumbuhan komoditas utama, yaitu

produksi padi (3,22% per tahun).

Sektor pertanian memainkan peran yang strategis dalam perekonomian

nasional melalui kontribusinya yang nyata terhadap: (1) penyediaan pangan bagi

240 juta penduduk, (2) penyediaan bahan baku industri, (3) penyediaan pakan dan

bio-energi, (4) penyediaan lapangan pekerjaan, (5) produk domestic bruto, (6)

ekspor dan devisa Negara, (7) peningkatan pendapatan masyarakat tani, dan (8)

pelestariaan lingkungan hidup. Untuk itu, selama periode tahun 2010 – 2015,

Kementerian Pertanian telah menetapkan Empat Sukses Pembangunan Pertanian,

yaitu: 1) Pencapaian Swasembada Berkelanjutan, 2) Peningkatan Diversifikasi

Pangan, 3) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor, dan 4) Peningkatan

Kesejahteraan Petani, melalui sasaran-sasaran sebagai berikut :

1. Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan

a. Program Swasembada

1) Produksi kedelai naik 1,3 juta ton biji kering (2010) menjadi 2,7 juta ton biji

kering pada tahun 2015 (kenaikan rata-rata 20,05% per tahun)

2) Produksi gula naik dari 2,99 juta ton (2010) menjadi 3,1 juta ton pada

tahun 2015 (kenaikan rata-rata 2,36% per tahun) dan

3) Produksi daging sapi/kerbau naik dari 0,196 juta ton (2010) menjadi 0,534

juta ton karkas pada tahun 2015

b. Program swasembada berkelanjutan dengan sasaran peningkatan produksi

padi dari 66,68 juta GKG (2010) menjadi 76,57 juta ton gabah kering giling

32
(GKG) pada tahun 2015 (kenaikan rata-rata 3,55% per tahun) dan

peningkatan produksi jagung dari 19,8 juta ton menjadi 20,83 juta ton pada

tahun 2015 (atau meningkat 1,98% per tahun).

2. Peningkatan Diversifikasi Pangan

a. Konsumsi beras per kpita menurun sekurang-kurangnya 1,50% per tahun,

diiringi dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, buah-

buahan dan sayuran;

b. Skor pola pangan harapan naik dari 86,40 (2010) menjadi 93,30 (2015)

c. Konsumsi buah dan sayuran per kapita mendekati konsumsi standar dari

FAO (buah 64 kg/kapita/tahun dan sayuran 64,45 kg/kapita/tahun

3. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor

a. Tersertifikasinya semua produk pertanian organic, kakao fermentasi, dan ada

bahan olahan karet pada tahun 2015 (pemberlakuan sertifikat wajib);

b. Tersertifikatnya semua produk hortikultura unggulan nasional melalui

penerapan norma budaya yang baik (GAP/SOP);

c. Meningkatnya produk olahan yang diperdagangankan dari 20 % pada tahun

2010 menjadi 50% pada tahun 2015;

d. Meningkatnya produksi tepung-tepungan untuk mensubsitusi 20% gandum

(terigu) impor pada tahun 2015;

e. Terpenuhinya sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industry

coklat dalam negeri pada tahun 2015;

33
f. Meningkatnya surplus neraca perdagangan dari U$$ 24,30 miliar pada tahun

2010 menjadi U$$ 54,50 miliar pada tahun 2015

4. Peningkatan Kesejahteraan Petani

a. Pendapatan per kapita petani mencapai Rp.7,93 pada tahun 2015

b. Laju peningkatan pendapatan petani per kapita rata-rata mencapai 11,10%

per tahun

Pembangunan pertanian yang berkelanjutan memerlukan sumberdaya manusia

pelaku pembangunan pertanian yang berkualitas, andal, serta memiliki kemampuan

manajerial dan kewirausahaan, sehingga mampu membangun usaha dari hulu

sampai hilir dan mengorganisasi bisnis yang berdaya saing tinggi, serta mampu

berperan serta dalam melestarikan lingkungan hidup.Hal ini sejalan arah RPJM ke-2

(2010-2015) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali pembangunan

disegala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumberdaya

manusia, termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta penguatan daya saing perekonomian.

