Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI

HARGA DIRI RENDAH

“Disusun guna memenuhi salah satu tugas Keperawatan Kesehatan Jiwa II”

Disusun Oleh Kelompok 1

1. Alisa Delia Putri (920173001)


2. Alizza Qathrunnada (920173002)
3. Anif Maghfiroh (920173008)
4. Desi Ratnasari (920173011)
5. Eva Noor Hadiyanti (920173018)
6. Hendri Murdiyastuti (920173020)
7. Khoirun Nisa (920173029)
8. M. Randi Irmawan (920173033)
9. Naimatul Farida (920173034)
10. Tasya Alfionita (920173044)

IIA – S1 Ilmu Keperawatan


Universitas Muhammadiyah Kudus
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Jiwa II “Asuhan Keperawatan pada Klien yang Mengalami Harga Diri Rendah”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Kudus, 19 September 2019

Penulis

DAFTAR ISI
Judul Halaman .................................................................................................................
Kata Pengantar …………………………………………………………………………
Daftar isi ..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ....................................................................................................
1.2 Rumusan masalah ...............................................................................................
1.3 Tujuan makalah ...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ……………………………………………………………………..


2.2 Faktor Predisposisi …….………………………………………………………
2.3 Faktor Presipitasi ……………………………………………………………...
2.4 Diagnosa keperawatan dan pohon masalah ……………………………………
2.5 Strategi Pelaksanaan Pasien …………..……………………………………….
2.6 Strategi Pelaksanaan Keluarga ………..……………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ..............................................................................................................


3.2 Saran …………………………………………………………………………....

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik,
mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.Menurut UU
Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan
ekonomis.Sakit adalah ketidak seimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk
sejumlah system biologis dan kondisi penyesuaian. Kesehatan jiwa adalah satu
kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang terlihat dari hubungan
interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang
positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008)Gangguan jiwa didefenisikan
sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada
seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress (misalnya gejala nyeri) atau
disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) (Videbeck, 2008)
Di zaman modern ini, globalisasi terjadi di berbagai bidang. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Selain berbagai kemudahan, pada
zaman modern ini juga memberikan banyak stresor bagi masyarakat. Stresor dapat
memengaruhi keadaan jiwa seseorang Salah satunya harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).
Harga diri seseorang sangat dipengaruhi oleh individu itu sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat dan beberapa pengalaman in dividu. Seseorang yang
memiliki koping yang baik, maka ia akan mampu mempertahankan atau
meningkatkan harga dirinya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian harga diri rendah ?
2. Apa saja faktor predeposisi penyebab harga diri rendah ?
3. Apa saja faktor presipitasi penyebab harga diri rendah ?
4. Apa diagnose keperawatan dan bagaimana pohon masalah tentang harga diri
rendah ?
5. Bagaimana stategi pelaksanaan pasien yang mengalami harga diri rendah ?
6. Bagaimana strategi pelaksanaan keluarga yang mengalami harga diri rendah ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa ituyang dimaksud harga diri rendah
2. Untuk mengetahui faktor predeposisi apa saja yang dapat menyebabkan harga diri
rendah
3. Untuk mengetahui faktor presipitasi apa saja yang dapat menyebabkan harga diri
rendah
4. Untuk mengetahui diagnose keperawatan dan pohon masalah tentang harga diri
rendah
5. Untuk memahami agar tau tentang stategi pelaksanaan pasien yang mengalami
harga diri rendah
6. Untuk memahami strategi pelaksanaan keluarga yang mengalami harga diri
rendah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Harga diri merupakan salah satu aspek penting dalam psikologi. Harga diri
meningkat saat anak dapat mengembangkan hubungan yang bermakna dan menguasai
tuga pengembangan. Sementara itu, masa remaja awal adalah masa risiko untuk harga
diri karena remaja berusaha untuk mendefinisikan sebuah identitas dan rasa diri dalam
kelompok sebaya (Boyd dalam Carpenito-Moyet).
Harga diri seseorang dapat mengalami penurunan akibat evaluasi negative
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative inilah yang disebut dengan
harga diri rendah (low self-esteem). Individu dengan harga diri rendah memandang
diri mereka sendiri sebagai seseorang yang tidak kompeten, tidak dicintai, tidak aman,
dan tidak layak (Towsend, 2009). Anak-anak dan remaja obesitas, misalnya berisiko
tinggi mengalami gangguan harga diri.
Meskipun demikian, harga diri yang rendah lebih mungkin terjadi pada anak-
anak yang percaya bahwa mereka bertanggung jawab atas kelebihan berat badan
mereka dibandingkan dengan mereka yang mengaitkan kelebihan berat badan mereka
dengan penyebab eksternal. Harga diri yang rendah juga ditemukan pada anak-anak
yang percaya bahwa kelebihan berat badan mereka menghambat interaksi sosial
mereka (Pierce & Wardle dalam Carpenito-Moyet, 2009).
Harga diri rendah terdiri dari dua yaitu harga diri rendah situasional dan harga
diri rendah kronis. Harga diri rendah kronis (chronic low self-esteem) merupakan
perasaan yang timbul akibat evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan
diri negative yang sudah berlangsung lama (Townsend, 2009).
Harga diri rendah kronis juga merupakan evaluasi diri atau kemampuan diri
yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2016)

2.2 FAKTOR PREDESPOSISI


Gangguan konsep diri harga diri rendah kronis dipengaruhi oleh beberapa faktor
predesposisi, seperti faktor biologis, psikologis, sosial, dan cultural.
1. Faktor biologis
Dari faktor biologis, gangguan harga diri rendah kronis biasanya terjaadii
karena adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormone secara
umum. Hal ini juga berdampak pada keseimbangan neutrotransmiter di otak,
seperti menurunya kadar serotonin yang dapat mengakibatkan klien mengalami
depresi. Pada klien depresi, kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar
karena klien lebih dikuasi oleh pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mugkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah
kronis adalah sistem limbic (pusat emosi). Hipotalamus yang mengatur mood dan
motivasi, thalamus sebagai pengatur arus informasi sensori yang berhubungan
dengan perasaan dan amigdala yang berhubungan dengan emosi.
2. Faktor psikologis
Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis berhubungan dengan
pola asuh dan kemampuan individu dalam menjalankan peran dan fungsi. Dari
segi psikologis, hal-hal yang dapat mengakibatkn individu mengalami harga diri
rendah kronis dapat meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, orang tua tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya, peran yang
tidak sesuai dengan jenis kelamin, serta peran dalam pekerjaan.
3. Faktor social
Faktor sosial yang sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah
krois adalah status ekonomi, lingkungan, kultur sosial berubah. Faktor cultural
yang dapat dilihat dari tuntunan peran sesuai kebudayaan yang sering menjadi
pemicu meningkatnya kejadian harga diri rendah kronis, seperti pada kasus wanita
sudah menikah jika umur mencapai dua puluhan ataupun perubahan kultur kearah
gaya hidup individualisme.

2.3 FAKTOR PRESIPITASI


Hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
kegagalan, serta menururnya produktivitas menjadi faktor presipitasi gangguan harga
diri rendah kronis.
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar
individu (internal or external sources), yang dibagi menjadi 5 (lima) kategori :
a) Ketegangan peran, adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami
individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
b) Konflik peran : ketidaksesuaian peran antar yang dijalankan dengan ynag
diinginkan.
c) Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang
dilakukanya.
d) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat
peran yang kompleks
e) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai
untuk menyesuaikan diri.

Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam
kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang.
Transisi sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau
keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan :
 Kehilangan bagian tubuh.
 Perubahan ukuran dan bentu, penampilan atau fungsi tubuh.
 Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
 Prosedur pengobatan dan perawatan.

2.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN POHON MASALAH


Berdasarkan data yang diperoleh, ditetapkan bahwa diagnosis keperawatan adalah :
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

Pohon masalah :

Perubahan sensori persepsi :


halusinasi

Gangguan konsep diri : harga diri


rendah kronis

Gangguan konsep diri : harga diri


rendah situasional
2.5 Strategi Pelaksanaan Pasien yang Mengalami Harga Diri Rendah
SP 1 :
a. Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki.
b. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini.
c. Memilih kemampuan yang akan dilatih.
d. Melatih kemampuan pertama yang telah dipilih.
e. Masukkan jadwal kegiatan pasien.
SP 2 :
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1).
b. Memilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan.
c. Melatih kemampuan yang dipilih.
d. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
SP 3 :
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2).
b. Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan.
c. Melatih kemampuan 3 yang dipilih.
d. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.

2.6 Strategi Pelaksanaan Keluarga yang Mengalami Harga Diri Rendah


SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga
untuk mempraktikkan cara merawat.
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien harga diri
rendah langsung pada pasien.
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
\

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Harga diri merupakan salah satu aspek penting dalam psikologi. Harga diri meningkat
saat anak dapat mengembangkan hubungan yang bermakna dan menguasai tuga
pengembangan. Sementara itu, masa remaja awal adalah masa risiko untuk harga diri
karena remaja berusaha untuk mendefinisikan sebuah identitas dan rasa diri dalam
kelompok sebaya (Boyd dalam Carpenito-Moyet).
Dalam malakukan perawatan jiwa sangat penting sekali membina hubungan saling
percaya dan juga membutuhkan kolaborasi yang baik dengan tenaga medis (dokter dan
perawat), keluarga dan juga lingkungan (tetangga dan masarakat) terapeutik, agar semua
maksud dan tujuan klien dirawat maupun perawat yang merawat tercapai..
3.2 Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam mengatasi
masalahnya.
Perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang kegawatdaruratan
psikiatrik pada perilaku kekerasan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. 2016. Keperawatan Jiwa.Yogyakarta : Pustaka Baru.

Dermawan Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publising.

Keliat, Budi Anna., & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.

Afnuhazi, Ridhyalla 2014. Komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa. Jakarta: Gosyen
Publishing.

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan jiwa (aplikasi praktik klinik) edisi pertama.
Yogyakarta : Graha ilmu,

Anda mungkin juga menyukai