Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TEKNOLOGI BETON DAN BEKISTING

ISTILAH DALAM TEKNOLOGI BETON

DOSEN :
Ridho Bayu Aji, S.T., M.T., Ph.D.

NAMA :
ONI DALIS ARUMNIA ARISKA

NRP :
3115030149

KELAS :
BANGUNAN TRANSPORTASI 2015

PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016
PROGRAM STUDI DIPLOMATEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

RETEMPERING

Retempering didefinisikan ACI 116 sebagai “menambah air dan mengaduk


ulang beton, atau mortar yang telah kehilangan cukup berarti kelecakannya itu
menjadi konsistensi kembali.” Retempering harus dilakukan berpedoman pada
ACI 305-91.
Tujuan retempering ini agar beton menjadi plastis kembali dan menunda
beton menjadi kaku, sehingga mudah dikerjakan atau meningkatkan workability
(kelecakan).
Sebenarnya, retempering (penambahan air) tidak disarankan. Penambahan
air yang melebihi rasio air/semen harus dilarang karena kelebihan air itu akan
mengurangi kekuatan dan sifat-sifat lain dari beton secara proposional.
Penambahan bahan tambah kimia, terutam high range water reducing admixture,
bisa sangat efektif memelihara kelecakan beton.
Menurut hasil penelitian Istiatun dan Djedjen Achmad (2014),
perbandingan beton dengan perlakuan yang sama (jumlah material dan cara
pembuatannya) jika menggunakan yang di-retempering dengan air saja akan
mengalami penurunan pada kuat tekan beton sebanyak air yang ditambahkan,
sedangkan beton yang di-retempering dengan air dan semen memiliki kuat tekan
yang relatif hampir sama dengan beton sebelumnya dengan perbedaan ±4%.

TUGAS TEKNOLOGI BETON DAN BEKESTING 2016


ONI DALIS ARUMNIA ARISKA - 3115030149 1
PROGRAM STUDI DIPLOMATEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

SUSUT BETON (SHRINKAGE)

Gambar 1. Retak pada beton akibat penyusutan.


(Sumber : www.fhwa.dot.gov)
Susut adalah berkurangnya volume beton akibat kehilangan uap air yang
berhubungan dengan waktu. Jika beton yang sudah benar-benar susut kemudian
dijenuhkan dengan air, maka tidak akan tercapai volume asalnya.
Menurut Phil M. Ferguson susut pada beton terjadi karena beton kehilangan
kelembabannya karena penguapan. Karena kelembaban tidak pernah meninggalkan
beton seluruhnya secara uniform, perbedaan-perbedaan kelembaban mengakibatkan
terjadinya tegangan-tegangan internal dan susut yang berbeda. Tegangan-tegangan yang
disebabkan oleh perbedaan susut dapat cukup besar dan ini merupakan salah satu alasan
perlunya kondisi-kondisi perawatan perkerasan yang basah. Makin besar perbandingan
luas permukaan terhadap penampang bagian konstruksi, susut yang terjadi akan makin
besar. Oleh sebab itu, susut pada bahan-bahan percobaan yang besar jauh lebih kecil
dari bahan-bahan percobaan yang kecil.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap susut (Shringkage) pada beton adalah :
1. Agregat.
Dengan kandungan agregat yang semakin tinggi akan semakin berkurang
perubahan volumenya akibat susut.
2. Faktor air-semen.
Semakin besar faktor air-semen, akan semakin besar pula efek susut.
3. Ukuran elemen beton.
Kelajuan dan besarnya susut akan berkurang apabila volume elemen betonnya
semakin besar.

TUGAS TEKNOLOGI BETON DAN BEKESTING 2016


ONI DALIS ARUMNIA ARISKA - 3115030149 2
PROGRAM STUDI DIPLOMATEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
4. Kondisi lingkungan.
Laju perubahan susut semakin kecil pada lingkungan dengan kelembaban relatif
yang tinggi.
5. Banyaknya penulangan.
Beton bertulang lebih sedikit susutnya dibandingkan dengan beton sederhana.
6. Bahan tambahan pada campuran beton.
Pengaruh ini sangat bervariasi, bergantung pada bahan tambahan yang
digunakan. Super plasticizers, Plasticity retarding agent, dan Retarder adalah
bahan tambahan yang dapat meningkatkan workability campuran beton dan
mengurangi penggunaan air serta penundaan panas hidrasi sehingga dapat
memperkecil susut pada beton.
7. Jenis semen.
Kandungan C3A yang makin besar akan mengakibatkan setting time yang makin
pendek, sedangkan gypsum (CaSO4.2H2O) yang lebih banyak akan
menghasilkan setting time yang makin panjang. Disamping itu terlalu halusnya
semen dan tingginya kadar C3S juga menyebabkan Quick Set.
Menurut Edward G. Nawi, susut beton pada dasarnya dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu susut plastis dan susut pengeringan.
1. Susut plastis
Susut plastis terjadi beberapa jam setelah beton segar dicor ke dalam acuan.
Permukaan yang diekspos seperti pelat lantai akan lebih mudah dipengaruhi
oleh udara kering karena adanya bidang kontak yang luas. Dalam hal
demikian, terjadi penguapan yang lebih cepat melalui permukaan beton
dibandingkan dengan pergantian oleh air dari lapisan beton yang lebih
bawah.
2. Susut pengeringan
Susut pengeringan terjadi setelah beton mencapai bentuk akhirnya dan
proses hidrasi pasta semen telah selesai. Susut pengeringan adalah
berkurangnya volume elemen beton jika terjadi kehilangan uap air karena
penguapan. Fenomena sebaliknya. Yaitu pertambhan volume karena
penyerapan air, disebut swelling. Dengan perkataan lain, susut dan swelling

TUGAS TEKNOLOGI BETON DAN BEKESTING 2016


ONI DALIS ARUMNIA ARISKA - 3115030149 3
PROGRAM STUDI DIPLOMATEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
menunjukkan adanya perpindahan air ke luar dan kedalam struktur gel pada
beton akibat adanya perbedaan kelembaman atau perbedaan kejenuhan di
antara elemen-elemen yang berdekatan. Fenomena ini tidak bergantung pada
beban luar.
Beberapa cara untuk mengurangi susut pada beton, diantaranya :
a. Gunakan air secukupnya pada campuran beton.
b. Permukaan beton harus terus dibasahi selama pengeringan berlangsung
(curing).
c. Pengecoran elemen besar (plat, dinding, dll) dilangsungkan secara bertahap.
d. Gunakan sambungan struktur untuk mengontrol lokasi retak.
e. Gunakan tulangan susut.
f. Gunakan agregat padat dan tidak berongga (porous).

TUGAS TEKNOLOGI BETON DAN BEKESTING 2016


ONI DALIS ARUMNIA ARISKA - 3115030149 4
PROGRAM STUDI DIPLOMATEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BETON TEMBAK (SHOTCRETE)

Gambar 2. Proses Shotcrete.


(Sumber : www.karyaciptaraharja.com)

Shotcrete adalah suatu proses dimana beton diproyeksikan atau disemprotkan di


bawah tekanan dengan menggunakan suatu alat bantu atau alat semprot ke suatu
permukaan untuk membentuk bentuk struktural seperti dinding, lantai dan atap. Metoda
Shotcrete mempunyai prospek untuk proyek konstruksi yang akan dibangun dengan
kondisi topografi di daerah pegunungan. Pada metode Shotcrete, penggunaan
maksimum diameter agregat adalah 16 mm. Namun, dalam 10 tahun terakhir ada
kecenderungan untuk membatasi maksimal ukuran agregat sampai 10 mm. Pada metode
ini tidak diperlukan bekisting lagi seperti halnya pengecoran pada umumnya.

Gambar 3. Mesin Shotcrete Turbosol TSB 215.


(Sumber : theroris.wordpress.com)

TUGAS TEKNOLOGI BETON DAN BEKESTING 2016


ONI DALIS ARUMNIA ARISKA - 3115030149 5
PROGRAM STUDI DIPLOMATEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Shotcrete sendiri dibagi menjadi dua metode, yaitu :
1. Wet-mix Shotcrete
Salah satu sistem shotcrete dimana pencampuran semen, pasir, dan air dilakukan
sebelum masuk ke pompa atau mesin, dan ditambahkan tekanan angin dari
compressor untuk memberikan kecepatan tinggi untuk penempatan material
pada permukaan sasaran. mutu dari beton yang ditembakkan sangat tergantung
pada keahlian tenaga yang memegang selang dan yang mengatur jumlah air.
Tapi sistem ini sangat mudah dalam perawatan mesin Shotcrete, karena tidak
pernah terjadi ‘blocking’.

Gambar . Proses Wet-mix Shotcrete


(Sumber : www.karyaciptaraharja.com)

2. Dry-mix Shotcrete
Dimana material pasir dan semen tercampur dalam kondisi kering, kemudian
masuk kedalam mesin. Dengan bantuan tekanan compresor material keluar lewat
Nozzle dan baru tercampur air. Mutu beton yang ditembakkan lebih seragam.
Tapi sistem ini memerlukan perawatan mesin yang tinggi, apalagi bila sampai
terjadi ‘blocking’.

TUGAS TEKNOLOGI BETON DAN BEKESTING 2016


ONI DALIS ARUMNIA ARISKA - 3115030149 6
PROGRAM STUDI DIPLOMATEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 4. Proses Dry-mix Shotcrete


(Sumber : www.karyaciptaraharja.com)

Pada metode Shotcrete, umumnya digunakan additive untuk mempercepat


pengeringan (accelerator), dengan tujuan mempercepat pengerasan dan mengurangi
terjadinya banyaknya bahan yang terpantul dan jatuh (rebound).

TUGAS TEKNOLOGI BETON DAN BEKESTING 2016


ONI DALIS ARUMNIA ARISKA - 3115030149 7
PROGRAM STUDI DIPLOMATEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Try. 2012. TEKNOLOGI BETON. http://bahan-


tekniksipil.blogspot.co.id/2012/06/teknologi-beton.html?m=1. Diakses pada
tanggal 1 Desember 2016.

Aji, Pujo dan Rachmat Purwono. 2010. Pengendalian Mutu Beton sesuai SNI, ACI, dan
ASTM. Surabaya: ITSPress

Fitri, Aden. 2015. Struktur Beton Bertulang. http://slideplayer.info/slide/2799199/.


Diakses pada 3 Desember 2016.

Istiatun dan Djedjen Achmad. 2014. EFEK RETEMPERING TERHADAP KUAT


TEKAN BETON. Politeknologi Vol. 13 No. 1 Januari 2014. Diambil dari:
http://jurnalpnj.com/index.php/politeknologi/article/view/608/337. (3
Desember 2016)

Kusuma, Dwi. 2014. Apakah Shotcrete Itu? http://dwikusuma.com/?p=2011. Diakses


pada 3 Desember 2016.

PT Karya Cipta Raharja. 2014. Shotcrete. http://www.karyaciptaraharja.com/shotcrete-


product.php. Diakses pada 4 Desember 2016.

Sudika, I Gusti Made. 2010. SUSUT (SHRINKAGE) PADA BETON.


https://sudika.wordpress.com/2010/07/20/susut-shrinkage-pada-beton/. Diakses
pada 3 Desember 2016.

Theroris. 2012. SHOTCRETE. https://theroris.wordpress.com/2012/07/09/shotcrete/.


Diakses pada 3 Desember 2016.

TUGAS TEKNOLOGI BETON DAN BEKESTING 2016


ONI DALIS ARUMNIA ARISKA - 3115030149 8

Anda mungkin juga menyukai