HEMOROID
DI SUSUN OLEH :
i.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah atas rahmat dan karunianya sehingga kami dapat
meneyelesaikan makalah kami tentang “Hemoroid” dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
kami buat sebagai pedoman atau panduan dalam ilmu keperwatan bagi mahasiswa dan
mahasisiwi ilmu kesehatan khususnya bagi mahasiswa yang mengambil jurusan ilmu
keperawatan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini untuk itu kami
memngharapkan banyak – banyak masukan dan saran untuk perbaikan dalam penyusunan makalah
brikutnya. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususya
mahasiswa keperawatan.
Tim penyusun
ii.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Hemoroid atau wasir/ambeien merupakan penyakit daerah anus (ujung bawah saluran
buang air besar) yang sering terjadi, baik pada pria maupun wanita. Wasir atau dalam istilah
medisnya disebut hemoroid merupakan kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih pembuluh
balik di daerah dubur (anorektal). Meskipun kadang tidak disertai pendarahan, namun keluhan
utama penyakit ini adalah perdarahan.
Umumnya perdarahan terjadi waktu buang air besar atau sesudahnya. Darah yang keluar
biasanya merah muda segar dan bisa hanya menetes saja tetapi kadang juga sampai menyemprot.
Hemoroid (wasir) hampir sama bentuknya dengan varises penyakit yang biasanya terdapat daerah
kaki dikarenakan terlalu lama berdiri. Bedanya, hemoroid terdapat pada anus. Hemoroid adalah
kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Tapi itu
definisi yang sudah lama alias usang! Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, kata
dr Toar JM Lalisang SpB-KBD dalam Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK)
2005, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah,
jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (kanalis anus).
1.2 Tujuan
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah,
walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan
varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki,
sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah
anorektal. (Keperawatan delken kuswanto. 1999).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya
vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner
& Suddarth, 2002).
Hemoroid atau wasir/ambeien merupakan penyakit daerah anus (ujung bawah saluran
buang air besar) yang sering terjadi, baik pada pria maupun wanita. Wasir atau dalam istilah
medisnya disebut hemoroid merupakan kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih pembuluh
balik di daerah dubur (anorektal). Meskipun kadang tidak disertai pendarahan, namun keluhan
utama penyakit ini adalah perdarahan.
A. Klasifikasi Hemoroid :
1) Haemoroid interna
Adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan di tutupi oleh
mukosa. Haemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan sub mukosa pada
rectum sebelah bawah.
2.
Tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar pada saat defekasi (buang air besar)
benjolan dapat dilihat disekitar pinggir anus dan dapat kembali dengan spontan.
Tingkat 3 : prolapsus hemoroid, terjadi setelah defekasi dan jarang terjadi perdarahan, prolapsus
dapat kembali dengan dibantu.
2) Haemoroid eksterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus haemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis
mukokutan didalam jaringan di bawah epitel anus. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan
menjadi 2 yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah
hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang
berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
3.
2.2 Etiologi
Hemoroid dapat terjadi karena dilatasi (pelebaran), inflamasi (peradangan) atau pembengkakan
vena hemoroidalis yang disebabkan:
c. Diare kronik.
d. Usia lanjut.
g. Pada beberapa individu terjadi hipertrofi sfingter ani (pembengkakan otot/ klep dubur),
obstruksi (sumbatan) fungsional akibat spasme (kejang), dan penyempitan kanal anorektal
(saluran dubur-ujung akhir usus besar).
b. Nyeri.
4.
2.4 Patofisiologi
Ada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul
bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi. Hemoroid timbul akibat kongesti vena
yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang
melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan
nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan
asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis
adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah
tersebut dan nekrosis.
A. Pemeriksaan penunjang
2. Anoskop, diperlukan untuk melihat haemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
3. Proktosigmoidoskopi, untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang
atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
4. Pemeriksaan laboratorium
- Eritrosit
- Leukosit
- Led
- Hb
5.
5. Pemeriksaan diagnostik
- Protoskopy
- Anuscopy
- Sigmoideskopy
2.6 Pathway
6.
2.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
Ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai III atau semua derajat hemoroid yang ada
kontraindikasi operasi atau klien yang menolak operasi.
b. Farmakologi, bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan
gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
1. Obat yang memperbaiki defekasi, terdapat dua macam obat yaitu 10eristalti serat (fiber
10eristalti) dan 10erista tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai
antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal
dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan
cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan 10eristaltic usus. Efek samping antara lain ketut
dan kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll).
2. Obat simptomatik, bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal,
nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu.
Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid
atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
3. Obat penghenti perdarahan, perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari
jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
7.
4. Obat penyembuh dan pencegah serangan, menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2
tablet selama 4 hari, lalu 2×2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan
terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
c. Minimal Invasif, bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan
tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif antara lain skleroterapi hemoroid atau ligasi
hemoroid atau terapi laser. Dilakukan jika pengobatan farmakologis dan non-farmakologis tidak
berhasil.
a. Komplikasi
1. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya
jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk
pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan
apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan
keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila
hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang
dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
2. Terjadi thrombosis, karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan
terjadi trombosis.
3. Peradangan, kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang
karena disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya.
8.
b. Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:
C. Pengobatan
1. Pembedahan pada derajat lanjut.
2. Kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan penggunaan suppositoria.
3. Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri
anus yang tidak dapat diatasi.
9.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerantanan bakteri sekunder terhadap luka
4. Resiko tinggi kekurangan volume caiaran berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui
hemoragik
10.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih
dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah
timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga
aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya
adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga dapat menimbulkan
cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
11.
DAFTAR PUSTAKA
Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
12.