Spiritual Pada Pasien Kanker
Spiritual Pada Pasien Kanker
LOGO STIKKU
PENULIS
…………………………..
KUNINGAN
2019
KATA PENGANTAR
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………..
Kuningan, …………………
Penulis
(……………………….)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................4
2.7 Pembahasan.........................................................................................................................14
RINGKASAN.................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………..21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
keberadaan hal-hal yang lebih kuat dari dirinya, atau menemukan ikatan dengan
(dengan kekuatan yang lebih tinggi), dan horizontal (dengan manusia lain), di luar
“diri sendiri.” Pengalaman ini memberikan arahan dalam hidup dan makna untuk
sesuatu dan saat krisis. Krisis ini dapat berupa penyakit, keluhan sakit, kehilangan,
Sekarang ini, kanker dianggap sebagai salah satu masalah kesehatan yang
pada tahun 2012, 14,1juta kasus kanker baru telah dilaporkan. Terdapat 1,7juta
kematian akibat kanker setiap tahun di Eropa, dan diperirakan bahwa prevalensi
kanker akan menjadi dua kali lipat hingga 2020. Diagnosis kanker dapat
menyebabkan munculnya perasaan takut, cemas, depresi, dan putus asa, dan dapat
diri dan keyakinan spiritual terancam dan hubungan personal terganggu karena
iv
kurangnya kepercayaan diri, mekanisme yang sebelumnya adaptif menjadi tidak
cukup. Perawatan di rumah sakit dapat memicu perasaan kesepian dan pada
akhirnya krisis spiritual muncul pada mereka. Krisis ini dapat menyebabkan
kritis, seperti kanker, pasien memunculkan kebutuhan yang khusus, yang paling
spiritual, dan penyesuaian spiritual adalah metode terkuat yang mereka gunakan
bagian tak terpisahkan dari manusia dan merupakan sumber terdalam dan terkuat
untuk penyembuhan. Karenanya, salah satu tanggung jawab perawat adalah untuk
penyakit, atau masalah-masalah pada akhir kehidupan, pasien kanker dapat lebih
spiritual yang diperlukan oleh pelaku rawat, dan respons terhadap kebutuhan
2
spiritual pasien kanker cenderung minimal atau terabaikan. Kegagalan untuk
dalam memahami konsep spiritualitas dan tanggung jawab perawat yang ambigu
tidak terpenuhi, sejauh ini baru ada sedikit studi untuk menjelaskan kebutuhan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Akar kata dari “spirit” adalah nafas (Latin: spiritus) dan mudah untuk
badan dan jiwa. Spirit atau nafas merupakan yang memberikan kehidupan kepada
badan. Jiwa atau pikiran (psyche), istilah tersebut diartikan sebagai bagian penting
yang tidak berwujud dari manusia, menyatu secara sementara dengan tubuh
Guru spiritual timur berbagi minat yang sama, meskipun penekanan mereka
"diri", atman. Teks Weda awal menghubungkan antara atman dengan nafas
sebagai dukungan lebih lanjut untuk menolak bahasa jiwa sebagai ketinggalan
zaman. Namun, dalam penciptaan nama "psikoanalisis", Freud membuat referensi
sadar untuk mitoseros dan jiwa. Profesional kesehatan harus jelas tentang konsep
yang mereka gunakan dan definisi yang efektif diperlukan untuk konteks
pada orang yang beragama dan berspiritual. Salah satu penelitian di Amerika
-53% lebih kecil kemungkinannya untuk mati dari penyakit koroner daripada yang
tidak
memperlihatkan bahwa doa Rosario dan yoga mantra memiliki efek pada ritme
prediktor bebas dari prognosis yang buruk dari penyakit jantung. Spiritualitas
Dua hal tersebut sangat erat terkait, tapi sementara itu adalah mungkin
untuk otentik spiritual tanpa agama, sulit untuk menjadi otentik agama tanpa
spiritual. Untuk alasan ini, agama dapat dilihat sebagai salah satu cara di mana
didukung secara empiris oleh penelitian Woods dan Ironson (1999). Mereka
menemukan perbedaan antara orang spiritual dan orang yang religius. Subyek
bentuk hubungan manusia dengan dimensi yang lebih tinggi (The Higher Power)
dan Tuhan di dalam dirinya. Agama lebih merupakan sebuah sistem keyakinan
karena itu,bahasa, makanan, pakaian, struktur sosial dan adat istiadat dibentuk
oleh keyakinan dan praktik keagamaan, seperti di Katolik Roma, Hindu, atau
Dalam budaya Barat yang sekuler, di mana keyakinan dan nilai-nilai yang
ekspresi dalam berbagai bentuk, belum tentu religius. Perawatan spiritual yang
efektif akan memahami bahwa kebutuhan rohani adalah hal yang sangat penting
yang mereka miliki dan pertemuan mereka dengan orang lain. Young (2007) juga
menjelaskan bahwa proses penuaan adalah suatu langkah yang penting dalam
berusaha mencapai pemahaman yang lebih tinggi tentang hidup mereka dan
keyakinan dan nilai-nilai yang telah lama diyakini. Ini mungkin tidak dengan
sendirinya menjadi hal yang buruk dan pasien mungkin datang untuk menghargai
seseorang juga dapat dipicu oleh evaluasi kembali keyakinan seseorang , hal
tersebut dapat menjengkelkan bagi pengasuh, profesional, dan keluarga, dan orang
kepercayaan aktif pada mereka yang tidak memiliki hubungan afiliasi tertentu
dengan kelompok agama. Tetapi kebangkitan ini dapat mempertahankan atau
2009).
anekdot bahwa dalam penyakit terminal, yang penting adalah tidak begitu banyak
pasien percaya terhadap sesuatu, namun kekuatan keyakinan mereka yang paling
penting.
kehidupan setelah kematian dikaitkan dengan rendahnya tingkat putus asa pada
akhir kehidupan (keinginan untuk mati, keputusasaan, keinginan bunuh diri), tapi
tidak dikaitkan dengan tingkat depresi atau kecemasan, dan menyimpulkan bahwa
spiritualitas memiliki efek yang jauh lebih kuat pada fungsi psikologis daripada
keyakinan akhirat.
pandang pasien tentang kematian dan ketakutan mereka yang sebenarnya tentang
penentu yang kurang kritis tentang takut kematian namun yang menentukan
penderita kanker serviks dengan tingkat spiritualitas baik. Penelitian Hallstead dan
keyakinan bahwa hidup dengan kanker adalah bagian hidup yang harus
dijalaninya tetapi disisi lain mereka merasakan hidupnya menjadi tidak pasti.
penderita penyakit terminal. Penelitian lain yang mendukung tema penelitian ini
menjadi mekanisme koping dan faktor yang berkontribusi penting terhadap proses
religius yang kuat akan mengantarkan pasien tersebut pada prognosis yang lebih
Vanderwerker, Block, Paulk dan Lathan diketahui bahwa 96% dari orang dewasa
terhadap Tuhan dan 70% diantaranya mengungkapkan bahwa agama adalah salah
agama sebagai respon terhadap tantangan penyakit terminal, bahkan ketika hal ini
terinspirasi untuk menjadi religius sebagai akibat dari penyakit mereka, mereka
penyimpangan diri akan memastikan bahwa klien ditangani secara sensitif, nilai-
nilai dan kepercayaan tidak dibebankan kepada orang lain, terutama tentang
mencoba untuk mengubah keyakinan sendiri atau budaya. Dalam sebuah makalah
yang banyak dikutip tentang rasa sakit rohani, Cicely Saunders menulis bahwa
meskipun pekerjaan yang sangat membuat tertekan, pasien sangat sakit dan
mungkin tidak ada semangat untuk hidup , kita harus tetap tekun dalam
merawatnya. Dia akan menunjukkan bahwa perawatan spiritual pada suatu waktu
terkait secara eksplisit untuk apa yang kita katakan dan mereka akan mengetahui
bahwa kita peduli dengan mereka. Ini didasarkan tidak hanya dalam apa yang
dikatakan, melainkan dalam apa yang harus dilakukan. Istilah ' paliatif ' mencakup
beberapa hal yaitu apa yang dapat anda lakukan ketika tidak ada yang lain bisa
dilakukan.
Membaca Kitab Suci merupakan salah satu bagian dari intervensi spiritual
kenyamanan. Bacaan Kitab Suci dapat menjadi sebuah sumber kenyamanan dan
Perawatan rohani adalah relevan dalam semua aspek perawatan pasien dan
penyediaan makanan dan privasi serta kesempatan untuk berdoa atau tertawa dan
dengan cara merespon pasien sebagai individu yang terpadu yang mengalami
mana pasien diterima tanpa syarat. Mampu melepaskan diri dari keegoisan anda
Beberapa mikro dan makro skill/ teknik konseling yang harus dimiliki
a. Sikap menerima tanpa syarat dengan penuh kasih dan penghargaan terhadap
b. Bersikap lemah lembut, mendukung keadaan klien dan selalu dalam posisi
mengalah.
d. Bersikap sabar dan tabah dalam membimbing keadaan klien, bersikap sebagai
orang tua dan dapat menjadi tranference yang baik dalam pemindahan konflik
yang dihadapinya.
e. Selalu tersenyum, bersahabat dan hangat mulai dari fase opening konseling
f. Bersikap rela/ tulus dalam membimbing dan memberikan konseling pada klien
dan siap setiap saat jika dibutuhkan sebagai support dalam situasi kritis. g.
Kemudian beberapa hal yang perlu dihindari oleh seorang konselor dalam
b. Kesimpulan tergesa-gesa
c. Terburu-buru
d. Campur tangan terlalu jauh
g. Mudah menghakimi
h. Memaksa konseling
mendukung atau mengembalikan harapan dalam beberapa cara adalah yang paling
menyatakan harapan adalah dasar dari aspek spiritual. Harapan yang rendah dan
2.7 Pembahasan
Satu kebutuhan manusia yang penting adalah kontak dengan orang lain.
diekspresikan dalam bentuk cinta, perasaan memiliki, dan kontak dengan orang
lain. Pada studi yang dilakukan Bussing dan Koenig, satu masalah yang dialami
oleh pasien kanker adalah komunikasi dengan keluarga dan teman (Simha,2013).
dengan diagnosis, terapi, dan perasaan tidak stabil karena adanya kemungkinan
titik di mana mereka merasa bahwa mereka berada posisi yang tidak pasti dan
sangat putus asa. Kanker menyebabkan hilangnya harapan dan mimpi-mimpi dan
mempengaruhi tidak hanya tubuh tetapi juga jiwa dan menyebabkan munculnya
apapun. Pada studi ini, peserta menilai doa dari orang lain sebagai sesuatu yang
sangat penting. Pasien juga menginginkan doa dari orang lain untuk diri mereka
dan menganggap hasilnya positif. Pada studi ini, peserta berharap orang lain
sakitnya. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa salah satu dimensi koping
dengan penyakit adalah sikap orang dan perasaan kasihan terhadap pasien, yang
menyebutkan sudah adanya hubungan yang tepat dengan tim medis, termasuk
hormat, karena studi ini dilakukan di Iran dan india, latar belakang agama mereka
hormat. Studi-studi telah menunjukkan bahwa di Iran dan india, perawat memiliki
sikap spiritual terhadap profesi mereka, percaya pada adanya imbalan spiritual
sendiri untuk berdoa pada Tuhan. Mereka percaya bahwa mereka bisa
mendapatkan kedamaian dengan cara ini. Selain itu, Galek et al. melaporkan
adanya keperluan untuk kedamaian sebagai salah satu kebutuhan emosional dari
tentang spiritualitas dan jenis dan waktu dari perlakuan spiritual di mana hampir
pasien.
Samson dan Zerter menangkap poin bahwa pada pasien kanker, kesiapan
untuk membantu orang lain meningkatkan makna dan harapan dalam kehidupan
mereka dan memberi harapan untuk orang lain, Pada studi yang dilakukan oleh
tujuan eksistensialnya yang didapat dari hidupnya, dan bagian ini sendiri
menyusun dimensi spiritual dalam hidup. Pada studi yang juga dilakukan oleh
lebih banyak apresiasi untuk berkah yang diberikan oleh Tuhan, berkurangnya
perhatian terhadap urusan duniawi, dan meningkatnya perhatian terhadap dunia
lain setelah kematian, mendapatkan pandangan yang positif tentang hidup dan
masa depan. Pada studi yang dilakukan Samson dan Zerter, pengalaman pasien
perubahan pada nilai-nilai dan prioritas dan mereka menemukan perspektif baru
hidupnya menjadi bermakna dan berguna untuk orang lain. Pada studi ini,
religius bahwa mereka menjadi sakit karena kehendak Tuhan dan bahwa sakitnya
adalah takdir yang telah digariskan. Beberapa percaya bahwa penyakitnya adalah
ujian dari Tuhan untuk menguji keimanan mereka. Meskipun begitu, jika
dapat mengalami stres yang lebih tinggi. Taleghani et al. menemukan bahwa
sebagian besar pasien yang mereka kaji percaya bahwa penyakitnya merupakan
ujian dari Tuhan, dan bahwa mereka harus berupaya untuk melewati ujian ini,
besar pasien adalah lebih kuat dibanding sebelumnya. Rahnama et al. menyatakan
bahwa sumber daya spiritual dan religius dapat mengarahkan pada sensasi umum
berupa harapan dan optimism terhadap hidup. McClain et al. juga menyebutkan
kepercayaan keagamaan.
Kebutuhan spiritual lain yang dibahas secara garis besar dalam tema
awitan penyakit, hubungan mereka lebih dekat dengan Tuhan dan pemuka agama.
harapan, optimisme, dan kekuatan dalam diri untuk beradaptasi dengan stres. Pada
beberapa studi , berdoa, termasuk mengucapkan kalimat doa dan melakukan ritual
Pelaksanaan ritual agama oleh peserta adalah sangat kuat. Mereka meminta
pemuka agama untuk berdoa untuk kedamaian atau kesembuhan penyakit mereka.
begitu, pada studi ini, beberapa pasien tidak datang ke tempat-tempat ibadah
karena perubahan fisiknya dan cara orang yang tidak biasa saat memandang
mereka. Peserta pada studi yang dilakukan oleh Taleghani et al. juga percaya
bahwa kesadaran orang lain tentang penyakit mereka adalah suatu masalah dan
terhadap persepsi dan kebutuhan spiritual pasien dengan kanker oleh staf medis
dapat memiliki nilai yang penting, temuan-temuan dari studi ini dapat membantuk
oleh staf medis, perlunya rencana yang sesuai untuk intervensi, dan jumlah pasien
dengan kanker yang semakin bertambah, hasil studi ini dapat berguna, terutama
untuk perawat, untuk dapat berkomunikasi secara sesuai dengan pasien. Selain itu,
hasil studi ini dapat digunakan oleh peneliti, manajer, dan perencana untuk
perencanaan berbasis bukti yang sesuai. Studi ini dapat direplikasi di lokasi lain
dan pada kondisi budaya yang berbeda. Sementara itu, studi ini juga dapat
dilakukan dengan lebih banyak pasien kanker dengan jenis kanker yang lebih
banyak pula, berdasarkan jender, usia, jenis kanker, tahapan kanker, dsb., dan
kebutuhan spiritual menurut topik di atas dapat diselidiki dan dilaporkan (Simha,
2013).
BAB III
RINGKASAN
memberikan ide yang baik tentang pengalaman ini dan bagaimana pasien
menghadapinya.
efektif.
tampaknya tidak sepenuhnya berlaku pada latar India maupun Iran. Studi ini
perawatan paliatif di India dan Iran, karena tidak semua aspek model barat dapat
training untuk perawatan spiritual pada latar perawatan paliatif (Simha, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Edwards A, Pang N, Shiu V, Chan C. The understanding of spirituality and the potential
role of spiritual care in end-of-life and palliative care: A meta-study of
qualitative research. Palliat Med. 2010;24:753–70. [PubMed]
Geneva: World Health Organisation; 1998. World Health Organisation. WHOQOL and
spirituality, religiousness and personal beliefs: Report on WHO consultation.
Ross L. Why the increasing interest in spirituality within healthcare? In: McSherry W,
Ross L, editors. Spiritual assessment in healthcare practice. Cumbria: M and K
Publishing; 2010. p. 10.
21
22