Anda di halaman 1dari 21

Diagnosis dan Tatalaksana Servisitis

Imelda
102014030
C3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.06 Jakarta 11510

Pendahuluan

Wanita menderita banyak penyakit ginekologi karena infeksi bakteri atau penyakit menular
seksual. Salah satu masalah ginekologi yang paling umum adalah servisitis kronis. Servisitis
adalah kondisi yang sangat umum. Bahkan, lebih dari setengah dari semua perempuan dapat
mengembangkan servisitis di beberapa titik dalam kehidupan dewasa mereka. Servisitis adalah
peradangan dari serviks uterus . Servisitis pada wanita memiliki banyak fitur yang sama dengan
uretritis pada pria dan banyak kasus disebabkan oleh infeksi penyakit menular seksual. Gangguan
ini mempengaruhi sekitar 60% perempuan karena infeksi bakteri seperti gonore atau infeksi pra
dan pasca persalinan. Faktor risiko untuk pengembangan cervicitis termasuk mulai hubungan
seksual pada usia dini, risiko tinggi perilaku seksual, riwayat penyakit menular seksual, dan
memiliki banyak pasangan seks.1,2

Serviks uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman kedalam genitalia interna,
dalam hubungan ini seorang nullipara dalam keadaan normal kanalis servikalis bebas kuman. Pada
multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas keatas dari daerah bebas
kuman ialah ostium uteri internum sehingga lebih rentan terjadinya infeksi oleh berbagai kuman
yang masuk dari luar ataupun oleh kuman endogen itu sendiri. Penyebab servisitis yang bukan
merupakan penyakit menular seksual dapat mencakup kelainana pada intrauterin, cedera pada
serviks uterus karena masuknya benda asing ke dalam vagina, seperti terjadinya rekasi alergi
terhadap spermisida atau kondom. Dan kontrol jalan kelahiran yang berkurang seperti penutup
serviks atau diafragma, atau karena kanker.2,4

Jika serviks sudah terinfeksi maka akan mempermudah pula terjadinya infeksi pada alat genitalia
yang lebih dalam lagi seperti, uterus, tuba atau bahkan sampai ke ovarium dan karena itu fungsi
genitalia sebagai alat reproduksi bisa terganggu atau bahkan tidak bisa difungsikan. Banyak kasus
servisitis tidak diobati karena perempuan yang terinfeksi tidak tahu apa yang harus mereka
lakukan, karena seringkali tidak ada gejala yang jelas. Jika servisitis tidak diobati, dapat
menyebabkan penyakit radang panggul, infertilitas, kehamilan ektopik, nyeri panggul
kronis, aborsi spontan, kanker serviks, atau komplikasi lain selama kehamilan.3,4
Anamnesis

Pada anamnesis yang perlu dtanyakan adalah: identitas, usia, alamat, dan pekerjaan.

1. Keluhan utama: keluar keputihan


2. Riwayat perjalanan penyakit
a. Sudah berapa lama?
b. Keputihannya berwarna apa?
c. Gatal, perih, dan berbau tidak?
d. Ada keluar darah tidak?

Riwayat haid: apakah haidnya teratur? Berapa lama haidnya? Kapan haid terakhir?

3. Keluhan tambahan: ada demam, penurunan berat badan, batuk/pilek tidak? Ada nyeri perut
bagian bawah atau tidak?
4. RPD:
a. sebelumnya ada keluhan seperti ini tidak?
b. Ada mempunyai penyakit-penyakit kronik tidak?
c. Sudah ke dokter atau mengkonsumsi obat tertentu tidak? Bagaimana
perkembangannya?
d. Apakah sedang menggunakan obat-obatan tertentu: antibiotic, kortikosteroid,
kontrasepsi
e. Apakah sedang menggunakan alat kontrasepsi? Cara kontrasepsi yang digunakan dan
mulai kapan?
5. RPK:
a. Apakah di keluraganya mempunyai keluhan yang sama seperti ini tidak?
b. Di keluarganya ada riwayat penyakit kronik tidak?
6. Riwayat sosial dan kebiasaan
a. Apakah ada riwayat atau mempunyai kebiasaan bergonta-ganti pasangan?
b. Apakah ada riwayat berhubungan seksual? Jenis kelamin pasangan seksual? Cara
melakukan hubungan seksual (genitor-genital, orogenital, anogenital)? Jika laki-laki,
tanyakan apakah ada menggunakan kondom (jarang, sering, atau selalu)?
c. Kebiasaan mengkonsumsi alcohol, obat-obat terlarang, atau merokok? Berapa bungkus
perhari?
d. Kebiasaan mengganti pakaian dalam?

