Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis
bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada
tahun 1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga
bagian dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan.
Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan
pendengaran yang berkurang, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini
disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimphpada telinga
dalam.

Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000
orang di dunia menderita penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang
berumur 40 tahun keatas dan tidak ada perbedaan yang berarti antara antara
jumlah penderita pria dan wanita. Prevalensi penyakit Meniere di beberapa
negara berbeda-beda, di Amerika terdapat 218 penderita dari 100.000
penduduk, di Jepang terdapat 36 penderita dari 100.000 penduduk, dan 8
penderita dari 100.000 penduduk terdapat di Italia.

Kelompok akan berusaha menjelaskan tentang sindrom meniere beserta


asuhan keperawatan yang diharapkan dapat berguna untuk mahasiswa dan
masyarakat pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Meniere Disease?
2. Apa penyebab meniere disease?
3.Bagaimana Patologi Meniere Disease?
4. Bagaimana manifestasi klinis meniere Disease?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Meniere Disease?

1
C. Tujuan
1. Untuk memgetahui Meniere Disease.
2. Untuk memgetahuipenyebab meniere disease.
3.Untuk memgetahui Patologi Meniere Disease.
4. Untuk memgetahui manifestasi klinis meniere Disease.
5. Untuk memgetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Meniere Disease.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penyakit Meniere

Pada Abad ke-19. Prosper meniere menulis tentang sindrom penyakit yang
dinamakan menurut namannya. Penyebab penyakinya masih tidak jelas. Diduga
adanya hidrops dalam sistem endolimfatik disebabkan oleh produksi endolimfa
yang terlampau tinggi didalam striavaskularis atau resoprsi yang terlalu rendah di
duktus dan sakus endolimfatikus. Stress merupakan penyebab penting timbulnya
penyakit serta mempunyai pengaruh penting terhadap frekuensi dan beratnya
serangan. Hydrops endolimfatik bisa juga timbl karena trauma atau peradangan.

Penyakit meniere ditandai oleh serangan vertigo, suara dengung dalam


telinga, dan gangguan pendengaran, serta sering ada gelaja vegetatif, seperti rasa
mual dan muntah. Pada awalnya gangguangan pendengaran hannya timbul pada
waktu terjadi serangan, yang kemudian mereda kembali. Lama-kelaman
pendengarannya tidak kembali normal dan terjadi tuli permanen.

B. Etiologi

Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui


secara pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini
dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam
fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu
keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga
mengakibakan dilatasi dari skala media. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe
sampai saat ini belum dapat dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai
penyebab terjadinya hidrops, antara lain :

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri


2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi
penimbunan endolimfa

3
5. Infeksi telinga tengah
6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas
7. Trauma kepala
8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan
10. Infeksi virus golongan herpesviridae
11. Herediter

Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan


penyakit Meniere:

1. Virus Herpes (HSV)

Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan
bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada
sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan juga pada pasien
Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini
belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih
lanjut.

2. Herediter

Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang
menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai
hubungan dengan kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan
dalam sistem imunnya.

3. Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi
terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah
sebagai berikut :
 Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang
dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan
tertentu.

4
 Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan
filtrasi dari sakus endolimfatikus
 Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan
hidrops dari sakus endolimfatikus
4. Trauma kepala
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu
aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan
adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal.

5. Autoimun
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan
merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada
tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi
ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita
penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada
fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat
penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang
melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 %
penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid.
Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 %
pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada
pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi
antiphospholipid dan Anti Sjoegren.
C. Patologi

Serangan penyakit meniere ditandai oleh ketidakseimbangan antara sekresi


dan absorpsi cairan endolimfatik yang menyebabkan penumpukan cairan di dalam
koklea. Akibatnya terjadi peningkatan tekanan endolimfatik didalam duktus koklea.
Pada saat permulaan, proses yang terjadi masih reversibel, tetapi dengan
berulangnya proses, menimbulkan degenerasi sel-sel rambut koklea yang
merupakan organ ahkir pendengaran

5
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan
perubahan pada morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam
skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea (helikotrema). Sakulus juga
mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala
media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah
dan basal koklea.

Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada


kompartemen endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur membran
Reissner sehingga endolimfe bercampur dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan
gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah membrana kembali
menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya serangan.

Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel
disebabkan oleh distorsi yang besar pada daerah yang luas dari membrana basiler
pada saat duktus koklear membesar ke arah skala vestibuli dan skala timpani.

Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan


disebabkan terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea
pada kanal ampula. Penonjolan kanal ampula secara mekanis akan memberikan
gangguan terhadap krista. Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat
serangan mungkin disebabkan tingginya tekanan endolimfatikus.

D. Gambaran klinis
Penyakit meniere ditandai dengan kehilangan pendengaran dan tinitus
(berdenging) yang berfuktuasi, vertigo episodik, dan rasa penuh dalam telinga.
Setelah beberapa tahun, timbul ketulian yang progresif dan menetap. Tidak ada
pengobatan yang efektif. Pengobatan dengan diuretik berhasil pada beberapa
pasien atau sebaliknya. Tindakan bedah dapat dilakukan untuk menurunkan
tekanan.
Sifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode
aktif/serangan yang bervariasi lamanya yang diselingi dengan periode remisi

6
yang lebih panjang dan juga bervariasi lamanya. Pola serangan dan remisi pada
individu tidak dapat diramalkan, walaupun gejala berkurang setelah beberapa
tahun. Pada saat serangan biasanya terdapat trias Meniere yaitu vertigo, tinitus,
dan gangguan pendengaran. Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa penuh
atau tertekan pada telinga yang dirasakan penderita selama berjam-jam, berhari-
hari, atau berminggu-minggu. Namun sensasi ini terlupakan karena adanya
serangan vertigo yang hebat yang timbul tiba-tiba disertai mual dan muntah.
Terdapat adanya kurang pendengaran yang hampir tidak dirasakan pada telinga
yang bersangkutan karena genuruh tinitus yang timbul bersamaan dengan
vertigo. Episode awal biasanya berlangsung selama 2-4 jam, setelah itu vertigo
mereda, meskipun pusing (dizziness) pada gerakan kepala menetap selama
beberapa jam. Pendengaran membaik dan titnitus berkurang, tetapi tidak
menghilang dengan redanya vertigo.
Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama periode ini penderita mungkin
hanya merasakan tinitus yang bergemuruh. Gejala-gejala ini kemudian diselingi
oleh episode vertigo spontan lain yang mirip dengan yang pertama dengan
derajat yang lebih ringan. Frekuensi serangan ini bervariasi, tetapi biasanya
timbul sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu, atau sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu bulan. Pada kasus-kasus berat dapat timbul serangan setiap
hari. Biasanya setelah periode tersebut, yang dapat berlangsung beberapa
minggu, terjadi remisi spontan atau akibat pengobatan, yang pada waktu itu
gejala hilang sama sekali, kecuali gangguan pada pendengaran pada telinga yang
bersangkutan. Namun fase remisi tersebut ternyata tidak permanen, dapat terjadi
pengulangan fase akut seperti sebelumnya yang timbul dalam beberapa bulan.
Sementara pola aktif dan remisi berjalan, gejala pada periode akut melemah oleh
karena hilangnya secra bertahap kemampuan organ akhir dalam memberikan
respon akibat degenerasi elemen-elemen sensorik.
Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang dapat
ditemukan. Sindrom Lermoyes merupakan satu contoh dimana gangguan
pendengaran terjadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum timbulnya
serangan vertigo pertama.

7
Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere :
a. Derajat I, gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah.
Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum
gejala vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang
berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara serangan,
pasien sama sekali normal.
b. Derajat II, gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi.
Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.
c. Derajat III, gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif
memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah
mengalami tuli total. Vertigo mulai berkurang atau menghilang.
E. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada tes definitive untuk memeriksa penyakit meniere. Ada beberapa
penyakit dan kondisi yang memiliki gejala yang sama dengan penyakit
meniere. Penyakit meniere tidak dapat didiagnosa hanya dari gejala yang ada.
Berbagai kemungkinan harus dapat dibedakan dengan penyakit lain. Ketika
dokter mengeliminasi penyakit lain dari gejala yang ada, maka dari situ baru
penyakit meniere ditegakkan.

