Anda di halaman 1dari 17

KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM

DALAM BIDANG IPTEK

A. Zaman Kejayaan Islam Dalam Bidang IPTEK


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pernah diraih oleh umat Islam tidak telepas
dari motivasi Al-Qur’an. karena al-Qur’an merupakan sumber inspirasi umat Islam di seluruh dunia
untuk menggali ilmu pengetahuan lebih mendalam. Pesan-pesan Al-Qur’an mendorong
lahirnya banyak karya-karya di bidang sains dan teknologi. Seperti ayat yang pertama turun
memerintahkan untuk ber-iqra’ karena Kata Iqra’ bukan maknanya hanya terbatas pada kata membaca
saja. Namun memiliki cakupan makana luas, sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab, terambil
dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun, lahir aneka makna seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca teks tertulis maupun tidak.
Wahyu pertama itu tidak menjelaskan objek yang harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki
umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut Bismi Rabbik , dalam arti bermanfaat untuk
kemanusiaan. Lebih lanjut, Shihab menyatakan bahwa kata iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah,
ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah maupun diri sendiri, baik yang
tertulis maupun tidak. (M. Quraish Shihab, 2013: 569-570.
Makna yang terkandung di dalam al-qur’an inilah yang digali, difahami dan diaktualisasikan
oleh umat islam pada masa dahulu. Tidak heran, kalau masa itu Islam mengalami Kejayaan, baik pada
aspek, ilmu, sains dan peradaban sehingga masa tersebut lebih populer dengan sebutan Abad
keemasan Dunia Islam, ini dibuktikan dengan karya-karya gemilang telah dihasilkan oleh para
ilmuwan muslim. Kemajuan Islam benar-benar membumi, semua itu terakumulasi dg capaian yang
luar biasa baik itu dalam bidang keagamaan, ekonomi, sosial dan politik, seni dan budaya.
Beberapa masa kejayaan peradaban Islam yang kemudian diwarisi oleh peradaban dunia. Dan
periodesasi peradaban Islam tersebut, secara umum terbagi menjadi 3 (tiga) periode, (Samsul Munir
Amin, 2009: 20-45) yang antara lain :