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan sekitarnya, yang dilakukan di
ruang periksa dengan lampu yang cukup terang . Lampu sorot tambahan diperlukan untuk
pemeriksaan pasien perempuan dengan spekulum. Dalam pelaksanaan sebaiknya pemeriksa
didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Pada pemeriksaan terhadap pasien perempuan,
pemeriksa didampingi oleh paramedis perempuan, sedangkan pada pemeriksaan pasien laki-laki,
dapat didampingi oleh tenaga paramedis laki-laki atau perempuan. Beri penjelasan lebih dulu
kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan:

a. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa harus selalu
menggunakan sarung tangan. Jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah
memeriksa.
b. Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan genitalia
(pada keadaan tertentu, kadangkadang pasien harus membuka seluruh pakaiannya secara
bertahap).

Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dalam posisi
litotomi.
1. Pemeriksa duduk dengan nyaman ambil melakukan inspeksi dan palpasi mons pubis,
labia, dan perineum
2. Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua labia, perhatikan adakah
kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa, atau duh tubuh

Gambar 1. Posisi Litotomi.1

Pemeriksaan pasien laki-laki dapat dilakukan sambil duduk/ berdiri.


1. Perhatikan daerah penis, dari pangkal sampai ujung, serta daerah skrotum
2. Perhatikan adakah duh tubuh, pembengkakan, luka/lecet atau lesi lain
c. Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan sekitarnya.
d. Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran kelenjar getah
bening setempat (regional)
e. Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan bahan
pemeriksaan.
f. Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk tidak berkemih selama
1 jam (3 jam lebih baik), sebelum pemeriksaan.

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium: pengambilan specimen2


a. Sediaan langsung
1. Bahan: duh tubuh laki-laki (daerah fossa navicularis), perempuan (uretra, muara kelenjar
Bartholin, serviks, rectum).
2. Pewarnaan gram: diplokokkus gram negatif intraseluler dan ekstraseluler leukosit
polimorfonuklear

b. Biakan, memakai dua macam media:


1. Media transport: Stuart, Transgrow
2. Media pertumbuhan: agar coklat Mc Leod, agar Thayer Martin, atau agar Thayer Martin
modifikasi

c. Tes definitive
1. Tes oksidasi: tambahkan reagen oksidasi (larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida
1%) pada koloni gonokokus tersangka. Warna merah muda lembayung menandakan positif
2. Tes fermentasi

d. Tes beta laktamase


Memakai cefinase TM disc. BBL 961192 yang mengandung sefalosporin kromogenik.

e. Tes Thomson
Pengabilan urin dilakukan dengan syarat
*urin dalam kandung kemih minimal 80 mL
*sebaiknya setelah bangun pagi
*urin dibagi menjadi dalam 2 gelas
*tidak boleh menahan miksi dari gelas I ke gelas II

Laki-laki

1. Beri penjelasan lebih dahulu agar pasien tidak perlu merasa takut saat pengambilan bahan
duh tubuh gentalia dengan sengkelit atau dengan swab berujung kecil
2. Bila menggunakan sengkelit, gunakanlah sengkelit steril.
3. Masukkan sengkelit/swab ke dalam orifisium uretra eksterna sampai kedalaman 1-2 cm,
putar swab (untuk sengkelit tidak perlu diputar namun cukup menekan dinding uretra), dan
tarik keluar perlahan-lahan
4. Oleskan duh tubuh ke atas kaca obyek yang sudah disiapkan
5. Bila tidak tampak duh tubuh uretra dapat dilakukan pengurutan (milking) oleh pasien.
Gambar 2. Insersi Swab ke Dalam Uretra dan Diputar 180o.1

Perempuan

Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan pemeriksaan dengan spekulum serta
pengambilan spesimen

1. Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan agar pasien tidak merasa
takut

2. Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan NaCl

3. Setiap pengambilan bahan harus menggunakan spekulum steril (sesuaikan ukuran spekulum
dengan riwayat kelahiran per vaginam), swab atau sengkelit steril

4. Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisi tegak/vertikal ke dalam
vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian putar pelan-pelan sampai daun spekulum dalam
posisi datar/horizontal. Buka spekulum dan dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks. Kunci
spekulum pada posisi itu sehingga serviks terfiksasi,

5. Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilan spesimen

Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa steril, kemudian ambil spesimen
duh tubuh serviks dengan sengkelit/ swab Dacron steril untuk pembuatan sediaan hapus,
dengan swab Dacron yang lain dibuat sediaan biakan,

Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron steril untuk pembuatan sediaan
basah, dan lakukan tes amin

Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril untuk sediaan hapus,

Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan hapus

6. Cara melepaskan spekulum: kunci spekulum dilepaskan, sehingga spekulum dalam posisi
tertutup, putar spekulum 90o sehingga daun spekulum dalam posisi tegak, dan keluarkan spekulum
perlahan-lahan.

Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak dilakukan pemeriksaan dengan spekulum,
karena akan merusak selaput daranya sehingga bahan pemeriksaan hanya diambil dengan sengkelit
steril dari vagina dan uretra. Untuk pasien perempuan yang beum menikah namun sudah aktif
berhubungan seksual, diperlukan informed consent sebelum melakukan pemeriksaan dengan
spekulum. Namun bila pasien menolak pemeriksaan dengan spekulum, pasien ditangani
menggunakan bagan alur tanpa spekulum.
Gambar 3. Langkah-Langkah Pemasangan Spekulum.1

Pasien dengan gejala ulkus genitalis (laki-laki dan perempuan)

1. Untuk semua pasien dengan gejala ulkus genital, sebaiknya dilakukan pemeriksaan serologi
untuk sifilis dari bahan darah vena (RPR=rapid plasma reagin, syphilis rapid test )

2. Untuk pemeriksaan Treponema pallidum pada ulkus yang dicurigai karena sifilis:

a. Ulkus dibersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan salin
fisiologis (NaCl 0,9%)

b. Ulkus ditekan di antara ibu jari dan telunjuk sampai keluar cairan serum
c. Serum dioleskan ke atas kaca obyek untuk pemeriksaan Burry atau mikroskop lapangan
gelap bila ada.

2. Pemeriksaan bimanual

1. Gunakan sarung tangan dan dapat digunakan pelumas


2. Masukkan jari tengah dan telunjuk tangan kanan ke dalam vagina, ibu jari harus
dalam posisi abduksi, sedangkan jari manis dan kelingking ditekuk ke arah telapak
tangan
3. Untuk palpasi uterus: letakkan tangan kiri di antara umbilikus dan tulang simfisis
pubis, tekan ke arah tangan yang berada di dalam pelvik
4. Dengan telapak jari tangan, raba fundus uteri sambil mendorong serviks ke anterior
dengan jari-jari yang berada di pelvik. Perhatikan ukuran, posisi, konsistensi,
mobilitas uterus, dan kemungkinan rasa nyeri saat menggoyangkan serviks
5. Dengan perlahan, geser jari-jari yang berada di vagina menuju forniks lateral
sambil tangan yang berada di atas perut menekan ke arah inferior

Gambar 4. Pemeriksaan Bimanual.1

Anatomi Serviks

Leher rahim teratas adalah segmen bawah uterus, yang terlihat melalui vagina. Ini adalah
bagian penting dari saluran kelamin, memenuhi beberapa fungsi seperti4,5:
Fungsi haid: leher rahim adalah saluran melalui mana darah mengalir dari rahim pada kuartal
pertama, dalam kasus tidak adanya bawaan dari leher rahim atau dari obstruksi, yang darah haid
mandeg dalam rahim.
Fungsi statis: melalui keadaannya antara rahim dan vagina, ia mempertahankan posisi normal
dari organ panggul.
Fungsi seksual: dengan persarafan kaya, leher rahim merangsang sekresi beberapa hormon dan
sekresi kelenjar serviks.
Pemupukan fungsi: sekresi kelenjar endoserviks (serviks glere) oleh komposisi nikmat
munculnya sperma.
Kehamilan: leher rahim sangat penting baik selama kehamilan, menjadi penghalang antara
vagina dan rahim, juga saat persalinan.

