Anda di halaman 1dari 360

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teluk Jakarta merupakan salah satu kawasan strategis di Indonesia, yang


mencerminkan Ibukota Indonesia, meliputi Kawasan Pantai Pesisir Tangerang, Jakarta
dan Bekasi, yang berada di tiga provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Oleh
karenanya Teluk Jakarta digolongkan sebagai “Pengembangan Wilayah Khusus”, yakni
mewujudkan satu konsepsi pengembangan yang menyeluruh, menyangkut kegiatan
konservasi, preservasi dan pembangunan, sebagai berikut : (1). Konservasi :
mempertahankan daerah penghijauan yang masih mungkin, sekaligus mengurangi
tingkat pencemaran khususnya daerah pesisir pantai Teluk Jakarta; (2). Preservasi :
meningkatkan lingkungan – lingkungan yang memiliki nilai – nilai historis untuk
kepentingan aspek – aspek edukatif dan rekreasi; (3). Pembangunan : memberikan
ruang gerak bagi kegiatan pembangunan yang memiliki nilai khusus dalam konteks
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan nasional, tanpa menambah
beban pencemaran baru pada lingkungan sekitarnya; (4). Mengembangkan sarana –
sarana rekreasi bagi kepentingan umum.

Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1995 tentang Rencana Pembangunan Lima


Tahun ke Enam memuat arahan untuk mengembangkan Kawasan Pantai Utara Jakarta
sebagai kawasan andalan. Selanjutnya Pemerintah menetapkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi
Kawasan Pantai Utara Jakarta. Di dalam Keputusan Presiden tersebut ditetapkan
batasan tentang reklamasi pantai utara dan kawasan pantai utara, yaitu :
a. Reklamasi Pantai Utara adalah kegiatan penimbunan dan pengeringan laut di
bagian perairan laut Jakarta;
b. Kawasan Pantai Utara Jakarta adalah sebagian wilayah administrasi Kotamadya
Jakarta Utara yang meliputi areal daratan Pantai Utara Jakarta yang ada dan areal
reklamasi Pantai Utara Jakarta.

Pemerintah DKI Jakarta menjabarkan Keppres Nomor 52 Tahun 1995 ke dalam Perda
DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana
Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta. Kebijaksanaan penyelenggaraan reklamasi
kawasan Pantura Jakarta ditujukan untuk mewujudkan lahan hasil reklamasi seluas
2.700 Ha dan memanfaatkannya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
Jakarta 2010, serta dilaksanakan secara terpadu dengan penataan kembali
(revitalisasi) daratan pantai lama Jakarta seluas 2.500 Ha untuk meningkatkan kualitas
lingkungannya. Revitalisasi merupakan serangkaian program perkuatan dan
pemberdayaan fungsi kawasan melalui penataan kembali, perbaikan, pemugaran,
pembangunan, konservasi dan preservasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
tingkat kesejahteraan masyarakat setempat.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, Pemerintah Kabupaten Tangerang dan


Kabupaten Bekasi juga menyusun rencana pengembangan kawasan pantai utara.
Rencana pengembangan kawasan pantai utara di Kabupaten Tangerang ditetapkan
dengan Keputusan Presiden Nomor 73 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Kapuk
Naga Tangerang. Keputusan Presiden ini Nomor 73 Tahun1995 ditindak lanjuti dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2006. Disamping
pembangunan melalui reklamasi pantai/lahan, pemerintah daerah juga berupaya
untuk mengembangkan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masing-masing,
seperti daerah pariwisata, pelabuhan dan lain-lain.

Dengan adanya Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional serta Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Jabodetabekpunjur maka Keppres Nomor 52 Tahun 1995 dan Keppres
Nomor 73 Tahun 1995 dinyatakan tidak berlaku, namun Perpres Nomor 54 Tahun
2008 juga membuka peluang dilakukannya pembangunan melalui reklamasi, oleh
karena itu diperlukan perencanaan ulang (re-planning).

Dengan adanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengelolaan lingkungan hidup yang mewajibkan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program.
Mengingat tingginya kebutuhan terhadap pengembangan kawasan Teluk Jakarta,
berdasarkan pembahasan - pembahasan yang telah dilakukan antara pihak
Pemerintah Daerah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Bappenas, dalam rangka re-
planning Teluk Jakarta, disepakati perlunya dilakukan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) Teluk Jakarta yang terintegrasi meliputi Kawasan Pantai Utara
Tangerang, Jakarta dan Bekasi, sebagai solusi yang paling mampu mengakomodasi
berbagai kepentingan, antara lain lingkungan hidup, ekonomi dan sosial, yang
disepakati berbagai pihak terkait.

KLHS dimaksud diharapkan mampu menyeimbangkan pemenuhan kepentingan


lingkungan hidup, ekonomi dan sosial serta memberikan rekomendasi (mitigasi dan
alternatif) kebijakan dan rencana pengembangan kawasan Teluk Jakarta yang paling
menguntungkan semua pihak terlibat atau yang tidak memberikan dampak lingkungan
hidup yang terlalu negatif.
1.2 Tujuan

Tujuan utama kegiatan ini adalah tersedianya pilihan atau alternatif pengembangan
Teluk Jakarta yang paling optimal dalam arti menguntungkan semua pihak dan tidak
memberi dampak lingkungan hidup yang terlalu negatif melalui :
(1) tersajinya hasil assessment lingkungan hidup terhadap kebijakan pengembangan
Teluk Jakarta;
(2) disepakatinya isu prioritas dan strategis serta rambu – rambu pengembangan
Teluk Jakarta; dan
(3) tersajinya rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan
rencana dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan dan disepakati oleh tiga propinsi dan dua kabupaten.

1.3 Pendekatan Kajian

a. PerPres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur


Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 15 Ayat (2), KLHS Teluk Jakarta
wajib dilaksanakan pada saat penyusunan atau mengevaluasi RTRW dan pada saat
akan menyusun RPJP dan RPJM dan/atau KRP lainnya. Penyusunan RTRW Prov. DKI
Jakarta, Kab. Bekasi dan Kab. Tangerang didasarkan pada PerPres Nomor 54 Tahun
2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur sehingga PerPres
tersebut merupakan subjek / ruang lingkup KRP yang dikaji dalam KLHS Teluk
Jakarta.

b. Kawasan Pantai Utara Tangerang, Jakarta, dan Bekasi


Kawasan Teluk Jakarta merupakan bagian dari Kawasan Jabodetabekpunjur di
wilayah Pesisir yang terdiri dari Kawasan Pantura Tangerang, Jakarta dan Bekasi.

c. Kebijakan Penataan Kawasan dan Reklamasi


Terdapat dua aspek lingkup kajian yaitu kebijakan dan isu strategis.

Yang dimaksud dengan kebijakan adalah kebijakan penataan kawasan (daratan)


dan reklamasi.

d. Isu Strategis Kawasan Pantura


Yang dimaksud dengan isu strategis adalah isu lingkungan hidup sesuai prinsip
pembangunan berkelanjutan mencakup isu lingkungan hidup bio fisik dan isu
lingkungan hidup sosekbud.
e. Pengaruh KRP terhadap Isu Strategis
Pengaruh KRP terhadap isu strategis adalah kajian pengaruh KRP yang terdapat
dalam RTRW terhadap kondisi lingkungan hidup diwilayah Pantura Teluk Jakarta
sesuai dengan isu lingkungan hidup.

f. Alternatif
Alternatif adalah strategi penanggulangan yang merupakan perbaikan KRP RTRW di
tiga (3) daerah.

g. RTRW DKI Jakarta dan Rinciannya


RTRW DKI Jakarta dan rinciannya adalah RTRW yang telah mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.

Pada umumnya RTRW DKI Jakarta dan rinciannya telah mengakomodasi isu
strategis lingkungan hidup sesuai KLHS Teluk Jakarta. Namun bagi yang belum
terakomodasi direkomendasikan agar diintegrasikan dalam KRP lainnya seperti Re
Planning, RDTR, RPJP dan RPJM.

h. RTRW Kabupaten Tangerang dan Rinciannya


RTRW Kabupaten Tangerang dan rinciannya adalah RTRW yang telah
mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

RTRW Kabupaten Tangerang dan rinciannya telah mengakomodasi sebagian isu


strategis lingkungan hidup sesuai KLHS Teluk Jakarta. Bagi isu strategis lingkungan
hidup yang belum terakomodasi direkomendasikan agar diintegrasikan dalam
RTRW dan KRP lainnya seperti Re Planning, RDTR, RPJP dan RPJM.

i. RTRW Kabupaten Bekasi dan Rinciannya


RTRW Kabupaten Bekasi dan rinciannya adalah RTRW yang telah mengintegrasikan
prinsip pembangunan berkelanjutan.

RTRW Kabupaten Bekasi dan rinciannya telah mengakomodasi sebagian isu


strategis lingkungan hidup sesuai KLHS Teluk Jakarta. Bagi isu strategis lingkungan
hidup yang belum terakomodasi direkomendasikan agar diintegrasikan dalam
RTRW dan KRP lainnya seperti Re Planning, RDTR, RPJP dan RPJM.

j. KRP Lain :
Sektoral
KRP lain ini dimaksudkan untuk mengakomodasikan permasalahan yang timbul
selama proses KLHS dilaksanakan. Antara lain sinkronisasi perencanaan antar
sektor, sinkronisasi perencanaan antar daerah dan sinkronisasi perencanaan
antar sektor dengan daerah.

Rekomendasi meliputi :
o Perlu adanya sinkronisasi perencanaan antar sektor seperti : Pipa gas, Telkom,
PLN, Prasarana
o Perlu adanya sinkronisasi perencanaan antar daerah dalam rencana RTRW
seperti : rencana pembangunan reklamasi, pelabuhan samudra, pelabuhan
nelayan antar daerah di tiga wilayah
o Perlu adanya sinkronisasi perencanaan antar sektor dengan daerah seperti :
PLN dengan Reklamasi

Dari hasil kajian KLHS Teluk Jakarta direkomendasikan kepada BKPRN untuk
mensinkronkan KRP antar daerah, antar sektor dan antar sektor dengan daerah.

Perda
Perda dimaksudkan untuk melengkapi upaya penanggulangan isu strategis
lingkungan hidup pada tataran yang lebih operasional, seperti : Perda Sempadan
Sungai, Perda Kebersihan dll.

PerGub
Sebagai upaya penanggulangan isu strategis lingkungan hidup pada masa transisi
sebelum perda-perda KRP disahkan, dapat ditetapkan berupa Peraturan
Gubernur.

1.4 Pemangku Kepentingan

TANGERANG JAKARTA BEKASI


Instansi Pemrakarsa Dinas Tata Ruang Bappeda Bappeda
Instansi yang Terkait KLH
dengan Pelaksanaan Bappenas
RTRW Pusat Ditjen Perlindungan
Hutan dan Konservasi
Alam
Ditjen Ketenaga lautan
Dirjen Migas
Ditjen Pelpeng
Ditjen Hubla
Ditjen Bangda
Ditjen
Ketenagalistrikan
BPN
PLN
PAM
TANGERANG JAKARTA BEKASI
Daerah Dinas Bina Marga Dinas Tata Ruang Dinas Kelautan
Dinas Kebudayaan dan Dishidros TNI AL Dinas Perhubungan
Pariwisata Dinas Kelautan dan Distarkim
Perhutani Pertanian BKSP
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan
Dinas Pertanian dan
Kehutanan
Dinas Pertamanan dan
Pemakaman
Dinas Sosial
Dinas Perindustrian
dan Energi
Dinas Pertambangan
dan Energi
Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Dinas Kesehatan
Dinas Pekerjaan
Umum
Dinas Pertambangan
dan Energi
Dinas Perhubungan
Dinas Kebersihan
Walikota Jakarta Utara
BKSP
Instansi yang BLHD Banten KLH Jakut BPLHD Jabar
Bertanggung Jawab di BLHD BPLHD BPLH
Bidang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Perseorangan dan/atau PPSML UI
Kelompok Orang yang BPPT
Mempunyai Informasi Deltares
dan Keahlian Dishidros
ILGOS
DHI
JCDS
Witbo
P2O – LIPI
PKSPL – IPB
Perseorangan dan/atau PT. KNI PT. PJB Muara Karang PT PJB UP Muara Tawar
Kelompok Orang yang PT. TIC PT. Angkasa Pura II Marunda Center
Terkena Dampak PT. A Konsultindo PT. Pelindo II
Penerapan Rtrw Teluk Naga PT. Pembangunan
Persada
PT. Kawasan Berikat
Nusantara
Pembangunan Jaya
Ancol
PT. Indonesia Power
Priok
PT. Jaladri Kartika Paksi
PT. BBM
TANGERANG JAKARTA BEKASI
PT. Kapuk Naga Indah
PT. NP
PT. PJB UP MKR
PT. Manggala Krida
Yudha
PT. Taman Harapan
Indah
PT. Bhakti Bangun Era
Mulia
PT. Jakarta
Propertindo
PT. Jakarta Konsultindo
PT. A Konsultindo
PT. Nusantara Regas
WALHI
Maspedling Jakut
Inswa
HNSI
Tempo
Kompas
Sinar Indonesia
ETF

1.5 Pelaksanaan Kajian

Pelaksanaan kajian diawali dengan rapat konsolidasi antara Kementerian Lingungan Hidup
dengan tim Pendamping KLHS, rapat-rapat persiapan antar tim Pendamping KLHS, rapat-
rapat koordinasi antar tim Pendamping KLHS dengan tim KLHS daerah Tangerang, Jakarta
dan Bekasi, yang dilaksanakan pada akhir Oktober 2010 sampai dengan pertengahan
November 2010.

Pelaksanaan Seminar yang dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD), dilaksanakan
pada bulan November 2010, dilanjutkan dengan pelaksanaan Workshop di masing-masing
daerah dan rapat evaluasi hasil pelaksanaan Workshop.

Penyusunan rekomendasi KLHS dilaksanakan bulan desember 2010 yang rapat pembahasan
dan penyempurnaan rekomendasi dilaksanakan dan disesuaikan dengan agenda KLH.
BAB II
LINGKUP KAJIAN

2.1 Hasil Identifikasi Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan

a. Gambaran Umum Wilayah


Kajian lingkungan hidup strategis Teluk Jakarta mencakup daerah pesisir
yaitu:

1) Kabupaten Tangerang, meliputi :


Kecamatan Mekarbaru
Kecamatan Kronjo
Kecamatan Kemiri
Kecamatan Mauk
Kecamatan Sukadiri
Kecamatan Teluk Naga
Kecamatan Kosambi
2) Provinsi DKI Jakarta, meliputi :
Kecamatan Penjaringan
Kecamatan Pademangan
Kecamatan Tanjung Priok
Kecamatan Koja
Kecamatan Cilincing
3) Kabupaten Bekasi, meliputi :
Kecamatan Tarumajaya
Kecamatan Babelan
Kecamatan Muaragembong

b. Pengumpulan Data
1) Luas wilayah dan kepadatan penduduk

(a) Luas wilayah dan kepadatan penduduk pada masing-masing


kecamatan yang berada di wilayah Pantura Tangerang dapat dilihat
pada tabel 2.1. berikut :
Tabel 2.1. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Wilayah Pantura Tangerang
Kecamatan Jumlah Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
Kelurahan/Desa
2
Mekar Baru 8 2.382 Ha 38.232 orang 1.605 orang/km
2
Kronjo 10 4.423 Ha 57.482 orang 1.300 orang/km
2
Kemiri 7 3.270 Ha 43.101 orang 1.318 orang/km
2
Mauk 12 5.142 Ha 79.543 orang 1.547 orang/km
2
Sukadiri 8 2.414 Ha 55.826 orang 2.313 orang/km
2
Pakuhaji 14 5.187 Ha 103.493 orang 1.995 orang/km
2
Teluk Naga 13 4.058 Ha 128.737 orang 3.172 orang/km
2
Kosambi 10 2.976 Ha 109.403 orang 3.676 orang/km
Sumber Data : Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2009

(b) Luas wilayah dan kepadatan penduduk pada masing-masing


kecamatan yang berada di wilayah Pantura DKI Jakarta dapat dilihat
pada tabel 2.2. berikut :

Tabel 2.2. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Wilayah Pantura DKI Jakarta
Kecamatan Jumlah Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
2
Penjaringan 5 3.548,70 Ha 186.528 orang 5.256 orang/km
2
Pademangan 3 991,87 Ha 120.286 orang 12.127 orang/km
2
Tanjung Priok 7 2.512,55 Ha 312.113 orang 12.422 orang/km
2
Koja 6 1.320,33 Ha 233.109 orang 17.655 orang/km
2
Cilincing 7 3.969,96 Ha 240.791 orang 6.065 orang/km
Sumber Data : Jakarta Utara Dalam Angka 2009

(c) Luas wilayah dan kepadatan penduduk pada masing-masing


kecamatan yang berada di wilayah Pantura Bekasi dapat dilihat pada
tabel 2.3. berikut :

Tabel 2.3. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Wilayah Pantura Bekasi


Kecamatan Jumlah Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
Kelurahan/Desa
2
Tarumajaya 8 5.463 Ha 86.381 orang 1.581 orang/km
2
Babelan 9 6.360 Ha 154.301 orang 2.426 orang/km
2
Muaragembong 6 14.009 Ha 37.780 orang 270 orang/km
Sumber Data : Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2008

2) Penggunaan lahan

(a) Luas Tanah sawah dan tanah kering menurut kecamatan dan
penggunaannya yang berada di wilayah Pantura Tangerang dapat
dilihat pada tabel 2.4. berikut :
Tabel 2.4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Tangerang
Kecamatan Luas Lahan Lahan Kering (Ha)
Wilayah Sawah Pekarangan Tegal/ Ladang/ Sementara
(Ha) (Ha) Kebun Huma Tidak
diusahakan
Mekar Baru 2.382 - 201 18 - -
Kronjo 4.423 2.097 * 356 82 - -
Kemiri 3.270 1.172 780 250 -
Mauk 5.142 1.758 750 501 - -
Sukadiri 2.414 504 436 68 - -
Pakuhaji 5.187 1.542 871 147 - -
Teluk Naga 4.058 1.582 1.350 24 13 -
Kosambi 2.976 2.814 1.990 58 - 193

Tabel 2.4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Tangerang (Lanjutan)


Kecamatan Lahan Kering (Ha)
Lain- Lain Rawa2 yg Tambak Kolam/ Hutan Total
Tidak Empang Negara/ Lahan
Ditanami Rakyat Kering
Mekar Baru 18 - 70 - - -
Kronjo 469 - 871 12 - 4.728 *
Kemiri - - 143 - - 1.600
Mauk - - 507 - - 2.878
Sukadiri - - - - - 1.733
Pakuhaji 14 14 496 - - 3.386
Teluk Naga 145 11 24 15 - 1.987
Kosambi 146 - 427 - - 496
Sumber Data : Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2009

(b) Luas tanah sawah dan tanah kering menurut kecamatan dan
penggunaannya yang berada di wilayah Pantura Bekasi dapat dilihat
pada tabel 2.5. berikut :

Tabel 2.5. Penggunaan Lahan di Kabupaten Bekasi


Kecamatan Luas Lahan Lahan Kering (Ha)
Wilayah Sawah Pekarangan/ Tegal/ Hutan Hutan
(Ha) (Ha) Bangunan Kebun Negara Rakyat

Babelan 6.360 3.430 979 469 - -


Tarumajaya 5.463 3.195 1.107 78 - 251
Muaragembong 14.009 1.930 750 156 234 -
Tabel 2.5. Penggunaan Lahan di Kabupaten Bekasi (Lanjutan)
Kecamatan Lahan Kering (Ha)
Rawa- Tambak Kolam/ Sementara Lainnya Jumlah
rawa Empang Tidak Total
diusahakan
Babelan - 465 17 - 1.000 2.930
Tarumajaya - 494 19 - 319 2.268
Muaragembong - 9.784 31 852 172 12.079
Sumber Data : Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2008

2.2 Kebijakan Rencana dan/atau Program pada Raperda RTRW

2.2.1 Peraturan Presiden No 54 Tahun 2008

Dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur, menyatakan bahwa
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur yang selanjutnya
disebut sebagai Kawasan Jabodetabekpunjur adalah kawasan strategis nasional
yang meliputi seluruh wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagian
wilayah propinsi Jawa Barat yaitu seluruh wilayah Kabupaten Bekasi, seluruh
wilayah Kota Bekasi, seluruh wilayah Kota Depok, seluruh wilayah Kabupaten Bogor,
seluruh wilayah Kota Bogor dan sebagian wilayah Kebupaten Cianjur dan sebagian
wilayah Provinsi Banten yaitu seluruh wilayah Kabupaten Tangerang dan seluruh
wilayah Kota Tangerang. Yang dimaksud kawasan strategis nasional dalam Perpres
tersebut adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan,
dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Tujuan penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur adalah untuk :


a. Mewujudkan keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antar daerah sebagai
satu kesatuan wilayah perencanaan dengan memperhatikan keseimbangan
kesejahteraan dan ketahanan;
b. Mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan
kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah,
menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir,
dan
c. Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien
berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat
yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Rencana pola ruang yang diamanatkan pada Perpres tersebut terdiri atas rencana
distribusi ruang untuk kawasan lindung yang dikelompokkan dalam zona non-budi
daya (zona N) dan kawasan budi daya (zona B) serta zona pada kawasan budi daya di
perairan laut yang juga disebut Zona Penyangga (zona P).

Tabel 2.6. Rencana Pola Ruang Jabodetabekpunjur Menurut Perpres 54/2008


Jenis Kriteria
Zona N1 terdiri atas :
kawasan hutan lindung;
kawasan resapan air;
kawasan dengan kemiringan di atas 40 %;
sempadan sungai;
sempadan pantai;
kawasan sekitar danau, waduk dan situ;
kawasan sekitar mata air;
rawa;
kawasan pantai berhutan bakau;
kawasan rawan bencana alam geologi.

Pemanfaatan ruang Zona N1 diarahkan untuk konservasi air


dan tanah dalam rangka :
Mencegah abrasi,erosi, amblesan,bencana banjir dan
sedimentasi;
Menjaga fungsi hidrologi tanah untukmenjamin
ketersediaan unsure hara tanah, air tanah dan air
permukaan; dan
Zona Non-Budi Daya/
Mencegah dan/atau mengurangi dampak akibat bencana
Kawasan Lindung
alam geologi.
Pemanfaatan ruang Zona N1 dilaksanakan dengan cara
mempertahankan dan mengembalikan fungsi Zona N1.

Zona N2 terdiri atas :


Cagar alam;
Suaka margasatwa;
Taman nasional;
Taman hutan raya;
Taman wisata alam; dan
Kawasan cagar budaya.

Pemanfaatan ruang Zona N2 diarahkan untuk :


Konservasi budaya;
Perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, serta
gejala dan keunikan alam untuk kepentingan perlindungan
plasma nuftah, penelitian, dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan pendidikan; dan
Pengembangan kegiatan pendidikan dan penelitian, rekreasi
dan pariwisata ekologis bagi peningkatan kualitas
Jenis Kriteria
lingkungan sekitarnya, dan perlindungan dari pencemaran.
Pemanfaatan ruang Zona N2 dilaksanakan dengan cara
mempertahankan dan mengembalikan fungsi Zona N2.
Zona B1 merupakan zona dengan karateristik :
Kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan tinggi;
Tingkat pelayanan prasarana dan sarana tinggi;
Bangunan gedung dengan intensitas tinggi, baik vertikal
maupun horizontal.

Pemanfaatan ruang Zona B1 diarahkan untuk :


Perumahan hunian padat;
Perdagangan dan jasa;
Industri ringan non-polutan dan berorienttasi pasar;
Difungsikan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi
unggulan;
Dilaksanakan melalui penerapan rekayasa teknis dengan
koefisien zona terbangun yang besarannya diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Daerah.
Yang berada di pantai utara Jakarta dapat dilakukan melalui
rehabilitasi dan/atau revitalisasi kawasan.
Dilarang membangun industry yang mencemari lingkungan
dan banyak menggunakan air tanah.

Zona B2 merupakan zona dengan karateristik :


Kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan sedang;
Zona Budidaya
dan
Tingkat pelayanan prasarana dan sarana sedang.

Pemanfaatan ruang Zona B2 diarahkan untuk :


Perumahan hunian sedang;
Perdagangan dan jasa;
Industry padat tenaga kerja;
Diupayakan berfungsi sebagai kawasan resapan air.
Dilaksanakan dengan cara pengendalian pembangunan
perumahan baru;
Pengendalian kawasan terbangun dengan menerapkan
rekayasa teknis;
Koefisien zona bangunan yang besarannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Daerah.
Dilarang membangun industry yang mencemari lingkungan
dan banyak menggunakan air tanah.

Zona B3 merupakan zona dengan karateristik :


Kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan rendah;
Tingkat pelayanan prasarana dan sarana rendah; dan
Merupakan kawasan resapan air
Jenis Kriteria
Pemanfaatan ruang Zona B3 diarahkan untuk:
Perumahan hunian rendah;
Pertanian;
Untuk mempertahankan fungsi kawasan resapan air;
Dilaksanakan dengan cara pengendalian pembangunan
dengan intensitas lahan terbangun rendah dengan
menerapkan rekayasa teknis;
Koefisien zona bangunan yang besarannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Daerah.
Dilarang melakukan pembangunan yang mengurangi areal
produktif pertanian dan wisata alam, mengurangi daya
resap air dan/atau mengubah bentang alam.

Zona B4 merupakan zona dengan karateristik :


Kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan rendah
tetapi subur;
Merupakan kawasan resapan air;
Merupakan areal pertanian lahan basah bukan irigasi teknis
dan pertanian lahan kering.

Pemanfaatan ruang Zona B4 diarahkan untuk :


Perumahan hunian rendah;
Pertanian lahan basah;
Pertanian lahan kering;
Perkebunan;
Perikanan;
Peternakan;
Agroindustri;
Hutan produksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dilaksanakan dengan cara pengendalian pembangunan
dengan intensitas lahan terbangun rendah dengan
menerapkan rekayasa teknis;
Pelaksanaan kegiatan budi daya pertanian lahan basah,
lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan,
agroindustri dan hutan produksi dengan teknologi tepat
guna; dan
Koefisien zona bangunan yang besarannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Daerah.
Dilarang melakukan pembangunan yang mengurangi areal
produktif pertanian dan wisata alam, mengurangi daya
resap air dan/atau mengubah bentang alam.

Zona B5 merupakan zona dengan karateristik :


Kawasan yang mempunyai kesesuaian lingkungan untuk budi
daya pertanian dan mempunyai jaringan irigasi teknis.
Jenis Kriteria
Pemanfaatan ruang Zona B5 diarahkan untuk :
Pertanian lahan basah beririgasi teknis;
Dilaksanakan dengan cara intensifikasi pertanian lahan
basah dengan teknologi tepat guna.
Dilarang melakukan pembangunan yang mengurangi areal
produktif pertanian dan wisata alam, mengurangi daya
resap air dan/atau mengubah bentang alam.

Zona B6 merupakan zona dengan karateristik :


Kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan rendah
dengan kesesuaian untuk budi daya; dan
KLB yang disesuaikan dengan Peraturan Daerah.
Merupakan kawasan resapan air;

Pemanfaatan ruang Zona B6 diarahkan untuk :


Pemukiman dan fasilitasnya dan/atau penyangga fungsi
Zona N1;
Dilaksanakan melalui rekayasa teknis dengan koefisien zona
terbangun paling tinggi 50 %.
Dilarang melakukan pembangunan yang dapat mengganggu
atau merusak fungsi lingkungan hidup, perumahan dan
permukiman, parawisata, bangunan gedung, sumber daya
air, dan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.

Zona B7 merupakan zona yang berdekatan dengan Zona N1


pantai dengan karateristik :
Memiliki daya dukung lingkungan rendah;
Rawan intrusi air laut;
Rawan abrasi;
Merupakan kawasan resapan air;
Dengan kesesuaian untu budi daya dan KLB yang disesuaikan
dengan Peraturan Daerah.

Pemanfaatan ruang Zona B7 diarahkan untuk :


Pemukiman dan fasilitasnya;
Penjaga dan penyangga fungsi N1;
Berfungsi sebagai pengendali banjir terutama dengan
penerapan system polder;
Dilaksanakan melalui rekayasa teknis dengan koefisien zona
terbangun paling tinggi 40 %.
Dilarang melakukan pembangunan yang dapat mengganggu
atau merusak fungsi lingkungan hidup, perumahan dan
permukiman, parawisata, bangunan gedung, sumber daya
air, dan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
Jenis Kriteria
Zona P1 merupakan :
Zona perairan pantai yang berhadapan dengan Zona N1 pantai.

Pemanfaatan ruang Zona P1 dilaksanakan melalui upaya :


Menjaga Zona N1 dari segala bentuk tekanan dan gangguan
yang berasal dari luar dan/atau dari dalam zona, khususnya
dalam memcegah abrasi, intrusi air laut, pencemaran, dan
kerusakan dari laut yang dapat mengakibatkan perubahan
keutuhan dan/atau perubahan fungsi Zona N1.

Zona P2 merupakan :
Zona perairan pantai yang berhadapan dengan Zona N1 pantai
yang mempunyai potensi untuk reklamasi.

Pemanfaatan ruang Zona P2 dilaksanakan melalui upaya :


Menjaga Zona N1 dari segala bentuk tekanan dan gangguan
yang berasal dari luar dan/atau dari dalam zona, khususnya
dalam memcegah abrasi, intrusi air laut, pencemaran, dan
kerusakan dari laut yang dapat mengakibatkan perubahan
keutuhan dan/atau perubahan fungsi Zona N1.
Penyelenggaraan reklamasi dengan koefisien zona
terbangun paling tinggi 40 % dan/atau konstruksi bangunan
di atas air secara bertahap dengan tetap memperhatikan
Zona Penyangga fungsinya, dengan jarak dari titik surut terendah sekurang-
(Zona pada Kawasan Budidaya di kurangnya 200 meter sampai dengan garis yang
Perairan Laut) menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan
kedalaman 8 meter, dan dengan mempertimbangkan
karakteristik lingkungan.
Dilaksanakan berdasarkan hasil kajian mendalam dan
konprehensif dan setelah mendapat rekomendasi dari ketua
badan yang tugas dan fungsinya mengkoordinasikan
penataan ruang nasional

Zona P3 merupakan :
Zona perairan pantai yang berhadapan dengan Zona B1 pantai.

Pemanfaatan ruang Zona P3 dilaksanakan melalui upaya :


Menjaga Zona B1 dengan tidak menyebabkan abrasi pantai
dan tidak mengganggu fungsi pusat pembangkit tenaga
listrik, muara sungai, dan jalur lalu lintas laut dan pelayaran;
dan
Penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan tetap
memperhatikan fungsinya, dengan jarak dari titik surut
terendah sekurang-kurangnya 300 meter sampai dengan
garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang
menunjukkan kedalaman 8 meter, kecuali pada lokasi yang
secara rekayasa teknologi memungkinkan jarak dapat
diminimalkan, dan dengan mempertimbangkan
Jenis Kriteria
karakteristik lingkungan,jalur lalu lintas laut dan pelayaran,
dan pelabuhan.

Zona P4 merupakan :
Zona perairan pantai yang berhadapan dengan Zona B2 pantai.

Pemanfaatan ruang Zona P4 dilaksanakan melalui upaya:


Menjaga Zona B2 dengan tidak menyebabkan abrasi pantai,
tidak mengganggu fungsi pusat pembangkit tenaga listrik,
dan tidak mengganggu muara sungai, jalur lalu lintas laut
dan pelayaran, usaha perikanan rakyat; dan
Penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan jarak
dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200 meter
sampai dengan garis yang menghubungkan titik-titik terluar
yang menunjukkan kedalaman 8 meter dan dengan
mempertimbangkan karakteristik lingkungan.

Zona P5 merupakan :
Zona perairan pantai yang berhadapan dengan Zona B6
dan/atau B7.

Pemanfaatan ruang Zona P5 dilaksanakan melalui upaya :


Menjaga Zona B6 dan/atau B7 dengan tidak menyebabkan
abrasi pantai, dan tidak mengganggu muara sungai, jalur
lalu lintas laut dan pelayaran, usaha perikanan rakyat;
Penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan
koefisien zona terbangun paling tinggi 45 % dengan jarak
dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200 meter
sampai dengan garis yang menghubungkan titik-titik terluar
yang menunjukkan kedalaman 8 meter, dan dengan
mempertimbangkan karakteristik lingkungan.

Kabupaten Tangerang

Dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan


Jabodetabekpunjur terdapat arahan terhadap penataan ruang untuk Kabupaten
Tangerang khususnya kawasan Pantura Tangerang antara lain :
1. Arahan zonasi di kawasan Pantura Kabupaten Tangerang, meliputi :
Kawasan Pesisir Pantai Pantura meliputi zona N1, B2, B4, B6, P1, P2, dan P 5
dan pemanfaatannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
Rencana Kawasan Pelabuhan International berada pada zona P2&P5.
Gambar 2.1. Penataan Ruang Kawasan Pantura Tangerang

P1

P2 P5
2.2.3. Reperda RTRW Provinsi DKI Jakarta P5
P5 P2
P2 P5 P5 P2

P2 P5 P2
P5

P2

P5

2.2.4. Reperda RTRW Kabupaten Bekasi


P2

Provinsi DKI Jakarta

Dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan


Jabodetabekpunjur terdapat arahan terhadap penataan ruang untuk Provinsi DKI
Jakarta khususnya kawasan Pantura Jakarta antara lain :
2. Arahan zonasi di kawasan Pantura Jakarta, meliputi:
Kawasan Pesisir Pantai Pantura Jakarta meliputi zona N1, B1, B6, B7, P2, P3,
dan P5. Pemanfaatannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

Kabupaten Bekasi

Dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan


Jabodetabekpunjur terdapat arahan terhadap penataan ruang untuk Kabupaten
Bekasi khususnya kawasan Pantura Bekasi antara lain :
3. Arahan zonasi di kawasan Pantura Bekasi, meliputi:
Pemanfaatan kawasan pesisir pantai Pantura Bekasi meliputi zona N1, B1, B2,
B4, B7, P1 dan P4. Pemanfaatannya disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku.
2.2.2 Raperda RTRW Kabupaten Tangerang

Dalam raperda RTRW Kabupaten Tangerang, khususnya yang menyangkut penataan


ruang di kawasan Pantai Utara (pantura) terdapat beberapa kebijakan antara lain :

1. Pengembangan kawasan perkotaan baru Pantura dilakukan dengan strategi :


a. Melaksanakan reklamasi sepanjang pantai utara kabupaten yang berjarak lebih
dari 200 meter dari garis pantai.
b. Menyiapkan regulasi operasional pelaksanaan reklamasi.
c. Mengendalikan dampak penyelenggaraan reklamasi.
d. Membangun dan mengintegrasikan infrastruktur pendukung reklamasi pantai
utara dengan wilayah daratan kabupaten.

2. Dalam rencana struktur ruang wilayah Kabupaten ditetapkan antara lain :


a. Menetapkan Kecamatan Teluknaga sebagai Pusat Kegiatan Wilayah promosi
(PKWp).
b. Menetapkan Kecamatan Kronjo sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
c. Menetapkan Kecamatan Mauk dan Kecamatan Kosambi sebagai Pusat Kegiatan
local promosi (PKLp).
d. Menetapkan Kecamatan Mekar Baru, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Pakuhaji
dan Kecamatan Sukadiri sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).

Fungsi dari setiap pusat kegiatan sebagaimana dimaksud diatas adalah :


a. PKWp Teluknaga berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian,
permukiman kepadatan rendah, permukiman kepadatan sedang dan kawasan
pantai berhutan bakau.
b. PKL Kronjo berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian,
permukiman kepadatan rendah, permukiman kepadatan sedang, perikanan
dan kawasan pantai berhutan bakau.
c. PKLp Mauk berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian,
permukiman kepadatan rendah, permukiman kepadatan sedang dan kawasan
pantai berhutan bakau.
d. PKLp Kosambi berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian,
industri, permukiman kepadatan rendah, permukiman kepadatan sedang dan
kawasan pantai berhutan bakau.
e. PPK Mekar Baru berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian,
dan permukiman kepadatan rendah.
f. PPK Kemiri berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian,
permukiman kepadatan rendah, permukiman kepadatan sedang, dan kawasan
pantai berhutan bakau.
g. PPK Pakuhaji berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian,
permukiman kepadatan rendah, permukiman kepadatan sedang, dan kawasan
pantai berhutan bakau
h. PPK Sukadiri berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian,
permukiman kepadatan rendah, permukiman kepadatan sedang, dan kawasan
pantai berhutan bakau

3. Rencana sistem transportasi laut antara lain :


a. Pengembangan fungsi pelabuhan perikanan di Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan
Kronjo dan kecamatan teluknaga;
b. Pengembangan fungsi pelabuhan perikanan untuk skala besar di Kecamatan
Sukadiri;
c. Rencana pembangunan pelabuhan khusus berada di kawasan reklamasi
pantura, Teluknaga sebagai bagian dari pengembangan terminal pelabuhan
Tanjung Priok (DKI Jakarta);
d. Rencana pembangunan pelabuhan curah batu bara di Kecamatan Kronjo dan
Kemiri sebagai pendukung kegiatan dari PLTU Lontar;
e. Rencana pembangunan industri maritim untuk perbaikan kapal-kapal nelayan
yang berlokasi di desa Kohod Kecamatan Pakuhaji.

4. Rencana pengembangan sistem air bersih, meliputi :


a. Zona Pakumas melayani Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Mauk dan kecamatan
Sukadiri;
b. Zona Bojongered melayani Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Kosambi;
c. Zona IKK/Kejori melayani Kecamatan Kronjo, Kecamatan Kemiri.

5. Rencana pengembangan kawasan lindung :


Kawasan lindung yang berada di Kabupaten Tangerang yang dikelola oleh Perum
Perhutani Unit III Jabar Banten-KPH Bogor seluas 1.591,98 ha tersebar di
Kecamatan Kronjo, Kemiri, Mauk, Pakuhaji, Teluk Naga dan Kosambi.

6. Rencana pengembangan kawasan budidaya:


a. Kawasan Pertanian :
Kawasan pertanian lahan basah terdapat di Kecamatan pakuhaji, Teluknaga,
Kronjo, Mekar Baru, Mauk, Kemiri dan Sukadiri;
b. Kawasan Peternakan :
Kawasan peternakan terdapat dikecamatan Teluknaga dan Kecamatan Mauk.
c. Kawasan Perikanan :
Kawasan perikanan tambak terdapat dikecamatan Kronjo, Kecamatan
Mekarbaru dan Kecamatan Mauk dengan luas lahan lebih kurang 2.789 ha.
d. Kawasan Industri :
Kawasan industri sedang terdapat di kecamatan Kosambi.
e. Kawasan Pergudangan :
Kawasan pergudangan dan industri terbatas terdapat di kecamatan Kosambi,
Teluknaga.

7. Kawasan reklamasi pantai yang merupakan kawasan hasil kegiatan penimbunan


dan pengeringan laut di bagian perairan laut wilayah utara mulai dari Kecamatan
Kosambi, Teluknaga, Pakuhaji, Sukadir, Mauk, Kemiri dan Kronjo, serta berjarak
200 meter dari garis pantai ke arah laut dengan luas lebih kurang 9.000 ha
diperuntukan sebagai pengembangan kota pantai terpadu, meliputi :
a. Kawasan permukiman perkotaan;
b. Kawasan pelabuhan terpadu;
c. Kawasan Industri.

2.2.3 Raperda RTRW PROVINSI DKI JAKARTA

Dalam raperda RTRW Provinsi DKI Jakarta, khususnya yang menyangkut penataan
ruang di kawasan pesisir Pantai Utara (Pantura) terdapat beberapa kebijakan, antara
lain :
1. Kawasan pesisir Pantura ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pantura dengan
ketentuan :
a. Pengembangan areal reklamasi dan kawasan daratan pantai dilakukan
secara terpadu yang bersama-sama ditetapkan sebagai satu kawasan
perencanaan.
b. Pelaksanaan reklamasi harus memperhatikan kepentingan lingkungan,
kepentingan kepelabuhan, kepentingan kawasan berhutan bakau, kepentingan
nelayan, dampak terhadap banjir rob dan kenaikan permukaan laut serta
sungai, kepentingan dan fungsi lain yang ada di kawasan pantura.
c. Penyelenggaraan reklamasi Pantura diarahkan bagi terwujudnya lahan hasil
reklamasi siap bangun dan pemanfaatannya sesuai dengan tata ruang yang
terpadu dengan penataan kembali kawasan daratan Pantura.
d. Penataan kembali kawasan daratan Pantura diarahkan bagi tercapainya
penataan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna, peningkatan kualitas
lingkungan dan perumahan, pelestarian bangunan bersejarah, kelancaran lalu
lintas, dan peningkatan fungsi sistem pengendalian banjir baik itu banjir rob
dan kenaikan muka laut/sungai.
e. Penyelenggaraan reklamasi serta pengelolaan tanah hasil reklamasi dan
penataan kembali kawasan daratan Pantura, dilaksanakan secara terpadu
melalui kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara Pemerintah
Daerah, Masyarakat, dan dunia usaha.
2. Pengembangan kawasan pantura harus menjamin :
a. Terpeliharanya ekosistem dan kelestarian kawasan hutan lindung, hutan bakau,
cagar alam dan biota laut;
b. Pemanfaatan pantai untuk kepentingan umum;
c. kepentingan perikehidupan nelayan;
d. Kelestarian bangunan dan lingkungan bersejarah;
e. Kepentingan dan terselenggaranya kegiatan pertahanan keamanan negara;
f. Terselenggaranya pengembangan sistem prasarana sumber daya air secara
terpadu;
g. Tidak memberikan tambahan resiko banjir di daerah hulunya baik akibat rob,
kenaikan permukaan laut/sungai;
h. Terselenggara/berfungsinya objek/instalasi vital di kawasan Pantura dengan
memperhatikan aspek-aspek ekologis lingkungan.

3. Pengembangan kawasan Pantura harus memperhatikan aspek sebagai berikut:


a. Peningkatan fungsi Pelabuhan;
b. Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi;
c. Pengembangan areal Pelabuhan Sunda Kelapa dan sekitarnya untuk pusat
wisata, pusat perdagangan/jasa, dan pelayaran rakyat secara terbatas;
d. Dilaksanakan serasi dengan penataan dan pengelolaan Kepulauan Seribu;
e. Pemanfaatan ruang rekreasi dan wisata dengan memperhatikan konservasi
nilai budaya daerah dan bangsa serta kebutuhan wisata nasional dan
internasional; dan
f. Didukung dengan pengembangan prasarana dan sarana perkotaan secara
terpadu.

4. Pengembangan kawasan Pantura dibagi menjadi beberapa sub-kawasan dengan


memperhatikan kondisi kawasan daratan Pantura dan perairan di sekitarnya. Sub-
kawasan tersebut merupakan satu kesatuan perencanaan yang dikembangkan
dengan sistem infrastruktur terpadu.

