TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 2.1. Siklus Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(Sumber : Fundamental Of Engineering Thermodynamics, Eighth Edition)
5
yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang
digunakan pada sistem.
Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air
umpan. Dua sumber air umpan adalah kondensat atau steam yang mengembun
yang kembali dari proses dan air make up (air baku yang sudah diolah) yang harus
diumpankan dari luar ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi
boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air
umpan menggunakan limbah panas pada gas buang.
Boiler terdiri dari berbagai jenis diantaranya yang umum digunakan pada
pembangkit adalah Fire tube boiler dan Water tube boiler. Pada Fire tube boiler,
gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan boiler ada didalam shell untuk
diubah menjadi steam. Fire tube boiler biasanya digunakan untuk kapasitas steam
yang relatif kecil dengan tekanan rendah sampai sedang. Sebagai pedoman, Fire
tube boiler kompetitif untuk kecepatan steam sampai 12.000 kg/jam dengan
tekanan sampai 18 kg/cm². Fire tube boiler dapat menggunakan bahan bakar
minyak bakar, gas atau bahan bakar padat dalam operasinya. Untuk alasan
ekonomis, sebagian besar Fire tube boiler dikonstruksi untuk semua bahan bakar.
6
Pada Water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa
masuk kedalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar
membentuk steam pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan
steam dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit
tenaga. Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam
antara 4.500 – 12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak Water tube
boiler yang dikonstruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar
dan gas. Untuk water tube yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum
dirancang secara paket.
2.2.2 Turbin
Komponen turbin pada sistem pembangkit daya uap berperan sebagai
penggerak mula yang mengubah energi panas yang terkandung dalam uap
menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran. Uap dengan tekanan dan
temperatur tinggi mengalir melalui nozzle sehingga kecepatan meningkat yang
mengarah dengan tepat untuk mendorong sudu – sudu turbin yang terpasang pada
7
poros. Pergerakan poros turbin akibat dorongan dari nozzle menghasilkan putaran
yang selanjutnya dimamfaatkan oleh generator untuk menghasilkan energi listrik.
Uap yang dibutuhkan tergantung pada besar kecilnya beban. Jika beban tinggi,
maka jumlah uap yang dibutuhkan juga banyak, begitu juga sebaliknya jika beban
yang diperlukan juga sedikit. Pengaturan kebutuhan uap yang masuk ke dalam
turbin bekerja secara otomatis tergantung dari permintaan beban pembangkitan.
Pada sistem pembangkit, terdapat 3 kategori tingkatan turbin uap yaitu :
Uap superheater yang dihasilkan oleh boiler masuk ke turbin High Pressure
dan keluar pada sisi exhaust menuju kembali dalam boiler untuk proses reheater.
Uap air mengalami peningkatan temperatur yang kemudian dimasukkan ke turbin
Intermediate Pressure, dan keluarannya uap air tersebut akan langsung masuk ke
turbin Low pressure. Selanjutnya uap air keluaran dari Low pressure masuk ke
dalam kondenser untuk mengalami proses kondensasi.
8
2.2.3 Kondenser
Komponen dari sistem pembangkit yang berfungsi mengkondensasi uap
keluaran dari turbin menjadi air dengan bantuan media pendingin. Kebutuhan
pendinginan pada proses kondensasi sangat besar, sehingga umumnya sumber air
pendingin dimamfaatkan dari sumber yang menyediakan cukup banyak air seperti
danau atau laut. Untuk lebih efisien pada proses kondensasi, tekanan kondenser
harus rendah dengan cara divakumkan. Kevakuman didapatkan dengan jalan
mengisap ruang kondenser dengan steam jet air ejector. Air hasil kondensasi
dinamakan air kondensat (Condensat water) yang kemudian dialirkan kembali ke
siklus. Beberapa faktor yang mempengaruhi perpindahan panas pada condenser
diantaranya :
Jumlah aliran air pendingin
Kebersihan pipa saluran air pendingin
Temperatur air pendingin
9
2.2.4 Pompa
Penggunaan komponen pompa pada sistem pembangkit adalah untuk
mengalirkan fluida dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Jenis pompa yang
digunakan pada umunya adalah:
1. Condensate Pump adalah jenis pompa yang berfungsi memompa air
pengisi dari penampungan air kondensor ke dalam deaerator.
2. Boiler Feed Pump adalah jenis pompa tekanan tinggi yang berfungsi
memompa air dari deaerator ke dalam boiler.