Tes yang mendukung untuk pemeriksaan penyakit meniere yaitu :

1. Tes pendengaran ( tes penala )


Pada tes penala didapatkan kesan tuli sensorineural pada penyakit
meniere
2. Tes gliserin
Pasien diberikan minum gliserin 1,2 ml/kgBB setelah diperiksa tes
kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa kembali dan
dibandingkan. Perbedaan bermakna menunjukkan adanya hydrops
endolimfe.
3. Audiogram

8
Hasil audiogram pada penyakit meniere didapatkan tuli sensorineural,
terutama nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutmen.
4. Tes kalori
Tes ini dilakukan untuk menilai fungsi keseimbangan, Setiap telinga
dites secara terpisah, Pada telinga masing – masing disemprotkan
secara bergantian air dingin dan air hangat. Setelah beberapa saat akan
timbul nistagmus yang arahnya berlawanan dengan arah semprotan.
Tes ini cukup berarti dengan kepekaan 60% (black-1980). Tes ini
berguna untuk menentukan labirin yang hipoaktif dengan gambaran
grafik adanya parese dari kanal.
5. Electronystamography
Tes ini untuk menilai fungsi keseimbangan
6. Pemeriksaan radiologi
Secara rutin harus dilakukan pemeriksaan tulang temporal dan kalau
bisa dengan poli tomografi. Pada pemeriksaan ini bisa dijumpai meatus
akustikus yang menyempit, tetapi kadang-kadangmelebar dan dijumpai
otosklerotis dari optic kapsul.
F. Dasar Diagnosis Penyakit Meniere

Diagnosis penyakit meniere ditegakkan berdasarkan kombinasi dari gejala


yang ada, tes pendengaran dimana terdapat gangguan pendengaran setelah
serangan yang berangsur-angsur membaik lagi, serta setelah pengeliminasian
dari penyakit lain.

Diagnosis dipermudah dengan dibakukan kriteria diagnosis yaitu :

 Vertigo hilang timbul


 Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf
 Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral

Bila gejala khas dari penyakit meniere pada anamnesis ditemukan maka
diagnosis penyakit meniere dapat ditegakkan.

9
Pemeriksaan fisik hanya diperlukan untuk menguatkan diagnosis penyakit ini.
Bila dalam anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada
pemeriksaan terdapat tuli saraf, maka kita sudah dapat mendiagnosa penyakit
meniere. Sebab tidak ada penyakit lain yang bisa menyebabkan perbaikan
dalam tuli saraf, kecuali pada penyakit meniere. Dalam hal yang meragukan
kita dapat membuktikan adanya hydrops dengan tes gliserin. Selain itu tes
gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan operatif pada
pembuatan “ shunt “. Bila terdapat hydrops, maka operasi diduga akan berhasil
dengan baik.

G. Diagnosis Banding
1. Tumor nervus akustikus
Vertigo sebagai gejala dini dari meningioma, schwannoma dan lain – lain.
Schwannoma atau neurinoma akustikus mula timbul dengan tuli perspektif
unilateral yang progresif. Pada tahap dini terdapat vertigo. Kalau tumor itu
menjalar dan merusak meatus akustikus interna, maka hemihipestesia
fasialis dengan reflek kornea yang menurun atau lenyap dapat detemukan
bersama adanya hemiparesis fasialis ringan akibat terlibatnya nervus
trigeminus / ganglkion gasseri dan nervus facialis. Pemeriksaan kalorik dan
audiogram sudah dapat memperlihatkan kerusakan disusunan vestibularis
dan auditorik sesisi. Perjalanan penyakitnya sangat lambat.
2. Labirintitis
Labirintitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Labirintitis bakteri
merupakan komplikasi dari mastoiditis, otitis media atau meningitis.
Sedangkan pada labirinitis virus berkembang dalam perjalanan penyakit
parotis epidemika dan rubeola. Pada labirinitis virus daya pendengaran
normal atau sedikit terganggu. Sedangkan pada labirintitis bakteri dijumpai
adanya tuli berat. Demam, sakit kepala dan nyeri di dalam telinga tidak
selamanya ada.
3. Neuritis vestibularis