5. Sumber daya air di Kawasan Pantura diatur sebagai berikut :


a. Sistem prasarana sumber daya air di kawasan reklamasi Pantura merupakan
bagian dari sistem prasarana sumber daya air makro dan jalur perpanjangan
saluran dan sungai yang melalui kawasan daratan pantai.
b. Untuk mencegah banjir yang mungkin terjadi pengembangan kawasan Pantura
harus mengembangkan sistem jaringan drainase dan sistem pengendalian
banjir yang direncanakan secara teknis termasuk waduk penampungan air
dengan rasio minimal per pulaunya sebesar 5 %.
c. Waduk penampungan air sebagaimana dimaksud pada huruf c, berfungsi
sebagai ruang terbuka.
d. Penyediaan air bersih di kawasan Pantura dilakukan dengan cara-cara ramah
lingkungan dan mengarah kepada sustainable solution dengan memanfaatkan
alternatif sumber air baku baru dan dilengkapi dengan sistem jaringan
perpipaan secara terpadu.
e. Pengelolaan penyediaan air bersih dapat dilaksanakan secara mandiri dengan
mengembangkan sistem penyediaan air bersih yang ada dan/atau membangun
sistem pengolahan teknologi yang baru.

6. Pengelolaan limbah cair di Kawasan Pantura diatur sebagai berikut :


a. Limbah cair rumah tangga dan/atau limbah cair yang bersumber dari kegiatan
lain wajib memenuhi baku mutu limbah cair yang pengelolaannya dilakukan
dengan cara modul dan/atau terpusat.
b. Limbah cair yang memenuhi baku mutu sebagaimana dimaksud pada huruf a,
disalurkan ke saluran umum dan tidak berakibat pada penurunan kualitas air
laut, dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

7. Pantura harus diawali perencanaan reklamasi yang disusun secara cermat dan
terpadu sekurang-kurangnya mencakup :
a. Rencana teknik reklamasi;
b. Rencana pemanfaatan ruang hasil reklamasi;
c. Rencana rancang bangun;
d. Rencana penyediaan prasarana dan sarana;
e. Analisis dampak lingkungan;
f. Rencana kelola lingkungan;
g. Rencana pemantauan lingkungan;
h. Rencana lokasi pengambilan bahan material;
i. Rencana pembiayaan; dan
j. Rencana pengelolaan air bersih dan air limbah serta pengendalian banjir.

8. Pengembangan dan perencanaan reklamasi dilakukan berdasarkan arahan


sebagai berikut:
a. Pengendalian potensi kerusakan yang berwujud dalam fenomena kenaikan
muka air laut, penurunan muka air tanah dan muka tanah, perluasan daerah
genangan, abrasi dan erosi, sedimentasi, intrusi air laut, polusi air dan udara
serta persoalan lain yang berhubungan dengan pemanfatan lahan, air
permukaan dan air tanah;
b. Reklamasi dilakukan dalam bentuk pulau yang ditentukan berdasarkan studi
yang lebih rinci dengan memperhitungkan masa perancangan, keandalan
tanggul dan perlindungan pesisir, resiko banjir, dan tindakan mitigasi,
perlindungan hutan bakau, serta jalur lalu lintas laut, pelayaran dan pelabuhan;
c. Dalam perencanaan reklamasi tercakup rencana pengelolaan secara mandiri
prasarana pulau reklamasi yang meliputi prasarana tata air, air bersih,
pengolahan limbah dan sampah, serta sistem pengerukan sungai/kanal;
d. Setiap pulau reklamasi menyediakan ruang terbuka biru untuk waduk dan
danau yang berfungsi sebagai penampungan air sementara ketika hujan,
persediaan air untuk beberapa kebutuhan harian sumber air yang mungkin
untuk di kembalikan ke dalam lapisan aquifer, tempat hidupnya beberapa flora
dan fauna, serta untuk rekreasi; dan
e. Ruang perairan di antara pulau reklamasi dimanfaatkan untuk membantu
penanggulangan banjir;

9. Penataan kembali daratan Pantura mencakup kegiatan :


a. Relokasi kawasan industry dan pergudangan ke wilayah sekitar DKI Jakarta
melalui koordinasi dengan pemerintahan sekitar;
b. Revitalisasi lingkungan dan bangunan bersejarah;
c. Perbaikan lingkungan, pemeliharaan kawasan permukiman dan kampung
nelayan;
d. Peremajaan kota untuk meningkatkan kualitas lingkungan;
e. Peningkatan sistem pengendalian banjir dan pemeliharaan sungai untuk
mengantisippasi banjir akibat rob dan meluapnya air sungai;
f. Perbaikan manajemen lalu lintas dan penambahan jaringan jalan;
g. Relokasi perumahan dari bantaran sungai dan lokasi fasilitas umum melalui
penyediaan rumah susun;
h. Pelestarian hutan bakau dan hutan lindung;
i. Perluasan dan peningkatan fungsi Pelabuhan; dan
j. Pengembangan pantai untuk kepentingan umum.

10. Pusat kegiatan tersier sebagaimana, di Kota Administrasi Jakarta Utara/Kawasan


Pantura ditetapkan sebagai berikut:
a. Kantor Walikota Jakarta Utara sebagai pelayanan fungsi khusus;
b. Kawasan Sunter sebagai kawasan perdagangan, jasa dan perkantoran;
c. Kawasan Pasar Koja sebagai fasilitas perdagangan terutama untuk pasar
tradisional sesuai kebutuhan dan jangkauan pelayanannya; dan
d. Kawasan Pasar Pluit sebagai pusat perdagangan, jasa dan perkantoran.

11. Rencana pengembangan prasarana sumber daya air dilaksanakan berdasarkan


arahan sebagai berikut :
a. Pembangunan jaringan prasarana air limbah dan pembangunan instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan sekitar waduk dan/atau kawasan
reklamasi Pantura;
b. Pengembangan sistem prasarana air bersih melalui jaringan perpipaan pada
tiap kecamatan;
c. Rehabilitasi Waduk Sunter, Don Bosco, Pluit, Muara Angke, Teluk Gong, dan
Tol Sedyatmo dan pembangunan Waduk Marunda sebagai tempat
penampungan air sementara;
d. Pembangunan septiktank komunal di kawasan padat sedang terutama di
perumahan kumuh.

12. Rencana pengembangan prasarana pengendalian daya rusak air, dilaksanakan


berdasarkan arahan sebagai berikut :
a. Normalisasi Kali Cakung Drain, Kali Cakung Lama, Kali Sunter, Kali Ciliwung,
Kali Kamal Muara, Kali Tanjungan, Kali Banglio, dan Kali Baru;
b. Memantapkan Banjir Kanal Timur sebagai prasarana pengendali banjir;
c. Pembangunan dan peningkatan kapasitas saluran drainase untuk mengatasi
genangan air di kawasan Jalan Tol Sediyatmo, Kawasan Pluit, Kelapa Gading,
Tugu Utara, Kebon Bawang, Rawa Badak,dan Pademangan;
d. Penataan bantaran sungai melalui penertiban bangunan ilegal di kali Kamal,
Banjir Kanal Barat, Kali Sunter, Kali Cakung dan Kali Ciliwung;
e. Pembangunan fisik diarahkan menghadap sungai (river front development);
f. Pembangunan sistem polder baru dan pemulihan sistem polder yang sudah
ada di sistem polder terutama di Sunter Timur III, Kelapa Gading, Tunjungan,
Yos Sudarso, Muara Angke, Pluit, Sunter Selatan, Sunter Timur I, Sunter Utara,
Teluk Gong, Bimoli, Gaya Motor, Kapuk Muara;
g. Pemulihan Situ Rawa Kendal;
h. Pelarangan pembuangan sampah ke dalam sungai dan kanal dengan
melibatkan peran serta masyarakat; dan
i. Pengelolaan situ Sunter Barat, Sunter I, Sunter II, Teluk Gong dan Pluit

13. Rencana kawasan budi daya di Kota Administrasi Jakarta Utara/Kawasan Pantura
meliputi :
a. Kawasan terbuka hijau budi daya;
b. Kawasan perumahan dan fasilitasnya;
c. Kawasan perkantoran, perdagangan, dan jasa;
d. Kawasan perkantoran, perdagangan, dan jasa taman;
e. Kawasan pariwisata;
f. Kawasan pemerintahan daerah;
g. Kawasan terbuka biru;
h. Kawasan perikanan; dan
i. Kawasan industri dan pergudangan.
14. Rencana pengembangan kawasan perumahan dan fasilitasnya dilaksanakan
berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. Perbaikan lingkungan di kawasan permukiman kumuh ringan dan sedang
melalui program tribina;
b. Mengembangkan peremajaan lingkungan perumahan kumuh berat;
c. Mendorong pengembangan kawasan permukiman vertikal dan memperkecil
perpetakan untuk penyediaan perumahan golongan menengah-bawah
dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai;
d. Mengembangkan perumahan menengah-atas di areal reklamasi Pantura;
e. Mengembangkan kawasan permukiman baru terutama di Kecamatan
Cilincing dan Penjaringan;
f. Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman di kawasan Kota Tua dan
Pelabuhan Sunda Kelapa sekaligus melestarikan lingkungan;
g. Mengembangkan permukiman nelayan yang bernuansa wisata dan
berwawasan lingkungan di kawasan pantai lama;
h. Mempertahankan fungsi perumahan di kawasan mantap di Kota Tua, dan
Pluit;
i. Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman horizontal;
j. Mengembangkan kawasan permukiman di Kawasan Pantai Lama;
k. Pengendalian pembangunan perumahan baru di Pademangan, Cilincing dan
Penjaringan untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup;
l. Pembangunan perumahan vertikal atau rumah susun sederhana di
perumahan kumuh berat sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, Kamal, Kalibaru,
Koja, Cilincing, Pademangan dan Penjaringan dan melengkapi penataan RTH
yang berfungsi ekologis dan sosial;
m. Pembangunan rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan menengah
dan tinggi di areal reklamasi Pantura, dan Penjaringan yang dilengkapi
dengan situ sebagai penampung air dan pengendali banjir; dan
n. Rencana pengembangan kawasan permukiman disesuaikan dengan tingkat
kepadatan lingkungan

15. Rencana pengembangan kawasan perdagangan dilaksanakan berdasarkan


arahan sebagai berikut :
a. Mengembangkan fasilitas perdagangan terutama untuk pasar tradisional
sesuai kebutuhan dan jangkauan pelayanan;
b. Mengembangkan kawasan perdagangan di Pantura dengan pola
pengembangan multifungsi atau super blok dengan fasilitas bertaraf
internasional;
c. Menata fungsi kawasan kota tua untuk mendukung kegiatan perkantoran,
perdagangan, jasa dan pariwisata;
d. Mengembangkan kawasan perdagangan, jasa, dan perkantoran di Tanjung
Priok dan sebagian Kelapa Gading;
e. Membatasi pengembangan perdagangan, jasa. dan perkantoran sepanjang
jalan arteri primer dengan memperhatikan lalu lintas dan penyediaan parkir;
f. Pemanfaatan ruang kawasan bangunan umum berdasarkan arahan penataan
kawasan perdagangan dan jasa di kawasan Yos Sudarso untuk menunjang
kegiatan Pelabuhan Tanjung Priok; dan
g. Mengembangkan pusat perdagangan dengan KDB rendah di Kamal, Kapuk,
Pademangan, Ancol, Cilincing, dan sebagian Kelapa Gading.

16. Rencana pengembangan kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa taman


dilaksanakan pada kawasan Marunda dengan penerapan intensitas rendah dan
meningkatkan daya resap air pada kawasan terbangun.

17. Rencana pengembangan kawasan campuran dilaksanakan berdasarkan arahan


pengembangan kawasan campuran, perdagangan, dan jasa dengan perumahan
vertikal dan horisontal terutama di kawasan sebagai berikut :
a. Jalan Lodan;
b. Jalan Martadinata;
c. Jalan Yos Sudarso;
d. Kawasan Cilincing; dan
f. Kawasan Sunter.

18. Rencana pengembangan kawasan pariwisata diarahkan untuk pengembangan


kawasan destinasi wisata pesisir, ditetapkan sebagai berikut:
a. Sentra Perikanan Muara Angke;
c. Masjid dan Makam Luar Batang;
d. Pelabuhan dan Kota Tua Sunda Kelapa;
e. Pusat Perbelanjaan Mangga Dua;
f. Taman Impian Jaya Ancol;
g. Bahtera Jaya dan Yacht Club;
h. Stasiun Tanjung Priok;
i. Masjid Islamic Center;
j. Gereja Tugu;
k. Kampung Tugu;
l. Cagar Budaya Rumah si Pitung;
m. Masjid Al Alam; dan
n. Pusat Perbelanjaan Kelapa Gading
19. Rencana pengembangan kawasan perikanan dilaksanakan berdasarkan arahan
sebagai berikut :
a. Pelarangan kegiatan yang dapat mengancam keberadaan biota laut yang
dilindungi pada tiap kecamatan yang berbatasan dan/atau memliki kawasan
perairan laut;
b. Pengembangan prasarana budi daya perikanan di Muara Baru dan Muara
Angke sesuai dengan klasifikasinya; dan
c. Pelarangan kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan hidup
pada tiap kecamatan.

20. Rencana pengembangan kawasan industri dengan ketentuan sebagai berikut :


a. Membatasi kegiatan industri di kawasan yang sudah ada di Penjaringan dan
Cilincing;
b. Mengembangkan industri selektif di Marunda dan Cilincing; dan
c. Penataan dan pengaturan lahan parkir dan pergerakan kendaraan berat
seperti truk dan trailer sehingga tidak menggunakan jalan lokal.

21. Pemanfaatan ruang kawasan industri dilaksanakan berdasarkan arahan:


a. Penataan industri kecil termasuk penyediaan pengelolaan limbah di Cilincing
dan Kali baru; dan
b. Relokasi industri menengah dan besar yang berpolusi dari Ancol Barat,
Marunda, dan Cilincing.

22. Rencana pengembangan kawasan pergudangan dengan cara :


a. Mengembangkan kawasan pergudangan untuk mengatasi perkembangan
Pelabuhan Tanjung Priok dan menunjang kegiatan industri, perdagangan dan
jasa;
b. Relokasi kawasan pergudangan dari Kawasan Kota Tua; dan
c. Penataan dan pengaturan lahan parkir dan pergerakan kendaraan berat
seperti truk dan trailer sehingga tidak menggunakan jalan lokal

23. Pemanfaatan ruang untuk mengembangkan kawasan pergudangan dilaksanakan


berdasarkan arahan melalui penyediaan fasilitas pergudangan untuk menunjang
kegiatan perdagangan dan jasa yang dilaksanakan di Penjaringan, Koja dan
Cilincing.

24. Pengembangan tatanan kepelabuhanan berupa pelabuhan laut sesuai dengan


fungsinya, dilakukan di:
a. Pelabuhan Tanjung Priok;
b. Pelabuhan Marunda (Pelabuhan Ali Sadikin);
c. Pelabuhan Sunda Kelapa;
d. Pelabuhan Muara Baru; dan
e. Pelabuhan Muara Angke.

2.2.3 Raperda RTRW Kabupaten Bekasi

Dalam raperda RTRW Kabupaten Bekasi, khususnya yang menyangkut penataan


ruang di kawasan Pantai Utara (pantura) terdapat beberapa kebijakan antara lain :

1. Strategi percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat-pusat perkotaan yang


telah ditetapkan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas, meliputi :
a. Mempercepat perwujudan pengembangan Kecamatan Tamajaya sebagai Pusat
Kegiatan Lokal (PKL);
b. Mempercepat perwujudan pengembangan Kecamatan Babelan sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK);
c. Mempercepat perwujudan pengembangan Desa Bahagia-Kecamatan Babelan,
Desa Pusaka Rakyat-Kecamatan Tarumajaya dan Desa Pantai bahagia-
Kecamatan Muaragembong untuk mengemban fungsi sebagai Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL);

2. Strategi peningkatan pelestarian fungsi kawasan lindung, meliputi :


a. Mempertahankan kawasan lindung yang telah ditetapkan dan merehabilitasi
secara bertahap kawasan lindung yang telah mengalami penurunan fungsi;
b. Meningkatkan pendayagunaan potensi sumber daya alam dan buatan di
kawasan lindung melalui pengembangan wanafarma, ekowisata, agroforestry.

3. Strategi optimalisasi pendayagunaan kawasan budidaya secara sinergi sesuai daya


dukung dan daya tampung lingkungan dalam konteks pembangunan
berkelanjutan, meliputi :
a. Mendayagunakan dan meningkatkan fungsi utama hutan produksi melalui
pengelolaan hutan yang dapat dikonversi menjadi budidaya lainnya serta
pemanfaatan jasa lingkungan;
b. Mempertahankan kawasan pertanian lahan basah dan/atau beririgasi teknis;
c. Mengendalikan alih fungsi lahan sawah menjadi kegiatan budi daya lainnya;
d. Mengembangkan fungsi kawasan pertanian lahan kering secara terpadu
dengan kawasan peternakan dan perkebunan;
e. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan hunian vertikal bersubsidi bagi
masyarakat golongan ekonomi lemah dan menengah di kawasan perkotaan
untuk mengatasi persoalan kawasan kumuh perkotaan;
f. Mengembangkan permukiman mandiri yang berwawasan lingkungan dengan
meningkatkan kualitas sarana dan prasarana dasar permukiman;
g. Mengembangkan kawasan peruntukan industri dengan mempertimbangkan
aspek daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta ketersediaan sarana
dan prasarana;
h. Mendorong penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten
Bekasi;
i. Mengendalikan perkembangan kegiatan industri manufaktur di luar kawasan
industri pada kawasan sekitar koridor jalan arteri primer yang menghubungkan
Kabupaten Bekasi – Kabupaten Karawang;
j. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan industri berbasis agro dan
agribisnis melalui dukungan insentif perizinan dan penyediaan prasarana dan
sarana pendukung kegiatan agribisnis;
k. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam, dan sumber daya
buatan melalui pengembangan wanafarma, ekowisata, agroforestry untuk
pengembangan potensi kepariwisataan

4. Rencana sistem perkotaan, meliputi :


a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi Kecamatan Tarumajaya;
b. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi Kecamatan Babelan, dan
Muaragembong;
c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi Desa Bahagia – Kecamatan Babelan,
Desa, Pusaka Rakyat – Kecamatan tarumajaya dan Desa Pantai Bahagia –
Kecamatan Mauragembong.

5. Rencana pengembangan transportasi laut yaitu pembangunan pelabuhan peti


kemas di Kecamatan Muaragembong, Kecamatan Babelan dan Kecamatan
Tarumajaya dengan luas kurang lebih 740 Ha;

6. Rencana pengembangan transportasi udara, yaitu pembangunan bandar udara


barang perintisan di utara Kabupaten Bekasi.

7. Rencana pengembangan pelayanan energy listrik meliputi :


a. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan uap (PLTGU) Muara Tawar Desa Segara Jaya
Kecamatan Tarumajaya;
b. Pembangkit Listrik Tenaga Batubara di Kecamatan Babelan.

8. Pengembangan pemanfaatan gas alam SPPBE di Kecamatan Cikarang Utara, LNG


Terminal di Kecamatan Muaragembong, PLTGU di Muara Tawar Kecamatan
Tarumajaya, dan LPG Plant di Desa Hurip Jaya di Kecamatan Babelan;
9. Pengembangan jaringan air baku untuk air minum, meliputi :
a. Peningkatan kapasitas produksi 11 (sebelas) instalasi pengolahan air (IPA) di
Kabupaten Bekasi, salah satunya adalah IPA Babelan.
b. Peningkatan jangkauan distribusi pelayanan jaringan air minum dengan sistem
perpipaan hingga enam puluh persen.
c. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air seluruh Kecamatan di Kabupaten
Bekasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

10. Sistem pengendalian banjir, meliputi :


a. Normalisasi sungai;
b. Pembangunan banjir kanal;
c. Pembangunan dan pengembangan tembok penahan tanah (tanggul);
d. Pembangunan dan pengembangan pintu air;
e. Pembangunan lubang-lubang biopori di permukiman;
f. Penyediaan embungg atau pond pengendali banjir di setiap kawasan
permukiman mandir;
g. Penanaman pohon di sepadan sungai, situ, rawa dan lahan-lahan kritis.

11. Rencana jalur evakuasi bencana meliputi :


a. Jalur evakuasi bencana alam gelombang pasang/abrasi di Kecamatan
Muaragembong, Kecamatan Babelan dan Kecamatan Tarumajaya melalui
jalan kabupaten menuju ruang terbuka dan/atau fasilitas umum terdekat
yang dapat digunakan sebagai ruang evakuasi bencana gelombang
pasang/abrasi;
b. Jalur evakuasi bencana alam banjir di Kecamatan Muaragembong,
Kecamatan Tarumajaya, Kecamatan Babelan, melalui jalan kabupaten menuju
ruang terbuka dan/atau fasilitas umum terdekat yang dapat digunakan
sebagai ruang evakuasi bencana banjir.

12. Rencana pengembangan Kawasan lindung seluas kurang lebih 5.449 Ha,
meliputi:
a. Mempertahankan kawasan hutan lindung;
b. Mempertahankan fungsi kawasan lindung non hutan;
c. Merehabilitasi kawasan lindung berupa penanaman mangrove di kawasan
hutan lindung;
d. Mengembangkan ekowisata dan agroforestri.

13. Kawasan suaka alam dan pelestarian alam yang terdapat di kawasan mangrove
Kecamatan Muaragembong dengan luas kurang lebih 5.311 Ha atau sekitar 4 %
dari keseluruhan wilayah Kabupaten;
14. Kawasan peruntukan hutan produksi terdapat di Kecamatan Muaragembong,
Babelan dan Cabangbungin dengan luas sekitar 5.239 Ha. Kawasan hutan
produksi dapat dikonversi menjadi permukiman baru, kegiatan agroindustri,
pergudangan, pelabuhan, pariwisata, dan kegiatan perkotaan lainnya.

15. Pengembangan Kawasan peruntukan perikanan, meliputi :


a. Kawasan perikanan tangkap di Kecamatan Tarumajaya, Kecamatan Babelan
dan Kecamatan Muaragembong;
b. Kawasan perikanan budidaya terdapat di Kecamatan Muaragembong,
Kecamatan Tarumajaya;

16. Kawasan peruntukan pertambangan golongan strategis yaitu pertambangan


minyak dan gas bumi di Kecamatan Babelan.

17. Pengembangan Kawasan peruntukan industri, meliputi :


Pengembangan industri besar di Kecamatan Tarumajaya, Kecamatan Babelan;

18. Kawasan peruntukan pesisir dan laut, meliputi Kecamatan Muaragembong,


Kecamatan Tarumajaya dan Kecamatan Babelan;
a. Pengembangan kawasan peruntukan pesisir dan laut meliputi pengembangan
kawasan permukiman nelayan dan bisnis kelautan;
b. Pengembangan kawasan permukiman nelayan terdapat di Kecamatan
Tarumajaya;
c. Pengembangan kawasan bisnis kelautan diarahkan untuk :
- Pengembangan kawasan pelabuhan perikanan di Muara Bendera
Kecamatan Muaragembong;
- Pengembangan kawasan perikanan tangkap dan budidaya di Kecamatan
Muaragembong, Kecamatan Tarumajaya dan Kecamatan Babelan;
- Pengembangan kawasan industri pengolahan perikanan di kecamatan
Muaragembong;
- Pengembangan kawasan pertambangan migas di Kecamatan
Muaragembong;
- Pembangunan terminal khusus Marunda Center di Kecamatan Tarumajaya;

19. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK):


a. KSK bidang pertumbuhan ekonomi yang berpotensi menjadi kegiatan
perekonomian tinggi yaitu Kecamatan Babelan dan Kecamatan Tarumajaya;
b. KSK bidang social budaya adalah Kecamatan Babelan;
c. KSK bidang kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi
tingggi, berupa sumber alam minyak dan gas bumi adalah Kecamatan Babelan,
Kecamatan Muaragembong dan Kecamatan Tarumajaya.
BAB III
PENGKAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN RENCANA DAN/ATAU PROGRAM TERHADAP
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

3.1 Land Subsidence, Rob, Banjir dan Genangan

Land Subsidance, Rob, Banjir dan genangan merupakan masalah yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi
Banjir erat hubungannya dengan wilayah ekologis antara daerah atas/hulu dan daerah
hilir yang saling berhubungan. Peningkatan air laut dan intensifnya kejadian land
subsidance menyebabkan terjadinya rob yang makin intens dan akan merupakan
fenomena yang menonjol kedepan sejak tahun 2009
Banjir, genangan dan rob akan semakin mengancam pantura mengingat : wilayah pesisir
teluk Jakarta merupakan daratan delta yang terbentuk akibat sedimentasi Cisadane dan
Citarum yang sangat tinggi sedangkan di bagian tengah (jakarta) sedikit mengandung
sedimen, dan cenderung merupakan tanah lunak; letak 40 % daratan jakarta dibawah
muka laut; penyedotan air tanah yang sangat intensif dan berlebihan; pengaruh
pemanasan global yang semakin nyata dan peningkatan muka air laut
Lonjakan penduduk akan melonjakan pengambilan air tanah. Daerah delta, lokasi yang
rendah dengan tanah lunak dan pengambilan air tanah yang intensif akan menyebabkan
Land subsidance semakin intens. Hal tersebut merupakan skenario yang sudah disadari
dari thn 1994, namun skenario tersebut tidak pernah terkontrol pada tahun tahun
selanjutnya, dan LS terus terjadi dengan data 5-10 cm/tahun (jica) Kondisi diatas
membuktikan bahwa efek dari tindakan akan menyebabkan efek akibat (walaupun LS ini
tidak sepenuhnya linier)
Masalah sekaligus tantangan yang erat dengan tata ruang adalah ruang biru yang
sangat tidak memadai; terjadinya erosi; sedimentasi dan pemeliharaan
Pengerukan mempunyai efek menurunkan muka air laut. Pengerukan di areal muara
akan menurunkan muka air laut, sehingga rob dapat dikurangi dampaknya
Faktor kontrol sesungguhnya ada di manusia, hal ini sangat penting dipahami dalam
menentukan kebijakan
Faktor managemen sangat penting dengan mempertimbangkan faktor surplus dan faktor
defisit air sehingga kunci managemen air adalah WATER BODY RATIO.
Laut haruslah lebih tinggi dari daratan. Hal ini menjadikan tanggul sebagai ide untuk
penanggulangan rob, sehingga pembangunan reklamasi harus dipandang bukan semata
mata utk meperluas dan memperoleh lahan baru tapi harus diintegrasikan bahwa
reklamasi sebagai upaya utk mengatasi penurunan muka air tanah.
Dalam hal kebijakan pembuatan tanggul ini aspek keamanan lingkungan harus menjadi
pertimbangan. Sanitasi yang masih buruk perlu ditingkatkan dengan adanya treatment
treatmen khusus, sedimentasi harus ditekan, juga dampak terhadap marine aqualive
harus dijaga
Jadi Reklamasi yang akan dilakukan harus dipadukan dengan/sebagai upaya penurunan
banjir dan penurunan terhadap dampak Rob juga diimbangi dengan penyimpanan air
dimusim surplus sbg upaya penyadiaan air dimusim kering
Dari uraian uraian diatas diusulkan tahapan kebijakan adalah : 1. penyediaan air
perpipaan untuk menekan penggunaan air tanah 2. konservasi air 3. penyediaan ruang
biru 4. peningkatan kualitas air 5. pembuaan tanggul (terakhir)

3.2 Abrasi, Sedimentasi dan Degradasi Ekosistem Mangrove

Pengelolaan Wilayah pesisir merupakan potret wilayah, oleh karena itu prinsip /acuan
nya harus sama. Yang dimaksud dengan wilayah pesisir adalah coastal zone yang terdiri
dari wilayah laut dan wilayah darat. Permasalahnya adalah sampai dimana batas batas
nya dan batas ini tidak sama disetiap daerah
Wilayah pesisir ini penting untuk dikelola karena hubungannya dengan konteks
pemanfaatan
Terdapat beberapa pendekatan : 1. pendekatan ekologis di Darat adalah : batas laut
berpengaruh ke darat (melalui Intrusi ) di Laut adalah batas darat (seperti sedimen)
berpengaruh ke laut. Batas wilayah pesisir menjadi sangat luas maka biasanya ditentukan
batas perencanaan. 2. Pendekatan DAS yaitu batas sejauh hubungan hulu–hilir. Pantura
teluk jakarta meliputi 3 propinsi dan wilayah Jabodetabekpunjur 3. pendekatan
administrasi (yang dianut UUno 27/2008) wilayah pesisir mempunyai batas darat
kecamatan dan batas laut 12 mil
Batas horizontal Pantura teluk jakarta mudah ditentukan (90 KM) namun batas vertikal
sulit ditentukan yaitu mulai dari tanjung Kait sampai Tanjung Kerawang. Kep seibu
merupakan pulau pulau sangat sangat kecil dan termasuk dalam wilayah pesisir patura
teluk Jakarta
Masalah Tata Ruang adalah konflik yangterjadi antara perikanan budidaya dengan
perhubungan laut dan industri dan konflik industri dengan pariwisata
Dalam kaitannya dengan KLHS diusulkan secara bertahap seperti pada gambar
Terdapat 6 isu utama bio-fisik di pantura yaitu : 1. degradasi ekosistem wilayah pesisir
(mangrove) 2. pencemaran perairan 3. abrasi pantai 4. pemanfaatan ruang 5.
perikanan budi daya 6. perikanan tangkap
Degradasi mangrove disebabkan oleh 1. alih fungsi lahan menjadipelabuhan,
tamak dan wisata 2. pencemaran perairan oleh sampah dan 3. tingginya abrasi
sp 30 cm/tahun
Abrasi banyak terjadi disepanjang pantai dan juga akibat konflik pemanfaatan ruang
Sebagai upaya mengatasi abrasi dilakukan penanaman mangrove. Namun peneneman
mengrove ini perlu dilakukan dengan soft capture padahal yang ada sekarang hard
capture sehingga rehabilitasi yang dilakukan tidak berhasi. Sebanyak mangrove yg
ditanam sebanyak itu pula yang mati. Penanaman soft capture adalah memenfaatkan
rekayasa teknologi dengan system peneman apaung dan buis beton/bambu sehingga
kualitas/kuantitas sedimen terkontrol seperti di kamal muara.
Perikanan Budi daya sepereti kerang hijau di jakarta sangat bagus karena high organik,
namun banyaknya industri penghasil logam berat merupakan ancaman terhadap kualitas
kerang budi daya. Bagan/ rakit rakit juga menggangu alur pelayaran. Saat ini tidak ada
jaminan utk alih profes
Perikanan tangkap mempunyai masalah mengingat TPI TPI yang ada menampung ikan
ikan dari luar teluk jakarta. Untuk itu perlu ada pengalihan pendekatan kearah industri
perikanan

3.3 Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih

Luas lahan di DKI Jakarta dibandingkan dengan besarnya penduduk Jakarta (9.6 juta jiwa)
menyebabkan Jakarta tidak lagi dapat menampungpenduduknya secara layak.
Salah satu masalah yang menjadi isu adalah kelangkaan air bersih. Kelangkaan air bersih
ini disebabkan karena kelangkaan air baku air minum.
82 % (?) supply air baku air minum DKI berasal dari luar DKI Jakarta yaitu dari Tarum
Barat dan dari Cisadane. Hanya sebagian kecil saja (2.2 %) yang berasal dari jakarta
sendiri seperti Instalasi Krukut dan condet yang seakan akan mati suri.. Hal ini
menyebabkan tarif air bersih tertinggi di bandingkan jepang dan korea dan kualitasnya
terendah dibandingkan vietnam.
Kondisi tersebut disebabkan pencemaran yang tinggi; kebocoran yang besar dan tidak
adanya air baku air minum yang layak.
Kondisi air perpipaan tersebut mendorong masyarakat semakin besar memanfaatkan air
tanah khususnya di Jakarta Utara dimana Jakarta Utara merupakan sumber knflik,
sumber kemiskinan dan tidak terlayani oleh air perpipaan.
Pelayanan air bersih di Jakarta baru mencapai 44% dan Peta kerawanan air bersih pada
tingkat kelurahan menunjukan hampir seluruh kelurahan rawan air bersih. Hanya 2
kelurahan yang tidak termasuk rawan air bersih dari 31 kelurahan di jakarta utara, yaitu
kelapa gading Barat dan kelapa gading timur. Kelurahan yang terparah berada di bagian
Barat (kamal) yang berada di depan Bandara.
Dari data diatas maka target tahun 2015 air perpipaan mengcover 80 % penduduk sangat
tidak memungkinkan.

3.4 Pengendalian Pencemaran dan Penanganan Sampah

Pengendalian pencemaran air dan kerusakan lingkungan merupakan satu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan. Ratio debit sungai 13 sungai sangat tinggi sehingga semua sungai
di jakarta sudah mengalami kerusakan secara ekosistem yang berdampak pada tingginya
pencemaran dimana tidak ada satu sungaipun di DKI Jakarta yang memenuhi kelas airnya
atau peruntukannya. Oleh karena itu pengelolaan air pada musim hujan (surplus) dan
musim kemarau (defisit) merupakan satu paket managemen. Melihat situasi dan kondisi
yang hampir sama dengan Jakarta maka kab. Bekasi dan Kab. Tangerang mengalami hal
yang sama.
Pencemaran air sungai di daratan mempengaruhi kualitas air laut. Pada great ke satu (+/-
5 km dari pantai ) perairan laut telah mengalami pencemaran berat khususnya organik
yang tinggi dan dibeberapa lokasi telah mengalami septik, dimana pada musim peralihan
terjadi turbulensi yang berdampak terhadap kematian ikan. Fenomena kematian ikan
frequensinya cenderung makin tinggi
Selain Pencemaran organik yang perlu diwaspadai adalah pencemaran logam berat
seperti tembaga (Cu) dan Cadmium (Cd) yang keberadaannya semakin merata diseluruh
lokasi dan sifat dampaknya yang kumulatif.

3.5 Pemanfaatan Ruang Laut

3.6 Sosial Ekonomi

Berikut adalah uraian beberapa aspek mendasar kebijakan yang terkait langsung dengan isu
strategis yang terungkap dalam FGD KLHS Pantura Teluk Jakarta. Aspek tersebut bisa
terdapat baik dalam dokumen RTRW, RUPE, RUPS dan berbagai program kebijakan yang
lebih spesifik lainnya.

Aspek Visi Pembangunan

Isu Strategis : Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta

Saat ini belum ada satu pun dokumen kebijakan baik di tingkat provinsi DKI Jakarta,
Tangerang, Bekasi dan Jawa Barat maupun di tingkat nasional yang cukup meyakinkan
mengenai visi besar, strategi dan skenario peningkatan daya saing wilayah Jabodetabek
(Greater Jakarta) termasuk kawasan urban pesisir utara Teluk Jakarta dalam menghadapi
persaingan global maupun regional yang semakin nyata. Sebagai contoh pelabuhan laut di
Teluk Jakarta atau di wilayah Jabodetabek tidak bisa secara efektif mengambil manfaat
ekonomi dan sosial dari besarnya arus lalu-lintas kontainer barang yang melalui perairan
Indonesia yang notabene sekitar 40 % dari seluruh arus kontainer barang dunia. Hampir
semua manfaat dan nilai tambah diambil oleh pelabuhan di Singapura dan Malaysia.
Pertanyaannya bagaimana pengembangan pelabuhan di Indonesia khususnya di pulau Jawa
dan wilayah greater Jakarta mengantisipasi hal tersebut. Adakah kaitan reklamasi terhadap
peningkatan kapasitas pelayanan pelabuhan agar menjadi jauh lebih kompetitif? Adakah
kaitan antara jaringan jalan raya dan kereta api yang akan dibuat berkaitan dengan isu
peningkatan daya saing regional tersebut?
Sementara itu efektivitas peran sentral wilayah DKI Jakarta sebagai hub nasional juga patut
diwaspadai keberlanjutannya. Banyak komoditi nasional baik yang berupa barang maupun
jasa yang proses peningkatan nilai tambahnya dalam rangkaian rantai pasok justru terjadi di
luar Indonesia seperti pengolahan komoditi cacao di Singapura dan penyelenggaraan
pertunjukan budaya adiluhung Indonesia yang justru terjadi di gedung konser di Singapura.

Pertanyaan strategisnya apakah seluruh kebijakan pengembangan infrastruktur ekonomi,


perdagangan dan sosial budaya yang ada baik itu pelabuhan kontainer, pelabuhan curah,
pendaratan ikan, pengembangan waterfront dan reklamasi, peningkatan kapasitas
pembangkit listrik dan sebagainya hanya sekedar merespon tekanan internal dan domestik
saat ini saja?
Jika ternyata jawabannya hanya sekedar merespon tantangan dan tekanan internal saja
maka hal ini tentu belum memberi jaminan keberlanjutan prospek pengembangan ekonomi
wilayah ini dari tantangan dan tekanan persaingan regional maupun global. Selayaknya
setiap pengembangan yang ada hakekatnya merupakan suatu upaya konsolidasi
asset/sumberdaya yang terpadu guna lebih meningkatkan daya saing dan keberlanjutan
peradaban kota di wilayah Greater Jakarta khususnya di wilayah Pesisir Teluk Jakarta.

Aspek Keterpaduan Pengembangan Wilayah Teluk Jakarta

Isu Strategis : Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah
tersingkirkan (urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya saing dan kualitas
lingkungan hidup

Salah satu tantangan terbesar pada era reformasi saat ini adalah merebaknya iklim
keterbukaan dan peningkatan aspirasi otonomi daerah yang sayangnya tidak dibarengi
dengan peningkatan kemampuan mewujudkan perencanaan pengembangan aset secara
terpadu dan lintas wilayah. Akibatnya secara spasial saja dengan mudah diidentifikasi
betapa parsialnya pengembangan yang telah terjadi. Pengembangan yang terbentuk lebih
merupakan cluster-cluster yang tidak terkoneksi dengan baik, tidak terpadu dan bahkan
seringkali saling bertentangan. Sebagai contoh pertentangan yang terjadi tersebut antara
lain:
Pertentangan peruntukan. Di wilayah Dadap Kosambi Tangerang adalah zona industri
dan pergudangan sementara bagi DKI Jakarta daerah Kamal merupakan zona konservasi
Ketidakharmonisan cluster pengembangan. Di Muara Angke merupakan cluster
pendaratan ikan, pengolahan ikan dan pemukiman sederhana yang sangat sulit dalam
pengelolaan limbahnya langsung bertetangga dengan cluster hutan angke yang
merupakan area konservasi
Ketidak paduan cluster. Cluster Kemayoran dengan cluster Ancol yang sama-sama
merupakan kawasan pengembangan bernilai tambah tinggi ternyata hanya dipisahkan
oleh sepenggal area pemukiman padat horizontal Pademangan dan Pesanggrahan.
Ketidak paduan ini menghilangkan potensi nilai tambah yang lebih besar bagi DKI Jakarta
secara umum
Ketidakseimbangan struktur sosial. Hampir di sepanjang area pesisir Jakarta terjadi
ketidakseimbangan struktur sosial pemukiman dalam pemanfaatan ruang wilayahnya.
Kenyataan hari ini kawasan pemukiman yang terdapat di area ini hanyalah kawasan
pemukiman terencana dari golongan sangat kaya dan kawasan pemukiman kelas bawah
yang sebagian besar berupa perkampungan kota yang padat-horisontal dan tumbuh
nyaris secara otonom. Nyaris tidak ada pemukiman kelas menengah terencana yang ada,
secara observasi visual hanya daerah Pluit yang terdapat pemukiman kelas menengah.
Kondisi ini menyebabkan pertentangan antar kelas mudah terjadi sebab kelas sangat atas
langsung berhadapan dengan kelas sangat bawah. Kelas bawah sangat mudah mengidap
kecemburuan sosial sementara kelas atas mengidap paranoia sosial. Kecenderungan
semakin maraknya fenomena “gated communities” di pemukiman atas membuktikan hal
ini. Ketimpangan struktur sosial ini dapat menjadi lahan subur bagi radikalisme sosial. Jika
fenomena ini dibiarkan terus maka kerukunan sosial yang merupakan modal sosial
negara Pancasila yang sudah sejak lama kita pupuk dan pelihara ini akan semakin
tergerus bahkan bisa menjadi kenangan belaka.

Pada kesempatan perencanaan pengembangan kawasan pantura Teluk Jakarta berikutnya


selayaknya diupayakan peningkatan keseimbangan, keterpaduan dan harmonisasi jenis
peruntukan antar cluster pengembangan di area yang akan direvitalisasi maupun di area
baru hasil reklamasi.

Aspek Pengelolaan Pertumbuhan dan Kepadatan Wilayah Pesisir Teluk Jakarta

Isu Strategis : Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pemukiman horizontal

Gejala urban sprawl di wilayah Jabodetabek secara umum terutama ditandai dengan meluas
secara tidak terkendalinya wilayah pemukiman horizontal. Sebagai contoh wilayah
pemukiman DKI Jakarta berdasarkan statistik BPS meliputi hampir 65% seluruh total
wilayahnya (total wilayah 670 km2). Seluruh areal pemukiman di DKI Jakarta menampung
sekitar 9 juta penduduk maka kepadatan di area pemukimannya sekitar 207 orang per
hektar. Bandingkan dengan 4 juta penduduk Singapura yang hanya ditampung di 12 % saja
dari total wilayahnya (total wilayah hampir serupa yaitu 680 km2) atau dengan kepadatan
sekitar 497 orang per hektar. Perbandingan ini membuktikan bahwa kepadatan bukanlah isu
pokoknya melainkan cara kita mengelola kepadatan lah yang menjadi isu pokok yang harus
dijadikan arahan kebijakan. Wilayah pemukiman Singapura yang lebih padat dan
berorientasi vertikal ternyata memiliki kualitas lingkungan binaan yang jauh lebih baik
mutunya dari kebanyakan pemukiman padat horizontal di Jakarta.
Kepadatan yang efisien memungkinkan suatu tatanan kawasan campuran dan kehadiran
ruang terbuka. Semua ini juga bermula dari paradigma perencanaan kota dan wilayah yang
lebih mengutamakan pejalan kaki dan transportasi massal daripada kendaraan pribadi.
Pelajaran berharga yang dapat ditarik bagi kebijakan perencanaan wilayah pesisir utara
Teluk Jakarta yang baru, seperti di area yang akan direklamasi ataupun peremajaan area
yang akan direvitalisasi, adalah sangat jelas yaitu tidak ada ruang lagi untuk pengembangan
pemukiman yang bersifat horizontal.

Pengembangan wilayah kota selayaknya diarahkan menjadi pemukiman vertikal kompak


dan terpadu dengan kawasan campuran yang memungkinakn hadirnya berbagai fasilitas
penting kota hanya dalam jangkauan pejalan kaki. Ruang terbuka publik dan taman-taman
pun akan lebih mungkin dialokasikan secara signifikan. Konsolidasi dan keterpaduan utilitas
dan infrastruktur publik pun akan lebih mudah diwujudkan dan idealnya terkoneksi langsung
pula dengan jaringan transportasi massal.

Aspek Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Wilayah Pesisir Teluk Jakarta

Isu Strategis : Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
lemah

Karena tiadanya visi pengembangan kawasan yang kuat di wilayah Pantura dan juga di
sepanjang DAS dan badan air lainnya maka arah pertumbuhan pengembangan di Pantura
khususnya Jakarta sejak kita merdeka tidak lagi berorientasi pada laut maupun sungai.
Akibatnya arah pengembangan banyak yang menjadikan wilayah ini sebagai area back of the
house, area yang terlupakan, sehingga bisa dimengerti mengapa area sepanjang DAS dan
pesisir pada akhirnya justru banyak diisi oleh kantung-kantung kemiskinan yang berwujud
pada pemukiman padat kelas bawah dan aktivitas sentra ekonomi rakyat bernilai tambah
rendah semacam pelabuhan rakyat dan pendaratan nelayan tradisional.

