Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN

HALUSINASI

I. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa diman klien mengalami
perubahan persepsi sensori. Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya
rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan
sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, psikotik ataupun histerik
(Maramis, 1994). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Halusinasi adalah suatu
penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimuli ekstern; persepsi palsu (Lubis, 1993).
Berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada klien
dengan halusinasi

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi Dengar  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-suara
(klien mendengar suara atau sendiri atau kegaduhan
bunyi yang tidak ada  Marah-marah tanpa  Mendengar suara yang
hubungannya dengan sebab mengajak bercakap-cakap
stimulus yang nyata atau  Mendekatkan telinga ke  Mendengar suara
lingkungan) arah tertentu menyuruh melakukan
 Menutup telinga sesuatu yang berbahaya
Halusinasi penglihatan  Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan, sinar,
(klien melihat gambaran arah tertentu bentuk geometris, kartun,
yang jelas atau samar  Ketakutan pada sesuatu melihat hantu, atau monster.
terhadap adanya stimulus yang tidak jelas
yang nyata dari lingkungan
dan orang lain tidak
melihatnya).
Halusinasi penciuman  Mengendus-endus Membaui bau-bauan seperti
(klien mencium suatu bau seperti sedang membaui bau darah, urine, feses, dan
yang muncul dari sumber bau-bauan tertentu terkadang bau-bau tersebut
tertentu tanpa stimulus yang  Menutup hidung menyenangkan bagi klien.
nyata)
Halusinasi pengecapan  Sering meludah Merasakan rasa seperti
(klien merasakan sesuatu  Muntah darah, urine, atau feses.
yang tidak nyata, biasanya
merasakan rasa makanan
yang tidak enak)

Halusinasi perabaan  Menggaruk-garuk  Mengatakan ada serangga


(klien merasakan sesuatu permukaan kulit. di permukaan kulit
pada kulitnya tanpa ada  Merasa seperti tersengat
stimulus yang nyata) listrik.
Halusinasi Kinestetik Memegang kakinya yang Mengatakan badannya
(klien merasa badannya dianggapnya bergerak melayang di udara.
bergerak dalam suatu sendiri.
ruangan atau anggota

1
badannya bergerak).
Halusinasi Viseral Memegang badannya yang Mengatakan perutnya
(perasaan tertentu timbul). dianggapnya berubah menjadi mengecil setelah
bentuk dan tidak normal minum soft drink.
seperti biasanya.

II. Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat
meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetik.
2.1 Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
2.2 Faktor Sosiokultural
Berbagai factor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan
yang membesarkannya.
2.3 Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stress yang berleihan, maka di dalam tubuhnya akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik nuorokimia seperti
buffofenon dan dimethytranferase (DMP).
2.4 Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan
stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi
realitas.
2.5 Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

III. Faktor Presipitasi


Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien

2
dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di
lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan
yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

IV. Manifestasi Klinis/Tanda gejala


Perilaku yang dapat
Tahap Ciri-ciri
diobservasi
Comforting Klien yang berhalusinasi mengalami  Tersenyum lebar,
Halusinasi emosi yang intense seperti cemas, menyeringai tetapi
menyenangkan, Cemas kesepian, rasa bersalah, dan takut dan tampak tidak tepat
ringan mencoba untuk berfokus pada pikiran  Menggerakan bibir
yang menyenangkan untuk tanpa membuat suara
menghilangkan kecemasan. Seseorang  Pergerakan mata yang
mengenal bahwa pikiran dan cepat
pengalaman sensori berada dalam  Respon verbal yang
kesadaran control jika kecemasan lambat seperti asyik
tersebut bisa dikelola.  Diam dan tampak asyik
Comdemning Penngalaman sensori menjijikan dan  Ditandai dengan
Halusinasi menjijikan, menakutkan. Klien yang berhalusinasi peningkatan kerja
Cemas sedang mulai merasa kehilangan control dan system saraf autonomic
mungkin berusaha menjauhkan diri, yang menunjukan
serta merasa malu dengan adanya kecemasan misalnya
pengalaman sensori tersebut dan terdapat peningkatan
menarik diri dari orang lain. nadi, pernafasan dan
tekanan darah.
 Rentang perhatian
menjadi sempit
 Asyik dengan
penngalaman sensori
dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk
membedakan halusinasi
dengan realitas.
Controlling Klien yang berhalusinasi menyerah  Arahan yang diberikan
Pengalaman sensori untuk mencoba melawan halusinasi tidak hanya
berkuasa, Cemas berat pengalaman halusinasinya. Isi dijadikan objek saja oleh
halusinasi bisa menjadi klien tetapi mungkin
menarik/meimkat. Seseorang akan diikitu/dituruti
mungkin mengalami kesepian jika  Klien mengalami
pengalaman sensori berakhir. kesulitan berhubungan
dengan orang lain
 Rentang perhatian hanya
dalam beberapa detik
atau menit
 Tampak tanda
kecemasan berat seperti
berkeringat, tremor,
tidak mampu mengikuti
perintah.
Conquering Pengalaman sensori bisa  Perilakku klien tampak
Melebur dalam mengancam jika klien tidak seperti dihantui terror
pengaruh halusinasi, mengikuti perintah dari halusinasi. dan panic
Panic Halusinasi mungkin berakhir  Potensi kuat untuk
dalam waktu empat jam atau sehari bunuh diri dan
bila tidak ada intervensi terapeutik membunuh orang lain
 Aktifitas fisik yang

3
digambarkan klien
menunjukan isi dari
halusinasi misalnya
klien melakukan
kekerasan, agitasi,
menarik diri atau
katatonia
 Klien tidak dapat
berespon pada arahan
kompleks
 Klien tidak dapat
berespon pada lebih dari
satu orang

Pohon Masalah
Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan persepsi sensori:


halusinasi
Care Problem
Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

V. Proses Keperawatan
5.1 Pengkajian
Subjektif:
 Klien mengatakan mendengar sesuatu
 Klien mengatakan melihat bayangan putih
 Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik
 Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses
 Klien mengatakan kepalanya melayang di udara
 Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada
dirinya.
Objektif:
 Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji
 Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
 Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
 Konsentrasi rendah
 Pikiran cepat berubah-ubah

4
 Kekacauan alur pikiran

5.2 Diagnosis Keperawatan


Perubahan Sensori Persepsi: halusinasi

6.3 Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
 Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya
 Klien dapat mengontrol halusinasinya
 Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
Tindakan Keperawatan
1. Membantu klien mengenal halusinasi
Dalam membantu klien mengenal halusinasinya, perawat dapat
berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang didengar,
dilihat atau dirasa), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan terjadinya halusinasi, dan
respon klien saat halusinasi itu muncul.
2. Melatih klien mengontrol halusinasi
a. Menghardik halusinasi
 Menjelaskan cara menghardik halusinasi
 Memperagakan cara menghardik
 Meminta klien memperagakan ulang
 Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku klien.
b. Bercakap-cakap dengan orang lain
Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol
halusinasi, ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain terjadi
distraksi yaitu focus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain. Anjurkan atau
ingatkan kepada klien bahwa ketika waktu-waktu yang
diperkirakan sebagai waktu halusinasi tersebut muncul maka kien
diharapkan langsung mencari teman untuk bercakap-cakap.
c. Melakukan aktivitas yang terjadwal
 Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
 Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan klien

5
 Melatih klien melakukan aktivitas
 Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih. Upayakan agar klien memiliki aktivitas muali
dari bangun pagi sampai dengan tidur malam.
d. Minum obat secara teratur
 Jelaskan kegunaan obat
 Jelaskan akibat putus obat
 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat

VI. Strategi Pelaksanaan


SP PASIEN SP KELUARGA
Pertemuan 1 Pertemuan 1
1. Identifikasi halusinasi: dengan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
mendiskusikan isi, frekuensi, waktu keluarga dalam merawat pasien
terjadi situasi pencetus, perasaan dan 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala
respon serta proses terjadinya halusinasi
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi : (gunakan booklet)
hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
kegiatan halusinasi
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan 4. Latih cara merawat halusinasi: hardik
menghardik 5. Anjurkan membantu pasien sesuai
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk jadwal dan beri pujian
latihan menghardik
Pertemuan 2 Pertemuan 2
1. Evaluasi kegiatan menghardik: beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian merawat melatih pasien menghardik
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan beri pujian
obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
dosis, frekuensi, kontinuitas minum 3. Latih cara memberikan atau
obat) membembing minum obat
3. Jelaskan pentingnya pengguanaan obat 4. Anjurkan membantu pasien sesuai
pada gangguan jiwa jadwal dan beri pujian
4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum
sesuai program
5. Jelaskan akibat putus obat
6. Jelaskan cara berobat
7. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik dan beri pujian
Pertemuan 3 Pertemuan 3
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam

6
dan obat. Beri pujian merawat atau melatih pasien dalam
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan memberikan obat. Beri
bercakap-cakap ketika halusinasi muncul pujian
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan
latihan menghardik, minum obat dan melakukan kegiatan untuk mengontrol
bercakap-cakap halusinasi
3. Latih dan sediakan waktu untuk
bercakap-cakap dengan pasien terutama
saat halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan berikan pujian
Pertemuan 4 Pertemuan 4
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga merawa/
penggunaan obat dan bercakap-cakap. melatih pasien mengahardik,
Beri pujian memberikan obat dan bercakap-cakap.
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan Beri pujian
menggunakan kegiatan harian (mulai 2 2. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM, tanda
kegiatan) kambuh, rujukan
3. Masukan kedalam jadwal kegiatan untuk 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
latihan menghardik, minum obat, jadwal. Beri pujian
bercakap-cakap dan kegiatan harian
Pertemuan 5 sd12 Pertemuan 5 sd 12
1. Evaluasi kegiatan latiahn menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
minum obat, bercakap-cakap dan merawat atau melatih pasien
melakukan kegiatan harian. Beri pujian menghardik, minum obat, bercakap-
2. Latih kegiatan harian bercakap, kegiatan harian dan foloow
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri up. Beri pujian
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol ke RSJ/PKM

SP1 Pasien: Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan cara pertama: menghardik halusinasi
 Orientasi:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa UMB yang akan merawat bapak
Nama Saya Marfuah, senang dipanggil Fuah. Nama bapak siapa?Bapak
Senang dipanggil apa”. ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa
keluhan bapak saat ini””Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap

7
tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya?
Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30
menit”
 Kerja:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan
suara itu?””Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan
yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?” ” Apa
yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?” ”Apa yang bapak
lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul? ”bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua,
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan
teratur.” ”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik”. ”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul,
langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau
dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi!
Ya bagus bapak sudah bisa”
 Terminasi:
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-
suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita
buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara
masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa
bapak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan
berlatih?Dimana tempatnya” ”Baiklah, sampai jumpa.”

SP2 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


 Orientasi
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita

8
latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini
sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-
obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil
menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
 Kerja
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-
suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara
yang bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi.
Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat
pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1
siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini
yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan
tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya
sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang
obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter,
sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta
ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak
harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan
obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum
sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa
jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
 Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat?
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba
sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal
minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya
minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah
makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4
cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”

9
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang lain
 Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita
latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya
akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di
mana? Di sini saja?
 Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai
mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol.
Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong,
saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada
orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol
dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak
lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi!
Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
 Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa
cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah
kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau
kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa
latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-
waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana
kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal?
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi?
Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP4 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


melaksanakan aktivitas terjadwal
 Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita

10
latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan
belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan
kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang
tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
 Kerja:
“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus
jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai
malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan
hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan.
Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul.
Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada
kegiatan.
 Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga
untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang
telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita
masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai
jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan
berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara
minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika :
Jakarta

Surabaya, Februari 2018


Preseptor Akademik Preseptor Klinik,

(…………….…………..…) (……………………..…)

12

Anda mungkin juga menyukai