Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bangunan Irigasi

Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan


dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai
dalam praktek irigasi antara lain

 Bangunan utama
 Bangunan pembawa
 Bangunan bagi
 Bangunan sadap
 Bangunan pengatur muka air
 Bangunan pernbuang dan penguras
 Bangunan pelengkap

 Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air
untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber
airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori

 Bendung
 Pengambilan bebas
 Pengambilan dari waduk
 Stasiun pompa

a) Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk
meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai
elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan

4
secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis
bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung
gerak (barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung
biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan
pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.

b) Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap air
sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan bendung
adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka
air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara gravitasi, muka air di sungai
harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.

c) Pengambilan dari waduk


Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air
dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat
bersifat eka guna dan multi guna. Pada umumnya waduk dibangun memiliki
banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir,
pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka
pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi
pemberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik
waduk.
d) Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-
upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik
dari segi teknis maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi
dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi
dan eksploitasi yang sangat besar.

5
2.1.1 Bangunan Pembawa

Bangunan pembawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari


surnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer,
saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan
pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran
primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya.
Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang
terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran
yang ada dalam suatu sistem irigasi.

 Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran


sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer
adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
 Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir
 Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier
terakhir
 Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter
terakhir

2.1.2 Bangunan Pembagi dan Sadap

Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,


sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran
yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini
masing-masing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier
mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier

6
penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung
menjadi satu rangkaian bangunan.
Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 bagian
utama, yaitu.

 Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai


dengan tinggi pelayanan yang direncanakan
 Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju
saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun
gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit
yang masuk saluran dapat diatur.
 Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.

 Bangunan Pengatur dan Pengukur


Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka
air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang
konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur
dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang
dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan
pangatur.

 Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak
sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran
pembuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bangunan
pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang
kuarter, saluran pembuang tersier, saluran pembuang sekunder dan saluran
pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :

7
 Mengeringkan sawah
 Membuang kelebihan air hujan
 Membuang kelebihan air irigasi

Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah


atasnya atau dari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pembuang tersier
menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter. Saluran pembuang
primer menampung dari saluran pembuang tersier dan membawanya untuk
dialirkan kembali ke sungai.

2.1.3 Bangunan Pengatur Muka Air

Aliran air diukur di hulu saluran primer, di cabang saluran jaringan primer
dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur dapat dibedakan
menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow) dan bangunan ukur aliran
bawah (underflow). Beberapa dari bangunan pengukur dapat juga dipakai untuk
mengatur aliran air. Bangunan ukur yang dapat dipakai ditunjukkan pada
Tabel2.1

8
2.2 Skema Jaringan Irigasi

a. Standar Tata Nama


Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi dan pembuang,
bangunan-bangunan dan daerah irigasi harus jelas dan logis. Nama yang diberikan
harus pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda (ambigu). Nama-nama harus
dipilih dan dibuat sedemikian sehingga jika dibuat bangunan baru kita tidak perlu
mengubah semua nama yang sudah ada.

b. Daerah Irigasi
Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat,
atau desa penting di daerah itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringan
bangunan utama atau sungai yang airnya diambil untuk keperluan
irigasi. Contohnya adalah Daerah Irigasi Jatiluhur atau Daerah irigasi Cikoncang.
Jika ada dua pengambilan atau lebih, maka daerah irigasi tersebut sebaiknya
diberi nama sesuai dengan desa-desa terkenal di daerah-daerah layanan setempat .

9
2.3 Pemberian Nama

Untuk nama-nama yang akan diberikan untuk petak,saluran, daerah,dan


bangunan irigasi harus jelas dan tidak boleh memiliki tafsiran yang ganda. Nama-
nama tersebut dibuat dengan tujuan, apabila ada bangunan baru, nama bangunan
lama tidak perlu diubah.
1. Daerah irigasi
Nama yang diberikan sesuai dengan nama daerah setempat atau desa
setempat yang terdekat dengan bangunan utama atau sungai yang diambil airnya
untuk keperluan irigasi. Apabila ada dua sumber pengambilan atau lebih, maka
penamaan ada baiknya disesuaikan dengan desa-desa yang dilayani oleh sumber
pengambilan tersebut.