1. Periode klasik
Pada masa ini merupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan Islam. Sebelum wafatnya Nabi
Muhammad saw (632 M), seluruh semenanjung Arabia telah tunduk ke bahwah kekuasaan Islam,
yang kemudian dilanjutkan dengan ekspansi keluar Arabia pada masa khalifah pertama Abu Bakar
ash-Shiddiq, hingga berlanjut pada kekhalifahan berikutnya.
Pencapaian kemenangan Islam pada masa ini terbukti dengan dikuasainya Irak pada tahun 634
M, yang kemudian meluas hingga Suria, selain kekuasaan Islam dapat diperluas, pada masa itu juga
kondisi sosial mayarakat menjadi stabil, kondusif dan dapat mengamankan tanah Arab dari
pembangkang serta penyelewengan seperti orang murtad, para nabi palsu dan orang-orang yang
enggan membayar zakat. Dan keadaan kaum muslimin menjadi tenteram, tidak khawatir lagi
beribadah kepada Allah. Perkembangan dagang dan hubungan bersama kaum muslim yang berada di
luar Madinah terkendali dan terjalin dengan baik. Selain itu juga kemajuan yang dicapai adalah
munculnya ide Pembukuan Al-Qur’an.
Kemudian pada masa Umar bin Khattab, Islam mampu menguasai Damaskus (635 M) dan
tentara Bizantium di daerah Syiria pun ditaklukkan pada perang Yarmuk (636 M), selanjutnya
menjatuhkan Alexandria (641 M) dan menguasai Mesir dengan tembok Babilonnya pada masa itu.
Dan kekuasaan Islampun meluas hingga Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir. Selain itu,
perkembangan dan kemajuan yang diraih pada masa Khalifah Umar adalah : Pemberlakuan Ijtihad,
Menghapuskan zakat bagi Muallaf, Menghapuskan hukum mut’ah, Lahirnya ilmu Qira’at,
Penyebaran Ilmu Hadits, Menempa mata uang dan menciptakan tahun Hijriah.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, Tripoli dan Ciprus pun tertaklukkan. Adapun kemajuan
dan perkembangan yang di raih pada masa ini di antaranya: Penaskahan Al-Qur’an, Perluasan Masjid
Nabawi dan Masjidil Haram, Didirikannya masjid Al-Atiq di utara benteng Babylon, Membangun
Pengadilan, Membentuk Angkatan Laut, Membentuk Departemen: Dewan kemiliteran, Baitul Mal,
Jawatan Pajak, Jawatan Pengadilan.
Pada masa Ali bin Abi Thalib, walaupun masa ini terjadi keguncangan politik hingga dia wafat.
Adapun perkembangan dan kemajuan yang di peroleh antara lain: Terciptanya ilmu bahasa/nahwu
(Aqidah nahwiyah), Berkembangnya ilmu Khatt al-Qur’an, serta ilmu Sastra.
Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, pada masa ini kekuasaan Islam semakin
meluas, diawali dari Tunis, Khurasan, Afganistan, Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana,
Samarkand, Bulukhistan, Sind, Punjab, dan Multan. Bukan hanya itu, perluasan dilanjutkan ke
Aljazair dan Maroko, bahkan telah membuka jalan ke kawasan Eropa yaitu Spanyol, dan menjadikan
Cordova sebagai ibu kota Islam Spanyol. Pada masa dinasti ini kekuasaan Islam telah menguasai
Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagaian dari Asia Kecil, Persia,
Afganistan, Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah).
Sejak kedinastian Bani Umayyah, peradaban Islam mulai menampakkan pamor keemasannya.
Walaupun Bani Umayyah lebih memusatkan perhatiannya pada kebudayaan Arab. Benih-benih
peradaban baru muncul, antara lain perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke
bahasa Arab, dengan demikian bahasa Arab menjadi bahasa resmi yang harus dipelajari, hingga
mendorong Imam Sibawaih menyusun Al-Kitab yang menjadi pedoman dalam tata bahasa Arab.
Pada saat itu pula (± abad ke-7 M), bermunculan sastrawan-sastrawan Islam, dengan berbagai
karya besar antara lain sebuah novel terkenal Laila Majnun yang ditulis oleh Qais al-Mulawwah.
Adanya pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Basrah, bermunculan ulama bidang tafsir, hadits, fiqh, dan
ilmu kalam.
Pada bidang ekonomi dan pembangunan, Bani Umayyah di bawah pimpinan Abd al-Malik,
telah mencetak alat tukar uang berupa dinar dan dirham. Sedangkan pembangunan yang dilakukan
adalah pembangunan masjid-masjid di Damaskus, Cordova, dan perluasan masjid Makkah serta
Madinah, termasuk al-Aqsa di al-Quds (Yerussalem), juga pembangunan Monumen Qubbah as-Sakhr,
juga pembangunan istana-istana untuk tempat peristirahatan di padang pasir, seperti Qusayr dan al-
Mushatta.
Setelah kekuasaan Bani Umayyah runtuh, beralih kendali pemerintahan ketangan Bani
Abbasiyah pada tahun 750 H, tidak menyurutkan perkembangan dunia Islam, peradabannya terus
menerus bergerak pada kemajuan. Di masa al-Mahdi, perekonomian mengalami peningkatan dengan
konsep perbaikan sistem pertanian dengan irigasi, penambangan emas, perak, tembaga terus
ditingkatkan produksinya.Dengan dibukanya jalur perdagangan dengan transit antara timur dan barat,
Basrah sebagai pelabuhan utama menjadikan siklus perekonomian terus membaik.
Masa selanjutnya pemerintahan Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi lebih mapan
dengan dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi. Hingga Baghdad pada masa itu
mempunyai 800 orang dokter. Dilanjutkan pada masa al-Makmun yang lebih berkonsenrasi pada
pengembangan ilmu pengetahuan, dengan menerjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani dan
Sangsekerta ( Marshal G.S Hodgson, 2002: 236). Didirikan Baitul-hikmah sebagai pusat kegiatan
ilmiahnya, disusul berdirinya Universitas Al-Azhar di Mesir. Juga dibangunnya sekolah-sekolah,
hingga Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi
bahwa masa-masa ini dikatakan sebagai the golden age.
Kemajuan keilmuan dan teknologi Islam mengalami masa kejayaan di masa ini. Munculnya
para ilmuwan, filosof dan cendekiawan Muslim telah mewarnai penorehan tinta sejarah dunia. Islam
bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani,
akan tetapi menambahkan ke dalam hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan
sains dan filsafat. Tokoh cendekiawan Muslim yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-
Khawarizmi sebagai metematikawan yang telah menelurkan aljabar dan algoritma, al-Fazari dan al-
Farghani sebagai ahli astronomi (abad ke VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytam dengan teori optika
(abad X), Jabir ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria ar-Razi sebagai tokoh kimia yang disegani (abad
IX), Abu Raihan Muhammad al-Baituni sebagai ahli fisika (abad IX), Abu al-Hasan Ali Mas’ud
sebagai tokoh geografi (abad X), Ibnu Sina sebagai seorang dokter sekaligus seorang filsuf yang
sangat berpengaruh (akhir abad IX), Ibnu Rusyd sebagai seorang filsuf ternama dan terkenal di dunia
filsafat Barat dengan Averroisme, dan juga al-Farabi yang juga seorang filsuf Muslim.
Selain sains dan filsafat pada masa ini juga bermunculan ulama besar tentang keagamaan dalam
Islam, seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Malik, Imam Syafi’i, Abu Hanifah, Ahmad bin
Hambal, serta mufassir terkenal ath-Thabari, sejarawan Ibnu Hisyam dan Ibnu Sa’ad. Masih adalagi
yang bergerak dalam ilmu kalam dan teologi, seperti Washil bin Atha’, Ibnu al-Huzail, al-Allaf, Abu
al-Hasan al-Asyari, al-Maturidi, bahkan tokoh tasawuf dan mistisisme seperti, Zunnun al-Misri, Abu
Yazid al-Bustami, Husain bin Mansur al-Hallaj, dan sebagainya. Di dunia sastra pun mengenalkan
Abu al-Farraj al-Asfahani, dan al-Jasyiari yang terkenal melalui karyanya 1001 malam, yang telah
diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.
Pada masa bani Abbasyiah tidak hanya berkembang dalam keilmuan namun di bidang senipun
mengalami Kemajuan yang signifikan contohnya di bidang Seni Bangunan/ Arsitektur: pembangunan
kota-kota baru seperti di Bagdad, Mesir, Cairio. Bidang Seni Rupa, mengalami kemajuan dibidang
seni pahat, seni ukir, seni sulam dan seni lukis. Seni ukir pada mesjid, gedung-gedung, taman dan
tempat rekreasi, perhiasan dan perabotan rumah tangga. Seni sulam dipakai pada kerajinan tangan/
industri rumah tangga (permadani, sajadah). Seni lukis mengalami kemajuan ditandai lahirnya seorang
pelukis terkenal bernama Abdul Karim Mansur (Firdausi) menerbitkan buku bergambar para raja dan
pahlawan nasional. Bidang Seni suara, seni musik, seni tari: pada masa Abbasiyah mengalami
kemajuan, dengan didirikannya sekolah musik, pabrik-pabrik produksi alat musik. Bidang Seni
bahasa: kemajuan seni bahasa ditandai dengan lahirnya para penyair terkenal, banyak novel asli,
terjemahan, seni drama dan cerita panggung.
2. Periode Pertengahan
Pada periode ini terjadi kemunduran Islam (1250-1500 M). Yang mana satu demi satu kerajaan
Islam jatuh ke tangan Mongol, dan kerajaan Islam Spanyol pun mampu ditaklukkan oleh raja-raja
Kristen yang bersatu, hingga orang-orang Islam Spanyol berpindah ke kota-kota di pantai utara Afrika.
Kebangkitan kembali kedinastian Islam pada masa 1500-1800 M. Di sana terdapat 3 kerajaan
besar, yang menjadi tonggak berjayanya peradaban Islam yang ke-2. Kerajaan besar tersebut adalah
Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi Persia, dan Kerajaan Mughal di India.
Kerajaan Turki Usmani berhasil mengambil alih Bizantium dan menduduki Konstantinopel
(Istambul). Hingga akhirnya kekuasaan Turki Usmani mampu menguasai Asia Kecil, Armenia, Irak,
Syiria, Hijaz, Yaman, Mesir, Libya, Tunis, Aljazair, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria,
dan Rumania.
Sedangkan di tempat lain (Persia), Islam bangkit dengan Kerajaan Safawi (1252 M), dinasti
yang berasal dari Azerbaijan Syaikh Saifuddin yang beraliran Syi’ah. Kekuasaannya menyeluruh
hingga seluruh Persia, berbatasan dengan kekuasaan Usmani di barat dan kerajaan Mughal di kawasan
timur.
Kerajaan Mughal di India, yang berdiri pada tahun 1482 M dengan pendirinya Zahirudin Babur.
Kekuasaannya mencakup Afganistan, Lahore, India Tengah, Malwa dan Gujarat. Di India, bahasa
Urdu menjadi bahasa kerajaan menggantikan bahasa Persia. Kemajuannya meninggalkan bukti sejarah
antara lain, Taj Mahal, Benteng Merah, masjid-masjid, istana-istana, dan gedung-gedung
pemerintahan di Delhi.
Namun disayangkan Zahirudin Babur kurang respek terhadap, ilmu pengetahuan, perhatiannya
terhadap seni dalam berbagai bentuk lebih diprioritaskan, sehingga kerajaan Usmani mendapatkan
julukan the patron of art.. Ketiga kerajaan besar tersebut lebih banyak memperhatikan bidang politik
dan ekonomi. Sedangkan di Barat, mulai menuai kebangkitan dengan melihat jalur yang terbuka ke
pusat rempah-rempah dan bahan-bahan mentah dari daerah Timur Jauh melaui Afrika Selatan.
Pada Abad ke-17, di eropa mulai mencul negara-negara kuat, bahkan Rusia mulai maju di
bawah Peter Yang Agung. Dan melalui peperangan, Usmani mengalami kekalahan. Dan Safawi Persia
pun ditaklukkan oleh Raja Afghan yang mempunyai perbedaan faham. Dan kerajaan Mughal India
pecah dikarenakan terjadi pemberontakan dari kaum Hindu, bahkan Inggris pun berperan menguasai
dataran india pada tahun 1857 M.
3. Periode Modern
Periode ini dikatakan sebagai periode kebangkitan Islam, yang mana dengan berakhirnya
ekspedisi Napoleon di Mesir, telah membuka mata umat Islam akan kemunduruan dan kelemahannya
disisi lain Islam menyaksikan kemajuan dan kekuasaan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai
berpikir mencari jalan keluar untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan, yang telah pincang dan
membahayakan umat Islam.( Samsul Munir Amin, 2009: 45) Sebab Islam yang pernah berjaya pada
masa klasik, kini berbalik menjadi gelap. Bangsa-bangsa barat menjadi lebih maju dengan ilmu
pengetahuan, teknologi dan peradabannya.
Dengan demikian, timbullah pemikiran dan pembaharuan dalam islam yang disebut dengan
modernisasi dalam Islam. Para tokoh pembaharu Islam telah mengeluarkan buah pikirannya guna
membuat umat Islam kembali maju sebagaimana pada periode klasik. Tokoh-tokoh tersebut antara
lain, Muhammad bin Abdul Wahab di Arab, Muhammad Abduh, Jamaludin al-Afghani, Muhammad
Rasyid Ridha di Mesir, Sayyid Ahmad Khan, Syah Waliyullah, dan Muhammad Iqbal di India, Sultan
Mahmud II dan Musthafa Kamal di Turki, dan masih banyak lagi yang lainnya.