Gambar 1. Anatomi serviks4

Mengingat semua fungsi-fungsi ini, mencegah dan mengobati penyakit leher rahim
mungkin memiliki efek bermanfaat banyak pada kesehatan perempuan. Servisitis (endo cervicitis)
ialah radang pada selaput lendir canalis servikalis. Karena epitel selaput kanalis servikalis hanya
terdiri dari satu lapisan silindris mana dengan muda terjadi infeksi. Pada seorang multipara dalam
keadaan normal canalis servikalis bebas kuman, dengan ostium uteri eksternum sudah lebih
terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.5
Definisi

Servisitis adalah peradangan jaringan serviks. Hampir semua kasus servisitis disebabkan
oleh penyakit menular seksual dan, bisa juga karena cedera pada jaringan serviks, kontrol jalan
lahir yang berkurang seperti diafragma dan bahkan kanker. Kondisi ini memiliki gejala khusus
yang membantu dalam diagnosis. Servisitis merupakan infeksi jangka panjang yang tidak
memiliki gejala khusus dan karena itu tidak diobati oleh banyak wanita. Kondisi ini hanya
terdeteksi dengan pemeriksaan ginekologi rutin.5,6

Ada dua jenis servisitis, yaitu servisitis akut dan kronis. Servisitis akut biasanya
merupakan infeksi bakteri atau virus dengan gejala yang spesifik. Servisitis kronis adalah infeksi
jangka panjang yang mungkin tidak memiliki gejala dan hanya dapat terdeteksi pada pemeriksaan
gynekologi rutin. servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena
epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih
mudah terinfeksi dibanding selaput lendir vagina.6

Servisitis Juga merupakan:5

a. Infeksi non spesifik dari serviks.


b. Erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler (kistik).
Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan
masalah medis yang lama, termasuk ketidakmampuan untuk hamil dan mempertahankan
kehamilan.5
Etiologi

Sebagaimana disebutkan di atas servisitis akut disebabkan karena infeksi seperti herpes
gonore dan klamidia. Penyebab servisitis kronis termasuk infeksi bakteri yang juga sering
menyebabkan servisitis akut. Ketika episode akut servisitis tidak diobati, maka akan berkembang
menjadi servisitis kronis. Risiko servisitis meningkat saat seorang wanita menderita diabetes,
vaginitis akut dan servisitis berulang atau memiliki banyak pasangan seksual. Servisitis
disebabkan oleh kuman-kuman seperti: trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau
mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan
stapilococus. kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan
inflamasi kronik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.6,7
Gambar 2. Gambaran sitologi servisitis kronis6

Gambar diatas merupakan gambaran servisitis kronis pada mukosa squamos-kolumnar


leher rahim. Terlihat limfosit kecil yang bulat di submukosa dan terlihat juga adanya
perdarahan. Servisitis dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan
ectropion, robekan serviks tersebut dapat terjadi akibat alat kontrasepsi, tindakan intrauterine
seperti dilatasi, dan lain-lain. Servisitis sering disebabkan oleh infeksi melalui aktivitas seksual.5,8
Penyebab cervicitis sangat bervariasi, paling sering disebabkan oleh:6

Infeksi Chlamydia trachomatis


Infeksi trichomonas vaginalis
Trikomoniasis asosiasi dengan Kandidiasis
Gonorrheae Neisseria (Gonore)
Herpes simplex virus
Human papilloma virus (HPV)
Penyebab kurang umum lainnya adalah: mikosis, sifilis , tuberkulosis , Mycoplasma.