Untuk itu, sesuai amanah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), pemerintah pusat dan

daerah berkewajiban menyelenggarakan penyuluhan pertanian di setiap tingkatan

yang berintegrasi dengan pembangunan pertanian. Penyuluhan pertanian tersebut

meliputi aspek kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan, sarana dan prasarana

serta pembiayaan penyuluhan, serta diarahkan pada pengembangan pengetahuan,

34
keterampilan, kemampuan, serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha dalam

pengelolaan usaha berdasarkan prinsip-prinsip agribisnis.

Agar berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan, penyelenggaraan

penyuluhan tahun 2015 tersebut dilaksanakan berdasarkan programa penyuluhan

tahun 2015 sebagai arah, pedoman, serta alat pengendali pencapaian tujuan

penyelenggaraan penyuluhan, dan sekaligus sebagai acuan bagi para penyuluh

pertanian pada masing-masing tingkatan dan menjabarkannya kedalam Rencana

Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian.

Sesuai amanah Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang SP3K, programa

penyuluhan disusun dengan memperhatikan keterpaduan dan kesinergiaan

programa penyuluhan pada setiap tingkatan, sehingga saling selaras, dan tidak

bertentangan satu sama lain. Keterpaduan mengandung maksud bahwa programa

penyuluhan pertanian tingkat desa/kelurahan disusun dengan memperhatikan

programa penyuluhan pertanian tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat

propinsi dan tingkat nasional, dengan berdasarkan pada kebutuhan pelaku utama

dan pelaku usaha.Adapun kesinergiaan dimaksudkan bahwa programa penyuluhan

pertanian pada tiap tingkatan mempunyai hubungan yang bersifat mendukung.

Usaha intensifikasi pertanian merupakan mata pencaharian pokok dan utama

masyarakat diwilayah Desa wanio timoreng Kecamatan Panca Lautang yang

mendukung kebijaksanaan operasional pembangunan daerah, strategi dasar

pembangunan yang mengarah pada pembahasan pola pikir, perwilayahan

komoditas dan petik olah jual.

35
Kebijaksanaan dasar tersebut akan ditempuh langkah-langkah melalui usaha pokok

intensifikasi pertanian yang mengarah pada pembangunan pertanian yang

berwawasan agribisnis dan agroindustri dengan pengembangan pola kemitraan

antara kelompoktani, swasta dalam rangka peningkatan kualitas dengan jumlah

yang cukup sesuai kebutuhan pasar.

Penyusunan programa penyuluhan di Tingkat Kelurahan merupakan suatu rencana

yang mengatur suatu kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu

untuk mencapai suatu tujuan dari keputusan ini diprioritaskan pembangunan

pertanian secara terpadu dengan berbagai rangkaian kegiatan dan selanjutnya

dimanfaatkan oleh penyuluh pertanian ditingkat lapangan dalam penyusunan

rencana kerja.

Programa penyuluhan pertanian merupakan cermin kegiatan antara petani dan

kebijakan pemerintah yang membahas tentang permasalahan yang bersifat perilaku

dengan berbagai metode yang akan digunakan untuk tujuan yang diinginkan

Penyusunan programa penyuluhan pertanian dilakukan secara partisifatif untuk

mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha.

Pelaksanaan Penyuluhan Pertanianyang disusun harus dapat mencerminkan

prinsip Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian sebagai keputusan bersama-

sama antara penyuluh pertanian dengan kelompok tani dan Gapoktan.

