Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Deskripsi Teori

2.1.1 Gas Bumi

Gas bumi adalah suatu campuran hidrokarbon dengan kandungan metana

sebagai komponen terbanyak. Gas bumi dijumpai dalam sumur (reservoir) ada

yang bergabung dengan minyak bumi dikenal dengan associated gas. Dan ada

juga sumur gas tanpa kandungan minyak bumi disebut non associated gas. Gas

bumi sebagai associated gas sangat penting tidak hanya sebagai sumber energi

tetapi juga sebagai bahan dasar untuk industri petrokimia.

Aktivitas pengeboran minyak akan menghasilkan gas ikutan (associated

gas) yang tidak digunakan sehingga dalam prosesnya harus dibakar menjadi gas

flare agar tidak meracuni dan membahayakan lingkungan sekitar. Gas ikutan

tersebut harus dibakar dan dibuang karena tidak memiliki nilai ekonomi, jika

dibandingkan dengan produksi minyak.

Proses pembakaran dilakukan di flare stack berupa alat pembakar

berbentuk vertikal untuk melindungi alat-alat proses dari kelebihan tekanan.

Instalasi ini dibuat sebagai sistem pengaman untuk menurunkan tekanan dalam

peralatan. Selain sebagai pengamanan, pembakaran gas flare bertujuan untuk

meminimalisir pencemaran lingkungan karena apabila gas yang dibuang ke udara

tanpa dibakar terlebih dahulu tentunya memiliki dampak negatif bagi lingkungan

sekitar (Gervet, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Pembakaran gas flare sebenarnya masih menghasilkan emisi gas

CO 2 yang tentunya mencemari lingkungan sekitar dan merupakan penyebab

utama terjadinya pemanasan global saat ini. Sehingga perlu dilakukan

pemanfaatan gas flare tersebut untuk menguragi dampak pencemaran lingkungan

salah satunya adalah menjadikan gas flare sebagai sumber energi lain. Hal

tersebut yang sekarang ini menjadi prioritas utama industri-industri migas, karena

pemanfaatan gas flare dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan serta

menjadi sumber energi alternatif lainnya.

2.1.1.1 Pemanfaatan Gas Bumi

Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu:

1. Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar

Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan,

menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor (BBG), untuk

kebutuhan rumah tangga, hotel, restoran dan sebagainya.

2. Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk,

petrokimia, metanol, bahan baku plastik seperti low density

polyethylene (LDPE), linear low density polyethylene (LLDPE),

high density polyethylen (HDPE), poly ethylene (PE), poly vinyl

chloride (PVC). Komponen C3 dan C 4 -nya untuk LPG. Komponen

CO 2 -nya untuk soft drink, dry ice pengawet makanan, hujan buatan,

industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.

Universitas Sumatera Utara


3. Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied

Natural Gas (LNG). Teknologi mutakhir juga telah dapat

memanfaatkan gas alam untuk air conditioner.

Beberapa cara pemanfaatan gas bumi diantaranya adalah sebagai

berikut:

A. Gas Bumi sebagai Pembangkit Tenaga Listrik

Salah satu cara konversi gas menjadi listrik adalah menggunakan engine

gas sebagai penggerak generator untuk memenuhi kebutuhan daya listrik. Engine

gas ini berfungsi sebagai prime mover (penggerak mula) untuk memutar generator

sinkron sehingga generator dapat menghasilkan listrik. Engine gas dari generator

bekerja sesuai dengan prinsip mesin pembakaran dalam (internal combustion

engine), seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Bagian mesin pembakaran dalam Engine Gas


(Sumber: Sugito, 2011)

Universitas Sumatera Utara


Adapun urutan kerja engine gas menurut Sugito (2011) adalah sebagai

berikut:

1. Bahan bakar natural gas masuk ke dalam ruang bakar, karena

substansinya berupa gas maka tidak diperlukan proses pengkabutan

melalui nozzle.

2. Tekanan gas dinaikkan sehingga temperaturnya naik, kemudian terjadi

pencampuran antara udara bahan bakar.

3. Spark plug akan memicu pengapian, sehingga terjadi proses

pembakaran.

4. Energi hasil pembakaran akan mendorong piston bergerak secara

translasi.

5. Gerakan piston akan memutar poros engkol (flywheel) yang pada

akhirnya akan memutar poros generator dan menghasilkan listrik.

Spesifikasi gas bumi yang digunakan untuk power plant menurut Mestika

(2009) dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Spesifikasi Gas Bumi untuk Power Plant (Sumber:


Mestika, 2009)

Universitas Sumatera Utara


B. Liquid Petroleum Gas (LPG)

LPG terdiri dari campuran utama propana (C 3 H 8 ) dan butana (C 4 H 10 ) dan

beberapa fraksi C 2 yang lebih ringan dan C 5 yang lebih berat. LPG merupakan

campuran dari hidrokarbon yang berbentuk gas pada tekanan atmosfir, namun

dapat diembunkan menjadi bentuk cair pada suhu normal dengan tekanan cukup

besar.