Beberapa kasus servisitis disebabkan oleh: Penggunaan kondom wanita (cervical cap dan
diafragma), penyangga uterus (Pessarium), alergi spermisida pada kondom pria, paparan terhadap
bahan kimia, infeksi vagina-serviks, trauma obstetrik-terjadi selama kelahiran (trauma leher
rahim), trauma lokal sekunder untuk kontak seksual, penggunaan buffer internal, intrauterine
device (IUD), cacat ektopik bawaan (epitel kelenjar pada saluran serviks), lokal manuver seperti
kuretase, histeroskopi, dll.1,5

Servisitis sering terjadi dan mengenai hampir 50% wanita dewasa dengan faktor resiko:5,7
Perilaku seksual bebas resiko tinggi
Riwayat IMS
Memiliki pasangan seksual lebih dari satu
Aktivitas seksual pada usia dini
Pasangan seksual dengan kemungkinan menderita IMS
Servisitis juga dapat disebabkan oleh bakteri (stafilokokus dan streptokokus) atau akibat
pertumbuhan berlebihan bakteri normal flora vagina (vaginosis bakterial).

Gambar 3. Gambaran serviks normal dan servisitis.5

Diagnosis

Servisitis dapat dicurigai setelah dilakukan pemeriksaan klinis dengan melihat adanya
perubahan inflamasi, lesi ulseratif, cacat atau sekret dari leher rahim. Diagnosis servisitis
selanjutnya ditentukan oleh pemeriksaan kolposkopi dan Pap smear. Pemeriksaan sitologi bakteri
berguna untuk mendeteksi etiologi infeksi serviks.5 Gejala klinis servisitis berupa:5

a) Flour hebat, biasanya berlangsung lama, warna putih keabu-abuan atau kuning yang kental
atau purulent dan biasanya berbau.
b) Sering menimbulkan erusio (erythroplaki) pada portio yang tampak seperti daerah merah
menyala.
c) Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulent keluar dari
kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka harus diingat kemungkinan
gonorhoe.
d) Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
e) Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang
merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovulonobothi dan akibat retensi
kelenjer-kelenjer serviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks
atau karena peradangan.
f) Gejala-gejala non spesifik seperti dispareuni (nyeri saat senggama), nyeri punggung, rasa berat
di panggul dan gangguan kemih.
g) Perdarahan uterus abnormal:
Pasca sanggama
Pasca menopause
Diantara haid

Namun pada beberapa kasus tidak ditemukan gejala dan tanda, disarankan agar penderita
keputihan menjalani pemeriksaan skrining klamidia.5

Beberapa gambaran patologis yang dapat ditemukan:6

1) Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan infiltrasi leukosit
dalam stroma endoserviks. Servicitis ini menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang
agak putih-kuning.
2) Di sini ada portio uteri disekitar ostium uteri eksternum, tampak daerah kemerah-merahan
yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio disekitarnya, secret yang dikeluarkan
terdiri atas mucus bercampur nanah.
3) Sobeknya pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar
(ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi dari vagina. Karena
radang menahun, serviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras, secret mukopurulent
bertambah banyak.
Pada pemeriksaan panggul dalam dapat memperlihatkan adanya:5

Keputihan
Servik kemerahan
Edema (inflamasi) dinding vagina

Working Diagnosis

Dari kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa perempuan 25 tahun tersebut menderita servisitis ec
gonorrhea

Different Diagnosis

Klamidia

Tabel 1. Perbedaan antara Clamidya dan Gonorrhea

Clamidya Gonorrhea
Penyebab Disebabkan oleh bakteri Disebabkan oleh
Chlamydia trachomatis bakteri Neisseria
gonorrhoeae

Gejala Sering tidak menunjukkan Sakit saat kencing, keluar


gejala atau tanda-tanda cairan dari vagina atau penis,
bahkan sampai berminggu- dan ketidaknyamanan di
minggu setelah melakukan bagian perut bawah
kontak seksual (perempuan) atau testis (laki-
laki). 10% pada laki-laki dan
50% pada wanita biasanya
asimptomatik

Komplikasi Perempuan: PID, infertilitasPID, infertilitas, kehamilan


ektopik, penyempitan uretra,
Perempuan hamil: keguguran, rentan terhadap HIV, dan
lahir premature, pneumonia infeksi darah, sendi, jantung,
atau infeksi pada mata. atau otak.