Tujuan penyusunan programa penyuluhan pertanian Tahun 2015 oleh Penyuluh itu

sendiri adalah agar hasil penyuluhan pertanian bisa lebih berdaya guna dan berhasil

guna.Untuk terlaksananya kegiatan Penyuluhan Pertanian secara berdayaguna dan

36
berhasil guna, maka tindak lanjut dari programa penyuluhan yaitu Rencana Kegiatan

Penyuluhan Pertanian dalam wilayah Desa wanio timoreng Kecamatan Panca Lautang

yang memadukan aspirasi petani dan potensi wilayah dalam Program Dinas Pertanian

dan Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan serta kebijakan Pemerintah Pusat

maupun Daerah dengan tetap mengacu pada Surat Keputusan Menteri Pertanian

Nomor: 25 / PERMENTAN/ OT. 140/ 5/ 2009 Tanggal 13 Mei 2009 Tentang Pedoman

Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

2009 tentang Pembiayaan,Pembinaan,Pengawasan Penyuluhan Pertanian,Perikanan,

Kehutanan tanggal 8 Juni 2009, maka Programa Penyuluhan Pertanian diharapkan

dapat menghasilkan kegiatan Penyuluhan Pertanian spesifik Lokalita yang strategis.

memberikan dukungan sekaligus alat pengendali pencapaian Empat Sukses

Pembangunan Pertanian periode 2011 – 2015 yaitu: 1) swasembada jagung,

kedelai, daging sapi/kerbau dan swasembada beras berkelanjutan, 2)

diversifikasi pangan; 3)nilai tambah, daya saing dan ekspor produksi pertanian;

dan 4) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

37
I. KEADAAN UMUM WILAYAH

1. LETAK GEOGRAFIS DAN KETINGGIAN TEMPAT


1.1. Letak Georafis

Kecamatan Panca Lautang terletak antara 3o43 -4o 09 Lintang


Selatan dan 119o 10 Bujur Timur dengan topografi datar.

Desa wanio timoreng merupakan salah satu Kelurahan dari enam


Kelurahan dan lima desa yang ada di kecamatan Panca Lautang yang
terletak kurang lebih 2 Km disebelah Timur kota Pangkajene dengan batas-
batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Wala


- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bacu bacue
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanete
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Rijang Pittu

1.2. Ketinggian Tempat

Luas Desa wanio timoreng adalah 4,80 km2 dan terletak pada
ketinggian < 500 meter dari permukaan laut.

2. IKLIM

Desa wanio timoreng mempunyai dua musim yaitu Musim Hujan


(musim rendengan) yaitu terjadi pada bulan Oktober-Maret dan Musim
Kemarau (musim gadu) terjadi pada bulan April-September.

Curah hujan tahunan rata-rata 131,58 mm dengan jumlah hari hujan


85 hari. Suhu rata-rata 27o C dengan posisi seperti ini , maka Wilayah Desa
wanio timoreng bertype iklim A dan C (Menurut Schmith dan Ferguson).

2.1. JENIS TANAH

38
Jenis tanah yang ada di Desa wanio timoreng adalah Alluvial
CoklatKehiataman, tanah berpasir,. pH tanah antara 5,5 – 6,5. Lempung

3. WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAN JUMLAH PENDUDUK


3.1. Wilayah Administrasi Pembangunan
Secara administratif luas wilayah Desa wanio timoreng adalah
403,39Ha

3.2. Penduduk

Jumlah penduduk Desa wanio timoreng adalah 3.451 orang yang


terdiri dari laki –laki sebanyak 1.689 orang dan perempuan sebanyak 1.762
orang, dan Jumlah Kepala Keluarga adalah 809 orang

4. POTENSI LAHAN MASING-MASING SUB SEKTOR


4.1. Tanaman Pangan dan Hortikultura

Potensi lahan untuk kegiatan Sub Sektor Tanaman Pangan komoditi


padi sawah cukup luas dan ditunjangoleh sarana dan prasarana yang
memadai. Potensi luas baku.

Sawah yang dapat ditanami padi adalah seluas 389,05 Ha teknis,


81,85 Ha tadah hujan, pekarangan 47,25 ha dan lainnya 0,60 Ha. Untuk
tanaman Palawija dan hortikultura seperti bawang merah, cabe, sayur –
sayuran biasanya ditanami pada pematang sawah, pinggiran saluran
pembuangan air.

4.2. Peternakan

Jenis ternak yang dominan dikembangkan di Desa wanio timoreng


adalah ternak ayam buras,itik, dan kambing. Untuk ternak besar seperti sapi
dan kuda masih dalam skala yang sangat kecil areal padang rumput tidak
ada.