Menurut spesifikasinya LPG dibagi menjadi tiga jenis yaitu: LPG

campuran, LPG propana, dan LPG butana. Propana merupakan senyawa alkana

tiga karbon (C 3 H 8 ) yang berwujud gas dalam keadaan normal, namun dapat

dikompresi menjadi cairan yang mudah dipindahkan. Butana adalah senyawa

alkana rantai lurus dengan empat karbon (C 4 H 10 ) sangat mudah terbakar, tidak

berwarna dan merupakan gas yang mudah dicairkan. Spesifikasi LPG yang

dipasarkan PT.Pertamina (Persero) merupakan LPG campuran dengan spesifikasi

yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi LPG Campuran Pertamina (Sumber: Handiko, 2013)

Untuk mendapatkan spesifikasi gas komersial dibutuhkan fasilitas

pemurnian gas seperti separator, CO2 removal dan dehidrasi yang kompleksitas

tergantung pada jumlah dan jenis komponen pengotor. Perolehan LPG dari

lapangan gas bumi sangat bergantung kepada komposisi gas yang dihasilkan dari

Universitas Sumatera Utara


sumur. Gas bumi yang banyak mengandung komponen hidrokarbon menengah

(C 3 dan C 4 ) umumnya bisa menjadi umpan produksi LPG.

2.1.1.2 Faktor Mempengaruhi Pemanfaatan Gas

Menurut Handiko (2013) pemanfaatan gas flare dapat dilakukan dengan

memperhatikan beberapa faktor:

1. Volume dan laju aliran gas

Laju produksi gas dinyatakan dalam satuan MMSCFD (Million Standard

Cubic Feet per Day) yang menunjukkan volume gas produksi setiap hari. Volume

gas dipengaruhi oleh faktor tekanan dan suhu. Alat ukur volume gas disebut

Orifice Plate. Untuk menghitung serta kalkulasi aliran (flow rate) meter gas orifis,

pada umumnya ada tiga parameter yang diukur yaitu: differential pressure, static

pressure, dan temperatur dengan rumus persamaan sebagai berikut.

.....................................................(2.1)
dimana:

Q = Laju aliran gas dalam kondisi dasar, cuft/jam (kondisi dasar untuk

temperatur 60 oF dan untuk tekanan = 14,73 psia).

CI = Konstanta aliran orifis.

h w = Beda tekanan antara bagian hulu dan hilir dari orifis (in H 2 O).

P f = Tekanan aliran gas (static pressure), psia.

2. Komposisi gas

Komposisi utama gas alam adalah metana (80%), sisanya adalah etana

(7%), propana (6%), dan butana (4%), isobutana, dan sisanya pentana. Selain

Universitas Sumatera Utara


komposisi tersebut, gas alam juga mengandung helium, nitrogen, karbondioksida

dan karbon-karbon lainnya. Salah satu alat yang digunakan untuk menentukan

persentase komposisi gas adalah Krimatograpi Gas.

Krimatografi gas adalah salah satu teknik pemisahan komponen-

komponen dalam campuran diantara fase diam dan fase gas. Ruang lingkup

aplikasi krimatografi gas adalah sampel-sampel yang mudah menguap, mudah

diuapkan dan tidak rusak karena panas. Komposisi relatif dihitung masing-masing

komponen dalam suatu campuran menggunakan rumus berikut.

%X1 = A x / ∑ x 100% .............................................(2.2)

dimana:

x = Salah satu komponen dari sebanyak n komponen

A = Luas puncak atau respon lain yang terukur.

3. Estimasi sisa cadangan gas

Sisa cadangan gas diperoleh berdasarkan peramalan umur produksi dan

peramalan cadangan minyak sisa. Metode yang digunakan untuk mengestimasi

cadangan reservoir salah satunya adalah menggunakan decline curve analysis.

Metode decline curve analysis merupakan metode untuk memperkirakan besarnya

cadangan minyak berdasarkan data produksi pada periode waktu tertentu.

Pada prinsipnya peramalan jumlah cadangan minyak sisa dengan metode ini

adalah memperkirakan hasil ekstrapolasi atau penarikan garis lurus yang

diperoleh dari suatu grafik atau kurva yang dibuat berdasarkan plotting

antara data-data produksi terhadap waktu produksinya.