Laki-laki: arthritis, infeksi


testis, infeksi mata.
Infeksi mata kebutaan

Time after transmission 1-3 minggu 2-5 hari


Treatment

Servisitis ec Gonorrhea

Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan
yang tidak dirawat atau infeksi karena hubungan seksual. Servisitis disebabkan oleh infeksi
menular seksual (IMS), jamur, dan bakteri. Pada beberapa penyakit kelamin, seperti gonore, sifilis,
ulkus mole dan granuloma inguinal, dan pada tuberculosis, dapat ditemukan radang pada serviks.
Faktor risiko untuk terkena antara lain berganti-ganti pasangan seksual, merokok, human
papilloma virus (HPV) atau HIV.4

Penyakit servisitis masuk dalam golongan penyakit infeksi menular seksual (IMS). Infeksi
menular seksual berupa masalah kesehatan umum yang bermakna di sebagian besar negara seluruh
dunia. Angka kejadian IMS diperkirakan cukup tinggi di banyak negara dan kegagalan untuk
melakukan diagnosis serta pengolahan pada stadium awal dapat menyebabkan komplikasi dan
gejala sisa yang serius.4

Faktor risiko

1. Multiple sex partner


Fakta yang terbaru menyebutkan bahwa 60% dari pekerja seks adalah remaja
perempuan yang berumur 24 tahun atau kurang dan 30%-nya berumur 15 tahun atau
kurang. Pada kenyataannya 86% penderita HIV/AIDS adalah orang-orang muda
berumur antara 15-29 tahun yang mempunyai penyakit kelamin. Pada wanita, salah
satu penyebab yang memungkinkan terjadinya penyakit kelamin adalah dinding serviks
gadisgadis muda umumnya masih tipis sehingga mudah mengalami luka selama
melakukan hubungan seksual.
2. Usia muda
Hasil Penelitian Widyastuti pada WPS lokalisasi Tegal Panas dan Bandungan
Kabupaten Semarang menyebutkan 36 orang WPS (52,9%) terkena Servisitis Gonore
dengan kisaran umur 15-34 tahun, sedangkan hasil penelitian Puguh Santoso di
lokalisasi Tegal Panas dan Bandungan menyebutkan 39 orang WPS positif Servisitis
Gonore dengan kisaran umur 15-39 tahun.7
3. Di perkotaan
4. Status sosial ekonomi rendah
5. Alcohol

Epidemiologi
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa lebih dari 19 juta
Pemyakit Menular Seksual (STI) terjadi setiap tahun, hampir setengah darinya adalah orang-orang
yang berusia 15-24 tahun. Gonore adalah yang kedua paling sering dilaporkan penyakit menular
di Amerika Serikat, dengan lebih dari 300.000 kasus yang dilaporkan pada tahun 2010.6

Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2011 prevalensi gonore di Negara Indonesia
paling tinggi pada kelompok Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL) yakni sebesar 38%,
kemudian diikuti oleh waria (29%), LSL (21%), dan Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung
(WPSTL) (19%).

Patofisiologi

Gonokkokus memiliki por (protein I) yang menjulur dari selaput sel gonokokus. Protein ini
terdapat dalam bentuk trimer untuk membentuk pori-pori di permukaan untuk tempat masuknya
beberapa nutrient ke dalam sel. Gonokokus juga memiliki Opa (protein II) yang memiliki fungsi
untuk perlekatan gonokokus pada sel inang. Protein III bejerja sama dengan Por dalam
pembentukan pori-pori pada permukaan sel. Gonokokus memiliki Lipooligosakarida (LOS) yang
tidak mempunyai rantai samping antigen O yang panjang dan kadang-kadang disebut polisakarida.
Racun dalam infeksi gonokokus terutama disebabkan oleh pengaruh endotoksin LPS. 8

Daerah yan mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang
belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas. Gonokokus dapat
menyerang selaput lendir saluran genitourinary, mata, rectum, dan tenggorokan, mengakibatkan
supurasi akut yang dapat menyebabkan invasi jaringan. Hal ini diikuti oleh peradangan kronis dan
fibrosis. 8

Gambar 10. Struktur Bakteri.8

Gonokokus memiliki protein pili yang membantu perlekatan bakteri ini sel epitel yang melapisi
selaput lendir, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Pertama-tama
mikroorganisme melekat ke membrane plasma (dinding sel), lalu menginvasi ke dalam sel dan
merusak mukosa sehingga muncul respon inflamasi dan eksudasi.7,8