B. Sebab-sebab kemajuan umat islam di bidang iptek


Ada dua sebab yang mendorong kemajuan peradaban umat Islam.
a. Intern :
1. Konsistensi dan istiqamah umat Islam kepada ajaran Islam
Konsistensi dan Istiqomah merupakan sikap teguh pendirian tidak mudah goyah pada
keputusan yang telah ia tentukan atau pendiriaannya tidak mudah berubah walaupun dipengaruhi
oleh orang lain. seseorang harus mempunyai sikap teguh berpegang terhadap sesuatu yang
diyakini kebenarannya, dan tidak akan merubahnya dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam
keadaan susah ataupun senang, dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan dengan orang lain.
Sikap istiqomah akan mewarnai sikap seorang muslim, pendiriannya tidak mudah goyah, dan
tidak mudah berubah. Orang yang berpegang kepada Sikap istiqomah menyebabkan seseorang
disegani dan dihormati orang lain. Dengan cara istiqomah kepada ajaran Islam, umat Islam dapat
terdorong untuk menuju kemajuan umat yang gemilang. Hal inilah yang dilakukan para tokoh
Islam dahulu bahwa mereka selalu beristiqomah menjalankan ajaran Islam mereka tidak
terpengaruh terhadap apa yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Demikian pula jika umat sekarang menjalani kehidupan ini dengan beristiqamah dalam
menjalankan ajaran islam, tentu kebahagiaan hidup dunia-akhirat akan mengiringi kehidupannya
bahkan kejayaan itu akan kembali ke umat islam lagi. Sebaliknya, jika mengabaikan syariat Islam,
apalagi melecehkannya, maka keterpurukan akan menimpa, karena telah menyimpang dari rel
yang sudah ditetapkan.
Hakikatnya adalah sikap istiqomah dalam menjalankan ajaran Islam. artinya tetap, kukuh,
dan kuat kepada keyakinan. Tetap teguh menjalankan konsekuensi ajaran islam. Orang yang
istiqomah atau konsisten menjalankan ajaran agama, akan dapat mengalahkan setiap godaan untuk
berbuat maksiat, syirik, nifak, atau mengabaikan syariat Islam. Hawa nafsu duniawi dan bujuk-
rayu setan, termasuk godaan kekuasaan, akan selalu mengintai kaum Mukmin agar mereka
berpaling dari ajaran Allah. Orang yang tidak istiqomah ialah mereka yang mudah goyah
keimanannya. Hawa nafsu duniawi, mengejar kesenangan duniawi, menjadi pilihannya dengan
mengabaikan keimanannya. Ini bukan berarti mengejar kesenangan duniawi dilarang, tetapi
seyogianya orang beriman yang teguh dengan keimanannya akan mengejar kesenangan duniawi
itu dengan tetap berpedoman kepada aturan Allah, berstandar halal-haram, dan madharat. Karena
itulah manusia yang menginginkan untuk memperoleh kebahagiaan yang di inginkan maka
hendaknya memperhatikan masalah keistiqomahanya dengan porsi perhatian yang besar, baik dari
sisi ilmu maupun pengamalannya.
2. Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju.
Agama Islam adalah sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,
mendorong dan memotivasi pemeluknya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan
merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Iptek hanya untuk
kepentingan duniawi yang ’matrialis’ dan sekularis, maka Islam mementingkan pengembangan
dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah SWT
sebagai ujud mengemban amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk
berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil
’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Qur’an yang mementingkan proses perenungan,
pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan
dzikir (ingat) kepada Allah.
    
  
    
   
    
   
    
  
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” (QS Ali Imron: 190-191)
    
    
    