10
Pada pemamfaatannya, feedwater heater dibagi dalam 2 (dua) jenis, open
feedwater heater dan closed feedwater heater. Deaerator merupakan open
feedwater heater yang berfungsi menghilangkan kandungan oksigen terlarut yang
terdapat pada air kondensat dengan cara menyemburkan uap yang juga sekaligus
memanaskan air tersebut. Sistem kerja deaerator berdasarkan sifat oksigen yang
kelarutannya pada air akan berkurang dengan adanya kenaikan temperatur.
Close feedwater heater pada pembangkit terdiri dari low feedwater heater
dan high feedwater heater. Fungsi low feedwater heater untuk melakukan
pemanasan awal agar temperatur air meningkat pada air kondensat yang akan
digunakan sebagai fluida kerja sistem pembangkit. Sumber panas diperoleh pada
pada kinerja komponen ini berasal dari uap panas hasil ekstraksi turbin uap.
Sama halnya dengan high feedwater heater, berfungsi sebagai pemanasan
awal agar dapat meningkatkan temperatur air sebagai air umpan boiler. Perbedaan
antara low feedwater heater dengan high feedwater heater terdapat pada besarnya
tekanan dan temperature outlet.
11
2.3 Analisis Energi Dan Hukum Pertama Termodinamika
Energi merupakan kemampuan untuk melakukan suatu usaha. Kata
“Energi” berasal dari bahasa yunani yaitu “ergon” denga arti kerja. Dalam
melakukan usaha perlu adanya energi baik secara sadar maupun tidaknya. Namun
setiap aktivitas memerlukan energi dalam jumlah dan bentuk berbeda semua
dengan keperluan. Energi tidak dapat dilihat secara visual akan tetapi
pengaruhnya dapat dirasakan. Energi dapat juga dikonversi dari suatu bentuk
energi ke bentuk energi yang lain, selain itu energi juga bias dipindahkan antara
dari sistem dengan lingkungan atau sebaliknya.
∆ E=∆ EK + ∆ EP + ∆ U … (2.1)
12
besar. Jadi pada saat jumlah energi panas (Q) dan kerja (W) yang dipindahkan
dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya maka nilainya harus sama besar dengan
jumlah perpindahan energi di dalam sistem. Proses ini menurut Moran dan
Shapiro,(2004) dapat dinyatakan sebagai :
H=U + pV … (2.4)
Selama proses aliran tunak (steady state) tidak ada sifat insentif atau
ekstensif yang ada didalam volume atur yang berubah terhadap waktu. Jadi
volume, massa dan total energi pada volume atur tetap konstan.
13
Gambar 2.8. Massa dan Energi Volume Atur Kondisi Aliran Steady
Gamar 2.9 Skema Persamaan Energi Untuk Control Volume (Sontag, 2013)
14
persamaan hukum kekekalan energi untuk Control Volume secara lengkap
adalah sebagai berikut :
… (2.6)
Untuk keadaan Steady State dapat digunakan jika memenuhi asumsi berikut :
… (2.7)
3. Diasumsikan bahwa variasi Mass Flow, tingkat keadaan dan rate dari
panas dan kerja yang bertentangan dengan Control Surface dianggap sama
pada setiap kuantitas. Sehingga untuk proses ini dapat dituliskan sebagai
berikut :
… (2.8)
15
2.4 Hukum Kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika memberikan batasan arah suatu proses
apakah reversible atau irreversible, dan salah satu akibat dari hukum ini adalah
perkembangan dari suatu sifat fisik alam yang disebut dengan entropi. Dua
rumusan umum mengenai hukum kedua termodinamika yaitu pernyataan Clausius
dan Kelvin – Planck.
Clausius menyatakan dalam suatu sistem tidak mungkin memindahkan
kalor dari reservoir yang memiliki temperatur rendah ke reservoir yang memiliki
temperatur tinggi. Pernyataan ini juga tidak mengesampingkan adanya
kemungkinan memindahkan energi kalor dari reservoir yang dingin ke reservoir
yang panas. Hal ini terjadi jika terdapat pengaruh lain di dalam sistem mengalami
perpindahan kalor. Seperti pada alat refrigerator dan pompa yang membutuhkan
kerja dari luar atau lingkungan untuk dapat beroperasi. Pengaruh lain yang
dimaksud pada pernyataan Clausius ini dapat diartikan bahwa tidak mungkin
suatu sistem beroperasi dari reservoir dingin ke reservoir panas tanpa adanya
masukan berupa kerja. Pernyataan ini masuk dalam bahasan selanjutnya yaitu
pada ketidaksamaan Clausius.
