1. Periode klasik
Pada masa ini merupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan Islam. Sebelum wafatnya Nabi
Muhammad saw (632 M), seluruh semenanjung Arabia telah tunduk ke bahwah kekuasaan Islam,
yang kemudian dilanjutkan dengan ekspansi keluar Arabia pada masa khalifah pertama Abu Bakar
ash-Shiddiq, hingga berlanjut pada kekhalifahan berikutnya.
Pencapaian kemenangan Islam pada masa ini terbukti dengan dikuasainya Irak pada tahun 634
M, yang kemudian meluas hingga Suria, selain kekuasaan Islam dapat diperluas, pada masa itu juga
kondisi sosial mayarakat menjadi stabil, kondusif dan dapat mengamankan tanah Arab dari
pembangkang serta penyelewengan seperti orang murtad, para nabi palsu dan orang-orang yang
enggan membayar zakat. Dan keadaan kaum muslimin menjadi tenteram, tidak khawatir lagi
beribadah kepada Allah. Perkembangan dagang dan hubungan bersama kaum muslim yang berada di
luar Madinah terkendali dan terjalin dengan baik. Selain itu juga kemajuan yang dicapai adalah
munculnya ide Pembukuan Al-Qur’an.
Kemudian pada masa Umar bin Khattab, Islam mampu menguasai Damaskus (635 M) dan
tentara Bizantium di daerah Syiria pun ditaklukkan pada perang Yarmuk (636 M), selanjutnya
menjatuhkan Alexandria (641 M) dan menguasai Mesir dengan tembok Babilonnya pada masa itu.
Dan kekuasaan Islampun meluas hingga Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir. Selain itu,
perkembangan dan kemajuan yang diraih pada masa Khalifah Umar adalah : Pemberlakuan Ijtihad,
Menghapuskan zakat bagi Muallaf, Menghapuskan hukum mut’ah, Lahirnya ilmu Qira’at,
Penyebaran Ilmu Hadits, Menempa mata uang dan menciptakan tahun Hijriah.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, Tripoli dan Ciprus pun tertaklukkan. Adapun kemajuan
dan perkembangan yang di raih pada masa ini di antaranya: Penaskahan Al-Qur’an, Perluasan Masjid
Nabawi dan Masjidil Haram, Didirikannya masjid Al-Atiq di utara benteng Babylon, Membangun
Pengadilan, Membentuk Angkatan Laut, Membentuk Departemen: Dewan kemiliteran, Baitul Mal,
Jawatan Pajak, Jawatan Pengadilan.
Pada masa Ali bin Abi Thalib, walaupun masa ini terjadi keguncangan politik hingga dia wafat.
Adapun perkembangan dan kemajuan yang di peroleh antara lain: Terciptanya ilmu bahasa/nahwu
(Aqidah nahwiyah), Berkembangnya ilmu Khatt al-Qur’an, serta ilmu Sastra.
Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, pada masa ini kekuasaan Islam semakin
meluas, diawali dari Tunis, Khurasan, Afganistan, Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana,
Samarkand, Bulukhistan, Sind, Punjab, dan Multan. Bukan hanya itu, perluasan dilanjutkan ke
Aljazair dan Maroko, bahkan telah membuka jalan ke kawasan Eropa yaitu Spanyol, dan menjadikan
Cordova sebagai ibu kota Islam Spanyol. Pada masa dinasti ini kekuasaan Islam telah menguasai
Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagaian dari Asia Kecil, Persia,
Afganistan, Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah).
Sejak kedinastian Bani Umayyah, peradaban Islam mulai menampakkan pamor keemasannya.
Walaupun Bani Umayyah lebih memusatkan perhatiannya pada kebudayaan Arab. Benih-benih
peradaban baru muncul, antara lain perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke
bahasa Arab, dengan demikian bahasa Arab menjadi bahasa resmi yang harus dipelajari, hingga
mendorong Imam Sibawaih menyusun Al-Kitab yang menjadi pedoman dalam tata bahasa Arab.
Pada saat itu pula (± abad ke-7 M), bermunculan sastrawan-sastrawan Islam, dengan berbagai
karya besar antara lain sebuah novel terkenal Laila Majnun yang ditulis oleh Qais al-Mulawwah.
Adanya pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Basrah, bermunculan ulama bidang tafsir, hadits, fiqh, dan
ilmu kalam.
Pada bidang ekonomi dan pembangunan, Bani Umayyah di bawah pimpinan Abd al-Malik,
telah mencetak alat tukar uang berupa dinar dan dirham. Sedangkan pembangunan yang dilakukan
adalah pembangunan masjid-masjid di Damaskus, Cordova, dan perluasan masjid Makkah serta
Madinah, termasuk al-Aqsa di al-Quds (Yerussalem), juga pembangunan Monumen Qubbah as-Sakhr,
juga pembangunan istana-istana untuk tempat peristirahatan di padang pasir, seperti Qusayr dan al-
Mushatta.
Setelah kekuasaan Bani Umayyah runtuh, beralih kendali pemerintahan ketangan Bani
Abbasiyah pada tahun 750 H, tidak menyurutkan perkembangan dunia Islam, peradabannya terus
menerus bergerak pada kemajuan. Di masa al-Mahdi, perekonomian mengalami peningkatan dengan
konsep perbaikan sistem pertanian dengan irigasi, penambangan emas, perak, tembaga terus
ditingkatkan produksinya.Dengan dibukanya jalur perdagangan dengan transit antara timur dan barat,
Basrah sebagai pelabuhan utama menjadikan siklus perekonomian terus membaik.
Masa selanjutnya pemerintahan Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi lebih mapan
dengan dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi. Hingga Baghdad pada masa itu
mempunyai 800 orang dokter. Dilanjutkan pada masa al-Makmun yang lebih berkonsenrasi pada
pengembangan ilmu pengetahuan, dengan menerjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani dan
Sangsekerta ( Marshal G.S Hodgson, 2002: 236). Didirikan Baitul-hikmah sebagai pusat kegiatan
ilmiahnya, disusul berdirinya Universitas Al-Azhar di Mesir. Juga dibangunnya sekolah-sekolah,
hingga Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi
bahwa masa-masa ini dikatakan sebagai the golden age.
Kemajuan keilmuan dan teknologi Islam mengalami masa kejayaan di masa ini. Munculnya
para ilmuwan, filosof dan cendekiawan Muslim telah mewarnai penorehan tinta sejarah dunia. Islam
bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani,
akan tetapi menambahkan ke dalam hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan
sains dan filsafat. Tokoh cendekiawan Muslim yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-
Khawarizmi sebagai metematikawan yang telah menelurkan aljabar dan algoritma, al-Fazari dan al-
Farghani sebagai ahli astronomi (abad ke VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytam dengan teori optika
(abad X), Jabir ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria ar-Razi sebagai tokoh kimia yang disegani (abad
IX), Abu Raihan Muhammad al-Baituni sebagai ahli fisika (abad IX), Abu al-Hasan Ali Mas’ud
sebagai tokoh geografi (abad X), Ibnu Sina sebagai seorang dokter sekaligus seorang filsuf yang
sangat berpengaruh (akhir abad IX), Ibnu Rusyd sebagai seorang filsuf ternama dan terkenal di dunia
filsafat Barat dengan Averroisme, dan juga al-Farabi yang juga seorang filsuf Muslim.
Selain sains dan filsafat pada masa ini juga bermunculan ulama besar tentang keagamaan dalam
Islam, seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Malik, Imam Syafi’i, Abu Hanifah, Ahmad bin
Hambal, serta mufassir terkenal ath-Thabari, sejarawan Ibnu Hisyam dan Ibnu Sa’ad. Masih adalagi
yang bergerak dalam ilmu kalam dan teologi, seperti Washil bin Atha’, Ibnu al-Huzail, al-Allaf, Abu
al-Hasan al-Asyari, al-Maturidi, bahkan tokoh tasawuf dan mistisisme seperti, Zunnun al-Misri, Abu
Yazid al-Bustami, Husain bin Mansur al-Hallaj, dan sebagainya. Di dunia sastra pun mengenalkan
Abu al-Farraj al-Asfahani, dan al-Jasyiari yang terkenal melalui karyanya 1001 malam, yang telah
diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.
Pada masa bani Abbasyiah tidak hanya berkembang dalam keilmuan namun di bidang senipun
mengalami Kemajuan yang signifikan contohnya di bidang Seni Bangunan/ Arsitektur: pembangunan
kota-kota baru seperti di Bagdad, Mesir, Cairio. Bidang Seni Rupa, mengalami kemajuan dibidang
seni pahat, seni ukir, seni sulam dan seni lukis. Seni ukir pada mesjid, gedung-gedung, taman dan
tempat rekreasi, perhiasan dan perabotan rumah tangga. Seni sulam dipakai pada kerajinan tangan/
industri rumah tangga (permadani, sajadah). Seni lukis mengalami kemajuan ditandai lahirnya seorang
pelukis terkenal bernama Abdul Karim Mansur (Firdausi) menerbitkan buku bergambar para raja dan
pahlawan nasional. Bidang Seni suara, seni musik, seni tari: pada masa Abbasiyah mengalami
kemajuan, dengan didirikannya sekolah musik, pabrik-pabrik produksi alat musik. Bidang Seni
bahasa: kemajuan seni bahasa ditandai dengan lahirnya para penyair terkenal, banyak novel asli,
terjemahan, seni drama dan cerita panggung.
2. Periode Pertengahan
Pada periode ini terjadi kemunduran Islam (1250-1500 M). Yang mana satu demi satu kerajaan
Islam jatuh ke tangan Mongol, dan kerajaan Islam Spanyol pun mampu ditaklukkan oleh raja-raja
Kristen yang bersatu, hingga orang-orang Islam Spanyol berpindah ke kota-kota di pantai utara Afrika.
Kebangkitan kembali kedinastian Islam pada masa 1500-1800 M. Di sana terdapat 3 kerajaan
besar, yang menjadi tonggak berjayanya peradaban Islam yang ke-2. Kerajaan besar tersebut adalah
Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi Persia, dan Kerajaan Mughal di India.
Kerajaan Turki Usmani berhasil mengambil alih Bizantium dan menduduki Konstantinopel
(Istambul). Hingga akhirnya kekuasaan Turki Usmani mampu menguasai Asia Kecil, Armenia, Irak,
Syiria, Hijaz, Yaman, Mesir, Libya, Tunis, Aljazair, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria,
dan Rumania.
Sedangkan di tempat lain (Persia), Islam bangkit dengan Kerajaan Safawi (1252 M), dinasti
yang berasal dari Azerbaijan Syaikh Saifuddin yang beraliran Syi’ah. Kekuasaannya menyeluruh
hingga seluruh Persia, berbatasan dengan kekuasaan Usmani di barat dan kerajaan Mughal di kawasan
timur.
Kerajaan Mughal di India, yang berdiri pada tahun 1482 M dengan pendirinya Zahirudin Babur.
Kekuasaannya mencakup Afganistan, Lahore, India Tengah, Malwa dan Gujarat. Di India, bahasa
Urdu menjadi bahasa kerajaan menggantikan bahasa Persia. Kemajuannya meninggalkan bukti sejarah
antara lain, Taj Mahal, Benteng Merah, masjid-masjid, istana-istana, dan gedung-gedung
pemerintahan di Delhi.
Namun disayangkan Zahirudin Babur kurang respek terhadap, ilmu pengetahuan, perhatiannya
terhadap seni dalam berbagai bentuk lebih diprioritaskan, sehingga kerajaan Usmani mendapatkan
julukan the patron of art.. Ketiga kerajaan besar tersebut lebih banyak memperhatikan bidang politik
dan ekonomi. Sedangkan di Barat, mulai menuai kebangkitan dengan melihat jalur yang terbuka ke
pusat rempah-rempah dan bahan-bahan mentah dari daerah Timur Jauh melaui Afrika Selatan.
Pada Abad ke-17, di eropa mulai mencul negara-negara kuat, bahkan Rusia mulai maju di
bawah Peter Yang Agung. Dan melalui peperangan, Usmani mengalami kekalahan. Dan Safawi Persia
pun ditaklukkan oleh Raja Afghan yang mempunyai perbedaan faham. Dan kerajaan Mughal India
pecah dikarenakan terjadi pemberontakan dari kaum Hindu, bahkan Inggris pun berperan menguasai
dataran india pada tahun 1857 M.
3. Periode Modern
Periode ini dikatakan sebagai periode kebangkitan Islam, yang mana dengan berakhirnya
ekspedisi Napoleon di Mesir, telah membuka mata umat Islam akan kemunduruan dan kelemahannya
disisi lain Islam menyaksikan kemajuan dan kekuasaan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai
berpikir mencari jalan keluar untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan, yang telah pincang dan
membahayakan umat Islam.( Samsul Munir Amin, 2009: 45) Sebab Islam yang pernah berjaya pada
masa klasik, kini berbalik menjadi gelap. Bangsa-bangsa barat menjadi lebih maju dengan ilmu
pengetahuan, teknologi dan peradabannya.
Dengan demikian, timbullah pemikiran dan pembaharuan dalam islam yang disebut dengan
modernisasi dalam Islam. Para tokoh pembaharu Islam telah mengeluarkan buah pikirannya guna
membuat umat Islam kembali maju sebagaimana pada periode klasik. Tokoh-tokoh tersebut antara
lain, Muhammad bin Abdul Wahab di Arab, Muhammad Abduh, Jamaludin al-Afghani, Muhammad
Rasyid Ridha di Mesir, Sayyid Ahmad Khan, Syah Waliyullah, dan Muhammad Iqbal di India, Sultan
Mahmud II dan Musthafa Kamal di Turki, dan masih banyak lagi yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Baiquni, Achmad, Alqur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Solo Dana Bhakti Wakaf, 1994M.
Dr. Yusuf Qardhawi, 2001, umat islam menyongsong abad ke-21, Solo, Era Intermedia
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:
Mizan, 2013)
Marshal G.S Hodgson, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah Peradaban Dunia, (masa klasik
Islam), buku ke-2, Peradaban Kekhalifahan Agung, cet. 1, terj. Mulyadhi Kartanegara, (Jakarta :
Paramadina, 2002)
Prof. M. Damwan Raharjo, SE, Ensiklopedi Al-Qur’an, Paradina Bekerjasama Jurnal Ulumul Qur’an,
1996
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, editor : Lihhiati, Ed.1, cet.1 (Jakarta: Amzah, 2009)