Menyikapi dan merespon fenomena ini hanya dengan pendekatan bantuan sosial hanya
akan membuat wilayah tersebut menjadi beban sosial berkepanjangan padahal seharusnya
wilayah pesisir dan DAS tergolong area bernilai tambah tinggi. Setiap upaya pemberdayaan
seyogyanya dapat memutus lingkaran kemiskinan dan degradasi lingkungan tersebut secara
sistematik dan terpadu. Prioritas utama bagi warga miskin perkotaan tersebut
sesungguhnya bukanlah penyediaan fasilitas pemukiman di wilayah tersebut yang lebih baik
melainkan penyediaan sentra perekonomian dan pemberdayaan perekonomian masyarakat
yang lebih baik, terpadu dan lebih kompetitif yang tetap menjadikan mereka sebagai subyek
pelaku ekonominya. Jika sentra ekonomi dapat dikembangkan di wilayah lain yang lebih
ekonomis dan lebih luas maka merelokasi sentra perekonomian rakyat dan menyiapkan
pemukiman yang lebih terpadu dan baik akan menjadi solusi yang lebih rasional dan
membuka peluang perbaikan kesejahteraan bagi golongan tersebut. Sebaliknya jika
kebijakan yang diambil hanya kebijakan memukimkan minus skenario pemberdayaan
ekonomi yang lebih rasional maka yang terjadi adalah kemungkinan perpindahan
kepemilikan rumah atau justru melestarikan kemiskinan itu sendiri.

Aspek Kegentingan Permasalahan Sosial di Wilayah Pesisir Teluk Jakarta

Isu Strategis : Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ancaman permasalahan sosial yang ada

Uraian berbagai isu strategis sebelumnya sesungguhnya sudah cukup memberi sinyal
kegentingan permasalahan sosial yang ada. Jika respon kebijakan yang ada belum secara
mendasar mengacu dan merespon secara positif dan sistematis permasalahan tersebut
maka niscaya beban permasalahan akan terus meluas dan semakin kompleks. Sebagai
gambaran kota Jakarta yang pertumbuhan ekonominya berbasis industri jasa maka
sumberdaya utamanya adalah manusia, manusia unggul (high skilled labor) tentunya. Muara
seluruh kebijakan pemerintah tidak terkecuali kebijakan penataan ruang seyogyanya adalah
pada strategi penataan dan konsolidasi aset sumberdaya manusia yang berkelanjutan.
Dalam setiap perencanaan wilayah harus dipikirkan bagaimana mobilitas manusia dapat
difasilitasi dengan lebih efisien, andal dan terkoneksi ke pusat-pusat kegiatan baru maupun
lama. Harus dipikirkan dan direncanakan bagaimana sumber daya manusia unggul dapat
dimukimkan kembali di tengah kota. Harus dipertimbangkan dan direncanakan dengan lebih
seksama upaya revitalisasi kawasan pemukiman yang ada, memperbaiki keseimbangan dan
keselarasan antar cluster pengembangan, antar cluster kelas sosial dan mencegah potensi-
potensi sistemik konflik sosial yang mewujud secara spasial.

3.7 Sosial Budaya

Saat ini di kawasan Teluk Jakarta bukan saja sedang terjadi suatu krisis lingkungan fisik
yang mencemaskan, tetapi sekaligus dibarengi oleh krisis sosial-ekonomi dan budaya
yang ditandai oleh kemiskinan, kesenjangan sosial yang semakin menajam, perebutan
sumber-sumber kehidupan yang mendasar seperti perebutan lahan pemukiman, ruang
usaha, hak pemakaian/akses terhadap pantai dan sebagainya yang dapat menjurus pada
suatu konflik sosial yang besar dan eksplosif.
Kondisi ini berakar pada persoalan yang lebih mendasar yaitu: tidak adanya sistem nilai
yang mendasari kehidupan masyarakat di kawasan ini dalam bentuk visi pembangunan
kota:
o “Apa cita-cita bangsa ini terhadap kawasan Teluk Jakarta (yang mencakup wilayah
Jakarta, Bekasi, Tangerang)?”.
o “Peradaban kota seperti apa yang akan dikembangkan di Jakarta, Bekasi, Tangerang?”
(misalnya: Megapolitan?, waterfront city?, kota bahari? dsb.)
o “Bagaimana Kawasan Teluk Jakarta ini dimasa depan akan kita persaingkan dengan
kota-kota pelabuhan lainnya di kawasan Pasifik?
Didalam RTRW DKI memang sudah ada rumusan: ”budaya kota yang tertata dan
terkendali” serta ”mengembangkan tataruang yang mendisiplinkan masyarakat”.
Pernyataan ini sebenarnya sangat melegakan, karena sudah sejalan dengan konsep:
“Educating City” yaitu kota yang mampu mendidik warganya untuk mengarah pada cara
hidup atau peradaban kota yang ditandai pola sikap yang “sadar/cerdas lingkungan” dan
perilaku yang “partisipatif”.
Kerusakan alam di Teluk Jakarta disebabkan oleh cara pandang dan cara hidup seluruh
strata penduduk kota (baik Jakarta, Tangerang dan Bekasi) terhadap lingkungan (tanah,
sungai, laut dsb.). Ini bukan hanya kesalahan penduduk kawasan itu saja, tetapi seluruh
kota. Karena itu perbaikan fisik di Teluk Jakarta tidak akan bertahan lama tanpa adanya
konsep Pembangunan Kawasan yang sistemik dan punya visi.

Isu Strategis : Tidak adanya visi tentang arah pembangunan masa depan Teluk Jakarta
dalam menghadapi persaingan global, sehingga kebijakan pembangunan fisik serta
pengembangan sosial-ekonomi-budaya masyarakat kota Jakarta, Tangerang, Bekasi dan
sekitarnya tidak memiliki arah Peradaban yang jelas (lihat: Mindmap).

Analisis :
1) Tidak adanya visi Pembangunan Kawasan Teluk Jakarta yang didukung oleh visi
pembangunan seluruh kota (baik di Jakarta, Tangerang dan Bekasi) ini telah
menyebabkan kawasan Teluk Jakarta tidak terencana secara sistemik dan siap
menghadapi persaingan global.
2) FGD yang diselenggarakan dalam kajian ini mempersoalkan hal-hal berikut ini :
Sehubungan dengan budaya bahari, apa orientasi pembangunan wilayah laut di
Kepulauan Seribu?
Penduduk kota Jakarta telah berorientasi global, tetapi cenderung melupakan potensi
budaya lokal/nasional, sehingga kekayaan budaya tidak dapat dikembangkan/dijual. Di
daerah Teluk Jakarta misalnya banyak terdapat situs-situs budaya lama dan tradisi
senibudaya yang masih dapat dikembangkan untuk wisata bahari (termasuk tradisi
budaya nelayan).
Tidak adanya visi tentang persaingan antar Negara di kawasan Pasifik dimasa
sekarang dan masa depan (Malaysia, Singapore, Korea, Taiwan, Hongkong, Cina
Daratan dsb.).
Konsep “waterfront city” tidak pernah diturunkan menjadi suatu konsep
“pengembangan budaya kota” baik di Jakarta maupun Tangerang dan Bekasi secara
terinci dan diimplentasi.

Karena konsep masa depan itu tidak disusun dan dijadikan kebijakan, Masterplan (RTRW),
UU dan sebagainya maka kebudayaan kota di Teluk Jakarta tidak mengarah pada cita-cita itu
dan pola hidup masyarakat (baik kelas bawah menengah maupun atas) sama-sama menjadi
faktor kehancuran lingkungan. Apalagi pada dasarnya kota Jakarta adalah suatu “Delta City”
yang merupakan muara dari 13 sungai.

Saran :
Rencana pembangunan reklamasi di kawasan Teluk Jakarta harus diintegrasikan dengan
perumusan secara komprehensif visi pembangunan kawasan Teluk Jakarta (oleh Badan
Pengelola) dan ditunjang oleh visi masing-masing kota: Jakarta, Tangerang dan Bekasi.
Pembangunan wilayah ini harus mengacu pada persaingan global dengan kota-kota lain di
tepian Pasifik, lebih berparadigma “bahari” dan bersifat “waterfront”.

Isu Strategis : Kebijakan pembangunan yang ada belum secara sensitif mengantisipasi dan
merespons ancaman sosial-budaya

Analisis :
Kondisi kerusakan lingkungan dan sosial-ekonomi-budaya yang akut di kawasan ini
menunjukkan bahwa kebijakan pembangunan misalnya RTRW belum sensitif terhadap
ancaman permasalahan sosial-budaya masa depan karena kurang dilandasi oleh analisis
yang mendalam dan komprehensif tentang potensi dan kondisi sosiologis (struktur sosial,
proses sosial dan kultur) masyarakat setempat , serta analisis tentang potensi pembangunan
ekonomi yang sesuai kondisi masyarakat setempat.

Saran :
Master Plan (RTRW) yang lebih berorientasi pada pembagian Ruang sebaiknya dilengkapi
dengan Rencana Umum Pembangunan Sosial-Budaya (RUPSB) dan Rencana Umum
Pembangunan Ekonomi (RUPE) agar potensi sosial-ekonomi-budaya masyarakat di kawasan
Teluk Jakarta lebih teridentifikasi sejak awal dan dapat dirumuskan perencanaan
pembangunannya secara lebih realistis. Dengan kata lain secara inheren grand design kota
telah mempertimbangkan dan mengidentifikasi potensi dan kondisi semua bidang
kehidupan secara komprehensif dan sistemik.

Isu Strategis : Pemanfaatan lahan untuk pemukiman di kawasan Teluk Jakarta belum
efisien karena masih didominasi oleh pemukiman horizontal yang berkepadatan tinggi.

Analisis :
Posisi kawasan Teluk Jakarta yang merupakan muara dari 13 sungai jauh lebih ktritis dari segi
lingkungan fisik daripada wilayah kota lainnya, karena itu penataan lahan terutama
pemukiman di kawasan ini perlu menerapkan konsep keserasian lingkungan yang lebih ketat.
Hal ini akan terkait dengan kesiapan sosial budaya penduduknya, sehingga untuk kawasan ini
diperlukan suatu Perencanaan Sosial yang khas.
Saran :
Perlu mulai dibudayakan “pemukiman vertikal”, tetapi jangan dimulai dari kelas bawah,
melainkan dari kelas atas, menengah dan menengah bawah dengan “system land
consolidation” (untuk menghindari penggusuran). Perbaikan perumahan kelas bawah
(kampung kumuh) yang tidak liar sebaiknya dilakukan dengan pendekatan “Perbaikan
Kampung”, bukan “urban renewal”, karena kemiskinan mereka masih sangat dalam, mereka
belum siap untuk menghuni rumah susun (bisa terjadi “vertical slum”). Konsep perbaikan
kampung merupakan pendekatan yang realistis dan akomodatif bagi kaum miskin tetapi
sekaligus merupakan mekanisme “pembelajaran masyarakat” (kebersihan, ketertiban,
keamanan dan pembatasan jumlah penghuni dan kepadatannya).

Isu Strategis : Pola penataan spasial dan ekonomi yang kurang mempertimbangkan
keselarasan sosial dan integrasi sosial-ekonomi antar strata sosial yang mengakibatkan
segregasi sosial, tersingkirnya kelas menengah (urban sprawl), kerawanan konflik sosial,
penurunan daya saing kawasan.

Analisis :
Integrasi sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan ini sangat rawan. Masyarakat kelas
menengah cenderung berpindah kepinggir kota (urban sprawl), hal ini disebabkan karena
kepadatan tinggi dari pemukiman yang horizontal serta proses kekumuhan. Daerah ini
memiliki struktur kependudukan yang kontras yakni dihuni oleh masyarakat lapisan atas dan
masyarakat lapisan terbawah yang tidak terjembatani secara sosial maupun ekonomi oleh
lapisan menengah. Proses segregasi sosial bahkan sudah menimbulkan fenomena
“komunitas berpagar” yang rawan konflik sosial serta radikalisme.
Untuk menjembatani kelas menengah dan atas dengan kelas bawah, sebaiknya dimulai
dengan mengembangkan/memperkuat fungsi ekonomi kelas bawah terhadap kelas
menengah (misalnya PKL ditingkatkan dengan konsep Pujasera), sehingga terjadi
peningkatan lapangan usaha dan penghasilan. Disamping itu juga perlu membuka akses ke
Pantai bagi masyarakat kelas bawah serta mengembangkan wisata Pantai bersama mereka
(partisipasi ekonomi).

Kehadiran masyarakat lapisan menengah di kawasan ini perlu didorong dengan


pembangunan daerah pemukiman vertikal.

Isu Strategis : Meningkatnya kemiskinan & kecenderungan hilangnya kesempatan


berusaha dikalangan strata ekonomi lemah (terutama nelayan).

Analisis :
Kesenjangan antar kelas sosial di kawasan ini semakin tinggi. Salah satu masalah
“pemiskinan” di kawasan ini yaitu masalah nelayan, karena mereka telah mengalami
penurunan kapasistas dan mulai membutuhkan suatu perubahan profesi berkaitan
dengan maslah perubahan iklim. Masalah kedua adalah pengembangan sector ekonomi
informal.
Tanpa adanya konsep pengembangan ekonomi yang komprehensif (dikaitkan dengan
penataan ruang dan pengembangan SDM), kesenjangan ini akan menorah pada konflik
social yang eksplosif di kawasan ini.