10
Penyakit ini timbul secara mendadak dengan serangan vertigo berat diiringi
mual dan muntah. Nistagmus spontan menyertai serangan vertigo ini.
Komponen cepat mengarah ke sisi yang normal. Pada tes kalorik ditemukan
paresis vestibular unilateral. Tetapi yang membedakan dengan penyakit
meniere yaitu pada penyakit ini pendengaran tidak terganggu. Dan dengan
atau tanpa pengobatan serangan vertigo dapat hilang sama sekali dalam
beberapa minggu atau dengan gejala sisa berupa vertigo posisional yang
berlangsung sejenak dan bangkit sekali – sekali saja
4. Vertigo posisionil benigna
Vertigo benigna dikenal juga sebagai vertigo barany. Sindrome vestibuler
ini paling umum, dan dijuluki posisional karena vertigonya timbul kalau
kepala berputar kekanan atau ke kiri. Hal ini terjadi jika kepala menoleh ke
kanan atau ke kiri dan jika merebahkan badan untuk berbaring atau berbalik
ke samping waktu berbaring.
H. Penatalaksanaan Terapi
1. Terapi Medis Profilaksis
Terapi medis diarahkan untuk mengatasi proses penyakit yang
mendasarinya atau mengontrol serangan vertigo selama eksaserbasi
penyakit.
2. Vasodilator
Vasidilator yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3 kali
sehari, jika tidak terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain adalah asam
nikotinat, histamine dan siklandelat. Vasodilator digunakan akibat
gangguan pada endolimfe oleh kelainan vaskuler.
3. Antikolinergik
Probantin telah digunakan sebagai terapi meniere karena teori bahwa
hidrops endolimfatik disebabkan oleh disfungsi susunan saraf autonom
di telinga dalam.
4. Penggunaan Hormon Tiroid
Penggunan hormone tiroid didasrkan atas teori bahwa hipotiroidisme
ringan adalah termasuk penyeab hidrops endolimfatik.

11
5. Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin berdasarkan atas teori bahwa penyakit meniere akibat
defisiensi vitamin. Vitamin yang biasa diberikan adalah vitamin B
kompleks, asam askorbat dan senyawa sitrus bio-flavonoid
(Lipoflavonoid).
6. Diet rendah garam dan Pemberian diuretic
Diet rendah garam dan pemberian diuretic dimaksudkan adalah agar
menurunkan jumlah cairan tubuh dengan harapan juga menurunkan
cairan endolimfe.
7. Program pantang makanan
Terapi ini kadang digunakan pada meniere yang bias disebabkan akibat
terjadinya suatu alergi makanan.
5. Terapi Simtomatik
a. Terapi simtomatik ditujukan untukl menghentikan atau mengurangi
hebatnya serangan vertigo dan tanpa berdalih berusaha mengoreksi sebab
dasar penyakit Meniere.
b. Sedative
Sedative dalam dosis ringan seperti fenobirtal atau trankulizer seperti
diazepam (Valium) sering menolong pasien rileks dan menurunkan
frekuensi serangan vertigo.
c. Antihistamine dan antiemetic
Antihistamin dan antiemetic tertentu efektif menghentikan atau
mengurangi keparahn seringan vertigo pada pasien Meniere.
Antihistamin yang sering diberikan adalah dimenhidrinat (dramamine)
dan siklizin (Marezine). Sedangkan antiemetic yang biasa digunakan
adalah antiemetic diferidol.
d. Depresan vestibuler
Depresan vestibuler digunakan unruk mencegah atau mengurangi
keparahan serangan vertigo dan untuk terapi pasien selama eksaserbasi
penyakit ini sampai terjadi remisi spontan.
6. Pembedahan

