Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada muskuloskeletal paling
umum dan saat ini menjadi masalah paling luas dalam mempengaruhi populasi manusia.
Pada bidang industri di dunia, 60-85% dari populasi mengalami LBP di beberapa titik
selama hidup mereka (Tella et al., 2013). Prevalensi penyakit muskuloskeletal di Indonesia
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau
gejala yaitu 24,7%, sedangkan di provinsi Lampung angka prevalensi penyakit
muskuloskeletal berdasarkan diagnosis dan gejala yaitu 18,9%. Prevalensi penyakit
musculoskeletal tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pada petani, nelayan atau buruh
yaitu 31,2% (Riskesdas, 2013). Prevalensi meningkat terus menerus dan mencapai
puncaknya antara usia 35-55 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang, risiko untuk
menderita LBP akan semakin meningkat karena terjadinya kelainan pada diskus
intervertebralis diusia tua (WHO, 2003).

LBP adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah punggung bagian bawah
dan merupakan work related musculoskeletal disorders. Penyebab LBP yang paling umum
adalah keregangan otot atau postur tubuh yang tidak tepat. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi timbulnya LBP adalah kebiasaan duduk, bekerja membungkuk dalam
waktu yang relatif lama, mengangkat dan mengangkut beban dengan sikap yang tidak
ergonomis, tulang belakang yang tidak normal, atau akibat penyakit tertentu seperti
penyakit degeneratif (Astuti, 2007). Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian LBP
meliputi karakteristik individu misalnya usia, jenis kelamin, body mass index (BMI), tinggi
badan, kebiasaan olah raga, lama kerja (Harianto, 2009) Posisi kerja yang tidak alamiah
atau tidak ergonomis akan menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan)
pada otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan, sedangkan otot-otot punggung akan
bekerja keras menahan beban anggota gerak atas yang sedang melakukan pekerjaan.
Akibatnya beban kerja bertumpu di daerah pinggang dan menyebabkan otot pinggang
sebagai penahan beban utama akan mudah mengalami kelelahan dan selanjutnya akan
terjadi nyeri pada otot sekitar pinggang atau punggung bawah yang biasa disebut LBP
(Risyanto, 2008). Salah satu pekerjaan yang dapat meningkatkan resiko LBP yaitu pada
sektor pertanian. Data dari survey work-related disease di Inggris menunjukkan bahwa dari
43.000 pekerja disektor pertanian terjadi gangguan ergonomis dengan kasus LBP pada
27.000 pekerja, upper limb injury atau keluhan dileher pada 10.000 pekerja dan keluhan
pada lower limb injury pada 11.000 pekerja (Gusetoiu, 2010).

Menurut penelitian yang dilakukan pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung
Bandar lampung pekerja yang menderita LBP adalah 32 orang (66,7%) dan 16 pekerja
tidak mengeluh LBP (33,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor masa kerja,
beban kerja dan posisi kerja memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan LBP,
sedangkan usia, IMT, dan kebiasaan merokok tidak memiliki hubungan yang bermakna
dengan keluhan LBP. Tingkat risiko terbesar untuk terjadinya LBP adalah posisi kerja
(Andini, 2014). Penelitian dilakukan pada petani lansia menunjukkan risiko terjadi nyeri
punggang yaitu 54,7%, artinya bahwa mereka berada pada risiko terjadinya nyeri
punggung bawah. Posisi bekerja petani lansia memberikan kontribusi 35,1% terhadap
terjadinya risiko nyeri punggung bawah. Hal ini menunjukkan bahwa peran dari perawat
kesehatan kerja atau Occupational Health Nursing (OHN) di bidang pertanian harus
ditingkatkan (Silviyani et al., 2013).

1.2. Rumusan Masalah

a. apakah definisi low back pain?

b. apakah penyabab low back pain?

c. mengetahui tanda dan gejala lbp ?

1.3 tujuan

a.mengetahui definisi LBP

B.mengetahui penyebab LBP

C. mengetahui tanda dan gejala LBP


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Low Back Pain

Low Back Pain atau Nyeri punggung bawah adalah suatu pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan di daerah antara vertebra torakal 12 sampai dengan
bagian bawah pinggul. Yang timbul akibat adanya potensi kerusakan ataupun adanya
kerusakan jaringan antara lain : dermis pembuluh darah, facia muskulus, tendon, cartilago,
tulang ligament, intra artikuler meniscus, bursa (Paliyama, 2005) Low back pain
berhubungan dengan stress / strain otot punggung, tendon, ligament yang biasanya ada bila
melakukan aktifitas sehari – hari berlebihan. Nyeri bersifat tumpul, intensitas bervariasi
seringkali menjadi kronik, dapat terlokalisir atau dapat meluas ke sekitar glutea. Nyeri ini
tidak di sertai dengan hipertensi, parestesi, kelemahan atau defisit neurologis. Bila batuk
atau bersin tidak menjalar ke tungkai (Paliyama, 2005).

Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi


dua jenis, yaitu:

2.2.1. Acute Low Back Pain

Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba
dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu.
Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena
luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat
kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot,
ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal
dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

2.2.2. Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset
yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi
karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan
tumor.

2.2 Anatomi Fisiologi

a. Strukrur tulang vertebra lumbal

Tulang vertebra lumbal tersusun 5 vertebra yang bersendi satu sama lain yang berperan
penting dalam menjalankan fungsinya untuk menyangga tubuh dan alat gerak tubuh.
Susunan tulang vertebra secara umum terdiri dari corpus, arcus, dan foramen vertebra.

b. Diskus intervertebralis

1) bagian dalam disebut nukleus pulposus merupakan bahan gelatinosa dengan sifat daya
pengikat air yang kuat karena mengandung 88% air.

2) bagian tepi disebut annulus fibrosus yang terdiri dari atas serabutserabut kolagen yang
tersusun konsentrasi dan fibrikartilago yang berbeda dalam keterangan oleh nukleus
pulposus (Platzer, 1992). Merupakan struktur elastis diantara korpus vertebra. Struktur
diskus bagian dalam disebut nucleus pulposus, sedangkan bagian tepi disebut annulus
fibrosus. Diskus berfungsi sebagai bantalan sendi antara korpus yang berdekatan 12
sebagai shock breaker pada berbagai tekanan dalam menumpu berat badan (Kapandji,
1990).

c. Stabilitas Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan stabilisasi
aktif. Untuk stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari :

1) ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap diskus dan anterior
korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan ekstensi.

2) ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada bagian posterior
dikcus dan posterior korpus vertebra. Ligament ini berfungsi untuk mengontrol gerakan
fleksi.

3) ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang berfungsi melindungi
medulla spinalis dari posterior.
4) ligament tranfersum melekat pada tiap procesus tranversus yang berfungsi mengontrol
gerakan fleksi. Sedangkan yang berfungsi untuk stabilisasi aktif adalah adalah otot-otot
yang berfungsi untuk penggerak lumbal yang terletak di sebelah anterior, lateral maupun
posterior. Otot-otot disebelah anterior dan lateral, antara lain : m. rektus abdominis, m.
obliqus internus, m. psoas mayor, dan m. quadratus lumborum.Otot-otot di sebelah
posterior Antara lain: m. longisimus thorakalis, m.iliocostalis.

d. Biomekanik vertebra lumbal

Gerakan yang terjadi pada vertebra lumbal yaitu :

1) Gerakan fleksi Pengukuran lingkup gerak sendi dilakukan dengan menggunakan mid
line. Data yang diambil dalam pengukuran ini adalah lingkup gerak sendi pada vertebra.
Dalam pengukuran ini dilakukan dengan cara posisi pasien berdiri, kemudian terapis
meletakkan mid line dengan patokan Vc7 dan Vs1 untuk gerakan fleksi-ekstensi. Pasien
diminta melakukan gerakan fleksi-ekstensi dan diukur berapa selisih dari pengukuran
dalam posisi normal. Pada orang normal selisih antara posisi normal dengan posisi fleksi
atau ekstensi rata-rata sekitar 10cm atau 4 inci.

2) Gerakan lateral fleksi Dengan otot penggerak m. obliqus internus abdominis, m.


rektusabdominis. Untuk gerakan lateral fleksi,pengukuran dilakukan dengan meletakkan
mid line pada jari tengah, kemudian ukur jarak normal (saat berdiri tegak) dari jari tengah
sampai lantai. Setelah itu pasien diminta untuk melakukan gerak lateral fleksi kanan dan
kiri, ukur jaraknya dari jari tengah sampai lantai, apakah ada perbedaan yang mencolok
antara kanan dan kiri. Apabila ada perbedaan yang mencolok antara kanan dan kiri berati
ada keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada salah satu sisi.

2.3. Etiologi

a. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.

b. Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.

c. Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis


spinal, spondilitis,osteoartritis.

d. tidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.


2.4. Patologi

Pinggang adalah bagian belakang badan yang mengemban bagian tubuh dari toraks
keatas dan perut. Bagian tersebut ialah tulang belakang lumbal khususnya dan seluruh
tulang belakang umumnya. Tiap ruas tulang belakang berikut dengan diskus
intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan anatomic dan fisiologik.
Bagian depan yang terdiri dari korpus vertebralis dan diskus intervertebralis berfungsi
sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan terhadap tekanan-
tekanan menurut porosnya. Yang menahan tekanan tersebut ialah nucleus pulposus.
Fleksibilitas dijamin oleh ligamenta dan fasia-fasia yang kuat yang mengikat dan
membungkus korpus serta diskus intervertebralis. Tetapi fleksibilitas tersebut dijamin
terhadap penekukan kebelakang dan kesamping yang berlebihan oleh artikulus posterior
superior yang merupakan bagian belakang tiap ruas tulang belakang. Bagian belakang ini
terdiri dari pedikel, lamina serta processus spinosus dan transverses. Dalam
keseluruhannya bagian belakang menyediakan terowongan yang dikenal sebagai kanalis
vertebralis. Serta fasies artikulus inferior bersendi dengan faises artikulus tetangganya.
Persendian tersebut terdiri dari semua unsur jaringan yang dimiliki setiap sendi biasa tubuh,
yaitu kartilago, sinovial dan kapsul.

2.4 tanda dan gejala

Tingkat nyeri punggung yang dirasakan setiap penderita berbeda-beda, mulai dari ringan
hingga nyeri berat yang mengganggu aktivitas. Namun secara umum, gejala nyeri
punggung bawah memiliki ciri-ciri berupa:

 Nyeri punggung yang terasa seperti ditusuk atau tersetrum listrik.

 Nyeri punggung dapat dirasakan hanya di punggung saja atau meluas ke bagian tubuh lain,
misalnya menjalar hingga ke kaki.

 Nyeri dirasakan pada posisi tertentu, seperti saat duduk atau berjalan, namun membaik saat
berdiri atau berbaring.

 Nyeri punggung kumat atau semakin berat setelah mengangkat benda berat.

 Nyeri punggung dapat disertai kedutan otot (spasme).


Penyebab Nyeri Punggung Bawah

Nyeri punggung bawah dapat dirasakan selama beberapa hari hingga beberapa minggu,
namun biasanya kurang dari 6 minggu. Nyeri ini bisa disebabkan oleh sejumlah hal, seperti
cedera karena terjatuh atau terbentur, pergerakan tubuh yang berlebihan, atau mengangkat
beban berat.

Selain itu, nyeri punggung bawah juga dapat disebabkan oleh:

 Kekakuan otot

Otot yang kaku akibat jarang bergerak dapat menimbulkan nyeri punggung bawah.

 Kerusakan pada celah sendi tulang belakang

Seiring bertambahnya usia, akan terjadi kelemahan pada jaringan di celah sendi, sehingga
bantalan tulang belakang menonjol. Penonjolan ini dapat menekan saraf tulang belakang
(saraf terjepit) dan menyebabkan nyeri yang menjalar ke kaki.

 Radang sendi (arthritis)

Pada beberapa kasus, radang sendi dapat menyebabkan penyempitan padda sendi dan ruas
tulang belakang, sehingga menimbulkan nyeri.

 Kelainan bentuk dan pengeroposan tulang belakang

Kelainan bentuk tulang belakang, misalnya kifosis dan pengeroposan tulang (osteoporosis)
dapat menyebabkan penekanan pada saraf dan menimbulkan nyeri.

 Gangguan pada saraf tulang belakang

Kondisi ini dapat terjadi akibat radang, penekanan, cedera, atau tumor yang menekan saraf
tulang belakang.

 Batu ginjal

Biasanya nyeri punggung bawah karena batu ginjal dirasakan hanya pada satu sisi
punggung, dan nyerinya terasa tajam.

2.5. Patofisiologi
Nyeri punggung bawah biasanya berhubungan dengan peristiwa traumatik spesifik
(misal, mengangkat beban berat) atau stres mekanis kontinu terhadap ligament atau otot
penyokong lumbo-sacral. Tipe nyeri ini juga dapat disebabkan oleh postur pasien dengan
lodorsis lumbal yang menonjol akibat lemahnya otot-otot abdomen, otot-otot hamstring
yang mengencang, atau pemakaian sepatu bertumit tinggi (David, 2001). Lengkung tulang
belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh
membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat
penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, maslah postur, masalh struktur, dan peregangan berlebihan
pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung (Lukman, 2011).
2.1.6 Prognosis
Nyeri punggung bawah dapat berulang dengan kejadian lebih berat dan lama bila
berhubungan dengan pekerjaan. Sekitar 90% nyeri punggung bawah akan mengalami
penyembuhan spontan dalam 4-6 minggu tetapi cenderung berulang (Tjokorda, 2009).
Orang yang gejalanya berlangsung kurang dari 6 minggu sejak onset umumnya
dikategorikan sebagai “NPB akut”, berkembang menjadi “NPB subakut” jika gejala
berlangsung 6 sampai 12 minggu, dan “NPB kronis” jika gejala melebihi 12 minggu
(Dagenais, 2012).
s
BAB III

STUDI KASUS

Tanggal pembuatan laporan : 12 desember 2019

Kondisi/kasus : Ft b

I.Keterangan umum penderita

Nama :Kanten surbakti

Umur :63 tahun

Jenis kelamin :laki-laki

Agama :islam

Pekerjaan :pensiunan PNS

Alamat :Jl.sei mencirim no 126

II. data-data medis rumah sakit

A.Diagnosis medis

LBP (Facet joint)

B.catatan klinis

Tidak ada dilakukan

C.Terapi umum (general treatment)

Terapi 2x seminggu

Medica mentosa

D.Rujukan fisioterapi dari dokter

Mohon diberi tindakan fisioterapi pada pasien yang bernama kanten surbakti (63 tahun) dengan
keluhan nyeri di pinggang bawah dari poli orthopedic Dr.heru SP.OT

III.Segi fisioterapi
Tanggal : 12 desember

A.Pemeriksaan subyektif

B. ANAMNESIS (AUTO/HETERO)

1. KELUHAN UTAMA :
Adanya nyeri di daerah punggung bawah dan menjalar hingga ke tungkai bawah s

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Pasien datag ke poli fisioterapi USU pada tanggal 12 desember 2019 dengan keluhan nyeri
di daerah punggung bawah dan menjalar hingga ke tungkai bawah sudah dialami selama lebih
kurang 2 bulan.nyerinya akan bertambah saat os tersebut berjalan jauh.dan nyerinya berkurang
saat pasien dalam keadaan istirahat.os tersebut sudah pernah berobat di poli orthopedi tapi tidak
ada hasil sehinga os berobat ke poli fisioterapi USU sampai sekarang

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :


Ada asam urat
Adanya nyeri di lutut
4. RIWAYAT PRIBADI ( KETERANGAN UMUM PENDERITA) :
Pasien adalah pensiunan PNS dan sekarang aktivitas kesehariannya adalah berladang
6. RIWAYAT KELUARGA :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan
pasien.

7. ANAMNESIS SISTEM :

System Keterangan

Kepala dan leher Dalam batas normal

Kardiovaskuler Dalam batas normal

Respirasi Dalam batas normal


Gastrointestinalis Dalam batas normal

Urogenital Dalam batas normal

Musculoskletal Adanya nyeri pada punggung bawah

Nervorum Adanya nyeri menjalar ke tungkai bawah


sebelah kiri

C. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
1.1. TANDA-TANDA VITAL
a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b. Denyut Nadi : 80 x / menit
c. Pernapasan : 22 x / menit
d. Temperatur : 36˚ C
e. Tinggi Badan : 171 Cm
f. Berat Badan : 82 Kg

1.2. INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)


(Statis) :
- pasien datang dengan wajah menahan sedikit rasa sakit
- postur tubuh pasien tidak tegap
(Dinamis) :
- os datang tidak pakai alat bantu jalan
- os berjalan dengan sedikit pincang

1.3. PALPASI
- Teraba suhu tubuh pasien normal
- spasme pada m.rectus abdominis
- tidak ada odema
- adanyeri tekan pada para lumbal
1.4. PERKUSI
Tidak dilakukan.

1.5. AUSKULTASI :

Tidak dilakukan

IV. KOGNITIF, INTRA PERSONAL & INTER PERSONAL

a) Kognitif : Kognitif Pasien baik, pasien mampu menceritakan awal kejadian


pasien sakit hingga sekarang.
b) Intrapersonal : Pasien memiliki semangat yang tinggi untuk sembuh.
c) Interpersonal : pasien mampuh bekerjasama dengan Fisioterapis dan tenaga
medis lainya.

V. KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIFITAS FUNGSIONAL &


LINGKUNGAN AKTIVITAS :
Fungsional dasar
- Adanya nyeri saat posisi bangun ke duduk
- Adanya nyeri saat posisi jongkok ke berdiri
Fungsional aktivitas
- Adanya keluhan nyeri saat pasien berjalan
- Adanya nyeri saat pasien naik turun tangga
Lingkungan aktivitas
- Pasien tidak mampu mengikuti kegiatan gotong royong

V.I pemeriksaan

a.dengan menggunakan vas

nyeri diam :3

nyeri tekan :4

nyeri diam :5
b. tes SLR (+)

C. kekuatan otot (MMT)

D.pemeriksaan LGS

Flexi trunk :4

Extensi trunk :2

Slide flexi kanan :11

Slide flexi kiri :14

1.9 diagnosis fisioterapi

1) impairment

- Adanya nyeri gerak dan tekan pada pinggang bawah

- Adanya spasme otot paravertebr

- Adanya keterbatasan LGS dan kelemahan otot pinggang bawah

2) fungsional limitatipn

- Adanya gangguan dari posisi tidur ke duduk.

- Adanya gangguan saat berjalan.

- Adanya gangguan saat aktifitas sholat.

- Adanya gangguan fungsional berdiri ke jongkok.

VII.PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI

1.TUJUAN

A.jangka pendek

- mengurangi nyeri pinggang bawah

-mengurangi spasme otot para vertebra

-meningkatkan LGS trunk


-meningkatkan kekuatan otot

B.tujuan jangka panjang

-meningkatkan atau mengembalikan aktifitas fungsional sehari-hari secara maksimal yaitu


aktifitas jongkok berdiri,membungkuk dan berjalan

VIII.Tindakan fisioterapi

a.teknologi yang terpilih

IR

TENS

Terapi latihan

b.edukasi

- pasien diminta untuk tidak melakukan aktifitas yang berat

- pasien diminta melakukan latihan-latihan yang diberikan fisioterapis

-pasien diminta untuk rajin berenang

IX.Rencana evaluasi

Skala nyeri : VAS

Kekuatan otot : MMT

LGA :Mid line

x.Hasil evaluasi terakhir

1. Evaluasi Hasil Penurunan Nyeri

No pemeriksaan nyeri T1 T2 T3

1 Nyeri diam 3 3 2
2 Nyeri tekan 4 4 3
3 Nyeri gerak 5 5 4
2. Evaluasi Hasil LGS

No Gerakan T1 T2 T3

1 Flexi trunk 4 5 5
2 extensi trunk 2 3 5
3 slide flexi kanan 11 12 14
4 slide flexi kiri 14 15 16

3. Evaluasi Kekuatan otot

No gerakan T1 T2 T3

1 Flexi trunk 5 5 5
2 extensi trunk 3 3 4
3 slide flexi kanan 4 4 4
4 slide flexi kiri 4 4 4

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Low back pain adalah suatu kondisi dimana timbul rasa nyeri pada pin`ggang bawah yang
sangat komplek, jika dilihat dari faktor penyebabnya. Low back pain (miogenik) akan banyak
menimbulkan permasalahan. Permasalahan yaitu permasalahan kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional. Adapun permasalahan kapasitas fisiknya berupa adanya nyeri tekan dan nyeri gerak
pada pinggang bawah, adanya spasma pada otot, otot paravertebra, adanya keterbatasan LGS
Trunk. Untuk permasalahan kemampuan fungsionalnya adalah gangguan saat membungkuk,
gangguan saat jongkok dan gangguan saat jalan. Untuk mengurangi semua permasalahan-
permasalahan tersebut, modalitas fisioterapi yang dapat diberikan berupa IR, massage, dan terapi
latihan berupa William Exercise. Dari hasil pemeriksaan terakhir didapatkan adanya peningkatan
LGS trunk, penurunan rasa nyeri diam, nyeri tekan, dan nyeri geraknya, serta adanya peningkatan
kekuatan otot fleksor dan ekstensor trunk.
B. Saran

Penderita Low back pain oleh karena trauma dengan kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional yang ada masih dihadapkan pada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari sehingga
memerlukan pertolongan terhadap masalah yang dihadapinya. Untuk memperoleh hasil terapi
yang optimal diperlukan kerjasama yang baik antara penderita dan terapis serta tim media yang
terkait sehingga memungkinkan didapatkan hasil yang maksimal. Pada kondisi ini maka perlu
kiranya diberikan saran kepada penderita yang mengalaminya untuk :

(1) secara rutin melakukan latihan yang telah diajarkan oleh terapis yaitu metode William
Flexi, (2) selalu memakai korset saat beraktifitas untuk memberikan stabilisasi pada
vertebra,

(3) hindarkan pembebanan yang berlebih pada vertebra lumbal misalnya dengan
mengangkat, atau memindahkan barang secara benar seperti lifting teknik yang sudah
diajarkan,

(4) melakukan terapi secara rutin dan teratur dimana pengobatan selama 6x itu belum
cukup untuk memperoleh hasil yang maksimal,

(5) selalu kontrol dokter untuk mengetahui tingkat kesembuhan,

(6) dianjurkan kepada pasien untuk melakukan sit up, back up.
Daftar pustaka

Apley, A Graham and Louis Solomon, 1994; Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem
Apley ; Edisi Ketujuh, Alih Bahasa Edi Nugroho, Widya Medika.

Basmajian, John U, 1978; Therapeutic Exercise; Third Edition, Rehabilitation median,


Jakarta.

Borenstein, G David, 1989; Low back Pain Medical, Diagnosis and Comprehensive
Management; W B. Saunders Company, Philadelphia.

Cailliet, R, 1979; Low Back Pain Syndrome; Second Edition, F. A Davis Company,
Philadelphia.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW
BACK PAIN

Nama kelompok : dwi adinda sembiring


Valentino sembiring
Ita oktafia nainggolan
Yeyen sihotang

STIKES SITIHAJAR MEDAN


2019/2020

Anda mungkin juga menyukai