Saran :
Perlu dikembangkan suatu perencanaan ekonomi yang secara efektif memberi jalan
keluar bagi program alih profesi bagi para nelayan.
Perlu dikembangkan konsep pembangunan bahari yang memberdayakan daerah
Kepulauan Seribu. Konsep pembangunan saat ini sangat terfokus ke daratan yang nota
bene telah mengalami banyak kebuntuan (perlu suatu paradigm pembangunan yang
baru).
Jumlah penduduk lapisan bawah yang berlebih dan arus migrasi ke kawasan ini perlu
diakomodasi melalui kerjasama perencaan pemukiman yang lebih terpadu antar ketiga
kota (Jakarta, Bekasi dan Tangerang). Hal ini harus dikaitkan dengan penyebaran potensi
ekonomi dari Jakarta ke kedua kota lainnya.
BAB IV
ALTERNATIF KEBIJAKAN, RENCANA DAN/ATAU PROGRAM
4.1 Rumusan Alternatif Kebijakan, Rencana dan/atau Program
REKOMENDASI ISU STRATEGIS KLHS TELUK JAKARTA DALAM KRP KABUPATEN TANGERANG
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence RTRW 2010-2030 Raperda RTRW Kabupaten Tangerang 2010 –
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 2030, khususnya didalam bagian Penjelasan
Banjir/Genangan BAB VI agar dilengkapi dengan materi tersebut
Abrasi dan Kerusakan Pantai PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS dibawah ini.
Degradasi Ekosisitem Mangrove KABUPATEN
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Beberapa lokasi di Pantura masuk dalam
Sedimentasi Pasal 39 penetapan Kawasan Strategis Kabupaten.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri (1) Kawasan Strategis Nasional, meliputi: Belum ada pengaturan lebih lanjut.
Penanganan Sampah Perpres 54 tahun 2008 Kabupaten
Tangerang termasuk kedalam Kawasan Land Subsidence
Pemanfaatan Ruang Laut
Strategis Nasional (KSN) dari sudut Dalam RTRW perlu ada pengendalian
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
kepentingan pertumbuhan ekonomi. pemanfaatan air bawah tanah
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(2) Kawasan Strategis Provinsi Banten,
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
meliputi: Rob dan Kenaikan Muka Air Laut
ancaman permasalahan sosial yang ada
Kawasan Strategis Provinsi Banten yang Perlu ada ketentuan mengenai strategi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
ada di Kabupaten Tangerang meliputi : penanggulangan rob/kenaikan muka air
dalam pemukiman horizontal
1. Kawasan penyangga Bandara untuk laut
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan kepentingan daya dukung lingkungan.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, 2. Kawasan Pusat Kegiatan Wilayah Banjir/Genangan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Promosi (PKWp) Balaraja untuk - Pasal 27 ayat (1) huruf b ditambahakan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup kepentingan ekonomi. pembangunan tandon air di 8 Kecamatan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata 3. Kawasan Pusat Kegiatan Wilayah - Daerah genangan direncanakan sebagai
ekonomi lemah Promosi (PKWp) Teluknaga untuk daerah tampungan air
kepentingan ekonomi.
4. PLTU Lontar untuk kepentingan Abrasi dan Kerusakan Pantai
teknologi tinggi. - Perlu ditambahkan strategi tentang
(3) Kawasan strategis di kabupaten, meliputi : penanggulangan abrasi
1. Kawasan Strategis Kawasan Pusat - Perlu ditambahkan strategi tentang
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) penanggulangan kerusakan pantai akibat
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut a. Klasifikasi Kawasan Strategis : penambangan pasir
Banjir/Genangan Kepentingan lingkungan hidup - Perlu ditambahkan strategi tentang
Abrasi dan Kerusakan Pantai b. Lokasi : Kecamatan Balaraja dan pengendalian penambangan pasir
Degradasi Ekosisitem Mangrove Teluknaga - Perlu diawali dengan penentuan garis
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih c. Kegiatan Utama : Perdagangan pantai
Sedimentasi dan jasa, industri, Perumahan, - Perlu ditambahkan ketentuan tentang
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dan pergudangan kawasan yang berfungsi untuk
Penanganan Sampah pengendalian banjir, dan pengendalian
2. Kawasan Strategis Kawasan Pusat rob, tidak dialih fungsikan
Pemanfaatan Ruang Laut
Kegiatan Lokal (PKL)
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
a. Klasifikasi Kawasan Strategis : Degradasi Ekosistem Mangrove
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Pertumbuhan ekonomi dan - Pasal 33 ditambahkan Kecamatan Mekar
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
lingkungan Baru
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. Lokasi : Kecamatan Tigaraksa dan - Perlu ditambahkan ketentuan tentang
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
Kronjo penanaman mangrove di kawasan pesisir
dalam pemukiman horizontal
c. Kegiatan Utama : pantai
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan - PKL Tigaraksa : Pusat
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, pemerintahan kabupaten, Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik perkantoran, permukiman, - Perlu ditambahkan arahan mengenai
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup perdagangan dan jasa water front city
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata - PKL Kronjo : - Pasal 24 ayat (6) ditambahkan Kecamatan
ekonomi lemah Pemerintahan kecamatan, Mekar Baru
permukiman, pertanian dan
perikanan. Sedimentasi
3. Kawasan Strategis Kawasan Pusat Perlu ditambahkan strategi normalisasi
Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) muara sungai sebagai upaya
a. Klasifikasi Kawasan Strategis : penanggulangan sedimentasi
Pertumbuhan ekonomi dan
lingkungan Pencemaran Perairan Akibat Limbah
b. Lokasi : Kecamatan Mauk, Domestik dan Industri
Kosambi, Perlu ditambahkan strategi
Pasarkemis, Sepatan, Cikupa, penanggulangan/penanganan sampah di
Kelapadua dan Curug. perairan secara terintegrasi
c. Kegiatan Utama : Pemerintahan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence kecamatan, Penanganan Sampah (Perairan)
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Perkantoran, permukiman, Perlu ditambahkan strategi
Banjir/Genangan industri,pertanian perdagangan penanggulangan/penanganan sampah di
Abrasi dan Kerusakan Pantai dan jasa. perairan secara terintegrasi
Degradasi Ekosisitem Mangrove 4. Kawasan Strategis Dryport Pemanfaatan Ruang Laut
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih a. Klasifikasi Kawasan Strategis : - Pasal 3 ayat (2) perlu ditambahkan
Sedimentasi Pertumbuhan ekonomi dengan strategi untuk penanggulangan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri danlingkungan penurunan permukaan tanah, rob dan
Penanganan Sampah b. Lokasi : Kecamatan Jambe kenaikan muka air laut, banjir dan
c. Kegiatan Utama : Transportasi genangan, abrasi, erosi, sedimentasi,
Pemanfaatan Ruang Laut
dan Pergudangan intrusi air laut, pengendalian
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
pencemaran, kerawanan air bersih,
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
5. Kawasan Strategis sekitar Bandara Soekarno pencemaran air, kerusakan pantai
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Hatta - Perlu ditambahakan Kecamatan Kemiri,
ancaman permasalahan sosial yang ada
a. Klasifikasi Kawasan Strategis : perlu konfirmasi dengan Dinas Pertanian
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
Pertumbuhan ekonomi dan Peternakan mengenai Kecamatan
dalam pemukiman horizontal
b. Lokasi : Perluasan Bandara Mauk
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Soekarno Hatta - Pasal 38 ayat (3) a ditambahkan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, c. Kegiatan Utama : Transportasi Kecamatan Paku Haji, Kecamatan Teluk
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Udara dan Pergudangan Naga, Kecamatan Kosambi (perlu
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup konfirmasi dengan Dinas Perikanan dan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata 6. Kawasan Strategis Perbatasan DKI Jakarta Kelautan)
ekonomi lemah a. Klasifikasi Kawasan Strategis :
Pertumbuhan ekonomi dan Pengelolaan Ruang laut antara hasil
lingkungan reklamasi
b. Lokasi : Kecamatan Kawasan strategis pantura Tangerang pasca
Kosambi reklamasi harus dikelola secara terpadu oleh
c. Kegiatan Utama : Pergudangan, satu manajamen pengelola dan mencakup
industri, perdagangan dan jasa juga bagian pesisir pantura yang ada
sekarang, sehingga masalah pengelolaan
7. Kawasan Strategis PLTU Lontar sampah dan pengerukan sedimen,
a. Klasifikasi Kawasan Strategis : keamanan, ketertiban dapat dilakukan
Pertumbuhan ekonomi secara rutin dan terpadu
danlingkungan
b. Lokasi : Desa Lontar Kecamatan Kemungkinan alih fungsi lahan di daratan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Kemiri pasca reklamasi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut c. Kegiatan Utama : Pembangkit Pasca reklamasi, Tanah daratan di sekitar
Banjir/Genangan Listrik untuk Provinsi Banten dan Pantura diprediksi akan naik nilai jualnya,
Abrasi dan Kerusakan Pantai DKI peruntukan lahan di daerah tersebut pada
Degradasi Ekosisitem Mangrove 5. Kawasan Strategis Rencana umumnya untuk pertanian/RTH yang pada
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Reklamasi Pantai umumnya bukan milik masyarakat lokal
Sedimentasi a. Klasifikasi kawasan strategis : tetapi milik orang luar Tangerang dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pertumbuhan ekonomi dan Perhutani. Oleh karena itu dibutuhkan
Penanganan Sampah pelestarian kebijakan pengawasan terhadap
lingkungan wilayah pantai. kemungkinan alih fungsi lahan.
Pemanfaatan Ruang Laut
b. Lokasi : Kawasan reklamasi seluas Perlu dijajagi dan diperkenalkan kebijakan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
± 9.000 ha insentif seperti transfer development of
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
berjarak 200 meter dari garis rights bagi mereka yang tetap
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pantai utara mempertahankan fungsi lahan sebagai ruang
ancaman permasalahan sosial yang ada
Kabupaten Tangerang terbuka hijau, ataupun lahan pertanian
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
c. Kegiatan Utama : manakala area mereka menjadi berhadapan
dalam pemukiman horizontal
Perumahan perkotaan, pelabuhan atau berimpit langsung dengan area
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan terpadu, dan industri. pengembangan baru berintensitas tinggi
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, seperti pengembangan di lahan hasil
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik (4) Beberapa program yang dibutuhkan untuk reklamasi.
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup mendukung pengembangan kawasan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata strategis meliputi : TIC dan Perhutani, Nara Sumber
ekonomi lemah a. Program penataan ruang Mengingat di kawasan Pantura banyak situs
b. Program pembangunan prasarana budaya seperti Makam Panjang di Kampung
dasar dan transportasi Bahari, tempat ziarah orang Tionghoa di
c. Program pembangunan sarana Tanjung Kait serta potensi wisata lainnya
pelayanan sosial ekonomi seperti di Pantai Tanjung Kait, sementara di
d. Pogram pengembangan usaha Perda RTRW kurang diperhatikan.
(5) Program pengembangan investasi
(6) Rencana kawasan strategis kabupaten Dinas Pemuda, Budaya dan Pariwisata
digambarkan dalam peta dengan skala Potensi PAD Kab. Tangerang dari sektor
yang disesuaikan dengan kebutuhan nelayan cukup besar dengan jumlah kapal
sebagaimana tercantum dalam Lampiran X mencapai 2600 armada namun potensi
yang merupakan bagian tidak terpisahkan tersebut menjadi tdak optimal mengingat
dari Peraturan Daerah ini. sistem ijon yang marak juga berimbas pada
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Kebijakan dan Strategi rendahnya PAD kab. Tangerang dari sektor
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut nelayan. Untuk mengatasi hal tersebut
Banjir/Genangan Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten, diperlukan kebijakan pemerintah daerah
Abrasi dan Kerusakan Pantai meliputi: yang mengarah kepada pembinaan sistem
Degradasi Ekosisitem Mangrove 1. Pengembangan kawasan industri yang ekonomi nelayan khususnya dalam
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih mempunyai daya saing dan nilai tambah, pengembangan kawasan minapolitan.
Sedimentasi dilakukan dengan strategi:
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri a. Mempersiapkan ruang kawasan Perhutani
Penanganan Sampah industri yang dilengkapi dengan Di kec. Kronjo di dalam RTRW ditetapkan
sarana dan prasarana yang sebagai lahan pertanian basah/tambak. Akan
Pemanfaatan Ruang Laut
berwawasan lingkungan dan tetapi kondisi tambak sudah tidak produktif
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
b. Meningkatkan dan membangun akibat adanya pencemaran. Mengingat
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
infrastruktur pendukung kawasan pencemaran disebabkan oleh perilaku
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
industri. masyarakat termasuk masyarakat dunia
ancaman permasalahan sosial yang ada
2. Pengembangan kawasan permukiman usaha dibutuhkan kebijakan pengawasan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
yang terintegrasi dengan fungsi kegiatan yang mengatur perilaku pencemar.
dalam pemukiman horizontal
sekitarnya di seluruh wilayah kabupaten
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dilakukan dengan strategi: Kec. Kronjo
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, a. Mengintegrasikan pembangunan - Dengan adanya kegiatan reklamasi maka
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik infrastruktur permukiman dengan kegiatan nelayan yang ada di sekitar
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup kegiatan industri dan pertanian; areal reklamasi akan terganggu mata
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata b. Mewujudkan pusat-pusat kegiatan pencahariannya. Untuk mengatasi
ekonomi lemah wilayah baru yang dipromosikan masalah tersebut dibutuhkan kebijakan
sesuai dengan kewenangan pemerintah daerah yang tepat sasaran
kabupaten; untuk mencegah disintegrasi sosial dan
c. Mengembankan fungsi pusat-pusat ekonomi.
kegiatan yang ada di wilayah - Sungai-sungai di Kab. Tangerang
kabupaten Tangerang sesuai dengan berpotensi ekonomi bagi masyarakat
hirarkinya yang tinggal di bagian utara kab.
d. Meningkatkan intensitas Tangerang, dibutuhkan kebijakan yang
pembangunan perumahan dan sensitif terhadap masalah-masalah sosial
permukiman di tiap kecamtan melalui di sekitar areal sungai.
pola intensifikasi dan ekstensifikasi
dengan tetap mempertahankan Area yang berimpit dengan badan Air
ekosistem lingkungan - Area yang berimpit sepanjang badan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence e. Menata kawasan permukiman (sungai, danau, pantai) harus dinyatakan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Tigaraksa untuk meningkatkan peran sebagai area utama bernilai tambah
Banjir/Genangan dan fungsi kawasan perkotaan tinggi baik bagi kepentingan publik
Abrasi dan Kerusakan Pantai Tigaraksa sebagai pusat pemerintahan maupun ekonomi, khususnya bagi area
Degradasi Ekosisitem Mangrove dan ibu kota kabupaten Tangerang; yang belum terlanjur menjadi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih f. Menata dan mengembangkan pemukiman padat horisontal. Sehingga
Sedimentasi kawasan wisata; dan pembangunan harus berorientasi pada
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri g. Membuat rencana rinci kawasan badan air (waterfront) bukan justru
Penanganan Sampah permukiman. membelakanginya. Ketiadaan regulasi
3. Pengembangan kawasan perkotaan baru tata ruang yang mengatur orientasi ini
Pemanfaatan Ruang Laut
Pantura dilakukan dengan strategi: akan mengakibatkan badan air akan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
a. Melaksanakan reklamasi sepanjang dibelakangi sehingga menjadi kumuh,
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pantai utara kabupaten yang berjarak tidak sesuai untuk fungsi publik dan tidak
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kurang lebih 200 meter dari garis diminati untuk investasi , menimbulkan
ancaman permasalahan sosial yang ada
pantai. problem sosial dan pencemaran air yang
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
b. Menyiapkan regulasi operasional sulit dokontrol.
dalam pemukiman horizontal
pelaksanaan reklamasi. - Bagi area sepanjang badan air yang
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan c. Mengendalikan dampak sudah terlanjur padat horisontal perlu
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, penyelenggaraan reklmasi dan diperkenalkan program peremajaan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik d. Membangun dan mengintegrasikan lingkungan antara lain dengan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup infrastruktur pendukung reklamasi memperknalkan jalan inspeksi / jalan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata pantai utara dengan wilayah daratan publik di sepanjang area berimpit badan
ekonomi lemah kabupaten air di luar sempadan serta instrumen
4. Pengembangan pertanian berkelanjutan di konsolidasi tanah untuk peremajaan
bagian utara wilayah dilakukan dengan kawasan
strategi:
a. Menetapkan kawasan pertanian yang Bina Marga Dan Pengairan Kab. Tangerang
berkelanjutan untuk menunjang Pembangunan PLTU harus memperhatikan
keberadaan kawasan permukiman kondisi sosial masyarakat di sekitar areal
dan meningkatkan ketahanan pangan proyek pengembangan PLTU agar tidak
masyarakat kabupaten. mengganggu mata pencaharian masyarakat
b. Menetapkan kawsan Minapolitan di nelayan, serta pencemaran terhadap areal
kecamatan Kronjo dan kawasan pertanian.
Agropolitan di Kecamatan Sepatan
dan Sepatan Timur dan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence c. Meningkatkan dan mengembangkan Manajemen Tata Ruang Daerah Pengaliran
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut infrastruktur yang mendukung Sungai Situ dan Pantai
Banjir/Genangan pengembangan pertanian. - Perlu ada regulasi spesifik yang
Abrasi dan Kerusakan Pantai mengatur zona area yang berimpit
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 23 dengan badan air (waterfront, seafront,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana lakeside, riverside, dsb) sedemikian rupa
Sedimentasi dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf c, sehingga harus dipandang sebagai area
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri meliputi sungai lintas propinsi dalam wilayah bernilai tambah tinggi. Pengembangan
Penanganan Sampah kabupaten, wilayah sungai kabupaten, jaringan bernilai tambah tinggi lebih layak
irigasi, jaringan air baku untuk air bersih, mendapat prioritas di zona tersebut. Hal
Pemanfaatan Ruang Laut
jaringan air bersih, dan sistem pengendalian ini diharapkan akan mengubah
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
banjir. paradigma apresiasi terhadap badan air
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
sehingga waterfront menjadi area muka
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Pasal 24 bangunan bukan belakang bangunan.
ancaman permasalahan sosial yang ada
(1) Rencana sistem jaringan sumber daya air, - Perlu juga dikenali terminologi area
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
meliputi: dapat dikontrol dan area yang relatif
dalam pemukiman horizontal
a. Sungai lintas provinsi terdiri dari Cisadane, sulit dikontrol (terkait dengan potensi
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Cidurian, dan Cimanceuri; pengelolaaan limbah cair dan padat)
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, b. Sungai lintas kabupaten/kota terdiri dari dalam kebijakan pola ruang. Area yang
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Cirarab, Kali Sabi, dan sungai kecil lainnya; berimpit sepanjang badan air (sungai ,
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup (2) Sistem jaringan irigasi terdiri dari irigasi danau, pantai) seyogyanya ditempati
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Cisadane dan Cidurian; area yang tergolong mudah dikontrol.
ekonomi lemah Pengelolaan sumber daya air dan jaringan Sebagai contoh Kawasan pemukiman
pengairan di Kabupaten Tangerang padat sederhana horizontal tergolong
dikembangkan untuk: kawasan yang sulit dikontrol sehingga
a. Pemeliharaan kawasan hulu sungai melalui harus dicegah pertumbuhannnya
kegiatan pelestarian kawasan, pengamanan sepanjang area yang berimpit dengan
kawasan penyangga, pengamanan sumber badan air.
air dan pencegahan banjir; - Prioritas utama lain di area waterfront
b. Pengelolaan irigasi strategis yakni prasarana adalah untuk ruang terbuka publik,
irigasi yang terdapat pada sentra-sentra infrastruktur dan fasilitas publik
produksi pangan; sehingga memberi publik akses lebih
c. Peningkatan koordinasi antar provinsi untuk pada area waterfront.
singkronisasi program sektoral maupun
program bersama;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence d. Pengembangan struktur ruang dengan Perlindingan kawasan konservasi dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut meningkatkan kualitas dan jangkauan kebijakan umum keseimbangan tata ruang
Banjir/Genangan pelayanan sumberdaya air melalui Setiap upaya revitalisasi kawasan pantura
Abrasi dan Kerusakan Pantai peningkatan kualitas jaringan prasarana Tangerang yang ada harus berupaya
Degradasi Ekosisitem Mangrove serta dengan mewujudkan keterpaduan memperbaiki keseimbangan zona sehingga
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih sistem jaringan sumberdaya air dan dapat mengurangi koneksi frontal antara
Sedimentasi penetapan sumberdaya air wilayah sungai; kawasan konservasi langsung dengan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri (3) Pemanfaatan sumber air diarahkan pada kawasan hunian padat, kawasan hunian
Penanganan Sampah air permukaan dengan intake di sungai mewah langsung dengan kawasan hunian
terdekat yang potensial; padat sederhana. Gradasi zona dan
Pemanfaatan Ruang Laut
(4) Pada kawasan permukiman pusat kegiatan penerapan zona buffer patut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
penyediaan air bersih melalui jaringan pipa dipertimbangkan.
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
PDAM dengan memanfaatkan air baku dari
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
sungai atau air permukaan; Penjajagan Pengembangan industri
ancaman permasalahan sosial yang ada
(5) Pada kawasan permukiman perdesaan perikanan terpadu dengan program
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
dikembangkan sistem air bersih perdesaan pemberdayaan ekonomi nelayan
dalam pemukiman horizontal
yaitu memanfaatkan sumber air baku yang - Perlu dijajagi potensi pengembangan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan ada meliputi mata air, air tanah dan air area industri perikanan strategis di
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, sungai dengan sistem jaringan air beberapa kawasan perikanan yang ada.
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sederhana. Arah pengembangan pendaratan ikan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup (6) Rencana pengembangan sistem air bersih, menjadi area terpadu dengan industri
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata meliputi: pengolahan ikan yang tertata secara
ekonomi lemah a. Zona Cibaja Utara melayani Kecamatan modern.
Cikupa, Balaraja, Jayanti, Tigaraksa, - Upaya pengentasan kemiskinan
Panongan dan Jambe; khususnya kaum nelayan harus harus
b. Zona Cibaja Selatan melayani Kecamatan dimaknai dan di selesaikan dalam
Cisoka, Tigaraksa, Panongan dan Jambe; kerangka pemberdayaan ekonomi
c. Zona Cipacul melayani Kecamatan Cisauk , nelayan dan sektor industri perikanan
Pagedangan, Curug dan Legok; secara terpadu dan progresif. Perlu
d. Zona Sepatan Plus melayani Kecamatan dijajagi kerjasama dengan DKI sebagai
Sepatan, Pasar Kemis dan Rajeg; sentra pasar utama.
e. Zona Pakumas melayani Kecamatan
Pakuhaji, Mauk, dan Sukadiri;
f. Zona Bojongered melayani Kecamatan
Teluknaga, Kosambi; dan Zona IKK / Kejori
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence melayani Kecamatan Kresek, Kronjo, dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Kemiri.
Banjir/Genangan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 25 Ayat (1)
Degradasi Ekosisitem Mangrove Sistem persampahan sebagaimana dimaksud
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dalam Pasal 7 ayat (4) huruf e, rencana
Sedimentasi pengelolaan sampah Kabupaten Tangerang
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sampai tahun 2030 meliputi :
Penanganan Sampah a. Menyiapkan akses dari kawasan sumber
penghasil sampah menuju lokasi Tempat
Pemanfaatan Ruang Laut
Pengelolaan Sampah (TPS) yang ada di
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
setiap kawasan dengan kondisi sampah
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
sudah terpilah antara sampah organik dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
non organik.
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. Penentuan daerah pelayanan setiap jenis alat
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
angkutan sehingga tercipta suatu sistem
dalam pemukiman horizontal
pengumpulan sampah yang terhirarki dengan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan baik.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, c. Menyiapkan suatu pengelolaan dan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik pengumpulan yang terhirarki dengan baik.
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup d. Pengadaan dan pengelolaan alat angkut
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata sampah dengan menyiapkan armada angkut
ekonomi lemah dari gerobak sampai truk.
e. Penyediaan dan pengelolaan TPS dengan
menyiapkan suatu TPS yang memiliki
kemampuan untuk mengatasi produksi
sampah perkotaan yang akan meningkat
seiring dengan peningkatan perkembangan
fisik dan kegiatan perkotaan.
f. Peningkatan kapasitas TPST Jatiwaringin di
kecamatan Mauk;
g. Pembangunan TPS secara parsial yang
tersebar pada setiap kecamatan;
h. Mewajibkan setiap pengelola kawasan
permukiman, komersiar, industri, khusus,
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence umum, sosial lainya menyediakan fasilitas
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut penyediaan fasilitas pemilahan sampah;
Banjir/Genangan i. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
Abrasi dan Kerusakan Pantai secara berkala setiap 6 (enam) bulan; dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove j. Menyusun dan menyelenggarakan sistem
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih tanggap darurat pengelolaan sampah.
Sedimentasi k. Melakukan pembinaan dan pengawasan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri kinerja pengelolaan sampah yang
Penanganan Sampah dilaksanakan oleh pihak lain.
Pemanfaatan Ruang Laut
Pasal 25 Ayat (2)
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
Rencana sistem persampahan wilayah
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
(1) digambarkan dalam peta dengan dengan
ancaman permasalahan sosial yang ada
skala yang disesuaikan dengan kebutuhan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI
dalam pemukiman horizontal
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Peraturan Daerah ini.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial,
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Pasal 26 Ayat (1)
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Sistem pembuangan air limbah sebagaimana
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf f,
ekonomi lemah rencana pengelolaan limbah di Kabupaten
Tangerang secara lebih detail meliputi :
a. Sosialisasi serta pemahaman atas
pentingnya sarana sanitasi kepada
masyarakat, sehingga ketergantungan akan
sarana sanitasi bisa meningkat dan
pencemaran limbah padat maupun cair
yang berasal dari domestik dapat dikurangi.
b. Meningkatkan kapasitas pelayanan IPLT
Lebak wangi di Kecamatan Sepatan Timur.
c. Mengembangkan sistem setempat yang
diarahkan pada sistem publik dan
menggunakan sistem individu, berupa
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence instalasi pembuangan tinja yang sehat atau
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut tangki septik. Sedangkan untuk daerah
Banjir/Genangan yang padat perlu dikembangkan sistem
Abrasi dan Kerusakan Pantai komunal, namun sistem ini perlu didesain
Degradasi Ekosisitem Mangrove agar dapat disambungkan satu dengan yang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih lain, sehingga dapat membentuk sistem
Sedimentasi terpusat di masa yang akan datang.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri d. Optimalisasi kemampuan instalasi
Penanganan Sampah pengolahan limbah yang sudah ada serta
pengadaan dan pengelolaan truk tinja untuk
Pemanfaatan Ruang Laut
meningkatkan pelayanan penanganan air
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
limbah.
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
e. Membangun instalasi pengolahan limbah
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
tinja yang baru terutama didaerah padat
ancaman permasalahan sosial yang ada
penduduk di wilayah barat dan timur
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
Kabupaten Tangerang. Karena pada
dalam pemukiman horizontal
umumnya prasarana yang dipergunakan di
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan wilayah perencanaan adalah tangki septik
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, dan cubluk, maka fasilitas pengolahan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik lumpur tinja dan sarana pembuangan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup sangat dibutuhkan yaitu dengan pengadaan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata dan pengelolaan IPLT. Untuk itu
ekonomi lemah direncanakan dibangun IPLT di Kecamatan
Cisauk Desa Suradita.
f. Mewajibkan para developer untuk
menyediakan / membangun fasilitas
pengolahan limbah domestik secara
komunal di kawasan perumahan yang akan
dibangun.
g. Untuk penanganan limbah non domestik
yang berasal dari industri diperlukan
pengolahan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke badan air penerima. Teknik
pengolahan tergantung jenis industri. Untuk
itu perlu dibangun instalasi pengolahan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence industri secara bersama-sama antar
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut beberapa industri . Untuk industri yang
Banjir/Genangan berdekatan dengan industri yang sama
Abrasi dan Kerusakan Pantai dapat membangun IPAL bersama sehingga
Degradasi Ekosisitem Mangrove dapat mereduksi biaya yang dikeluarkan.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Instalasi pengolahan limbah diprioritaskan
Sedimentasi pada daerah yang diperuntukan sebagai
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri kegiatan industri.
Penanganan Sampah h. Menyiapkan suatu mekanisme pengawasan
terhadap pembuangan limbah industri
Pemanfaatan Ruang Laut
untuk memastikan agar limbah yang
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
dibuang ke saluran akhir telah melalui
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
proses pengolahan terlebih dahulu.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Terutama penataan sistem pengelolaan
ancaman permasalahan sosial yang ada
limbah B3 diarahkan untuk meminimalkan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
pencemaran udara, tanah dan sumber daya
dalam pemukiman horizontal
air serta meningkatkan kualitas lingkungan,
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dimana pengelolaannya harus dilakukan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, berdasarkan kriteria teknis sebagaimana
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik dimaksud dalam peraturan pemerintah
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup serta dilakukan melalui kerjasama antar
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata daerah, peran serta masyarakat dan pelaku
ekonomi lemah usaha.
i. Membuka peluang kerjasama dengan pihak
swasta dalam pengelolaan limbah baik
limbah domestik maupun limbah non
domestik.
Paragraf 7
Pasal 27 Ayat (1)
Sistem pengembangan drainase sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf g
meliputi :
a. Penanganan Banjir
1. Rehabilitasi saluran drainase dengan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence memperbesar saluran drainase serta
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut membongkar/ mengganti utilitas yang
Banjir/Genangan dapat mengganggu sistem drainase.
Abrasi dan Kerusakan Pantai 2. Normalisasi sungai-sungai yang melewati
Degradasi Ekosisitem Mangrove kota, berupa pengerukan, pelurusan,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih penyayatan bagian sungai yang sempit
Sedimentasi serta pembuatan tebing penguat di tepi
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sungai, serta pengembangan fungsi
Penanganan Sampah bantaran sungai.
3. Operasi dan pemeliharaan yang optimal
Pemanfaatan Ruang Laut
dan efisien, terkait ketersediaan dana dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
perlunya pelatihan yang cukup terhadap
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
petugas yang bertanggung jawab serta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
memasyarakatkan upaya-upaya
ancaman permasalahan sosial yang ada
pemeliharaan kepada masyarakat umum.
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
4. Memperluas daerah pelayanan yaitu
dalam pemukiman horizontal
dengan membuat dan memperbaiki
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan saluran drainase khususnya di lokasi
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, banjir.
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik 5. Tingkat pelayanan, terkait dengan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup ketersediaan dana sehingga diperlukan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata upaya-upaya menanggulangi dana yang
ekonomi lemah terbatas melalui upaya identifikasi
terhadap sumber-sumber dana yang
mungkin dan melakukan cost recovery
semaksimal mungkin.
6. Memudahkan operasi dan pemeliharaan
serta pendataan setiap sungai
7. Penerapan manajemen daerah pengaliran
sungai, situ dan pantai dengan
menentukan otorisasi suatu instansi dalam
pengelolaannya serta penetapan garis
sempadan pantai, sungai, situ/danau :
a. Pantai yaitu 100 m dari titik pasang
tertinggi kearah darat;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence b. Situ/danau yaitu 50 m dari batas muka air
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut tertinggi;
Banjir/Genangan c. Sungai besar yaitu 100 m dari tepi
Abrasi dan Kerusakan Pantai sungai/pasang tertinggi;
Degradasi Ekosisitem Mangrove d. Sungai kecil yaitu 50 m dari tepi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih sungai/pasang tertinggi;
Sedimentasi e. Sungai Non pasang surut 3 - 100 m dari
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri tepi sungai/pasang tertinggi.
Penanganan Sampah 8. Pengendalian sungai agar tidak menjadi
tempat buangan sampah oleh masyarakat
Pemanfaatan Ruang Laut
sebab dapat mengakibatkan pendangkalan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
pada sungai tersebut.
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
9. Hubungan dengan sektor-sektor lain
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dimana masalah pengendalian banjir
ancaman permasalahan sosial yang ada
harus terintegrasi penuh dengan sektor
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
infrastruktur lainnya sehingga diperlukan
dalam pemukiman horizontal
adanya koordinasi yang baik dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan pembagian tanggung jawab yang tegas
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, dan lugas.
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik 10. Pengembangan yang lain adalah
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup peningkatan dan perbaikan kapasitas
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata saluran drainase yang telah ada diwilayah
ekonomi lemah Kabupaten Tangerang.
b. Pembangunan Tandon Air
Pembangunan tandon air direncanakan di
wilayah Kecamatan Sukadiri 1 buah
Pasal 31
Kawasan lindung kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) terdiri atas :
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan perlindungan setempat; dan
c. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 32
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut (1) Kawasan hutan lindung sebagaimana
Banjir/Genangan dimaksud dalam Pasal 32 huruf a dikelola
Abrasi dan Kerusakan Pantai oleh Perum Perhutani Unit III Jabar
Degradasi Ekosisitem Mangrove Banten-KPH Bogor seluas 1.591,98 ha
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih tersebar di Kecamatan Kronjo, Kemiri,
Sedimentasi Mauk, Pakuhaji, Teluk Naga dan Kosambi.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri (2) Kawasan perlindungan setempat
Penanganan Sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
huruf b terdiri atas :
Pemanfaatan Ruang Laut
a. Sempadan Pantai;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
b. sempadan sungai;
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
c. kawasan danau atau waduk; dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
d. kawasan lindung spiriual dan kearifan lokal
ancaman permasalahan sosial yang ada
lainnya.
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
dalam pemukiman horizontal
Pasal 33
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Kawasan sempadan pantai sebagaimana
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf a
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Kawasan ini terdapat di pesisir pantai utara
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Kabupaten Tangerang meliputi di Kecamatan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Pakuhaji, Teluknaga, Kronjo, Kosambi, Mauk,
ekonomi lemah Kemiri dan Sukadiri, yang keseluruhannya
mencakup areal seluas + 510,00 Ha.
(1) Pengelolaan kawasan sempadan pantai
diarahkan melalui:
a. pencegahan kegiatan budidaya di
sepanjang pantai yang dapat mengganggu
kelestarian fungsi pantai;
b. pengendalian kegiatan disekitar sempadan
pantai; dan pengembalian fungsi lindung
pantai yang mengalami kerusakan.
Pasal 34
(1) Kawasan Sempadan Sungai sebagaimana
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf b,
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut meliputi :
Banjir/Genangan a. Sungai besar adalah Cisadane dan Cidurian
Abrasi dan Kerusakan Pantai b. Sungai sedang adalah Cimanceuri, Cirarab,
Degradasi Ekosisitem Mangrove Cidadap, Cisabi, Tahang, Cipayauen, Cilaku,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Cipasilian, Cilontar, Cileles, Cilarangan,
Sedimentasi Pecah, dan Kali Cigung;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri b. Sungai kecil adalah anak-anak sungai baik
Penanganan Sampah sungai besar dan sungai sedang
sebagaimana tersebut pada huruf a dan b
Pemanfaatan Ruang Laut
diatas.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
(2) Sempadan Sungai sesuai dengan lebar dan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kedalaman sungai, sebagai berikut :
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
a. Sungai besar paling kurang 30 meter;
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. Sungai sedang paling kurang 10 meter; dan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
c. Sungai kecil paling kurang 5 meter.
dalam pemukiman horizontal
(3) Pengelolaan Sempadan Sungai ditujukan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan untuk melindungi sungai dari kegiatan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, manusia yang dapat mengganggu dan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik merusak kualitas air sungai, kondisi fisik
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dan dasar sungai serta mengamankan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata aliran sungai;
ekonomi lemah (4) Pengelolaan sempadan sungai diarahkan
melalui:
a. pencegahan kegiatan budidaya di
sepanjang sungai yang dapat mengganggu
atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan
dasar sungai serta alirannya;
b. pengendalian kegiatan yang telah ada di
sempadan sungai;
c. pengamanan daerah aliran sungai; dan
d. pembatasan daerah terbangun yang dapat
merusak fungsi lindung daerah aliran
sungai.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 35
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Kawasan sempadan danau atau waduk
Banjir/Genangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)
Abrasi dan Kerusakan Pantai huruf c adalah
Degradasi Ekosisitem Mangrove (1) Kawasan sempadan danau atau waduk
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih yang berada di Kecamatan Pasar Kemis,
Sedimentasi Sepatan, Sepatan Timur, Kronjo, Kresek,
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Kelapa Dua, Pagedangan, Pakuhaji, Sindang
Penanganan Sampah Jaya, Balaraja dan Mauk. Kawasan ini
meliputi areal seluas sekitar 880,07 Ha yang
Pemanfaatan Ruang Laut
telah termasuk luas danau atau waduk
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
didalamnya.
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(2) Tujuan pengelolaan kawasan sempadan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
danau atau waduk sebagaimana dimaksud
ancaman permasalahan sosial yang ada
pada ayat (1) adalah untuk melindungi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
danau atau waduk dari kegiatan budidaya
dalam pemukiman horizontal
yang dapat mengganggu kelestarian fungsi
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan utama danau atau waduk tersebut; dan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, (3) Pengelolaan kawasan sempadan danau
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik atau waduk sebagaimana dimaksud pada
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup ayat (1) diarahkan melalui:
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata a. Penanaman tumbuhan sempadan danau
ekonomi lemah atau waduk;
b. Pengendalian kegiatan yang telah ada di
sempadan danau ata waduk ; dan
c. Penataan ruang sempadan danau atau
waduk.
Pasal 40 Ayat (8)
(1) Kawasan pertanian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. Kawasan pertanian lahan basah meliputi
Kecamatan Sindang Jaya bagian barat dan
utara, Sepatan, Sepatan timur, Pakuhaji,
Teluknaga, Kronjo, Mekarbaru,
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Sukamulya, Gunungkaler, Kresek, Mauk,
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Rajeg, Kemiri, dan Sukadiri dengan luas
Banjir/Genangan lahan lebih kurang 29.295,00 ha;
Abrasi dan Kerusakan Pantai b. Kawasan peternakan meliputi Kecamatan
Degradasi Ekosisitem Mangrove Teluknaga, Cisauk, Jambe, Cisoka, Mauk,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dan Gunungkaler dengan luas lahan lebih
Sedimentasi kurang 200 ha.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri .
Penanganan Sampah Pasal 38 Ayat (3)
Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud
Pemanfaatan Ruang Laut
pada ayat (1) huruf b meliputi kawasan yang
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
diperuntukan bagi budidaya :
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
a. Perikanan tambak di Kecamatan Kronjo,
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Mekarbaru, dan Mauk dengan luas lahan
ancaman permasalahan sosial yang ada
lebih kurang 2.789 ha;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
dalam pemukiman horizontal
Pasal 38 Ayat (4)
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, ayat (1) huruf c meliputi:
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik a. Industri besar Pasar Kemis, Cikupa, Jambe,
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dan Balaraja dengan luas ± 10.000 ha;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata b. Industri sedang di Kecamatan Curug,
ekonomi lemah Kosambi, Jayanti, Tigaraksa, Sepatan,
Legok, dan Panongan dengan luas ± 3.586
ha; dan
c. Industri rumah tangga tersebar di wilayah
Kecamatan Pasar Kemis, Curug dan
Cisoka.
d. Kawasan pergudangan dan industri
terbatas berada di Kecamatan Kosambi,
Teluknaga, Balaraja, Sepatan, dan Jambe.
Pelabuhan kering (Dry Port) disediakan di
Kecamatan Jambe.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 38 Ayat (5) huruf c
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Pengembangan industri harus dilengkapi
Banjir/Genangan dengan prasarana dan sarana yang memadai
Abrasi dan Kerusakan Pantai termasuk penyediaan prasarana pengelolaan
Degradasi Ekosisitem Mangrove limbah;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih
Sedimentasi Pasal 38 Ayat (5) huruf d
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pengembangan industri diharuskan sejalan
Penanganan Sampah dengan struktur ruang wilayah Kabupaten
Tangerang yang direncanakan sehingga antara
Pemanfaatan Ruang Laut
pembangunan industri dengan perwujudan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
struktur ruang terjadi sinkronisasi;
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Pasal 38 Ayat (5) huruf f dan g
ancaman permasalahan sosial yang ada
f. Memanfaatkan seminimal mungkin air
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
baku (air tanah dangkal) untuk menekan
dalam pemukiman horizontal
proses intrusi air laut di kawasan pantai
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan utara;
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, g. Ditaatinya peraturan daerah mengenai
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik baku mutu buangan limbah cair, padat,
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dan gas dengan jalan melengkapi instalasi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata pengolahan limbah yang memadai; dan
ekonomi lemah
Pasal 38 Ayat (7)
Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e terdiri dari :
a. permukiman perkotaan dengan kepadatan
tinggi dengan asumsi lebih dari 30
rumah/Ha dan kepadatan sedang dengan
asumsi kepadatan rumah antara 20-30
rumah/Ha dengan luas lebih kurang 27.937
Ha, meliputi Kecamatan Pagedangan,
Cisauk, Legok, Kelapadua, Curug, Cikupa,
Pasarkemis, Balaraja, Sukamulya, Tigaraksa,
Panongan, Jambe, Cisoka, Solear, Jayanti,
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Teluknaga, Sepatan, Sepatan Timur, Mauk,
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Kosambi dan Sindangjaya;
Banjir/Genangan b. Permukiman perdesaan dengan kepadatan
Abrasi dan Kerusakan Pantai rendah dengan asumsi kurang dari 20
Degradasi Ekosisitem Mangrove rumah/Ha luas lebih kurang 18.960 Ha,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih meliputi Kecamatan Kronjo, Mekarbaru,
Sedimentasi Gunungkaler, Kresek, Kemiri, Rajeg,
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pakuhaji, dan Sukadiri.
Penanganan Sampah
Pasal 38 Ayat (9)
Pemanfaatan Ruang Laut
Kawasan reklamasi pantai sebagaimana
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
dimaksud pada ayat (1) huruf f merupakan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kawasan hasil kegiatan penimbunan dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pengeringan laut di bagian perairan laut
ancaman permasalahan sosial yang ada
wilayah Utara mulai dari Kecamatan Kosambi,
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
Teluknaga, Pakuhaji, Sukadiri, Mauk, Kemiri,
dalam pemukiman horizontal
dan Kronjo, serta berjarak lebih kurang 200
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan meter dari garis pantai kearah laut dengan luas
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, lebih kurang 9.000 ha diperuntukan sebagai
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik pengembangan kota pantai terpadu, meliputi :
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup a. Kawasan permukiman perkotaan;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata b. Kawasan pelabuhan terpadu;
ekonomi lemah c. Kawasan industri.
d. Pariwisata dan
e. Komersial
REKOMENDASI ISU STRATEGIS KLHS TELUK JAKARTA DALAM KRP PROVINSI DKI JAKARTA
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence RTRW 2010-2030 Raperda RTRW Provinsi DKI Jakarta 2010
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut – 2030, khususnya didalam bagian
Banjir/Genangan Kawasan Strategis Pantura Penjelasan agar dilengkapi dengan materi
Abrasi dan Kerusakan Pantai tersebut dibawah ini.
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 97
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (1) Kawasan strategis Pantura sebagaimana Land Subsidence
Sedimentasi dimaksud dalam Pasal 93 ayat (2), Pengkajian penurunan muka tanah rata-
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pengembangan areal reklamasi dan rata 3-5 cm/tahun atau 60 – 100 cm per
Penanganan Sampah kawasan daratan pantai secara terpadu 20 tahun.
yang bersama-sama ditetapkan sebagai Kebijakan pengendalian penyedotan
Pemanfaatan Ruang Laut
satu kawasan perencanaan. airtanah hingga dihentikan.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
(2) Pelaksanaan reklamasi sebagaimana Penyediaan air bersih melalui sistem
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
dimaksud pada ayat (1), harus pemipaan untuk kawasan revitalisasi.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
memperhatikan kepentingan lingkungan,
ancaman permasalahan sosial yang ada
kepentingan kepelabuhan, kepentingan Sistem Prasarana Pengendalian Daya
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kawasan berhutan bakau, kepentingan Rusak Air / Banjir
pemukiman horizontal
nelayan, dampak terhadap banjir rob dan (terintegrasi dalam sistem makro
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan kenaikan permukaan laut serta sungai, Jakarta) :
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kepentingan dan fungsi lain yang ada di 1. Sistem tata air Jakarta 2030
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, kawasan pantura. (upstream to downstream)
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Air ditahan di dataran tinggi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Pasal 98 (Puncak), disimpan dalam
ekonomi lemah (1) Penyelenggaraan reklamasi Pantura situ/waduk di kawsan Bogor, Depok,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97, dan Jakarta Selatan.
diarahkan bagi terwujudnya lahan hasil Dari Banjir Kanal ke arah Utara
reklamasi siap bangun dan menggunakan sistem polder.
pemanfaatannya sesuai dengan tata ruang 2. Peningkatan rasio badan air (water
yang terpadu dengan penataan kembali body ratio) hingga lebih dari 5%.
kawasan daratan Pantura. 3. Rencana teknis pengendalian banjir :
(2) Penataan kembali kawasan daratan Perbaikan kapasitas saluran
Pantura sebagaimana dimaksud pada ayat makro
(1), diarahkan bagi tercapainya penataan Pembangunan Banjir Kanal Timur
ruang yang berhasil guna dan berdaya Pembangunan Cengkareng Drain
guna, peningkatan kualitas lingkungan dan Sodetan BKT-BKB
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence perumahan, pelestarian bangunan Pengerukan dan pelebaran sungai
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut bersejarah, kelancaran lalu lintas, dan Perbaikan pintu air
Banjir/Genangan peningkatan fungsi sistem pengendalian Penambahan dan perbaikan
Abrasi dan Kerusakan Pantai banjir baik itu banjir rob dan kenaikan sistem sub-makro
Degradasi Ekosisitem Mangrove muka laut/sungai. Perbaikan sistem mikro
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (3) Penyelenggaraan reklamasi serta Pengembangan sumur resapan
Sedimentasi pengelolaan tanah hasil reklamasi dan Pembangunan bangunan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri penataan kembali kawasan daratan penahan lumpur
Penanganan Sampah Pantura sebagaimana dimaksud pada ayat Pengembangan tampungan
(1) dan ayat (2), dilaksanakan secara setempat (OSD : on-site
Pemanfaatan Ruang Laut
terpadu melalui kerjasama usaha yang stormwater detention)
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
saling menguntungkan antara Pemerintah 4. Upaya non teknis pengendalian
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Daerah, Masyarakat, dan dunia usaha. banjir :
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ancaman permasalahan sosial yang ada Basis wilayah aliran sungai
Pasal 99 (hulu/penahan – tengah/storage
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(1) Pengembangan kawasan Pantura harus – hilir/penampungan)
pemukiman horizontal
menjamin: Pembatasan penggunaan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan a. terpeliharanya ekosistem dan kelestarian
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas airtanah
kawasan hutan lindung, hutan bakau,
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Pengembangan situ dan waduk
cagar alam dan biota laut;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pengembangan dan pemanfaatan
b. pemanfaatan pantai untuk kepentingan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata bantaran sungai
umum;
ekonomi lemah Redevelopment kawasan
c. kepentingan perikehidupan nelayan;
perumahan
d. kelestarian bangunan dan lingkungan
Pengendalian pembuangan
bersejarah;
limbah dan sampah ke dalam
e. kepentingan dan terselenggaranya
sungai dan laut
kegiatan pertahanan keamanan negara;
f. terselenggaranya pengembangan sistem Penertiban bangunan di atas
prasarana sumber daya air secara aliran sungai
terpadu; Konservasi DAS
g. tidak memberikan tambahan resiko
banjir di daerah hulunya baik akibat rob, Arahan Kawasan Strategis Pantura
kenaikan permukaan laut/sungai; dan Jakarta
h. terselenggara/berfungsinya 1. Pengendalian potensi kerusakan
objek/instalasi vital di kawasan Pantura yang berwujud dalam fenomena
penurunan muka airtanah dan muka
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dengan memperhatikan aspek-aspek tanah, perluasan daerah genangan,
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut ekologis lingkungan. abrasi dan erosi, sedimentasi, intrusi
Banjir/Genangan (2) Pengembangan kawasan Pantura air laut, polusi air dan udara, dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), persoalan lingkungan yang
Degradasi Ekosisitem Mangrove harus memperhatikan aspek sebagai berhubungan dengan pemanfatan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih berikut: lahan, air permukaan, dan air tanah;
Sedimentasi a. peningkatan fungsi Pelabuhan; 2. Bentuk pulau reklamasi ditentukan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri b. pengembangan Kawasan Strategis berdasarkan studi yang lebih rinci;
Penanganan Sampah Ekonomi; 3. Disain pulau reklamasi
c. pengembangan areal Pelabuhan Sunda memperhitungkan masa
Pemanfaatan Ruang Laut
Kelapa dan sekitarnya untuk pusat perancangan, keandalan tanggul dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
wisata, pusat perdagangan/jasa, dan perlindungan pesisir, resiko banjir
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pelayaran rakyat secara terbatas; dan tindakan mitigasi, serta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
d. dilaksanakan serasi dengan penataan dan perlindungan hutan bakau;
ancaman permasalahan sosial yang ada
pengelolaan Kepulauan Seribu; 4. Dalam pelaksanaan reklamasi perlu
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
e. pemanfaatan ruang rekreasi dan wisata dilakukan tindakan untuk keamanan
pemukiman horizontal
dengan memperhatikan konservasi nilai dan resiko pencemaran dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan budaya daerah dan bangsa serta sedimentasi;
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kebutuhan wisata nasional dan 5. Dalam perencanaan reklamasi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, internasional; dan tercakup rencana pengelolaan secara
