Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUTORIAL

Modul: Kulit dan Kelamin


Trigger: 3

OLEH: TUTORIAL 3

Fasilitator : dr. Anita Darmayanti Sp.An


Ketua : Randy Meiriano Ardinal (14-023)
Anggota :

Billy Sinulingga (14-024)


Ripal Alphali (14-017)
Ayunda Tresia (14-018)
Nurlena (14-019)
Ilma Rahmi Afrina (14-020)
Mustrianti (14-021)
Atika Dwi Latifah (14-022)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2017

1
MODUL Kulit dan Kelamin
Trigger 3.
Suyatno seorang petani berumur 30 tahun, beberapa bulan terakhir
mengeluhkan jari tangan 4 dan 5 kanan bengkok tidak bisa lagi diluruskan. Suyatno juga
mengeluhkan tidak bisa merasakan benda tajam ketika dia berjalan tanpa alas kaki. Dengan
keadaanya yang seperti itu, suyatno menjadi minder dan tidak percaya diri, seolah – olah
temannya akan mengejek dirinya yang mempunyai tangan bengkok. Atas saran pak RT,
suyatno kemudian berobat ke puskesmas. Dokter puskesmas kemudian melakukan
pemeriksaan pada tubuh suyatno, ditemukan ada beberapa bercak putih di punggung dan
lengan kanan yang tidak gatal, tidak nyeri dan hilang rasa.

setelah menatalaksana suyatno, dokter puskesmas sebelum memeriksa pasien


berikutnya mencuci tangan dan menggunakan alat lain untuk memeriksa, sedangkan
alat untuk memeriksa suyatno dibersihkan perawat.

Step 1:
Step 2:

1. Kenapa jari tn. Suyatno bengkok tidak bisa diluruskan?


2. Apakah ada hubungan bengkaknya jari tn. Suyatno dengan mati rasa yang dialami tn.
Suyatno?
3. Apakah ada hubungan penyakit tn. Suyatno dengan pekerjaanya?
4. Apakah penyakit tn. Suyatno menular?
5. Apa penyebab penyakit tn. Suyatno?
6. Analisa kasus?
7. Diagnosa pasien?
8. Diagnosa banding?
9. Tatalaksana pasien?
10. Pemeriksaan penunjang?
11. Prognosis?
12. Patient safety pada trigger?
13. Apa kompetensi pada trigger?
Step 3:
1. Karena terjadi kerusakan saraf motoric

2
2. Ada, karena penyakitnya
3. Tidak ada, karena penyakitnya ditularkan melalui inhalasi/kontak langsung
4. Menular, melalui inhalasi atau kontak langsung
5. Mycobacterium leprae
6. Nama: tn. Suyatno
umur : 30 tahun
pekerjaan: petani
K.U: jari bengkok dan tidak bisa diluruskan
RPS: kaki kebas
P.fisik: bercak putih dipunggung dan lengan kanan yang tidak gatal,
tidak nyeri dan hilang rasa.
RPD:-
RPK:-
RPK:-
R.social: -
7. Diagnosa: Kusta atau Lepra
8. DD: vitiligo, tinea versikolor
9. Pemeriksaan BTA -> setiap 3 bulan
10. Dapson, rifampisin, klofazimin -> diberikan selama 12 bulan
11. Dubia
12. Menjaga keseterilan alat – alat RS dan menghindari penularan dan infeksi
13. 4A -> layanan primer

Step 4

Kulit &
kelamin

Patient
Lepra
safety

Etiologi & G.Klinis dan Pemeriksaan


Definisi Patogenesis Klasifikasi DD Tatalaksana Komplikasi Prognosis
F.resiko Reaksi Lepra penunjang

3
Step 5 Learning objective
Mahasiswa mampu mengerti memahami dan menjelaskan
1. Lepra:
• Definisi
• Etiologi dan faktor resiko
• Gejala klinis
• Patogenesis
• Klasifikasi
• P.penunjang
• DD
• Tatalaksana
• Prognosis
2. Patient safety
Step 6 Gather Information And Private Study
( Belajar Mandiri )

Step 7 Share The Result Of Information Gathering And Private Study


Definisi Lepra
kusta merupakan penyakit infeksi kronik dan penyebabnya ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Yang menyerang saraf
perifer, kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian ke organ lain
kecuali susunan saraf pusat.
Etiologi Lepra
kuman penyebab adalah Mycobacterium Leprae berbentuk kuman dengan ukuran 3 –
8 µm x 0,5 µm tahan asam dan alcohol serta gram positif.

Gejala Klinis Lepra


• Lesi
• Bentuk : macula, infiltrate difus, papul , nodus
• Jumlah: satu atau ada beberapa
• Distribusi: simetris dan asimetris
• Permukaan: halus berkilat dan kering bersisik
• Batas: jelas dan tidak jelas
4
• Anastesia: jelas dan tidak jelas
• Test Lepromin
• Negatif
• Positif kuat (+3)
• Tanda cardinal (terdapat salah satu dari 3)
• Bercak kulit yang mati rasa berupa macula atau plak hipopigmentasi
• Penebalan saraf tepi, rasa nyeri (ada/tidak) dan gangguan fungsi saraf
(ada/tidak)
• Ditemukan basil tahan asam

Patogenesis Lepra
M.leprae mempunyai patogenitas dan daya invasi rendah, sebab penderita yang
mengandung kuman lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat,
bahkan dapat sebaliknya. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat
penyakit, tidak lain disebabkan oleh respon imun yang berbeda. Oleh karena itu
penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologik. Gejala klinisnya lebih
sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitasnya.

5
Klasifikasi Lepra

KLASIFIKASI ZONA SPEKTRUM KUSTA


RIDLEY &
JOPLING TT BT BB BL LL
MADRID TUBERKULOID BORDERLINE LEPROMATOSA

WHO PAUSIBASILAR MULTIBASILAR

PUSKESMAS PAUSIBASILAR MULTIBASILAR

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Bakterioskopik
Basil Tahan Asam (BTA) dengan pewarnaan ZIEHL-NEELSEN.
2. Pemeriksaan Histopatologik
untuk menentukan klasifikasi kusta dan memastikan gambaran klinis.
3. Pemeriksaan Serologis
• Uji MLPA (mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
• Uji ELISA ( Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
• ML dipstick test (Mycobacterium leprae dipstick)
• ML flow test ( Mycobacterium leprae flow test)
Diagnosa Banding
• Dermatofitosis
• Tinea versikolor
• Pitiriasis rosea
• Pitiriasis alba
• Dermatitis seboroika
• Psoriasis
• Neurofibromatosis
• Granula anulare
• Xantomatosis
• Skleroderma
• Tuberkulosis kutis verukosa
Tatalaksana
• Pengobatan kusta
Multi Drugs Treatment (MDT):
• DDS (Diaminodifenil sulfon)
• Rifampisin
6
• Klofazimin (lampren)
• Obat alternative:
• Ofloksasin
• Minosiklin
• Klaritromisin
Cara pemberian MDT:
• Untuk multibasilar
• Rifampisin 600 mg setiap bulan
• DDS 100mg setiap hari
• Klofazimin 300mg setiap bulan
• Untuk pausibasilar
• Rifampisin 600mg setiap bulan
• DDS 100mg setiap hari

Prognosis
• Quo ad vitam : Bonam
• Quo ad functionam : Bonam
• Quo ad sanam : Malam

Patient Safety
Keselamatan pasien (patient safety) secara sederhana didefinisikan sebgai suatu upaya
untuk mencegah bahaya yang terjadi pada pasien . walupun mempunyai definisi yang sangat
sederhana, tetapi upaya untuk menjamin keselamatan pasien di fasilitas kesehatan sangatlah
komplek dan banyak hambatan. Konsep keselamatan pasien harus dijalankan secara
menyeluruh dan terpadu. Menurut The American Hospital Asosiation (AHA) 1999
keselamatan dan keamanan pasien ( patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik.
Patient safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien dirumah sakit menjadi lebih
aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Tujuan patient safety
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD ( Kejadian Tidak Diharapkan ) di Rumah Sakit

7
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (
Kejadian Tidak Diharapkan )

Strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien


1. Menggunakan obat dan peralatan yang aman
2. Melakukan praktek klinik yang ama Dampak hukum jika terjadi medical eror atu Adverse
Event (Kejadian yang tidak diharapkan) da n dan dalam lingkungan yang aman
3. Melaksanakan manajemen risiko, contoh pengendalian infeksi
4. Membuat dan meningkatakan sistem yang dapat menurunkan risiko yang berorientasi
kepada pasien
5. Meningkatkan keselamatan pasien dengan:
a. Mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan (adverse event)
b. Membuat sistem identifikasi dan pelaporan adverse event
c. Mengurangi efek akibat adverse event

KESIMPULAN
kusta merupakan penyakit infeksi kronik dan penyebabnya ialah Mycobacterium
leprae yang bersifat intraseluler obligat. Yang menyerang saraf perifer, kulit dan mukosa
traktus respiratorius bagian atas, kemudian ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Yang
dapat dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan bakterioskopik,
histopatologik dan serologis. Pengobatan kusta dapat dilakukan dengan pengobatan MDT
(multi drugs treatment).

Anda mungkin juga menyukai