Gonokokus akan menghasilkan berbagai macam produk ekstraseluler yang dapat mengakibatkan
kerusakan sel, termasuk diantaranya enzim seperti fosfolipase, peptidase, dan lainnya. Kerusakan
jaringan ini tempaknya disebabkan oleh dua komponen permukaan sel yaitu LOS
(lipooligosakarida) yang berperan menginvasi sel epitel dengan cara menginduksi produksi
endotoksin yang mengakibatkan kematian sel mukosa dan peptidoglikan. Mobilisasi leukosit PMN
menyebabkan terbentuknya mikroabses subephitelial yang pada akhirnya akan pecah dan melepas
PMN dan gonokokus.6

Gejala Klinis
Gonore biasanya menginfeksi uretra pada pria dan uretra berikut serviks pada wanita. Namun juga
dapat menginfeksi anus dan tenggorokan.

Pria
a. Cairan berwarna putih pekat atau kuning pekat
b. Nyeri saat berkemih
c. Kemerahan pada ujung penis
d. Adanya cairan yang keluar dari anus disertai rasa tidak nyaman
e. Tenggorokan terasa nyeri

Wanita
a. Cairan keputihan yang tidak biasa
b. Perdarahan yang tidak teratur
c. Nyeri saat berkemih
d. Nyeri panggul, terutama saat berhubungan seksual

Bila tidak segera ditangani, gonore dapat menyebar ke rahim dan saluran tuba kemudian
menyebabkan Penyakit Radang Panggul (PRP) yang dapat menyebabkan infertilitas. Penting
diketahui umumnya infeksi pada wanita tidak menunjukkan gejala, namun infeksi terus berlanjut.
Kecenderungan yang sama mulai meningkat dijumpai pada pria.

Servitis:
Pada anamnesis biasanya asimtomatis atau nyeri punggung bawah. Pada pemeriksaan fisik:
ditemukan serviks eritematous dengan erosi, serta sekret yang bersifat mukopurulen.2

Penataksanaan

Medikamentosa
Tabel 2. Pengobatan Servisitis.1

Pengobatan Servisitis Gonokokus Pengobatan Servisitis Non-Gonokokus


Sefiksim 400 mg, dosis tunggal, per oral Azitromisin 1 g, dosis tunggal, per oral
ATAU ATAU
Levofloksasin * 500mg, dosis tunggal, per Doksisiklin* 2x100 mg/hari, per oral, 7 hari
oral
Pilihan Obat Lain
Kanamisin 2 g, injeksi IM, dosis tunggal Eritromisin 4x500 mg/hari, per oral, 7 hari
ATAU
Tiamfenikol 3,5 g, per oral, dosis tunggal
ATAU
Seftriakson 250 mg, injeksi IM, dosis tunggal

*Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, atau anak di bawah 12
tahun

Tabel 3. Etiologies of Cervicitis and Suggested Management.8


Non-medikamentosa

Pencegahan servisitis gonore dapat dilakukan dengan beberapa tindakan yaitu:7

1. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi

2. Pemakaian kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko
penularan penyakit

3. Menghindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai

4. Menyarankan pasangan seksual untuk diperiksa agar dapat mencegah infeksi lebih jauh dan
mencegah penularan

5. WPS agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga apabila terkena infeksi dapat
segera diobati dengan benar

6. kunjungan ulang pada hari ke-3 dan ke-8

Komplikasi8
1. Bartholinis

Pada kondisi ini ditandai bengkak pada daerah genital sekitar kelenjar bartholini, terasa sakit dan
susah untuk berjalan. Secara klinis teraba benjolan lunak, fluktuasi positif, bentuk oval kemerahan
atau tampak masa meradang. Infeksi pada kelenjar ini dapat sebagai akut bartholinitis berupa abses
bartholini, kronik bartholinitis atau kista bartholinitis.

2. Skenitis

Pada skenitis didapatkan gejala bengkak pada daerah kelenjar disamping kanan dan kiri meatus
urethra extemum. Apabila tidak diobati maka terbentuk abses atau kista.

3. Salpingitis akut

Salpingitis akut perlu diperhatikan karena akan mengakibatkan infertilitas dan kehamilan ektopik.
Pada penderitanya didapatkan gejala nyeri pada perut bagian bawah, dispareuni, menstruasi
abnormal dan intermenstrual bleeding. Pada pemeriksanaan fisik terdapat nyeri tekan perut bagian
bawah kanan dan kiri atau daerah adneksa, nyeri gerak serviks, duh tubuh endoserviks abnormal
dan terkadang bisa menimbulkan abses tubo ovarian.

4. Penyakit radang panggul (PRP)

PRP merupakan komplikasi yang sangat penting diperhatikan karena terjadi pada 100% pasien
yang tidak mendapat pengobatan. Kondisi tersebut selain menyebabkan infertilitas dan kehamilan
ektopik, juga menimbulkan kematian pada wanita di negara berkembang atau miskin. Gejalanya
berupa serangan akut kolik pada perut bagian bawah dan menimbulkan nyeri yang berkelanjutan.
Nyeri yang terjadi secara bilateral disertai dengan anoreksia, nausea dan vomiting. Terdapat pula
gejala dispareuni, nyeri saat berjalan, badan disertai panas sampai diatas 39o C dan sakit kepala.
Gangguan menstruasi berupa dismenore dapat terjadi pada 60% kasus. Pada pemeriksaan dalam
terdapat nyeri gerak serviks, sedangkan pemeriksaan secara bimanual akan teraba masa palpable.

5. Endometritis

Pada endometritis bakteri Neisseria Gonorrhoeae masuk ke dalam uterus dan menyerang
endometrium dan menimbulkan radang di daerah tersebut. Keluarnya cairan berupa nanah, nyeri
panggul hebat dan demam merupakan gejala pada endometritis. Masalah ini biasanya tidak
mengganggu fertilitas karena bakteri senang tinggal di endometrium dan akan menyebar keluar
dari tuba falopii. Apabila dibiarkan endometritis dapat berisiko bagi kesehatan karena
terbentuknya jaringan parut dan abses di rongga rahim.

6. Peritonitis Abdominalis
Pada peritonitis abdominalis bakteri masuk ke rongga abdomen dengan mengumpulkan pus di
tempat yang rendah yaitu dalam kavum dauglas.

Gambar 11. Manifestasi Klinis dan Komplikasi Gonore yang Tidak Diobati.7

Gambar 12. Komplikasi gonore pada sistem reproduksi wanita: servisitis, endometriosis,
salpingo-ooforitis, dan infeksi pelvis sekitarnya.7
Prognosisnya

Baik

Kesimpulan
Dari kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa perempuan usia 25 tahun tersebut menderita servisitis
yang disebabkan oleh gonorrhea. Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri sering terjadi
karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat atau infeksi karena hubungan seksual.
Servisitis disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS), jamur, dan bakteri. Pada beberapa
penyakit kelamin, seperti gonore. Penatalaksanaannya adalah dengan memberikan obat antibiotic,
misalnya single dose cefixime atau yang lainnya.

Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan RI Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.


Infeksi menular seksual. Jakarta: Bakti Husada; 2011.h.11-8.
2. Tanto C, Frans L, Sonia H, Eka AP. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Essential
Medicine; 2014.h.343.
3. Karnath BM. Manifetations of gonorrhea and clamydial infection. Hospital Physician. May
2009;p.44.
4. Iskandar FN, Dewi P, Lia M. Hubungan antara sikap wanita usia subur (usia 20-35 tahun)
terhadap perilaku pencegahan servisitis dengan pemeriksaan skrining di Kelurahan
Kalibanteng Kulon Lebdosari Semarang tahun 2013. Diunduh dari: jurnal.unimus.ac.id,
pada Kamis 13 Mei 2017.
5. Jawas FA, Dwi M. Penderita gonore di Divisi Penyakit Menular Seksual Unit Rawat Jalan
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya tahun 20022006. Berkala
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Desember 2008; 20(3): 217-8.
6. Putri BA. Analisis perilaku seksual wanita pekerja seks (WPS) penderita servisitis gonore.
Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan. Semarang:
2011.h.9-17.
7. Jawetz, Melnick, Adelberg Dalam Nugroho E, Maulany RF, Setiawan I. editor.
Mikrobiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC; 1995.h.280-3.
8. Tambayong J. Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2000.h.196.

Anda mungkin juga menyukai