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup f. didukung dengan pengembangan mandiri prasarana pulau reklamasi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata prasarana dan sarana perkotaan secara yang meliputi prasarana tata air, air
ekonomi lemah terpadu. bersih, pengolahan limbah dan
sampah, serta sistem pengerukan
Pasal 100 muara sungai;
(1) Pengembangan kawasan Pantura 6. Pengembangan reklamasi Pantura
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99, dilakukan dalam bentuk pulau-pulau
dibagi menjadi beberapa sub-kawasan dengan jarak 200 m pada pulau yang
dengan memperhatikan kondisi kawasan berada pada zona P2 dan P4 serta
daratan Pantura dan perairan di berjarak 300 m pada pulau yang
sekitarnya. berada pada zona P3 dihitung dari
(2) Sub-kawasan sebagaimana dimaksud pantai eksisting pada saat muka air
dalam ayat (1) merupakan satu kesatuan terendah;
perencanaan yang dikembangkan dengan 7. Tanggul laut diletakkan pada
sistem infrastruktur terpadu. kedalaman -8 m untuk daerah Barat
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 101 dan tengah sedangkan untuk bagian
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut (1) Sistem prasarana sumber daya air di Timur tanggul berada dekat pantai
Banjir/Genangan kawasan reklamasi Pantura merupakan eksisting. Di atas tanggul
Abrasi dan Kerusakan Pantai bagian dari sistem prasarana sumber daya dimanfaatkan sebagai jalan
Degradasi Ekosisitem Mangrove air makro dan jalur perpanjangan saluran penghubung Barat-Timur;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dan sungai yang melalui kawasan daratan 8. Ketinggian dan kekuatan tanggul dan
Sedimentasi pantai. perlindungan pesisir didisain dengan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri (2) Untuk mencegah banjir yang mungkin kala ulang angin dan gelombang
Penanganan Sampah terjadi pengembangan kawasan Pantura minimal 1.000 tahun. Ketinggian
harus mengembangkan sistem jaringan tanggul harus memperhatikan faktor
Pemanfaatan Ruang Laut
drainase dan sistem pengendalian banjir ketinggian air laut pasang, wave
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
yang direncanakan secara teknis setup, storm surge, gelombang, land
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
termasuk waduk penampungan air subsidence (amblesan), sea level rise
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dengan rasio minimal per pulaunya (kenaikan muka laut) dan konsolidasi
ancaman permasalahan sosial yang ada
sebesar 5%. sisa (residual settlement);
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(3) Waduk penampungan air sebagaimana 9. Limpasan air yang melalui tanggul
pemukiman horizontal
dimaksud pada ayat (2), berfungsi diperkenankan hingga batas
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan sebagai ruang terbuka. maksimal 5 l/s/m. Jika melampaui
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas limpasan tersebut wajib meyediakan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Pasal 102 sistem flood control
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup (1) Penyediaan air bersih di kawasan (penanggulangan banjir) lainnya,
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Pantura dilakukan dengan cara-cara seperti pompa dan kolam retensi
ekonomi lemah ramah lingkungan dan mengarah kepada dengan kapasitas yang memadai
sustainable solution dengan untuk menanggulangi limpasan air
memanfaatkan alternatif sumber air yang terjadi;
baku baru dan dilengkapi dengan sistem 10. Pulau reklamasi dan tanggul laut
jaringan perpipaan secara terpadu. didisain dengan siklus masa layanan
(2) Pengelolaan penyediaan air bersih (design life cycle) minimal 50 tahun;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), 11. Untuk keamanan, level lantai dasar
dapat dilaksanakan secara mandiri bangunan berada lebih tinggi dari
dengan mengembangkan sistem muka air laut tertinggi;
penyediaan air bersih yang ada dan/atau 12. Selain membangun kanal dan
membangun sistem pengolahan saluran, setiap pulau reklamasi wajib
teknologi yang baru. menyediakan ruang terbuka biru
untuk waduk dan danau;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 103 13. Badan-badan air berupa waduk dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut (1) Limbah cair rumah tangga dan/atau danau difungsikan sebagai :
Banjir/Genangan limbah cair yang bersumber dari kegiatan a. Penampungan air sementara
Abrasi dan Kerusakan Pantai lain wajib memenuhi baku mutu limbah ketika hujan;
Degradasi Ekosisitem Mangrove cair yang pengelolaannya dilakukan b. Persedian air untuk kebutuhan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dengan cara modul dan/atau terpusat. harian;
Sedimentasi (2) Limbah cair yang memenuhi baku mutu c. Sumber air yang mungkin untuk
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diresapkan ke dalam lapisan
Penanganan Sampah disalurkan ke saluran umum dan tidak aquifer;
berakibat pada penurunan kualitas air d. Habitat flora dan fauna akuatik;
Pemanfaatan Ruang Laut
laut, dan dilaksanakan sesuai dengan e. Sarana rekreasi.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
ketentuan peraturan perundang- 14. Ruang perairan antara pulau-pulau
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
undangan. reklamasi dimanfaatkan untuk
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
membantu penanggulangan banjir di
ancaman permasalahan sosial yang ada
Pasal 104 Jakarta Utara;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(1) Pengembangan kawasan Pantura harus 15. Untuk mengurangi dan selanjutnya
pemukiman horizontal
diawali perencanaan reklamasi yang menghentikan proses land
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan disusun secara cermat dan terpadu subsidence, penyediaan air bersih
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas sekurang-kurangnya mencakup: untuk kawasan reklamasi Pantura
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, a. rencana teknik reklamasi; tidak diperkenankan menggunakan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup b. rencana pemanfaatan ruang hasil airtanah;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata reklamasi; 16. Penyediaan air bersih dilakukan
ekonomi lemah c. rencana rancang bangun; dengan cara ramah lingkungan dan
d. rencana penyediaan prasarana dan mengarah kepada sustainable
sarana; solution dengan memanfaatkan air
e. analisis dampak lingkungan; tawar dari waduk dan perairan
f. rencana kelola lingkungan; antara pulau-pulau dan proses
g. rencana pemantauan lingkungan; desalinisasi;
h. rencana lokasi pengambilan bahan 17. Pengolahan air limbah dilakukan
material; secara mandiri pada masing-masing
i. rencana pembiayaan;dan pulau;
j. rencana pengelolaan air bersih dan air 18. Pembangunan areal reklamasi baru
limbah serta pengendalian banjir. diarahkan agar tidak menimbulkan
(2) Pengembangan dan perencanaan peningkatan risiko banjir bagi
reklamasi sebagaimana dimaksud pada kawasan di hulunya. Jika terdapat
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence ayat (1), dilakukan berdasarkan arahan potensi kenaikan muka air di hulu
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut sebagai berikut: sungai, maka harus dilakukan
Banjir/Genangan a. pengendalian potensi kerusakan yang tindakan mitigasi berupa pengerukan
Abrasi dan Kerusakan Pantai berwujud dalam fenomena kenaikan muara sungai, pelebaran dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove muka air laut, penurunan muka air tanah pengerukan kanal/ sungai,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dan muka tanah, perluasan daerah peninggian tanggul di kawasan yang
Sedimentasi genangan, abrasi dan erosi, sedimentasi, berpotensi terjadi kenaikan muka air
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri intrusi air laut, polusi air dan udara serta sungai, dan tindakan lain yang
Penanganan Sampah persoalan lain yang berhubungan dengan dipandang perlu;
pemanfatan lahan, air permukaan dan air 19. Pembangunan areal reklamasi baru
Pemanfaatan Ruang Laut
tanah; diarahkan untuk meningkatkan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
b. reklamasi dilakukan dalam bentuk pulau fungsi mangrove sebagai habitat
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
yang ditentukan berdasarkan studi yang flora dan fauna akuatik dengan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
lebih rinci dengan memperhitungkan memperhatikan perlindungan
ancaman permasalahan sosial yang ada
masa perancangan, keandalan tanggul terhadap erosi dan gelombang,
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
dan perlindungan pesisir, resiko banjir, salinitas, kualitas air, dan substrat
pemukiman horizontal
dan tindakan mitigasi, perlindungan lumpur (mud).
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan hutan bakau, serta jalur lalu lintas laut, 20. Pemantauan kegiatan reklamasi
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pelayaran dan pelabuhan; dilakukan terhadap parameter
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, c. dalam perencanaan reklamasi tercakup perubahan morfologi, abrasi dan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup rencana pengelolaan secara mandiri erosi, sedimentasi, muka airtanah,
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata prasarana pulau reklamasi yang meliputi muka tanah, kuantitas pemompaan
ekonomi lemah prasarana tata air, air bersih, pengolahan airtanah, tata guna lahan, dan
limbah dan sampah, serta sistem kondisi sosial ekonomi masyarakat.
pengerukan sungai/kanal; 21. Rencana dan skenario peningkatan
d. setiap pulau reklamasi menyediakan kualitas dan kapasitas infrastruktur
ruang terbuka biru untuk waduk dan transportasi massal publik yang
danau yang berfungsi sebagai sesuai dengan proyeksi
penampungan air sementara ketika pengembangan kawasan hunian dan
hujan, persediaan air untuk beberapa area publik di lahan reklamasi. Tidak
kebutuhan harian sumber air yang hanya bersandar pada rencana
mungkin untuk di kembalikan ke dalam infrastruktur jalan raya. Konsep
lapisan aquifer, tempat hidupnya transit oriented development (TOD)
beberapa flora dan fauna, serta untuk pun harus diterapkan dalam
rekreasi; dan kawasan pengembangan di atas
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence e. ruang perairan di antara pulau reklamasi lahan reklamasi.
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dimanfaatkan untuk membantu 22. Harus diperjelas skenario
Banjir/Genangan penanggulangan banjir; peningkatan kualitas dan kapasitas
Abrasi dan Kerusakan Pantai infrastruktur berbasis jalan raya atau
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 105 berbasis rel bagi kelancaran arus
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (1) Penataan kembali daratan Pantura rantai pasok barang dari dan ke
Sedimentasi mencakup kegiatan: kawasan industri strategis atau pun
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri a. relokasi kawasan industry dan sarana ekonomi strategis di lahan
Penanganan Sampah pergudangan ke wilayah sekitar DKI reklamasi, tidak hanya bersandar
Jakarta melalui koordinasi dengan pada infrastruktur jalan raya yang
Pemanfaatan Ruang Laut
pemerintahan sekitar; sudah ada.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
b. revitalisasi lingkungan dan bangunan 23. Kawasan strategis pantura harus
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
bersejarah; dikelola secara terpadu oleh satu
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
c. perbaikan lingkungan, pemeliharaan manajamen pengelola dan
ancaman permasalahan sosial yang ada
kawasan permukiman dan kampung mencakup juga bagian pesisir
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
nelayan; pantura yang ada sekarang, sehingga
pemukiman horizontal
d. peremajaan kota untuk meningkatkan masalah pengelolaan sampah dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan kualitas lingkungan; pengerukan sedimen, keamanan,
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas e. peningkatan sistem pengendalian banjir ketertiban dapat dilakukan secara
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, dan pemeliharaan sungai untuk rutin dan terpadu.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup mengantisipasi banjir akibat rob dan 24. Setiap upaya revitalisasi kawasan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata meluapnya air sungai; pantura yang ada harus berupaya
ekonomi lemah f. perbaikan manajemen lalu lintas dan memperbaiki keseimbangan zona
penambahan jaringan jalan; sehingga dapat mengurangi koneksi
g. relokasi perumahan dari bantaran sungai frontal antara kawasan konservasi
dan lokasi fasilitas umum melalui langsung dengan kawasan hunian
penyediaan rumah susun; padat, kawasan hunian mewah
h. pelestarian hutan bakau dan hutan langsung dengan kawasan hunian
lindung; padat sederhana. Gradasi zona dan
i. perluasan dan peningkatan fungsi penerapan zona buffer patut
Pelabuhan; dan dipertimbangkan.
j. Pengembangan pantai untuk 25. Upaya konsolidasi lahan, peremajaan
kepentingan umum. area pesisir kumuh Jakarta Utara dan
(2) Pembiayaan kegiatan penataan kembali pengentasan kemiskinan khususnya
daratan Pantura sebagaimana dimaksud kaum nelayan harus harus dimaknai
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pada ayat (1) dapat berasal dari dan di selesaikan dalam kerangka
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Pemerintah, Pemerintah Provinsi DKI pemberdayaan ekonomi nelayan dan
Banjir/Genangan Jakarta, dan/atau dari hasil usaha sektor industri perikanan secara
Abrasi dan Kerusakan Pantai pengelolaan tanah hasil reklamasi. terpadu dan progresif. Peluang
Degradasi Ekosisitem Mangrove kerjasama pembenahan dan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Pasal 106 peningkatan kapasitas dan kualitas
Sedimentasi (1) Persebaran lokasi kawasan strategis pendaratan ikan dan industri
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sebagai dimaksud pada pasal 96 sampai perikanan patut dijajagi dengan
Penanganan Sampah dengan pasal 105, termuat pada Gambar daerah pesisir Tangerang dan Bekasi.
21 Peraturan Daerah ini, yang merupakan
Pemanfaatan Ruang Laut
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Rencana Kawasan Lindung
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Daerah ini. Arahan :
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana Sempadan pantai seluas 16,5 Ha
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
penataan ruang kawasan Pantura berfungsi sebagai penahan abrasi,
ancaman permasalahan sosial yang ada
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 erosi, dan daya rusak laut.
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
sampai dengan Pasal 105, diatur dengan Suaka margasatwa Muara Angke
pemukiman horizontal
Peraturan Daerah yang mengatur rencana seluas 25,02 Ha berfungsi sebagai
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan rinci kawasan Pantura. habitat burung air yang dilindungi.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
Hutan lindung Kapuk Angke seluas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota 44,78 Ha.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Administrasi Jakarta Utara Taman wisata alam Kamal seluas
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
99,82 Ha.
ekonomi lemah Paragraf 1 Kebun pembibitan mangrove di
Struktur Ruang Wilayah Taman Wisata Alam Kamal seluas
10,51 Ha.
Pasal 118 Kawasan Tegal Alur-Angke Kapuk
(1) Pusat kegiatan tersier sebagaimana berfungsi sebagai kawasan
dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf pengaman jalur tol.
a, di Kota Administrasi Jakarta Utara
ditetapkan sebagai berikut: Rencana Sistem dan Jaringan Air Bersih
a. Kantor Walikota Jakarta Utara sebagai Penyediaan air bersih DKI Jakarta didukung
pelayanan fungsi khusu; beberapa sumber air baku, yaitu Waduk
b. Kawasan Sunter sebagai kawasan Jatiluhur, terletak sekitar 60 km di sebelah
perdagangan, jasa dan perkantoran; Timur Jakarta, mata air Ciburial berlokasi
c. Kawasan Pasar Koja sebagai fasilitas sekitar 60 km di Selatan Jakarta, Sungai
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence perdagangan terutama untuk pasar Ciliwung, Sungai Cilandak, Sungai Krukut,
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut tradisional sesuai kebutuhan dan Sungai Pesanggrahan, dan air curah dari IPA
Banjir/Genangan jangkauan pelayanannya; dan Cisadane milik PDAM Kabupaten Tangerang
Abrasi dan Kerusakan Pantai d. Kawasan Pasar Pluit sebagai pusat yang berlokasi sekitar 30 km di sebelah
Degradasi Ekosisitem Mangrove perdagangan, jasa dan perkantoran; Tenggara Jakarta. Air dari Waduk Jatiluhur
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (2) Rencana pengembangan prasarana yang dikelola Otorita Jatiluhur disalurkan ke
Sedimentasi transportasi sebagaimana dimaksud IPA Buaran melalui Kanal Tarum Barat, IPA
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dalam Pasal 110 ayat (1) huruf b, sebagai Cisadane dimiliki oleh Pemda Kabupaten
Penanganan Sampah berikut: Tangerang, dan mata air Ciburial dimiliki
a. pembatasan lalu lintas melalui penerapan oleh Pemda Kabupaten Bogor.
Pemanfaatan Ruang Laut
kebijakan kawasan terbatas lalu lintas Penyediaan air bersih DKI Jakarta dikelola
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
(restricted zone) serta pengaturan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
perparkiran pada kawasan yang termasuk Raya (PAM Jaya) bermitra dengan swasta,
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dalam kawasan terbatas lalu lintas di yaitu PT Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT
ancaman permasalahan sosial yang ada
kecamatan Pademangan Thames PAM Jaya (TPJ) yang kini menjadi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
b. pembangunan fasilitas, sarana dan PT Aetra Air Jakarta melalui Perjanjian Kerja
pemukiman horizontal
prasarana transportasi yang terpadu Sama (PKS) hingga tahun 2023. Wilayah
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dengan sistem angkutan umum massal kerja sama terdiri atas wilayah Barat oleh PT
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas dan angkutan umum lainnya di kawasan Palyja dengan wilayah usaha Zona 1, 4, dan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Kota/Kampung Bandan dan di Tanjung 5 dan wilayah Timur oleh PT Aetra dengan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Priok; wilayah usaha Zona 2, 3 dan 6. Penyediaan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata c. pembangunan jaringan jalan lokal sebagai air bersih wilayah Kota Pantai Utara
ekonomi lemah jalan tembus dan jalan sejajar direncanakan dikelola oleh Pemda Provinsi
sebagaimana terlampir dalam lampiran DKI Jakarta.
tabel 6; Kapasitas produksi air bersih yang dikelola
d. pembangunan dan peningkatan jaringan oleh kedua persuahaan pada tahun 2007
jalan di perbatasan Kabupaten dan Kota adalah 18.260 l/det, dengan jumlah
Tangerang dan Bekasi; pelanggan sebanyak 755.555 unit atau
e. membangun gedung dan/atau taman dengan cakupan pelayanan PT Palyja sekitar
parkir sebagai penunjang keterpaduan 60% dan PT Aetra sekitar 65,9% dari
angkutan umum di kawasan Kampung kebutuhan pelayanan DKI Jakarta.
Bandan dan lokasi yang memiliki potensi Peningkatkan pelayanan air bersih
di Tanjung Priok; direncanakan seluruhnya dengan sistem
f. peningkatan manajemen lalu lintas dan perpipaan kota secara bertahap untuk
penyediaan kelengkapan sarana lalu lintas membatasi penggunaan airtanah dalam
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence serta fasilitas pejalan kaki di kawasan yang guna menghindarkan amblesan tanah dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut padat lalu lintas terutama di sekitar intrusi air laut.
Banjir/Genangan terminal bus dan stasiun kereta api; dan Penyediaan air bersih perpipaan
Abrasi dan Kerusakan Pantai g. mengembangkan jaringan transportasi air. direncanakan meningkat menjadi 80% pada
Degradasi Ekosisitem Mangrove (3) Rencana pengembangan prasarana tahun 2015 dan 100% pada ahir tahun
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih sumber daya air sebagaimana dimaksud rencana.
Sedimentasi dalam Pasal 110 ayat (1) huruf c, Arahan pengembangan sistem dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai jaringan air bersih meliputi :
Penanganan Sampah berikut: Pengembangan sumber air permukaan
a. pembangunan jaringan prasarana air sebagai air baku air bersih untuk
Pemanfaatan Ruang Laut
limbah dan pembangunan instalasi memenuhi kebutuhan DKI Jakarta
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan dengan tingkat konsumsi sebesar 150
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
sekitar waduk dan/atau kawasan liter/orang/hari.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
reklamasi Pantura; Pembangunan instalasi pengolahan air
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. pengembangan sistem prasarana air bersih dan perluasan jaringan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
bersih melalui jaringan perpipaan pada perpipaan air bersih.
pemukiman horizontal
tiap kecamatan; Akses pelayanan air bersih dilakukan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan c. rehabilitasi Waduk Sunter, Don Bosco, melalui :
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Pluit, Muara Angke, Teluk Gong, dan Tol Peningkatan kapasitas produksi air
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Sedyatmo dan pembangunan Waduk bersih dari sumber air eksisting
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Marunda sebagai tempat penampungan untuk memenuhi kebutuhan air
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata air sementara; pada masa mendatang;
ekonomi lemah d. Pembangunan septictank komunal di Optimalisasi pengoperasian
kawasan permukiman padat sedang jaringan distribusi baru pada
terutama di perumahan kumuh. instalasi pengolahan air yang ada
(4) Rencana pengembangan prasarana dan yang akan dibangun;
pengendalian daya rusak air sebagaimana Pembangunan waduk di bagian
dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf Selatan Jakarta sebagai pengendali
d, dilaksanakan berdasarkan arahan banjir sekaligus pemasok air baku;
sebagai berikut: dan
a. normalisasi Kali Cakung Drain, Kali Pemanfaatan sumber-sumber
Cakung Lama, Kali Sunter, Kali Ciliwung, alternatif air baku, seperti
Kali Kamal Muara, Kali Tanjungan, Kali desalinisasi.
Banglio, dan Kali Baru; Pembangunan jaringan distribusi air
b. memantapkan Banjir Kanal Timur sebagai bersih melalui :
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence prasarana pengendali banjir; Percepatan penyediaan jaringan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut c. pembangunan dan peningkatan kapasitas distribusi di bagian Utara terkait
Banjir/Genangan saluran drainase untuk mengatasi pengembangan kawasan Pantura
Abrasi dan Kerusakan Pantai genangan air di kawasan Jalan Tol Jakarta dan kawasan Marunda;
Degradasi Ekosisitem Mangrove Sediyatmo, Kawasan Pluit, Kelapa Pengembangan jaringan distribusi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Gading, Tugu Utara, Kebon Bawang, air bersih ke wilayah Barat dan
Sedimentasi Rawa Badak,dan Pademangan; Timur DKI Jakarta untuk
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri d. penataan bantaran sungai melalui mendukung orientasi
Penanganan Sampah penertiban bangunan ilegal di kali Kamal, pengembangan kota; dan
Banjir Kanal Barat, Kali Sunter, Kali Penambahan hidran umum pada
Pemanfaatan Ruang Laut
Cakung dan Kali Ciliwung; bagian kota yang berpenduduk
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
e. pembangunan fisik diarahkan menghadap padat.
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
sungai (river front development); Arahan sistem konservasi sumber daya air
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
f. pembangunan sistem polder baru dan meliputi :
ancaman permasalahan sosial yang ada
pemulihan sistem polder yang sudah ada Rencana tata ruang wilayah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
di sistem polder terutama di Sunter provinsi/kabupaten/kota yang berada
pemukiman horizontal
Timur III, Kelapa Gading, Tunjungan, Yos di Kawasan Jabodetabekpunjur
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Sudarso, Muara Angke, Pluit, Sunter mengacu pada Rencana Tata Ruang
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Selatan, Sunter Timur I, Sunter Utara, Kawasan Jabodetabekpunjur.
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Teluk Gong, Bimoli, Gaya Motor, Kapuk
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Rencana rinci tata ruang yang
Muara; dilengkapi dengan peraturan zonasi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata g. pemulihan Situ Rawa Kendal;
ekonomi lemah didasarkan pada indeks konservasi
h. pelarangan pembuangan sampah ke alami dan indeks konservasi aktual.
dalam sungai dan kanal dengan Pola ruang DKI Jakarta didasarkan
melibatkan peran serta masyarakat; dan pada prinsip berikut:
i. pengelolaan situ Sunter Barat, Sunter I,
Konservasi sumber daya air untuk
Sunter II, Teluk Gong dan Pluit
memelihara keberlanjutan
sumber daya air;
Pasal 119
Pengendalian penurunan muka
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota
tanah melalui pengendalian
Administrasi Jakarta Utara termuat pada
penggunaan dan kerusakan tata
Gambar 24 dalam Lampiran I Peraturan
airtanah;
Daerah ini, yang merupakan bagian tidak
Konservasi sumber daya air
terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.
dilakukan melalui kegiatan
perlindungan dan pelestarian
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Paragraf 2 sumber air, pengawetan air serta
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Pola Ruang Wilayah pengelolaan kualitas air dan
Banjir/Genangan pengendalian pencemaran air;
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 120 Perlindungan dan pelestarian
Degradasi Ekosisitem Mangrove Rencana kawasan budi daya sebagaimana sumber air dilakukan melalui :
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dimaksud dalam Pasal 110 ayat (3), di Kota a. pemeliharaan kelangsungan
Sedimentasi Administrasi Jakarta Utara meliputi: fungsi resapan air dan daerah
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri a. kawasan terbuka hijau budi daya; tangkapan air;
Penanganan Sampah b. kawasan perumahan dan fasilitasnya; b. pengendalian pemanfaatan
c. kawasan perkantoran, perdagangan, dan sumber air;
Pemanfaatan Ruang Laut
jasa; c. pengaturan daerah sempadan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
d. kawasan perkantoran, perdagangan, dan sumber air;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
jasa taman; d. pengisian air pada sumber air;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
e. kawasan pariwisata; e. perlindungan sumber air
ancaman permasalahan sosial yang ada
f. kawasan pemerintahan daerah; dalam hubungannya dengan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
g. kawasan terbuka biru; kegiatan di sekitarnya.
pemukiman horizontal
h. kawasan perikanan; dan Pengawetan air sebagaimana
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan i. kawasan industri dan pergudangan. dimaksud pada ayat (3) dilakukan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
dengan cara :
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Pasal 121 a. menyimpan air yang
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup (1) Rencana kawasan terbuka hijau budi daya berlebihan pada saat hujan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 untuk dimanfaatkan pada
ekonomi lemah huruf a, dengan cara : waktu diperlukan;
a. menata dan melestarikan hutan kota; b. menghemat air dengan
b. mengembangkan jalur hijau; pemakaian yang efisien;
c. pengembangan kawasan taman kota; dan c. mengendalikan penggunaan
d. pengembangan kawasan terbuka hijau lain. airtanah.
(2) Rencana menata dan melestarikan hutan Pengendalian pencemaran air
kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta pengaturan prasarana dan
huruf a, diarahkan di sekitar Waduk Pluit, sarana sanitasi perkotaan;
Waduk Sunter Barat, dan Waduk Sunter Konservasi sumber daya air
Timur, dan kawasan reklamasi pantura; dilaksanakan pada sungai, danau,
(3) Rencana pengembangan jalur hijau waduk, rawa, cekungan air tanah,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf sistem irigasi, daerah tangkapan
b, diarahkan di sepanjang pantai yang air, kawasan suaka alam,
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dipadukan dengan budidaya perikanan, kawasan pelestarian alam,
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut jalur hijau jalan, tepian sungai dan kanal, kawasan hutan, dan kawasan
Banjir/Genangan jalur rel kereta api, jalur hijau pengaman pantai.
Abrasi dan Kerusakan Pantai rel kereta api atau saluran tegangan tinggi
Degradasi Ekosisitem Mangrove dan kawasan reklamasi pantura; Rencana Pengelolaan Air Limbah
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (4) Rencana pengembangan kawasan taman Rencana pengelolaan air limbah DKI
Sedimentasi kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Jakarta mengikuti master plan air limbah
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri huruf c, dilaksanakan berdasarkan arahan yang disusun pada tahun 1991 yang
Penanganan Sampah sebagai berikut: diperbaiki pada tahun 2001 dan
a. mengembangkan kawasan terbuka hijau di dikembangkan lebih lanjut pada tahun
Pemanfaatan Ruang Laut
kawasan Kota Tua; 2009.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
b. mengembangkan dan mempertahankan Master Plan Air Limbah Jakarta Tahun
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kawasan RTH; 1991
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
c. mendorong penanaman pohon dan Dalam Master Plan Air Limbah DKI
ancaman permasalahan sosial yang ada
tanaman hias di halaman rumah, tepi dan Jakarta tahun 1991, DKI Jakarta dibagi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
median jalan, tepi sungai, dan jaringan menjadi tiga wilayah pengembangan
pemukiman horizontal
pipa; sanitasi yang didasarkan pada tingkat
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan d. menata dan memelihara jalur hijau pada kepadatan penduduk, tinggi muka
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas tepi dan median Tol Sediyatmo, Cakung airtanah, permeabiliitas tanah, kondisi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Cilincing dan tol pelabuhan; sosial-ekonomi, dan lainnya.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup e. mendorong masyarakat untuk Sistem Pengolahan Setempat
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata mengembangkan roof garden dan dinding Sederhana (Daerah A) dengan
ekonomi lemah hijau di kawasan permukiman dan kepadatan penduduk kurang dari
perkantoran terutama di kawasan dengan 100 jiwa/ha dengan luas wiiayah
KDB tinggi; 21.159 Ha (32%). Teknologi
f. penataan dan pemeliharaan taman; pengolahan air limbah yang
g. peruntukan lahan di kawasan RTH publik diterapkan adalah tangki septik.
tidak dapat diubah; dan Sistem Pengolahan Setempat
h. Peningkatan areal kawasan hijau yang Tingkat Tinggi (Daerah B) dengan
salah satu bentukanya merupakan taman tingkat kepadatan penduduk 100 -
kota pada pengembangan kawasan 300 jiwa/ha dengan luas wilayah
reklamasi pantura 27.386 Ha (42%). Teknologi
(5) Rencana pengembangan kawasan terbuka pengolahan air limbah yang
hijau lainnya sebagaimana dimaksud pada diterapkan adalah tangki septik
ayat (1) huruf d, dilaksanakan berdasarkan atau sistem sewerage yang
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence arahan sebagai berikut: dimodifikasi sesuai kemampuan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut a. mempertahankan lahan pertanian yang ekonomi masyarakat.
Banjir/Genangan ada di Cilincing, Marunda, Kamal dan Sistem sewerage (Daerah C)
Abrasi dan Kerusakan Pantai Kamal Muara; dan dengan tingkat kepadatan
Degradasi Ekosisitem Mangrove b. mempertahankan lahan pemakaman di penduduk lebih dari 300 jiwa/ha
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Kawasan Cilincing, Koja dan Tanjung Priok dengan luas wilayah 16.604 Ha
Sedimentasi serta lapangan olahraga yang ada. (26%). Teknologi pengolahan yang
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri diterapkan adalah aerated lagoon
Penanganan Sampah Pasal 122 atau activated sludge.
Rencana pengembangan kawasan perumahan
Pemanfaatan Ruang Laut
dan fasilitasnya sebagaimana dimaksud dalam Untuk daerah pengembangan sanitasi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Pasal 120 huruf b, dilaksanakan berdasarkan dengan sistem sewerage di daerah C,
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
arahan sebagai berikut: sistem pengelolaan air limbah dibagi
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
a. perbaikan lingkungan di kawasan menjadi 6 (enam) zona, yaitu :
ancaman permasalahan sosial yang ada
permukiman kumuh ringan dan sedang Zona Pusat
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
melalui program tribina; Luas wilayah yang dilayani adalah 6.017
pemukiman horizontal
b. mengembangkan peremajaan lingkungan Ha, dimana 336 Ha atau 6% berlokasi di
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan perumahan kumuh berat; bagian Selatan dari zona yang tercakup
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas c. mendorong pengembangan kawasan dalam Jakarta Sewerage System Project.
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, permukiman vertikal dan memperkecil Luas wilayah sistem konvensional dan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup perpetakan untuk penyediaan perumahan sistem interseptor adalah 3.422 Ha (57%)
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata golongan menengah-bawah dilengkapi dan 2.595 Ha (42%;). Air limbah yang
ekonomi lemah sarana dan prasarana yang memadai; tertampung akan dialirkan melalui pipa
d. mengembangkan perumahan menengah- dengan panjang 10,2 km menuju tempat
atas di areal reklamasi Pantura; pengolahan, yaitu di Waduk Pluit dengan
e. mengembangkan kawasan permukiman peningkatan kapasitas untuk
baru terutama di Kecamatan Cilincing dan menampung air limbah sebesar 529.000
3
Penjaringan; m /hari dengan luas waduk 80 Ha.
f. membatasi perubahan fungsi kawasan Waduk berfungsi sebagai pengolah air
permukiman di kawasan Kota Tua dan limbah dan pengendali banjir.
Pelabuhan Sunda Kelapa sekaligus Zona Baratlaut
melestarikan lingkungan; Pada zona ini, sistem interseptor
g. mengembangkan permukiman nelayan mencakup luas 1.332 Ha atau 72% dari
yang bernuansa wisata dan berwawasan total wilayah pelayanan, yaitu seluas
lingkungan di kawasan pantai lama; 1.862 Ha. Sistem konvensional mencakup
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence h. mempertahankan fungsi perumahan di luas sekitar 530 Ha (28%). Air limbah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut kawasan mantap di Kota Tua, Kelapa dialirkan melalui pipa utama (force main)
Banjir/Genangan Gading, dan Pluit; sepanjang 9,7 km menuju tempat
Abrasi dan Kerusakan Pantai i. melengkapi fasilitas umum di kawasan pengolahan berupa modifikasi aerated
3
Degradasi Ekosisitem Mangrove permukiman horizontal; lagoon berkapasitas 124.000 m /hari
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih j. mengembangkan kawasan permukiman di dengan luas 17,7 Ha di dekat anak Sungai
Sedimentasi Kawasan Pantai Lama; Angke dan Pesanggrahan di Kelurahan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri k. pengendalian pembangunan perumahan Rembangan.
Penanganan Sampah baru di Pademangan, Cilincing dan Zona Baratdaya
Penjaringan untuk menjamin pelestarian Luas wilayah pelayanan adalah 2.170 Ha,
Pemanfaatan Ruang Laut
fungsi lingkungan hidup; dimana 938 Ha (43%) menggunakan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
l. pembangunan perumahan vertikal atau sistem konvensional dan 1.232 Ha (57%)
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
rumah susun sederhana di perumahan menggunakan sistem interseptor. Air
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kumuh berat sekitar Pelabuhan Tanjung limbah dialirkan melalui pipa utama
ancaman permasalahan sosial yang ada
Priok, Kamal, Kalibaru, Koja, Cilincing, sepanjang 3,7 km dan pipa pembawa
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Pademangan dan Penjaringan dan sepanjang 2,7 km menuju tempat
pemukiman horizontal
melengkapi penataan RTH yang berfungsi pengolahan berupa modifikasi aerated
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan ekologis dan sosial;
3
lagoon dengan kapasitas 117.000 m /hari
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas m. pembangunan rumah susun untuk dengan luas 16 Ha di kawasan hijau di
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, masyarakat berpenghasilan menengah Kelurahan Joglo.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dan tinggi di areal reklamasi Pantura, Zona Timurlaut
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Kelapa Gading, dan Penjaringan yang Luas wilayah pelayanan adalah 3.496 Ha,
ekonomi lemah dilengkapi dengan situ sebagai dimana 1.610 Ha (46%) dilayani sistem
penampung air dan pengendali banjir; dan konvensional dan 1.886 Ha (54%)
n. Rencana pengembangan kawasan menggunakan sistem interseptor. Air
permukiman disesuaikan dengan tingkat limbah dialirkan melalui pipa pembawa
kepadatan lingkungan. dengan panjang 7,4 km menuju ke
tempat pengolahan berupa kolam
Pasal 123 activated sludge dengan kapasitas
3
(1) Rencana pengembangan kawasan 261.000 m /hari dan luas 14 Ha meliputi
perkantoran, perdagangan, dan jasa bagian Timur waduk Sunter dan kawasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 hijau di Kelurahan Sunter Jaya.
huruf c, terdiri atas : Zona Tenggara
a. rencana pengembangan kawasan Luas wilayah pelayanan adalah 1.243 Ha
perkantoran yang terdiri atas perkantoran yang sebagian besar menggunakan sistem
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pemerintahan dan perkantoran swasta; interseptor. Luas cakupan sistem
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut b. rencana pengembangan kawasan penghubung dan sistem konvensional
Banjir/Genangan perdagangan yang terdiri dari pasar masing-masing adalah 936 Ha (75%) dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai tradisional, pusat perbelanjaan dan toko 307 ha (25%). Air limbah dialirkan melalui
Degradasi Ekosisitem Mangrove modern, ataupun bentuk kawasan pipa utama sepanjang 0,5 km menuju
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih perdagangan lainnya ; tempat pengolahan berupa modifikasi
Sedimentasi c. rencana pengambangan kawasan aerated lagoon berkapasitas 101.000
3
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pelayanan umum dan sosial; dan m /hari dengan luas 13 Ha di kawasan
Penanganan Sampah d. rencana pengambangan kawasan hijau di Kelurahan Cipinang Besar Selatan.
campuran Zona Tanjung Priok
Pemanfaatan Ruang Laut
(2) Rencana pengembangan kawasan Luas wilayah pelayanan adalah 1.502 Ha
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
perkantoran sebagaimana dimaksud pada dengan cakupan sistem konvensional
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
ayat (1) huruf a, dengan mengembangkan dan sistem interseptor masing-masing
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
fasilitas perkantoran di kawasan Yos 700 Ha (47%) dan 802 Ha (53%). Air
ancaman permasalahan sosial yang ada
Sudarso, Kelapa Gading, Sunter, dan limbah dialirkan melalui pipa utama
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Enggano. sepanjang 1,0 km menuju tempat
pemukiman horizontal
(3) Rencana pengembangan kawasan pengolahan berupa aerated lagoon
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan perdagangan sebagaimana dimaksud pada
3
dengan kapasitas 120.000 m /hari dan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas ayat (1) huruf b, dilaksanakan berdasarkan luas 36 Ha di kawasan hijau dan waduk
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, arahan sebagai berikut: Sunter Timur II di Kelurahan Semper
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup a. mengembangkan fasilitas perdagangan Timur.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata terutama untuk pasar tradisional sesuai Jakarta Wastewater Disposal Project
ekonomi lemah kebutuhan dan jangkauan pelayanan; tahun 2001
b. mengembangkan kawasan perdagangan di Beberapa perubahan terhadap master
Pantura dengan pola pengembangan plan air limbah tahun 1991, khususnya
multifungsi atau super blok dengan fasilitas rencana pengembangan sewerage di zona
bertaraf internasional; pusat antara lain :
c. menata fungsi kawasan kota tua untuk Rencana lokasi IPAL di waduk
mendukung kegiatan perkantoran, PLuit dipindahkan ke Muara
perdagangan, jasa dan pariwisata; Baru, yaitu pada lahan reklamasi.
d. mengembangkan kawasan perdagangan, Rencana pengolahan air limbah
jasa, dan perkantoran di Tanjung Priok dan dibagi menjadi 6 subsistem
sebagian Kelapa Gading; yaitu :
e. membatasi pengembangan perdagangan, a. Subsistem Thamrin dilayani
jasa. dan perkantoran sepanjang jalan IPAL Waduk Setiabudi;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence arteri primer dengan memperhatikan lalu b. Subsistem Setiabuti Tebet
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut lintas dan penyediaan parkir; dilayani IPAL Waduk Setiabudi;
Banjir/Genangan f. pemanfaatan ruang kawasan bangunan c. Subsistem Gajahmada dilayani
Abrasi dan Kerusakan Pantai umum berdasarkan arahan penataan IPAL Muara Baru;
Degradasi Ekosisitem Mangrove kawasan perdagangan dan jasa di kawasan d. Subsistem Pantai Mutiara
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Yos Sudarso untuk menunjang kegiatan dilayani IPAL Muara Baru;
Sedimentasi Pelabuhan Tanjung Priok; dan e. Subsistem Kali Ancol dilayani
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri g. mengembangkan pusat perdagangan IPAL Kali Ancol;
Penanganan Sampah dengan KDB rendah di Kamal, Kapuk, f. Subsistem Kali Grogol
Pademangan, Ancol, Cilincing, dan dilayani IPAL Grogol;
Pemanfaatan Ruang Laut
sebagian Kelapa Gading. g. Subsistem Waduk Grogol
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
(4) Rencana pengembangan kawasan dilayani IPAL Grogol; dan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
perkantoran, perdagangan dan jasa taman h. Subsistem Siantar dilayani IPAL
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dilaksanakan pada kawasan Marunda Muara baru.
ancaman permasalahan sosial yang ada
dengan penerapan intensitas rendah dan Direncanakan pula 8 (delapan)
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
meningkatkan daya resap air pada kawasan pumping station, yaitu PS1 Krukut,
pemukiman horizontal
terbangun. PS2 Pasar Rumput, PS3 Abdul
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan (5)Rencana pengembangan kawasan Muis, PS4 Pluit, PS5 Kali Grogol,
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pelayanan umum dan sosial sebagaimana P56 Kali Grogol, PS7' Kali Ancol,
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, dimaksud pada ayat (1) huruf c, dan PS8 Siantar.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai IPAL Muara Baru berlokasi di
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata berikut: lahan reklamasi Teluk Muara
ekonomi lemah a. pembangunan dan peningkatan fasilitas Baru, yaitu di sebelah Utara
kesehatan di setiap kelurahan; dan pompa banjir Pluit, di sebelah
b. pembangunan dan peningkatan fasilitas Timur perumahan pantai Mutiara
pendidikan dengan prasarana dan sarana atau di sebelah Barat pasar ikan
yang standar pelayanan minimal di setiap seluas 40 Ha. Jenis pengolahan
kecamatan pada tahap I berupa aerated
c. pembangunan dan peningkatan fasilitas lagoon dan pada jangka panjang
umum dan fasilitas sosial lainnya sesuai menggunakan activated sludge.
dengan standar pelayanan minimal di Review Master Plan dan DED tahun
setiap kecamatan. 2009
(6) Rencana pengembangan kawasan Rencana mencakup zona pusat bagian
campuran sebagaimana dimaksud pada Utara dan tidak termasuk Setiabudi-
ayat (1) huruf d, dilaksanakan berdasarkan Tebet, antara Lain :
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence arahan pengembangan kawasan IPAL Muara Baru dipindahkan ke
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut campuran, perdagangan, dan jasa dengan Pluit Selatan untuk tahap I dan
Banjir/Genangan perumahan vertikal dan horisontal Pluit Utara untuk jangka panjang.
Abrasi dan Kerusakan Pantai terutama di kawasan sebagai berikut: IPAL Pluit Selatan melayani
Degradasi Ekosisitem Mangrove a. Jalan Lodan; subsistem Gajah Mada, Thamrin,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. Jalan Martadinata; Pantai Mutiara, Siantar, dan Kali
Sedimentasi c. Jalan Yos Sudarso; Ancol dengan kapasitas 86.400
3
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri d. Kawasan Cilincing; m /hari.
Penanganan Sampah e. Kawasan Kelapa Gading; dan IPAL Kali Ancol tidak dibangun dan
f. Kawasan Sunter. dialihkan ke main system IPAL
Pemanfaatan Ruang Laut
(7) Rencana pengembangan kawasan Muara Baru.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
perkantoran, perdagangan, dan jasa taman IPAL Grogol tetap melayani
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
dilaksanakan di Kawasan Marunda dengan subsistem Kali Grogol dan Waduk
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
menerapkan intenstias rendah dan Grogol.
ancaman permasalahan sosial yang ada
memperhatikan aspke fisik lingkungan Pengeolahan air Iimbah dengan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
yang ada sistem activated sludge dan
pemukiman horizontal
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan membrane untuk daur ulang.
Pasal 124 Sistem pengumpulan air limbah
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas (1) Rencana pengembangan kawasan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pariwisata sebagaimana dimaksud dalam sistem Timur dan sistem Barat
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pasal 120 huruf d, diarahkan untuk
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata dengan batas Jl. Thamrin dan Jl.
pengembangan kawasan destinasi wisata Gajahmada. Masing-masing sistem
ekonomi lemah pesisir. dilayani main trunk dengan
(2) Kawasan destinasi wisata pesisir diameter 1,8 m yang ditempatkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pada kedua jalur di sepanjang Jl.
ditetapkan sebagai berikut: Thamrin dan Jl. Gajahmada/Hayam
a. Sentra Perikanan Muara Angke; Wuruk hingga ke IPAL di Pluit
c. Masjid dan Makam Luar Batang; Selatan.
d. Pelabuhan dan Kota Tua Sunda Kelapa;
e. Pusat Perbelanjaan Mangga Dua; Selain itu, dibangun sistem
f. Taman Impian Jaya Ancol; sewerage di Setiabudi-Tebet
g. Bahtera Jaya dan Yacht Club; sebagai pengembangan yang ada
h. Stasiun Tanjung Priok; pada saat ini.
i. Masjid Islamic Center;
j. Gereja Tugu;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence k. Kampung Tugu; Kebijakan dan Strategi Sistem
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut l. Cagar Budaya Rumah si Pitung; Pengelolaan Air Limbah
Banjir/Genangan m. Masjid Al Alam; dan Kebijakan Pengelolaan Air Limbah
Abrasi dan Kerusakan Pantai n. Pusat Perbelanjaan Kelapa Gading, Kebijakan pengelolaan air limbah
Degradasi Ekosisitem Mangrove meliputi :
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Pasal 125 Peningkatan akses prasarana dan
Sedimentasi Rencana pengembangan kawasan perikanan sarana air limbah on site dan off
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 huruf site.
Penanganan Sampah e, dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai Peningkatan peran masyarakat
berikut: dan dunia usaha/swasta dalam
Pemanfaatan Ruang Laut
a. pelarangan kegiatan yang dapat penyelenggaraan pengelolaan air
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
mengancam keberadaan biota laut yang limbah kota.
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
dilindungi pada tiap kecamatan yang Pengembangan perangkat
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
berbatasan dan/atau memliki kawasan peraturan perundang-undangan
ancaman permasalahan sosial yang ada
perairan laut; penyelenggaraan pengelolaan air
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
b. pengembangan prasarana budi daya limbah kota.
pemukiman horizontal
perikanan di Muara Baru dan Muara Penguatan kelembagaan serta
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Angke sesuai dengan klasifikasinya; dan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas peningkatan kapasitas personil
c. pelarangan kegiatan yang dapat pengelolaa air limbah kota.
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, mengganggu kelestarian lingkungan hidup
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Peningkatan pembiayaan
pada tiap kecamatan. pembangunan prasarana dan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
ekonomi lemah sarana air limbah kota.
Pasal 126 Strategi Pengelolaan Air Limbah
(1) Rencana pengembangan kawasan Strategi yang diterapkan adalah :
pemerintahan daerah dilaksanakan melalui Pemisahan sistem drainase dan
penataan kantor-kantor pemerintahan perpipaan tertutup secara
daerah dan lingkungan sekitarnya baik itu bertahap disertai dengan
tingkat Provinsi, Kota, Kecamatan, dan pengelolaan air limbah.
Keluarahan untuk meningkatkan Sistem pengelolaan air limbah
aksesibilitas dan kelancaran pelayanan dikelompokkan menjadi :
pemerintahan; a. Limbah industri
(2) Rencana pengembangan kawasan terbuka b. Limbah domestik
biru dilaksanakan untuk melaksanakan
Pengelolaan air limbah industri
konservasi sumber daya air,
dilakukan secara sistem komunal
pendayagunaan sumber daya air, dan
atau sistem individual sebelum
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pengendalian daya rusak air yang dibuang ke lingkungan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dilaksanakan pada Sungai, Kali, Situ dan Prasarana pengelolaan air limbah
Banjir/Genangan Waduk serta Pantai yang ada di Jakarta domestik terdiri atas :
Abrasi dan Kerusakan Pantai Utara a. Sistem komunal
Degradasi Ekosisitem Mangrove b. Sistem semi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Pasal 127 komunal/modular
Sedimentasi (1) Rencana pengembangan kawasan industri c. Sistem individual
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dan pergudangan sebagaima imaksud Pengembangan pengolahan air
Penanganan Sampah dalam Pasal 120 huruf f, meliputi: limbah diprioritaskan pada Zona
a. rencana pengembangan kawasan industri; Pusat.
Pemanfaatan Ruang Laut
dan Pembagian daerah pelayanan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
b. rencana pengembangan kawasan pengolahan air limbah dilakukan dengan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pergudangan. memperhatikan daerah layanan sistem
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
(2) Rencana pengembangan kawasan industri polder.
ancaman permasalahan sosial yang ada
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
huruf a, dengan ketentuan sebagai berikut: Rencana Prasarana Persampahan
pemukiman horizontal
a. membatasi kegiatan industri di kawasan Sistem jaringan persampahan yaitu sistem
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan yang sudah ada di Penjaringan, Kelapa jaringan dan distribusi pelayanan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Gading, dan Cilincing; pembuangan/pengolahan sampah rumah
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, b. mengembangkan industri selektif di tangga, lingkungan komersial,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Marunda dan Cilincing; dan perkantoran dan bangunan umum
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata c. penataan dan pengaturan lahan parkir dan lainnya, yang terintegrasi dengan sistem
ekonomi lemah pergerakan kendaraan berat seperti truk jaringan pembuangan sampah makro dari
dan trailer sehingga tidak menggunakan wilayah regional yang lebih luas.
jalan lokal Pengembangan pengelolaan
(3) Pemanfaatan ruang kawasan industri persampahan diarahkan untuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meminimalkan volume sampah dari
dilaksanakan berdasarkan arahan: sumbernya melalui peningkatan peran
a. penataan industri kecil termasuk serta masyarakat dalam pengolahan
penyediaan pengelolaan limbah di sampah dan pengembangan prasarana
Cilincing dan Kali baru; dan sarana pengolahan sampah dengan
b. relokasi industri menengah dan besar teknologi tinggi yang ramah lingkungan.
yang berpolusi dari Ancol Barat, Marunda, Pengembangan Sistem prasararana
dan Cilincing. persampahan meliputi :
a. Peningkatan peran serta masyarakat
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 128 dalam pengolahan sampah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut (1) Rencana pengembangan kawasan Melalui penggalakan program 4R
Banjir/Genangan pergudangan sebagaimana dimaksud (reuse, reduce, recycling, recovery)
Abrasi dan Kerusakan Pantai dalam Pasal 127 ayat (1) huruf b, dengan pada setiap Rukun Warga dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove cara : menyediakan sarana
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih a. mengembangkan kawasan pergudangan pendukungnnya.
Sedimentasi untuk mengatasi perkembangan b. Peningkatan sistem pelayanan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pelabuhan Tanjung Priok dan menunjang persampahan
Penanganan Sampah kegiatan industri, perdagangan dan jasa; Pengembangan pelayanan
b. relokasi kawasan pergudangan dari persampahan di Jakarta
Pemanfaatan Ruang Laut
Kawasan Kota Tua; dan dilaksanakan kedalam sistem multi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
c. penataan dan pengaturan lahan parkir dan simpul (multi nodal) terbagi dalam
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pergerakan kendaraan berat seperti truk beberapa daerah pelayanan dimana
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dan trailer sehingga tidak menggunakan setiap daerah pelayanan dilengkapi
ancaman permasalahan sosial yang ada
jalan lokal dengan TPS (Tempat Pembuangan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(2) Pemanfaatan ruang untuk Sementara), SPA (Stasiun Peralihan
pemukiman horizontal
mengembangkan kawasan pergudangan Sementara) dan ITF (Intermediate
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Treatment Facility) dengan teknologi
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas dilaksanakan berdasarkan arahan melalui tinggi, ramah lingkungan dan hemat
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penyediaan fasilitas pergudangan untuk lahan.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup menunjang kegiatan perdagangan dan jasa c. Pengembangan TPST di luar Jakarta
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata yang dilaksanakan di : Pengembangaan kerja sama untuk
ekonomi lemah a. Penjaringan, penyediaan TPST (Tempat
b. Koja; Pembuangan Sampah Terpadu)
c. Kelapa Gading; dan dengan daerah lain dimungkinkan
d. Cilincing. dengan prinsip saling
menguntungkan dan memperhatikan
Pasal 129 aspek lingkungan dan sosial
Rencana Pola Ruang Wilayah Kota setempat.
Administrasi Jakarta Utara termuat pada d. Pengembangan prasarana sampah
Gambar 25 dalam Lampiran I Peraturan B3
Daerah ini, yang merupakan bagian tidak Pengembangan prasarana sampah
terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini bahan berbahaya dan beracun (B3)
serta pengelolaannya dilakukan
dengan teknologi yang tepat.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence e. Pengelolaan sampah dari
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut drainase/sungai
Banjir/Genangan Penyediaan sarana pengelolaan
Abrasi dan Kerusakan Pantai sampah dari drainase/sungai
Degradasi Ekosisitem Mangrove dilakukan guna pencegahan banjir,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih meningkatkan kualitas air sungai dan
Sedimentasi estetika.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri f. Penanganan sampah/limbah di
Penanganan Sampah perairan laut.
g. Pemanfaatan teknologi pengelolaan
Pemanfaatan Ruang Laut
sampah yang sesuai, misalnya
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
insinerator pada lokasi tertentu.
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Rencana Pengembangan Kawasan
ancaman permasalahan sosial yang ada
Terbuka Biru
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
a. Perlu ada regulasi spesifik yang
pemukiman horizontal
mengatur zona area yang berimpit
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dengan badan air (waterfront,
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas seafront, lakeside, riverside, dsb)
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, sedemikian rupa sehingga harus
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dipandang sebagai area bernilai
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata tambah tinggi. Sehingga
ekonomi lemah pengembangan bernilai tambah
tinggi lebih layak mendapat prioritas
di zona tersebut. Hal ini diharapkan
akan mengubah paradigma apresiasi
terhadap badan air sehingga
waterfront menjadi area muka
bangunan bukan belakang bangunan.
b. Prioritas utama lain di area
waterfront adalah untuk ruang
terbuka publik, infrastruktur dan
fasilitas publik sehingga memberi
publik akses lebih pada area
waterfront.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence 1. Sudah masuk dalam RTRW 2030
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut a. Perlu dijabarkan/dimasukan dalam
Banjir/Genangan Rencana Pembangunan
Abrasi dan Kerusakan Pantai (RPJPD/RPJMD)
Degradasi Ekosisitem Mangrove Dalam RTRW perlu dijelaskan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih bagaimana pencapaian program
Sedimentasi didukung dengan data dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pembahasan lebih lanjut
Penanganan Sampah Perlu dilihat alur pemikiran/sub
Pemanfaatan Ruang Laut tahapan yang akan diakomodasi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional di RPJM/RPJP/RTRD
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta Perlu diprioritaskan penanganan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi masalah banjir, pemukiman
ancaman permasalahan sosial yang ada nelayan, rob/kenaikan air laut
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam Dalam menyusun RTRW perlu
pemukiman horizontal mempertimbangkan perilaku
masyarakat, bagaimana masalah
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
sosial budaya yang harus
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
ditangani
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Dalam meyusun RTRW perlu
dilihat juga kondisi sosial di
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
daerah tersebut, karena
ekonomi lemah
kerusakan fisik tersebut akibat
kondisi masyarakat juga
Kemampuan masyarakat Jakarta
Utara perlu dibantu dan perlu
ditampung dalam RPJMP
Perlu juga memikirkan ruang
untuk masyarakat kelas bawah
yang bila tidak teralokasikan
akan menyebabkan
kesemrawutan pemanfaatan
ruang
Dalam rencana perbaikan fisik
yang akan dilakukan perlu
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dipertimbangkan masalah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut manusianya, yaitu harus
Banjir/Genangan dipetakan perilaku
Abrasi dan Kerusakan Pantai masyarakatnya
Degradasi Ekosisitem Mangrove Perlu kepastian hukum dalam
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih berinvestasi dan perlu jaminan
Sedimentasi keamanan kelas atas
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Perlu penanganan mobilitas
Penanganan Sampah kelas menengah dari pinggir kota
Pemanfaatan Ruang Laut ke pusat kota yang semakin
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional mahal
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta Perlu ada perlindungan jaring
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi pengaman siosial terhadap
ancaman permasalahan sosial yang ada dampak kesenjangan kelas
semakin tinggi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pemukiman horizontal Masyarakat yang tidak mampu
perlu ditampung pada jaring
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
pengaman sosial
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Perlu dikaji kembali misi DKI
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup sebagai kota jasa, tidah hanya
memikirkan untuk kelas
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
menengah atas saja akan tetapi
ekonomi lemah
juga harus dipikirkan untuk
masyarakat bawah
Perlu dihilangkan pembiasaan
pembiaran sesuatu hal tanpa ada
pencegahan
Perlu penjelasan apakah akan
ada petertiban atau membiarkan
adanya dinamika kehidupan
yang berbeda
Perlu proses perencanaan induk
yang tidak bersifat parsial karena
menyebabkan integrasi kawasan
ekonomi dan social menjadi
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence rendah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Perlu menjadikan lingkungan
Banjir/Genangan sebagai sumber kebijakan agar
Abrasi dan Kerusakan Pantai tidak terjadi ego sektoral
Degradasi Ekosisitem Mangrove Perlu ada antisipasi isu future
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih development
Sedimentasi Ditjen Migas perlu menangani
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri masalah energi alternative
Penanganan Sampah RUPSB dan RUPE perlu
Pemanfaatan Ruang Laut dihidupkan kembali dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional diintegrasikan dengan RTRW
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta PDRB lingkungan dan PDRB
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ekonomi bisa dikaji dalam KLHS
ancaman permasalahan sosial yang ada pantura
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam Pembangunan Teluk Jakarta
pemukiman horizontal perlu dilihat secara sistemik
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan (antar wilayah) dengan orientasi
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas keuntungan internasional
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, b. Perlu dijabarkan/dimasukan dalam
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Rencana Tata Ruang Rinci (Rencana
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Kawasan Strategis/RDTR/Peraturan
ekonomi lemah Zonasi/Masterplan/UDGL)
Dalam RTRW perlu dijelaskan
bagaimana pencapaian program
didukung dengan data dan
pembahasan lebih lanjut
Perlu diprioritaskan penanganan
masalah banjir, pemukiman
nelayan, rob/kenaikan air laut
Perlu penanggulangan abrasi dan
kerusakan pantai
Perlu ada pemeliharaan
mangrove khususnya dari
sampah, sebelah selatan
reklamasi diharapkan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence penanaman mangrove
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Penanaman mangrove disebelah
Banjir/Genangan selatan daerah reklamasi perlu
Abrasi dan Kerusakan Pantai dipertimbangkan bahwa
Degradasi Ekosisitem Mangrove mangrove hanya hidup
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih diperairan dangkal dan pada
Sedimentasi perairan air tawar/air payau dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dapat mengakibatkan
Penanganan Sampah kecenderungan sedimentasi di
Pemanfaatan Ruang Laut dalam kanal
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional Perlu dipikirkan perlindungan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta raw water dari berbagai polutan
khususnya sampah
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ancaman permasalahan sosial yang ada Perlu ada penanganan bagan
yang mengganggu alur pelayaran
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pemukiman horizontal Perlu penyediaan ruang bagi
masyarakat bawah
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Perlu disediakan ruang untuk
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, pedagang kaki lima
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Untuk mendekatkan kelas
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata menengah dan atas dengan kelas
ekonomi lemah bawah, perlu dimulai dengan
mengembangkan fungsi ekonomi
kelas bawah terhadap kelas
menengah (misalnya berupa
Pujasera), sehingga terjadi
peningkatan penghasilan.
Disamping itu juga perlu
membuka akses ke Pantai bagi
masyarakat kelas bawah serta
mengembangkan wisata Pantai
bersama mereka (partisipasi
ekonomi)
Sektor informal perlu
diberdayakan dan ditata secara
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence fisik
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Perlu adanya kendali keberadaan
Banjir/Genangan nelayan yang berasal dari luar
Abrasi dan Kerusakan Pantai berusaha di Jakarta
Degradasi Ekosisitem Mangrove Perlu juga memikirkan ruang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih untuk masyarakat kelas bawah
Sedimentasi yang bila tidak teralokasikan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri akan menyebabkan
Penanganan Sampah kesemrawutan pemanfaatan
Pemanfaatan Ruang Laut ruang
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional Perlu mulai dibudayakan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta “pemukiman vertical”, tetapi
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi jangan dimulai dari kelas bawah,
ancaman permasalahan sosial yang ada melainkan dari kelas menengah
dengan “system land
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
consolidation” untuk
pemukiman horizontal
menghindari penggusuran.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
Perbaikan perumahan kelas
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
bawah (kampung kumuh) yang
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
tidak liar sebaiknya dilakukan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
dengan pendekatan “perbaikan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
Kampung”, bukan “urban
ekonomi lemah
renewal”
Perlu ada kejelasan mana yang
akan didahulukan, apakah
revitalisasi pesisir pantai Utara
atau reklamasi
Perlu ada kejelasan mengenai
keberadaan pantai yang
seharusnya milik publik, akan
tetapi dari 32 km panjang pantai
utara hanya 8 km yang dapat
diakses oleh publik, selebihnya
dikuasai oleh berbagai
kepentingan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Perlu dijabarkan tujuan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut reklamasi adalah untuk
Banjir/Genangan perbaikan lingkungan pantai
Abrasi dan Kerusakan Pantai Perlu dikembangkan juga
Degradasi Ekosisitem Mangrove revitalisasi daerah pesisir
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Yang mereklamasi wajib
Sedimentasi memberikan kontribusi untuk
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri membiayai revitalisasi daerah
Penanganan Sampah pesisir
Pemanfaatan Ruang Laut Yang melakuan reklamasi wajib
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional menyediakan air bersih sendiri,
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta penangan sampah sendiri,
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi sumber energy yang memadai
ancaman permasalahan sosial yang ada Perlu ditata kembali kegiatan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam arus urbanisasi dari daerah luar
pemukiman horizontal Jakarta termasuk nelayan yang
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan ada di DKI kebanyakan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pendatang karena adanya
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, pembangunan di Jakarta
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Perlu ditata kembali pelabuhan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata nelayan apakah sudah tepat
ekonomi lemah pada tempatnya yang ada
sekarang, karena daerah
penangkapannya berada diluar
Jakarta.
Perlu ada antisipasi isu future
development
Perlu ada kepastian hukum dan
mekanismenya
Perlu ada sinkronisasi antara
kegiatan reklamasi dengan
pembangunan infrastruktur pipa
gas dimana memerlukan criteria
khusus,mengingat infrastruktur
pipa gastersebut sudah ada
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sebelum reklamasi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut c. Perlu dijabarkan/dimasukan dalam
Banjir/Genangan Rencana/Kebijakan Sectoral
Abrasi dan Kerusakan Pantai Provinsi DKI Jakarta (RP4D, Pola
Degradasi Ekosisitem Mangrove Transportasi Massal, Rencana
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Induk/Masterplan Banjir, dll)
Sedimentasi Dalam RTRW perlu dijelaskan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri bagaimana pencapaian program
Penanganan Sampah didukung dengan data dan
Pemanfaatan Ruang Laut pembahasan lebih lanjut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional Perlu ada program yang lebih
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta fokus dan detil mengenai
penanganan isu bio fisik dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
social
ancaman permasalahan sosial yang ada
Perlu ada metode dalam
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
penanggulangan isu
pemukiman horizontal
Masalah sosial perlu ditampung
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
pada PMKS
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Perlu ditangani genangan air
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup yang terjadi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Perlu perbaikan tanggul yang
ekonomi lemah ada untuk mengatasi masalah
rob yang sudah menjadi
langganan
Perlu dioptimalkan rumah
pompa
Perlu penanggulangan abrasi dan
kerusakan pantai
Perlu ada pemeliharaan
mangrove khususnya dari
sampah, sebelah selatan
reklamasi diharapkan
penanaman mangrove
Penanaman mangrove disebelah
selatan daerah reklamasi perlu
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dipertimbangkan bahwa
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut mangrove hanya hidup
Banjir/Genangan diperairan dangkal dan pada
Abrasi dan Kerusakan Pantai perairan air tawar/air payau dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove dapat mengakibatkan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih kecenderungan sedimentasi di
Sedimentasi dalam kanal
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Perlu adanya kejelasan
Penanganan Sampah mengenai masalah mangrove,
Pemanfaatan Ruang Laut masyarakat siap menyediakan
puluhan ribu bibik mangrove
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
untuk di tanam di pantai Jakarta.
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Akan tetapi mau ditanam
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dimana. Selama ini hanya
ancaman permasalahan sosial yang ada
ditanam di daerah kapuk di
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kawasan KNI. Apa hanya di
pemukiman horizontal
kawasan KNI saja, apakah itu
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
tidak akan menguntungkan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
pengembang saja, apa
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
manfaatnya bagi masyarakat
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Perlu kebijakan pertanahan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
karena banyak daerah yang
ekonomi lemah
tadinya hutan mangrove sudah
tergerus oleh abrasi sehingga
terjadi kemunduran garis pantai,
padahal didaerah selatannya ada
tanah milik masyarakat. Hal ini
menimbulkan masalah
pertanahan yaitu bukti
kepemilikan
Perlu dipikirkan perlindungan
raw water dari berbagai polutan
khususnya sampah
Perlu diperhatikan kondisi fisik
sungai besar
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Perlu pemberdayaan masyarakat
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut setempat, jadi hanya yang
Banjir/Genangan diutamakan hanya fisik saja,
Abrasi dan Kerusakan Pantai tetapi perlu pembangunan
Degradasi Ekosisitem Mangrove manusianya
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Perlu dipikirkan alih profesi
Sedimentasi seperti apa untuk mengatasi
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri kekosongan kegiatan karna pada
Penanganan Sampah saat musim angin barat yaitu
Pemanfaatan Ruang Laut pada bulan September –
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional Desember umumnya ombak
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta besar sehingga nelayan tidak
bisa melaut.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ancaman permasalahan sosial yang ada Masalah kemiskinan di kawasan
ini perlu diselesaikan dulu
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
mengenai masalah nelayan,
pemukiman horizontal
karena mereka telah mengalami
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
penurunan kapasistas dan mulai
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
embutuhkan suatu perubahan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
profesi, kedua pengembangan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
UKM diserta pembangunan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
pemukiman dengan pendekatan
ekonomi lemah
Perbaikan Kampung
Perlu kejelasan mengenai
pemukiman nelayan apakah
tidak akan menambah
permasalahan baru, karena
dengan dilakukan pemukiman
nelayan akan mengundang
nelayan baru dari luar DKI
Terhadap nelayan jangan hanya
perumahannya saja yang
ditingkatkan, yang penting
adalah bagaimana untuk
meningkatkan ekonominya agar
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence strata sosialnya meningkat. Jadi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut jangan keberadaannya yang
Banjir/Genangan dilindungi dengan menyediakan
Abrasi dan Kerusakan Pantai perumahan, memperbaiki
Degradasi Ekosisitem Mangrove sanitasi dsb, bila ekonominya
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih tidak diperbaiki sama halnya
Sedimentasi dengan melestarikan kemiskinan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Yang dibutuhkan oleh kelas
Penanganan Sampah bawah bukanlah perbaikan
Pemanfaatan Ruang Laut pemukiman, perbaikan sanitasi,
akan tetapi yang dibutuhkan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
adalah perbaikan ekonomi,
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
peningkatan ketrampilan agar
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
bisa meningkatkan strata
ancaman permasalahan sosial yang ada
sosialnya dari kelas bawah ke
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kelas menengah
pemukiman horizontal
Perlu penataan kembali
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
perumahan kelas menengah
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
secara vertical dengan cara “land
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
consolidation”, sehingga
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
penduduk lama tidak tergusur,
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
tetapi penduduk baru bisa
ekonomi lemah
masuk ke daerah itu secara
efisien. Perumahan vertical
sebaiknya mulai dari kelas atas
dan menengah, bukan dari kelas
bawah, karena kemiskinan
mereka masih sangat dalam,
mereka belum siap untuk
menghuni rumah susun
Perlu pemberdayaan masyarakat
dalam menangani kesenjangan
ekonomi
Untuk mendekatkan kelas
menengah dan atas dengan kelas
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence bawah, perlu dimulai dengan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut mengembangkan fungsi ekonomi
Banjir/Genangan kelas bawah terhadap kelas
Abrasi dan Kerusakan Pantai menengah (misalnya berupa
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pujasera), sehingga terjadi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih peningkatan penghasilan.
Sedimentasi Disamping itu juga perlu
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri membuka akses ke Pantai bagi
Penanganan Sampah masyarakat kelas bawah serta
mengembangkan wisata Pantai
Pemanfaatan Ruang Laut
bersama mereka (partisipasi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
ekonomi)
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Perlu kejelasan, sinkronisasi yang
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
terintegrasi antara rencana
ancaman permasalahan sosial yang ada
induk pelabuhan nasional yang
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
disusun oleh Dept. Perhubungan
pemukiman horizontal
dengan pengembangan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
pelabuhan daerah, khususnya di
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
Marunda
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
Perlu ada kejelasan tentang
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
rencana pengembangan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
marunda karena terkait dengan
ekonomi lemah
pengembangan pelabuhan
Perlu ditata kembali pelabuhan
nelayan apakah sudah tepat
pada tempatnya yang ada
sekarang, karena daerah
penangkapannya berada diluar
Jakarta.
Perlu dihilangkan pembiasaan
pembiaran sesuatu hal tanpa ada
pencegahan
Perlu kepastian hukum dalam
berinvestasi dan perlu jaminan
keamanan kelas atas
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Masyarakat yang tidak mampu
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut perlu ditampung pada jaring
Banjir/Genangan pengaman sosial
Abrasi dan Kerusakan Pantai Perlu diangkat isu budaya. Ada
Degradasi Ekosisitem Mangrove budaya nelayan seperti
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih nagrang/pesta laut. Akan tetapi
Sedimentasi tidak terlaksana dengan baik,
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri karena dikaitkan dengan agama
Penanganan Sampah dan diikatakan perbuatan syirik.
Pemanfaatan Ruang Laut Sebenarnya Nagrang/pesta laut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional bisa dikaitkan dengan pesta
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta wisata. Hal ini dapat mengangkat
keterpurukan para nelayan.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ancaman permasalahan sosial yang ada RUPSB dan RUPE perlu
dihidupkan kembali dan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
diintegrasikan dengan RTRW
pemukiman horizontal
d. Perlu dijabarkan pada rencana tata
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
ruang, rencana pembangunan, atau
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
rencana/kebijakan sektoral
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
ditingkat pusat atau pemerintah
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
daerah lainnya
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
Perlu memperhatikan
ekonomi lemah
keterkaitan aktifitas hulu yang
berdampak terhadap kualitas di
Pantura
Perlu dicegah/ ditanggulangi
penyebab dari isu strategis yang
akhirnya memperluas wilayah
lebih ke bagian hulu
Dalam menangani masalah
pemberdayaan ekonomi
masyarakat, perlu diperhatikan
urbanisasi yang terjadi,
bagaimana mengendalikan
penduduk Serang, Cirebon dsb
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence agar tidak berduyun-duyun ke
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Jakarta. Perlu dikoordinasikan
Banjir/Genangan oleh instansi yang lebih tinggi
Abrasi dan Kerusakan Pantai Jakarta, Bekasi dan Tangerang
Degradasi Ekosisitem Mangrove sebaiknya tidak hanya
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih berorientasi paa kekayaan
Sedimentasi wisata darat, tetapi bersama-
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sama mengembangkan wisata
Penanganan Sampah bahari dengan kepulauan
Pemanfaatan Ruang Laut seribunya
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional Perlu kebijakan pertanahan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta karena banyak daerah yang
tadinya hutan mangrove sudah
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
tergerus oleh abrasi sehingga
ancaman permasalahan sosial yang ada
terjadi kemunduran garis pantai,
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
padahal didaerah selatannya ada
pemukiman horizontal
tanah milik masyarakat. Hal ini
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
menimbulkan masalah
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
pertanahan yaitu bukti
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
kepemilikan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Perlu kejelasan, sinkronisasi yang
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
terintegrasi antara rencana
ekonomi lemah
induk pelabuhan nasional yang
disusun oleh Dept. Perhubungan
dengan pengembangan
pelabuhan daerah, khususnya di
Marunda
Ditjen Migas perlu menangani
masalah energi alternative
Perlu ada perencanaan dari PLN
untuk kawasan Pantura dan DKI
Jakarta
2. Belum masuk dalam RTRW 2030
a. Perlu dimasukan dalam batang
tubuh RTRW 2030
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Perlu kejelasan dalam
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut pengembangan pantura, apakah
Banjir/Genangan diperuntukkan bagi kelas atas,
Abrasi dan Kerusakan Pantai menengah atau kelas bawah
Degradasi Ekosisitem Mangrove b. Perlu dimasukan dalam penjelasan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih RTRW 2030
Sedimentasi Perlu ditampung/ diakomodir
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pelabuhan wisata
Penanganan Sampah Perlu diantisipasi oleh
Pemanfaatan Ruang Laut pengembang daerah reklamasi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional adalah adanya penurunan muka
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta tanah 5 – 10 cm pertahun
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi Dalam pembuatan tanggul perlu
ancaman permasalahan sosial yang ada diperhitungkan kenaikan muka
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam laut + 5 mm/tahun akibat
pemukiman horizontal pengaruh iklim global
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Perlu diantisipasi urbanisasi dari
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas daerah termasuk nelayan akibat
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, kegiatan pembangunan di
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Jakarta
c. Perlu dimasukan dalam lampiran
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
(peta/table)
ekonomi lemah
REKOMENDASI ISU STRATEGIS KLHS TELUK JAKARTA DALAM KRP KABUPATEN BEKASI
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence RTRW 2010-2030 Raperda RTRW Kabupaten Bekasi 2010
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut – 2030, khususnya didalam bagian
Banjir/Genangan BAB VI Penjelasan agar dilengkapi dengan
Abrasi dan Kerusakan Pantai KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN materi tersebut dibawah ini.
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 37
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (1) Penetapan Kawasan Strategis Land Subsidence
Sedimentasi Kabupaten (KSK) memperhatikan - Tidak ada pasal yang membahas
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan secara khusus tentang land
Penanganan Sampah Kawasan Strategis Provinsi (KSP) ; subsidence walaupun secara analogi
(2) KSN sebagimana dimaksud pada ayat dan dampak land subsidence ini
Pemanfaatan Ruang Laut
(1) yaitu KSN Jabodetabekpunjur; mungkin terjadi tetapi tidak ada
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
(3) KSP sebagaimana dimaksud pada ayat data
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(1), meliputi : - Landsubsidence tidak signifikan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
a. KSP Koridor Bekasi-Cikampek: sekarang, kemungkinan terjadi pada
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. KSP Pertanian Lahan Basah dan masa yang akan datang, dimana
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Beririgasi Teknis Pantura: kepadatan sudah tinggi
pemukiman horizontal
c. KSP Pesisir Pantura. - Dalam RTRW perlu ada
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan (4) KSK sebagaimana dimaksud pada ayat pengendalian pemanfaatan air
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas (1) meliputi : bawah tanah
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,a. KSK bidang pertumbuhan ekonomi
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup meliputi : Rob dan Kenaikan Muka Air Laut
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi 1. Kawasan yang berpotensi menjadi - Pasal 18 Ayat (4) Huruf a dan b
lemah kegiatan perekonomian tinggi dimasukan pada pasal yang sesuai,
meliputi kawasan : bukan pada struktur
a) Tambun Selatan - Perlu ada ketentuan mengenai
b) Cibitung strategi penanggulangan
c) Cikarang Utara rob/kenaikan muka air laut
d) Cikarang Selatan
e) Cikarang Timur Banjir/Genangan
f) Cikarang Barat Pasal 52 ayat (9) ditambahkan Huruf j.
g) Cikarang Pusat Penerapan teknologi lahan basah bagi
h) Babelan permukiman rawan banjir
i) Tarumajaya
j) Sukawangi, dan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence k) Cabangbungin Degradasi Ekosistem Mangrove
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 2. Kawasan yang berfungsi sebagai Adanya inkonsistensi terhadap
Banjir/Genangan ketahanan pangan/pertanian basah pemanfaatan ruang di kawasan hutan
Abrasi dan Kerusakan Pantai meliputi kawasan : lindung di Kec. Muaragembong,
Degradasi Ekosisitem Mangrove a) Sukatani sehingga perlu penataan kembali
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b) Karang Bahagia sesuai PerPres no. 54 tahun 2008
Sedimentasi c) Pebayuran
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri d) Kedungwaringin Sedimentasi
Penanganan Sampah e) Tambelang - Tidak ada pasal yang membahas
f) Sukawangi secara khusus sedimentasi
Pemanfaatan Ruang Laut
g) Cabangbungin walaupun secara geografi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
b. KSK bidang fungsi dan daya dukung merupakan tanah timbul
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
lingkungan hidup adalah KSK - Akan dibahas tersendiri pada
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Muaragembong; tingkat Provinsi
ancaman permasalahan sosial yang ada
c. KSK bidang sosial dan budaya meliputi :
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
1. KSK Cikarang Pusat; dan Pencemaran Perairan Akibat Limbah
pemukiman horizontal
2. Kecamatan Babelan. Domestik dan Industri
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan d. KSK bidang kepentingan - Untuk Limbah domestik tidak ada
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pendayagunaan sumberdaya alam dan informasi secara khusus dimana dan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, teknologi tinggi, berupa sumber alam bagaimana pengelolaan dan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup minyak dan gas bumi meliputi kawasan : pengolahannya,sedangkan untuk
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi 1. Tambun Selatan pengelolaan limbah industri
lemah 2. Babelan informasinya sudah lebih jelas
3. Cabangbungin - Akan dimasukkan penambahan
4. Sukawangi pasal mengenai pengelolaan
5. Karang Bahagia limbah domestik
6. Cikarang Timur
7. Pebayuran Pemanfaatan Ruang Laut
8. Muaragembong Tidak ada pemanfaatan ruang laut
9. Tarumajaya (reklamasi).
10. Cibarusah.
(5) Rencana tata ruang KSK sebagaimana Strategi Pembangunan Kawasan
dimaksud pada ayat (4) ditetapkan Area yang berimpit dengan badan Air
dengan Peraturan Daerah. - Area yang berimpit sepanjang
badan (sungai, danau, pantai) harus
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 8 ayat (4) dinyatakan sebagai area utama
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Strategi pembangunan dan peningkatan bernilai tambah tinggi baik bagi
Banjir/Genangan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud kepentingan publik maupun
Abrasi dan Kerusakan Pantai pada pasal 7 ayat (2) huruf c meliputi: ekonomi, khususnya bagi area yang
Degradasi Ekosisitem Mangrove belum terlanjur menjadi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. mengoptimalkan pendaya- gunaan dan pemukiman padat horisontal.
Sedimentasi pengelolaan prasarana sumberdaya Sehingga pembangunan harus
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri air untuk meningkatkan dan berorientasi pada badan air
Penanganan Sampah mempertahankan jaringan irigasi (waterfront) bukan justru
yang ada dalam rangka ketahanan membelakanginya. Ketiadaan
Pemanfaatan Ruang Laut
pangan; suplay air baku untuk air regulasi tata ruang yang mengatur
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
minum; pengendalian banjir dan orientasi ini akan mengakibatkan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kekeringan. badan air akan dibelakangi sehingga
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
f. mengoptimalkan pendaya- gunaan menjadi kumuh, tidak sesuai untuk
ancaman permasalahan sosial yang ada
pengelolaan dan pengembangan fungsi publik dan tidak diminati
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
sumberdaya air untuk meningkatkan untuk investasi , menimbulkan
pemukiman horizontal
dan mempertahankan jaringan irigasi problem sosial dan pencemaran air
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan yang ada dalam rangka ketahanan yang sulit dikontrol.
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pangan; suplay air baku untuk air - Bagi area sepanjang badan air yang
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, minum; pengendalian banjir dan sudah terlanjur padat horisontal
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup kekeringan. perlu diperkenalkan program
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi peremajaan lingkungan antara lain
lemah Pasal 8 ayat (5) dengan memperknalkan jalan
Strategi pembangunan dan peningkatan inspeksi / jalan publik di sepanjang
prasarana lingkungan sebagai upaya area berimpit badan air di luar
peningkatan kualitas lingkungan, sempadan serta instrumen
sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat konsolidasi tanah untuk
(2) huruf d, meliputi : peremajaan kawasan
- Perlu juga dikenali terminologi area
a. meningkatkan penyediaan dan dapat dikontrol dan area yang
kualitas pelayanan air minum sistem relatif sulit dikontrol (terkait dengan
perpipaan Instalasi Pengolahan Air potensi pengelolaaan limbah cair
(IPA) di kawasan perkotaan. dan padat) dalam kebijakan pola
b. mengembangkan system pengelolaan ruang. Area yang berimpit
persampahan dengan teknik dan sepanjang badan air (sungai ,
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence metoda yang berwawasan danau, pantai) seyogyanya
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut lingkungan; ditempati area yang tergolong
Banjir/Genangan c. meningkatkan penyediaan sarana dan mudah dikontrol. Sebagai contoh
Abrasi dan Kerusakan Pantai prasarana persampahan, serta Kawasan pemukiman padat
Degradasi Ekosisitem Mangrove pengelolaan berbasis masyarakat sederhana horizontal tergolong
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih melalui integrasi 3R dengan prinsip kawasan yang sulit dikontrol
Sedimentasi berkelanjutan, mandiri dan tuntas sehingga harus dicegah
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri ditempat secara mandiri dan pertumbuhannnya sepanjang area
Penanganan Sampah berkesinambungan; yang berimpit dengan badan air.
d. mengembangkan sarana dan
Pemanfaatan Ruang Laut
prasarana pengolahan sampah; Strategi peningkatan kualitas dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
e. mengembangkan prasarana drainase; kapasitas sarana transportasi publik
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
f. meningkatkan upaya mitigasi dalam Perlu diperkenalakan Strategi
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
mengantisipasi potensi bencana di peningkatan kualitas dan kapasitas
ancaman permasalahan sosial yang ada
Kabupaten. sarana transportasi publik massal yang
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
terpadu dan terkoneksi baik dengan
pemukiman horizontal
Pasal 8 ayat (6) pengembangan kawasan pemukiman.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Strategi peningkatan pelestarian fungsi Wilayah perkotaan harus diarahkan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kawasan lindung sebagaimana dimaksud lebih berbasis transportasi publik
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, pada pasal 7 ayat (2) huruf e, meliputi : daripada kendaraan pribadi
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi a. mempertahankan kawasan lindung Perlindungan kawasan konservasi dan
lemah yang telah ditetapkan dan kebijakan umum keseimbangan tata
merehabilitasi secara bertahap ruang
kawasan lindung yang telah Setiap upaya revitalisasi kawasan
mengalami penurunan fungsi; pantura Bekasi yang ada harus
berupaya memperbaiki keseimbangan
Pasal 8 ayat (7) zona sehingga dapat mengurangi
Strategi optimalisasi pendayagunaan koneksi frontal antara kawasan
kawasan budidaya secara sinergi sesuai konservasi langsung dengan kawasan
dengan daya dukung dan daya tampung hunian padat, kawasan hunian mewah
lingkungan dalam konteks pembangunan langsung dengan kawasan hunian padat
berkelanjutan sebagaimana dimaksud sederhana. Gradasi zona dan penerapan
pada pasal 7 ayat (2) huruf f, meliputi : zona buffer patut dipertimbangkan.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence b. mempertahankan kawasan pertanian Penjajagan Pengembangan industri
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut lahan basah dan/atau beririgasi perikanan terpadu dengan program
Banjir/Genangan teknis; pemberdayaan ekonomi nelayan
Abrasi dan Kerusakan Pantai c. mengendalikan alih fungsi lahan - Perlu dijajagi potensi
Degradasi Ekosisitem Mangrove basah sawah menjadi kegiatan budi pengembangan area industri
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih daya lainnya; perikanan strategis di beberapa
Sedimentasi d. mendorong dan memfasilitasi kawasan perikanan yang ada. Arah
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pengembangan hunian vertical pengembangan pendaratan ikan
Penanganan Sampah bersubsidi bagi masyarakat golongan menjadi area terpadu dengan
ekonomi lemah dan menengah di industri pengolahan ikan yang
Pemanfaatan Ruang Laut
kawasan perkotaan untuk mengatasi tertata secara modern.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
persoalan kawasan kumuh perkotaan; - Upaya pengentasan kemiskinan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
khususnya kaum nelayan harus
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Pasal 12 ayat (6) harus dimaknai dan di selesaikan
ancaman permasalahan sosial yang ada
Rencana pengembangan transportasi laut dalam kerangka pemberdayaan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat ekonomi nelayan dan sektor industri
pemukiman horizontal
(1) huruf b berupa pembangunan pelabuhan perikanan secara terpadu dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan peti kemas di Kecamatan Muaragembong, progresif. Perlu dijajagi kerjasama
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Kecamatan Babelan dan Kecamatan dengan DKI sebagai sentra pasar
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Tarumajaya dengan luas kurang lebih 740 utama.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Ha;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
lemah Pasal 17 ayat (3)
Pengembangan jaringan air baku untuk air
minum sebagaimana dimaksud pada Pasal
16 huruf c meliputi :
a. peningkatan kapasitas produksi instalasi
pengolahan air (IPA), meliputi IPA
Babelan, IPA Tegal Gede, IPA Sukatani,
IPA Cabangbungin, IPA Cibarusah, IPA
Cikarang Baru, IPA Cikarang Lippo, Deep
Well Setu, Deep Well Lemahabang, IPA
Tanah Baru, IPA Tambun Selatan, IPA
Tambun Utara dan IPA Tambelang;
b. peningkatan jangkauan distribusi
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pelayanan jaringan air minum dengan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut sistem perpipaan hingga enam puluh
Banjir/Genangan persen; dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai c. pengembangan Instalasi Pengolahan Air
Degradasi Ekosisitem Mangrove seluruh Kecamatan di Kabupaten Bekasi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sedimentasi
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pasal 17 Ayat (4)
Penanganan Sampah Sistem pengendalian banjir sebagaimana
dimaksud pada Pasal 16 huruf d meliputi :
Pemanfaatan Ruang Laut
a. normalisasi sungai;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
b. pembangunan banjir kanal;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
c. pembangunan dan pengembangan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
tembok penahan tanah (tanggul);
ancaman permasalahan sosial yang ada
d. pembangunan dan pengembangan pintu
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
air;
pemukiman horizontal
e. pembangunan lubang-lubang biopori di
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan permukiman;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas f. penyediaan embung atau pond
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, pengendali banjir di setiap kawasan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup permukiman mandiri;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi g. penanaman pohon di sempadan sungai,
lemah situ, rawa dan lahan-lahan kritis.
Pasal 18
(1) Rencana prasarana lingkungan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 13
huruf d,meliputi :
a. prasarana pengelolaan
persampahan;
b. prasarana pengelolaan limbah;
c. jalur evakuasi bencana dan ruang
evakuasi; dan
d. prasarana jaringan drainase.
(2) Rencana prasarana pengelolaan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence persampahan sebagaimana dimaksud
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut pada ayat (1) huruf a, meliputi :
Banjir/Genangan a. peningkatan dan pengembangan
Abrasi dan Kerusakan Pantai TPPAS di Desa Burangkeng
Degradasi Ekosisitem Mangrove Kecamatan Setu;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. peningkatan dan pembangunan
Sedimentasi Tempat Penampungan Sementara
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri (TPS) dengan pengelolaannya
Penanganan Sampah secara merata di setiap Kecamatan;
c. penerapan 3R (Recycle, Reuse,
Pemanfaatan Ruang Laut
Reduse) dalam pengelolaan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
sampah mulai dari sumber sampah
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(domestic, niaga, industry dan lain-
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
lain); dan
ancaman permasalahan sosial yang ada
d. untuk melaksanakan sebagaimana
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
dimaksud ayat (2) huruf c akan
pemukiman horizontal
diatur lebih lanjut melalui
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Peraturan Daerah tersendiri.
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas (3) Rencana prasarana pengelolaan limbah
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup huruf b, meliputi :
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi a. peningkatan prasarana pengolahan
lemah limbah di kawasan industri;
b. peningkatan prasarana pengolahan
limbah di permukiman perkotaan;
c. pembangunan Pusat Pengolahan
Limbah Industri B-3 dengan
alternatif di Desa Bojongmangu
Kecamatan Bojongmangu.
(4) Rencana jalur evakuasi bencana dan
ruang evakuasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c berupa jalur
evakuasi dari ancaman bencana menuju
ruang evakuasi meliputi :
a. jalur evakuasi bencana alam
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence gelombang pasang/abrasi di
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Kecamatan Muaragembong,
Banjir/Genangan Kecamatan Babelan dan Kecamatan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Tarumajaya melalui jalan kabupaten
Degradasi Ekosisitem Mangrove menuju ruang terbuka dan/atau
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih fasilitas umum terdekat yang dapat
Sedimentasi digunakan sebagai ruang evakuasi
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri bencana gelombang pasang/abrasi;
Penanganan Sampah b. jalur evakuasi bencana alam banjir
menuju ruang evakuasi berupa
Pemanfaatan Ruang Laut
ruang terbuka dan/atau fasilitas
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
umum terdekat yang dapat
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
menampung pengungsi bencana
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
meliputi :
ancaman permasalahan sosial yang ada
1. Kecamatan Muaragembong
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
2. Kecamatan Tarumajaya;
pemukiman horizontal
3. Kecamatan babelan;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan 4. Kecamatan Cabangbungin;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas 5. Kecamatan Sukakarya;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, 6. Kecamatan Sukawangi;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup 7. Kecamatan Cikarang Utara;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi 8. Kecamatan Cikarang Timur;
lemah 9. Kecamatan Pebayuran;
10. Kecamatan Kedungwaringin.
Pasal 20 ayat (1)
Rencana pengembangan Kawasan lindung
sebagaimana dimaksud pada pasal 19 huruf
a seluas kurang lebih 5.449 Ha meliputi :
a. mempertahankan kawasan hutan
lindung;
b. mempertahankan fungsi kawasan
lindung non hutan;
c. merehabilitasi kawasan lindung berupa
penanaman mangrove di kawasan hutan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence lindung; dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut d. mengembangkan ekowisata dan
Banjir/Genangan agroforestri.
Abrasi dan Kerusakan Pantai
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 22 ayat (3)
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Penetapan kawasan sempadan pantai
Sedimentasi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri seluas kurang lebih 566 Ha tersebar di :
Penanganan Sampah a. Kecamatan Babelan;
b. Kecamatan Tarumajaya;
Pemanfaatan Ruang Laut
c. Kecamatan Muaragembong.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Pasal 23
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Kawasan suaka alam dan pelestarian alam
ancaman permasalahan sosial yang ada
sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(2) huruf c, terdapat di kawasan mangrove
pemukiman horizontal
Kecamatan Muaragembong dengan luas
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan kurang lebih 5.311 Ha atau sekitar kurang
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas lebih 4 % dari keseluruhan wilayah
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Kabupaten.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Pasal 24
lemah Kawasan rawan bencana alam sebagaimana
dimaksud dalam pasal 20 ayat (2) huruf d
meliputi :
a. kawasan rawan bencana gelombang
pasang di Kecamatan Muaragembong;
b. kawasan rawan bencana banjir, yang
terjadi di :
1. Kecamatan tambun Utara;
2. Kecamatan Tambun Selatan;
3. Kecamatan Tarumajaya;
4. Kecamatan Cibitung;
5. Kecamatan Cikarang Timur;
6. Kecamatan Cikarang Utara;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence 7. Kecamatan Cabangbungin;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 8. Kecamatan Kedungwaringin;
Banjir/Genangan 9. Kecamatan Pebayuran;
Abrasi dan Kerusakan Pantai 10. Kecamatan Sukakarya;
Degradasi Ekosisitem Mangrove 11. Kecamatan Sukatani;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih 12. Kecamtan Sukawangi;
Sedimentasi 13. Kecamtan Tambelan;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri 14. Kecamatan babelan.
Penanganan Sampah
Pasal 25
Pemanfaatan Ruang Laut
Kawasan lindung geologi sebagaimana
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
dimaksud pada pasal 20 ayat (2) huruf e
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
meliputi :
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
a. Kawasan rawan bencana alam geologi
ancaman permasalahan sosial yang ada
abrasi di Kecamatan Muaragembong.
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
b. Kawasan yang memberikan
pemukiman horizontal
perlindungan terhadap air tanah.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Pasal 30 ayat (2) dan (3)
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, (2) Kawasan perikanan tangkap
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi huruf a, meliputi :
lemah a. Kecamatan tarumajaya;
b. Kecamatan Babelan; dan
c. Kecamatan Muaragembong.
(3) Kawasan perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Kecamatan Muaragembong;
b. Kecamatan Tarumajaya;
c. Kecamatan Cikarang Pusat;
d. Kecamatan Bojongmangu;
e. Kecamatan Setu;
f. Kecamatan Serang Baru;
g. Kecamatan Cikarang Selatan;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence h. Kecamatan Sukakarya;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut i. Kecamatan Tambun Selatan.
Banjir/Genangan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 31 ayat (2)
Degradasi Ekosisitem Mangrove Kawasan peruntukan pertambangan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih strategis sebagaimana dimaksud pada ayat
Sedimentasi (1) berupa pertambangan minyak dan gas
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri bumi meliputi :
Penanganan Sampah a. Kecamatan Babelan;
b. Kecamatan Cibitung;
Pemanfaatan Ruang Laut
c. Kecamatan Tambun Utara;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
d. Kecamatan Tambun Selatan;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
e. Kecamatan Cikarang Timur;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
f. Kecamatan Cibarusah;
ancaman permasalahan sosial yang ada
g. Kecamatan Cabangbungin;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
h. Kecamatan Sukawangi;
pemukiman horizontal
i. Kecamatan Sukakarya;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan j. Kecamatan Cikarang Utara;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas k. Kecamatan Karang Bahagia.
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pasal 32 ayat (2)
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Industri besar sebagaimana dimaksud pada
lemah ayat (1) huruf a meliputi :
a. Kecamatan Cikarang Pusat;
b. Kecamatan Cikarang Utara;
c. Kecamatan Cikarang Selatan;
d. Kecamatan Cikarang Timur;
e. Kecamatan Cikarang Barat;
f. Kecamatan Tarumajaya;
g. Kecamatan Cabangbungin;
h. Kecamatan Babelan;
i. Kecamatan Sukawangi.
Pasal 34 ayat (1) dan (2)
(1) Kawasan permukiman sebagaimana
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dimaksud dalam pasal 27 huruf g
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut meliputi :
Banjir/Genangan a. Lokasi kawasan permukiman
Abrasi dan Kerusakan Pantai tersebar di seluruh kecamatan
Degradasi Ekosisitem Mangrove seluas kurang lebih 13.918 Ha;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. Pengembangan kawasan
Sedimentasi permukiman perkotaan seluas
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri kurang lebih 42.815 Ha meliputi:
Penanganan Sampah 1. Kecamatan Cibitung;
2. Kecamatan Karang Bahagia;
Pemanfaatan Ruang Laut
3. Kecamatan Tambun Utara;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
4. Kecamatan Sukatani;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
5. Kecamatan Sukawangi;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
6. Kecamatan Cikarang Timur;
ancaman permasalahan sosial yang ada
7. Kecamtan Cikarang Pusat;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
8. Kecamatan tambun Selatan;
pemukiman horizontal
9. Kecamatan Serang Baru;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan 10. Kecamatan Setu;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas 11. Kecamatan Cikarang Selatan;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, 12. Kecamatan Cikarang Barat.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup c. Pengembangan kawasan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi permukiman perdesaan seluas
lemah kurang lebih 4.060 Ha meliputi:
1. Kecamatan Babelan;
2. Kecamatan Muaragembong;
3. Kecamatan Cabangbungin;
4. Kecamatan Cibarusah;
5. Kecamatan Bojongmangu
6. Kecamatan Serang Baru.
(2) Pengembangan permukiman
perkotaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b diarahkan
untuk :
a. pengembangan hunian vertikal
berupa rusunami dan rusunawa
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence diperkotaan dan kawasan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut industri;
Banjir/Genangan b. pengembangan kawasan
Abrasi dan Kerusakan Pantai permukiman mandiri; dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove c. Peningkatan sarana dan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih prasarana dasar permukiman.
Sedimentasi (3) Pengembangan permukiman
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri perdesaan sebagaimana dimaksud
Penanganan Sampah pada ayat (1) huruf c diarahkan
untuk :
Pemanfaatan Ruang Laut
a. Pengembangan hunian horizontal;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
dan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
b. Peningkatan sarana dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
prasarana dasar permukiman.
ancaman permasalahan sosial yang ada
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Pasal 35
pemukiman horizontal
(1) Kawasan peruntukan pesisir dan laut
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas huruf h meliputi :
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, a. Kecamatan Muaragembong;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup b. Kecamatan Tarumajaya;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi c. Kecamatan Babelan.
lemah (2) Pengembangan kawasan peruntukan
pesisir dan laut meliputi:
a. Pengembangan permukiman
nelayan;
b. Bisnis kelautan.
(3) Pengembangan kawasan permukiman
nelayan sebagaimana dimaksud ayat (2)
huruf a terdapat di Kecamatan
Tarumajaya.
(4) Pengembangan kawasan bisnis kelautan
sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b
diarahkan untuk:
a. Pengembangan kawasan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pelabuhan perikanan di Muara
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Bendera Kecamatan
Banjir/Genangan Muaragembong;
Abrasi dan Kerusakan Pantai b. Pengembangan kawasan perikanan
Degradasi Ekosisitem Mangrove tangkap dan budidaya di
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Kecamatan Muaragembong,
Sedimentasi Kecamatan Tarumajaya dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Kecamatan Babelan.
Penanganan Sampah c. Pengembangan kawasan
perikanan di Kecamatan
Pemanfaatan Ruang Laut
Muaragembong;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
d. Pengembangan kawasan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pertambangan migas di Kecamatan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Muaragembong;
ancaman permasalahan sosial yang ada
e. Pembangunan terminal khusus
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Marunda Centre di Kecamatan
pemukiman horizontal
Tarumajaya; dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan f. Pengembangan prasarana
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pendukung industri pengolahan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, pertambangan.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Pasal 41 ayat (1) huruf a.7
lemah Pembangunan prasarana transportasi laut
meliputi:
a) pembangunan pelabuhan peti kemas di
Kecamatan Muaragembong, Kecamatan
Babelan dan Kecamatan Tarumajaya
dengan luas kurang lebih 740 Ha;
b) pembangunan pelabuhan nelayan dan
perumahan nelayan dengan sarana
pendukungnya di Muara Bendera,
Kecamatan Muaragembong;
c) pembangunan kawasan pariwisata di
pantai Sederhana- Pantai bahagia;
d) pembangunan pusat pendidikan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence terapan dalam rangka menunjang
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut perkembangan wilayah Panttai Utara
Banjir/Genangan seluas 20 Ha.
Abrasi dan Kerusakan Pantai
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 41 ayat (1) huruf a.8
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Pembangunan Bandar udara di Kecamatan
Sedimentasi Muaragembong.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri
Penanganan Sampah Pasal 41 ayat (1) huruf c
Pembangunan prasarana sumberdaya air
Pemanfaatan Ruang Laut
meliputi:
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
1. peningkatan pelayanan jaringan air
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
bersih;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
2. penyediaan air baku dengan
ancaman permasalahan sosial yang ada
peningkatan pengelolaan situ;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
3. pembangunan prasarana pengendalian
pemukiman horizontal
banjir.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Pasal 41 ayat (1) huruf e.4
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Peningkatan ketersediaan air bersih
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup perkotaan dan pengembangan Instalasi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Pengolahan Air (IPA) atau Water Treatment
lemah Plant (WTP).
Pasal 41 ayat (1) huruf e.5
Pengembangan pengolahan air limbah yang
memperhatikan baku mutu limbah cair dan
merupakan system yang terpisah dari
pengelolaan air limbah industri secara
terpusat terutama pada kawasan
perumahan padat, pusat bisnis dan sentra
industri.
Pasal 49
Ketentuan umum peraturan zonasi pada
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence system jaringan sumber daya air daerah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 ayat
Banjir/Genangan (2) e, meliputi:
Abrasi dan Kerusakan Pantai a. pemanfaatan ruang pada kawasan di
Degradasi Ekosisitem Mangrove sekitar wilayah sungai dengan tetap
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih menjaga kelestarian lingkungan dan
Sedimentasi fungsi lindung kawasan;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri b. ketentuan pelarangan pendirian
Penanganan Sampah bangunan kecuali bangunan yang
dimaksud untuk pengelolaan badan air
Pemanfaatan Ruang Laut
dan/atau pemanfaatan air;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
c. pendirian bangunan dibatasi hanya
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
untuk menunjang fungsi taman
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
rekreasi;
ancaman permasalahan sosial yang ada
d. penetapan lebar sempadan sungai
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
sesuai dengan ketentuan peraturan
pemukiman horizontal
perundang-undangan;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan e. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas sungai lintas Negara dan lintas provinsi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, secara selaras dengan pemanfaatan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup ruang pada wilayah sungai di
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Negara/provinsi yang berbatasan.
lemah
Pasal 52
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi
untuk kawasan resapan air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, disusun dengan
memperhatikan:
a. Pemanfaatan ruang secara terbatas
untuk kegiatan budi daya tidak
terbangun yang memiliki
kemampuan tinggi dalam menahan
limpasan air hujan;
b. Penyediaan sumur resapan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dan/atau waduk pada lahan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut terbangun yang sudah ada;
Banjir/Genangan c. Penerapan zero delta Q policy
Abrasi dan Kerusakan Pantai terhadap setiap kegiatan budi daya
Degradasi Ekosisitem Mangrove terbangun yang diajukan izinnya;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih d. Peningkatan fungsi lindung pada
Sedimentasi area yang telah mengalami alih
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri funggsi melalui pengembangan
Penanganan Sampah vegetasi tegakan tinggi yang
mampu memberikan perlindungan
Pemanfaatan Ruang Laut
terhadap permukaan tanah dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
mampu meresapkan air ke dalam
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
tanah;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
e. Percepatan rehabilitasi lahan yang
ancaman permasalahan sosial yang ada
mengalami kerusakan;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
f. Mengoptimalkan fungsi lahan
pemukiman horizontal
melalui pengembangan hutan;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan g. Meningkatkan kegiatan pariwisata
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas alam;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, h. Pengolahan lahan tanah secara sipil
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup teknis sehingga kawasan ini
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi memberikan kemampuan
lemah peresapan air yang lebih tinggi.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi
untuk kawasan sempadan pantai dan
berhutan bakau sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, disusun dengan
memperhatikan:
a. Sosialisasi rencana pengelolaan
kawasan sempadan pantai kepada
seluruh masyarakat yang
bermukim di sekitar pantai dan
kepada seluruh stakeholders
pembangunan kerkait;
b. Melarang kegiatan budi daya yang
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dapat mengganggu kelestarian
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut fungsi pantai, merusak kualitas air,
Banjir/Genangan kondisi fisik dan dasar pantai;
Abrasi dan Kerusakan Pantai c. Mengembangkan terumbu karang
Degradasi Ekosisitem Mangrove buatan untuk meningkatkan fungsi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih ekologis pesisir;
Sedimentasi d. Pada kawasan sempadan yang
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri memiliki fungsi sebagai kawasan
Penanganan Sampah budidaya seperti;
Permukiman perkotaan dan
Pemanfaatan Ruang Laut
pedesaan, pariwisata, pelabuhan,
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
pertahanan dan keamanan, serta
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kawasan lainnya,
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pengembangannya harus sesuai
ancaman permasalahan sosial yang ada
dengan peruntukan lahan yang
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
telah ditentukan dalam rencana
pemukiman horizontal
tata ruang kawasan pesisir;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan e. Memantapkan kawasan lindung di
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas daratan untuk menunjang
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, kelestarian kawasan lindung pantai;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup f. Bangunan yang boleh ada di
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi sempadan pantai antara lain
lemah dermaga, tower penjaga
keselamatan pengunjung pantai;
g. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan
yang mampu melindungi atau
memperkuat perlindungan
sempadan pantai dari abrasi dan
filtrasi air laut kedalam tanah;
h. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan
sarana dan prasarana yang
mendukung transportasi laut;
i. Menjadikan kawasan lindung
sepanjang pantai yang memiliki nilai
ekologis sebagai obyek wisata dan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence penelitian;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut j. Pengembalian fungsi lindung pantai
Banjir/Genangan yang mengalami kerusakan;
Abrasi dan Kerusakan Pantai k. Inventarisasi dan evaluasi potensi,
Degradasi Ekosisitem Mangrove lokasi dan penyebaran ekosistem
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih mangrove;
Sedimentasi l. Penunjukan, penatabatasan dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pengukuhan ekosistem mangrove
Penanganan Sampah sesuai dengan fungsi dan tata
ruangnya;
Pemanfaatan Ruang Laut
m. Rehabilitasi ekosistem mangrove
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
yang mengalami degradasi;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
n. Perlindungan ekosistem mangrove
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dari perusakan, gangguan,
ancaman permasalahan sosial yang ada
ancaman, hama dan penyakit;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
o. Pengembangan kawasan penati
pemukiman horizontal
berhutan bakau harus disertai
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan dengan pengendalian pemanfaatan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas ruang;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, p. Koefisien dasar kegiatan budidaya
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup terhadap luas hutan bakau
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi maksimum 30 %.
lemah (4) Ketentuan umum peraturan zonasi
untuk sempadan sungai dan kawasan
sekitar situ sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, disusun dengan
memperhatikan:
a. Pemempertahankan sempadan
sungai sehingga terhindar dari erosi
dan kerusakan kualitas air sungai;
b. Pencegahan dilakukan kegiatan
budidaya di sepanjang sungai yang
dapat mengganggu atau merusak
kualitas air sungai;
c. Pengendalian terhadap kegiatan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence yang telah ada di sepanjang sungai
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut agar tidak berkembang lebih jauh;
Banjir/Genangan d. Melarang pembuangan limbah
Abrasi dan Kerusakan Pantai industri ke sungai;
Degradasi Ekosisitem Mangrove e. Pemanfaatan ruang untuk ruang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih terbuka hijau;
Sedimentasi f. Ketentuan pelarangan pendirian
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri bangunan kecuali bangunan yang
Penanganan Sampah dimaksudkan untuk pengelolaan
badan air dan/atau pemanfaatan
Pemanfaatan Ruang Laut
air;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
g. Perlindungan sekitar waduk/danau
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
untuk kegiatan yang menyebabkan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
alih fungsi dan menyebabkan
ancaman permasalahan sosial yang ada
kerusakan kualitas sumber air;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
h. Pelestarian waduk beserta seluruh
pemukiman horizontal
tangkapan air di atasnya;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan i. Waduk yang digunakan untuk
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pariwisata diijinkan membangun
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, selama tidak mengurangi kualitas
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup tata air yang ada;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi j. Pengembangan tanaman perdu,
lemah tanaman tegakan tinggi, dan
penutup tanah untuk melindungi
pencemaran dan erosi terhadap air;
k. Membatasi dan tidak boleh
menggunakan lahan secara
langsung untuk bangunan yang
tidak berhubungan dengan
konservasi waduk;
l. Pendirian bangunan dibatasi hanya
untuk menunjang fungsi taman
rekreasi;
m. Penetapan lebar sempadan sesuai
dengan ketentuan peraturan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence perundang-undangan.
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut (7) Ketentuan umum peraturan zonasi
Banjir/Genangan untuk kawasan suaka alam dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai pelestarian alam sebagaimana
Degradasi Ekosisitem Mangrove dimaksud ayat (1) huruf f, disusun
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dengan memperhatikan :
Sedimentasi a. Pengendalian pemanfaatan ruang
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri untuk wisata alam tanpa mengubah
Penanganan Sampah bentang alam;
b. pelestarian flora,fauna dan
Pemanfaatan Ruang Laut
ekosistem unik kawasan;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
c. pembatasan pemanfaatan sumber
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
daya alam;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
d. Ketentuan pelarangan kegiatan
ancaman permasalahan sosial yang ada
yang dapat mengganggu fungsi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kawasan dalam melindungi
pemukiman horizontal
plasma/genetik;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan e. Ketentuan pelarangan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas penangkapan satwa yang dilindungi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, peraturan perundangan;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup f. Pembatasan kegiatan pemanfaatan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi sumber daya kelautan untuk
lemah mempertahankan makanan bagi
biota yang bermigrasi.
(9) Untuk kawasan rawan banjir ketentuan
umum peraturan zonasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf h, disusun
dengan memperhatikan;
a. Pemanfaatan ruang dengan
mempertimbangkan karakteristik,
jenis, dan ancaman bencana;
b. Melesterikan kawasan lindung dan
kawasan hulu sungai;
c. Pembuatan sumur resapan di
kawasan perkotaan dan pedesaan,
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence kawasan pertanian yang dilengkapi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dengan embung, bendung maupun
Banjir/Genangan cek dam, pembuatan bendungan
Abrasi dan Kerusakan Pantai baru;
Degradasi Ekosisitem Mangrove d. Membuat saluran pembuangan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih yang terkoneksi dengan baik pada
Sedimentasi jaringan primer, sekunder maupun
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri tersier, serta tidak menyatukan
Penanganan Sampah fungsi irigasi untuk drainase;
e. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi
Pemanfaatan Ruang Laut
dari permukiman penduduk;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
f. Pembatasan pendirian bangunan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kecuali untuk kepentingan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pemantauan ancaman bencana dan
ancaman permasalahan sosial yang ada
kepentingan umum;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
g. Penetapan batas dataran banjir;
pemukiman horizontal
h. Pemanfaatan dataran banjir bagi
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan ruang terbuka hijau dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pembangunan fasilitas umum
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, dengan kepadatan rendah;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup i. Ketentuan pelarangan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi pemanfaatan ruang bagi kegiatan
lemah permukiman dan fasilitas umum
penting lainnya.
(10) Untuk kawasan rawan abrasi pantai,
ketentuan umum peraturan zonasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf i, disusun dengan
memperhatikan;
a. Pendekatan rekajasa struktur
dengan cara system polder,
bangunan pemecah gelombang,
penurapan;
b. Pendekatan rekayasa non struktur
dengan cara merehabilitasi hutan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence mangrove di daerah pesisir.
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut
Banjir/Genangan Pasal 53
Abrasi dan Kerusakan Pantai (9) Ketentuan umum peraturan zonasi
Degradasi Ekosisitem Mangrove untuk kawasan peruntukan pesisir dan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih laut sebagaimana dimaksud pada ayat
Sedimentasi (1) huruf h, disusun dengan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri memperhatikan:
Penanganan Sampah a. Pemanfaatan ruang untuk
permukiman nelayan dengan
Pemanfaatan Ruang Laut
kepadatan rendah;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
b. Pemanfaatan ruang untuk
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pengembangan energi;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
c. Pembatasan kawasan budidaya
ancaman permasalahan sosial yang ada
tambak dengan atau tanpa unit
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pengolahannya sesuai ketentuan
pemukiman horizontal
peraturan perundang-undangan;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan d. Ketentuan memenuhi syarat
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pengelolaan lingkungan,
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, memperhatikan kemampuan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup system tata air setempat serta
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi menggunakan teknologi yang
lemah ramah lingkungan untuk kegiatan
selain kegiatan konservasi,
pendidikan, dan pelatihan;
e. Ketentuan peningkatan kualitas
lingkungan permukiman serta
prasarana dan sarana dasar
lingkungan permukiman di kawasan
pesisir, serta penurunan luasan
kawasan kumuh;
f. Ketentuan penyediaan infrastruktur
pendukung bagi bisnis kelautan dan
wisata bahari;
g. Ketentuan pengaturan dan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence penataan kawasan bisnis kelautan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dan wisata bahari.
Banjir/Genangan
Abrasi dan Kerusakan Pantai
Degradasi Ekosisitem Mangrove
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih
Sedimentasi
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri
Penanganan Sampah
Pemanfaatan Ruang Laut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ancaman permasalahan sosial yang ada
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pemukiman horizontal
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
lemah
BAB V
REKOMENDASI
5.1 Rekomendasi Alternatif Kebijakan, Rencana dan/atau Program
REKOMENDASI HASIL KLHS TELUK JAKARTA DALAM KRP KABUPATEN TANGERANG
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence RTRW 2010-2030 Raperda RTRW Kabupaten Tangerang 2010 –
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 2030, khususnya didalam bagian Penjelasan
Banjir/Genangan BAB VI agar dilengkapi dengan materi tersebut
Abrasi dan Kerusakan Pantai PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS dibawah ini.
Degradasi Ekosisitem Mangrove KABUPATEN
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Beberapa lokasi di Pantura masuk dalam
Sedimentasi Pasal 39 penetapan Kawasan Strategis Kabupaten.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri (1) Kawasan Strategis Nasional, meliputi: Belum ada pengaturan lebih lanjut.
Penanganan Sampah Perpres 54 tahun 2008 Kabupaten
Tangerang termasuk kedalam Kawasan A. Land Subsidence
Pemanfaatan Ruang Laut
Strategis Nasional (KSN) dari sudut Dalam RTRW perlu ada pengendalian
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
kepentingan pertumbuhan ekonomi. pemanfaatan air bawah tanah.
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(2) Kawasan Strategis Provinsi Banten,
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
meliputi: B. Rob dan Kenaikan Muka Air Laut
ancaman permasalahan sosial yang ada
Kawasan Strategis Provinsi Banten yang Perlu ada ketentuan mengenai strategi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
ada di Kabupaten Tangerang meliputi : penanggulangan rob/kenaikan muka air laut.
dalam pemukiman horizontal
1. Kawasan penyangga Bandara untuk
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan kepentingan daya dukung lingkungan. C. Banjir/Genangan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, 2. Kawasan Pusat Kegiatan Wilayah Pasal 27 ayat (1) huruf b ditambahakan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Promosi (PKWp) Balaraja untuk pembangunan tandon air di 8 Kecamatan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup kepentingan ekonomi. Daerah genangan direncanakan sebagai
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata 3. Kawasan Pusat Kegiatan Wilayah daerah tampungan air
ekonomi lemah Promosi (PKWp) Teluknaga untuk
kepentingan ekonomi. D. Abrasi dan Kerusakan Pantai
4. PLTU Lontar untuk kepentingan Perlu ditambahkan strategi tentang
teknologi tinggi. penanggulangan abrasi
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence (3) Kawasan strategis di kabupaten, meliputi : Perlu ditambahkan strategi tentang
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 1. Kawasan Strategis Kawasan Pusat penanggulangan kerusakan pantai akibat
Banjir/Genangan Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) penambangan pasir
Abrasi dan Kerusakan Pantai a. Klasifikasi Kawasan Strategis : Perlu ditambahkan strategi tentang
Degradasi Ekosisitem Mangrove Kepentingan lingkungan hidup pengendalian penambangan pasir
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. Lokasi : Kecamatan Balaraja dan Perlu diawali dengan penentuan garis
Sedimentasi Teluknaga pantai
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri c. Kegiatan Utama : Perdagangan Perlu ditambahkan ketentuan tentang
Penanganan Sampah dan jasa, industri, Perumahan, kawasan yang berfungsi untuk
dan pergudangan pengendalian banjir, dan pengendalian
Pemanfaatan Ruang Laut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan rob, tidak dialih fungsikan
2. Kawasan Strategis Kawasan Pusat
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kegiatan Lokal (PKL) E. Degradasi Ekosistem Mangrove
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
b. Klasifikasi Kawasan Strategis : Pasal 33 ditambahkan Kecamatan Mekar
ancaman permasalahan sosial yang ada
Pertumbuhan ekonomi dan Baru
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
lingkungan Perlu ditambahkan ketentuan tentang
dalam pemukiman horizontal
c. Lokasi : Kecamatan Tigaraksa dan penanaman mangrove di kawasan pesisir
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Kronjo
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, pantai
d. Kegiatan Utama :
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik - PKL Tigaraksa : Pusat
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup F. Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih
pemerintahan kabupaten, Perlu ditambahkan arahan mengenai
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata perkantoran, permukiman,
ekonomi lemah water front city
perdagangan dan jasa Pasal 24 ayat (6) ditambahkan
- PKL Kronjo : Kecamatan Mekar Baru
Pemerintahan kecamatan,
permukiman, pertanian dan G. Sedimentasi
perikanan. Perlu ditambahkan strategi normalisasi
3. Kawasan Strategis Kawasan Pusat muara sungai sebagai upaya
Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) penanggulangan sedimentasi.
a. Klasifikasi Kawasan Strategis :
Pertumbuhan ekonomi dan H. Pencemaran Perairan Akibat Limbah
lingkungan Domestik dan Industri
b. Lokasi : Kecamatan Mauk, Perlu ditambahkan strategi
Kosambi, penanggulangan/penanganan sampah di
Pasarkemis, Sepatan, Cikupa, perairan secara terintegrasi.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Kelapadua dan Curug. Perlu kebijakan pengawasan yang
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut c. Kegiatan Utama : Pemerintahan mengatur pencemaran perairan
Banjir/Genangan kecamatan, termasuk perilaku pencemarnya
Abrasi dan Kerusakan Pantai Perkantoran, permukiman,
Degradasi Ekosisitem Mangrove industri,pertanian perdagangan I. Penanganan Sampah (Perairan)
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dan jasa. Perlu ditambahkan strategi
Sedimentasi 4. Kawasan Strategis Dryport penanggulangan/penanganan sampah di
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri a. Klasifikasi Kawasan Strategis : perairan secara terintegrasi.
Penanganan Sampah Pertumbuhan ekonomi
danlingkungan J. Pemanfaatan Ruang Laut
Pemanfaatan Ruang Laut
b. Lokasi : Kecamatan Jambe Pasal 3 ayat (2) perlu ditambahkan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
c. Kegiatan Utama : Transportasi dengan strategi untuk penanggulangan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
dan Pergudangan penurunan permukaan tanah, rob dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kenaikan muka air laut, banjir dan
ancaman permasalahan sosial yang ada
5. Kawasan Strategis sekitar Bandara Soekarno genangan, abrasi, erosi, sedimentasi,
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
Hatta intrusi air laut, pengendalian
dalam pemukiman horizontal
a. Klasifikasi Kawasan Strategis : pencemaran, kerawanan air bersih,
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Pertumbuhan ekonomi pencemaran air, kerusakan pantai
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, b. Lokasi : Perluasan Bandara Perlu ditambahakan Kecamatan Kemiri,
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Soekarno Hatta perlu konfirmasi dengan Dinas Pertanian
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup c. Kegiatan Utama : Transportasi dan Peternakan mengenai Kecamatan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Udara dan Pergudangan Mauk
ekonomi lemah
Pasal 38 ayat (3) a ditambahkan
6. Kawasan Strategis Perbatasan DKI Jakarta Kecamatan Paku Haji, Kecamatan Teluk
a. Klasifikasi Kawasan Strategis : Naga, Kecamatan Kosambi (perlu
Pertumbuhan ekonomi dan konfirmasi dengan Dinas Perikanan dan
lingkungan Kelautan)
b. Lokasi : Kecamatan
Kosambi K. Kemungkinan Alih Fungsi Lahan di
c. Kegiatan Utama : Pergudangan, Daratan Pasca Reklamasi
industri, perdagangan dan jasa Perlu kebijakan pengawasan terhadap
kemungkinan alih fungsi lahan mengingat
7. Kawasan Strategis PLTU Lontar pasca reklamasi, tanah daratan di sekitar
a. Klasifikasi Kawasan Strategis : Pantura diprediksi akan naik nilai jualnya
Pertumbuhan ekonomi sedangkan peruntukan lahan di daerah
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence danlingkungan tersebut pada umumnya untuk
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut b. Lokasi : Desa Lontar Kecamatan pertanian/RTH.
Banjir/Genangan Kemiri
Abrasi dan Kerusakan Pantai c. Kegiatan Utama : Pembangkit L. Sosial Ekonomi Budaya
Degradasi Ekosisitem Mangrove Listrik untuk Provinsi Banten dan Perlu adanya kebijakan perlindungan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih DKI situs budaya mengingat di kawasan
Sedimentasi 5. Kawasan Strategis Rencana Pantura banyak situs budaya seperti
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Reklamasi Pantai Makam Panjang di Kampung Bahari,
Penanganan Sampah a. Klasifikasi kawasan strategis : tempat ziarah orang Tionghoa di Tanjung
Pertumbuhan ekonomi dan Kait serta potensi wisata lainnya seperti
Pemanfaatan Ruang Laut
pelestarian di Pantai Tanjung Kait
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
lingkungan wilayah pantai. Perlu kebijakan pemerintah daerah yang
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
b. Lokasi : Kawasan reklamasi seluas mengarah kepada pembinaan sistem
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
± 9.000 ha ekonomi nelayan khususnya dalam
ancaman permasalahan sosial yang ada
berjarak 200 meter dari garis pengembangan kawasan minapolitan,
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
pantai utara sehingga potensi PAD Kab. Tangerang
dalam pemukiman horizontal
Kabupaten Tangerang dari sektor nelayan dapat ditingkatkan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan c. Kegiatan Utama : Perlu ada kebijakan pemerintah daerah
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, Perumahan perkotaan, pelabuhan yang tepat sasaran untuk mencegah
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik terpadu, dan industri. disintegrasi sosial dan ekonomi sehingga
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
dengan adanya kegiatan reklamasi maka
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata (4) Beberapa program yang dibutuhkan untuk kegiatan nelayan yang ada di sekitar
ekonomi lemah mendukung pengembangan kawasan areal reklamasi tidak terganggu mata
strategis meliputi : pencahariannya
a. Program penataan ruang Perlu ada kebijakan perlindungan DAS
b. Program pembangunan prasarana (Daerah Aliran Sungai) mengingat
dasar dan transportasi sungai-sungai di Kab. Tangerang
c. Program pembangunan sarana mempunyai potensi ekonomi bagi
pelayanan sosial ekonomi masyarakat
d. Pogram pengembangan usaha Pembangunan PLTU perlu
(5) Program pengembangan investasi memperhatikan kondisi sosial
(6) Rencana kawasan strategis kabupaten masyarakat di sekitar areal proyek
digambarkan dalam peta dengan skala pengembangan PLTU agar tidak
yang disesuaikan dengan kebutuhan mengganggu mata pencaharian
sebagaimana tercantum dalam Lampiran X masyarakat nelayan, serta pencemaran
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence yang merupakan bagian tidak terpisahkan terhadap areal pertanian
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dari Peraturan Daerah ini.
Banjir/Genangan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Kebijakan dan Strategi
Degradasi Ekosisitem Mangrove
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten,
Sedimentasi meliputi:
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri 1. Pengembangan kawasan industri yang
Penanganan Sampah mempunyai daya saing dan nilai tambah,
dilakukan dengan strategi:
Pemanfaatan Ruang Laut
a. Mempersiapkan ruang kawasan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
industri yang dilengkapi dengan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
sarana dan prasarana yang
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
berwawasan lingkungan dan
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. Meningkatkan dan membangun
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
infrastruktur pendukung kawasan
dalam pemukiman horizontal
industri.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan 2. Pengembangan kawasan permukiman
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, yang terintegrasi dengan fungsi kegiatan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sekitarnya di seluruh wilayah kabupaten
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dilakukan dengan strategi:
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata a. Mengintegrasikan pembangunan
ekonomi lemah infrastruktur permukiman dengan
kegiatan industri dan pertanian;
b. Mewujudkan pusat-pusat kegiatan
wilayah baru yang dipromosikan
sesuai dengan kewenangan
kabupaten;
c. Mengembankan fungsi pusat-pusat
kegiatan yang ada di wilayah
kabupaten Tangerang sesuai dengan
hirarkinya
d. Meningkatkan intensitas
pembangunan perumahan dan
permukiman di tiap kecamtan melalui
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pola intensifikasi dan ekstensifikasi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dengan tetap mempertahankan
Banjir/Genangan ekosistem lingkungan
Abrasi dan Kerusakan Pantai e. Menata kawasan permukiman
Degradasi Ekosisitem Mangrove Tigaraksa untuk meningkatkan peran
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dan fungsi kawasan perkotaan
Sedimentasi Tigaraksa sebagai pusat pemerintahan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dan ibu kota kabupaten Tangerang;
Penanganan Sampah f. Menata dan mengembangkan
kawasan wisata; dan
Pemanfaatan Ruang Laut
g. Membuat rencana rinci kawasan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
permukiman.
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
3. Pengembangan kawasan perkotaan baru
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Pantura dilakukan dengan strategi:
ancaman permasalahan sosial yang ada
a. Melaksanakan reklamasi sepanjang
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
pantai utara kabupaten yang berjarak
dalam pemukiman horizontal
kurang lebih 200 meter dari garis
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan pantai.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, b. Menyiapkan regulasi operasional
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik pelaksanaan reklamasi.
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup c. Mengendalikan dampak
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata penyelenggaraan reklmasi dan
ekonomi lemah d. Membangun dan mengintegrasikan
infrastruktur pendukung reklamasi
pantai utara dengan wilayah daratan
kabupaten
4. Pengembangan pertanian berkelanjutan di
bagian utara wilayah dilakukan dengan
strategi:
a. Menetapkan kawasan pertanian yang
berkelanjutan untuk menunjang
keberadaan kawasan permukiman
dan meningkatkan ketahanan pangan
masyarakat kabupaten.
b. Menetapkan kawsan Minapolitan di
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence kecamatan Kronjo dan kawasan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Agropolitan di Kecamatan Sepatan
Banjir/Genangan dan Sepatan Timur dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai c. Meningkatkan dan mengembangkan
Degradasi Ekosisitem Mangrove infrastruktur yang mendukung
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih pengembangan pertanian.
Sedimentasi
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pasal 23
Penanganan Sampah Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf c,
Pemanfaatan Ruang Laut
meliputi sungai lintas propinsi dalam wilayah
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
kabupaten, wilayah sungai kabupaten, jaringan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
irigasi, jaringan air baku untuk air bersih,
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
jaringan air bersih, dan sistem pengendalian
ancaman permasalahan sosial yang ada
banjir.
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
dalam pemukiman horizontal
Pasal 24
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan (1) Rencana sistem jaringan sumber daya air,
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, meliputi:
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik a. Sungai lintas provinsi terdiri dari Cisadane,
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Cidurian, dan Cimanceuri;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata b. Sungai lintas kabupaten/kota terdiri dari
ekonomi lemah Cirarab, Kali Sabi, dan sungai kecil lainnya;
(2) Sistem jaringan irigasi terdiri dari irigasi
Cisadane dan Cidurian;
Pengelolaan sumber daya air dan jaringan
pengairan di Kabupaten Tangerang
dikembangkan untuk:
a. Pemeliharaan kawasan hulu sungai melalui
kegiatan pelestarian kawasan, pengamanan
kawasan penyangga, pengamanan sumber
air dan pencegahan banjir;
b. Pengelolaan irigasi strategis yakni prasarana
irigasi yang terdapat pada sentra-sentra
produksi pangan;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence c. Peningkatan koordinasi antar provinsi untuk
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut singkronisasi program sektoral maupun
Banjir/Genangan program bersama;
Abrasi dan Kerusakan Pantai d. Pengembangan struktur ruang dengan
Degradasi Ekosisitem Mangrove meningkatkan kualitas dan jangkauan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih pelayanan sumberdaya air melalui
Sedimentasi peningkatan kualitas jaringan prasarana
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri serta dengan mewujudkan keterpaduan
Penanganan Sampah sistem jaringan sumberdaya air dan
penetapan sumberdaya air wilayah sungai;
Pemanfaatan Ruang Laut
(3) Pemanfaatan sumber air diarahkan pada
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
air permukaan dengan intake di sungai
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
terdekat yang potensial;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
(4) Pada kawasan permukiman pusat kegiatan
ancaman permasalahan sosial yang ada
penyediaan air bersih melalui jaringan pipa
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
PDAM dengan memanfaatkan air baku dari
dalam pemukiman horizontal
sungai atau air permukaan;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan (5) Pada kawasan permukiman perdesaan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, dikembangkan sistem air bersih perdesaan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik yaitu memanfaatkan sumber air baku yang
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup ada meliputi mata air, air tanah dan air
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata sungai dengan sistem jaringan air
ekonomi lemah sederhana.
(6) Rencana pengembangan sistem air bersih,
meliputi:
a. Zona Cibaja Utara melayani Kecamatan
Cikupa, Balaraja, Jayanti, Tigaraksa,
Panongan dan Jambe;
b. Zona Cibaja Selatan melayani Kecamatan
Cisoka, Tigaraksa, Panongan dan Jambe;
c. Zona Cipacul melayani Kecamatan Cisauk ,
Pagedangan, Curug dan Legok;
d. Zona Sepatan Plus melayani Kecamatan
Sepatan, Pasar Kemis dan Rajeg;
e. Zona Pakumas melayani Kecamatan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pakuhaji, Mauk, dan Sukadiri;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut f. Zona Bojongered melayani Kecamatan
Banjir/Genangan Teluknaga, Kosambi; dan Zona IKK / Kejori
Abrasi dan Kerusakan Pantai melayani Kecamatan Kresek, Kronjo, dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove Kemiri.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih
Sedimentasi Pasal 25 Ayat (1)
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Sistem persampahan sebagaimana dimaksud
Penanganan Sampah dalam Pasal 7 ayat (4) huruf e, rencana
pengelolaan sampah Kabupaten Tangerang
Pemanfaatan Ruang Laut
sampai tahun 2030 meliputi :
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
a. Menyiapkan akses dari kawasan sumber
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
penghasil sampah menuju lokasi Tempat
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Pengelolaan Sampah (TPS) yang ada di
ancaman permasalahan sosial yang ada
setiap kawasan dengan kondisi sampah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
sudah terpilah antara sampah organik dan
dalam pemukiman horizontal
non organik.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan b. Penentuan daerah pelayanan setiap jenis alat
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, angkutan sehingga tercipta suatu sistem
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik pengumpulan sampah yang terhirarki dengan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup baik.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata c. Menyiapkan suatu pengelolaan dan
ekonomi lemah pengumpulan yang terhirarki dengan baik.
d. Pengadaan dan pengelolaan alat angkut
sampah dengan menyiapkan armada angkut
dari gerobak sampai truk.
e. Penyediaan dan pengelolaan TPS dengan
menyiapkan suatu TPS yang memiliki
kemampuan untuk mengatasi produksi
sampah perkotaan yang akan meningkat
seiring dengan peningkatan perkembangan
fisik dan kegiatan perkotaan.
f. Peningkatan kapasitas TPST Jatiwaringin di
kecamatan Mauk;
g. Pembangunan TPS secara parsial yang
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence tersebar pada setiap kecamatan;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut h. Mewajibkan setiap pengelola kawasan
Banjir/Genangan permukiman, komersiar, industri, khusus,
Abrasi dan Kerusakan Pantai umum, sosial lainya menyediakan fasilitas
Degradasi Ekosisitem Mangrove penyediaan fasilitas pemilahan sampah;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih i. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
Sedimentasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan; dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri j. Menyusun dan menyelenggarakan sistem
Penanganan Sampah tanggap darurat pengelolaan sampah.
k. Melakukan pembinaan dan pengawasan
Pemanfaatan Ruang Laut
kinerja pengelolaan sampah yang
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
dilaksanakan oleh pihak lain.
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Pasal 25 Ayat (2)
ancaman permasalahan sosial yang ada
Rencana sistem persampahan wilayah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat
dalam pemukiman horizontal
(1) digambarkan dalam peta dengan dengan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan skala yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Peraturan Daerah ini.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
ekonomi lemah Pasal 26 Ayat (1)
Sistem pembuangan air limbah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf f,
rencana pengelolaan limbah di Kabupaten
Tangerang secara lebih detail meliputi :
a. Sosialisasi serta pemahaman atas
pentingnya sarana sanitasi kepada
masyarakat, sehingga ketergantungan akan
sarana sanitasi bisa meningkat dan
pencemaran limbah padat maupun cair
yang berasal dari domestik dapat dikurangi.
b. Meningkatkan kapasitas pelayanan IPLT
Lebak wangi di Kecamatan Sepatan Timur.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence c. Mengembangkan sistem setempat yang
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut diarahkan pada sistem publik dan
Banjir/Genangan menggunakan sistem individu, berupa
Abrasi dan Kerusakan Pantai instalasi pembuangan tinja yang sehat atau
Degradasi Ekosisitem Mangrove tangki septik. Sedangkan untuk daerah
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih yang padat perlu dikembangkan sistem
Sedimentasi komunal, namun sistem ini perlu didesain
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri agar dapat disambungkan satu dengan yang
Penanganan Sampah lain, sehingga dapat membentuk sistem
terpusat di masa yang akan datang.
Pemanfaatan Ruang Laut
d. Optimalisasi kemampuan instalasi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
pengolahan limbah yang sudah ada serta
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pengadaan dan pengelolaan truk tinja untuk
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
meningkatkan pelayanan penanganan air
ancaman permasalahan sosial yang ada
limbah.
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
e. Membangun instalasi pengolahan limbah
dalam pemukiman horizontal
tinja yang baru terutama didaerah padat
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan penduduk di wilayah barat dan timur
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, Kabupaten Tangerang. Karena pada
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik umumnya prasarana yang dipergunakan di
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup wilayah perencanaan adalah tangki septik
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata dan cubluk, maka fasilitas pengolahan
ekonomi lemah lumpur tinja dan sarana pembuangan
sangat dibutuhkan yaitu dengan pengadaan
dan pengelolaan IPLT. Untuk itu
direncanakan dibangun IPLT di Kecamatan
Cisauk Desa Suradita.
f. Mewajibkan para developer untuk
menyediakan / membangun fasilitas
pengolahan limbah domestik secara
komunal di kawasan perumahan yang akan
dibangun.
g. Untuk penanganan limbah non domestik
yang berasal dari industri diperlukan
pengolahan terlebih dahulu sebelum
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dibuang ke badan air penerima. Teknik
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut pengolahan tergantung jenis industri. Untuk
Banjir/Genangan itu perlu dibangun instalasi pengolahan
Abrasi dan Kerusakan Pantai industri secara bersama-sama antar
Degradasi Ekosisitem Mangrove beberapa industri . Untuk industri yang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih berdekatan dengan industri yang sama
Sedimentasi dapat membangun IPAL bersama sehingga
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dapat mereduksi biaya yang dikeluarkan.
Penanganan Sampah Instalasi pengolahan limbah diprioritaskan
pada daerah yang diperuntukan sebagai
Pemanfaatan Ruang Laut
kegiatan industri.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
h. Menyiapkan suatu mekanisme pengawasan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
terhadap pembuangan limbah industri
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
untuk memastikan agar limbah yang
ancaman permasalahan sosial yang ada
dibuang ke saluran akhir telah melalui
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
proses pengolahan terlebih dahulu.
dalam pemukiman horizontal
Terutama penataan sistem pengelolaan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan limbah B3 diarahkan untuk meminimalkan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, pencemaran udara, tanah dan sumber daya
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik air serta meningkatkan kualitas lingkungan,
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dimana pengelolaannya harus dilakukan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata berdasarkan kriteria teknis sebagaimana
ekonomi lemah dimaksud dalam peraturan pemerintah
serta dilakukan melalui kerjasama antar
daerah, peran serta masyarakat dan pelaku
usaha.
i. Membuka peluang kerjasama dengan pihak
swasta dalam pengelolaan limbah baik
limbah domestik maupun limbah non
domestik.
Paragraf 7
Pasal 27 Ayat (1)
Sistem pengembangan drainase sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf g
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence meliputi :
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut a. Penanganan Banjir
Banjir/Genangan 1. Rehabilitasi saluran drainase dengan
Abrasi dan Kerusakan Pantai memperbesar saluran drainase serta
Degradasi Ekosisitem Mangrove membongkar/ mengganti utilitas yang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dapat mengganggu sistem drainase.
Sedimentasi 2. Normalisasi sungai-sungai yang melewati
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri kota, berupa pengerukan, pelurusan,
Penanganan Sampah penyayatan bagian sungai yang sempit
serta pembuatan tebing penguat di tepi
Pemanfaatan Ruang Laut
sungai, serta pengembangan fungsi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
bantaran sungai.
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
3. Operasi dan pemeliharaan yang optimal
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dan efisien, terkait ketersediaan dana dan
ancaman permasalahan sosial yang ada
perlunya pelatihan yang cukup terhadap
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
petugas yang bertanggung jawab serta
dalam pemukiman horizontal
memasyarakatkan upaya-upaya
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan pemeliharaan kepada masyarakat umum.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, 4. Memperluas daerah pelayanan yaitu
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik dengan membuat dan memperbaiki
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup saluran drainase khususnya di lokasi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata banjir.
ekonomi lemah 5. Tingkat pelayanan, terkait dengan
ketersediaan dana sehingga diperlukan
upaya-upaya menanggulangi dana yang
terbatas melalui upaya identifikasi
terhadap sumber-sumber dana yang
mungkin dan melakukan cost recovery
semaksimal mungkin.
6. Memudahkan operasi dan pemeliharaan
serta pendataan setiap sungai
7. Penerapan manajemen daerah pengaliran
sungai, situ dan pantai dengan
menentukan otorisasi suatu instansi dalam
pengelolaannya serta penetapan garis
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sempadan pantai, sungai, situ/danau :
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut a. Pantai yaitu 100 m dari titik pasang
Banjir/Genangan tertinggi kearah darat;
Abrasi dan Kerusakan Pantai b. Situ/danau yaitu 50 m dari batas muka air
Degradasi Ekosisitem Mangrove tertinggi;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih c. Sungai besar yaitu 100 m dari tepi
Sedimentasi sungai/pasang tertinggi;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri d. Sungai kecil yaitu 50 m dari tepi
Penanganan Sampah sungai/pasang tertinggi;
e. Sungai Non pasang surut 3 - 100 m dari
Pemanfaatan Ruang Laut
tepi sungai/pasang tertinggi.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
8. Pengendalian sungai agar tidak menjadi
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
tempat buangan sampah oleh masyarakat
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
sebab dapat mengakibatkan pendangkalan
ancaman permasalahan sosial yang ada
pada sungai tersebut.
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
9. Hubungan dengan sektor-sektor lain
dalam pemukiman horizontal
dimana masalah pengendalian banjir
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan harus terintegrasi penuh dengan sektor
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, infrastruktur lainnya sehingga diperlukan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik adanya koordinasi yang baik dan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup pembagian tanggung jawab yang tegas
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata dan lugas.
ekonomi lemah 10. Pengembangan yang lain adalah
peningkatan dan perbaikan kapasitas
saluran drainase yang telah ada diwilayah
Kabupaten Tangerang.
b. Pembangunan Tandon Air
Pembangunan tandon air direncanakan di
wilayah Kecamatan Sukadiri 1 buah
Pasal 31
Kawasan lindung kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) terdiri atas :
a. kawasan hutan lindung;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence b. kawasan perlindungan setempat; dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut c. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Banjir/Genangan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 32
Degradasi Ekosisitem Mangrove (1) Kawasan hutan lindung sebagaimana
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dimaksud dalam Pasal 32 huruf a dikelola
Sedimentasi oleh Perum Perhutani Unit III Jabar
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Banten-KPH Bogor seluas 1.591,98 ha
Penanganan Sampah tersebar di Kecamatan Kronjo, Kemiri,
Mauk, Pakuhaji, Teluk Naga dan Kosambi.
Pemanfaatan Ruang Laut
(2) Kawasan perlindungan setempat
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
huruf b terdiri atas :
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
a. Sempadan Pantai;
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. sempadan sungai;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
c. kawasan danau atau waduk; dan
dalam pemukiman horizontal
d. kawasan lindung spiriual dan kearifan lokal
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan lainnya.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial,
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Pasal 33
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Kawasan sempadan pantai sebagaimana
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf a
ekonomi lemah Kawasan ini terdapat di pesisir pantai utara
Kabupaten Tangerang meliputi di Kecamatan
Pakuhaji, Teluknaga, Kronjo, Kosambi, Mauk,
Kemiri dan Sukadiri, yang keseluruhannya
mencakup areal seluas + 510,00 Ha.
(1) Pengelolaan kawasan sempadan pantai
diarahkan melalui:
a. pencegahan kegiatan budidaya di
sepanjang pantai yang dapat mengganggu
kelestarian fungsi pantai;
b. pengendalian kegiatan disekitar sempadan
pantai; dan pengembalian fungsi lindung
pantai yang mengalami kerusakan.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 34
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut (1) Kawasan Sempadan Sungai sebagaimana
Banjir/Genangan dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf b,
Abrasi dan Kerusakan Pantai meliputi :
Degradasi Ekosisitem Mangrove a. Sungai besar adalah Cisadane dan Cidurian
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. Sungai sedang adalah Cimanceuri, Cirarab,
Sedimentasi Cidadap, Cisabi, Tahang, Cipayauen, Cilaku,
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Cipasilian, Cilontar, Cileles, Cilarangan,
Penanganan Sampah Pecah, dan Kali Cigung;
b. Sungai kecil adalah anak-anak sungai baik
Pemanfaatan Ruang Laut
sungai besar dan sungai sedang
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
sebagaimana tersebut pada huruf a dan b
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
diatas.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
(2) Sempadan Sungai sesuai dengan lebar dan
ancaman permasalahan sosial yang ada
kedalaman sungai, sebagai berikut :
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
a. Sungai besar paling kurang 30 meter;
dalam pemukiman horizontal
b. Sungai sedang paling kurang 10 meter; dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan c. Sungai kecil paling kurang 5 meter.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, (3) Pengelolaan Sempadan Sungai ditujukan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik untuk melindungi sungai dari kegiatan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup manusia yang dapat mengganggu dan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata merusak kualitas air sungai, kondisi fisik
ekonomi lemah dan dasar sungai serta mengamankan
aliran sungai;
(4) Pengelolaan sempadan sungai diarahkan
melalui:
a. pencegahan kegiatan budidaya di
sepanjang sungai yang dapat mengganggu
atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan
dasar sungai serta alirannya;
b. pengendalian kegiatan yang telah ada di
sempadan sungai;
c. pengamanan daerah aliran sungai; dan
d. pembatasan daerah terbangun yang dapat
merusak fungsi lindung daerah aliran
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sungai.
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut
Banjir/Genangan Pasal 35
Abrasi dan Kerusakan Pantai Kawasan sempadan danau atau waduk
Degradasi Ekosisitem Mangrove sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih huruf c adalah
Sedimentasi (1) Kawasan sempadan danau atau waduk
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri yang berada di Kecamatan Pasar Kemis,
Penanganan Sampah Sepatan, Sepatan Timur, Kronjo, Kresek,
Kelapa Dua, Pagedangan, Pakuhaji, Sindang
Pemanfaatan Ruang Laut
Jaya, Balaraja dan Mauk. Kawasan ini
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
meliputi areal seluas sekitar 880,07 Ha yang
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
telah termasuk luas danau atau waduk
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
didalamnya.
ancaman permasalahan sosial yang ada
(2) Tujuan pengelolaan kawasan sempadan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
danau atau waduk sebagaimana dimaksud
dalam pemukiman horizontal
pada ayat (1) adalah untuk melindungi
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan danau atau waduk dari kegiatan budidaya
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, yang dapat mengganggu kelestarian fungsi
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik utama danau atau waduk tersebut; dan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup (3) Pengelolaan kawasan sempadan danau
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata atau waduk sebagaimana dimaksud pada
ekonomi lemah ayat (1) diarahkan melalui:
a. Penanaman tumbuhan sempadan danau
atau waduk;
b. Pengendalian kegiatan yang telah ada di
sempadan danau ata waduk ; dan
c. Penataan ruang sempadan danau atau
waduk.
Pasal 40 Ayat (8)
(1) Kawasan pertanian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. Kawasan pertanian lahan basah meliputi
Kecamatan Sindang Jaya bagian barat dan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence utara, Sepatan, Sepatan timur, Pakuhaji,
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Teluknaga, Kronjo, Mekarbaru,
Banjir/Genangan Sukamulya, Gunungkaler, Kresek, Mauk,
Abrasi dan Kerusakan Pantai Rajeg, Kemiri, dan Sukadiri dengan luas
Degradasi Ekosisitem Mangrove lahan lebih kurang 29.295,00 ha;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. Kawasan peternakan meliputi Kecamatan
Sedimentasi Teluknaga, Cisauk, Jambe, Cisoka, Mauk,
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dan Gunungkaler dengan luas lahan lebih
Penanganan Sampah kurang 200 ha.
.
Pemanfaatan Ruang Laut
Pasal 38 Ayat (3)
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pada ayat (1) huruf b meliputi kawasan yang
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
diperuntukan bagi budidaya :
ancaman permasalahan sosial yang ada
a. Perikanan tambak di Kecamatan Kronjo,
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
Mekarbaru, dan Mauk dengan luas lahan
dalam pemukiman horizontal
lebih kurang 2.789 ha;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, Pasal 38 Ayat (4)
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup ayat (1) huruf c meliputi:
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata a. Industri besar Pasar Kemis, Cikupa, Jambe,
ekonomi lemah dan Balaraja dengan luas ± 10.000 ha;
b. Industri sedang di Kecamatan Curug,
Kosambi, Jayanti, Tigaraksa, Sepatan,
Legok, dan Panongan dengan luas ± 3.586
ha; dan
c. Industri rumah tangga tersebar di wilayah
Kecamatan Pasar Kemis, Curug dan
Cisoka.
d. Kawasan pergudangan dan industri
terbatas berada di Kecamatan Kosambi,
Teluknaga, Balaraja, Sepatan, dan Jambe.
Pelabuhan kering (Dry Port) disediakan di
Kecamatan Jambe.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 38 Ayat (5) huruf c
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Pengembangan industri harus dilengkapi
Banjir/Genangan dengan prasarana dan sarana yang memadai