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa
derajat.” (QS. Mujadillah: 11 )
Bagi umat Islam, kedua ayat tersebuth merupakan ayat Ke Maha Kuasaan dan Keagungan
Allah SWT. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para
Rasulullah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an), maupun ayat-ayat kauniyah (fenomena, prinsip-
prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui
mata, telinga dan hati (qalbu/akal) akan semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan,
keyakinan dan keimanan kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib,
Sumber segala sesuatu dan segala eksistensi. Jadi Agama dan Ilmu pengetahuan, dalam Islam
tidak terlepas satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi pokok yang sama
pentingnya. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat secara
sinergis, holistik dan integratif. Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang
menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran
terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip
pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma
materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.
3. Islam sebagai rahmat seluruh alam.
Keterangan Tentang apa arti Islam, berasal dari kata kerja aslama, yang berarti
“menyerahkan diri” itu, sebenarnya cukup banyak dijumpai dalam Al-Qur’an sendiri. (Prof. M.
Damwan Raharjo, 1996: 141) jadi, orang Islam atau di sebut dengan muslim adalah orang yang
selalu menyerahkan diri kepada robnya dan siap patuh dan tunduk kepada ajarannya. Sedangkan
Islam disebut sebagai rahmat seluruh alam karena islam merupakan agama yang membawa rahmat
dan kesejahtraan bagi seluruh alam termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.
Sesuai dengan firman Allah dalam Surat al-Anbiya ayat 107 berikut:
    

dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Qs.
Al-Anbiya: 107)
Islam diturunkan untuk membawa kebaikan, kedamaian dan keselamatan bagi seluruh
penduduk bumi. Agama Islam diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad SAW sebagai
penyempurna agama-agama sebelumnya. Allah menjelaskan dalam Al Quran, bahwasannya
barang siapa yang mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima agama
tersebut, sebab segala kesempurnaan agama telah ada pada Islam itu sendiri.( ayat )
Islam adalah agama yang cinta damai dan memberi kebaikan atas segala permasalahan di
muka bumi. Islam memberi solusi, Islam memberi perubahan dan kemuliaan atas kehidupan
makhluk di muka bumi. Inilah yang menjadi alasan mengapa Islam adalah rahmat bagi semesta
alam. Beberapa fakta yang menjelaskan bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam adalah
sebagai berikut:
 Manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi salah satunya adalah sebagai khalifah yang
memakmurkan bumi. Melalui pengamalan ajaran agama Islam yang benar maka manusia akan
bijaksana dalam mengelola bumi, memanfaatkan bumi serta menjadi pemimpin atas bumi dan
segala isinya.
 Kesalahan dari tingkah laku manusia dalam mengelola bumi dan alam semesta akan
berdampak pada bencana yang disebabkan oleh ulah tangan manusia itu sendiri. Inilah salah
satu ajaran dalam Islam yang jarang dipahami oleh ummat Islam itu sendiri.
 Islam adalah agama yang cinta damai, mengutamakan keadilan yang berujung pada
kesejahteraan. Inilah ajaran agama yang telah ditunaikan oleh Rasulullah dan juga pada masa
kekhalifahan, sehingga betul-betul terbukti Islam adalah rahmat bagi semesta alam.Islam
menjadi solusi atas segala persoalan makhluk di muka bumi. Islam adalah agama yang
komprehensif. Mengatur segala macam permasalahan kehidupan.Tak ada agama yang sangat
detail mengurusi semua permasalahan pemeluknya kecuali Islam. Islam menjadi satu-satunya
solusi bagi kehidupan. Barang siapa yang memilih Islam sebagai solusi dalam kehidupan
mereka, maka mereka orang-orang yang selamat atas segala bahaya dunia dan bahaya
akhirat.Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam menggapai kehidupan
duniawi dan ukhrawi.
Sejak diutusnya Nabi Muhammad sebagai rasul, beliau menanamkan, menata dan
memperbaiki umat saat itu dengan ajaran Islam, hingga kerusakan akidah dan moral umat saat itu
berubah pada kemulian. Dakwah Rasulullah SAW tersebut diteruskan oleh para sahabat
(Khulafaurrasyidin). Mulai pada masa Khalifah Umar bin Khatab, Islam telah berkembang
sampai ke Persia, Syam dan Maroko. Masyarakat muslim saat itu benar-benar merasakan
keadilan Islam. Islam semakin berkembang setelah itu, yaitu di bawah naungan Bani Umayah dan
Bani Abasiyah yang kemudian diteruskan oleh Khilafah Turki Utsmani. Di bawah naungan Bani
Umayah dan Bani Abasiyah Islam mencapai puncak kejayaan, wilayah Islam yang terbentang
dari Arab, Persia, Romawi, Eropa dan daratan Asia di bawah naungan Islam selama empat abad.
Islam saat itu benar-benar tergambarkan di seluruh aspek kehidupan. Hukum Islam tegak,
kehidupan masyarakat tertata rapi, bangunan mesjid berdiri megah, pusat-pusat kesehatan
bertebaran di mana-mana, pusat-pusat keilmuan berdiri di setiap sudut kota. Kebutuhan hidup
rakyat, misalnya pendidikan dan kesehatan diperoleh secara gratis, biaya ditanggung oleh
Khalifah Islam saat itu. Rasulullah adalah manusia pilihan Allah yang diberi tugas untuk
menyampaikan wahyu yang telah disampaikan padanya. Rasul berusaha untuk menyelamatkan
manusia dari dzulumat menuju nur. Ketika misi kerasulullan sudah berhenti (tidak ada lagi),
maka yang mengemban tugas dakwah adalah umat Islam, misi dakwah tersebut menghantar
penganutnya mencapai predikat Khair Ummah (umat terbaik). Sehingga dakwah Islam
menjangkau seluruh penjuru dunia dan berlanjut sampai akhir zaman. Yang akhirnya Islam dapat
mewujud sebagai rahmat li’ alamin. Dakwah merupakan ruh kehidupan agama Islam. Islam tidak
akan tegak melainkan dengan dakwah, Mengaktualisasikan ajaran Islam, seperti. Keadilan,
perdamaian adalah keniscayaan untuk mencapai kejayaan Islam.. Begitu juga dengan
kemunkaran tidak akan lenyap dari kehidupan masyarakat apabila tidak ada dakwah. Dakwah
Islam yang membawa misi rahmatan lil ’alamiin, bukan hanya untuk umat muslim tetapi juga
sebagai limpahan rahmat untuk seluruh alam. Untuk mendapatkan limpahan rahmat tersebut
tentunya harus dimulai dari umat Islam itu sendiri dengan cara melakukan introspeksi dan
membenahi diri sebagai bentuk keteladanan (khair ummah), dengan menyebarluaskan ajaran dan
pemahaman Islam yang membangun, yang berbudaya luhur, berperadaban tinggi dan
bertanggung jawab dengan cara-cara yang bijaksana yang berdasarkan Al-Quran dan Hadits
bukan dengan cara-cara radikalisme atau anarkisme. Islam sebagai agama dakwah disebarluaskan
oleh para nabi dan rasul kepada umat manusia melalui kegiatan dakwah tidak melalui kekerasan
atau pun kekuatan senjata. Islam tidak membenarkan kepada pemeluknya untuk melakukan
pemaksaan kepada umat manusia, agar mereka mau memeluk agama Islam dan sekaligus tidak
membenarkan mereka menghalangi kegiatan dakwah Islam sebab masuknya hidayah ke kalbu
manusia merupakan hidayah dari Allah SWT.
b. Ekstern :
1. Berpindahnya para ilmuwan dari orang non Arab (Persia, Yunani, dan lain-lain) ke Baqdad
untuk menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Arab.
Pada masa Daulah Abbasiyyah kehidupan peradaban Islam sangat maju. Sehingga pada
masa itu dikatakan sebagai jaman keemasan Islam. Karena kaum muslim sudah sampai pada
puncak kemuliaan, baik kekayaan, bidang kekuasaan, politik, ekonomi dan keuangan lebih lagi
dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan
umum mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai ilmu telah lahir. Hal ini dikarenakan
antara lain :
a) Penerjemahan buku berbahasa asing. Seperti halnyaYunani, Mesir, Persia, India dan lain-lain
kedalam bahasa Arab dengan sangat gencar.
b) Penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh kaum muslimin itu sendiri.. Buku-buku yang
diterjemahkan antara lain : Ilmu kedokteran, Kimia, Ilmu Alam, Mantiq (logika), Filsafat, Al
Jabar, Ilmu Falaq, Matematika, Seni dan lain-lain. Penerjemahan dan penelitian tersebut pada
umumnya dilakukan pada masa pemerintahan Abu Ja’far, Harun ar Rosyid – Al Makmum dan
Mahdi. Lebih-lebih pada masa pemerintahan Harun Ar Rosyid. Beliau sangat serius dalam
memajukan pengetahuan tersebut, sehingga didirikanlah lembaga ilmu pengetahuan yang
diberi nama “Baitul Hikmah”. Sebagai pusat penerjemahan penelitian dan pengkajian ilmu
perpustakaan serta lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi).
2. Penguasa (khalifah) memberikan peluang kepada orang-orang non Arab untuk menduduki
jabatan.
Sikap khalifah memberikan peluang kepada orang non arab untuk ikut andil dalam
pemerintahannya merupakan suatu bentuk kebajikan bagi khalifah bahwa tidak ada beda antara
orang arab dan non araab. Misalnya pada masa pemerintahan abbasiyah orang non-
arab mendapat fasilitas dan menduduki jabatan strategis.
3. Stabilitas politik yang kondusif
Stabilitas politik atau bisa disebut juga dengan keseimbangan politik adalah menjadi titik
pusat bagaimana suatu bangsa atau negara mengalami kemajuan. Indikasinya bahwa suatu negara
mengalami kemajuan setidaknya mempunyai pertumbuhan ekonomi yang stabil, tingkat
partisipasi yang tinggi serta kelembagaan politik yang didukung sepenuh hati. Pertumbuhan
ekonomi yang stabil menjadi implikasi atas pembangunan ekonomi yang sesuai dengan karakter
negara yang bersangkutan, hal ini tentu saja bersinggungan dengan bagaimana politik mengatur
perekonomian negara tersebut. Dengan demikian jika dalam politik telah stabil, dengan sendirinya
baik pembangunan dalam bidang ekonomi juga akan baik sehingga bisa mendukung sektor-sektor
lainnya. Apabila suatu negara telah mencapai stabilitas politik maka negara tersebut telah
mencapai stabilitas dalam pemerintahan dan juga stabilitas dalam kehidupan yang demokratis.
Stabilitas pemerintahan sendiri ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang baik,
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat. Inilah yang dilakukan oleh umat islam
dahulu dengan menciptakan kesetabilan politik. sehingga pada saat itu islam mengalami
kemajuan.
4. Kemajuan ekonomi, munculnya industri-industri dan perdagangan sampai ke dunia luar.
Ekonomi memiliki peranan yang signifikan dalam menopang peradaban Islam itu sendiri,
umpamanya pada masa Dinasti Abbasyiah, banyak dibangun industri-industri baik pertambangan
maupun pengolahan untuk memperkuat bidang perekonomian. Banyak kota yang dibangun
sebagai pusat–pusat industri. Contohnya, Basrah sebagai pusat industri gelas dan sabun; Kufah
sebagai industri tekstil; Khazakstan sebagai industri sutera; Damaskussebagai industri pakaian jadi
dari sutra bersulam; dan Syam sebagai pusat industri keramik dan gelas berukir. Akan tetapi,
ketika Dinasti Abbasiyah tidak dapat mempertahankan kekuasaan yang berujung pada keruntuhan
dinasti, peradaban Islam menjadi redup bak ditelan zaman termasuk umat Islam mengalami
banyak sekali kerugian seperti aset berharga di bidang ilmu pengetahuan. Kemunculan kerajaan-
kerajaan Islam pasca keruntuhan Dinasti Abbasiyah pada abad pertengahan memberikan udara
segar untuk dunia Islam, karena kerajaan-kerajaan tersebut mampu mewakili kemajuan Islam
pada masa itu. Banyak aspek yang telah berhasil didongkrak yang kemudian membawa kembali
nama Islam melambung tinggi sebagaimana pada masa rasulullah maupun Dinasti Abbasiyah,
salah satunya adalah pada bidang ekonomi. Sebagaimana yang dilakukan kerajaan Mughal di
India pada masa itu yang mampu menguasai perekonomian dunia dengan jaringan pemasaran
mencapai Eropa.

C. Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam Dalam Iptek


Dr. Yusuf Qardhawi merincikan 9 kegagalan sepanjang abad ke-20 yang merupakan faktor
internal yang inheren terhadap kemunduran umat Islam saat ini. 9 faktor tersebut adalah sebagai (Dr.
Yusuf Qardhawi 2001: 167) berikut:
1. Hancurnya ke khalifahan
2. Kekalahan melawan proyek Zionisme
3. Kegagalan di Bidang Pembangunan dan Pertumbuhan
4. Kegagalan dalam Usaha Membebaskan Diri dari Dependensi Barat
5. Kegagalan dalam Syura, kebebasan Publik, dan Hak Asasi Manusia
6. Kegagalan dalam mempersatukan Umat
7. Kegagalan dalam Mewujudkan keadilan social
8. Kegagalan dalam Masalah Perempuan
9. Kegagalan di Bidang Pendidikan Moral Umat
Dari kesembilan faktor kegagalan umat Islam saat ini di atas, akan dititik tekankan beberapa
faktor saja, di antaranya adalah:
 Hancurnya ke khalifahan
Khalifah Islamiah berawal setelah Rasulullah saw wafat, yaitu sejak pemerintahan
Khulafaurrasyidin, dilanjutkan pemerintahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, serta beberapa
kerajaan lain sebelum runtuhnya kerajaan Islam yang terakhir, yaitu keraj,aan Turki Utsmaniyyah.
Khilafah Islamiyyah merupakan kekuatan umat Islam yang amat menggetarkan pihak Barat. Khalifah
adalah pengganti Rasulullah saw dalam mentadbir dan memerintah negara Islam, sekaligus sebagai
pemimpin bagi umat Islam secara keseluruhan. Setelah beberapa abad menguasai dua pertiga dunia
dan dapat mengukir sejarah beradaban dunia dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai saat
itu, yang kemudian sistim kekhalifahan secara resmi dibubarkan pada 3 Maret 1924 M bertepatan
dengan 27 Rajab 1342 H oleh Mustafa Kemal Atartuk. Kerajaan Islam terakhir yang mampu bertahan
sehingga jatuhnya Khilafah Islamiyyah ini adalah Kerajaan Utsmaniyyah. Runtuhnya khalifahan inilah
merupakan menjadi salah satu penyebab runtuhnya kemajuan umat islam.
 Kekalahan melawan proyek Zionisme
Zionis merupakan nama bagi siapa saja yang menjadi penganut atau pendukung dari gerakan
kembalinya kaum yahudi ke bukit sion atau zion di Palestina. Zion merupkan sebuah nama bukit yang
terletak di sbelah barat yerusalem. Dalam sejarah disebutkan nama zionis merupakan sebutan lain dari
orang yahudi yang bersifat netral. Pada 1 mei 1776, Nathan Bernbaum menamakan gerakan politiknya
dengan nama Zionis. Kemudian Zionis ini menjadi nama suatu gerakan yang dibentuk dan dicetuskan
oleh Nathan Bernbaum dan orang-orang Yahudi Sekuler untuk merebut Palestina dan mendirikan
sebuah negara Israel di sana dengan Yerusalem sebagai ibukotanya. Gerakan Kaum zionis inilah yang
berupaya dengan berbagai macam cara untuk mengancurkan Islam, dari berbagai macam tipu daya
yang mereka gerakkan seperti, embargo senjata dan ekonomi, perdagangan bebas, menerapkan politik
devide et impera (politik belah bambu), seperti menghembuskan isu Sunni-Syiah, menanam spionase
di setiap organisasi Islam, membangkitkan radikalisme, hingga meracuni umat dengan pemikiran
liberal, termasuk merusak generasi muda Islam dengan narkoba dan pornografi. Itulah sebagian cara
yang ditempuh Zionis Internasional dalam menghancurkan isalam. Dengan kekuatan terselubung dan
tak tersentuh, seperti menggunakan banyak “baju” untuk mengelabui atau berkedok dewa penolong,
tak tahunya langsung menikam ke jantung kekuatan umat Islam. Karana itu bagi umat Islam,
waspadailah gerakan meraka terutama pemuda-pemuda Islam. Selama ini umat islam kalah dengan
tipu daya mereka (orang-orang zionis).
 Kegagalan di Bidang Pembangunan dan Pertumbuhan
Pembangunan dan pertumbuhan merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan
berencanaan melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat. pembangunan dan pertumbuhan secara sederhana diartikan sebagai suatu perubahan
tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami. Perubahan tingkat kesejahteraan ditentukan oleh
dimensi ekonomi, politik dan hukum, sementara perubahan alami ditentukan oleh siapa yang berperan
dalam perubahan itu. Kegagalan umat islam dalam pembangunan baik di bidang ekonomi, sosil,
politik dan hukum sangat berpengaruh sekali terhadap kemajuan umat islam.
 Kegagalan dalam mempersatukan Umat
Salah satu tantangan umat islam terbesar adalah mepersatukan umat Islam, persatuan umat
Islam selama ini sepertinya sulit di wujudkan, penyakit ini selalu ada seiring dengan perjalanan umat
manusia di muka bumi sebagai hasil dari pemahaman yang keliru, sifat egois, mengikuti hawa nafsu,
pandangan yang picik, tidak membedakan antara hal terpenting dengan hal penting, dan faktor-faktor
lainnya. Fenomena pepecahan telah mencapai puncaknya pada zaman ini, dimana perbedaan
pemikiran berubah menjadi medan pertempuran berdarah yang memecah umat terpisah menjadi
serpihan-serpihan kecil. Kaum Muslim mengkafirkan satu sama lain, semua berjalan dalam koridor
parsial dan hal-hal sepele, sementara isu-isu yang jauh lebih penting dan persoalan yang berkaitan
dengan nasib umat islam dan masa depannya berubah menjadi urusan yang terpinggirkan. Sehingga
Sering ummat Islam ribut dan bertengkar karena masalah furu’iyah/cabang akhirnya terpecah-belah
dan mudah ditaklukkan musuh. umat Islam tidak bersatu tapi berpecah-belah. Padahal ummat Islam
diperintahkan untuk bersatu. Allah sudah mengingatkan dalam ayatnya bahwa umat islam dilarang
untuk berpecah belah sebagai mana tertera dalam QS. Ali Imran : 103. Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.
Pada zaman Nabi, ummat Islam juga berusaha untuk dipecah-belah dan diadu-domba baik oleh
orang kafir Mekkah, mau pun kaum Yahudi misalnya dengan berusaha menimbulkan fanatisme suku
antara kelompok Muhajirin dan Anshar. Tapi Nabi berhasil mendamaikan dan mempersatukan
mereka. Seharusnya sekarang para ulamalah yang berperan sebagai pewaris Nabi harus berusaha
mempersatukan ummat Islam yang terpecah-belah baik dalam kelompok bangsa/negara mau pun
aliran, supaya tidak mudah dipecah belah oleh oang-orang kafir.
 Kegagalan dalam Mewujudkan keadilan sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, keadilan tampak dalam berbagai bentuknya. Keadilan berarti
