a. Faktor yang berasal dari luar negeri (eksternal), antara lain: pada waktu
itu pada umumnya bangsa-bangsa di Asia sedang menghadapi imperialisme
Barat. Hal inilah yang mendorong bangkitnya nasionalisme Asia. Selain itu
kemenangan Jepang dalam perang melawan Rusia tahun 1905 juga
membuktikan bahwa ternyata Bangsa Timur dapat juga mengalahkan
Bangsa Barat. Disamping adanya gerakan Turki Muda yang bertujuan
mencari perbaikan nasib.
b. Faktor yang berasal dari dalam negeri (internal), yaitu adanya rasa tidak
puas, penderitaan, rasa kesedihan dan kesengsaraan dari bangsa Indonesia
terhadap penjajahan dan penindasan kolonial. Ketidakpuasan itu
sebenarnya sudah lama mereka ungkapkan melalui perlawanan bersenjata
melawan Belanda di berbagi daerah, antara lain: perlawanan yang dipimpin
oleh Pattimura, Teuku Umar, Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro dll.
Namun perlawanan-perlawanan itu menemui kegagalan karena di antara
mereka masih belum ada rasa persatuan nasional. Kegagalan demi
kegagalan inilah yang menyadarkan para pemimpin bangsa atau dalam hal
ini kaum pergerakan nasional untuk merubah taktik dan strategi perjuangan
melawan penjajah dalam mewujudkan cita-cita mereka, yaitu mencapai
“Indonesia Merdeka” dengan mendirikan organisasi-organisasi modern.
MASA AWAL
Pada tahun 1908 dr. Wahidin bertemu dengan Sutomo, pelajar Stovia.
Dokter Wahidin mengemukakan gagasannya pada pelajar-pelajar Stovia dan
para pelajar tersebut menyambutnya dengan baik. Secara kebetulan para
pelajar Stovia juga memerlukan adanya suatu wadah yang dapat
menampung kegiatan dan kehidupan budaya mereka pada umumnya.
Sehubungan dengan itu pada tanggal 20 Mei 1908 diadakan rapat di satu
kelas di Stovia. Rapat tersebut berhasil membentuk sebuah organisasi
bernama Budi Utomo dengan Sutomo ditunjuk sebagai ketuanya.
Pasti Lulus!!
Pasti Lulus!!
yang cepat ini terlihat pada tahun 1917 dengan jumlah anggota mencapai
450.000 orang yang tersebar pada 84 cabang.
Dalam kongres Serikat Islam di Madiun pada tahun 1923 nama Serikat Islam
diganti menjadi Partai Serikat Islam (PSI). Partai ini bersifat nonkooperasi
yaitu tidak mau bekerjasama dengan pemerintah tetapi menginginkan
adanya wakil dalam Dewan Rakyat (Volksraad).
10
Pasti Lulus!!
11
Pasti Lulus!!
Masa akhir Indische Partij terjadi setelah Suwardi Suryaningrat dan Cipto
Mangunkusumo ditangkap. Pemerintah Belanda menganggap Indische
Partij mengganggu serta mengancam ketertiban umum. Oleh karena itu,
para pemimpinnya ditangkap dan dibuang. dr. E.F.E. Douwes Dekker atau
dr. Danudirja Setiabudi dibuang ke Kupang (NTT), dr. Cipto Mangunkusumo
dibuang ke Bandanaira di Kepulauan Maluku, dan Raden Mas Suwardi
Suryaningrat dibuang ke Pulau Bangka. Akhirnya kedua tokoh tersebut
meminta dibuang ke negeri Belanda. Demikian juga Douwes Dekker
dibuang ke Belanda dari tahun 1913 sampai dengan 1918.
12
13
Pasti Lulus!!
14
Pasti Lulus!!
Sumatranen Bond dan Kaum Betawi. Rapat yang dipimpin atau dipelopori
Partai Nasional Indonesia (PNI) itu, pada tanggal 17 Desember 1927 sepakat
membentuk suatu badan kerjasama yaitu Perhimpunan-Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Lahirnya PPPKI mendapat respon dalam kongres PNI tahun 1928. Dalam
kongres itu dikemukakan bahwa ada pertentangan tajam antara penjajah
dan yang dijajah. Belanda, merupakan suatu kekuatan imperialisme yang
mengeruk kekayaan bumi Indonesia. Itulah sebabnya tatanan-tatanan
sosial, ekonomi dan politik Indonesia hancur lebur. Untuk mengatasi
keadaan ini diperlukan perjuangan politik yaitu mencapai Indonesia
merdeka.
Tidak dapat disangkal bahwa pada masa pergerakan nasional ini ada unsur-
unsur Marxisme turut mempengaruhi sikap pergerakan nasional. Pemikiran
itu disebarkan dalam rapat-rapat, kursus-kursus dan sekolah-sekolah serta
organisasi-organisasi pemuda yang didirikan oleh PNI. Pers PNI yang terdiri
dari surat-surat kabar Banteng Priangan (Bandung) dan Persatuan Indonesia
(Jakarta) juga membantu penyebaran pandangan ini. Kegiatan PNI ini
dengan pesat menarik perhatian massa. Jumlah anggota PNI pada tahun
1929 diperkirakan 10.000 orang, yang tersebar antara lain di Bandung,
Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan Makassar. Perkembangan PNI ini
semakin mengkhawatirkan pemerintah Hindia Belanda. Dengan tuduhan
akan melakukan pemberontakan, tokoh-tokoh PNI, Soekarno dkk
ditangkap, kemudian diajukan ke pengadilan pada 18 Agustus 1930.
Kedua, Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bangsa Indoensia.
MASA BERTAHAN
Pada tahap ini kaum pergerakan berusaha mencari jalan baru untuk
melanjutkan perjuangan. Hal itu dilakukan karena adanya tindakan keras
dari pemerintah. Mereka menggunakan taktik baru, yaitu dengan bekerja
sama dengan pemerintah melalui parlemen. Partai politik mengirimkan
wakil-wakilnya dalam Dewan Rakyat. Mereka mengambil jalan kooperatif,
tetapi sifatnya sementara dan lebih sebagai taktik perjuangan saja.
Perjuangan moderat dan parlementer ini berlangsung dari tahun 1935 –
1942, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh
Stachouwer (1936 – 1942). Hingga saat pemerintah Hindia Belanda
ditaklukkan oleh Jepang, pemberian hak parlementer penuh oleh
pemerintah Belanda kepada wakil-wakil rakyat Indonesia tidak pernah
menjadi kenyataan.
Pada tahun 1935 terjadi penyatuan antara Budi Utomo dan PBI. Dalam
sebuah partai yang disebut Partai Indonesia Raya (Parindra), Ketuanya
adalah Dokter Sutomo. Organisasi-oraganisasi lain yang ikut bergabung
dalam Parindra diantaranya: Serikat Sumatera, Serikat Celebes, Serikat
Ambon, dan Kaum Betawi.
17
Pasti Lulus!!
18
Pasti Lulus!!
Untuk mencapai cita-cita GAPI ini maka pada tanggal 24 Desember 1939
kaum pergerakan mengadakan Kongres Rakyat Indonesia. Kegiatan ini
antara lain menuntut pemerintah Belanda agar menjadikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan
dan bendera merah putih sebagai bendera Nasional.
20
Pasti Lulus!!