12
Pembedahan dianjurkan jika gejalanya tidak dapat diatasi dengan terapi.
Prosedur pembedahan konservatif, misalnya operasi dekompresi salus
endolimfatikus, ditujukan untuk mempertahankan pendengaran pad telinga
yang mengalami gangguan. Tindakan ini mengandung sedikit resiko
menyebabkan kerusakan pendengaran dan betujuab ubtuk mengatasi
serangan vertigo, serta dapat mencegah penyakit Meniere. Pembedahan
dibagi menjadi 3 kelompok : bedah destruktif, bedah destruktif sebagian dan
bedah nondestruktif.
7. Labirinektomi
Labirinektomi atau destruksi total pada labirintus membranaseus,
merupakan jaminan pasti untuk menyembuhkan vertigo pada penyakit
Meniere, tetapi terpaksa harus mengorbankan pendengaran secar total pada
telinga yang bersangkutan. Tindakan ini boleh dipertimbangkan bila
kehilangan pendengaran pada salah satu telinga sudah demikian berat
sedang telinga yang satu lagi masih mampu mempertahankan fungsi
normalnya.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENIERE’S DISEASE

A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian :
Jam : Wib
Oleh : Kelompok 5

 Identitas Klien :
Nama : Tn. A
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : laki – laki
Agama : islam
Suku bangsa : indonesia
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Alamat :
Tanggal masuk :
Diagnosa medis :
 Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :

14
Agama :
Suku bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Hub dengan klien :

B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit
Karena klien 3 bulan ini mengalami serangan vertigo dan pendengaran
terasa hilang timbul, terasa mendenging di telinga kiri disertai mual dan
muntah dan perasaan penuh di telinga kiri, pasien datang ke poli THT
dengan perasaan malu, cemas dan takut pendengarannya akan
menghilang.
2. Keluhan utama
Klien merasa cemas dan takut pendengarannya akan menghilang.

3. Riwayat kesehatan dahulu


-

4. Riwayat kesehatan keluarga


-

C. Pola Aktivitas Sehari – Hari


-

D. Pemeriksaan Fisik
1. keadaan umum
Tingkat kesadaran : compos mentis
Kuantitatif : GCS (E : 4, M : 6, V : 5)
2, TTV

15
TD :-
Nadi :-
Respirasi :-
Suhu :-
- Ekstermitas atas : -
- Ekstermitas bawah : -
.
Kekuatan otot : -

E. Data Penunjang
1. Audiogram
2. Tympanometry
3. electronystagmography

F. Terapi Obat
-

16
G. Analisa Data

NO Data Fokus Etiologi Masalah


1. Ds : klien mengeluh ketidakseimbangan Resiko jatuh
vertigo selama 3 bulan cairan telinga tengah
dan sudah 3 kali
mengalami serangan. pembengkakan limpa
Do : endolimfatikus
- Klien tampak
cemas. sistem keseimbangan
tubuh (vestibular)
terganggu

vertigo

Resiko Jatuh
2. Ds : klien mengeluh ketidakseimbangan Resiko kekurangan
vertigo selama 3 bulan cairan telinga tengah cairan
dan sudah 3 kali
mengalami serangan. pembengkakan limpa
Serta mual dan endolimfatikus
muntah
Do : sistem keseimbangan
tubuh (vestibular)
terganggu

vertigo

mual muntah

17
resiko kekurangan
cairan
3. Ds : klien mengatakan ketidakseimbangan Ansientas
telinga terasa cairan telinga tengah
mendenging dan
penuh pada teliga kiri pembengkakan limpa
pendengaran hilang endolimfatikus
timbul
Klien mengatakan sistem keseimbangan
cemas tubuh (vestibular)
pendengarannya akan terganggu
menghilang
trinitus

Pendengaran hilang
timbul

Ansientas

H. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi jatuh b.d vertigo
2. Resiko Kerkurangan Cairan b.d kehilangan cairan berlebih (Mual dan
Muntah)
3. Ansientas b.d pendengaran yang hilang timbul
4. Gangguan citra tubuh b.d perubahan status Kesehatan gangguan fungsi
pendengaran