menghukum orang sesuai dengan kesalahannya, atau memberi ganjaran sesuai perbuatan baiknya.
Orang yang adil adalah yang tidak berbuat curang untuk kpentingan sediri. Keadilan berarti juga
pembagian hasil sesui dengan kebutuhan dan sumbangannya dalam perposes sosial. Keadilan tampak
dalam sikap hakim yang memutuskan perkara berdasarkan hukum dan kebenaran. Dan keadilan atau
kezaliman bisa sangat tampak pada perilaku pemimpin dan pemerintahan yaang mengambil keputusan
yang menyangkut kepentingan dan hak-hak masyarakat banyak. Keadilan sangat tampak dalam
permasalahan pemenuhan atau pelanggaran hak-hak asasi maneusia atau dalam pemeliharaan atau
perusakan lingkungan hidup. (Prof. M. Damwan Raharjo, 1996: 389-390).
Keadilan tentu tidak terlepas dari hukum karena hubungan antara keadilan dan hukum sangatlah
erat. Keadilan bisa ditegakkan disebabkan adanya kukum. jika hukum tidak ada, keadilan tidak akan
bisa diwujudkan. Hukum sebagai suatu instrumen yang keberadaannya sangat dibutuhkan dan melekat
pada setiap kehidupan sosial masyarakat. Hukum diperlukan untuk mewujudkan dan menjaga tatanan
kehidupan bersama yang harmonis. Tanpa adanya aturan hukum, maka kehidupan masyarakat akan
tercerai-berai dan tidak dapat lagi disebut sebagai satu kesatuan kehidupan sosial yang harmonis.
Norma hukum dapat berupa sebagai suatu perintah ataupun larangan yang bertujuan agar setiap
individu anggota masyarakat dalam melakukan sesuatu tindakan yang diperlukan untuk menjaga
harmoni kehidupan bersama atau sebaliknya agar masyarakat tidak melakukan suatu tindakan yang
dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat itu sendiri. Jika tindakan yang diperintahkan itu tidak
dilakukan atau dengan kata lain suatu larangan dilanggar maka keseimbangan harmoni masyarakat
akan terganggu.
Karakteristik hukum sebagai norma atau kaidah selalu dinyatakan berlaku secara umum dan
universal yang dikenal dengan asas equality before the law persamaan di depan hukum untuk siapa
saja dan dimana saja dalam wilayah negara tanpa membeda-bedakan dari segi dan sisi apapun atau
tidak berlaku secara diskriminatif kecuali jika dalam pelaksanaannya ada oknum aparat penegak
hukum dalam struktur hukum telah memberlakukan hukum itu sendiri secara diskriminatif.
Dewasa ini masalah penegakan hukum merupakan suatu persoalan yang sering dihadapi oleh
setiap masyarakat. Walaupun kemudian setiap masyarakat dengan karakteristiknya masing-masing
mungkin memberikan corak permasalahannya tersendiri di dalam kerangka penegakan hukumnya.
Namun demikian setiap masyarakat mempunyai tujuan yang sama agar didalam masyarakat tercapai
kedamaian sebagai akibat dari penegakan hukum yang formil.
Kedamaian tersebut dapat diartikan bahwa di satu pihak terdapat ketertiban antar pribadi yang
bersifat eksteren dan dilain pihak terdapat ketentraman pribadi interen. Demi tercapainya suatu
ketertiban dan kedamaian maka hukum berfungsi untuk memberikan jaminan bagi seseorang agar
kepentingannya diperhatikan oleh setiap orang lain. Jika kepentingan itu terganggu maka hukum harus
melindunginya serta setiap ada pelanggaran hukum. Oleh karenanya hukum itu harus dilaksanakan
dan ditegakan tanpa membeda-bedakan atau tidak memberlakukan hukum secara diskriminatif.
Dengan demikian, dalam upaya untuk menjaga ketertiban kehidupan bermasyarakat maka
hukum harus ditegakan ditandai bahwa setiap kejahatan dan pelanggaran terhadap hukum harus
mendapatkan sanksi sesuai dengan tingkat kejahatan dan pelanggaran itu sendiri. Sanksi terdiri atas
berbagai macam bentuk yang bertujuan memberikan keadilan tidak saja kepada korban tetapi juga
sebagai tata nilai yang merekatkan tatanan kehidupan bermasyarakat.
Selain keadilan, tujuan lain dari hukum yaitu adanya kepastian hukum dan kemanfaatan. Namun
keadilan adalah tujuan yang tertinggi dari hukum. Kepastian hukum adalah bagian dan dibutuhkan
sebagai upaya menegakkan keadilan. Dengan kepastian hukum setiap perbuatan yang terjadi dalam
kondisi yang sama akan mendapatkan sanksi. Adapun kemanfaatan dilekatkan pada hukum sebagai
alat untuk mengarahkan masyarakat yang tentu saja tidak boleh melanggar keadilan.
Dalam praktek penegakan hukum yang sedang berlangsung saat ini, pengutamaan nilai
kepastian hukum lebih menonjol dibanding dengan rasa keadilan dan kemanfaatannya. Dengan
demikian apabila hukum lebih mengutamakan kepastian hukum maka dengan sendirinya
penegakannya akan menggeser nilai-nilai keadilan dan kemanfaatan hukum demikian pula sebaliknya.
Sehingga dalam penerapannya banyak terjadi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
masalah penegakan hukum dimana masyarakat merasa kecewa dengan adanya suatu putusan yang
dinilai mencederai rasa keadilan masyarakat dan hanya mementingkan penegakan hukum secara
prosedural semata.
Oleh karena itu pentingnya memahami hakikat tujuan hukum yaitu keadilan, kepastian dan
kemanfaatan dalam rangka penegakkan hukum untuk mewujudkan rasa keadilan dengan adanya
jaminan kepastian hukum dan memberikan manfaat bagi masyarakat sehingga kepercayaan
masyarakat terhadap hukum dapat tetap terjaga dalam menjaga ketertiban di masyarakat. Jika hukum
sulit untuk ditegakkan dikalangan umat islam niscaya keadilan pun tidak bisa tercipta.
 Kegagalan dalam Masalah Perempuan
Posisi perempuan pada masa setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW berbeda dengan
sebelum diutusnya yaitu pada masa jahiliyah dimana pada waktu itu kedudukan perempuan sangatlah
hina, pada umumnya perempuan tertindas dan terkungkung khususnya di lingkungan bangsa Arab,
tetapi tidak menutup kemungkinan fenomena ini menimpa di seluruh belahan dunia. Bentuk
penindasan ini dimulai sejak kelahiran sang bayi, aib besar bagi sang ayah bila memiliki anak
perempuan. Sebagian mereka tega menguburnya hidup-hidup dan ada yang membiarkan hidup tetapi
dalam keadaan rendah dan hina bahkan dijadikan sebagai harta warisan dan bukan termasuk ahli
waris. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
    
    
     
      
      
 
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah
(merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah. ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah,
Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An - Nahl: 58-59)
Jadi, setelah diutusnya Rasulullah SAW yang membawa ajaran sekaligus sebagai Rahmatal
lil’alamin,m menjunjung tinggi kedudukan wanita dari sebelimnya, membebaskan kedholiman yang
dilakukan oleh bangsa-bangsa jahiliyah.
Agama Islam sebagai rahmatal lil’alamin, menghapus seluruh bentuk kezhaliman-kezhaliman
yang menimpa kaum wanita dan mengangkat derajatnya sebagai martabat manusiawi. Dewasa ini,
Dalih emansipasi atau kesamarataan posisi dan tanggung jawab antara pria dan wanita telah semarak
di panggung modernisasi. Sebagai peluang dan jembatan emas buat musuh-musuh Islam dari kaum
feminis dan aktivis perempuan anti Islam untuk menyebarkan opini-opini sesat. “Pemberdayaan
perempuan”, “kesetaraan gender”, “kungkungan budaya patriarkhi” adalah sebagai propaganda
yang tiada henti dijejalkan di benak-benak wanita Islam. Dikesankan wanita-wanita muslimah yang
menjaga kehormatannya dan kesuciannya dengan tinggal di rumah adalah wanita-wanita
pengangguran dan terbelakang. Menutup aurat dengan jilbab atau kerudung atau menegakkan hijab
(pembatas) kepada yang bukan mahramnya, direklamekan sebagai tindakan jumud (kaku) dan
penghambat kemajuan budaya. Sehingga teropinikan wanita muslimah itu tak lebih dari sekedar calon
ibu rumah tangga yang tahunya hanya dapur, sumur, dan kasur. Oleh karena itu agar wanita bisa maju,
harus direposisi ke ruang rubrik yang seluas-luasnya untuk bebas berkarya, berkomunikasi dan
berinteraksi dengan cara apapun seperti halnya kaum lelaki di masa moderen ini.
 Kegagalan di Bidang Pendidikan Moral Umat
Moral atau dalam kata lain disebut kesusilaan adalah keseluruhan norma yang mengatur tingkah
laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar. Jadi
pendidikan moral ditujukan untuk memagari manusia dari melakukan perbuatan yang buruk yang
tidak sesuai dengan norma-norma yang ada baik itu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pendidikan berkarakter moral adalah kunci untuk perbaikan sosial dan kemajuan peradaban bangsa
yang menjunjung tinggi integritas nilai dan kemanusiaan. Harapan dari pendidikan berkarakter moral
adalah tercapainya keseimbangan antara pengetahuan dan moral. Model pendidikan moral adalah cara
berpikir mengenai proses caring, judging dan acting dalam konteks pendidikan. Suatu model meliputi
teori atau sudut pandang mengenai bagaimana manusia berkembang secara moral dan mengenai
sejumlah strategi atau prinsip untuk membantu perkembangan moral. Dengan demikian suatu model
dapat membantu untuk memahami dan melakukan pendidikan moral. Kegagalan umat islam mendidik
moral merupakan salah satu penyebab mundurnya kemajuan islam dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi.