Tahun 1935, S.J. Pirson mengklasifikasikan persamaan kurva penurunan

Universitas Sumatera Utara


produksi atas dasar menjadi 3 jenis yaitu:

a. Exponential Decline.
Log rate produksi yang diplot terhadap waktu akan terjadi straight line

(garis lurus) pada kertas semilog, hal ini dinamakan dengan exponential

decline yang mempunyai ciri khas penurunan produksi pada suatu interval waktu

tertentu sebanding dengan laju produksinya. Kurva penurunan yang konstan

ini hanya diperoleh bila eksponen decline adalah nol (b=0). Secara matematis

bentuk kurva penurunannya adalah:

q = q i e-Dt ........................................................(2.3)

dimana:

q = laju produksi pada waktu t, BOPD (Barrel Oil Per Day).

q i = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), BOPD.

e = bilangan logaritma (2,718).

D i = Initial nominal exponential decline rate, 1/waktu.

t = waktu, hari.

1. Nominal exponential decline rate-nya (Di) adalah:


𝑞1
ln ( 𝑞 )
Di = [
] .........................................................(2.4)
𝑡
2. Laju Produksi (rate production) peramalan.

q = q i x e-Dt ............................................................(2.5)
3. Kumulatif produksi (Np).

(𝑞𝑖−𝑞)
Np = .........................................................(2.6)
𝐷𝑖

4. Jika ekonomi limitnya diketahui (qabandonment) maka dapat diketahui


umur produksi hingga batas perolehan akhir yaitu:

Universitas Sumatera Utara


𝑞1
ln (𝑞𝑎)
ta = [ ] ...........................................................(2.7)
𝐷𝑖
b. Hyperbolic Decline.
Data-data produksi terhadap waktu yang diplot pada kertas semilog tidak

membentuk dari lurus (straight line) tetapi akan melengkung, situasi ini biasanya

dimodelkan dengan persamaan hyperbolic. Tipe kurva seperti ini, dikatakan

sebagai hyperbolic decline dengan harga exponent decline (b) lebih dari 0

dan kurang dari 1 ( 0 < b < 1). Persamaan untuk Hyperbolic Decline adalah:

q = q i x ( 1 + b + D i x t )1/-b...........................................(2.8)

dimana:

q = laju produksi pada waktu t, BOPD.

q i = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), BOPD.

e = bilangan logaritma (2,718).

D i = Initial nominal exponential decline rate, 1/waktu.

t = waktu, hari.

b = eksponen decline.

1. Nominal exponential decline rate-nya (Di) adalah:

𝑞𝑖 𝑏
� 𝑞 � −1
Di = ........................................................(2.9)
𝑏𝑥𝑡
2. Kumulatif produksi (Np).

𝑞𝑖 𝑏
N p = (1−𝑏)𝑥𝐷𝑖 (𝑞𝑖1−𝑏 − 𝑞1−𝑏 ) ................................(2.10)

3. Jika ekonomi limitnya diketahui (qabandonment) maka dapat


diketahui umur produksi hingga batas perolehan akhir yaitu:

𝑞𝑖
(𝑞𝑎)𝑏 −1
ta = .......................................................(2.11)
𝑏𝑋𝐷𝑖

Universitas Sumatera Utara


c. Harmonic decline.

Bentuk harmonic decline curve merupakan bentuk khusus dari

hyperbolic decline dengan harga b=1. Hubungan laju produksi terhadap

waktu secara matematis adalah:

q = qi x ( 1 + Di x t )-
1
..........................................(2.12)

dimana:

q = laju produksi pada waktu t, BOPD.

q i = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), BOPD.

e = bilangan logaritma (2,718).

D i = Initial nominal exponential decline rate, 1/waktu.

t = waktu, hari.

b = eksponen decline.

1. Nominal exponential decline rate-nya ( Di ) adalah:


𝑞𝑖
� 𝑞 � −1
Di = .........................................................(2.13)
𝑡
2. Kumulatif produksi (Np).

𝑞𝑖 𝑞𝑖
Np = ln( ).........................................................(2.14)
𝑞 𝑞

3. Jika ekonomi limitnya diketahui (qabandonment) maka dapat diketahui


umur produksi hingga batas perolehan akhir yaitu:
𝑞1
�𝑞𝑎�−1
ta = ].........................................................(2.15)
𝐷𝑖
Tipe decline curve ditentukan sebelum melakukan perkiraan

jumlah cadangan sisa dan umur dari reservoir yang dikaji berproduksi

sampai qlimit. Berdasarkan nilai b (eksponen decline), penentuan tipe

decline curve yaitu menggunakan metode Loss-Ratio dan metode Trial Error

Universitas Sumatera Utara


and X2-Chisquare Test.

Metode Loss-Ratio

J.J. Arps (1944) mengembangkan teknik ekstrapolasi decline curve

dengan menggunakan Metode Loss-Ratio. Loss ratio didefinisikan sebagai laju

produksi pada akhir periode waktu produksi dibagi dengan kehilangan produksi

(loss) selama periode tersebut (q/(dq/dt)), yaitu merupakan kebalikan dari decline

rate dan disajikan dalam bentuk tabulasi untuk keperluan ekstrapolasi dan

identifikasi daripada jenis decline curve.

Langkah-langkah perhitungan eksponen decline (b) dengan metode

loss ratio adalah sebagai berikut:

1. Membuat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), dt, q (laju alir),

dq, a (loss ratio), da, dan b.

2. Untuk kolom dt (time), persamaannya: dt = t 0 -

t 1 ......................(2.16)

3. Untuk kolom dq (bbl/time), persamaannya: dqn = q 0 – q 1 ........(2.17)

𝑞
4. Untuk kolom a (loss ratio), persamaannya: an = - 𝑑𝑎 R

( )
𝑑𝑡

...............(2.18)

5. Untuk kolom da, persamaannya: da n = a 2 - a 1 ............................(2.19)

𝑑𝑎
6. Untuk kolom b, persamaannya: b n = ( 𝑑𝑡 ) . ....................................(2.20)
R

7. Mengulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 6

untuk menghitung data-data selanjutnya.

8. Kemudian untuk penentuan jenis kurva decline berdasarkan nilai b

Universitas Sumatera Utara


yaitu:

∑𝑏
b=| | ...........................................(2.21)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎
R

4. Posisi dan Daya tampung konsumen

Posisi dan daya tampung konsumen mengindikasikan jarak dan kapasitas

konsumen akhir sebagai pengguna produk yang dihasilkan dari pemanfaatan gas

flare. Konsumen dapat berupa industri kecil, industri petrokimia, domestik, dll.

2.1.2 Green Engineering

Green Engineering atau green productivity adalah suatu strategi untuk

meningkatkan produktivitas perusahaan dan performansi lingkungan secara

bersamaan di dalam pembangunan sosial-ekonomi secara menyeluruh (Asian

Productivity Organization, 2006).

Green productivity dapat diartikan sebagai produktivitas ramah

lingkungan. Konsep green productivity menggabungkan upaya peningkatan

produktivitas dan penanganan terhadap dampak lingkungan untuk mencapai

pembangunan berkelanjutan. Green productivity adalah suatu strategi untuk

meningkatkan produktivitas bisnis dan kinerja lingkungan pada saat

bersamaan dalam pengembangan sosial ekonomi secara keseluruhan.

Green Engineering atau Green Productivity mempunyai empat tujuan

umum dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan ekonomi produksi

ketika diimplementasikan pada lantai produksi, yaitu:

1. Pengurangan Limbah (Waste Reduction).

Universitas Sumatera Utara


2. Manajemen Material (Material Management).

3. Pencegahan Polusi (Pollution Prevention).

4. Peningkatan Nilai Produk (Product Enhancement).

Pendekatan pencegahan polusi berbeda dari pendekatan lingkungan

tradisional yang telah dilakukan. Salah satu inti prinsip organisasi untuk

pencegahan polusi adalah efisiensi. Tujuan pencegahan polusi adalah untuk

meminimalkan penggunaan, optimisasi penggunaan kembali atau daur ulang

material berbahaya. Pencegahan polusi tidak diatur dimana batasannya dengan

tujuan tunggal mencapai standar kualitas lingkungan. Kemudian, hal tersebut akan

meningkatkan kualitas lingkungan dengan memberikan perhatian pada bagaimana

material digunakan selama proses manufaktur. Adapun hierarki pencegahan polusi

dapat dilihat pada Gambar 2.2.

RELEASE

RECYCLE

REUSE

REDUCE

Gambar 2.2. Hierarki Pencegahan Polusi (Sumber: Greening the


industrial facility, 2004)

Hirarki pencegahan polusi telah digunakan secara luas oleh perusahaan

dalam menangani pencegahan polusi. Dasar piramida menunjukkan dampak

terkecil pada lingkungan dan puncak piramida menunjukkan dampak terbesar

pada lingkungan. Pilihan yang paling sering dipilih yaitu pengurangan terjadinya

Universitas Sumatera Utara


waste (reduce). Jika tidak memungkinkan, material harus digunakan (reuse)

kembali dalam proses yang sama atau sejenis. Jika penggunaan kembali tidak

memungkinkan, maka material harus didaur ulang (recycle). Daur ulang berbeda

dengan penggunaan kembali karena daur ulang biasanya disertai perubahan

bentuk material yang membutuhkan energi. Bila tidak ada pilihan lain yang cocok,

material tersebut harus dibuang atau dilepaskan ke lingkungan sebagai buangan

akhir.

2.1.3 Zero Routine Flaring

Zero Routine Flaring diperkenalkan oleh Bank Dunia dengan menyatukan

pemerintah, perusahaan minyak, dan lembaga-lembaga pembangunan lainnya

untuk bekerja sama secara berkelanjutan menghilangkan aktivitas pembakaran

paling lambat tahun 2030. Inisiatif ini dilakukan agar pembakaran rutin tidak

melebar dengan alasan keamanan.

Pembakaran gas berkontribusi terhadap perubahan iklim dan dampak

lingkungan melalui emisi CO2, karbon hitam dan polutan lainnya. Hal ini juga

merupakan limbah sumber daya energi berharga yang masih dapat digunakan

untuk memajukan pembangunan berkelanjutan dari negara-negara produsen.

Pemerintah yang mendukung inisiatif Zero Routine Flaring akan

memberikan investasi, peraturan, dan lingkungan operasi hukum yang kondusif

untuk pengembangan pasar yang layak dalam pemanfaatan gas. Hal ini akan

memberikan keyakinan dan insentif bagi perusahaan sebagai dasar investasi dalam

solusi penghapusan flare. Pemerintah akan menetapkan penawaran prospek baru

Universitas Sumatera Utara


rencana pengembangan lapangan minyak baru dengan menggabungkan

pemanfaatan atau konservasi gas berkelanjutan tanpa pembakaran rutin.

Selanjutnya, pemerintah akan melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa

pembakaran rutin di ladang minyak berakhir sesegera mungkin sebelum tahun

2030.

Beberapa regulasi yang berkaitan dengan penanganan gas flare menurut

Sugito (2011) adalah sebagai berikut:

a. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.129 tahun 2003 yang

mengatur tentang baku mutu emisi usaha dan kegiatan minyak dan gas

bumi. Kepmen ini menitik beratkan pada upaya monitoring emisi gas

yang dihasilkan dari aktivitas produksi minyak dan gas, serta melarang

pembakaran limbah gas secara terbuka.

b. Peraturan Pemerintah No.34 tahun 2005 yang mengatur tentang

kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. Pada Peraturan Pemerintah

tersebut dimuat beberapa kewajiban dari badan usaha hulu minyak dan

gas bumi untuk mengelola lingkungan hidup sesuai regulasi yang ada,

termasuk pengelolaan gas flare.

c. Undang-Undang No.17 tahun 2004 tentang ratifikasi Kyoto Protocol

dalam kaitannya dengan perubahan iklim. Untuk mencapai zero flare

tahun 2012 perlu dilakukan pengurangan gas flare sebesar 30-60% per

tahun.

Universitas Sumatera Utara


d. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.13 tahun 2009 tentang

pengaturan baku mutu emisi sumber tidak bergerak bagi kegiatan

minyak dan gas bumi. Pada permen ini diatur baku mutu emisi terkait

pembakaran gas flare, baik dalam operasi di lapagan maupun

pembakaran untuk pembangkit listrik.

Perusahaan minyak yang mendukung inisiatif Zero Routine Flaring akan

mengembangkan ladang minyak baru dan beroperasi sesuai dengan

menggabungkan pemanfaatan atau konservasi gas berkelanjutan tanpa

pembakaran rutin. Lembaga pembangunan yang mendukung inisiatif Zero

Routine Flaring akan memfasilitasi kerjasama dan monitoring penggunaan

keuangan serta langkah-langkah kebjakan lainnya. Perusahaan minyak yang

mendukung inisiatif Zero Routine Flaring akan melaporkan secara terbuka dan

kontinu aktivitas pembakaran gas sisa secara tahunan kepada Bank Dunia demi

kemajuan program Zero Routine Flaring.

2.1.4 Konsep Tekno Ekonomi

Analisis ekonomi teknik (engineering economic analysis) adalah bagian

dari ilmu ekonomi yang diaplikasikan pada proyek-proyek teknik. Digunakan oleh

para insinyur untuk mencari solusi terbaik dengan mengukur nilai ekonomi dari

setiap alternatif solusi yang potensial. Masalah yang dapat diselesaikan

menggunakan analisis ekonomi teknik adalah masalah yang memiliki tiga

karakteristik sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Masalah itu cukup penting, dan memerlukan pemikiran dan usaha serius

dalam pemecahannya.

2. Masalah tersebut memerlukan analisis secara teliti yang

mengorganisasikan setiap elemen masalah dan semua konsekuensi yang

mungkin terjadi, dan tidak dapat diselesaikan sekaligus.

3. Masalah itu memiliki aspek ekonomis yang cukup penting sebagai

komponen yang mengarahkan analisis pada keputusan.

Alternatif-alternatif timbul karena adanya keterbatasan dari sumber daya

(manusia, material, uang, mesin, kesempatan, dll). Dengan berbagai alternatif

yang ada tersebut maka diperlukan sebuah perhitungan untuk mendapatkan

pilihan yang terbaik secara ekonomi, baik ketika membandingkan berbagai

alternatif rancangan, membuat keputusan investasi modal, mengevaluasi

kesempatan finansial dan lain sebagainya.

Analisa tekno ekonomi melibatkan pembuatan keputusan terhadap

berbagai penggunaan sumber daya yang terbatas. Konsekuensi terhadap hasil

keputusan biasanya berdampak jauh ke masa yang akan datang, yang

konsekuensinya itu tidak bisa diketahui secara pasti, merupakan pengambilan

keputusan dibawah ketidakpastian.

2.1.4.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Investasi

Studi kelayakan proyek investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan

yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan

dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau setidaknya usaha tersebut

Universitas Sumatera Utara


dijalankan. Manfaat dilakukannya studi atau analisa kelayakan proyek adalah

untuk memfokuskan suatu rencana bisnis yang mempunyai suatu urutan logis

yang memungkinkan untuk menjangkau sasaran. Selain itu, manfaat dari

studi kelayakan yaitu untuk menghindarkan perusahaan dari penanaman

modal yang tidak ekonomis.

Tujuan dilakukannya studi kelayakan sebelum mendirikan suatu usaha

atau proyek yaitu:

1. Menghindari resiko kerugian di masa yang akan datang karena masa

yang akan datang adalah kondisi yang tidak pasti.

2. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan, rencana yang sudah

disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang sudah

direncanakan.

3. Memudahkan pengawasan agar jalannya usaha tidak keluar dari

rencana yang sudah disusun.

4. Memudahkan dalam pengendalian tujuan dengan mengembalikan

pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke arah sesuai rencana

sehingga tujuan perusahaan bisa tercapai.

2.1.4.2 Kriteria Kelayakan Investasi

Dalam analisis proyek ada beberapa kriteria yang sering dipakai untuk

menentukan diterima atau tidaknya suatu usulan proyek, atau untuk menentukan

pilihan antara berbagai macam usulan proyek. Beberapa kriteria tersebut adalah:

1. Net Present Value (NPV)

Universitas Sumatera Utara


Metode Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari arus kas

usaha pada masa yang akan datang yang didiskontokan dengan biaya modal

rata-rata yang digunakan (weighted average cost of capital), kemudian dikurangi

dengan investasi yang telah dikeluarkan. Jika nilai sekarang (present value) dari

arus kas yang dihasilkan lebih besar daripada investasi yang dikeluarkan (NPV

positif), berarti usaha tersebut layak dijalankan. Semakin tinggi NPV, semakin

baik usaha tersebut untuk diambil. Sebaliknya jika NPV bernilai negatif, usaha

tersebut tidak layak untuk dijalankan (Zubir, 2005).

Secara matematis dapat dituliskan rumus:


𝑛
(𝐶)𝑡 (𝐶𝑜)𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑𝑛𝑡=0 𝑡 −� 𝑡 ........................(2. 22)
(1+𝑖) 𝑡=0 (1+𝑖)

dengan:

NPV = Nilai sekarang bersih.

(C)t = Arus kas masuk tahun ke-t.

(Co)t = Arus kas keluar tahun ke-t.

n = Umur unit usaha investasi.

i = Tingkat suku bunga.

t = Waktu.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah discount rate yang menyamakan

nilai sekarang (present value) dari arus kas masuk dan nilai investasi suatu usaha.

Dengan kata lain, IRR adalah discount rate yang menghasilkan NPV sama

dengan nol. Jika suatu usaha lebih besar dari IRR, maka NPV menjadi negatif,

Universitas Sumatera Utara


sehingga usaha tersebut tidak layak untuk diambil. Jadi, semakin tinggi IRR

dibandingkan biaya modalnya, maka semakin baik usaha tersebut untuk dipilih.

Sebaliknya jika IRR lebih kecil daripada biaya modalnya, proyek tersebut tidak

akan diambil (Zubir, 2005).

Persamaan untuk menghitung IRR adalah:


𝑛
(𝐶)𝑡 (𝐶𝑜)𝑡
𝐼𝑅𝑅 = ∑𝑛𝑡=0 =� .........................(2.23)
(1+𝑖)𝑡 𝑡=0 (1+𝑖)
𝑡

dengan:

IRR = Tingkat pengembalian internal.

(C)t = Arus kas masuk tahun ke-t.

(Co)t = Arus kas keluar tahun ke-t.

n = Umur unit usaha investasi.

i = Tingkat suku bunga.

t = Waktu.

3. Payback Period (PP)

Payback period didefinisikan sebagai jangka waktu yang dibutuhkan

untuk mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan dengan total nilai

sekarang arus kas yang akan dihasilkan. Semakin cepat investasi tersebut dapat

dikembalikan, semakin baik usaha tersebut untuk dipilih (Zubir, 2005). Rumus

yang digunakan untuk perhitungan payback period adalah:

𝐶𝑓
PP = 𝐴
............................................(2.24)

dengan:
Cf = Biaya pertama.

A = Arus kas bersih per tahun.

Universitas Sumatera Utara


4. Benefit-Cost Ratio (BCR)

Benefit-Cost Ratio (BCR) dikenal dalam mengevaluasi proyek-proyek

untuk kepentingan umum atau sektor publik dengan menitikberatkan kepada

manfaat (benefit) untuk kepentingan umum.

Sebagai pedoman umum, dapat dikatakan bahwa suatu proyek dikatakan

layak jika perbandingan nilai B/C > 1, sebaliknya jika B/C < 1 proyek tersebut

dikatakan tidak layak. Persamaan untuk menghitung B/C adalah:

(𝑃𝑉)𝐵
𝐵𝐶𝑅 = ......................................(2.25)
𝐶𝑓

dengan:

(PV)B = Nilai sekarang benefit.

Cf = Biaya pertama.

2.2 Review Hasil Penelitian

Penelitian atau research yang berkaitan dengan pemanfaatan gas flare

telah dilakukan oleh beberapa ahli dan peneliti diantaranya dapat dilihat pada

Tabel 2.3 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Review Hasil Penelitian

NO Nama Peneliti/ Judul Penelitian Variabel Metode Hasil


Tahun

1 Rahmawan Aplikasi Tekno-Ekonomi NPV, IRR, Analisa tekno Berdasarkan pertimbangan aspek keekonomian dari
D.Widyantoro/ Pemanfaatan Gas Suar Benefit Cost ekonomi produsen gas dan PLN, harga gas $6/MMBTU r =7%
2012 Bakar pada Lapangan Ratio, Pay dengan penggunaan skenario turbin gas layak secara
Minyak Oseil, Seram non ekonomi karena periode pengembalian investasi
back Period
Block Bula sebagai Bahan yang singkat yaitu 0,6 tahun untuk produsen gas dan
Bakar Gas PLN Bula 2 tahun untuk PLN.

2 Gunard Handiko/ Pemanfaatan gas suar NPV, IRR, Analisa Analisa keekonomian menunjukkan teknologi LNG
2012 bakar untuk industri Benefit Cost Teknis memiliki indikator ekonomi terbaik yaitu IRR
sekitar di tiga lokasi Ratio, Pay ekonomis 55,32%, NPV sebesar US$76,219 juta, dan payback
period 3 tahun.
back Period
3 Okotie Sylvester Utilization of Nigerian Gas Production Uji Hipotesis Kesimpulan menunjukkan bahwa selama bertahun-
dan Ikporo Bibobra precious Resource in the Gas flare dan analisa tahun Nigeria telah menyia-nyiakan sejumlah besar
/ 2014 Niger Delta Region for the ekonomi uang karena adanya pemborosan yang signifikan
benefit of the Ecosystem teknik akibat dari pembakaran gas.
4 Sugiarto/2011 Pemanfaatan gas suar Benefit Cost Analisa Berdasarkan hasil analisis Benefit Cost Ratio
bakar untuk jaringan gas Ratio Teknis (BCR) diperoleh nilai B/C = 0,684 yang
rumah tangga ekonomis mengindikasikan bahwa secara keekonomian proyek
pengembangan jaringan distribusi gas bumi tersebut
kurang layak, namun karena salah satu upaya untuk
penurunan emisi GRK proyek ini layak
dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.3. Lanjutan

NO Nama Peneliti/ Judul Penelitian Variabel Metode Hasil


Tahun

5 Lukman Abayopo Economical Utilization of Return of Economic Berdasarkan analisis secara ekonomi pemanfaatan
Alimi/2014 Associated Gas in Nigeria Investment Analysis gas flare menjadi GTL (Gas To Liqiud) sangat
attractive karena disamping mengurangi gas flare
juga dapat mengurangi ketergantungan berlebihan
terhadap produk hasil penyulingan (diesel, petrol dan
minyak tanah) yang didatangkan dari negara luar
Nigeria.

6 Mirza M/2008 Pemanfaatan Gas Suar IRR, NPV dan Analisa Berdasarkan analisa keekonomian untuk
Bakar Melalui LNG Mini Pay Out Time Teknis pengembangan kilang dan transportasi LNG mini
untuk Industri (POT) ekonomis dengan memanfaatkan gas suar bakar dari lapangan
Tuban dan Cemara Barat dengan skenario pinjaman
70% dan bunga pinjaman sebesar 9% untuk investasi
kilang dan 15% untuk investasi transportasi maka
diperoleh IRR untuk lapangan Tuban sebesar 15,5%
dan 34,6%, sedangkan lapangan Cemara Barat
16,3% dan 35,9%.

7 Ikechukwu A. The Effect of Gas Gas produced, Analisis Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan
Diugwu , dkk/2013 Production, Utilization, Gas utilized, regresi linier gas memiliki dampak positif pada PDB nasional,
and Flaring on the gas flare, berganda. sementara pembakaran memiliki dampak negatif
Economic Growth of capital, labour pada pertumbuhan ekonomi Nigeria.
Nigeria

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.3. Lanjutan
Nama
NO Peneliti/ Judul Penelitian Variabel Metode Hasil
Tahun
8 Ernest International Oil Gas Analisis Penelitian menujukkan hubungan yang kuat dengan
Toochi Corporations (Iocs), produced, perbandinga koefisien korelasi 0,787 antara energi dengan
Aniche/2015 Associated Gas Utilization utilization, n dilakukan permintaan gas dan kayu bakar di Nigeria. Pembakaran
Technologies And Gas flared, fuel dengan gas menghasilkan CO2, yang memiliki potensi
Flare Elimination wood pendekatan pemanasan global dan menyebabkan perubahan iklim.
Strategies: Implication For supply, fuel statistik. Penelitian ini mengungkapkan isu-isu kesehatan,
Zero-Gas Flaring Regime In wood keselamatan dan masalah lingkungan dengan kegiatan
Nigeria demands, minyak di Nigeria.

9 Salami Dada Gas Production, Gas Gas flaring, analisis Berdasarkan hasil pengujian secara statistik diperoleh
Kareem, Flaring And Economic gas statistik bahwa volume pembakaran secara signifikan
dkk/2015 Growth Nexus: The produced, dengan uji mengurangi pertumbuhan ekonomi Nigeria. Dengan
Nigerian Experience economic Multikoline mengurangi volume pembakaran gas menyebabkan
growth aritas, tingkat pertumbuhan ekonomi Nigeria meningkat.
kointegrasi
dan regresi.
10 Michiko Gas Flaring in the Niger aspek Analisis Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan gas
Ishisone/2009 Delta: the Potential politik, dengan flare dapat meningkatkan kesehatan manusia dan
Benefits of its Reduction ekonomi, eksperimenta lingkungan. Makalah ini menyimpulkan bahwa mata
on the Local Economy and sosial dan si pencarian lokal di Delta Niger dapat ditingkatkan dengan
Environment lingkungan pemanfaatan gas sebagai bahan bakar gas dan
pembangkit listrik.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.3. Lanjutan

Nama Peneliti/
NO Judul Penelitian Variabel Metode Hasil
Tahun
11 Zulkifli Strategi Kebijakan Level fokus, analytical Berdasarkan hasil pendapat para pakar pemanfaatan
Rangkuti/2011 Tekno Ekonomi faktor, hierarchy gas ikutan dilakukan untuk mengelola kualitas
Pengelolaan Gas stakeholder, process (AHP) lingkungan dalam mencapai CDM dan Pertamina
Ikutan (Associated tujuan yang sebagai stakeholder yang memiliki peran penting.
Gas) diharapkan, Cara pemanfaatan gas ikutan dilakukan dalam bentuk
alternatif LPG.
kebijakan
pengelolaan
gas ikutan.
12 Zulkifli Pemanfaatan Gas Ikutan: NPV, lRR, Analisis Industri pemanfaatan gas ikutan secara
Rangkuti/2010 Terobosan Ekonomi Dan PP, dan kelayakan ekonomi layak dikembangkan dengan
Upaya Untuk Menurunkan analisis ekonomi keuntungan bernilai positif dengan tingkat keuntungan
Emisi Gas Rumah Kaca profitability bersih (NPV) sebesar US$ 1.148.174,00 dan
Pada Perusahaan Migas index kemampuan mengembalikan modal pinjaman bank
yang besar , IRR berkisar 14,42 % (IRR total). Nilai
payback investment 5,080 tahun dan payback loan
3,537 tahun sehingga waktu untuk mengembalikan
modal lebih cepat dari masa kontrak. Industri
pemanfaatan gas ikutan dapat menurunkan emisi
gas.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai