Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S DENGAN CA
OVARIUM POST OPERASI + ANEMI DI RUANG
GONEKOLOGI KEBIDANAN RSUP DR M.DJAMIL PADANG

OLEH:

KELOMPOK H’18

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kanker merupakan suatu pertumbuhan sel abnormal yang dapat menyerang
organ-organ tubuh. Penyakit kanker merupakan kasus terbanyak kedua yang
dapat menyebabkan kematian secara global, yakni 8,8 juta kematian pada tahun
2015 (WHO, 2017). Menurut WHO, kanker merupakan salah satu dari empat
jenis Penyakit Tidak Menular (PTM) utama. Selain kanker terdapat penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung koroner dan stroke), penyakit pernapasan
kronis (asma dan penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Kanker ovarium merupakan kanker alat genital perempuan yang dapat
menyebabkan kematian tertinggi. Pada diagnosis penyakit kanker ovarium di
USA, jumlah kasus baru didapatkan sekitar 22.220 kasus setiap tahunnya dan
sekitar 16.210 kematian akibat penyakit ini.Terdapat 6% kanker ovarium dari
total kanker pada perempuan dan terdapat 1 dari 68 perempuan yang menderita
kanker ovarium (Prawirohardjo & Kampono, 2013).
Tingkat insidensi dan kematian kanker ovarium menempati urutan ketujuh
terbanyak pada wanita di dunia dan merupakan kanker alat genital ketiga setelah
kanker serviks dan kanker korpus uteri. Berdasarkan data yang dikumpulkan
sampai tahun 2012, insidensi kanker ovarium mencapai 238.719 (3,6%) dan
jumlah kematian akibat kanker ovarium mencapai 151.917 (4,3%) di dunia. Di
Indonesia, terdapat 10.238 (6,4%) insiden kanker ovarium dan angka kematian
akibat penyakit ini mencapai 7.075 (7,7%) (GLOBOCAN, 2012).
Di Indonesia menurut data Indonesian Society of Gynecologic Oncology,
kanker ovarium menempati urutan kedua terbanyak setelah kanker servik. Pada
umumnya kanker ovarium ditemukan pada stadium lanjut. Tumor membesar dan
menyebar keorgan sekitarnya tanpa keluhan. Itulah sebabnya tumor ini dikenal
sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun mematikan (silen killer)
(Cyntia, 2018)
Berdasarkan data yang diperoleh penulis selama masa dinas di Kebinan
RSUP M.Djamil Padang yang dimulai sejak tanggal 13 Mei 2019 didapatkan
dari 13 kasus 6 kasus pasien dengan diagnosa Ca Ovarium dan pada bulan
Februari sampai Juli 2018 tercatat sebanyak 136 kasus Ca Ovarium. Berdasarkan
uraian diatas mendorong penulis untuk mengangkat permasalahan yang ada pada
gangguan sistem reproduksi yaitu Ca Ovarium. Maka penulis ingin memaparkan
asuhan keperawatan pada pasien penderita Ca Ovarium dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Ca Ovarium”.
TAMBAHIN DATA PENDERITA CA OVARIUM TAHUN 2017, 2018
DI RS M.DJAMIL

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang


kami angkat adalah bagaimanakah pemberian Asuhan Keperawatan pada
klien Ny. S dengan Ca Ovarium di ruang Kebinanan RSUP DR M Djamil
Padang ?

3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu mmenerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Ny. S dengan Ca
Ovarium di ruang Kebinanan RSUP DR M Djamil Padang.
b. Tujuan Khusus
1) Mampu memahami dan mengetahui defenisi, etiologi, manifestasi,
pemeriksaan dan penatalaksaan serta komplikasi dari penyakit Ca
Ovarium.
2) Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
3) Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
4) Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan
yang diberikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teoritis Penyakit


A. Kanker Ovarium
1. Definisi Kanker Ovarium
Kanker ovarium merupakan penyakit heterogen yang dapat dibedakan
menjadi tiga tipe utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ cell tumor,
dan epithelial ovarian cancer (EOC). Mayoritas kanker ovarium yang
sering ditemukan adalah tipe EOC dan memiliki beberapa subtipe, antara
lain: mucinous, clear cell, endometroid, low-grade serous, dan high-
grade serous carcinoma (HGSC). Subtipe HGSC merupakan jenis
kanker epitel yang paling banyak dan juga paling agresif. Hal ini karena
banyak wanita didiagnosis telah memasuki stadium lanjut (stadium III
atau IV) dengan nilai 5 tahun ketahanan hidup (5 years survival rate)
antara 20-40% (George et al., 2016).
Tingkat insidensi dan kematian kanker ovarium menempati urutan
ketujuh terbanyak pada wanita di dunia dan merupakan kanker alat
genital ketiga setelah kanker serviks dan kanker korpus uteri.
Berdasarkan data yang dikumpulkan sampai tahun 2012, insidensi kanker
ovarium mencapai 238.719 (3,6%) dan jumlah kematian akibat kanker
ovarium mencapai 151.917 (4,3%) di dunia. Di Indonesia, terdapat
10.238 (6,4%) insiden kanker ovarium dan angka kematian akibat
penyakit ini mencapai 7.075 (7,7%) (GLOBOCAN, 2012).

2. Epidemiologi Kanker Ovarium


Kanker ovarium epitel merupakan kanker kelima yang sering
menyerang wanita dan merupakan kanker ginekologik penyebab
kematian tertinggi di Inggris. Tiap tahun lebih dari 6.500 wanita
didiagnosis menderita kanker ovarium dan sekitar 4.400 meninggal
akibat penyakit ini. Insidensi di Inggris 20 tahun terakhir menunjukkan
kanker ovarium berada pada status yang wajar dengan penurunan
mortalitas 20% sejak tahun. Akan tetapi harapan hidup wanita dengan
kanker ovarium masih lemah dengan nilai 5 tahun ketahanan hidup
tidak mencapai 45% (Doufekas & Olaitan, 2014).

3. Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Ovarium


Pada hipotesis incessant ovulation yang diperkenalkan oleh Fathalla,
menyebutkan bahwa siklus ovulasi yang terjadi terus-menerus selama
masa produktif pada wanita meningkatkan faktor risiko terjadinya High-
Grade Serous Carcinoma (HGSC). Dia menunjukkan bahwa akibat
ovulasi yang terjadi terus-menerus akan meningkatkan terjadinya inflamasi
melalui sekresi sitokin, kemokin, bradikinin, dan hormon. Hal ini dapat
mempengaruhi kerusakan DNA melalui tekanan oksidatif pada cortical
inclusion cysts (CIC) di ovarium (George et al., 2016).
Selain hipotesis mengenai siklus ovulasi terus-menerus, terdapat teori
lain yang mencoba menjelaskan mengenai etiologi kanker ovarium. Teori
itu antara lain teori gonadotropin, teori androgen, daN teori progesteron.
Hipotesis gonadotropin didasarkan pada hasil yang didapatkan dari
percobaan terhadap hewan rodentia yang telah terpapar zat karsinogenik.
Pada percobaan ini didapatkan bahwa bila kadar hormon estrogen rendah
di perifer maka kadar hormon gonadotropin akan meningkat. Peningkatan
kadar hormon gonadotropin ternyata berhubungan dengan makin
membesarnya tumor ovarium pada binatang tersebut. Hipotesis androgen
didasarkan pada bukti bahwa pada epitel ovarium terdapat reseptor
androgen. Epitel ovarium yang selalu terpapar oleh steroid dari ovarium
itu sendiri dan dari kelenjar adrenal (androstenedion,
dehidroepiandrosteron, dan testosteron) dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan sel-sel epitel kanker ovarium. Berbeda dengan
efek dari androgen, pada hipostesis progesteron terdapat peranan protektif
terhadap terjadinya kanker ovarium. Percobaan yang dilakukan terhadap
ayam Gallus domesticus yang mengalami kanker ovarium terjadi
penurunan insidensi kanker ovarium setelah pemberian pil kontrasepsi
progesteron (Prawirohardjo, 2010).

Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya kanker


ovarium antara lain :
a. Usia
Kanker ovarium jarang ditemukan pada wanita yang memiliki usia
<40 tahun. Angka kejadian meningkat dengan makin bertambahnya
usia. Diperkirakan dari 15-16 per 100.000 orang pada usia 40-44
tahun meningkat menjadi 57 per 100.000 orang pada usia 70-74
tahun (Prawirohardjo, 2010).
Berdasarkan data Survey Epidemiology End Result periode tahun
2004-2008 sekitar 1,2% penderita tumor ovarium didiagnosis di
bawah usia 20 tahun, meningkat menjadi 3,5% antara usia 20-34
tahun, 7,3 % antara 35-44 tahun, 19,1 % antara 45-54 tahun, dan
mencapai 23,1% antara 55-64 tahun. Insidensi kemudian menurun
menjadi 19,7% antara 65-74 tahun, 18,2% antara 75-84 tahun, dan
8% di ataas usia 85 tahun (Nurlailiyani, 2013).
b. Jumlah paritas
Jumlah kelahiran janin hidup di luar rahim menentukan penurunan
risiko terjadinya kanker ovarium. Penurunan risiko kasus ovarium
lebih tinggi setelah kelahiran pertama dibandingkan kelahiran
berikutnya, akan tetapi penelitian lainnya menunjukkan terjadi
perlindungan terhadap kanker ovarium setelah kelahiran kedua.
Penelitian terhadap paritas dan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
dapat mencegah terjadinya Ephitelial Ovarian Carcinoma (EOC).
Penurunan risiko EOC hampir sekitar 30% pada kelahiran pertama,
meningkat kembali pada kelahiran kedua, dan sedikit meningkat
pada kelahiran ketiga (Sung et al., 2016). Wanita yang memiliki
anak memiliki faktor risiko 29% lebih rendah bila dibandingkan
dengan wanita nulipara dan semakin angka penurunan risiko
tersebut semakin meningkat setiap kehamilan selanjutnya (Tsilidis
et al., 2011).

c. Indeks Massa Tubuh (IMT)


Studi analisis multivariat terhadap wanita dengan kelebihan berat
badan (IMT:25-29.9), obesitas (IMT:30-39,9), dan morbidly obese
(IMT:>35) memiliki nilai kelangsungan hidup yang buruk bila
dibandingkan dengan wanita dengan imt normal. Terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok overweight dengan
morbidly obese. Terjadi peningkatan risiko kematian sebesar 3%
pada peningkatan 5 unit IMT di atas 18,5 kg/m² (Nagle et al.,
2015). Secara keseluruhan, risiko invasive serous cancer tidak
berhubungan dengan IMT. Walaupun demikian, tingkatan
berdasarkan stadium tumor menunjukkan hubugan positif antara
seluruh pengukuran IMT dan risiko invasive serous cancer stadium
awal (G1), tetapi tidak terhadap tumor stadium lanjut (G2-G4)
(Kang et al., 2010).
d. Usia Menarche
Insidensi kanker ovarium pada penelitian di RSUP Haji Adam
Malik pada tahun 2008-2011 didapatkan angka yang tinggi pada
kelompok usia menarche 12-14 tahun, yaitu 176 orang dengan
persentase 52,2% (Johari & Siregar 2011).
e. Kontrasepsi hormonal
Pil kontrasepsi oral memiliki hubungan terhadap penurunan faktor
risiko kanker ovarium.Wanita yang pernah menggunakan
kontrasepsi oral memiliki faktor risiko yang lebih rendah
dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakannya Durasi
penggunaan kontrasepsi oral yang lama juga berhubungan terhadap
penurunan faktor risiko kanker ovarium. Penggunaan kontrasepsi
oral lebih dari 10 tahun memiliki 45% faktor risiko yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan penggunaan kurang dari 1 tahun
(Tsilidis et al., 2011).
Analisis penelitian di Australia pada tahun 2010 menunjukkan
penggunaan kombinasi pil kontrasepsi oral telah mencegah 1.340
kanker (1.032 endometrial dan 308 ovarium). Sebaliknya,
penggunaan kombinasi pil kontrasepsi oral menyebabkan 157
kasus kanker (105 payudara dan 52 servikal) (Jordan et al., 2015).
f. Obat fertilitas
Penetapan hubungan antara obat-obat fertilitas dengan risiko
kanker ovarium sangatlah kompleks karena infertilitas saja sudah
dapat meningkatkan risiko kanker. Wanita yang mengkonsumsi
obat fertilitas menunjukkan risiko yang tinggi akibat kondisi
infertil. Berdasarkan tiga studi meta-analisis besar, dua diantaranya
tidak menunjukkan perbedaan risiko kanker ovarium antara wanita
infetil yang diberikan terapi dengan wanita infertil yang tidak
diberikan terapi (Tomao et al., 2014).
Obat-obat fertilitas mempercepat maturasi folikel dan proses
ovulasi, sehingga menaikkan tingkat gonadotropin. Obat
Clomiphene citrate merupakan reseptor modulator selektif estrogen
yang hamper sama dengan tamoxifen yang digunakan untuk
mengobati infertilitas. Akan tetapi, hasil terbaru dari studi kasus
control di Amerika Serikat menunjukkan bukti bahwa obat-obat
fertilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap risiko kanker
ovarium (Diergaarde & Michelle L. Kurta, 2008).
g. Terapi hormon menopausal
Penggunaan terapi hormon menopausal meningkatkan insidensi
dan kematian pada penderita kanker ovarium. Risiko meningkat
wanita yang hanya menggunakan estrogen dalam waktu yang lama
(≥10 tahun) dibandingkan penggunaan jangka pendek (<10 tahun).
Terapi dengan estrogen ditambah progestin berhubungan dengan
peningkatan risiko kanker ovarium dibandingkan dengan wanita
yang belum pernah menggunakan terapi hormone menopausal.
Penggunaan jangka panjang (≥10 tahun) estrogenprogestin juga
berhubungan dengan peningkatan faktor risiko. Penggunaan jangka
pendek pun menunjukkan adanya hubungan tetapi tidak
memberikan nilai yang signifikan (Trabert et al., 2012).

4. Patogenesis Kanker Ovarium


Patogenesis kanker ovarium belum diketahui secara jelas, tetapi sudah
terdapat beberapa teori yang menunjukkan proses terjadinya kanker ini.
Setelah melewati siklus ovulasi, epitel permukaan ovarium banyak
mengalami kerusakan dan perbaikan. Proliferasi selsel epitel semakin
besar, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadi mutasi secara tiba-tiba.
Selama proses ovulasi, sel dapat terperangkap pada jaringan ikat yang
mengelilingi ovarium dan kemudian membentuk kista. Jika hal ini terjadi
maka sel epitel dapat membentuk lingkungan mikro pro-inflamasi yang
menyebabkan peningkatan kerusakan DNA dan risiko terjadinya kanker.
Banyak kejadian kanker ovarium terjadi tanpa diketahui sebelumnya,
meskipun 5-10% kasus berkembang akibat predisposisi genetic. Akhir-
akhir ini, disfungsi gen BRCA1 dan BRCA2 diketahui dapatmenyebabkan
karsinoma stadium lanjut (World America Cancer Institute, 2014).

5. Klasifikasi Kanker Ovarium


Klasifikasi histologi WHO, kanker ovarium dibagi berdasarkan asal
jaringannya menjadi tumor epithelial (65%), germ cell (15%), sexcord
stromal (10%), metastases (5%), dan miscellaneuous. Tumor epitel
permukaan diklasifikasikan lagi berdasarkan tipe-tipe sel (serous,
mucinous, endometroid, clear cell, transitional cell, undifferentiated, dan
mixed carcinoma) dan atipia (benign, borderline dan malignant [invasive
atau non-invasive]). Tumor malignan merupakan jenis tumor epitelial yang
paling banyak ditemukan. (Prawirohardjo, 2010) .

6. Manifestasi Klinis Kanker Ovarium


Pasien yang menderita kanker ovarium biasanya tidak merasa ada
keluhan (95%) dan keluhan yang timbul pun tidak spesifik seperti perut
terasa membesar, dispareunia, berat badan meningkat akibat adanya massa
atau asites. Tanda paling penting adanya kanker ovarium adalah
ditemukannya massa tumor di pelvis. Keganasan perlu dicurigai apabila
terdapat massa tumor yang padat, ireguler, dan terfiksir ke dinding
panggul. Keganasan dapat dipastikan apabila terdapat massa disertai asites
di bagian atas abdomen. Menurut Piver, kista ovarium berdiameter >5 cm
harus mendapat perhatian khusus karena pada 95% kasus kanker ovarium
tumornya berukuran >5 cm (Prawirohardjo, 2010).
7. Stadium Kanker Ovarium
Berikut merupakan stadium kanker ovarium berdasarkan International
Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) 2014.
8. Pemeriksaan Diagnosis Kanker Ovarium
Diagnosis kanker ovarium dilakukan pertama kali dengan anamnesa
dan pemeriksaan fisik ginekologi meliputi pemeriksaan pelvik dan rektal
(Nurlailiyani, 2013). Diagnosis pasti dilakukan dengan tindakan
laparotomi eksplorasi. Pemeriksaan pembantu yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis antara lain :
a. Laparoskopi
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui letak kanker di
ovarium atau tidak. Selain itu untuk mengetahui sifat-sifat
tumor tersebut (Nurlailiyani, 2013)
b. Ultrasonografi (USG)
Pemakaian USG transvaginal dapat meningkatkan diagnosis
karena mampu untuk menunjukkan morfologi tumor ovarium
secara tegas baik tumor kistik maupun tumor padat. Morfologi
tumor ovarium yang diperiksa terdiri dari tiga kategori, yaitu
volume tumor, struktur dinding tumor, dan struktur septum
tumor. Penggunaan USG transvaginal color Doppler dapat
membedakan antara tumor jinak dengan tumor ganas. Analisis
gelombang suara Doppler (resistance index atau RI, pulsality
index atau PI, dan velocity) dapat menunjukkan keganasan
apabila RI <0,4 (Prawirohardjo, 2010).
c. Pemeriksaan Tumor Markers
Pemeriksaan penanda tumor CA 125 (Cancer Antigen 125)
dilakukan dengan memeriksa antigen yang dihasilkan oleh
epitel coelom dan epitel amnion. Permukaan epitel ovarium
akan menghasilkan CA 125 bila terdapat kista inklusi,
metaplasia permukaan epitel, dan pertumbuhan papiler. Kadar
normal CA 125 yang disepakati adalah 35 U/ml. Akan tetapi,
pemeriksaan kadar CA 125 memiliki spesifisitas dan positive
predictive value yang rendah karena pada kanker lain (kanker
pankreas, kanker mammae, kanker kandung kemih, kanker
hati, kanker paru) kadar CA 125 juga meningkat
(Prawirohardjo, 2010).
d. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
Pemeriksaan menggunakan CT-scan untuk diagnosis sangat
bermanfaat. Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui ukuran
tumor primer, adanya metastasis ke hepar dan kelenjar getah
bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut. Akan tetapi,
CT-scan kuang disenangi karena memiliki risiko radiasi, reaksi
alergi terhadap zat kontras, kurang tegas dalam membedakan
tumor kistik dengan tumor padat, dan biayanya yang mahal
(Prawirohardjo, 2010).
e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan menggunakan MRI tidak lebih baik dalam hal
diagnostik, penjalaran, dan lokasi tumor di abdomen atau
pelvis. Penggunaan CT-scan lebih banyak dianjurkan
(Prawirohardjo, 2010).

9. Penatalaksanaan Kanker Ovarium


Penatalaksanaan kanker ovarium sangat ditentukan oleh stadium,
derajat diferensiasi, fertilitas, dan keadaan umum penderita. Pengobatan
utama adalah dengan melakukan operasi pengangkatan tumor primer dan
metastasisnya, dan apabila perlu diberikan terapi adjuvant seperti
kemoterapi, radioterapi (intraperitoneal radiocolloid atau whole
abdominal radiation), imunoterapi/terapi biologi, dan terapi hormon
(Prawirohardjo, 2010).
a. Penatalaksanaan kanker ovarium stadium I
 Operasi yang terdiri atas apendektomi, surgical staging,
limfadenektomi
 Terapi ajuvan pasca operasi : kemoterapi
b. Penatalaksanaan kanker ovarium stadium lanjut (II, III, IV)
 Operasi sitoreduksi
 Kemoterapi
 Radioterapi
 Terapi Biologi dan Imunologi
 Terapi hormone

B. CA OVARIUM DENGAN ANEMIA


Tuan (2008) mengatakan kanker ovarium disebabkan oleh oleh zat-
zat karsinogenik sehingga terjadi tumor primer, dimana akan terjadi
infiltrasi di sekitar jaringan dan akan terjadi implantasi. Implantasi
merupakan ciri khas dari tumor ganas ovarium. Gejala yang terjadi pada
kanker ovarium adalah gejala samar dan asites. Pada stadium awal dapat
timbul asites (kelebihan volume cairan di rongga perut) dengan cepat
kanker tumbuh melampaui kavum pelvis, sehingga teraba massa,
menstruasi tidak teratur, dan dapat timbul perdarahan pervaginal.
Timbulnya perdarahan ini menyebabkan penurunan eritrosit yang
mengakibatkan penderita dengan Ca ovarium akan mengeluh pusing, letih,
dan lesu yang biasa disebut anemia (Nanda, 2015).
Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pads penderita
keganasan (kanker) termasuk disini adalah kanker ovarium yang
menyerang wanita. Sering kali tidak diikuti dengan gejala adanya infiltrasi
ke sumsum tulang atau adanya kehilagan darah, hemolisis, kelainan ginjal,
kompliaksi organ pencernaa, hati, endokrin ataupun adanya tanda-tanda
defisiensi nutrisional (Nowrousian, 2016). Anemia yang disebabkan oelh
kanker bisa terjadi sebagai efek langsung dari keganasan, dapat sebagai
akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, anemia yang terjadi pad
apenyakit kanker ovarium selalu dihubungkan dengan anemia karena
penyakit kronik. Penyebab dan mekanisme anemia kompleks dan
multifaktor. Sering kali tidak diikuti dengan gejala adanya infiltrasi ke
sumsum tulang Afiyanti (2016) menambahkan, bahwa gejala anemia juga
salah satu dampak dari efek samping kemoterapi, bukan karena
perdarahan, melainkan kemoterapi juga membunuh sel-sel yang normal,
salah satunya sel darah merah.
2. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Identitas
a. Usia : Biasanya terjadi pada usia > 40 tahun.
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri, hubungan nyeri dengan menstruasi seksualitas, fungsi
urinaria dan gastrointestinal. Apakah ada pengeluaran cairan atau
sekret melalui vagina.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah ada riwayat hipertensi, kenker, penyakit ginjal, DM
c. Riwayat penyakit sekarang
Kaji penyakit yang sedang dialami sekarang
d. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga ada yang menderita peyakit DM,
hipertensi, ginjal, kanker (baik kanker ovarium maupun kanker
yang lain).

3) Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Rambut kering dan mudah patah, perubahan warna, dan mudah
rontok.
- Wajah
Terdapat udem pada wajah.
- Mata
Mengalami penurunan penglihatan, konjungtiva anemis, sklera
ikterik atau tidak
- Hidung
Tidak ada polip, simetris kiri kanan, dipsnea, kussmaul
breathing, nafas cuping hidung
- Telinga
Simetris kiri kanan, serumen dalam batas normal
- Mulut
Mukosa bibir kering kering, nafas bau amonia, gigi karies
- Leher
Terlihat vena jugularis, kelenjar tiroid normal, kelenjar limfe
meningkat jika terjadi hipertermi
- Jantung
I : ictus kordis tampak
P : ictus kordis teraba lemah/cepat, pembengkakan
P : pekak kadang sonor jika ada penumpukan cairan
A : irama jantung ireguler
- Paru-paru
I : pergerakaan dinding dada asimetris
P : nyeri tekan dan nyeri lepas
P : pekak
A : vesikuler
- Abdomen
I : apakah distensi abdomen, apakah ada pembesaran abdomen
(ascites )
P : nyeri tekan pada abdomen, rasa tidak nyaman pada rongga
abdomen
P : timpani
A : bising usus dapat normal, hipoaktif, maupun hiperaktif
- Genitalia
Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge),
nyeri saat berhubungan seksual
- Ekstremitas
Ekstremitas terasa kram, edema kaki, kekuatan otot menurun,
CRT </> 3 s
- Kulit
Tonus kulit hilang, terbentuk kristal-kristal bewarna putih, kulit
tampak pucat, kering dan bersisik.

a. Secara umum
Tinggi badan, berat badan, bentuk, sistem pernafasan,sistem
kardiovaskuler, dan sistem persyrafan.
b. Secara khusus
i. Pemeriksaan payudara : ukuran, kesimetrisan, massa,
retraksi jaringan parut dan kondisi puting susu.
ii. Pemeriksaan abdomen : adanya masa abdominopelvic
iii. Genetalia eksterna : inspeksi dan palpasi dengan posisi
lototmi bertujuan untuk mengkaji kesesuaian umur dengan
perkembangan sistem reproduksi, kondisi rambut pada
simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva, tanda
tanda peradangan, bengkak dan pengeluaran cairan dari
vagina.
iv. Pelvis : dengan menggunakan speklum dilakukan inpeksi
servik yaituwarna, bentuk dilatasi servik, erosi nodul, masa,
cairan pervaginam, perdarahan, lesi atau luka. Setelah
speklum dilepas dapat dilakukan pemeriksaan bimanual
yaitu : memasukkan dua jari kedalam vagina untuk
pemeriksaan dinding posterior vagina ( adanya masa,
ukuran, bentuk, konsistensi,mobilitas uterus, mobilitas
ovarium dan adneksa)
v. Pemeriksaan rectum dan rekto vagina
c. Data psikologi
Pasien biasnyanya mengalami gangguan harga diri dimana ovarium
adalah bagian dari organ reproduksi wanita, dan ovarium sebagai
penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut, pasien
dengan kanker ovarium akan mempengaruhi mental klien yang
ingin hamil atau punya keturunan. Klien biasanya juga mengalami
gangguan citra tubuh dikarena perubahan fisik yang terjadi akibat
pengobatan seperti kemoterapi, yaitu rambut yang rontok, badan
yang kurus karena nafsu makan yang menurun, kulit kering.

d. Pola kebiasaan sehari-hari


Biasanya klien dengan kanker ovarium mengalami gangguan dalam
beraktifitas dan tidur, karena rasa ketidaknyamanan pada abdomen
dan merasa nyeri.
4) Pemeriksaan Penunjang
a. Tes seleksi tergantung riwayat dan indeks kecurigaan untuk
kanker tertentu.
b. Scan (mis: MRI, CT, Gallium) dan ultrasound: dilakukan untuk
tujuan diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi respon
pada pengobatan.
c. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi): dilakukan untuk
diagnostik bidang-bidang menggambarnya pengobatan dan
dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ dan
sebagainya.
d. Penanda tumor (zat yang dihasilkan sel tumor dan terdapat
diserum seperti : CEA, antigen spesifik prostat, HCG,
alfafetoprotein, CA 15-3, CA 19-9, CA 125 dsbnya ) terutama
untuk prognostik atau monitor perapeutik.
e. Tes kimia skrining : misal, elektrolit ( Na,K,Ca) ,tes ginjal,
(BUN, kreatinin) , tes hepar (GilimuGin, SGPT, SGOT, alkali
fosfat, LDH) tes tulang .
f. JDL dengan diferensial dan trombosit : dapat menunjukkan
anemia, perubahan pada sel darah merah, sel darah putih,
Trombosit berkurang atau meningkat.
g. Sinar x dada: menyelidiki penyakit paru metastasis atau primer.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Pre operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen injury
b. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pernafasan
akibat penekanan asites pada diafragma.
d. Cemas berhubungan dengan akibat kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan penatalaksanaanya.
2) Intra operasi
a. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3) Post operasi
a. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biophysical

C. NANDA NOC NIC


Pre- Operasi

NO NANDA NOC NIC

1. Nyeri berhubungan Kontrol nyeri Manajemen nyeri


dengan agen injury
Indikator: Aktivitas :

- Menilai factor - Gunakan komunikasi yang


penyebab terapeutik agar pasien dapat
- Recognize menyatakan
lamanya Nyeri pengalamannya terhadap
- Gunakan ukuran nyeri serta dukungan dalam
pencegahan merespon nyeri
- Penggunaan - Evaluasi bersama pasien
analgesic yang dan tenaga kesehatan
tepat lainnya dalam menilai
- Gunakan tanda – efektifitas pengontrolan
tanda vital nyeri yang pernah
memantau dilakukan
perawatan - Tentukan tingkat kebutuhan
- Laporkan tanda / pasien yang dapat
gejala nyeri pada memberikan kenyamanan
tenaga kesehatan pada pasien dan rencana
professional keperawatan
- Gunakan sumber - Kontrol faktor lingkungan
yang tersedia yang dapat menimbulkan
- Menilai gejala ketidaknyamanan pada
dari nyeri pasien (suhu ruangan,
- Gunakan catatan pencahayaan, keributan)
nyeri - Pilihlah variasi dari ukuran
pengobatan (farmakologis,
nonfarmakologis, dan
hubungan atar pribadi)
untuk mengurangi nyeri
- Pertimbangkan tipe dan
sumber nyeri ketika
Tingkatan nyeri
memilih metoda
Indikator: mengurangi nyeri
- Ajari untuk menggunakan
- Melaporkan
tehnik non-farmakologi
Nyeri
(spt: biofeddback, TENS,
- Persen respon
hypnosis, relaksasi, terapi
tubuh
musik, distraksi, terapi
- Frekuensi nyeri
bermain, acupressure,
- Ekspresi nyeri
apikasi hangat/dingin, dan
lisan
pijatan ) sebelum, sesudah
- Ekspresi wajah
dan jika memungkinkan,
saat nyeri
selama puncak nyeri ,
- Kegelisahan
sebelum nyeri terjadi atau
- Ketegangan Otot
meningkat, dan sepanjang
- Perubahan nyeri itu masih terukur.
frekuensi - Kolaborasikan dengan
pernapasan pasien dan tenaga
- Perubahan kesehatan lainnya untuk
frekuensi nadi memilih dan
- Perubahan mengimplementasikan
Tekanan darah metoda dalam mengatasi
- Perubahan nyeri secara non-
ukuran pupil farmakologi.
- Berkeringat - Menyediakan analgesic
Hilangnya Nafsu yang dibutuhkan dalam
makan mengatasi nyeri
- Modifikasi metode kontrol
nyeri sesuai dengan respon
pasien
- Anjurkan untuk
istirahat/tidur yang adekuat
untuk mengurangi nyeri
- Menyertakan keluarga
dalam mengembangkan
metoda mengatasi nyeri

Pemberian analgesik

Aktivitas :

- Menentukan lokasi ,
karakteristik, mutu, dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
- Periksa order/pesanan
medis untuk obat, dosis,
dan frekuensi yang
ditentukan analgesik
- Cek riwayat alergi obat
- Tentukan analgesik yang
cocok, rute pemberian dan
dosis optimal.
- Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian obat
narkotik dengan dosis
pertama atau jika ada
catatan luar biasa.
Memberikan perawatan
yang dibutuhkan dan
aktifitas lain yang
memberikan efek relaksasi

2. Kebutuhan Nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi


Kurang dari
Indikator : Aktivitas :
Kebutuhan Tubuh
berhubungan - Asupan zat gizi - Mengontrol penyerapan

dengan kurangnya - Asupan makanan makanan/cairan dan

nafsu makan dan cairan menghilang intake kalori


- Energi harian, jika diperlukan
- Indeks masa - Memantau ketepatan
tubuh urutan makanan
- Berat badan - Menetukan kebutuhan
Nutritional Status : makanan saluran
Food and Fluid nasogastric
Intake (Status Gizi: - Menghentikan
Makanan dan Intake penggunaan saluran
Cairan) makanan, jika intake oral
dapat dimaklumi

Indikator :
Bantuan penambahan berat
- Asupan makanan badan
Oral
Aktivitas :
- Asupan makan
melalui selang - Menimbang berat badan
- Asupan cairan pada jarak waktu tertentu
mulut jika diperlukan.
- Asupan cairan - Memantau mual dan
intravena muntah
- Asupan nutrisi - Mengontrol konsumsi
parenteral kalori harian
- Anjurkan meningkatkan
intake kalori
- Menunjukan bagaimana
cara meningkatkan intake
kalori
3. Pola Nafas Tidak Kepatenan jalan Manajemen jalan nafas
Efektif nafas:
Aktivitas :
berhubungan
Indikator :
dengan gangguan - Buka jalan nafas dengan

pernafasan akibat - Frekuensi nafas teknik mengangkat dagu

penekanan asites normal atau dengan mendorong

pada diafragma - Irama nafas rahang sesuai keadaan


normal - Beri aerosol,
- Tidak ada demam pelembab/oksigen,
- Tidak cemas ultrasonic humidifier jika
diperlukan
- Bebas dari suara - Posisikan pasien untuk
nafas tambahan mengurangi dispnu
- Monitor pernafasan dan
status oksigen
Ventilasi
- Dorong nafas dalam, pelan
Indikator : dan batuk
- Pengembangan - Identifikasi masukan jalan
dada simetris nafas baik yang aktual
- Kenyamanan ataupun potensial
dalam bernafas - Posisikan pasien untuk
- Frekuensi nafas memaksimalkan ventilasi
normal yang potensial

- Suara nafas
normal Monitor pernafasan
- Tidak ada suara Aktivitas :
nafas tambahan
- Monitor frekuensi, rata-
Status tanda-tanda
rata, irama, kedalaman dan
vital
usaha bernafas
Indikator : - Catat pergerakkan dada,

- suhu badan lihat kesimetrisan,

- denyut nadi penggunaan otot tambahan,

- pernapasan dan supraklavikula dan

- tekanan darah retaksi otot intercostal

diastolic - Monitor bising pernafasan

- tekanan darah seperti ribut atau

sistolik dengkuran
- Monitor pola nafas seperti
bradipnu, takipnu,
hiperventilasi, pernafasan
kussmaul, Ceyne stokes,
apnu, biot dan pola ataksi

4. Cemas berhubungan Kontrol kecemasan Pengurangan Kecemasan


dengan stress akibat
Indikator : Aktivitas :
kurangnya
pengetahuan - Klien mampu - Gunakan pendekatan yang

tentang penyakit mengidentifikasi menenangkan

dan dan - Nyatakan dengan jelas

penatalaksanaanya. mengungkapkan harapan terhadap pelaku


gejala cemas pasien
- Klien mampu - Jelaskan semua prosedur
mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan
mengungkapkan selama prosedur
teknik untuk - Temani pasien untuk
mengontrol memberikan keamanan dan
cemas mengurangi takut
- Postur tubuh, - Berikan informasi faktual
ekspresi wajah, mengenai diagnosis,
bahasa tubuh, tindakan prognosis
dan tingkat - Libatkan keluarga untuk
aktivitas mendampingi klien
menunjukkan - Instruksikan pada pasien
berkurangnnya untuk menggunakan tehnik
kecemasan relaksasi
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
Pengetahuan :
- Identifikasi tingkat
Proses Penyakit
kecemasan
Indikator : - Bantu pasien mengenal
- Familiarnya situasi yang menimbulkan
tentang nama kecemasan
penyakit - Dorong pasien untuk
- Deskripsi proses mengungkapkan perasaan,
penyakit ketakutan, persepsi
- Deskripsi factor - Berikan obat untuk
yang mengurangi cemas
berhubungan
dengan penyakit
Pendidikan : Proses Penyakit
- Deskripsi factor
resiko Aktivitas :

- Deskripsi effek - Menghargai tingkat


dari penyakit pengetahuan pasien tentang
- Deskripsi tanda proses penyakit
dan gejala - Menjelaskan patofisiologi
- Deskripsi penyakit dan bagaiman
komplikasi hubungan denagn anatomy
- Deskripsi dan fisiologi
kewaspadaan - Medeskripsikan tanda dan
untuk mencegah gejala penyakit
komplikasi - Mendeskripsikan proses
penyakit
- Identifikasi factor
penyebab
- Menyediakan informasi
sesuai dengan kondisi
pasien
- Mendiskusikan perubahan
gaya hidup yang
dibutuhkan untuk
mencegah komplikasi lebih
lanjut dan atau konyrol dari
proses penyakit
- Mendiskusikan pilihan
terapi/pengobatan
- Mendeskripsikan
komplikasi kronik yang
mungkin terjadi

Pendidikan:
Prosedur/Pengobatan

Aktifitas:

- Menentukan harapan-
harapan pasien dari
pembedahan
Pengetahuan: - Memperbaiki harapan
Perawatan Penyakit yang tidak terwujudkan
dari pembedahan, dengan
Indikator:
tepat
- Diet - Menyediakan waktu
- Proses penyakit kepada pasien untuk
- Mengontrol bertanya dan
infeksi mendiskusikan masalah
- Prosedur - Mengikutsertakan
pengobatan keluarga/orang penting
- Cara pengobatan lainnya, dengan
tepatInformasikan pada
pasien bagaimana mereka
dapat membantu pada
proses penyembuhan
- Menguatkan informasi
yang diberikan anggota
tim pelayanan kesehatan
yang lain, dengan tepat
- Menyediakan waktu
kepada pasien untuk
melatih lagi peristiwa
yang akan terjadi, dengan
tepat

Intra- Operasi

NO NANDA NOC NIC

1. Risiko Infeksi Immune Status (Status imun) Infection Control (Kontrol


berhubungan dengan infeksi)
Indikator :
prosedur invasif
Aktivitas :
- fungsi gastrointestinal
- fungsi pernafasan - Pertahankan teknik isolasi
- suhu tubuh - Batasi pengunjung bila
- integritas kulit perlu
- imunisasi saat ini - Instruksikan pada
- peningkatan antibody pengunjung untuk
terhadap infeksi mencuci tangan saat
- integritas mukosa berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan
pasien
- Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
- Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
- Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
Knowledge : Infection
pelindung
management (manajemen
- Pertahankan lingkungan
infeksi)
aseptik selama
Indikator : pemasangan alat
- Cara penularan - Tingkatkan intake nutrisi
- Faktor-faktor yang - Berikan terapi antibiotik
berkontribusi terhadap bila perlu
transmisi
- Praktek yang transmisi
Infection Protection (proteksi
recude
terhadap infeksi)
- Masuk dan gejala infeksi
Aktivitas :
- Prosedur pemantauan untuk
infeksi - Monitor tanda dan gejala
- Pentingnya sanitasi tangan infeksi sistemik dan lokal
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Risk control (pengendalian
- Partahankan teknik aspesis
risiko)
pada pasien yang beresiko
Indikator : - Berikan perawatan kulit
- Mengakui faktor risiko pada area epidema
- Monitor Lingkungan faktor - Inspeksi kulit dan
risiko membran mukosa
- Memonitor risiko perilaku terhadap kemerahan,
pribadi panas, drainase
- Mengatur strategi - Dorong masukkan nutrisi
pengendalian risiko yang cukup
- Berkomitmen terhadap - Dorong masukan cairan
strategi pengendalian risiko - Dorong istirahat
- Mengikuti strategi - Ajarkan keluarga tanda
pengendalian risiko yang dan gejala infeksi
dipilih - Ajarkan keluarga cara
menghindari infeksi

Post-Operasi

NO NANDA NOC NIC

1. Risiko Infeksi Immune Status (Status imun) Infection Control


berhubungan (Kontrol infeksi)
Indikator :
dengan
Aktivitas :
prosedur - fungsi gastrointestinal

invasif - fungsi pernafasan - Pertahankan teknik


- suhu tubuh isolasi
- integritas kulit - Batasi pengunjung
- imunisasi saat ini bila perlu
- peningkatan antibody - Instruksikan pada
terhadap infeksi pengunjung untuk
- integritas mukosa mencuci tangan saat
berkunjung dan
setelah berkunjung
meninggalkan pasien
- Gunakan sabun
antimikrobia untuk
cuci tangan
- Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
- Gunakan baju, sarung
Knowledge : Infection
tangan sebagai alat
management (manajemen
pelindung
infeksi)
- Pertahankan
Indikator : lingkungan aseptik
- Cara penularan selama pemasangan
- Faktor-faktor yang alat
berkontribusi terhadap - Tingkatkan intake
transmisi nutrisi
- Praktek yang transmisi - Berikan terapi
recude antibiotik bila perlu
- Masuk dan gejala infeksi
- Prosedur pemantauan untuk
Infection Protection
infeksi
(proteksi terhadap
- Pentingnya sanitasi tangan
infeksi)

Aktivitas :
Risk control (pengendalian
- Monitor tanda dan
risiko)
gejala infeksi sistemik
Indikator : dan lokal
- Mengakui faktor risiko - Monitor kerentanan
- Monitor Lingkungan faktor terhadap infeksi
risiko - Partahankan teknik
- Memonitor risiko perilaku aspesis pada pasien
pribadi yang beresiko
- Mengatur strategi - Berikan perawatan
pengendalian risiko kulit pada area
- Berkomitmen terhadap epidema
strategi pengendalian risiko - Inspeksi kulit dan
- Mengikuti strategi membran mukosa
pengendalian risiko yang terhadap kemerahan,
dipilih panas, drainase
- Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
- Dorong masukan
cairan
- Dorong istirahat
- Ajarkan keluarga
tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan keluarga cara
menghindari infeksi

2. Gangguan Perubahan Citra Tubuh Penampilan Citra tubuh


Citra tubuh Indikator : Aktivitas :
berhubungan - Kekuatan personal - Beri motivasi untuk
dengan - Perubahan aktual pada menerima keadaan
biophysical fungsi tubuh dirinya
- Perubahan aktual pada - Beri penjelasan bahwa
penampilan tubuh penyakitnya dapat
- Hubungan sosial yang dekat disembuhkan
dan hubungan personal - Jelaskan pentingnya
perawatan kulit
termasuk kepala,
badan
- Berikan motivasi
tentang percaya diri
dan mencegah isolasi
sosial
Harga diri Setelah dilakukan tindakan  Latihan asertif
rendah kronik keperawatan, siharapkan : - Tentukan apa
Defenisi :  Harga diri hambatan untuk
evaluasi diri / - Verbalisasi peneriman bisa asertif (tahap
perasaan negatif diri perkembangan,
tentang diri - Menerima keterbatasan medis
sendiri atau diri danj=kejiwaan)
kemampuan diri - Mempertahankan - Bantu pasien
yang kontak mata mengenali
berlangsung - Komuniksi terbuka ekspresi pikiran
lama  Tingkat depresi dan perasaan baik
- Bebas dari perasaan positif maupun
depresi negatif
- Tidaka da kelelahan - Bantu pasien
- Tidak ada insomnia untuk
- BB naik membedakan
- Tidak ada keputusasaan mana yang pikiran
 Peneriman : Status dan kenyataan
kesehatan - Puji upaya unutk
- Melaporkan harga diri mengekspresikan
yang positif perasaan dna ide
- Menyesuaikan - Monitor tingkat
perubahan dalam status kecemasan dan
kesehatan ketidaknyamanan
- Menunjukkan yang berhubungan
kegembiraan dengan perubahan
- Menjelaskan perasaan perilaku
berharga dalam hidup  Peningkatan citra
 Citra tubuh tubuh
- Gambaran internbal diri - Tentukan harapan
- Sikap terhadap citra diri pasien
menyentuh abgain ddiasarkan pada
tubuh yang terkena tahap
- Sikap terhadap perkembangan
penggunan strategi - Bantu pasien
unutk meningkatkan untuk
penampilan mendiskusikan
- Penyesuaian terhdap perubahan-
perubahan tubuh akibat perubahan bagian
pembedahan tubuh disebabkan
adanya penyakit
atau pembedahan
- Bantu
apsienmemisahkan
penampilan fisik
dari perasaan
berharga secara
pribedi dengancara
yang tepat
- Bantu pasien
untuk
mengidentifikasi
bagian dari
tubuhnya yang
memiliki aspek
positif
- Bantu pasien
untuk
mengidentifikasi
tindakan-tindakan
yang akan
meningktkan
harga diri

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Nama : Ny. SG Nama Suami : Tn A
TTL : 11 Oktober 1989 Umur : 32 tahun
Umur : 29 tahun Pekerjaan : Wirasawasta
Pendidikan : S1 Pendidikan Terakhir : SMU
Pekerjaan : Guru Honorer
Alamat : Pesisir Selatan
No. RM : 00.91.63.05
Tanggal masuk: 25 April 2019

II. Data umum kesehatan


1. Alasan di Rawat di Rumah Sakit
Pada tanggal 25 April 2019 Ny. SG di rawat di RSUP Dr. M.Djamil
Padang rujukan dari RSUD Painan masuk melalui Poliklinik dengan
keluhan luka bekas operasi di bagian tengah perut pasien yang
dilakukan pada bulan Maret 2019 mengeluarkan cairan berwarna
kuning dan nanah dan disertai dengan rasa nyeri. Cairan menimbulkan
bau yang tidak sedap
2. Faktor Pencetus
Pasien mengatakan luka di bagian perut post op kanker ovarium, 3
minggu setelah operasi, pasien melakukan kemoterapi, 3 hari setelah
kemoterapi di lakukan perut pasien membesar dan bekas jahitan
mengeluarkan cairan dan nanah yang terasa nyeri dan bau. Ny. Sg
mengatakan sering sekali mengkonsumsi makanan cepat saji sedari
pasien berusia 5 tahun sampai setelah menjalani operasi pertama pada
bulan Februari 2019

A. Riwayat Kesehatan Sekarang


1. Keluhan Saat Ini
Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 14 Mei 2019, pasien
mengeluhkan nyeri pada bagian tengah perut bekas di lakukannya
operasi, nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk dan sesekali terasa panas,
skala nyeri 5, nyeri dirasa hilang timbul dengan durasi 10-15 menit,
nyeri semakin berat jika pasien bergerak atau duduk. Pasien juga
mengeluhkan tidak adanya nafsu makan sejak 1 bulan yang lalu sejak
di rawat di rumah sakit pasien mendapatkan diit makanan cair, pasien
terpasang infus Nacl 0,9% di bagian tangan kiri dengan faktor tetesan
20x/i. Pasien tampak sesekali meringis dan memegangi area perut,
pasien juga terlihat sangat kurus dan lemah
2. Lamanya Keluhan
Klien merasakan luka bekas operasi terasa nyeri dan mengeluarkan
cairan sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit yaitu setelah di
lakukannya kemoterapi tahap ke 2 pada pasien
3. Faktor Pencetus
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakannya sebagai akibat dari
operasi dan kemoterapi yang di jalani pasien

B. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan sudah kali ke 5 pasien di rawat di rumah sakit,
pasien mengatakan awal terdiagnosa penyakit kanker ovarium sejak
Bulan Maret 2017, dengan tanda tanda perut dan pinggang terasa nyeri,
pasien juga mengalami perdarahan seperti darah haid selama 18 hari
dalam 1 bulan tanda-tanda ini dialami pasien selama 2 bulan, pada saat
itu pasien lebih memilih metode pengobatan tradisional. Setelah 1 bulan
terdiagnosa, keadaan pasien semakin memburuk dan sering merasa
nyeri hebat di bagian perut kemudian pasien memilih pengobatan medis
di RSUD Pesisir Selatan, selanjutnya pasien di rujuk ke RSUP
dr,.M.Djamil Padang untuk melakukan operasi pengangkatan kanker
dan biopsi. Selanjutnya operasi ke dua pasien pada Bulan Maret 2019.
Pasien juga sudah melaksanakan kemoterapi sebanyak 2 kali di RSUP
Dr. M.Djamil Padang

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan memiliki riwayat kanker pada keluarganya,
yaitu dari garis keturunan ibu. Nenek pasien dahulu pernah menderita
penyakit kanker payudara, dan sekarang sudah meninggal. Untuk
riwayat penyakit lain, pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit keturunan yang lain seperti hipertensi dan diabetes mellitus

D. Riwayat Menstruasi
Pasien mengatakan usia manarche pada usia 13 tahun, siklus
menstruasi teratur, selama 7-10 hari dengan jumlah banyak. Pasien juga
mengatakan selalu merasa dismenore dan payudara terasa padat ketika
akan menstruasi

E. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah pada tahun 2014, dan sampai sekarang
masih belum di karunia anak

F. Riwayat Keluarga Berencana


Pasien tidak menggunakan KB

Masalah Keperawatan : Nyeri Akut, Resiko Infeksi

III. Pola Nutrisi


- BB : 35 kg
- TB : 147 cm
- Frekuensi : makanan cair protein 6 x 100
- Perubahan BB dalam 3 bulan terakhir : 19 kg

Masalah Keperawatan : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari


Kebutuhan Tubuh

IV. Pola Eliminasi


- Buang Air Besar : ada
Frekuensi : 2 hari sekali
Waktu : Pagi hari
Konsistensi ; Lunak
Penggunaan Pencahar : Tidak
- Buang Air Kecil : Ada
Warna : Kuning
Bau : Pesing

Masalah Keperawatan : -

V. Pola Tidur dan Istirahat


- Waktu tidur : jam 12 malam
- Lama tidur / hari : 5-6 jam
- Perubahan yang di rasakan setelah sakit : kesulitan memulai tidur, dan
nyeri yang dirasakan

Masalah Keperawatan : Gangguan Pola Tidur

VI. Pola Aktivitas dan Latihan


Pasien masih belum mampu melakukan aktivitas seperti baisa karena
nyeri yang di rasakan di bagian perut dan nyeri dipengaruhi aktivtas,
semakin pasien bergerak nyeri terasa semakin memberat. Pasien hanya
berbaring semi fowler dan sekali kali mengganti psosi dengan menghadap
ke kanan atau ke kiri

VII. Pola Bekerja


- Jenis Pekerjaan : Pasien seorang guru honorer di Daerah
Pesisir Selatan
- Lama Bekerja : Pasien bekerja dari jam 7 pagi sampai jam
2 siang

Masalah Keperawatan : -

VIII. Riwayat Keluarga (Genogram)


Keterangan :
= Laki-Laki

= Perermpuan

= Pasien

IX. Riwayat Lingkungan


 Kebersihan
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk pinggir pantai Pesisir
dengan kebersihan cukup
 Bahaya
Kebersihan lingkungan yang tidak terpelihara seperti sampah yang
kadang berserakan dikerenakan tinggal di wilayah yang rame dan
padat serta banyaknya pengunjung yang berwisata ke pantai
 Polusi
Polusi udara yang disebabkan banyaknya kendaraan yang lalu lalang
serta kendaraan yang berwisata ke pantai

Masalah Keperawatan :

X. Aspek Psikososial
A. Persepsi Diri
- Hal yang amat di pikirkan saat ini : Pasien hanya berpikir akan
kesembuhan yang sangat di harapkan sehingga pasien bisa dapat
beraktivitas dengan normal seperti yang sudah di jalanii selama ini,
apsien juga tidak ingin menjadi beban bagi keluarganya terutama ibu
dan suami pasien
Pasien jug amengatakan malu akan penampilannya sekarng ini yang
sudah sangat kurus, emah dan bau akibat dari luka di bagian perut.
Psien juga mengatakan sulit menerima bentuk tubuhnya sekarang
pasien juga tampak bersikap psif dan sering menghindari kontak mata
dengan perawat dan orang lain
- Harapan setelah menjalani perawatan : Paien berharap pengobatan
yang di lakukan sekarang berhasil, sehingga tidak lagi merasakan nyeri
dan penyakit kanker ovarium pasien benar-benar dapat hilang
B. Pertahanan Koping
Dalam menghadapi penyakitnya pasien mengatakan selalu rajin
berobat dan kontrol untuk memonitor perkembangan penyakitnya,
serta dukungan keluarga dan suami yang selalu menemani dalam
proses pengobatan yang dijalani pasien.
C. Sistem Nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama islam