10
2. Jaringan Irigasi Utama
Saluran primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah atau desa
yang dilayani oleh saluran tersebut. Saluran irigasi sekunder sebaiknya diberi
nama sesuai dengan daerah yang terletak di petak sekunder. Petak sekunder
sebaiknya diberi nama mengikuti saluran sekunder.
3. Jaringan Irigasi Tersier
Petak tersier sebaiknya diberi nama sesuai dengan bangunan sadap tersier
dari bangunan utama.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pemberian nama atau indeks
antara lain adalah :
• Sebaiknya terdiri dari satu huruf
• Huruf itu dapat menyatakan petak, saluran, atau bangunan
• Letak objek dan saluran beserta arahnya
• Jenis saluran pembawa atau pembuang
• Jenis bangunan untuk pembagian dan pemberian air, misalnya
sipon,talang
• Jenis petak ( primer,sekunder, tersier )
Cara pemberian nama :
• Bangunan utama diberi nama dengan kampong terdekat daerah irigasi
sungai yang disadap
• Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungai atau nama
kampong terdekat, kemudian diberi indeks 1,2,3, dan seterunsnya
untuk menyatakan ruas saluran
• Saluran sekunder diberi nama sesuai dengan kampong terdekat
• Bangunan bagi/sadap diberi nama sesuai dengan nama saluran di
hulunya dan diberi indeks 1,2,3 dan seterusnya.
• Bangunan silang seperti gorong-gorong, sipon, ataupun talang diberi
indeks 1a,1b,2a,2b dan seterusnya sesuai letak pada ruas saluran
• Di dalam petak tersier diberi kotak yang yang dibagi atas 3 bagian
yang diberi kode saluran, bagian kiri bawah luas daerah aliran (ha ),
dan bagian kanan debit yang mengalir ( l/dt )

11
2.4 Slope (kemiringan)

Ketika menyebut kata “lereng” biasanya yang terlintas di pikiran kita


adalah wilayah yang ada di pegunungan dan bukit. Sedangkan arti secara umum,
lereng merupakan pemukaan tanah alam yang terlihat lebih menonjol karena
adanya perbedaan tinggi pada kedua tempat. Proses pembentukan lereng akibat
adanya erosi, pelapukan dan juga pergerakan tanah.

a. Kemiringan Lereng
Tingkat kemiringan pada lereng bisa dilihat dari kontur tanahnya. Sedikit
penjelasan, kontur merupakan garis tanah yang menghubungkan dari satu titik ke
titik yang lainnya. Ada juga yang mengartikan kontur tanah sebagai tinggi
rendahnya suatu tanah atau yang disebut topografi.
Untuk menentukan kontur maka dilakukan topografi dengan melihat garis
kontur yaitu garis horizontal dan garis tinggi sehingga nantinya akan terlihat naik
turunnya suatu permukaan tanah. Garis kontur ini dapat memberikan informasi
seputar kemiringan tanah rata-rata (slope), perhitungan galian dan timbunan
permukaan tanah asli.

12
Tingkat kemiringan lereng harus dipantau agar ketika terjadi pergerakan
dan berpotensi terjadinya longsor bisa langsung diketahui. Memantau kemiringan
lereng harus dilakukan 24 jam tapi tidak harus dilakukan secara manual, sekarang
ini sudah ada slope monitoring system. Dengan menggunakan sistem ini maka
kemiringan dan pergerakan lereng bisa diketahui menggunakan instrument dan
sensor yang telah dipasang sebelumnya.
Namun, dibutuhkan tenaga ahli dan berpengalaman untuk melakukan
pemasangan instrument slope monitoring system dan membaca data analisa yang
diterima melalui komputer. Beberapa jenis instrument yang biasa digunakan
yaitu piezometer, inclinometer, water level meter dan lainnya.

2.5 Pengambaran

Dalam sebuah perancangan teknik baik itu yang dilakukan oleh ahli
arsitektur, sipil, mesin ataupun lainnya, dibutuhkan sebuah gambar teknik yang
menjadi sebuah alat komunikasi atau biasa disebut dengan bahasa teknis untuk
menyatakan maksud dari seorang ahli teknik tersebut.

jika anda sedang belajar di jurusan teknik anda harus mengetahui tentang
definisi gambar teknik, fungsi, standarisasi dan alat-alat yang digunakan untuk
melakukan penggambaran tersebut agar anda memahami cara membuatnya
dengan baik dan benar

Dalam bidang perencanaan teknik, meskipun anda mungkin dapat dengan


mudah membaca dan mengerti maksud dari gambar teknik tersebut, belum tentu
dengan orang lain yang terlibat didalamnya sehingga anda harus mempelajarinya
agar dapat menyampaikan yang dimaksud pada gambar yang dibuat

2.5.1 Skala Pengambaran

Skala pada gambar teknik dan skala pada peta sebenarnya tidak jauh
berbeda, mungkin letak perbedaannya pada besar skalanya atau besar angka
pembaginya. Misalnya sebuah gedung direncanakan memiliki panjang 100 m dan

13
digambar pada denah dengan skala 1 : 1000, maka panjangnya pada kertas denah
adalah 10 cm. Sedangkan jarak sebenarnya kota A dan kota B adalah 50 km atau
5.000.000 cm, tidak bisa digambar dengan skala yang sama 1: 1000, karena jarak
di kertas akan mencapai 5000 cm atau 50 meter dan secara logika kertas tidak
muat.
Pada umumnya pengambaran sesuatu objek menggunakan skala itu harus
menyesuaikan dengan luas objek sesungguhnya dan media penggambaran (kertas
gambar, misalnya), agar hasil pengambaran itu dapat merepresentasikan
kenampakan sesungguhnya. Inti dari menggambar sesuatu menggunakan skala
adalah bagaimana objek yang luas bisa direpresentasikan (ditampilkan) dalam
media penggambaran yang kecil.

2.5.2 Momen Klatur

Nomenklatur adalah standar tata nama yang diberikan kepada saluran


irigasi. Syaranamual, 2014 mengelompokan fungsi nomenkalur menjadi dua
yaitu, sebagai berikut:

a. Memberi nama bangunan-bangunan pada daerah irigasi yang luas yang


mempunyai banyak saluran-saluran pembawa dan pembuang.
b. Pemberian tanda bangunan-bangunan irigasi yang beranekaragam
sehingga dapat mengetahui lebih cepat.

Selain fungsi beliau juga membagi syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
perencanaan sistem irigasi sebagai berikut;

a. Mudah dipahami dan diingat oleh petani, yang tidak berpendidikan tinggi;
b. Nama yang diberikan harus pendek, dan tidak mempunyai tafsiran ganda;
c. Nama harus dipilih dan dibuat sedemikian rupa sehingga jika dibuat
bangunan baru tidak perlu mengubah semua nama yang sudah ada.

14
2.6 Perhitungan Volume

Volume suatu benda mewakili ruang tiga dimensi yang diisi oleh benda
tersebut. [1] Anda juga bisa menganggap volume sebagai berapa banyak air (atau
udara, atau pasir, dsb.) yang bisa ditampung sebuah bentuk jika bentuk tersebut
diisi dengan penuh. Satuan unit yang umum digunakan untuk volume adalah
sentimeter kubik (cm3), meter kubik (m3), inci kubik (in3), dan kaki
kubik(ft3).[2] Artikel ini akan mengajarkan Anda cara menghitung volume dari
enam bentuk tiga dimensi yang berbeda, yang sering ditemukan dalam ujian
matematika, termasuk kubus, bola, dan kerucut. Anda mungkin melihat bahwa
banyak rumus volume ini berbagi kesamaan sehingga mudah diingat.

2.6 Volume Tanah


1. Berat Volume Tanah.

Merupakan perbandingan berat tanah dengan volume total tanah. Berat


volume tanah salah satu sifat tanah yang mempengaruhi porositas tanah,
pergerakan air, peredaran udara dan pergerakan akar tanaman. Besar kecilnya
volume tanah dipengaruhi oleh berat jenis partikel, susunan partikel dan bahan
organik. Perhitungan Berat Volume Tanah Basah Rumus mencari berat volume
tanah basah: γb = W / V Dengan, γb = Berat volume tanah basah (gram/cm3) W =
Berat tanah basah (gram) V = Volume tanah basah (cm3) Sampel tanah : W =
73,53 gram V =49,854 cm3 γb = W / V = 73,53 / 49,854 = 1,475 gram/cm3 b

2. Berat Jenis Partikel.

Adalah Perbandingan antara berat kering tanah dengan volume tanah


(tidak termaasuk pori yang terdapat di antara partikel), yang dinyatakan dalam
gram persentimeter kubik (g/cm3). Berat jenis partikel tanah-tanah mineral
umumnya berkisar antara 2,60 – 2,70 g/cm3, sedangkan berat jenis partikel bahan
organik tanah, berkisar antara 1,30 – 1,50 g/cm3. Penetapan berat jenis partikel

15
2.6.1.1 Metode Koordinat

Dalam matematika, Sistem koordinat Kartesius digunakan untuk


menentukan tiap titik dalam bidangdengan menggunakan dua bilangan yang biasa
disebut koordinat x (absis) dan koordinat y (ordinat) dari titik tersebut.

Untuk mendefinisikan koordinat diperlukan dua garis berarah yang tegak lurus
satu sama lain (sumbu x dan sumbu y), dan panjang unit, yang dibuat tanda-tanda
pada kedua sumbu tersebut (lihat Gambar 1).

Sistem koordinat Kartesius dapat pula digunakan pada dimensi-dimensi yang


lebih tinggi, seperti 3 dimensi, dengan menggunakan tiga sumbu (sumbu x, y, dan
z).

Gambar 2 - Sistem koordinat Kartesius disertai lingkaran merah yang berjari-jari


2 yang berpusat pada titik asal (0,0). Persamaan lingkaran merah ini adalah x² + y²
= 4.

Dengan menggunakan sistem koordinat Kartesius, bentuk-bentuk geometri


seperti kurva dapat diekspresikan dengan persamaan aljabar. Sebagai contoh,
lingkaran yang berjari-jari 2 dapat diekspresikan dengan persamaan x² + y² = 4
(lihat Gambar 2).

Istilah Kartesius digunakan untuk mengenang ahli matematika


sekaligus filsuf dari Perancis Descartes, yang perannya besar dalam

16
menggabungkan aljabar dan geometri (Cartesius adalah latinisasi untuk
Descartes). Hasil kerjanya sangat berpengaruh dalam perkembangan geometri
analitik, kalkulus, dan kartografi.

Ide dasar sistem ini dikembangkan pada tahun 1637 dalam dua tulisan
karya Descartes. Pada bagian kedua dari tulisannya Discourse on the Method, ia
memperkenalkan ide baru untuk menggambarkan posisi titik atau objek pada
sebuah permukaan, dengan menggunakan dua sumbu yang bertegak lurus antar
satu dengan yang lain. Dalam tulisannya yang lain, La Géométrie, ia
memperdalam konsep-konsep yang telah dikembangkannya.

.
2.6.1.2 Metode Matematika Sederhana Untuk Perhitungan Struktur

Disiplin utama dalam matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan


dalam perdagangan, pengukuran tanah dan memprediksi peristiwa dalam
astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian
umum bidang matematika: studi tentang struktur, ruang dan perubahan.
Pelajaran tentang struktur dimulai dengan bilangan, pertama dan yang sangat
umum adalah bilangan natural dan bilangan bulat dan operasi arimetikanya.
Ilmu tentang ruang berawal dari geometri, yaitu geometri Euclid dan
trigonometri dari ruang tiga dimensi, kemudian belakangan juga digeneralisasi ke
geometri Non-euclid yang memainkan peran sentral dalam teori relativitas umum.
Mengerti dan mendeskripsikan perubahan pada kuantitas yang dapat dihitung
adalah suatu yang biasa dalam ilmu pengetahuan alam, dan kalkulus dibangun
sebagai alat untuk tujauan tersebut. Konsep utama yang digunakan untuk
menjelaskan perubahan variabel adalah fungsi. Banyak permasalahan yang
berujung secara alamiah kepada hubungan antara kuantitas dan laju
perubahannya, dan metoda untuk memecahkan masalah ini adalah topik dari
persamaan differensial. Untuk merepresentasikan kuantitas yang kontinu
digunakanlah bilangan riil, dan studi mendetail dari sifat-sifatnya dan sifat fungsi
nilai riil dikenal sebagai analisis riil. Untuk beberapa alasan, amat tepat untuk
menyamaratakan bilangan kompleks yang dipelajari dalam analisis kompleks.

17
Agar menjelaskan dan menyelidiki dasar matematika, bidang teori pasti, logika
matematika dan teori model dikembangkan. Bidang-bidang penting dalam
matematika terapan ialah statistik, yang menggunakan teori probabilitas sebagai
alat dan memberikan deskripsi itu, analisis dan perkiraan fenomena dan
digunakan dalam seluruh ilmu.

2.6.2 Volume Besi

Dalam kehidupan proyek, kita tidak bisa lepas dari yang namanya besi
beton bertulang. Mungkin orang yang awam atau yang belum punya pengalam
proyek sering kali kebingungan dalam menghitung volume besi yang dipakai
dalam pengecoran kolom maupun plat lantai. Besi beton bertulang dihitung dalam
satuan kg. Di bawah ini kami akan mecoba men share cara menghitung volume
besi beton bertulang pada sebuah kolom.

Contoh :
Sebuah pekerjaan kolom beton bertulang setinggi 3,9 m dengan gambar potongan
besi sebagai berikut:

18
Tulangan Pokok
Volume besi D22 adalah 16 buah x 3,9 = 62,4 m'
Jika panjang besi per batang di lapangan adalah 11 meter, maka kebutuhan besi
D22 adalah 62,4 m : 11 m = 5,672 batang

2.6.2.1 Besi Polos /ulir

Secara umum terdapat dua jenis besi beton, yaitu besi polos (plain bar)
dan besi ulir (deformed bar). Besi polos memiliki permukaan yang licin dan
mulur serta penampangnya berbentuk bundar. Besi ulir, sesuai dengan namanya,
memiliki bentuk permukaan seperti sirip ikan (memuntir) atau sirip teratur seperti
pada bambu, dengan pola-pola yang berbeda tergatung pabrik pembuatannya.
Besi ulir umum digunakan sebagai tulangan beton dibandingkan besi polos. Besi
ulir diberikan ulir melalui proses rol pada permukaannya sehingga memiliki
ikatan yang lebih baik antara tulangan dan beton. Bentuk ulir ini meningkatkan
daya lekat sehingga menahan gerakan dari batang terhadap beton. Besi ulir
memiliki ketahanan tekan minimal 400 Mpa.

Besi polos lebih jarang digunakan daripada besi ulir. Besi polos lebih
banyak digunakan untuk membungkus besi ulir yang digunakan sebagai tulangan
beton yang dipasang memanjang. Besi polos memiliki ketahanan tekan minimal
240 Mpa.

Besi polos mendominasi permintaan besi beton di pasaran, dengan jumlah


sekitar 60%. Besi polos dapat dijumpai di pasar eceran (retail). Besi ulir
umumnya dipasarkan distributor besar kepada para kontraktor, dengan penjualan
dalam volume besar. Besi ulir harganya lebih mahal daripada besi polos karenan
kekuatan dan ketahanannya. Pemasangan besi ulir juga lebih sulit daripada besi
polos karena susah dibengkokkan.

19
2.6.2.1 Wiremesh

Besi wire mesh adalah rangkaian baja tulangan bermutu tinggi (dengan
tegangan leleh karakteristik sampai 5.000 kg/cm2) berbentuk jaring-jaring dengan
spasi tertentu yang pada tiap titik pertemuannya dihubungkan dengan las listrik.

Ukuran diameter tulangan wire mesh biasa ditulis dengan awalan M


misalnya M5 untuk wire mesh dengan diamtere tulangan 5 mm. Ukuran diameter
wire mesh yang ada di pasaran adalah ukuran M4, M5, M6, M7, M8, M9, M10,
M12. Ukuran standard untuk wiremesh adalah lembaran ukuran 2,1 x 5,4 m,
tetapi untuk ukuran diameter kecil seperti M4 dan M5 tersedia juga dalam bentuk
Roll ukuran 2,1 x 54 m.

Penting untuk diperhatikan, pastikan diameter wiremesh sesuai dengan


ukuran yang tertera, misalnya M8 jika diukur diameter tulangannya 8 mm. Karena
kadang ada produsen wire mesh yang menawarkan produk wiremesh misal M8
sampai 3 tingkatan dengan harga yang berbeda-beda tergantung dari ukuran asli
diameter tulangannya. Selain itu hindari menggunakan wire mesh yang sudah
berkarat karena akan menurunkan mutu beton bertulang secara keseluruhan.

20

Anda mungkin juga menyukai