Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

MEKANISME PERSALINAN NORMAL

Disusun Oleh :

Kusumaningdiah Sekar Jatiningrum / 201910401011085

Pembimbing :

dr. Dian Agami Islam, SpOG (K)

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG
2019
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................1

KATA PENGANTAR .............................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4


1.1 Latar Belakang ...........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5


2.1 Mekanisme Persalinan Normal ..................................................................5
2.1.1 Definisi ...........................................................................................15
2.1.2 Klasifikasi ......................................................................................15
2.1.3 Epidemiologi ..................................................................................19
2.1.4 Etiologi ...........................................................................................19
2.1.5 Patogenesis .....................................................................................22
2.1.6 Gambaran Klinis ............................................................................24
2.1.7 Diagnosis ........................................................................................26
2.1.8 Terapi .............................................................................................30
2.1.9 Komplikasi .....................................................................................33
2.1.10 Prognosis ........................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................49

1
MEKANISME PERSALINAN NORMAL

I. PENDAHULUAN

Mengetahui mekanisme persalinan adalah suatu hal yang sangat penting


dalam praktek obstetri. Mekanisme persalinan ini berkaitan dengan urutan gerakan-
gerakan fetus selama persalinan. Gerakan-gerakan ini terdiri dari suatu seri urutan
perubahan yang sesuai dengan diameter panggul pada saat fetus berada pada bagian
tertentu jalan lahir.

Persalinan adalah proses dimana hasil konsepsi dikeluarkan oleh uterus


dan vagina ibu dengan kekuatan kontraksi otot-otot rahim yang disertai kekuatan
mengejan dari ibu.

Persalinan merupakan proses yang dinamis yang mengandung risiko yang


cukup tinggi baik itu bagi ibu maupun bayi. Oleh karena itu memahami persalinan
yang normal adalah penting untuk dapat membawa ibu dan anak dengan selamat.

Lamanya suatu kehamilan rata-rata adalah 38 minggu sejak konsepsi. Data


tentang konsepsi jarang sekali diketahui, oleh karena itu untuk menghitung lamanya
kehamilan sering digunakan data dari hari pertama haid terakhir. Suatu kehamilan
dikatakan aterm bila kehamilan sekitar 37-42 minggu, dan biasanya dalam waktu-
waktu tersebut akan terjadi persalinan.

Meskipun untuk memperkirakan suatu persalinan secara pasti adalah


sangat sulit akan tetapi ada beberapa tanda yang akan mendahului suatu persalinan.

Tanda-tanda tersebut adalah :

1. Selama kehamilan ditemukan kontraksi rahim yang spontan, biasanya


dirasakan terutama menjelang akhir kehamilan, disebut Kontraksi Braxton
Hicks atau his palsu. His palsu meningkat hingga menjelang akhir
kehamilan dan sering sulit membedakan dengan his persalinan yang
sebenarnya, oleh karena itu ada karakteristik dari his palsu yang sifatnya
lebih pendek dengan kekutan kontraksi yang sedang dan hanya
menyebabkan perasaan tidak enak sekitar abdomen bawah. Berbeda dengan
his persalinan yang dirasakan mulai dari sekitar fundus kemudian menjalar

2
keperut bawah dan bokong , dengan intensitas dan progresivitasnya serta
frekuensi yang terus meningkat. His persalinan akan menyebabkan
perubahan pada serviks sedang his braxton hicks tidak menyebabkan
perubahan pada serviks.
2. Bloody show atau keluarnya lendir bercampur sedikit darah dari jalan lahir.
Hal ini disebabkan oleh karena adanya dilatasi serviks yang menyebabkan
keluarnya sekresi mukus dari kelenjar-kelenjar serviks. Adanya lendir ini
menunjukkan persalinan akan berlangsung dalam 24-48 jam kemudian.
3. Pecah ketuban spontan sering terjadi pada fase aktif persalinan.

II. MEKANISME TERJADINYA PERSALINAN

Dua teori utama dalam proses persalinan yang hingga kini masih banyak
diteliti adalah :

 Hipotesis terhentinya proses pemeliharaan kehamilan. Dalam hal ini fetus


akan mengeluarkan sinyal-sinyal tertentu yang memicu rangsangan
persalinan, namun bukti-bukti untuk mendukung hipotesis ini masih
kurang.
 Teori induksi persalinan oleh uterotonin. Peneliti lain mengemukakan
bahwa sejenis uterotonin atau bahan aktif lainnya yang meningkat secara
tiba-tiba atau adanya peninkatan reseptor untuk subsrat dan miometrium
menjadi pemicu persalinan. Fenomena ini dalam banyak teori lebih banyak
dipakai, baik sebagai penyebab utama maupun penyebab sekunder induksi
persalinan.
III. FAKTOR PENTING DALAM PERSALINAN

Keberhasilan persalinan ditentukan oleh tiga faktor yang berinteraksi, yaitu :

1. Passage.

2. Power .

3.Passenger

1. PASSAGE

3
Untuk lebih mengenal mekanisme persalinan perlu bagi seorang dokter
mengetahui anatomi panggul. Sebagai klinisi harus berhati-hati dalam
mengevaluasi berbagai variasi dari bentuk pelvis. Sebab kemajuan persalinan
ditentukan oleh sikap dan posisi janin yang dihubungkan dengan jalan lahir. Untuk
itu sangat penting melakukan pemeriksaan jalan lahir. Jalan lahir ditentukan oleh
ukuran-ukuran :

 Pintu atas panggul


 Bidang sempit panggul
 Pintu bawah panggul
Pintu atas Pangggul

Dibatasi oleh ramus superior simphisis pubis, linea inominata dan


promontorium. Diameter anteroposterior (konjugata vera) bukan merupakan
diameter terpendek. Konjungata obstetrika, diameter terpendek merupakan bagian
yang penting yang harus dilewati oleh kepala bayi. Konjugata vera dapat diukur
secara tidak langsung yaitu dengan mengukur konjugata diagonal yaitu jarak antara
bagian bawah simpisis ke promontorium. Konjugata vera dapat diperoleh dengan
mengurangi konjugata diagonal dengan 1,5-2 cm. Konjugata vera yang normal
lebih dari 11 cm. Diameter transversa adalah jarak terjauh antara linea iliopektineal.
Normal, diameter ini memotong konjugata vera pada 5 cm dari sakral
promontorium.

Pintu atas panggul digambarkan sebagai permukaan datar dengan


membentuk sudut 55 dengan garis horizontal dengan posisi ibu berdiri, sudut ini
disebut pelvis inklinasi. Sudut yang lebar merupakan prognosis yang lebih baik
bagi persalinan.

Bidang Tengah Panggul.

Dibentuk oleh bagian bawah simfisis, spina ischiadika dan sakrum pada
S2-S4. Bidang tengah panggul merupakan bidang yang paling sempit dengan
ukuran antero posterior kurang lebih 11 cm dan diameter transversa kurang lebih
10 cm.

4
Pintu Bawah panggul

Dibentuk oleh dua segitiga dengan dasar kedua segitiga itu garis antara
tuber ischiadikum dan segitiga anterior dibentuk oleh arkus pubis dan segitiga
posterior puncaknya pada puncak sakrum. Jarak antara kedua ischiadikum 11 cm.
Diameter antem posterior 9,5-11,5 cm.

2. POWER

Berbagai studi mengatakan kontraksi otot rahim terjadi selama masa


kehamilan: Kontraksi dengan intensitas 10-15 mmHg selama 30 detik disebut
kontraksi Braxton Hicks yang terjadi 12-13 - minggu kehamilan dengan frekwensi
meningkat sampai awal persalinan.

Kurang lebih selama 48 jam sebelum persalinan terjadi kontraksi dengan


amplitudo 20-30 mmHg per 5-10 menit: -Selama fase persalinan 2-4 kontraksi
dengan amplitudo 20-30 mmHg terjadi selama 10 menit. Pada fase aktif intensitas
kontraksi meningkat dan kemajuan dilatasi serviks meningkat yaitu 35 mmHg-48
mmHg.

Dengan kekuatan mengejan ibu dan tekanan intra amnion mencapai 100 mmHg-
150 mmHg. Kontraksi uterus meningkat dari 2-4 kontraksi per 10 menit pada awal
persalinan hingga 4-5 kontraksi per 10 menit pada akhir persalinan.

3. PASSENGER "

Diameter kepala bayi aterm biasanya lebih besar dari tubuhnya, sehingga
kepala merupakan bagian yang tersulit pada persalinan. Kepala janin terdiri dari
bagian muka dan tulang kepala.

Tulang kepala terdiri dari : dua buah tulang frontal, dua buah tulang
pariental dan satu buah tulang oksipital. Antara satu tulang dengan tulang yang lain
dipisahkan oleh tulang sutura. Pertemuan antara sutura disebut fontanelTerjadi
perubahan pada bentuk kepala saat melewati pelvis akibat tekanan dari ja!an lahir
yang menyebabkan molding. Diameter biparietal ratarata 8,5-9,5 cm pada
umumnya kepala memasuki pelvis dengan sutura pada bidang transversa. Jika
sutura berada ditengah antara pubis dan sakrum disebut sinklitismus . Bila terjadi

5
deviasi dari sutura sagitalis ini disebut

asinklitismus. Meskipun asinklitismus merupakan indikasi bahwa pelvis terlalu '


kecil untuk turunnya kepala janin.

Untuk mempermudah pemahaman keberadaan passenger dalam


hubungannya dengan proses parsalinan maka dikemukakan istilah – istilah :
letak,presentasi,sikap dan posisi. Penentuan letak, presentasi, sikap dan posisi dapat
diperoleh secara klinis yaitu dengan pemeriksaan Leopold, pemeriksaan dalam,
dengan auskultasi dan secara sonografi.

Letak : Hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu dan dapat
memanjang atau melintsng. Kaqdangkala sumbu janin dan ibu melintang
pada sudut 45 derajat, disebut letak oblik,yang dapat bereubah menjadi
memanjang stsu melintsng dalam proses persalinan. Letak memanjang
terjadi psds lebih dari 99% persalinan cukup bulan.
Presentasi janin : Adalah bagian tubuh janin yang berada paling depan didalam
jalan lahir atau berada paling dekat dengan bagian proksimal jalan lahir,
yatu bagian Jnin yang diraba pada pemeriksaan dalam. Pada letak
memanjang ,bagian presentasi adalah kepala atau bokong janin, sehingga
disebut presentasi kepala atau bokong. Kalau letak janin melintang maka
bahu merupakan bagian presentasinya.
Sikap : Setelah janin tumbuh dan berkembang membesar, ruang dalam uterus
menjadi sempit dubandingkan besar tubuh janin. Pada bulan-bulan akhir
kehamilan janin harus menyesuaikan diri terhadap bentuk ruang dalam
kavum uteri yang berbentuk ovoid. Bentuk penyesuaian diri tersebut dalam
bentuk postur yang khas yang disebut sikap atau habitus. Sesuai dengan
bentuk kavum uteri,janin membentuk sebuah masa ovoid jaga, dengan
menekukkan badannya, sehingga punggung melengkung/konveks, kepala
menunduk/fleksi penuh sehingga dagu hampir menyentuh dada, keduapaha
fleksi terhadap abdomen, tungkai terlipat pada lutut, dan tumit bersandar
pada permukaan anterior kaki. Lengan biasanya menyilang didepan dada
dan tali pusat terletak pada ruang antara lengan dan ektermitas bawah.
Posisi : Posisi menggambarkan hubungan bagian terendah janin dengan

6
panggulibu, yaitu sebelah kiri atau kanan ibu dan sebelah depan atau
belakang ibu. Sehingga untuk setiap presentasi terdapat dua posisi yaitu
kiri atau kanan dan depanetu belakang. Sebagai contoh pada belakang
kepala dengan ubun-ubun kecil sebaghai denominatorakan ditemukan
posisi kepala uuk kiri depan, uuk kiri belakang,uuk kanan depan atau uuk
kanan belakang.
IV. MEKANISME PERSALINAN NORMAL

Janin dengan presentasi oksiput (ubun-ubun kecil) ataupun vertex


(belakang kepala) diperkirakan 96%, presentasi bokong 3,% , muka 0,3% , dan
bahu 0,4% dari seluruh persalinan.

1. Faktor yang menyebabkan presentasi belakang kepala paling banyak adalah


: Pada akhir kehamilan bentuk uterus
lonjong, ukuran atas bawah lebih panjang daripada ukuran melintang,hal ini
disebabkan terbentuknya segmen bawah rahim.
2. Fundus uteri lebih lebar dari bagian bawahnya.
3. Air ketuban pada akhir kehamilan relatif sedikit sehingga dinding uterus
mendekati badan anak, dengan demikian bentuk uterus lebih mempengaruhi
letak anak. Akibatnya anak menyesuaikan diri (akomodasi) dengan bentuk
uterus, ukuran panjang anak akan sesuai dengan ukuran panjang uterus.
Bokong dengan tungkai bawah merupakan ujung yang lebih besar daripada
kepala, maka akan menempatkan diri di fundus uteri yang lebih lebar
sedangkan kepala di bagian bawah uterus yang lebih sempit.
4. Jika kepala sudah di bawah sering terpegang oleh pintu atas panggul
sehingga presentasi tidak dapat berubah lagi. Presentasi janin dapat
dipastikan atau diketahui dengan palpasi abdomen dan dikonfirmasikan
dengan pemeriksaan dalam kadang sebelum atau saat persalinan. Pada
kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk kedalam pelvis
dengan sutura sagitalis dalam diameter transvera (Caldwell ass, 1934).
DIAGNOSIS PRESENTASI BELAKANG KEPALA

Janin masuk kedalam panggul 40 % dengan posisi LOT (left occiput


transvera atau ubun-ubun kecil kiri melintang) dan 20% dengan posisi ROT (right

7
occiput transvera atau ubun-ubun kecil kanan melintang).

Pada posisi ubun-ubun kecil kiri melintang


Diagnosis dengan pemeriksaan abdomen digunakan dengan pemeriksaan Leopold,
ditemukan :

1. Leopold I : Fundus terisi oleh bokong, bagian yang lunak, kurang melenting
dan kurang bundar.
2. Leopold II : Bagian yang memberikan tahanan terdapat diperut kiri ibu,
punggung terdapat sebelah kiri. Bagian-bagian kecil sebelah kanan.
3. Leopold III : Negatif bila kepala sudah engaged (diameter biparietal sudah
masuk pintu atas panggul) atau kepala dapat bergerak/masih dapat dideteksi
bila masih diatas pintu atas panggul.
4. Leopold IV : Negatif bila kepala sudah engaged atau tonjolan kepala ada
disisi kanan ibu.

Posisi ubun-ubun kecil kanan melintang


Diagnosis dengan pemeriksaan abdomen hampir sama dengan posisi ubun-
ubun kecil kiri melintang, kecuali tahanan terbesar ada di sebelah kanan- dan bagian
kecil dan tonjolan kepala ada di sebelah kiri.

Pada pemeriksaan dalam sutura sagitalis menempati diameter transvera dari


pelvis lebih banyak atau sedikit dari pertengahan sakrum dan simfisis.

2. GERAKAN KARDINAL PADA PRESENTASI BELAKANG KEPALA

Gerakan kardinal adalah gerakan utama yang dilakukan janin saat kepala
memasuki jalan lahir yang tidak lurus, sebagai akibat bentuk anatomisnya dan
penyesuaian kepala terhadap ukuran-ukuran panggul yang berbeda-beda pada tiap
tingkatan bidang panggul.

Oleh karena bentuk jalan lahir pada panggul tidak teratur, seperti bagian
atas dari jalan lahir merupakan silinder yang lurus tapi ujung bawahnya
melengkung ke depan dan ukuran kepala fetus yang matur relatif besar, maka tidak
seluruh diameter kepala bisa melewati seluruh diameter panggul. Penyesuaian atau
adaptasi kepala terhadap bagian-bagian panggul pada jalan lahir diperlukan supaya

8
terjadi kelahiran.

Bentuik saluran pelvis yang iregular dan besarnya kepala janin relatif
menunjukkan bahwa tidak semua diameter kepala dapat melewati pelvis. Oleh
karena itu diperlukan adanya adaptasi kepala terhadap jalan lahir.

Kepala akan berusaha mengubah posisi agar diameter kepala yang melewati
jalan lahir adalah diameter yang terkecil dan jalan lahir yang dilewati mempunyai
diameter yang terbesar sehingga menghasilkan gerakan-gerakan kardinal.

Gerakan kardinal terdiri dari :

1. Engagement
2. Descent
3. Fleksi (Fleksion Interna)
4. Rotasi Interna (Interna Rotation)
5. Ekstensi (Ekstension)
6. Rotasi Eksterna (Eksternal Rotation)
7. Ekspulsi (Ekspulsion)

Untuk memudahkan pengertian gerakan tersebut dijelaskan seolah-olah


terjadi terpisah dan berdiri sendiri. Tetapi dalam kenyataannya mekanisme
persalinan terdiri dari kombinasi gerakan yang berlangsung bersamaan. Sebagai
contoh pada proses engagement terdapat turunnya kepala dan fleksi dan tidak
mungkin gerakan tersebut lengkap jika kepala tidak turun bersamaan.

1. Engagement
Adalah mekanisme dimana diameter biparietal yaitu diameter terbesar
transvera janin pada presentasi belakang kepala telah melewati pintu atas panggul
(pelvic inlet) dan dapat dinilai dengan sampainya bagian terendah kepala pada
bidang H III atau station 0 setinggi spina ischiadika. Fenomena ini terjadi pada
minggu-minggu akhir kehamilan. Pada multipara dan sebagian nulipara kepala
janin masih mudah digerakan di pintu atas panggul pada saat persalinan dan
keadaan ini disebut floating. Kepala janin biasanya masuk pada pintu atas panggul
dengan diameter transversa. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya

9
dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Kepala dengan
ukuran normal biasanya tidak engaged dengan sutura sagitalis pada posisi
anteroposterior. Kepala biasanya memasuki pintu atas panggul pada diameter
transversa atau diameter serong.

Secara klinis engegement diketahui dengan 2 cara yaitu :

1. Pemeriksaan luar, kepala sudah terfiksasi pada panggul.

2. Pemeriksaan dalam, bagian terendah pada atau di bawah spina

ischiadica atau station 0.

Penyebab terjadinya engegement adalah pengaruh otot uterus dan tonus otot
otot abdomen. Pada tiap kontraksi uterus, sumbu panjang uterus bertambah panjang
sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang. Akibat
perubahan bentuk uterus ini tulang punggung anak melurus dan kutub atas anak
tertekan pada fundus sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam pintu atas panggul.

Sinklitismus
Masuknya kepala bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir,
tepat di antara simpisis dan promontorium. Sedangkan bila masuknya
kepala dengan sutura sagitalis mendekati simpisis atau agak ke belakang
mendekati promontorium disebut asinklitismus.
Ada 2 macam asinklitismus :

1. Asinklitismus anterior : bila sutura sagitalis mendekati promontorium dan

os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.

2. Asinklitismus posterior : bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os

parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang.

Pada posisi asinklitismus posterior yang ekstrim dapat teraba telinga dan disebut
Litzmann's obliquity.

2. Descent
Turunnya kepala pada nullipara terjadi sebelum persalinan sedangkan pada
multipara descent biasanya terjadi bersamaan dengan engagement. Turunnya

10
kepala ini disebabkan oleh 4 faktor :

1. Tekanan karena cairan amnion

2. Tekanan langsung fundus terhadap bokong

3. Kontraksi otot abdomen

4. Melurusnya tubuh janin.

Mekanisme turunnya kepala biasanya dengan sutura sagitalis kepala fetus


lebih dekat ke simfisis yang mengakibatkan bagian terendah adalah os parietale
posterior. Disebabkan kontraksi uterus berlangsung turunnya kepala mengalami
kemajuan dan akibat fleksi lateeral leher fetus, sutura sagitalis berorientasi ke
sumbu bidang tengah panggul.

3. Fleksi
Pada saat memasuki pintu atas panggul, maka kepala akan berada da!am
posisi sutura sagitalis melintang . Karena diameter terlebar pada pintu atas panggul
adalah diameter transversal. Dengan turunnya kepala lebih jauh, maka kepaia akan
mengalami tekanan dari :

1. Se rviks

2. Dinding panggul

3. Otot-otot dasar panggul

Dengan demikian resultan gaya yang bekerja pada bagian sinsiput (ubun-
ubun besar) lebih besar dari oksiput ( ubun-ubun kecil ) sehingga kepala menjadi
fleksi dan diameter frontooccipitlis 11,5 cm akan digantikan diameter yang kecil
yaitu diameter suboccipito bregmatika 9,5 cm. Dengan demikian kepala memasuki
panggul dengan ukurannya yang terkecil.

Penyebab pasti fleksi belum diketahui, tetapi kemungkinan besar disebabkan


oleh respon pasif kepala terhadap tahanan panggul saat kepala turun. Adanya
dorongan dari atas menyebabkan anak maju tetapi mendapat tahanan dari pinggir
atas pintu atas panggul, serviks, dan dinding panggul atau dasar panggul. Akibat
moment yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang menimbulkan

11
defleksi, sehingga terbentuk resultante gaya atau kopel yang menghasilkan fleksi
kepala.

4. Rotasi Interna
Disebut juga putcran paksi dalam, yaitu pemutaran bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke
bawah simpisis. Pada oksiput terjadi gerakan dari posisi aslinya anterior terhadap
simpisis atau posterior terhadap sakrum. Saat bagian terendah kepala janin telah
melewati station 0 dan biparietal plane mencapai spina, kepala akan mengalami
hambatan oleh kedua tonjolan spina ischiadika kiri dan kanan, sehingga akan
mengalami putaran paksi dalam.

Pada sebagian besar persalinan normal, kepala akan berputar ke depan


sehingga ubun-ubun kecil berada didepan ( kiri ataukanan ) karena diameter oblik
pada station +3 lebih besar dari pada diameter transversa, sehingga kepala dapat
lebih jauh dan terus berputar ke depan hingga ubun ubun kecil akan bergerak ke
arah simpisis .

Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk keiahiran kepala karena putaran paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan
lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.

Bila putaran paksi dalam gagal terjadi sampai kepala telaih mencapai dasar
panggul, maka putaran paksi dalam akan terjadi pada satu atau dua kontraksi uterus
berikutnya(multipara) dan tiga sampai lima kontraksi berikutnya (nullipara).
Putaran paksi dalam sebelum kepala mencapai dasar panggul lebih sering terjadi
pada multipara dibandingkan nullipara.

Sebab-sebab putaran paksi dalam :

1. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari
kepala.
2. Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat di sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m.
levator ani kiri dan kanan.
3. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter ante roposterior.

12
5. Ekstensi
Setelah rotasi interna kepala masih dalam possisi fleksi mencapai vulva
sehingga oksiput !angsung berkontak dengan bagian anterior simfisis. Oleh karena
vulva arahnya ke atas dan ke depan maka ekstensi harus terjadi sebelum kepala
melewatinya.Jika fleksi kepala yang tajam mencapai dasar pelvis maka akan
mengenai posterior perineum. Ketika kepala menekan dasar panggul terdapat dua
kekuatan :

1. Tekanan yang dihasilkan oleh uterus

2. Adanya tekanan dari dinding panggul dan simfisis akan menghasilkan

resultan yang menyebabkan ekstensi.

Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah_simfisis maka yang dapat


maju karena kekuatan tersebut diatas, bagian yang berhadapan dengan subocciput,
maka lahirlah berturut-turut pada pinggir perineum ubun ubun besar, dahi, hidung,
mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.

6. Rotasi eksterna
Ketika kepala sudah lahir maka oksiput kembali ke posisi semula .
selanjutnya kepala akan mengadakan putaran restitusi untuk menghilangkan torsi
pada leher, sehingga ubun-ubun terletak sesuai dengan punggung, diikuti putaran
dimana bahu dengan diameter bisakromial akan terletak pada diameter
anteroposterior pintu bawah panggul yang kemudian satu bahu terletak di anterior
di bawah simfisis dan bahu lainnya di posterior. Gerakan rotasi ekstema yang
sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter bisakromial)
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior di pintu bawah panggul.

7. Ekspulsi
Terjadi segera setelah rotasi eksterna, bahu depan akan tampak dibawah
simfisis dan perineum akan diregang oleh bahu belakang dan dengan datangnya his
maka bahu depan akan lahir serta menjadi hipomokhlion bagi lahirnya bahu
belakang dan bagian tubuh lainnya segera dikeluarkan.

Kelahiran bahu dapat terjadi secara spontan, tetapi sering memerlukan


bantuan tangan. Dengan sedikit menekan kepala tanpa melakukan tarikan akan

13
membantu bahu depan berada di bawah simfisis. Selanjutnya dengan mengangkat
kepala akan mengakibatkan kelahiran bahu belakang terkendali.

Diatas telah diuraikan jalannya persalinan dengan positio occipito transverssa ialah
dengan ubun-ubun kecil kiri melintang. Kalau ubun-ubun kecil kanan melintang
maka jalannya persalinan sama, hanya ubun-ubun kecil sekarang memutar ke kanan
artinya searah jarum jam. Putaran paksi luar terjadi ke arah tuber ischiadikum
sebelah kanan. Pada positio occipito anterior putaran paksi hanya 45 derajat ke
kanan atau ke kiri.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Mac Donald PC, Gant NF: Williams Obstetrics 20th ed.
London: Apleton and Lange,1997: 277-81.
2. Cunningham FG, Mac Donald PC, Gant NF: Williams Obstetrics 21st
ed.New York: McGraw-Hill,2001: 291-307.
3. Wiknjosastro , Ilmu Kebidanan, ed 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 1991
4. Wiknjosastro, Ilmu Bedah Kebidanan, ed 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 1991

15

Anda mungkin juga menyukai