39
4.3. Perikanan

Potensi lahan yang digunakan untuk pengembangan usaha perikanan


adalah system mina padi yang dilaksanakan oleh petani.

4.4. Perkebunan

Bidang perkebunan yang dikembangkan oleh petani adalah tanaman


kelapa dan masih diusahakan dalam pola pekarangan/skala rumah tangga.

5. KELEMBAGAAN

Untuk menyukseskan pembangunan pertanian di Desa wanio timoreng,


maka kelembagaan kelompok tani sangat mendukung keberadaannya.Dalam
mendukung aktivitas dilapangan, maka peranan kelompok tani sangat penting.
Berdasarkan inventarisasi, jumlah kelompok tani yang terbentuk di Desa wanio
timoreng10kelompok dengan perincian yang lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 1
sebagai berikut:

No. Kelompok Tani Pemula Lanjut Madya Utama


1. Tenrisa’na - V - -
2. Pallaoruma - V - -
3. Sukamaju - V - -
4. Sipakainge - V - -
5. Makkaritutue - V - -
6. Makkaritutue II - V - -
7. P3A Sejahtera - V - -
8. P3A Sipakainge - V - -
9. PemudaT.Tunas V V - -
10. Harapan V - - -
Wanita T. Mawar

Jumlah 2 8 - -

40
Selain kelembagaan kelompok tani seperti diatas, maka untuk menyukseskan
usahatani,maka terdapat pula kelembagaan pembinaan dan pelayanan seperti
pada tabel 2 berikut ini:

No. Penyuluhn Bank Koperasi Kios Balai


Pertanian/Peternakan Unit Unit Desa Sarana Penyuluh
Desa Produksi Pertanian
1 1 - - 1 -
2 1 - - - -
Jumlah 2 - - 1 -

6. KEADAAN EKONOMI

Peranan Sektor Pertanian dalam perekonomian di Desa wanio timoreng


masih dominan dengan usahatani padi sebagai komoditas utama berhasil tidaknya
panen di Kabupaten Sidenreng Rappang ini sangat mempengaruhi perekonomian
daerah ini, namun dimaklumi bahwa sektor industri/jasa. Oleh Karena itu pertanian
yang berwawasan industri (Agroindustri) dan berwawasan agribisnis (jasa
perdagangan) sangat diperlukan agar pelaku sektor ini tidak tertinggal dari sektor
lain yang menompang pembangunan perekonomian masyarakat antara lain:

6.1. Sub Sektor Tanaman Pangan

Dalam menopang perekonomian di Daerah sektor Pertanian


Tanaman Pangan ditopang oleh petani lahan sawah seluas 310,60 ha
dengan produktivitas 70-80 kw/ha dengan rata-rata75 kw/ha, Sedangkan
luas panen tiap tahun seluas 310,60 ha dengan produksi 11.803,05 ton
gabah kering panen, dengan demikian sektor pertanian tanaman pangan
masih dominan dalam menentukan perekonomian daerah melalui Produk
Regional Domestik Bruto (PRB).

7. KEADAAN SOSIAL

41
Masyarakat petani Desa wanio timoreng adalah masyarakat yang religius
mewarnai kegiatan usaha tani, hal ini nampak dari acara-acara budaya dan
keagamaan yang terus mewarnai dan dijadikan landasan dalam menentukan
keputusan kegiatan untuk berusaha tani.

Acara kebersamaan dan gotong royong memberikan andil yang besar


dalam menentukan keberhasilan selama ini, hal ini nampak dalam acara Tudang
Sipulung yang merupakan acara rutin tiap menjelang musim tanam, dengan
Tudang Sipulung para petani, tokoh masyarakat dan pemerintah secara bersama-
sama tanpa memandang status sosial melakukan kegiatan yang bertujuan untuk
kepentingan masyarakat banyak utamanya petani kita sehingga keadaan sosialnya
bertambah baik.