Masalah Keperawatan : -

XI. Pemeriksaan Fisik


A. Tanda Tanda Vital :
TD : 70/90 mmHg
Nadi : 88x/i
Suhu : 36,3oC
Pernafasan ; 19x/i
B. Kepala
 Inspeksi : rambut tidak ada, tidak ada pebengkakan, tidak ada jejas,
tidak ada lesi, bersih, simetris
 Palpasi : pembengkakan tidak ada, nyeri tekan tidak ada, tidak ada
massa
C. Mata
 Inspeksi : konjungtiva anemis, sklera non ikterik, simetris, bersih, udem
tidak ada, reflek pupil positif, pneglihatan baik, mata sedikit cekung,
terdapat lingkaran hitam pada mata
 Palpasi : massa tdak ada, nyeri tekan tidak ada
D. Hidung sinus
 Inspeksi : simetris, bersih, tidak ada sumbatan, lessi tidak ada, jejas
tidak ada
 Palpasi : nyeri tekan tidak ada, pembengnkana tidak ada, massa tidak
ada
E. Mulut : bersih, simetris, mukosa bibir lembap, bibir pucat, lidah bersih,
gigi lengkap, massa tidak ada, nyeri tidak ada
F. Pernafasan
 Inspeksi : bersih, simetris, retaksi dinding dada normal, massa tidak
ada, payudara simertis, tidak ada massa, apeks tidak terlihat, tidak ada
lesssi, tidak ada jejas
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, massa tidak ada, pembengkakan tidak
ada, apeks teraba
 Perkusi : terdengar suara sonor pada lapang paru paru, terdengar suara
pekak pada lapang jantung
 Auskultasi : terdengar suara bronkofasikuler pada paru, tidak ada suara
tambahan pada jantung, irama jantung teratur
G. Sirkulasi : CRT < 3 detik
H. Abdomen
 Inspeksi : terdapat luka laparatomi pada perut + 15 cm, luka bernanah,
basah dan berbau
 Palpasi : massa tidak ada, nyeri ada.
 Perkusi : terdengar suara sonor
 Auskultasi : bising usus terdengar
I. Reproduksi : Haid sudah tidak ada, rahim sudah diangkat
J. Neurologi : tidak ada ganguan pada sensai rasa dan panca indra, tonus otot
lemah, kekuatan otot sedang
K. Muskuloskeletal : nyeri pada sendi tidak ada
L. Data laboratorium
Tanggal Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Nilai rentang interprestasi
Hemoglobin 8,5 g/dl 12-16 Rendah
Leukosit 5520/mm3 5000-10.000 Normal
(DIPERTANYAKAN)
Trombosit 249.000/mm3 150.000-400.000 Normal
Hematokrit 27% 37-43 Rendah
Kalsium 9,3 mg/dl 8,1-10,4 Normal
Natrium 131 Mmol/L 136-145 Rendah
Kalium 4,8 Mmol/L 3,5-5,1 Normal
Klorida serum 104 Mmol/L 97-111 Normal

M. Hasil pemeriksaan diagnostik


CA125 LABOR MANA?
ANALISA DATA

DATA MASALAH
DS : Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri pada
pinggang dan luka pada bekas
operasi
- Pasien mengatakan nyeri hilang
timbul bertambah saat bergerak
- Pasien mengatakan nyeri terasa
menusuk-nusuk
DO:
- Pasien tampak meringis dan pucat
- Pasien melindungi dan memegang
area nyeri
- P : nyeri pada bekas operasi dan
fisiologis dari penyakit
- Q : menusuk-nusuk
- R : sekitar pinggang dan bekas luka
insisi
- S:5
- T : hilang timbul
DS : Resiko infeksi
- Pasien mengatakan terdapat nanah
pada luka
- Pasien mengatakan luka basah dan
berbau
DO :
- Panjang luka + 15 cm
- Warna luka kemerahan dan basah
- Terdapat nanah
- Luka berbau
DS : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Pasien mengatakan nafsu makan
kurang
- Pasien mengatakan sering mual dan
kadang muntah
- Pasien mengatakan keinginan untuk
makan tidak ada
DO :
- Pasien terlihat kurus
- Mata pasien cekung
- Makan tidak habis
- BB turun + 19 kg
- IMT : 16,19
DS: Harga diri rendah kronik
- Pasien mengatakan malu kan
penampilannya sekarang yang kurus
dan mengeluarkanaroma bau tidak
sedap
- Psien mengatakan sulit menerima
kondisi kesehatannya sekrang
dengan ikhlas
DO :
- Pasien tampak tidak mau melakukan
kontak mata
- Psien tampak malu dengan kondisi
saat ini
- Pasien tampak sering
mengungkapkan respon negatif
dirinya
NANDA, NOC, NIC

No NANDA NOC NIC


1.Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan  Managemen nyeri
Definisi: pengalaman keperawatan diharapkan - Lakukan pnegkajian
sensori dan emosional  Nyeri terkontrol nyeri secara
tidak menyenagkan yang - Kontrol respon nyeri komprehensif
muncul akibat kerusakan - Kenali gerakan nyeri - Observasi respon non
jaringan aktual atau - Kenali onset nyeri verbal pasien
potensial atau yang - Penggunaan obat - Yakinkan pasien
digambarkan sebagai  Level nyeri berkurang mengenai
kerusakan awitan yang - Lapor nyeri pengobatan
tiba-tiba atau lambat dari - Lama nyeri  Monitor TTV
intensitas ringan hingga - Monitor tekanan
berat dengan akhir yang - Ketegangan otot
darah
dapat diantisipasi atau  TTV dalam batas normal - Monitor nadi
diprediksi - Suhu tubuh - Monitor suhu
- Kecepatan nafas - Monitor pernafasan
- Tekanan darah  Managemen pengobatan
- Irama nafas - Menetukan obat yang
- Kedalaman ispirasi dibutuhkan
- Monitor efektifitas
obat
- Monitor efeksamping
obat
Monitor tanda dan
gejala keracunan
obat
2.Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan  Perawatan luka
Definsi: resiko keperawatan diharapkan - Bersihkan luka
mengalami invasi dan  Keparahan infeksi berkurang - Pertahankan
multiplikasi organisme sterilisasi area
- Kemerahan
petogenik yang dapat selama prosedur
menggangu kesehatan - Cairan yang berbau busuk tindakan
- Demam - Monitor respon
- Nyeri pasien terhadap nyeri
- Peningkatan jumlah sel - Aplikasikan balut
darah putih steril
 Kontrol resiko baik  Kontrol infeksi
- Batasi jumlah
- Mencari informasi tentang
pengunjung
resiko kesehatan - Ajari tehnik cuci
- Mengidentifikasi faktor tangan
resiko - Jaga lingkungan
- Mencari faktor resiko aseptik yang optimal
lingkungan  Monitoring tanda vital
- Mencari perubahan satatus - Monitor TD
- Monitor nadi
kesehatan - Monitor pernafasan
 Status imunitas baik\ - Monitor suhu
- Suhu tubuh
- Integritas kulit
- Infeksi berulang
3.Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan  Managemen nutrisi
nutrisi : kurang dari keperawatan diharapkan - Mengetahui status
kebutuhan tubuh  Status nutrisi membaik nutrisi
Definisi: asupan nutrisi - Intake nutrisi - Identifikasi alergi
tidak cukup untuk - Intake makanan - Mengetahui jumlah
memenuhi kebutuhan - Intake cairan nutrisi dan kalori
metabolik  Status nutrisi: intake makanan yang dibutuhkan
dan cairan membaik - Instruksikan pasien
- Intake makanan melalui mengenai nutrisi
mulut yang dibutuhkan
- Intaek cairan melalui mulut  Terapi intavena (IV)
- Intake cairan intravena - Periksa orderan trapi
 Keparahan mual dan muntah IV
berkurang - Memberikan obat
- Frekuensi mual melalui IV
- Intensitas mual - Monitor kelebihan
- Frekuensi muntah cairan dan fisik
- Intensitas muntah - Monitor TTV
- Intoleransi bau - Catat intake dan
- Keseimbanag elektrolit output
 Monitoring tanda vital
- Monitor TD
- Monitor nadi
- Monitor pernafasan
- Monitor suhu
4.Harga diri rendah kronik Setelah dilakukan tindakan  Latihan asertif
Defenisi : evaluasi diri / keperawatan, siharapkan : - Tentukan apa
perasaan negatif tentang  Harga diri hambatan untuk bisa
diri sendiri atau - Verbalisasi peneriman diri asertif (tahap
kemampuan diri yang - Menerima keterbatasan diri perkembangan,
berlangsung lama - Mempertahankan kontak medis
mata danj=kejiwaan)
- Komuniksi terbuka - Bantu pasien
 Tingkat depresi mengenali ekspresi
- Bebas dari perasaan depresi pikiran dan perasaan
- Tidaka da kelelahan baik positif maupun
- Tidak ada insomnia negatif
- BB naik - Bantu pasien untuk
- Tidak ada keputusasaan membedakan mana
 Peneriman : Status kesehatan yang pikiran dan
- Melaporkan harga diri yang kenyataan
positif - Puji upaya unutk
- Menyesuaikan perubahan mengekspresikan
dalam status kesehatan perasaan dna ide
- Menunjukkan kegembiraan - Monitor tingkat
- Menjelaskan perasaan kecemasan dan
berharga dalam hidup ketidaknyamanan
 Citra tubuh yang berhubungan
- Gambaran internbal diri dengan perubahan
- Sikap terhadap menyentuh perilaku
abgain tubuh yang terkena  Peningkatan citra tubuh
- Sikap terhadap penggunan - Tentukan harapan
strategi unutk meningkatkan citra diri pasien
penampilan ddiasarkan pada
- Penyesuaian terhdap tahap perkembangan
perubahan tubuh akibat - Bantu pasien untuk
pembedahan mendiskusikan
perubahan-perubahan
bagian tubuh
disebabkan adanya
penyakit atau
pembedahan
- Bantu
apsienmemisahkan
penampilan fisik dari
perasaan berharga
secara pribedi
dengancara yang
tepat
- Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
bagian dari tubuhnya
yang memiliki aspek
positif
- Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
tindakan-tindakan
yang akan
meningktkan harga
diri
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Kelompok akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan
studi kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.S dengan diagnosa
CA Ovarium Di Bangsal Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang, pada
tanggal 14 Mei 2019. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian dimulai dari riwayat kesehatan pasien meliputi keluhan utama,
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan
keluarga. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 25 April Ny. S di rawat di
RSUP Dr. M.Djamil Padang rujukan dari RSUD Painan masuk melalui
Poliklinik dengan keluhan luka bekas operasi di bagian tengah perut pasien
yang dilakukan pada Bulan Maret 2019 mengeluarkan cairan berwarna
kuning dan nanah dan disertai dengan rasa nyeri. Cairan menimbulakan bau
yang tidak sedap.
Pada saat pengkajian tanggal 14 Mei 2019 pukul 14.30 WIB didapatkan
hasil bahwa pasien mengeluhkan tidak nyaman pada bagian perut bekas
operasi, luka basah dan bau, mengeluhkan nyeri pada pinggang sesekali dan
BB menurun drastir, pasien tampak pucat, Hb: 8,5 g/dl, IMT: 16,9, mata
cekung, lemah dan pucat, mukosa bibir kering, selama rawatan pasien sudah
mendapatkan 3 kantong darah merah dan sudah menjalani kemotrapi
sebanyak 2 kali.
TAMBAHIN JURNAL YANG MENDUKUNG
2. Diagnosa
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan penulis terhadap pasien
kelolaan, penulis mendapatkan 3 diagnosa yaitu nyeri akut, resiok infeksi dan
nutris kurang dari kebutuhan tubuh.
Diagnosa nyeri akut b.d luka post operasi. Dengan data subjektif pasien
mengatakan nyeri pada pinggang dan luka pada bekas operasi, pasien
mengatakan nyeri hilang timbul bertambah saat bergerak, pasien mengatakan
nyeri terasa menusuk-nusuk. Data objektif pasien tampak meringis dan pucat,
pasien melindungi dan memegang area nyeri, P : nyeri pada bekas operasi dan
fisiologis dari penyakit, Q : menusuk-nusuk, R : sekitar pinggang dan bekas
luka insisi, S : 5, T : hilang timbul
Diagnosa kedua resiok infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh
(Imunosupresien). Dengan data subjektif pasien mengatakan terdapat nanah
pada luka, pasien mengatakan luka basah dan berbau. Data objektif panjang
luka + 15 cm, warna luka kemerahan dan basah, terdapat nanah, luka berbau.
Selanjutnya untuk diagnosa ketiga nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
asupan diet kurang. Dengan data subjektif pasien mengatakan nafsu makan
kurang, pasien mengatakan sering mual dan kadang muntah, pasien
mengatakan keinginan untuk makan tidak ada. Data objektif pasien terlihat
kurus, mata pasien cekung, makan tidak habis, BB turun + 19 kg, IMT : 16,19
Secara teori diagnosa yang didapatkan pada penderita CA Ovarium pada
pasien yang dikelola kelompok sudah sesuai diantaranya nyeri akut, resiok
infeksi dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Implementasi
Diagnosa nyeri akut b.d luka post operasi yaitu manajemen nyeri, monitor
TTV dan managemen pengobatan. Diagnosa kedua resiok infeksi b.d
menurunnya sistem pertahanan tubuh (Imunosupresien) yaitu manajemen
resiko infeksi, perawatan luka.. Selanjutnya untuk diagnosa ketiga nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diet kurang yaitu manajemen nutrisi,
terapi intavena.
Implementasi yang sudah kelompok lakukan kepada pasien kelolaan ialah
pemeriksa denyut nadi, edema, waktu pengisian kapiler, warna dan suhu, m
onitor status hidrasi (membran mukosa lembaba, denyut nadi adekuat),
monitor hasil laboratorium, monitor TTV, pemberian terapi IV, monitor
status gizi, mempersiapkan produk darah, monitor tingkat kesadaran, monitor
mual dan muntah, monitor keadaan dan kelembapan kulit, warna,
pertahankan lingkungan yang maksimal, perawatan luka.
Adapun implementasi yang tidak dapat dilakukan oleh kelompok ialah
memonitor status hemodinamik, menimbang berat badan setiap hari,
perencanaan rujukan. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya kompotensi
dan kemampuan kelompok dalam melakukan tindakan tersebut dan fasilitas
yang kurang memadai.
4. Evaluasi
Berdasarkan evaluasi dari data subjektif dan data objektif yang diperoleh
setelah melakukan implementasi terhadap pasien didapatkan hasil bahwa
masalah teratasi sebagian dari outcome yang ingin diharapkan.

B. Terapi obat yang diberikan


Selama pasien dirawat di rumah sakit, pasien mendapatkan therapi obat
untuk membantu menstabilkan kondisi pasien. Therapi yang didapatkan
transfui darah merah untuk memenuhi dan menstabilkan kadar hemoglobin,
ceftriaxone dan metrodinazole untuk mengatasi berbagai infeksi akibat
bakteri anaerob ataupum mikroorganisme protozoa, transamin untuk
mengatasi pendarahan serta vit k untuk mengobati perdarahan
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian bab pembahasan dan disesuaikan dengan tujuan khusus dari
penulisan studi kasus, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengkajian utama pada Ny. Sg dengan diagnosa Ca ovarium terfokus pada
pengkajian gangguan sistem reproduksi. monitoring keadaaan luka bekas
operasi, nyeri, cairan dan nutrisi pada pasien. Seluruh data didapatkan dari
pasien dan kelurga selama wawancara di rumah sakit.

2. Diagnosa keperawatan diangkat pada kasus Ny. Sg adalah 3 diagnosa yaitu


Diagnosa nyeri akut, resiko infeksi, dan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh

3. Intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan yang dilakukan selama


3 hari dari 15 Mei sampai 17 Mei 2019 di lakukan sesuai NANDA, NOC,
dan NIC kemudian di evaluasi sesuai kriteria yang telah dipilih dan
intervensi yang telah dilakukan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang
diharapkan bermanfaat.
1. Bagi rumah sakit
Menyediakan dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan pasien untuk
penyembuhan, rumah sakit menyediakan perawat professional guna
membantu penyembuhan pasien.
2. Bagi pasien
Perlunya peningkatan pengetahuan bagi pasien dan keluarga tentang
informasi penyakit yang diderita, khususnya keteraturan minum obat
pasien dan ketaatan menjalani pengobatan yang telah disusun dan di
konsulkan oleh tim kesehatan seluruhnya baik perawat, dokter, gizi,
farmasi, atau lainnya.
3. Bagi institusi
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang
merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan
pembuatan laporan khususnya pada asuhan keperawatan medikal bedah.
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2014. Cancer facts & figures. CA: A Cancer Journals
of Clinicians,63(1).
Doufekas K, Olaitan A. 2014. Clinical Epidemiology of Epithelial Ovarian
Cancer in the UK. Int J Womens Heal. 2014;6:537–45.
Ellis, Harold. 2006. Clinical Anatomy: Applied Anatomy for Student & Junior
Doctors. 11th edition. USA: Blackwell Publishing.
George, Jennifer and Gareth R Jones. (2012). Understanding and Managing
Organizational Behavior. Pearson Education, Inc, New Jersey.
Globocan. 2012. EstimatedCancer Incidence, Mortality,Prevalence and
Disability-adjusted life years (DALYs) Worldwide in 2008. IARC Cancer
Base No. 11.
Cyntia,Dewi. 2018. Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Kanker Ovarium
Post Operasi Histerektomi Totsl di RSUP M.Djamil Padang. Fakultas
Keperawatan Unand
Kang, et. al. 2012. “Creativity and character education in Korean elementary
mathematics textbooks”.pada 12THinternational Congress on mathematical
education ,seoul Korea
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes Ri
Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2013. Anatomi berorientasi
klinis. Edisi ke−5. Jakarta: Erlangga.
Nurlailiyani. (2013). Hubungan antara usia pasien dengan derajat keganasan
tumor ovarium di RSUD DR. Moewardi tahun 2011-2012. Surakarta.
Universitas Sebelas Maret. Skripsi
Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sherwood L. 2013. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC
World Health Organization (2017). Cancer. World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai