Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TBC) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

menjadi tantangan global. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Indonesia merupakan salah

satu negara yang mempunyai beban tuberculosis yang terbesar diantara 8 negara

yaitu India (27%), China (9%), Indonesia (8%), Philippina (6%), Pakistan (5%),

Nigeria (4%), Bangladesh (4%) dan Afrika Selatan (3%) (Global Tuberculosis

Report,2018).
Secara Global kasus baru Tuberkulosis sebesar 6,4 juta, Setara dengan 64% dari

insiden Tuberkulosis (10,0 juta). Tuberkulosis tetap menjadi 10 penyebab kematian

tertinggi di dunia dan kematian tuberculosis secara global diperkirakan 1,3 juta

pasien (WHO, Global Tuberculosis Report,2018).


Jumlah kasus tuberculosis pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 566.623 kasus,

meningkat bila dibandingkan dengan semua kasus tuberculosis yang ditemukan

pada tahun 2017 sebesar 446.732 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan

terdapat diprovinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa

Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 44%

dari jumlah seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia.


Jumlah kasus tuberkulosis pada laki-laki lebih tinggai daripada perempuan yaitu

1,3 kali dibandingkan pada perempuan. Pada masing-masing provinsi di seluruh

Indonesia kasus lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.


Pada tahun 2018 kasus tuberkulosis terbanyak ditemukan pada kelompok umur

45-54 tahun yaitu sebesar 14,2% diikuti kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar
13,8% dan pada kelompok umur 35-44 tahun yaitu sebesar 13,4% (Ditjen P2P,

Kemenkes RI, 2019).


Case Detection Rate kasus tuberkulosis pada tahun 2018 sebesar 67,2% dan

angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2017 yang sebesar 52,6 %.

Sedangkan CDR kasus tuberkulosis di Provinsi Sematera Selatan pada tahun 2018

sebesar 50,1% dan angka ini meningkat dibandingkat dengan tahun 2017 yang

sebesar 37,3% (Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2018-2019).


Kejadian TB di Sumatera Selatan bukan yang tertinggi di Indonesia akan tetapi

mengalami peningkatan jumalah setiap tahun. Pada 2016 tercatat sebanyak 1.312

kasus baru BTA positif dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan tercatat

sebesar 2.618 kasus baru BTA positif di Sumatera Selatan (Profil Dinas Kesehatan,

2017).
Penyakit TB Paru ditularkan melalui airborne yaitu inhalasi droplet yang

mengandung kuman mycobacterium tuberculosis. Pasien TB Paru akan mengeluh

batuk yang disertai dahak dan atau batuk berdarah, sesak napas, nyeri pada daerah

dada, keringat pada malam hari, penurunan nafsu makan. Pemeriksaan fisik

menunjukkan tanda-tanda berupa peningkatan frekuensi napas, irama napas tidak

teratur, dan rochi (Ardiansyah, 2012). Merujuk pada manifestasi tersebut, masalah

keperawatan yang umum terjadi pada pasien TB Paru adalah bersihan jalan nafas

tidak efektif (Herdman, 2018).


Bersihan jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal akibat

ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh secret yang kental

atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, status secret dan batuk tidak

efektif karena penyakit persyarafan seperti cerebro vascular accident (CVA), efek

pengobatan sedatif dan lain-lain (Hidayat. A, 2009). Obstruksi saluran nafas


disebabkan oleh menumpuknya sputum pada jalan napas yang akan mengakibatkan

ventilasi menjadi tidak adekuat. Untuk itu perlu dilakukan tindakan memobilisasi

pengeluaran sputum agar proses pernapasan dapat berjalan dengan baik guna

mencukupi kebutuhan oksigen tubuh (Endrawati, Aminingsih S, & Aristia D,

2014).
Salah satu intervensi keperawatan yang bisa diterapkan untuk membersihkan

sputum pada jalan nafas adalah fisioterapi dada dan batuk efektif. Banyak

penelitian yang telah membuktikan fisioterapi dada dan batuk efektif dapat

membantu pasien mengeluarkan sputum dan dinilai efektif karena bisa dilakukan

oleh keluarga, mudah dan bisa dilakukan kapan saja.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan “

Bagaimanakah Penerapan Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif Terhadap Bersihan

Jalan Nafas Tidak Efektif Pasien TB Paru Diruang Rawat Inap Rs. Siti Aisyah Kota

Lubuklinggau Tahun 2019 “

Anda mungkin juga menyukai