II. KEBIJAKAN PEMERINTAH

1. Kebijakan Pemerintah Pusat

Potensi perekonomian nasional terutama dalam kondisi krisis saat ini


sangat banyak bertumpuk pada pengembangan sektor pertanian yang telah
nampak memberikan konstribusi yang positif dalam menunjang pembangunan
nasional untuk pengembangan sektor pertanian, pemerintah pusat telah
mengambil kebijaksanaan dalam upaya peningkatan produksi beberapa komoditi
unggulan dan komoditi stategis dalam suatu kegiatan mandiri yang meliputi :

a. Program surplus beras 20 juta ton


b. Program peningkatan surplus jagung 1,5 juta ,ton
c. Gerakan mandiri protein hewan (Gema Hortaina)
d. Gerakan indonesia menanam
- Gerakan sejuta pohon.
- Gerakan cinta pohon, penghijauan lingkungan.
e. Program peningkatan eksport hasil perikanan

2. Kebijakan Pemerintah Daerah

42
2.1. Perubahan Pola Pikir

Perubahan pola pikir sebagai kebijakan regional pada hirarkinya atau


urutannya adalah penyabaran dan kebijakan nasional dalam upaya
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) untuk dapat melaksanakan
pembangunan lebih profesional dan berwawasan lebih luas dengan
penerapan konsepsi kerja lebih efektif dan efisien dalam memanfaatkan
sumber daya alam (SDA). Manusia/Tenaga/IPTEK sehingga pembangunan
dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna secara berkesinambungan.

Sejalan dengan kebijakan ini untuk sektor pertanian diupayakan


melalui mutu sumber daya manusia (SDM) bidang pertanian baik sebagai
petani, sebagai pelaksana, maupun petugas yang terkait dalam
terselenggaranya pembangunan Pertanian sebagai wujud nyata dari
perubahan pola pikir bidang Pertanian seperti dibentuknya sentra produksi
padi dikawasan BOSOWASIPILU.Kebijakan tersebut pada dasarnya merubah
pola pikir dari skala usaha kecil menjadi skala usaha besar (Agribisnis).

2.2. Perwilayahan Komiditas

Bahwa pola dasar pembangunan Desa wanio timoreng tidak terlepas


dari pola dasar pembangunan kecamatan Panca Lautang yang mana
pembangunan jangka panjang dititik beratkan pada pembangunan dibidang
ekonomi dengan sasaran utama mempercepat tercapainya struktur ekomomi
nasional yang berimbang antara sektor pertanian dan sektor
lainnya.Pembangunan dibidang ekonomi ditujukan kepada peningkatan
produksi dan pemasaran yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
disertai pembagian pendapatan yang merata dalam mewujudkan keadilan
sosial serta mengurangi kesenjangan sosial antara kaya dan miskin .

Pembangunan sektor pertanian akan terus ditingkatkan dengan tujuan


meningkatkan produksi pada semua sektor pengembangan guna memenuhi
kebutuhan pangan, gizi, industri dalam negeri serta peningkatan eksport
pertanian. Disamping itu pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk

43
meningkatkan pendapatan petani memperluas kesempatan kerja mendorong
pemerataan berusaha mendukung pembangunan daerah melalui usaha
Intensifikasi,Diversifikasi, Rehabilitasi, dan Ekstensifikasi secara terpadu/serasi
dan tetap memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup
agar tercapai suatu pembangunan yang dapat berkelanjutan untuk generasi
yang akan datang. Untuk mendukung tujuan yang ingin dicapai, maka daya
dukung yang ada merupakan sumber daya manusia dan sumber daya alam
lebih didaya gunakan dan dimanfaatkan secara optimal. Kebijakan yang di
tempuh adalah upaya untuk meningkatkan produksi paling tidak
memperhatikan produksi yang telah dicapai untuk itu prioritas kegiatan yang
ditetapkan adalah lebih memantapkan penerangan paket teknologi teknologi
pertanian, meningkatkan intenstas pertanaman serta memecahkan masalah
atau kendala penunjang seperti KUT tidak berjalan lancar, permodalan petani
lemah, kurangnya peranan kelompok tani, kurang sehatnya KUD serta pola
pikir masyarakat yang masih perlu diperbaiki.

Selain pelaksanaan perwilayahan yang diandalkan juga tetap


dikembangkan komoditi lainnya yang sesuai agroklimat Desa wanio timoreng
pada masing-masing sub sektor pertanian.

2.3. Petik Olah Jual

Sebagaimana dengan komponen kebijakan Trikonsepsi yaitu


perubahan pola pikir, maka petik olah jual dimaksudkan sebagai upaya
perubahan perilaku petani dari kebiasaan menjual hasil produksi sebelum
diproses sehingga petani hanya sebagai unit produksi/penghasil tidak
mendapatkan nilai tambah dari pada yang dihasilkan sehingga pendapatan
petani relatif rendah.

Dengan kebijakan Petik Olah Jual ini perilaku petani dimotivasi untuk
memprosesing hasil sehingga dapat mengembangkan Industri
rumahtangga/skala kecil yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi keluarga

44
yang dapat memberi nilai tambah terhadap pendapatan dan kesejahteraan
petani sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara makro.

2.4. Gerakan Peningkatan Surplus Beras 2 Juta Ton dan Jagung 1,5 Juta Ton

Untuk mengantisipasi peningkatan eksport dan subtitusi import, maka


pemerintah telah merencanakan Peningkatan surplus beras 2 juta ton dan
jagung 1,5 juta ton sampai tahun 2015.

Adapun Komoditi tersebut antara lain :

a. Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan : Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi
Kayu.
b. Sub Sektor Peternakan : Sapi Potong, Kambing, Ayam Buras.
c. Sub Sektor Perikanan :Mina Padi, Kolam.
d. Sub Sektor Perkebunan : Kakao, Jambu Mente, Kopi dan Vanili.
e. Sub Sektor Kehutanan : Getah Pinus.

3. Agribisnis Dan Agroindustri

Pengembangan Pertanian pada periode jangka panjang tahap II diarahkan


pada Peningkatan Kesejahteraan Petani dan keluarganya, sebagai usahatani
diarahkan pada usahatani skala ekonomi dan penetapan konsep ekonomi dan
penerapan manajemen dalam berusahatani yang berorientasi kebutuhan pasar
dan kebutuhan maksimum, penerapan agribisnis pada pertanian rakyat berskala
kecil ditempuh melalui penerapan usahatani kelompok hamparan sehingga
berskala ekonomi/perusahaan.

Sejalan dengan pembangunan pertanian berasumsi usaha/bisnis, maka


perlu didukung oleh pembangunan industri bidang pertanian, baik terhadap industri
hulu untuk memenuhi kebutuhan seperti industri yang mendukung percepatan
proses produksi dan industri hilir yang menangani akhir pasca panen.

45
Agroindustri yang diperuntukkan untuk sektor pertanian diarahkan pada
peningkatan kualitas produksi untuk meningkatkan nilai tambah laba dan
pemenuhan bahan baku industri pangan maupun pakan ternak dan ikan.

III. TUJUAN DAN SASARAN

1. TUJUAN

Tujuan disusunnya programa penyuluhan pertanian, tahun 2015 adalah :

1. Menyediakan acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian bagi para


penyelenggara penyuluhan.
2. Menyediakan bahan penyusunan perencanaan pembangunanuntuk
disampaikan dalam forum Musrenbang tahun 2015.
3. Memberikan acuan bagi penyuluh pertanian tahun 2015.
4. Sebagai acuan para penyuluh dalam merumuskan dan melaksanakan
penyuluhan di lapangan dengan menghasilkan aspek :
a. Tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan para pelaku utama (petani).

46
b. Ketersediaan teknologi sarana dan prasarana serta sumber daya lain yang
mendukung kegiatan penyuluhan pertanian.
c. Tingkat kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) penyuluh
pertanian.
d. Situasi lingkungan fisik sosial dan bumi yang ada.
e. Alokasi pembiayaan.

2. SASARAN

Sasaran utama programa penyuluhan pertanian tahun 2015adalah :

2.1 Sub Sektor Tanaman Pangan


Program Sub Sektor Tanaman Pangan Desa wanio timoreng Tahun
2015 mengacu pada Sub Sektor TanamanPangan Swasembada Beras.

Sasaran Program Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan adalah


Intensifikasi Pertanian melalui perluasan areal pertanaman dan peningkatan
Indeks Pertanaman (IP) guna mendukung pencapaian sasaran Program
Surplus Beras 20 juta ton dan Jagung 2 juta ton. Hal ini dapat terwujud atas
bantuan sarana prasarana pendukung Pertanian melalui bantuan program
SLPTT, Program Pengembangan Ketahanan Pangan.

Adapun sasaran tanam program intensifikasi pertanian tanaman


Pangan tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.

Table 3. Sasaran Areal tanam Program Pertanian Tanaman Pangan 2015

No Komoditi Paket Tahun 2015

I. Padi ~ SL –PTT 310,60 Ha

Jumlah 310,60 Ha
.

47
IV. MASALAH

Dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian di Desa wanio timoreng


beberapa permasalahan secara umum yang dihadapi antara lain masalah yang sering
terjadi dalam Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) Desa wanio timorengantara
lain:

1. Distribusi air irigasi yang kurang merata, terutama pada saat


musimkemarau.
2. Masih ada saluran irigasi yang mengalami kerusakan/bocor
3. Penggunaan benih berlebel kurang (bila tidak ada bantuan benih )karena
tingkat kepercayaan terhadap kualitas benih.masih kurang

48
4. Penanaman bibit muda 10-15 HSS belum diterapkan petani, karena
dipengaruhi kurangnya tenaga tanam
4. Kurangnya penerapan pemupukan berimbang, terutama petani
penggarap
5. Penggunaan Pupuk Jenis Urea yang berlebihan
6. Kurangnya penggunaan pupuk organik (kompos)
7. Adopsi tehnologi budidaya yang lambat.
8. Penggunaan jarak tanam belum sepenuhnya sesuai anjuran
9. Petani belum sepenuhnya mematuhi anjuran PHT
10.Serangan OPT pada saat tertentu.
11.Fluktuasi harga dari hasil produksi terutama saat panen raya.
12.Kurangnya dinamika kelembagaan kelompok tani.
. 13.Penguatan modal kelompok dan administrasi kelembagaan yang masih
kurang berjalan oleh pengurus kelompok tani.
. 14.Pengembangan dan pemberdayaan poktan dan Gapoktan.

1. SUB SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN

Sesuai kondisi di Desa wanio timoreng dapat diterapkan Analisa Keadaan


(AK) antara lain :

AK.1. Tingkat optimalisasi pemanfaatan lahan masih rendah, dimana Sawah


Irigasi rata-rata Indeks Pertanaman (IP) baru mencapai 200 % .

AK.2. Meskipun rata-rata produktivitas Padi selalu meningkat namun masih


dibawah rata-rata produktivitas yang direncanakan.
AK.3. Kerusakan tanaman akibat Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dari
hama utama tikus, hal ini disebabkan karena penerapan pengendalian
hama terpadu (PHT) tingkat petani belum serempak pada semua sentra
produksi.
AK.4. Mutu produksi gabah belum sesuai standar yang ditetapkan Dolog karena
kurang pembinaan standarisasi mutu unit prosessing hasil tanaman pangan,
terutama bagi Pedagang atau Unit Penggilingan Kecil.

49
AK.5. Sumber daya manusia yang ada dalam keanggotaan kelompok tani tentang
hal penanggulangan organisme pengganggu tumbuhan masih terbatas, hal
ini karena belum semua petani dpat memenuhi dan meyakini manfaat
pertemuan kelompok.
AK.6. Penerapan paket teknologi pemupukan rekomendasi anjuran serta produksi
baru mencapai rata-rata penggunaan pada petani yaitu pupuk Urea 100 %,
SP 36, 50 %, NPK 50 %, ZA 30 %. Benih anjuran 70 %, Organik 25 % dari
rekomendasi Urea : 100 – 200 kg/ha, SP 36 : 50 – 100 kg/ha, NPK : 300 -
kg/ha, dan ZA : 50 kg/ha, Orgnik 500 – 1000 Kg/ha,
AK.7 Pergiliran varietas ditingkat usaha tani masih sangat kurang, hal
inidisebabkan karena fanatiknya petani pada varitas - varietas tertentu.
Jarak tanam yang selalu dianjurkan atau sesuai rekomendasi masih belum
sepenuhnya diterapkan khusunya jarak tanam sistim legowo 2 ; 1.
AK.8. Wawasan petugas/Penyuluh dalam pemahaman arah kebijakan
pembangunan pertanian berwawasan Agribisnis dan Agroindustri masih
lemah.
AK.9. Sumber Daya Manusia (SDM) kelompok tani sebagai unit produksi dalam
pengembangan usahatani belum mengalami peningkatan yang berarti
dibandingkan dengan percepatan pertumbuhanekonomi daerah.
AK.10. Kelompok tani belum dinamis dalam mencari informasi
pertanian yang menunjang usahataninya.Dan kegiatan belajar mengajar
dalam kelompk masih sangat minim.
AK.11. Diversifikasi usaha tani pada lahan sawah belum
dilaksanakan atas dasar pemahaman dan kesadaran petani sehingga
tingkat pendapatan yang diperoleh rendah.
AK.12. Tingginya harga saprodi dan kurangnya biaya oleh
petani akibat dari status petani sebagai petani penggarap.

50
V. CARA MENCAPAI TUJUAN

Programa penyelenggaraan penyuluhan Pertanian dapat dicapai dengan


berbagai cara/metode yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan pendanaan
dari beberapa sumber, baik dana proyek maupun dana swadaya atau pihak ke III (pola
kemitraan) yang dapat diupayaan untuk mencapai tujuan :

a. Peningkatan Koordinasi penyelenggaraan penyuluhanpertanian disamping


peningkatan frekuensi kegiatan anjang sana dan pertemuan kelompok.
b. Memantapkan kelembagaan Kelompoktani, Penyuluh, Bank, dan lain-lain.
c. Memantapkan penerapan paket teknologi anjuran guna peningkatan mutu
intensifikasi dan peningkatan produktivitas.
d. Memantapkan sentra-sentra produksi Tanaman Padi dengan melaksanakan
Intensifikasi dan Diversifikasi tanaman pada areal yang memungkinkan.
e. Pemantapan kemampuan petugas dan petani dalam penguasaan IPTEK dan
perbaikan Sumber Daya manusia Melalui Pelatihan dan kunjungan kelompok.

Sedangkan usaha peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani


umumnya dapat ditempuh melalui berbagai kombinasi metode dan kegiatan
pengelolaan pertanian separti pertemuan petani baik antar sesama petani, petani
dengan Pemerintah, petani dengan pengusaha maupun pertemuan lainnya. Metode
demonstrasi, pembinaan kelompok tani, Study Banding, Penyebaran Brosur/Leaflet atau
bahan cetakan lainnya, pemutaran Film, Pameran dan perlombaan antar kelompok
tani.Secara terinci kegiatan yang akan dilakukan tertuang dalam rencana kegiatan
penyuluhan pertanian Tahun 2015

51
VI. PENUTUP

Kegiatan penyuluhan pertanian yang dituangkan dalam programa penyuluh


pertanian Desa wanio timorengtahun anggaran 2015 ini akan efektif dan efisien dalam
mewujudkan perubahan perilaku petani kearah peningkatan produksi dan produktivitas
usahataninya, apabila dilaksanakan secara terpadu dengan aspek pengkajian, aspek
informasi, aspek komunikasi, serta aspek pengaturan dan pelayanan yang sesuai
dengan kondisi lapangan.

Oleh karena itu kegiatan penyuluhan pertanian adalah suatu proses mendidik
masyarakat petani, maka upaya perubahan partisipasi mereka harus dilakukan melalui
proses belajar mengajar sesuai kondisi wilayah dan lingkungannya antara aperatur
pemerintah harus senantiasa memberikan motivasi yang kuat secara optimal melalui
media dan metode yang cocok sehingga sasaran yang dituju dapat terwujud.

52
53

Anda mungkin juga menyukai