16
sejumlah kerja dari perpindahan kalor yang diambil dari reservoir tunggal.
Pembahasan seperti ini termasuk pada ketidaksamaan Kelvin – Planck. Hal seperti
ini terjadi pada peralatan seperti sistem puli pemberat yang bekerja pada sebuah
sistem didalamnya.
… (2.9)
17
menunjukkan bahwa integral dihitung pada daerah batas sistem yang mengalami
siklus. Integral ∮ dilakukan pada semua bagian dari batas tersebut dan siklus
σsiklus positif pada saat terjadi ireversibelitas internal, nol saat tidak adanya
ireversibelitas internal, dan tidak mungkin bernilai negatif.
… (2.10)
18
Dimana ṁisi dan ṁoso adalah laju transfer entropi kedalam dan keluar
volume atur akibat adanya laju aliran massa, Qj dan Tj adalah laju perpindahan
panas pada batas sistem dan suhu pada saat terjadi pindah panas. Rasio Qj/Tj
menunjukan jumlah laju perpindahan panas dalam hubungannya dengan laju
transfer entropi, sedangkan σcv adalah laju produksi entropi persatuan waktu
selama terjadinya ireversibelitas pada volume atur.
19
Metode analisa eksergi dapat menunjukan kualitas dan kuantitas kerugian
panas dan lokasi degradasi energi. Ketidaksempurnaan termodinamika tidak dapat
diukur dengan analisa energi. Persamaan kerja aktual dan kerja reversible sering
diformulasikan dalam persamaan fungsi eksergi untuk sebuah sistem terbuka dan
tertutup. Saat ini sangat penting untuk menentukan kerja potensial dari sebuah
sistem pada keadaan tertentu menuju kesetimbangan dengan lingkungan
sementara sejumah kalor yang dipindahkan merupakan satu – satunya interaksi
dengan lingkungan.
… (2.11)
20
Eksergi tidak dapat bernilai negatif. Jika suatu sistem berada pada kondisi
berbeda dengan keadaan lingkungan, sistem dapat berubah keadaanya secara
spontan menuju keadaan lingkunga. Kecenderungan ini akan berhenti jika
keadaan lingkungan tercapai.
… (2.12)
Dimana suku adalah laju perubahan eksergi volume atur. Suku Qj adalah
laju waktu perpindahan kalor pada lokasi batas dimana temperatur sesaat adalah
Tj. Perpindahan energi yang menyertai adalah . W cv adalah laju waktu
perpindahan energi melalui kerja, selain dari kerja aliran. Laju perpindahan
eksergi yang menyertai adalah dimana adalah laju waktu
perubahan volume. Bentuk ṁi efi dan ṁ0 ef0 masing – masing menunjukan laju
waktu perpindahan eksergi yang menyertai massa dan kerja aliran pada sisi masuk
dan keluar.
21
Syarat tambahan dead state adalah kecepatan dari fluida sistem tertutup
atau laju fluida adalah nol dan energi gravitasi potensial juga nol. Syarat ini akan
dipenuhi degan merubah pengaturan beberapa ketinggian dari bumi seperti
ketinggian air, laut atau tanah menjadi nol. Pembatasan temperatur, tekanan,
kecepatan, dan karakter ketinggian adalah sebuah pembatasan dead state yang
berhubungan dengan kesetimbangan termomekanikal dengan atmosfer. Dengan
demikian pembatasan pada pengertian keseimbangan kimia dengan lingkungan.
Metode yang digunakan untuk mengevaluasi eksergi dan pertukaran eksergi untuk
sistem tertutup dan sistem steady state terbuka.
Suatu laju eksergi Ėx berkaitan dengan laju perpindahan panas Q̇i dapat
dihitung dengan persamaan :
… (2.13)
Eksergi total suatu sistem dapat dibagi menjadi empat komponen yaitu :
… (2.14)
Analisis sistem termal terdapat 2 macam eksergi yaitu eksergi fisik dan
eksergi kimia. Eksergi fisik merupakan kerja yang diperoleh melalui substansi
melewati proses reversible dari kondisi temperatur dan tekanan awal ke kondisi
yang ditentukan berdasarkan temperatur T0 dan tekanan lingkungan P0.
… (2.15)
Dimana:
22
h0 : Entalpi Lingkungan (kJ/kg)
Eksergi kimia (EĊH ) seperti bahan bakar, campuran gas, dan hasil produk
pembakaran yang didapat dari table eksergi kimia standard dengan berdasarkan
spesifikasi lingkungan. Persamaan dari eksergi kimia adalah sebagai berikut :
… (2.16)
Dimana:
sebagai 49,12 kJ/kg dan 526,33 kJ/kg. Sedangkan untuk eksergi kimia bahan
bakar didapat dari persamaan berikut.
… (2.17)
Nilai rasio eksergi bahan bakar hidrokarbon β terhadap nilai LHV bahan bakar
dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
H O N … (2.18)
β = 1.0437 + 0.1882 ( ¿ + 0,0610 ( ¿ + 0.0404 ( ¿
C C C
23
Jika sistem terjadi proses irreversible, maka pada sistem tersebut terjadi
kerusakan dan dapat dihitung dengan mengambil perbedaan antara eksergi yang
masuk dan eksegi yang keluar dari sistem.
… (2.19)
… (2.20)
… (2.21)
24
terjadi ekspansi uap yang bersifat reversible adiabatic yang kemudian akan
memutar poros yang terhubung dengan generator listrik. Uap yang telah di
ekspansikan ke turbin uap akan dikondensasikan oleh kondenser. Proses uap di
kondenser akan mengalami pengurangan kalor secara reversible pada tekanan
konstan hingga terjadi perubahan fase dari uap menjadi cair. Perubahan uap
menjadi cair akan dipompa kembali menuju boiler secara reversible adiabatic
compression dengan proses ideal. Begitu seterusnya siklus ini akan berlangsung.
Proses 1 – 2
Fluida kerja/air dipompa dari tekanan rendah ke tinggi. Tahapan ini
fluida kerja berfase cair sehingga tidak membutuhkan tenaga yang
besar untuk proses pemompaan. Pada proses ini dinamakan proses
kompresi isentropic karena secara ideal tidak ada perubahan entropi
yang terjadi
Proses 2 – 3
Fluida kerja berfase cair/air bertekanan tinggi masuk ke dalam boiler
untuk proses pemanasan secara isobaric (tekanan konstan). Sumber
panas dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar seperti
batubara, solar atau juga reaksi nuklir. Di dalam boiler air mengalami
perubahan fase daric air, uap air, dan uap serta 100% uap kering.
25
Proses 3 – 4
Terjadi pada turbin, uap kering hasil dari proses dalam boiler menuju
turbin dan mengalami proses ekspansi secara isentropic. Energi
kinetik uap kering dialirkan menuju turbin mengenai sudu – sudu pada
turbin sehingga menghasilkan energi mekanik yang selanjutnya
dikonversikan oleh generator yang seporos dengan turbin
menghasilkan energi listrik
Proses 4 – 1
Uap air keluaran turbin menuju kondesor dan mengalami proses
kondensasi secara isobaric (tekanan konstan). Uap air mengalami
perubahan fasenya menjadi cair jenuh dan seterusnya digunakan
kembali pada proses siklus
26
2.6.2 Sikus Rankine Regeneratif
Merupakan modifikasi dari siklus rankine untuk meningkatkan efisiensi
siklus secara keseluruhan. Modifikasi dilakukan pada turbin uap dengan
menggunakan tiga tingkatan yaitu High, Intermediate dan Low Pressure Turbine.
Untuk memaksimalkan efisiensi turbin uap dapat dilakukan dengan penambahan
beberapa komponen pendukung antara lain :
a. Superheater berfungsi untuk menaikkan temperatur uap yang telah
terbentuk di dalam Water Wall Boiler sehingga diperoleh temperatur yang
tinggi dan akan menghasilkan kerja turbin yang besar pada saat uap
diekspansikan.
b. Reheater berfungsi untuk menaikkan temperatur uap yang telah turun
ketika digunakan untuk ekstraksi turbin.
c. Feed Water Heater berfungsi menaikkan temperatur air sebelum masuk ke
boiler.
27
Langkah awal yang penting dalam menganalisa siklus regeneratif adalah
evaluasi terhadap laju aliran massa yang melalui setiap komponen. Dengan
menggunakan volume atur yang melingkupi tingkatan turbin, kesetimbangan laju
massa pada kondisi tunak sebagai berikut :
ṁ 2 + ṁ 3 = ṁ 1
Atau, … (2.23)
ṁ 2 ṁ 3
+ =1
ṁ 1 ṁ 1
Dengan :
ṁ1=¿ Laju aliran massa yang masuk ke dalam turbin tingkat pertama
ṁ2=¿ Laju aliran massa yang diekstrak dan keluar turbin
ṁ3=¿ Laju aliran massa yang keluar dari turbin tingkat kedua
ṁ 2
Jika fraksi dari aliran total yang diekstrak diwakili oleh variable y (y =
ṁ 1
), fraksi dari aliran total yang melewati turbin tingkat kedua adalah
ṁ3
=1− y … (2.24)
ṁ 1
28
2.7 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai analisa eksergi berdasarkan
hukum termodinamika dua oleh para peneliti adalah sebegai berikut :
Ayu Setya Ismawati [1] melalui penelitian dengan judul “ Analisa Eksergi
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Siklus Biner dengan Regenerative
Organic Rankine Cycle (RORC)” menyimpulkan bahwa hasil perhitungan dan
simulasi diperoleh RORC dengan menggunakan IHE memiliki efisiensi yang
lebih tinggi , baik energi maupun eksergi dan daya yang lebih besar . Siklus ini
menghasilkan 18.19 % efisiensi energi, 20.49 % efisiensi eksergi dan daya netto
sebesar 596.1 kW.
Aries Karyadi, dkk [2] dengan judul penelitian “ Analisa Energi dan
Eksergi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Banten 3 Lontar” menyimpulkan bahwa
komponen Boiler memiliki tingkat kerugian tertinggi sedangkan turbin,
kondenser, dan deaerator merupakan komponen yang berada dalam kondisi dapat
digunakan dengan perhatian khusus guna bertujuan untuk menjaga performa dari
pembangkit.
Nasruddin, dkk [3] dengan judul penelitian “ Analisa Energi, Eksergi dan
Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW.
Penelitian dilakukan dengan menganalisa nilai eksergi pada pembangkit guna
mendapatkan kondisi yang paling optimum dari pembangkit berdasarkan hukum
termodinamika. Menyimpulkan bahwa tingkat kerugian energi dan eksergi tertingi
terdapat pada komponen boiler dibandingkan dengan komponen lainnya yang
berada pada pembangkit yang bekerja pada beban 660 MW dengan kondisi
desain tekanan sebesar 250.1 bar dan laju aliran massa 590.8 Kg/s. Optimasi
energi dilakukan dengan memvariasikan tekanan dan laju aliran massa keluar
boiler. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa terjadi peningkatan efisiensi
termal pada tekanan 239 bar dan laju aliran massa 564.8 Kg/s dengan beban
sebesar 631 MW yang menghasilkan efisiensi termal terbesar yaitu 37.41 %.
29
Krisnakumar Dimak Pilankar [4] dengan judul penelitian “Energy and
Exergy Analysis of Steam and Power Generation Plant”, penelitian ini melakukan
analisis energi dan eksergi dari PLTU dan uap dalam industri kimia dan pupuk.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa dengan analisis energi, kehilangan energi
terbesar terjadi pada kondenser sebesar 47.16 MW yang mewakili 52.89% dari
total kehilangan energi di pabrik. Diikuti oleh boiler, kehilangan energi sebesar
30.26 MW yang mewakili 34% dari total kehilangan energi. Pada analisa eksergi,
penghancuran tertinggi eksergi terjadi pada boiler sebesar 238.6 MW yang
mewakili 90.8% dari total kehancuran eksergi pembangkit.
Mohamad Effendy, dkk [5] dengan judul penelitian “Analisa Energi dan
Eksergi Turbin Uap Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Unit 2 Tanjung Awar –
Awar, menyimpulkan hasil dari penelitian menunjukan besar efisiensi energi
turbin uap rata – rata sebesar 91.48% dengan laju kerugian energi rata – rata
sebesar 31.11.MW mewakili total energi yang masuk sistem. Untuk analisa
eksergi, rata – rata efisiensi pada turbin uap sebesar 94.08% dengan laju
kerusakan eksergi rata – rata pada turbin uap sebesar 25.98 MW dari total eksergi
masuk ke sistem. Dari total potensi energi yang masuk sistem rata – rata energi
yang teramfaatkan sebesar 93.30%, kemudian besar peluang energi yang dapat
ditingkatkan rata – rata 1.33% mewakili total potensi energi yang tersedia.
30