Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

Modul Forensik dan Medikolegal

OLEH: TUTOR X

FASILITATOR: dr. Lina Eka Dewi Sp.s

Ketua : Yuliana (14-074)

Sekretaris : Dinda Putri Faurin (14-075)

Anggota : Puja Midola (14-073)

M. Agusman Lubis (14-076)

M. Arba Putradi (14-077)

Olivia Ismiandika (14-078)

Hemeralda (14-079)

Putri Ferina (14-080)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2017

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga laporan
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini terutama fasilitator
kami
Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Padang, 9 September 2017

Tutorial 10

2
Trigger 2 “Mawar yang sudah layu”

Seorang anak perempuan umur 13 tahun, dibawa jalan – jalan oleh pacarnya korban
dibawa kesebuah hotel kemudian dipaksa untuk bersetubuh. Kejadian ini membuat korban
melawan sehingga pelaku melakukan kekerasan dengan memukul kepala serta mengikat
tangan korban. Dalam keadaan setengah sadar pelaku memperkosa korban. Setelah kejadian
ini pelaku melihat korban tidak bergerak lagi, karena takut pelaku membuang korban ke semak
– semak. Kasus ini terungkap setelah dilaporkan adanya penemuan mayat perempuan dengan
luka ditubuhnya, polisi dengan cepat menyelidiki kasus ini. Sehingga dengan hitungan jam
pelaku tertangkap. Dari hasil pemeriksaan dokter didapatkan lebam mayat tidak hilang pada
penekanan, kaku mayat pada seluruh tubuh, ditemukan luka memar, luka lecet serta patah
tulang tengkorak korban. Pada swab vagina ditemukan adanya sel sperma dan cairan mani,
sedangkan pada pemeriksaan selaput dara ditemukan robekan baru sampai kedasar. Awalnya
keluarga korban keberatan untuk dilakukan otopsi, tetapi setelah dijelaskan bahwa kalo tidak
dilakukan otopsi kemungkinan akan dilakukan ekshumasi guna untuk menetukan sebab
kematian. Akhirnya orang tua korban setuju dilakukan otopsi. Penjelasan tentang pentingnya
dilakukan otopsi harus dijelaskan kepada keluarga oleh dokter forensic memngingat ketentuan
itu sudah tertuang dalam peraturan internal dan standar proseur pelayanan dirumah sakit.
Bagaimana saudara menjelaskan kasus kejahatan seksual dengan kekerasan yang
menyebabkan kematian ini?

Step 1:
1. Lebam mayat: bercak berwarna merah keunguan (livide) yang terdapat pada
bagian terbawah tubuh akibat pengendapan darah yang dipengaruhi oleh
gaya gravitasi.
2. Swab vagina: pemeriksaan cairan vagina dengan usapan, hasil usapan lalu
ditambahkan cairan fisiologis dan garam, lalu ditunggu selama 4-5 menit.
3. Selaput dara: lipatan membrane yang menutup sebagian luar vagina
4. Otopsi: pemeriksaan dalam jenazah untuk mengetahui sebab kematian
5. Ekshumasi: penggalian kembali jenazah yang telah dikuburkan atas
permintaan penyidik
6. Kaku mayat: salah satu tanda fisik kematian
7. Kejahatan seksual: salah satu bentuk dari kejahatan yang menyangkut tubuh
kesehatan dan nyawa manusia yang memiliki kaitan dengan ilmu
kedokteran forensic dalam upaya pembuktian bahwa kejahatan tsb memang
terjadi

3
Step 2:

1. Apa saja jenis otopsi ?


2. Apa saja tanda – tanda kekerasan yang ditemukan pada korban?
3. Apa tujuan dari otopsi?
4. Apa saja syarat pelaksanaan otopsi?
5. Apa maksud dari lebam mayat yang tidak hilang pada penekanan?
6. Apa maksud dari pemeriksaan selaput dara robekan baru sampai kedasar?
7. Kapan ekshumasi harus dilakukan?

Step 3:
1. Otopsi pendidikan, otopsi klinis dan otopsi forensic
2. Luka memar, luka lecet dan patah tulang tengkorak
3. Untuk mengetahui sebab kematian, untuk menentukan identitas mayat, untuk
memastikan apakah diagnosis klinis sesuai dengan diagnosis post mortem
4. Permintaan dari penyidik, KUHP pasal 133 – 136
5. Jika kematian sudah lebih dari 8 – 12 jam
6. Dari kasus pada trigger, didapatkan adanya kekerasan seksual
7. Adanya kesalahan identifikasi mayat, permintaan dari pengadilan untuk otopsi
ulang

4
Step 4:

Forensik &
Medikolegal

Kejahatan
seksual
dengan
kekerasan

Mati Hidup

Otopsi

Landasan Pemeriksaan
Definisi Klasifikasi Syarat Tujuan Ekshumasi Luar
hukum

Step 5: Learning objective


1. Kejahatan seksual dengan kekerasan:
 Jenis
 Dasar hukum
2. Tugas dokter dalam menangani kasus kejahatan seksual dengan kekerasan terhadap
anak
3. Cara pembuktian kejahatan seksual dengan kekerasan (persetubuhan)
4. Otopsi
 Definisi
 Klasifikasi dan Tujuan
 Syarat
 Pemeriksaan luar jenazah
 Pemeriksaan dalam jenazah
5. Ekshumasi
 Prosedur
 Dasar hukum
6. Hospital by Law

5
Step 6 : Gather Information And Private Study
(Belajar Mandiri)

Step 7: Share The Result Of Information Gathering And Private Study


1. Kejahatan seksual dengan kekerasan:
A. Definisi
Semua tindakan seksual, percobaan tindakan seksual, komentar yang tidak diinginkan,
perdagangan seks, dengan menggunakan paksaan, ancaman, paksaan fisik oleh siapa saja tanpa
memandang hubungan dengan korban, dalam situasi apa saja, termasuk tapi tidak terbatas pada
rumah dan pekerjaan.
B. Jenis
Perkosaan, Intimidasi seksual termasuk ancaman atau percobaan perkosaan, Pelecehan
seksual, Eksploitasi seksual, Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual, Prostitusi paksa,
Perbudakan seksual, Pemaksaan perkawinan termasuk cerai gantung, Pemaksaan kehamilan,
Pemaksaan aborsi, Pemaksaan kontrasepsi dan strelisasi, Penyiksaan seksual Dll
C. Dasar Hukum
Pasal 285 KUHP
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa sesorang wanita bersetubuh
dengan dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara
paling lama 12 tahun.
Pasal 286 KUHP
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan padahal diketahui bahwa
wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling
lama 9 tahun.
Pasal 287 KUHP
1. barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan, padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum 15 tahun,
atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam
dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
2. Penututan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali umur wanita belum sampai
12 tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294

6
2. Tugas dokter dalam menangani kasus kejahatan seksual dengan kekerasan
terhadap anak
Yaitu terdapat pedoman prinsip pemeriksaan dan penatalaksanaan korban (P3K) kekerasan
seksual. Pedoman tersebut menjelaskan dokter memiliki 2 peran yaitu:
1. Atteding doctor, dokter berperan selayaknya praktek pada umumnya untuk
memberikan diagnosis dan pengobatan. Hanya saja dalam kasus ini pengobatan
yang diberikan tidak hanya pengobatan fisik tetapi juga pengobatan secara
psikis, dalam bentuk dukungan moral maupun konseling.
2. Assessing doctor, dokter berperan mencari bukti tindak pidana lewat VeR.
Pertama dokter harus mendapatkan inform consent yang mencakup penjelasan
mengenai tujuan dan pentingnya pengambilan bukti, serta proses dokumentasi
pengambilan bukti. Kemudian penjelasan akan adanya rahasia pasien yang
diberikan ke pihak kepolisian apabila dirasa diperlukan untuk pemeriksaan dan
terakhir persetujuan dari korban. Kedua, pengambilan barang bukti harus
meliputi seluruh pemeriksaan yang memperhatikan setiap detail namun juga
memperhatikan kenyamanan korban.
3. Cara pembuktian kejahatan seksual dengan kekerasan (persetubuhan)
• Pengumpulan, penyimpanan dan pemeriksaan air mani. pada pakaian, selimut,
kendaraan untuk melihat bercak air mani
• Lubang – lubang tubuh
• Membuktikan adanya penetrasi (penis) ke dalam vagina atau anus/oral
• Membuktikan adanya ejakulasi atau adanya air mani dalam vagina atau anus
• Rambut kemaluan
• Kontrol dengan pemeriksaan golongan dari cairan tubuh
• Barang bukti lain seperti darah, rambut kepala dll
• Pemeriksaan laboratorium

1. Tujuan : untuk menentukan adanya sperma


Bahan : cairan vagina
Metoda : tanpa pewarnaan, satu tetes cairan vagina ditaruh pada gelas objek dan
kemudian ditutup kemudian pembesaran 500x diharapkan adanya sperma yang masih bergerak.
Dengan pewarnaan malachitgreen, diharapkan basis kepala sperma berwarna ungu, hidung
merah muda. Perwarnaan baeeci pada pakian yang mengandung bercak diharapkan kepala
sperma berwarna merah, ekor biru muda

7
2. Tujuan : menentukan adanya air mani
Bahan : cairan vagina
Metoda : reaksi dengan adanya asam fosfatase yang berasal dari air mani dengan
hasil warna ungu timbul <30s (indikasi besar) dan <65s (indikasi sedang). Reaksi Florence
dengan hasil cairan vaginal ditetesi larutan yodium sehingga pada mikroskop tampak Kristal
kholin periodida berwarna coklat. Reaksi berberio, dengan cara cairan vaginal ditetesi larutan
asam pikrat sehingga pada mikroskop akan tampak spermin pikrat yang berwarna kuning
kehijauan.
3. Tujuan : menentukan air mani
Bahan : pakaian
Metoda : inhibisi as. Fosfatase dengan as. Tartat sehingga bercak air mani dapat
dibedakan dari bercak lain. Bila bahan dari saluran kemih dan secret servik, dengan sinar uv
ataupun dengan visual letak bercak air mani dapat diketahui. Dengan cairan dari ulkus pada
genetalia untuk pemeriksaan t.palliduro (luwes)
4. Penenetuan adanya darah, tes serologi VDRL positif untuk silfilis
5. Tujuan : menentukan adanya kehamilan
Bahan : urin
Metoda : pregnosticon dan gravidex, akan terjadi aglutinasi pada kehamilan
6. Tujuan : menentukan adanya racun
Bahan : darah dan urin
Metoda : TLC, microdifusi, hasilnya obat – obat yang dapat menurunkan atau
menghilangkan kesadaran

4. Otopsi
A. Definisi
Pemeriksaan terhadap mayat yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun
dalam dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan
interpretasi atas penemuan penemuan tersebut, menerangkan penyebab serta mencari hubngan
sebab akibat antara kelainan – kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.
B. Klasifikasi dan Tujuan
• Otopsi klinik
Dilakukan terhdap mayat seseorang yang diduga terjadi akibat suatu penyakit.
Tujuan: - menentukan sebab kematian yang pasti

8
- menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan sesuai
dengan diagnosis post mortem
- menentukan efektivitas pengobatan
- mempelajari perjalanan lazim suatu proses penyakit dsb
• Otopsi forensic atau medikolegal
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal.
Tujuan: - membantu penentuan identitas mayat
- menentukan sebab pasti kematian, mekanis kematian dan saat kematian
- mengumpulkan dan memeriksa benda bukti untuk penentuan identitas benda
penyebab dan pelaku kejahatan
- membuat laporan tertulis yang objektiv berdasarkan fakta dalam bentuk VeR
• Otopsi anatomi (pendidikan)
Dilakukan terhadap mayat korban meninggal akibat penyakit, oleh mahasiswa kedokteran
dalam rangka belajar mengenai anatomi manusia. Perlu izin korban sebelum meninggal atau
keluarganya. Dalam keadaan darurat jika tidak ada keluarga maka tubuhnya dapat
dimanfaatkan untuk otopsi anatomi.
C. Syarat
• Ada permintaan tertulis dari penyidik yang bersifat definitive
Penyidik: pejabat kepolisian RI serendah – rendahnya kapolsek berpangkat serendah –
rendahnya Ipda: Polisi Militer (kapten), pejabat sipil (hakim, jaksa)
• Ada persetujuan tertulis dari pihak keluarga / ahli waris korban
• Pasal 134 KUHAP bahwa penyidik yang meminta otopsi mempunyai kewajiban untuk
memberitahukan keinginanya kepada keluarga.
D. Pemeriksaan luar jenazah
Pemeriksaan ini dilakukan mulai dari ujung rambut kepala sampai ujung kuku kaki
seteliti mungkin. Periksa identitas jenazah, memastikan keamanan pengelolaan jenazah (ada
/tidaknya label), pemeriksa benda sekitar jenazah, menilai keadaan umum jenazah (
utuh/tercerai berai) memriksa ukuran jenazah (tb dan bb) , memeriksa tanda kematian sekunder
untuk memperkirakan saat kematian, dan mencari tanda kekerasan serta kelainan yang
mungkin berhubungan dengan kematian korban.
E. Pemeriksaan dalam jenazah
• TUJUAN
- Menemukan kelainan/hal2 patologis: di bawah lapisan2 tubuh/integumentum, di
dalam rongga2 tubuh, pada organ.
9
- Mengukur dan menimbang organ serta cairan/substansi yg ditemukan.
• Tahap pemeriksaan
• Dimulai dengan seksi/irisan kulit.
• Insisi I dimulai dibawah tulang rawan cricoid digaris tengah sampai
proc. Xyphoideus kemudian 2 jari paramedian kiri dari pusat sampai
simpsis
• Insisi Y dilakukan semata mata u/ alasan komestik, sehingga jenazah
yang sudah diberi pakaian tidak memperlihatkan jahitan setelah
dilakukan bedah mayat
• Membuka, mengamati bagian dalam rongga tubuh (dada dan perut) dan kepala.
• Mengangkat, melepaskan, mengukur, menimbang, memeriksa organ (termasuk
membedah organ).
• Penilaian organ: dimensi,permukaan,konsistensi,kohesi, potongan penampang
melintang
• Teknik otopsi
1. Teknik Virchow
2. Teknik Rokistansky
3. Teknik Letulle
4. Teknik Ghon
5. Ekshumasi
A. Prosedur
Pelaksanaan penggalian mayat
Dipemakaman, petugas – petugas yang harus hadir adalah:
• Penyidik
• Dokter
• Keluarga
• Petugas pemakaman
• Penggali mayat
Sebelum menggali mayat dilakukan, harus dilakukan identifikasi atas kuburan yang akan
digali, yaitu oleh:
• Petugas pemakaman
• Penggali mayat yang mengubur mayat tersebut
• Petugas yang membuat batu nisan/ membuat kuburan tsb
Penggalian mayat, tindakan yang harus dilakukan adalah:
10
• Pengambilan sampel dari tanah permukaan kuburan dan dari beberapa tempat
dipemakaman tsb
• Pengambilan tanah 4 sisi mayat dan sekitar 30 cm dari atas mayat
• Identifikasi peti yang telah dibersihkan dan buat foto peti mati sebelum diangkat
dari lubang kubur
• Buat foto setelah peti mati dikeluarkan dan diambil sampel tanah dibawah
peti/mayat tsb dan air jika ada.
• Pemeriksaan dikamar bedah mayat
• Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dikamar bedah mayat selain agar
pemeriksaan dpt dilakukan dgn tenang dan u/ mencegah hal yg tidak diinginkan,
memgindat adat istiadat yg ada dikalangan masyarakat itu sendiri. Akan tetapi
pemeriksaan dapat pula dilakukan dipemakaman tsb, dgn membuat kamar
bedah darurat dan dengan pengamanan yang cukup.
• Selain dokter, penyidik dan pihak keluarga, maka perusahaan penguburan juga
sudah siap untuk mengurusi penguburan bila pemeriksaan oleh dokter telah
selesai
• Pemeriksaan dilakukan seperti biasa dan oleh karena keadaan mayat yang telah
rusak, maka perlu dibuat foto, serta pengambilan sampel dari jaringan tubuh,
khususnya bila keracunan diduga sebagai penyebab kematian.
B. Dasar hukum
• Pasal 133 KUHAP
• Ayat 1.Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia mengajukan permintaan keterangan kepada
ahli kedokteran kehakiman, atau dokter atau ahli lainnya.
• Ayat 2.Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dilakukan secara tertulis yang dalam surat disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
• Pasal 135 KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat

11
6. Hospital by Law
Peraturan Internal Rumah Sakit (PIRS) berisi ketentuan dan peraturan yang dibuat
dengan sistematis oleh RS, mengatur semua manajemen dalam suatu RS itu sendiri, Fungsi
PIRS:
• Acuan untuk pemilik RS dalam melakukan pengawasan
• Acuan bagi direktur untuk mengelola RS
• Acuan bagi direktur dalam menyusun kebijakan operasional
• Sarana untuk menjamin efektivitas, efisiensi, dan mutu pelayanan
• Sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang terkait dengan RS
• Acuan dalam menyelesaikan konflik di RS
Dalam bukunya, Guwandi mengemukakan garis besar susunan PIRS:
• Anggaran Dasar (AD), dibuat dengan akte notaris disahkan oleh departemen
kehakiman dan diumumkan dalam lembaran negara.
• Anggaran Rumah Tangga (ART), memuat garis2 besar dan peraturan dasar yang
berhubungan dengan tugas manajemen sehari – hari meliputi visi dan misi, struktur
organisasi, kebijakan2 strategis, urutan jenjang peraturan dasar RS, hubungan antara
pemilik & direktur RS hak & kewajiban, batas kewenangan & tanggung jawab direktur,
rapat berkala, kedudukan & fungsi komite medic, dan masa jabatan direktur
• Peraturan RS
• Bidang medic
• Bidang umum
• Surat keputusan
• Pengumuman

Kesimpulan
Kejahatan seksual dengan kekerasan adalah segala tindakan seksual yang dilakukan
dengan paksaan dan tidak sesuai dengan perlindungan dalam menangani kasus ini dokter
memiliki 2 peranan yaitu attending doctor dan assessing doctor apabila pada kasus ini berakhir
dengan kematian dapat dilakukan otopsi sesuai dengan 133 & 134 KUHAP kalau tidak
dilakukan otopsi, maka sesuai dengan pasal 135 KUHAP dapat dilakukan ekshumasi guna
menentukan sebab kematian untuk kepentingan peradilan .

12
13

Anda mungkin juga menyukai