D. Upaya-Upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam Dalam Bidang Iptek


Penguasaan Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kunci kemajuan. Semakin baik kualitas
iptek suatu bangsa atau negara, maka akan semakin baik pula kualitas kehidupan bangsa atau negara
tersebut. Sebaliknya semakin buruk kewalitas keilmuan suatu bangsa maupun negara maka semaki
buruk pula kehidupan bangsa maupun negara, begitu pula yang sedang di hadapi kaum muslim saat
ini, setelah beberapa abad silam telah mewarnai umat islam dengan kemajuan ilmu pengetahun dan
teknologi yang kini direbut oleh negara-negara kaum kuffar. Kini kaum muslimin jauh tertinggal dari
mereka tapi berlahan-lahan umat islam mau bangkit kebali dengan banyak cara atau jalan yang mereka
perbuat untuk kemajuan umat islam suapaya tidak jauh tertinggal dari mereka.
Prof. Baiquni dalam bukunya Al Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menguraikan,
”Diantara sebab tertinggalnya umat Islam dalam bidang sains dan teknologi adalah: Pertama, adanya
dikotomi di kalangan ulama Islam yang mungkin tidak begitu memahami atau salah faham terhadap
buah fikiran Imam Al Ghazali, sehingga mereka memisahkan ilmu-ilmu agama dari sains dan
teknologi. Selain itu para ulama terdahulu, mereka adalah pakar dalam bidang agama, dan juga sains.
Adapun para ulama agama sekarang tidak begitu menguasai sains, sehingga mereka mencoba
menjauhkan pengikut-pengikutnya dari pengaruh ahli ilmu kauniyah. Hal ini mereka buat agar
terbebas dari pertanyaan-pertanyaan krtitis murid-murid mereka, sedangkan mereka tidak dapat
menjawabnya. Kedua, embargo sains dan teknologi yang dibuat oleh negara-negara maju terhadap
negara-negara berkembang, lebih-lebih lagi negara umat Islam, sehingga jumlah pakar sains di
negara-negara Islam jauh lebih kecil dari pada yang ada di negara-negara bukan Islam, Institusi
pendidikan sains dan teknologi di negara-negara Islam jauh lebih kecil dari pada yang ada di negara-
negara bukan Islam.” (Baiquni, Achmad, 1994).
Berdasarkan apa yang di jelaskan oleh Prof. Baiquni di atas bahwa ilmu pengetahuan dan
tenteknologi umat islam saat ini jauh tertinggal. Dalam keadaan seperti ini, ketika ilmu dan
teknologi di negara-negara muslim mengalami kemunduran dan dikuasai negara-negara non muslim.
Ada dua hal yang harus dilakukan oleh umat Islam saat ini untuk mengejar ketertinggalan tersebut,
yaitu merumuskan sikap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Merumuskan sikap
terhadap peradaban Barat modern, dan terhadap tradisi Islam.
Untuk tercapainya cita-cita membentuk peradaban dan membangkitkan kembali kejayaan umat
Islam yang pernah diraihnya membutuhkan waktu yang lama, bahkan beberapa generasi. Namun
bagaimanapun hal itu harus dimulai sejak sekarang. Dan selain waktu yang lama juga dibutuhkan
pemikiran yang mendalam dan intelektual muslim yang berkualitas. Karenanya upaya ini harus
senantiasa dikontinukan dan harus ada pewarisan ide dan langkah kerja.
Konsekuensi dari penguasaan ilmu pengetahuan adalah penguasaan teknologi. Hal ini sangat
membantu umat Islam dalam upaya mensejahterkan umat Islam. Tanpa struktur pengetahuan yang
baik, teknologi tidak bisa dikuasai secara penuh, pengalaman dibeberapa negara yang hanya mengcopy
paste teknology bangsa lain hanyalah menghasilkan teknologi yang senantiasa bergantung pada orang
lain. Sedangkan pengembangan teknologi sendiri berhenti karena tidak punya landasan keilmuan.
Sehingga senantiasa menjadi pengguna teknologi, bukan pengembang dan senantiasa tertinggal dari
negara lain. Kondisi Negara Muslim saat ini masih sangat rendah penguasaan teknologinya. Hal ini
memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Tapi hal ini menjadi landasan bagi kemandirian
negara Muslim.
Intelektualitas muslim tidak cuma diartikan dengan munculnya muslim berkualitas tinggi. Tapi
juga membutuhkan kuantitas yang tidak sedikit. Kuantitas intelektual ini terkait pada lapangan kerja
dan tenaga ahli. Kurangnya tenaga ahli muslim terkadang memaksa untuk tetap saja mengimpor
sumber daya dari luar sedangkan orang pribumi hanyalah menjadi penonton dinegeri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Baiquni, Achmad, Alqur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Solo Dana Bhakti Wakaf, 1994M.

Dr. Yusuf Qardhawi, 2001, umat islam menyongsong abad ke-21, Solo, Era Intermedia

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:
Mizan, 2013)

Marshal G.S Hodgson, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah Peradaban Dunia, (masa klasik
Islam), buku ke-2, Peradaban Kekhalifahan Agung, cet. 1, terj. Mulyadhi Kartanegara, (Jakarta :
Paramadina, 2002)

Prof. M. Damwan Raharjo, SE, Ensiklopedi Al-Qur’an, Paradina Bekerjasama Jurnal Ulumul Qur’an,
1996

Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, editor : Lihhiati, Ed.1, cet.1 (Jakarta: Amzah, 2009)

Anda mungkin juga menyukai