18
I. Intervensi Keperawatan
no dx Tujuan Intervensi Rasional

1 Dx 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 1. Identifikasi faktor 1. Untuk menghindarkan klien


24 jam penyebab perilaku dari aktivitas yang dapat
Klien dapat terhindar dari Resiko Jatuh terjadinya serangan memicu serangan
dengan kriteria hasil vertigo 2. Energi yang besar dapat
 klien dapat mengantisipasi resiko 2. Kaji Tingkat Energi yang memberikan keseimbangan
jatuh dimiliki klien tubuh.
 Klien mengetahui hal yang harus 3. Bantu klien untuk 3. Untuk menghindarkan klien
dilakukan ketika terjadi serangan berbaring ketika terjadi dari resiko terjatuh
vertigo serangan 4. Untuk memandirikan
 Keluarga klien dapat mengetahui 4. Ajarkan klien hal yang pasien ketika terjadi
cara menghindarkkan klien dari harus dilakukan terjadi serangan tiba- tiba.
resiko jatuh serangan. 5. Untuk memastikan klien
5. Informasikan kepada dalam lingkungan yang
keluarga untuk aman
menjauhkan klien dari

19
lingkungan yang 6. Untuk mengurangi rasa
berbahaya pusing
6. Berikan terapi ringan 7. Untuk menjaga keamanan
untuk mempertahankan pasien
kesimbangan 8. Untuk mencegah terjadinya
7. Ajarkan penggunaan alat- serangan.
alat alternatif dan atau
alat-alat bantu untuk
aktivitas klien.
8. Berikan pengobatan nyeri
(pusing) sebelum
aktivitas
2 Dx 2 Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 1. Kaji tingkat ansietas dan 1. Identifikasi masalah
jam, diharapkan Ansietas dapat diskusikan penyebab bila spesifik akan
diminimalkan sampai dengan diatasi, mungkin meningkatkan
dengan kriteria hasil : 2. kaji ulang keadaan umum kemampuan individu
 klien tampak tenang pasien dan TTV untuk menghadapinya
 klien menerima dan mengetahui 3. Berikan waktu pasien dengan lebih realistis.
tentang penyakitnya untuk mengungkapkan
masalahnya dan

20
dorongan ekspresi yang 2. Sebagai indikator awal
bebas, misalnya rasa dalam menentukan
marah, takut, ragu intervensi berikutnya
4. Jelaskan mengenai 3. Agar pasien merasa diter
penyakit klien serta 4. Ke tidaktahuan dan
semua prosedur dan kurangnya pemahaman
pengobatan. dapat menyebabkan
5. Diskusikan perilaku timbulnya ansietas
koping alternatif dan 5. Mengurangi kecemasan
tehnik pemecahan pasien
masalah

3 Dx 3 Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam 1. Observasi tanda-tanda 1. Untuk mengetahui


Resiko Defisit cairan dan elektrolit teratasi vital. kestabilan kondisi klien
Kriteriahasil : Tanda-tanda dehidrasi tidak 2. Observasi tanda-tanda 2. Untuk mendeteksi dini
ada, mukosa mulut dan bibir lembab, dehidrasi. tanda tanda dehidrasi
bahan cairan seimbang. pantau input dan output 3. Untuk memenuhi
cairan (balanc ccairan). kebutuhan cairan klien
3. Berikan dan anjurkan 4. Untuk membantu
keluarga untuk memenuhi kebutuhn
memberikan minum cairan dan elektrolit klien

21
yang banyak kurang
lebih 2000 – 2500 cc per
hari.
4. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
therafi cairan,
pemeriksaan lab
elektrolit.

22
BAB IV
PENUTUP

23
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Efiaty, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan
Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, E, Marilynn. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi 3, EGC:
Jakarta
Herdman, T. heather, 2012, Diagnosis Keperawtan : Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014

24

Anda mungkin juga menyukai