Abrasi dan Kerusakan Pantai termasuk penyediaan prasarana pengelolaan
Degradasi Ekosisitem Mangrove limbah;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih
Sedimentasi Pasal 38 Ayat (5) huruf d
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pengembangan industri diharuskan sejalan
Penanganan Sampah dengan struktur ruang wilayah Kabupaten
Tangerang yang direncanakan sehingga antara
Pemanfaatan Ruang Laut
pembangunan industri dengan perwujudan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
struktur ruang terjadi sinkronisasi;
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Pasal 38 Ayat (5) huruf f dan g
ancaman permasalahan sosial yang ada
f. Memanfaatkan seminimal mungkin air
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
baku (air tanah dangkal) untuk menekan
dalam pemukiman horizontal
proses intrusi air laut di kawasan pantai
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan utara;
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, g. Ditaatinya peraturan daerah mengenai
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik baku mutu buangan limbah cair, padat, dan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup gas dengan jalan melengkapi instalasi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata pengolahan limbah yang memadai; dan
ekonomi lemah
Pasal 38 Ayat (7)
Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e terdiri dari :
a. permukiman perkotaan dengan kepadatan
tinggi dengan asumsi lebih dari 30
rumah/Ha dan kepadatan sedang dengan
asumsi kepadatan rumah antara 20-30
rumah/Ha dengan luas lebih kurang 27.937
Ha, meliputi Kecamatan Pagedangan,
Cisauk, Legok, Kelapadua, Curug, Cikupa,
Pasarkemis, Balaraja, Sukamulya, Tigaraksa,
Panongan, Jambe, Cisoka, Solear, Jayanti,
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Teluknaga, Sepatan, Sepatan Timur, Mauk,
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Kosambi dan Sindangjaya;
Banjir/Genangan b. Permukiman perdesaan dengan kepadatan
Abrasi dan Kerusakan Pantai rendah dengan asumsi kurang dari 20
Degradasi Ekosisitem Mangrove rumah/Ha luas lebih kurang 18.960 Ha,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih meliputi Kecamatan Kronjo, Mekarbaru,
Sedimentasi Gunungkaler, Kresek, Kemiri, Rajeg,
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pakuhaji, dan Sukadiri.
Penanganan Sampah
Pasal 38 Ayat (9)
Pemanfaatan Ruang Laut
Kawasan reklamasi pantai sebagaimana
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
dimaksud pada ayat (1) huruf f merupakan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kawasan hasil kegiatan penimbunan dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pengeringan laut di bagian perairan laut
ancaman permasalahan sosial yang ada
wilayah Utara mulai dari Kecamatan Kosambi,
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
Teluknaga, Pakuhaji, Sukadiri, Mauk, Kemiri,
dalam pemukiman horizontal
dan Kronjo, serta berjarak lebih kurang 200
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan meter dari garis pantai kearah laut dengan luas
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, lebih kurang 9.000 ha diperuntukan sebagai
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik pengembangan kota pantai terpadu, meliputi :
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup a. Kawasan permukiman perkotaan;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata b. Kawasan pelabuhan terpadu;
ekonomi lemah c. Kawasan industri.
d. Pariwisata dan
e. Komersial
REKOMENDASI HASIL KLHS TELUK JAKARTA
DALAM KRP PROVINSI DKI JAKARTA
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence RTRW 2010-2030 Raperda RTRW Provinsi DKI Jakarta 2010 –
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 2030, khususnya didalam bagian Penjelasan
Banjir/Genangan Kawasan Strategis Pantura agar dilengkapi dengan materi tersebut
Abrasi dan Kerusakan Pantai dibawah ini.
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 97
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (1) Kawasan strategis Pantura sebagaimana A. Land Subsidence
Sedimentasi dimaksud dalam Pasal 93 ayat (2), Pengkajian terhadap kondisi geologi di
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pengembangan areal reklamasi dan kawasan Pantura menunjukkan
Penanganan Sampah kawasan daratan pantai secara terpadu penurunan muka tanah rata-rata 3-5
yang bersama-sama ditetapkan sebagai cm/tahun atau 60 – 100 cm per 20
Pemanfaatan Ruang Laut
satu kawasan perencanaan. tahun. Oleh karena itu perlu ditetapkan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
(2) Pelaksanaan reklamasi sebagaimana kebijakan pengendalian hingga
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
dimaksud pada ayat (1), harus pelarangan penggunaan air tanah,
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
memperhatikan kepentingan lingkungan, sedangkan untuk penyediaan air bersih
ancaman permasalahan sosial yang ada
kepentingan kepelabuhan, kepentingan dilakukan melalui sistem perpipaan.
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
kawasan berhutan bakau, kepentingan
dalam pemukiman horizontal
nelayan, dampak terhadap banjir rob dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan kenaikan permukaan laut serta sungai, B. ‘Rob’ dan Kenaikan Muka Air Laut
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kepentingan dan fungsi lain yang ada di Perlu perbaikan tanggul yang ada untuk
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik kawasan pantura. mengatasi masalah ‘rob’ khususnya di
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
daerah rawan banjir ‘rob’
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Pasal 98 Adanya penurunan muka tanah 5 – 10
ekonomi lemah (1) Penyelenggaraan reklamasi Pantura cm pertahun di pesisir perlu diantisipasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97, oleh pengembang reklamasi untuk
diarahkan bagi terwujudnya lahan hasil memanfaatkan tanggul reklamasi
reklamasi siap bangun dan sekaligus sebagai antisipasi banjir ‘rob’ di
pemanfaatannya sesuai dengan tata ruang daratan
yang terpadu dengan penataan kembali
kawasan daratan Pantura. C. Banjir/ Genangan (Sistem Prasarana
(2) Penataan kembali kawasan daratan Pengendalian Daya Rusak Air)
Pantura sebagaimana dimaksud pada ayat Perlu ditangani dan diprioritaskan
(1), diarahkan bagi tercapainya penataan penanganan masalah genangan air yang
ruang yang berhasil guna dan berdaya terjadi dan banjir
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence guna, peningkatan kualitas lingkungan dan Perlu dilakukan pengoptimalan rumah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut perumahan, pelestarian bangunan pompa dan dalam pembuatan tanggul
Banjir/Genangan bersejarah, kelancaran lalu lintas, dan perlu diperhitungkan kenaikan muka laut
Abrasi dan Kerusakan Pantai peningkatan fungsi sistem pengendalian + 5 mm/tahun akibat pengaruh iklim
Degradasi Ekosisitem Mangrove banjir baik itu banjir rob dan kenaikan global
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih muka laut/sungai. Penanganan banjir/genangan perlu
Sedimentasi (3) Penyelenggaraan reklamasi serta terintegrasi dalam sistem makro Jakarta,
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pengelolaan tanah hasil reklamasi dan dengan prinsip :
Penanganan Sampah penataan kembali kawasan daratan 1. Sistem tata air Jakarta 2030
Pantura sebagaimana dimaksud pada ayat (upstream to downstream)
Pemanfaatan Ruang Laut
(1) dan ayat (2), dilaksanakan secara Air ditahan di dataran tinggi (Puncak),
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
terpadu melalui kerjasama usaha yang disimpan dalam situ/waduk di
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
saling menguntungkan antara Pemerintah kawasan Bogor, Depok, dan Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Daerah, Masyarakat, dan dunia usaha. Selatan.
ancaman permasalahan sosial yang ada
Dari Banjir Kanal ke arah Utara
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
Pasal 99 menggunakan sistem polder.
dalam pemukiman horizontal
(1) Pengembangan kawasan Pantura harus 2. Peningkatan rasio badan air (water
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan menjamin: body ratio) hingga lebih dari 5%.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, a. terpeliharanya ekosistem dan kelestarian 3. Rencana teknis pengendalian banjir :
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik kawasan hutan lindung, hutan bakau, a. Perbaikan kapasitas saluran
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup cagar alam dan biota laut; makro
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata b. pemanfaatan pantai untuk kepentingan b. Pembangunan Banjir Kanal Timur
ekonomi lemah umum; c. Pembangunan Cengkareng Drain
c. kepentingan perikehidupan nelayan; d. Sodetan BKT-BKB
d. kelestarian bangunan dan lingkungan e. Pengerukan dan pelebaran sungai
bersejarah; f. Perbaikan pintu air
e. kepentingan dan terselenggaranya g. Penambahan dan perbaikan
kegiatan pertahanan keamanan negara; sistem sub-makro
f. terselenggaranya pengembangan sistem h. Perbaikan sistem mikro
prasarana sumber daya air secara i. Pengembangan sumur resapan
terpadu; j. Pembangunan bangunan penahan
g. tidak memberikan tambahan resiko banjir lumpur
di daerah hulunya baik akibat rob, k. Pengembangan tampungan
kenaikan permukaan laut/sungai; dan setempat (OSD : on-site
h. terselenggara/berfungsinya objek/instalasi stormwater detention)
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence vital di kawasan Pantura dengan l. Pembangunan Lubang Resapan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut memperhatikan aspek-aspek ekologis Biopori
Banjir/Genangan lingkungan. 4. Upaya non teknis pengendalian
Abrasi dan Kerusakan Pantai (2) Pengembangan kawasan Pantura banjir :
Degradasi Ekosisitem Mangrove sebagaimana dimaksud pada ayat (1), a. Basis wilayah aliran sungai
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih harus memperhatikan aspek sebagai (hulu/penahan – tengah/storage
Sedimentasi berikut: – hilir/penampungan)
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri a. peningkatan fungsi Pelabuhan; b. Pembatasan penggunaan airtanah
Penanganan Sampah b. pengembangan Kawasan Strategis c. Pengembangan situ dan waduk
Ekonomi; d. Pengembangan dan pemanfaatan
Pemanfaatan Ruang Laut
c. pengembangan areal Pelabuhan Sunda bantaran sungai
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
Kelapa dan sekitarnya untuk pusat wisata, e. Redevelopment kawasan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pusat perdagangan/jasa, dan pelayaran perumahan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
rakyat secara terbatas; f. Pengendalian pembuangan
ancaman permasalahan sosial yang ada
d. dilaksanakan serasi dengan penataan dan limbah dan sampah ke dalam
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
pengelolaan Kepulauan Seribu; sungai dan laut
dalam pemukiman horizontal
e. pemanfaatan ruang rekreasi dan wisata g. Penertiban bangunan di atas
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dengan memperhatikan konservasi nilai aliran sungai
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, budaya daerah dan bangsa serta h. Konservasi DAS
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik kebutuhan wisata nasional dan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup internasional; dan D. Abrasi dan Kerusakan Pantai
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata f. didukung dengan pengembangan Perlu penanggulangan abrasi dan kerusakan
ekonomi lemah prasarana dan sarana perkotaan secara pantai
terpadu.
E. Degradasi Ekosistem Mangroove
Pasal 100 Perlu adanya kebijakan yang jelas
(1) Pengembangan kawasan Pantura tentang peruntukkan dan rehabilitasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99, mangrove termasuk upaya
dibagi menjadi beberapa sub-kawasan pemeliharaan/perlindungan serta
dengan memperhatikan kondisi kawasan lokasinya dengan memperhatikan
daratan Pantura dan perairan di karakteristik habitat mangrove di
sekitarnya. Pantura Jakarta
(2) Sub-kawasan sebagaimana dimaksud Perlu kebijakan pertanahan mengingat
dalam ayat (1) merupakan satu kesatuan banyaknya daerah hutan mangrove yang
perencanaan yang dikembangkan dengan sudah tergerus (abrasi) mengakibatkan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sistem infrastruktur terpadu. kemunduran garis pantai, dimana
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut didaerah sekitarnya terdapat tanah milik
Banjir/Genangan Pasal 101 masyarakat yang menimbulkan masalah
Abrasi dan Kerusakan Pantai (1) Sistem prasarana sumber daya air di pertanahan/ bukti kepemilikan
Degradasi Ekosisitem Mangrove kawasan reklamasi Pantura merupakan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih bagian dari sistem prasarana sumber daya F. Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih
Sedimentasi air makro dan jalur perpanjangan saluran (Rencana Sistem dan Jaringan Air
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dan sungai yang melalui kawasan daratan Bersih)
Penanganan Sampah pantai.
(2) Untuk mencegah banjir yang mungkin Penyediaan air bersih DKI Jakarta sebagian
Pemanfaatan Ruang Laut
terjadi pengembangan kawasan Pantura besar didukung beberapa sumber air baku
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
harus mengembangkan sistem jaringan diluar Jakarta, yaitu Waduk Jatiluhur, terletak
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
drainase dan sistem pengendalian banjir sekitar 60 km di sebelah Timur Jakarta, mata
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
yang direncanakan secara teknis termasuk air Ciburial berlokasi sekitar 60 km di Selatan
ancaman permasalahan sosial yang ada
waduk penampungan air dengan rasio Jakarta, Sungai Ciliwung, Sungai Cilandak,
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
minimal per pulaunya sebesar 5%. Sungai Krukut, Sungai Pesanggrahan, dan air
dalam pemukiman horizontal
(3) Waduk penampungan air sebagaimana curah dari IPA Cisadane milik PDAM
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dimaksud pada ayat (2), berfungsi sebagai Kabupaten Tangerang yang berlokasi sekitar
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, ruang terbuka. 30 km di sebelah Tenggara Jakarta. Air dari
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Waduk Jatiluhur yang dikelola Otorita Jatiluhur
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pasal 102 disalurkan ke IPA Buaran melalui Kanal Tarum
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata (1) Penyediaan air bersih di kawasan Pantura Barat, IPA Cisadane dimiliki oleh Pemda
ekonomi lemah dilakukan dengan cara-cara ramah Kabupaten Tangerang, dan mata air Ciburial
lingkungan dan mengarah kepada dimiliki oleh Pemda Kabupaten Bogor.
sustainable solution dengan
memanfaatkan alternatif sumber air baku Penyediaan air bersih DKI Jakarta dikelola oleh
baru dan dilengkapi dengan sistem Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Raya
jaringan perpipaan secara terpadu. (PAM Jaya) bermitra dengan swasta, yaitu PT
(2) Pengelolaan penyediaan air bersih Lyonnaise Jaya (Palyja) untuk wilayah Barat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan PT Thames PAM Jaya (TPJ) yang kini
dapat dilaksanakan secara mandiri menjadi PT Aetra Air Jakarta untuk wilayah
dengan mengembangkan sistem Timur, melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS)
penyediaan air bersih yang ada dan/atau hingga tahun 2023, sedangkan penyediaan air
membangun sistem pengolahan teknologi bersih wilayah Kota Pantai Utara direncanakan
yang baru. dikelola oleh Pemda Provinsi DKI Jakarta.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 103 Peningkatkan pelayanan air bersih
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut (1) Limbah cair rumah tangga dan/atau direncanakan seluruhnya dengan sistem
Banjir/Genangan limbah cair yang bersumber dari kegiatan perpipaan kota secara bertahap untuk
Abrasi dan Kerusakan Pantai lain wajib memenuhi baku mutu limbah membatasi penggunaan airtanah dalam guna
Degradasi Ekosisitem Mangrove cair yang pengelolaannya dilakukan menghindarkan amblesan tanah dan intrusi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dengan cara modul dan/atau terpusat. air laut. Penyediaan air bersih perpipaan
Sedimentasi (2) Limbah cair yang memenuhi baku mutu direncanakan meningkat menjadi 80% pada
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tahun 2015 dan 100% pada akhir tahun
Penanganan Sampah disalurkan ke saluran umum dan tidak rencana.
berakibat pada penurunan kualitas air
Pemanfaatan Ruang Laut
laut, dan dilaksanakan sesuai dengan Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas,
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
ketentuan peraturan perundang- maka perlu :
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
undangan. 1. Arahan pengembangan sistem dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
jaringan air bersih meliputi :
ancaman permasalahan sosial yang ada
Pasal 104 a. Pengembangan sumber air permukaan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
(1) Pengembangan kawasan Pantura harus sebagai air baku air bersih untuk
dalam pemukiman horizontal
diawali perencanaan reklamasi yang memenuhi kebutuhan DKI Jakarta
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan disusun secara cermat dan terpadu dengan tingkat konsumsi sebesar 150
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, sekurang-kurangnya mencakup: liter/orang/hari
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik a. rencana teknik reklamasi; b. Pembangunan instalasi pengolahan air
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup b. rencana pemanfaatan ruang hasil bersih dan perluasan jaringan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata reklamasi; perpipaan air bersih
ekonomi lemah c. rencana rancang bangun; c. Akses pelayanan air bersih dilakukan
d. rencana penyediaan prasarana dan melalui :
sarana; Peningkatan kapasitas produksi air
e. analisis dampak lingkungan; bersih dari sumber air eksisting
f. rencana kelola lingkungan; untuk memenuhi kebutuhan air
g. rencana pemantauan lingkungan; pada masa mendatang;
h. rencana lokasi pengambilan bahan Optimalisasi pengoperasian
material; jaringan distribusi baru pada
i. rencana pembiayaan;dan instalasi pengolahan air yang ada
j. rencana pengelolaan air bersih dan air dan yang akan dibangun;
limbah serta pengendalian banjir. Pembangunan waduk di bagian
(2) Pengembangan dan perencanaan Selatan Jakarta sebagai pengendali
reklamasi sebagaimana dimaksud pada banjir sekaligus pemasok air baku;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence ayat (1), dilakukan berdasarkan arahan dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut sebagai berikut: Pemanfaatan sumber-sumber
Banjir/Genangan a. pengendalian potensi kerusakan yang alternatif air baku, seperti
Abrasi dan Kerusakan Pantai berwujud dalam fenomena kenaikan desalinisasi
Degradasi Ekosisitem Mangrove muka air laut, penurunan muka air tanah d. Pembangunan jaringan distribusi air
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dan muka tanah, perluasan daerah bersih melalui :
Sedimentasi genangan, abrasi dan erosi, sedimentasi, Percepatan penyediaan jaringan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri intrusi air laut, polusi air dan udara serta distribusi di bagian Utara terkait
Penanganan Sampah persoalan lain yang berhubungan dengan pengembangan kawasan Pantura
pemanfatan lahan, air permukaan dan air Jakarta dan kawasan Marunda;
Pemanfaatan Ruang Laut
tanah; Pengembangan jaringan distribusi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
b. reklamasi dilakukan dalam bentuk pulau air bersih ke wilayah Barat dan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
yang ditentukan berdasarkan studi yang Timur DKI Jakarta untuk
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
lebih rinci dengan memperhitungkan mendukung orientasi
ancaman permasalahan sosial yang ada
masa perancangan, keandalan tanggul pengembangan kota; dan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
dan perlindungan pesisir, resiko banjir, Penambahan hidran umum pada
dalam pemukiman horizontal
dan tindakan mitigasi, perlindungan hutan bagian kota yang berpenduduk
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan bakau, serta jalur lalu lintas laut, padat
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, pelayaran dan pelabuhan; 2. Arahan sistem konservasi sumber daya
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik c. dalam perencanaan reklamasi tercakup air meliputi :
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup rencana pengelolaan secara mandiri a. Rencana tata ruang wilayah
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata prasarana pulau reklamasi yang meliputi provinsi/kabupaten/kota yang berada
ekonomi lemah prasarana tata air, air bersih, pengolahan di Kawasan Jabodetabekpunjur
limbah dan sampah, serta sistem mengacu pada Rencana Tata Ruang
pengerukan sungai/kanal; Kawasan Jabodetabekpunjur
d. setiap pulau reklamasi menyediakan b. Rencana rinci tata ruang yang
ruang terbuka biru untuk waduk dan dilengkapi dengan peraturan zonasi
danau yang berfungsi sebagai didasarkan pada indeks konservasi
penampungan air sementara ketika hujan, alami dan indeks konservasi aktual
persediaan air untuk beberapa kebutuhan c. Pola ruang DKI Jakarta didasarkan
harian sumber air yang mungkin untuk di pada prinsip berikut:
kembalikan ke dalam lapisan aquifer, Konservasi sumber daya air untuk
tempat hidupnya beberapa flora dan memelihara keberlanjutan
fauna, serta untuk rekreasi; dan sumber daya air;
e. ruang perairan di antara pulau reklamasi Pengendalian penurunan muka
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dimanfaatkan untuk membantu tanah melalui pengendalian
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut penanggulangan banjir; penggunaan dan kerusakan tata
Banjir/Genangan airtanah;
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 105 Konservasi sumber daya air
Degradasi Ekosisitem Mangrove (1) Penataan kembali daratan Pantura dilakukan melalui kegiatan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih mencakup kegiatan: perlindungan dan pelestarian
Sedimentasi a. relokasi kawasan industry dan sumber air, pengawetan air serta
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pergudangan ke wilayah sekitar DKI pengelolaan kualitas air dan
Penanganan Sampah Jakarta melalui koordinasi dengan pengendalian pencemaran air;
pemerintahan sekitar; Perlindungan dan pelestarian
Pemanfaatan Ruang Laut
b. revitalisasi lingkungan dan bangunan sumber air dilakukan melalui :
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
bersejarah; o pemeliharaan kelangsungan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
c. perbaikan lingkungan, pemeliharaan fungsi resapan air dan daerah
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kawasan permukiman dan kampung tangkapan air;
ancaman permasalahan sosial yang ada
nelayan; o pengendalian pemanfaatan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
d. peremajaan kota untuk meningkatkan sumber air;
dalam pemukiman horizontal
kualitas lingkungan; o pengaturan daerah sempadan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan e. peningkatan sistem pengendalian banjir sumber air;
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, dan pemeliharaan sungai untuk o pengisian air pada sumber air;
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik mengantisipasi banjir akibat rob dan o perlindungan sumber air
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup meluapnya air sungai; dalam hubungannya dengan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata f. perbaikan manajemen lalu lintas dan kegiatan di sekitarnya
ekonomi lemah penambahan jaringan jalan; Pengawetan air dilakukan dengan
g. relokasi perumahan dari bantaran sungai cara :
dan lokasi fasilitas umum melalui o menyimpan air yang
penyediaan rumah susun; berlebihan pada saat hujan
h. pelestarian hutan bakau dan hutan untuk dimanfaatkan pada
lindung; waktu diperlukan;
i. perluasan dan peningkatan fungsi o menghemat air dengan
Pelabuhan; dan pemakaian yang efisien;
j. Pengembangan pantai untuk kepentingan o mengendalikan penggunaan
umum. airtanah
(2) Pembiayaan kegiatan penataan kembali Pengendalian pencemaran air
daratan Pantura sebagaimana dimaksud serta pengaturan prasarana dan
pada ayat (1) dapat berasal dari sarana sanitasi perkotaan;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pemerintah, Pemerintah Provinsi DKI Konservasi sumber daya air
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Jakarta, dan/atau dari hasil usaha dilaksanakan pada sungai, danau,
Banjir/Genangan pengelolaan tanah hasil reklamasi. waduk, rawa, cekungan air tanah,
Abrasi dan Kerusakan Pantai sistem irigasi, daerah tangkapan
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 106 air, kawasan suaka alam, kawasan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (1) Persebaran lokasi kawasan strategis pelestarian alam, kawasan hutan,
Sedimentasi sebagai dimaksud pada pasal 96 sampai dan kawasan pantai
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dengan pasal 105, termuat pada Gambar
Penanganan Sampah 21 Peraturan Daerah ini, yang merupakan G. Sedimentasi
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan -
Pemanfaatan Ruang Laut
Daerah ini.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana H. Pencemaran Perairan Akibat Limbah
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
penataan ruang kawasan Pantura Domestik dan Industri (Rencana
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 Pengelolaan Air Limbah)
ancaman permasalahan sosial yang ada
sampai dengan Pasal 105, diatur dengan Perlu ada upaya perlindungan air
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
Peraturan Daerah yang mengatur rencana permukaan dari berbagai polutan
dalam pemukiman horizontal
rinci kawasan Pantura. khususnya sampah.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
Pengendalian pencemaran akibat limbah
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota domestik perlu didasarkan pada rencana
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Administrasi Jakarta Utara pengelolaan air limbah DKI Jakarta sesuai
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
master plan air limbah yang disusun
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Paragraf 1 pada tahun 1991, diperbaiki pada tahun
ekonomi lemah Struktur Ruang Wilayah 2001 dan dikembangkan lebih lanjut
pada tahun 2009.
Pasal 118 1. Master Plan Air Limbah Jakarta Tahun
(1) Pusat kegiatan tersier sebagaimana 1991
dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf a, Dalam Master Plan Air Limbah DKI
di Kota Administrasi Jakarta Utara Jakarta tahun 1991, DKI Jakarta
ditetapkan sebagai berikut: dibagi menjadi tiga wilayah
a. Kantor Walikota Jakarta Utara sebagai pengembangan sanitasi yang
pelayanan fungsi khusu; didasarkan pada tingkat kepadatan
b. Kawasan Sunter sebagai kawasan penduduk, tinggi muka airtanah,
perdagangan, jasa dan perkantoran; permeabiliitas tanah, kondisi sosial-
c. Kawasan Pasar Koja sebagai fasilitas ekonomi, dan lainnya.
perdagangan terutama untuk pasar a. Sistem Pengolahan Setempat
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence tradisional sesuai kebutuhan dan Sederhana (Daerah A) dengan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut jangkauan pelayanannya; dan kepadatan penduduk kurang dari
Banjir/Genangan d. Kawasan Pasar Pluit sebagai pusat 100 jiwa/ha dengan luas wiiayah
Abrasi dan Kerusakan Pantai perdagangan, jasa dan perkantoran; 21.159 Ha (32%). Teknologi
Degradasi Ekosisitem Mangrove (2) Rencana pengembangan prasarana pengolahan air limbah yang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih transportasi sebagaimana dimaksud dalam diterapkan adalah tangki septik
Sedimentasi Pasal 110 ayat (1) huruf b, sebagai berikut: b. Sistem Pengolahan Setempat
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri a. pembatasan lalu lintas melalui penerapan Tingkat Tinggi (Daerah B) dengan
Penanganan Sampah kebijakan kawasan terbatas lalu lintas tingkat kepadatan penduduk 100 -
(restricted zone) serta pengaturan 300 jiwa/ha dengan luas wilayah
Pemanfaatan Ruang Laut
perparkiran pada kawasan yang termasuk 27.386 Ha (42%). Teknologi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
dalam kawasan terbatas lalu lintas di pengolahan air limbah yang
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kecamatan Pademangan diterapkan adalah tangki septik
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
b. pembangunan fasilitas, sarana dan atau sistem sewerage yang
ancaman permasalahan sosial yang ada
prasarana transportasi yang terpadu dimodifikasi sesuai kemampuan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
dengan sistem angkutan umum massal dan ekonomi masyarakat
dalam pemukiman horizontal
angkutan umum lainnya di kawasan c. Sistem sewerage (Daerah C)
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Kota/Kampung Bandan dan di Tanjung dengan tingkat kepadatan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, Priok; penduduk lebih dari 300 jiwa/ha
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik c. pembangunan jaringan jalan lokal sebagai dengan luas wilayah 16.604 Ha
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup jalan tembus dan jalan sejajar sebagaimana (26%). Teknologi pengolahan yang
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata terlampir dalam lampiran tabel 6; diterapkan adalah aerated lagoon
ekonomi lemah d. pembangunan dan peningkatan jaringan atau activated sludge
jalan di perbatasan Kabupaten dan Kota
Tangerang dan Bekasi; Untuk daerah pengembangan
e. membangun gedung dan/atau taman sanitasi dengan sistem sewerage di
parkir sebagai penunjang keterpaduan daerah C, sistem pengelolaan air
angkutan umum di kawasan Kampung limbah dibagi menjadi 6 (enam) zona,
Bandan dan lokasi yang memiliki potensi yang terkait dengan Pantura yaitu :
di Tanjung Priok; Zona Pusat
f. peningkatan manajemen lalu lintas dan Luas wilayah yang dilayani adalah
penyediaan kelengkapan sarana lalu lintas 6.017 Ha, dimana 336 Ha atau 6%
serta fasilitas pejalan kaki di kawasan yang berlokasi di bagian Selatan dari zona
padat lalu lintas terutama di sekitar yang tercakup dalam Jakarta
terminal bus dan stasiun kereta api; dan Sewerage System Project. Luas
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence g. mengembangkan jaringan transportasi air. wilayah sistem konvensional dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut (3) Rencana pengembangan prasarana sumber sistem interseptor adalah 3.422 Ha
Banjir/Genangan daya air sebagaimana dimaksud dalam (57%) dan 2.595 Ha (42%;). Air
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 110 ayat (1) huruf c, dilaksanakan limbah yang tertampung akan
Degradasi Ekosisitem Mangrove berdasarkan arahan sebagai berikut: dialirkan melalui pipa dengan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih a. pembangunan jaringan prasarana air panjang 10,2 km menuju tempat
Sedimentasi limbah dan pembangunan instalasi pengolahan, yaitu di Waduk Pluit
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan dengan peningkatan kapasitas untuk
Penanganan Sampah sekitar waduk dan/atau kawasan menampung air limbah sebesar
3
reklamasi Pantura; 529.000 m /hari dengan luas waduk
Pemanfaatan Ruang Laut
b. pengembangan sistem prasarana air 80 Ha. Waduk berfungsi sebagai
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
bersih melalui jaringan perpipaan pada pengolah air limbah dan pengendali
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
tiap kecamatan; banjir.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
c. rehabilitasi Waduk Sunter, Don Bosco, Zona Timurlaut
ancaman permasalahan sosial yang ada
Pluit, Muara Angke, Teluk Gong, dan Tol Luas wilayah pelayanan adalah 3.496
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
Sedyatmo dan pembangunan Waduk Ha, dimana 1.610 Ha (46%) dilayani
dalam pemukiman horizontal
Marunda sebagai tempat penampungan sistem konvensional dan 1.886 Ha
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan air sementara; (54%) menggunakan sistem
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, d. Pembangunan septictank komunal di interseptor. Air limbah dialirkan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik kawasan permukiman padat sedang melalui pipa pembawa dengan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup terutama di perumahan kumuh. panjang 7,4 km menuju ke tempat
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata (4) Rencana pengembangan prasarana pengolahan berupa kolam activated
ekonomi lemah pengendalian daya rusak air sebagaimana sludge dengan kapasitas 261.000
3
dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf d, m /hari dan luas 14 Ha meliputi
dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai bagian Timur waduk Sunter dan
berikut: kawasan hijau di Kelurahan Sunter
a. normalisasi Kali Cakung Drain, Kali Cakung Jaya.
Lama, Kali Sunter, Kali Ciliwung, Kali Zona Tanjung Priok
Kamal Muara, Kali Tanjungan, Kali Luas wilayah pelayanan adalah 1.502
Banglio, dan Kali Baru; Ha dengan cakupan sistem
b. memantapkan Banjir Kanal Timur sebagai konvensional dan sistem interseptor
prasarana pengendali banjir; masing-masing 700 Ha (47%) dan 802
c. pembangunan dan peningkatan kapasitas Ha (53%). Air limbah dialirkan melalui
saluran drainase untuk mengatasi pipa utama sepanjang 1,0 km menuju
genangan air di kawasan Jalan Tol tempat pengolahan berupa aerated
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Sediyatmo, Kawasan Pluit, Kelapa Gading, lagoon dengan kapasitas 120.000
3
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Tugu Utara, Kebon Bawang, Rawa m /hari dan luas 36 Ha di kawasan
Banjir/Genangan Badak,dan Pademangan; hijau dan waduk Sunter Timur II di
Abrasi dan Kerusakan Pantai d. penataan bantaran sungai melalui Kelurahan Semper Timur.
Degradasi Ekosisitem Mangrove penertiban bangunan ilegal di kali Kamal, 2. Jakarta Wastewater Disposal Project
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Banjir Kanal Barat, Kali Sunter, Kali tahun 2001
Sedimentasi Cakung dan Kali Ciliwung; Beberapa perubahan terhadap
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri e. pembangunan fisik diarahkan menghadap master plan air limbah tahun 1991,
Penanganan Sampah sungai (river front development); khususnya rencana pengembangan
f. pembangunan sistem polder baru dan sewerage di zona pusat antara lain :
Pemanfaatan Ruang Laut
pemulihan sistem polder yang sudah ada a. Rencana lokasi IPAL di waduk
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
di sistem polder terutama di Sunter Timur PLuit dipindahkan ke Muara Baru,
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
III, Kelapa Gading, Tunjungan, Yos yaitu pada lahan reklamasi.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Sudarso, Muara Angke, Pluit, Sunter b. Rencana pengolahan air limbah
ancaman permasalahan sosial yang ada
Selatan, Sunter Timur I, Sunter Utara, dibagi menjadi 6 subsistem yaitu :
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
Teluk Gong, Bimoli, Gaya Motor, Kapuk Subsistem Thamrin dilayani
dalam pemukiman horizontal
Muara; IPAL Waduk Setiabudi;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan g. pemulihan Situ Rawa Kendal; Subsistem Setiabuti Tebet
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, h. pelarangan pembuangan sampah ke dilayani IPAL Waduk Setiabudi;
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik dalam sungai dan kanal dengan Subsistem Gajahmada dilayani
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup melibatkan peran serta masyarakat; dan IPAL Muara Baru;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata i. pengelolaan situ Sunter Barat, Sunter I, Subsistem Pantai Mutiara
ekonomi lemah Sunter II, Teluk Gong dan Pluit dilayani IPAL Muara Baru;
Subsistem Kali Ancol dilayani
Pasal 119 IPAL Kali Ancol;
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Subsistem Kali Grogol dilayani
Administrasi Jakarta Utara termuat pada IPAL Grogol;
Gambar 24 dalam Lampiran I Peraturan Daerah Subsistem Waduk Grogol
ini, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dilayani IPAL Grogol; dan
dengan Peraturan Daerah ini. Subsistem Siantar dilayani
IPAL Muara baru.
Direncanakan pula 8 (delapan)
pumping station, yaitu PS1 Krukut,
PS2 Pasar Rumput, PS3 Abdul Muis,
PS4 Pluit, PS5 Kali Grogol, P56 Kali
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Paragraf 2 Grogol, PS7' Kali Ancol, dan PS8
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Pola Ruang Wilayah Siantar.
Banjir/Genangan IPAL Muara Baru berlokasi di lahan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 120 reklamasi Teluk Muara Baru, yaitu di
Degradasi Ekosisitem Mangrove Rencana kawasan budi daya sebagaimana sebelah Utara pompa banjir Pluit, di
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dimaksud dalam Pasal 110 ayat (3), di Kota sebelah Timur perumahan pantai
Sedimentasi Administrasi Jakarta Utara meliputi: Mutiara atau di sebelah Barat pasar
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri a. kawasan terbuka hijau budi daya; ikan seluas 40 Ha. Jenis pengolahan
Penanganan Sampah b. kawasan perumahan dan fasilitasnya; pada tahap I berupa aerated lagoon
c. kawasan perkantoran, perdagangan, dan dan pada jangka panjang
Pemanfaatan Ruang Laut
jasa; menggunakan activated sludge.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
d. kawasan perkantoran, perdagangan, dan 3. Review Master Plan dan DED tahun
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
jasa taman; 2009
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
e. kawasan pariwisata; Rencana mencakup zona pusat
ancaman permasalahan sosial yang ada
f. kawasan pemerintahan daerah; bagian Utara dan tidak termasuk
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
g. kawasan terbuka biru; Setiabudi-Tebet, antara Lain :
dalam pemukiman horizontal
h. kawasan perikanan; dan a. IPAL Muara Baru dipindahkan ke
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan i. kawasan industri dan pergudangan. Pluit Selatan untuk tahap I dan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, Pluit Utara untuk jangka panjang
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Pasal 121 b. IPAL Pluit Selatan melayani
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup (1) Rencana kawasan terbuka hijau budi daya subsistem Gajah Mada, Thamrin,
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 Pantai Mutiara, Siantar, dan Kali
ekonomi lemah huruf a, dengan cara : Ancol dengan kapasitas 86.400
3
a. menata dan melestarikan hutan kota; m /hari
b. mengembangkan jalur hijau; c. IPAL Kali Ancol tidak dibangun
c. pengembangan kawasan taman kota; dan dan dialihkan ke main system IPAL
d. pengembangan kawasan terbuka hijau lain. Muara Baru
(2) Rencana menata dan melestarikan hutan d. IPAL Grogol tetap melayani
kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) subsistem Kali Grogol dan Waduk
huruf a, diarahkan di sekitar Waduk Pluit, Grogol
Waduk Sunter Barat, dan Waduk Sunter e. Pengeolahan air Iimbah dengan
Timur, dan kawasan reklamasi pantura; sistem activated sludge dan
(3) Rencana pengembangan jalur hijau membrane untuk daur ulang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f. Sistem pengumpulan air limbah
b, diarahkan di sepanjang pantai yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dipadukan dengan budidaya perikanan, sistem Timur dan sistem Barat
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut jalur hijau jalan, tepian sungai dan kanal, dengan batas Jl. Thamrin dan Jl.
Banjir/Genangan jalur rel kereta api, jalur hijau pengaman rel Gajahmada. Masing-masing
Abrasi dan Kerusakan Pantai kereta api atau saluran tegangan tinggi dan sistem dilayani main trunk dengan
Degradasi Ekosisitem Mangrove kawasan reklamasi pantura; diameter 1,8 m yang ditempatkan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (4) Rencana pengembangan kawasan taman pada kedua jalur di sepanjang Jl.
Sedimentasi kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Thamrin dan Jl.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri huruf c, dilaksanakan berdasarkan arahan Gajahmada/Hayam Wuruk hingga
Penanganan Sampah sebagai berikut: ke IPAL di Pluit Selatan
a. mengembangkan kawasan terbuka hijau di Selain itu, dibangun sistem sewerage
Pemanfaatan Ruang Laut
kawasan Kota Tua; di Setiabudi-Tebet sebagai
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
b. mengembangkan dan mempertahankan pengembangan yang ada pada saat
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kawasan RTH; ini.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
c. mendorong penanaman pohon dan Kebijakan dan Strategi Sistem
ancaman permasalahan sosial yang ada
tanaman hias di halaman rumah, tepi dan Pengelolaan Air Limbah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
median jalan, tepi sungai, dan jaringan pipa; 1. Kebijakan Pengelolaan Air Limbah
dalam pemukiman horizontal
d. menata dan memelihara jalur hijau pada Kebijakan pengelolaan air limbah
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan tepi dan median Tol Sediyatmo, Cakung meliputi :
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, Cilincing dan tol pelabuhan; a. Peningkatan akses prasarana dan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik e. mendorong masyarakat untuk sarana air limbah on site dan off
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup mengembangkan roof garden dan dinding site
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata hijau di kawasan permukiman dan b. Peningkatan peran masyarakat
ekonomi lemah perkantoran terutama di kawasan dengan dan dunia usaha/swasta dalam
KDB tinggi; penyelenggaraan pengelolaan air
f. penataan dan pemeliharaan taman; limbah kota
g. peruntukan lahan di kawasan RTH publik c. Pengembangan perangkat
tidak dapat diubah; dan peraturan perundang-undangan
h. Peningkatan areal kawasan hijau yang salah penyelenggaraan pengelolaan air
satu bentukanya merupakan taman kota limbah kota
pada pengembangan kawasan reklamasi d. Penguatan kelembagaan serta
pantura peningkatan kapasitas personil
(5) Rencana pengembangan kawasan terbuka pengelolaa air limbah kota
hijau lainnya sebagaimana dimaksud pada e. Peningkatan pembiayaan
ayat (1) huruf d, dilaksanakan berdasarkan pembangunan prasarana dan
arahan sebagai berikut: sarana air limbah kota
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence a. mempertahankan lahan pertanian yang ada 2. Strategi Pengelolaan Air Limbah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut di Cilincing, Marunda, Kamal dan Kamal Strategi yang diterapkan adalah :
Banjir/Genangan Muara; dan a. Pemisahan sistem drainase dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai b. mempertahankan lahan pemakaman di perpipaan tertutup secara
Degradasi Ekosisitem Mangrove Kawasan Cilincing, Koja dan Tanjung Priok bertahap disertai dengan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih serta lapangan olahraga yang ada. pengelolaan air limbah
Sedimentasi b. Sistem pengelolaan air limbah
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pasal 122 dikelompokkan menjadi :
Penanganan Sampah Rencana pengembangan kawasan perumahan Limbah industri
dan fasilitasnya sebagaimana dimaksud dalam Limbah domestik
Pemanfaatan Ruang Laut
Pasal 120 huruf b, dilaksanakan berdasarkan c. Pengelolaan air limbah industri
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
arahan sebagai berikut: dilakukan secara sistem komunal
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
a. perbaikan lingkungan di kawasan atau sistem individual sebelum
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
permukiman kumuh ringan dan sedang dibuang ke lingkungan
ancaman permasalahan sosial yang ada
melalui program tribina; d. Prasarana pengelolaan air limbah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
b. mengembangkan peremajaan lingkungan domestik terdiri atas :
dalam pemukiman horizontal
perumahan kumuh berat; Sistem komunal
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan c. mendorong pengembangan kawasan Sistem semi komunal/modular
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, permukiman vertikal dan memperkecil
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik Sistem individual
perpetakan untuk penyediaan perumahan e. Pengembangan pengolahan air
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup golongan menengah-bawah dilengkapi limbah diprioritaskan pada Zona
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata sarana dan prasarana yang memadai; Pusat.
ekonomi lemah d. mengembangkan perumahan menengah- Pembagian daerah pelayanan
atas di areal reklamasi Pantura; pengolahan air limbah dilakukan
e. mengembangkan kawasan permukiman dengan memperhatikan daerah
baru terutama di Kecamatan Cilincing dan layanan sistem polder.
Penjaringan;
f. membatasi perubahan fungsi kawasan I. Penanganan Sampah (Rencana
permukiman di kawasan Kota Tua dan Prasarana Persampahan)
Pelabuhan Sunda Kelapa sekaligus Sistem jaringan persampahan yaitu sistem
melestarikan lingkungan; jaringan dan distribusi pelayanan
g. mengembangkan permukiman nelayan pembuangan/pengolahan sampah rumah
yang bernuansa wisata dan berwawasan tangga, lingkungan komersial, perkantoran
lingkungan di kawasan pantai lama; dan bangunan umum lainnya, yang
h. mempertahankan fungsi perumahan di terintegrasi dengan sistem jaringan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence kawasan mantap di Kota Tua, Kelapa pembuangan sampah makro dari wilayah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Gading, dan Pluit; regional yang lebih luas.
Banjir/Genangan i. melengkapi fasilitas umum di kawasan
Abrasi dan Kerusakan Pantai permukiman horizontal; Pengembangan pengelolaan persampahan
Degradasi Ekosisitem Mangrove j. mengembangkan kawasan permukiman di diarahkan untuk meminimalkan volume
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Kawasan Pantai Lama; sampah dari sumbernya melalui
Sedimentasi k. pengendalian pembangunan perumahan peningkatan peran serta masyarakat dalam
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri baru di Pademangan, Cilincing dan pengolahan sampah dan pengembangan
Penanganan Sampah Penjaringan untuk menjamin pelestarian prasarana sarana pengolahan sampah
fungsi lingkungan hidup; dengan teknologi tinggi yang ramah
Pemanfaatan Ruang Laut
l. pembangunan perumahan vertikal atau lingkungan.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
rumah susun sederhana di perumahan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kumuh berat sekitar Pelabuhan Tanjung Untuk menunjang penanganan sampah
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Priok, Kamal, Kalibaru, Koja, Cilincing, perlu pengembangan sistem prasararana
ancaman permasalahan sosial yang ada
Pademangan dan Penjaringan dan persampahan meliputi :
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
melengkapi penataan RTH yang berfungsi a. Peningkatan peran serta masyarakat
dalam pemukiman horizontal
ekologis dan sosial; dalam pengolahan sampah
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan m. pembangunan rumah susun untuk Melalui penggalakan program 4R (reuse,
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, masyarakat berpenghasilan menengah dan reduce, recycling, recovery) pada setiap
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik tinggi di areal reklamasi Pantura, Kelapa Rukun Warga dan menyediakan sarana
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Gading, dan Penjaringan yang dilengkapi pendukungnnya.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata dengan situ sebagai penampung air dan b. Peningkatan sistem pelayanan
ekonomi lemah pengendali banjir; dan persampahan
n. Rencana pengembangan kawasan Pengembangan pelayanan persampahan
permukiman disesuaikan dengan tingkat di Jakarta dilaksanakan kedalam sistem
kepadatan lingkungan. multi simpul (multi nodal) terbagi dalam
beberapa daerah pelayanan dimana
Pasal 123 setiap daerah pelayanan dilengkapi
(1) Rencana pengembangan kawasan dengan TPS (Tempat Pembuangan
perkantoran, perdagangan, dan jasa Sementara), SPA (Stasiun Peralihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 Sementara) dan ITF (Intermediate
huruf c, terdiri atas : Treatment Facility) dengan teknologi
a. rencana pengembangan kawasan tinggi, ramah lingkungan dan hemat
perkantoran yang terdiri atas perkantoran lahan.
pemerintahan dan perkantoran swasta; c. Pengembangan TPST di luar Jakarta
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence b. rencana pengembangan kawasan Pengembangaan kerja sama untuk
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut perdagangan yang terdiri dari pasar penyediaan TPST (Tempat Pembuangan
Banjir/Genangan tradisional, pusat perbelanjaan dan toko Sampah Terpadu) dengan daerah lain
Abrasi dan Kerusakan Pantai modern, ataupun bentuk kawasan dimungkinkan dengan prinsip saling
Degradasi Ekosisitem Mangrove perdagangan lainnya ; menguntungkan dan memperhatikan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih c. rencana pengambangan kawasan pelayanan aspek lingkungan dan sosial setempat.
Sedimentasi umum dan sosial; dan d. Pengembangan sistem pengendalian dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri d. rencana pengambangan kawasan campuran prasarana sampah B3
Penanganan Sampah (2) Rencana pengembangan kawasan Pengembangan sistem pengendalian dan
perkantoran sebagaimana dimaksud pada prasarana sampah bahan berbahaya dan
Pemanfaatan Ruang Laut
ayat (1) huruf a, dengan mengembangkan beracun (B3) serta pengelolaannya
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
fasilitas perkantoran di kawasan Yos dilakukan dengan teknologi yang tepat
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Sudarso, Kelapa Gading, Sunter, dan mengacu kepada peraturan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Enggano. perundangan yang berlaku.
ancaman permasalahan sosial yang ada
(3) Rencana pengembangan kawasan e. Pengelolaan sampah dari
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
perdagangan sebagaimana dimaksud pada drainase/sungai
dalam pemukiman horizontal
ayat (1) huruf b, dilaksanakan berdasarkan Penyediaan sarana pengelolaan sampah
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan arahan sebagai berikut: dari drainase/sungai dilakukan guna
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, a. mengembangkan fasilitas perdagangan pencegahan banjir, meningkatkan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik terutama untuk pasar tradisional sesuai kualitas air sungai dan estetika.
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup kebutuhan dan jangkauan pelayanan; f. Penanganan sampah/limbah di perairan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata b. mengembangkan kawasan perdagangan di laut.
ekonomi lemah Pantura dengan pola pengembangan g. Pemanfaatan teknologi pengelolaan
multifungsi atau super blok dengan fasilitas sampah yang sesuai, misalnya
bertaraf internasional; insinerator pada lokasi tertentu.
c. menata fungsi kawasan kota tua untuk
mendukung kegiatan perkantoran, J. Pemanfaatan Ruang Laut
perdagangan, jasa dan pariwisata; Perlu ada penanganan bagan yang
d. mengembangkan kawasan perdagangan, mengganggu alur pelayaran
jasa, dan perkantoran di Tanjung Priok dan Perlu ditampung/ diakomodir pelabuhan
sebagian Kelapa Gading; wisata
e. membatasi pengembangan perdagangan, Arahan Kawasan Strategis Pantura
jasa. dan perkantoran sepanjang jalan arteri Jakarta meliputi :
primer dengan memperhatikan lalu lintas 1. Pengendalian potensi kerusakan yang
dan penyediaan parkir; berwujud dalam fenomena
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence f. pemanfaatan ruang kawasan bangunan penurunan muka air tanah dan muka
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut umum berdasarkan arahan penataan tanah, perluasan daerah genangan,
Banjir/Genangan kawasan perdagangan dan jasa di kawasan abrasi dan erosi, sedimentasi, intrusi
Abrasi dan Kerusakan Pantai Yos Sudarso untuk menunjang kegiatan air laut, polusi air dan udara, dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pelabuhan Tanjung Priok; dan persoalan lingkungan yang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih g. mengembangkan pusat perdagangan berhubungan dengan pemanfatan
Sedimentasi dengan KDB rendah di Kamal, Kapuk, lahan, air permukaan, dan air tanah;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pademangan, Ancol, Cilincing, dan sebagian 2. Bentuk pulau reklamasi ditentukan
Penanganan Sampah Kelapa Gading. berdasarkan studi yang lebih rinci;
(4) Rencana pengembangan kawasan 3. Disain pulau reklamasi
Pemanfaatan Ruang Laut
perkantoran, perdagangan dan jasa taman memperhitungkan masa
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
dilaksanakan pada kawasan Marunda perancangan, keandalan tanggul dan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
dengan penerapan intensitas rendah dan perlindungan pesisir, resiko banjir
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
meningkatkan daya resap air pada kawasan dan tindakan mitigasi, serta
ancaman permasalahan sosial yang ada
terbangun. perlindungan hutan bakau;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
(5) Rencana pengembangan kawasan 4. Dalam pelaksanaan reklamasi perlu
dalam pemukiman horizontal
pelayanan umum dan sosial sebagaimana dilakukan tindakan untuk keamanan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dimaksud pada ayat (1) huruf c, dan resiko pencemaran dan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai sedimentasi;
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik berikut: 5. Dalam perencanaan reklamasi
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup a. pembangunan dan peningkatan fasilitas tercakup rencana pengelolaan secara
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata kesehatan di setiap kelurahan; dan mandiri prasarana pulau reklamasi
ekonomi lemah b. pembangunan dan peningkatan fasilitas yang meliputi prasarana tata air, air
pendidikan dengan prasarana dan sarana bersih, pengolahan limbah dan
yang standar pelayanan minimal di setiap sampah, serta sistem pengerukan
kecamatan muara sungai;
c. pembangunan dan peningkatan fasilitas 6. Pengembangan reklamasi Pantura
umum dan fasilitas sosial lainnya sesuai dilakukan dalam bentuk pulau-pulau
dengan standar pelayanan minimal di dengan jarak 200 m pada pulau yang
setiap kecamatan. berada pada zona P2 dan P4 serta
(6) Rencana pengembangan kawasan berjarak 300 m pada pulau yang
campuran sebagaimana dimaksud pada berada pada zona P3 dihitung dari
ayat (1) huruf d, dilaksanakan berdasarkan pantai eksisting pada saat muka air
arahan pengembangan kawasan campuran, terendah;
perdagangan, dan jasa dengan perumahan 7. Tanggul laut diletakkan pada
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence vertikal dan horisontal terutama di kawasan kedalaman -8 m untuk daerah Barat
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut sebagai berikut: dan tengah sedangkan untuk bagian
Banjir/Genangan a. Jalan Lodan; Timur tanggul berada dekat pantai
Abrasi dan Kerusakan Pantai b. Jalan Martadinata; eksisting. Di atas tanggul
Degradasi Ekosisitem Mangrove c. Jalan Yos Sudarso; dimanfaatkan sebagai jalan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih d. Kawasan Cilincing; penghubung Barat-Timur;
Sedimentasi e. Kawasan Kelapa Gading; dan 8. Ketinggian dan kekuatan tanggul dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri f. Kawasan Sunter. perlindungan pesisir didisain dengan
Penanganan Sampah (7) Rencana pengembangan kawasan kala ulang angin dan gelombang
perkantoran, perdagangan, dan jasa taman minimal 1.000 tahun. Ketinggian
Pemanfaatan Ruang Laut
dilaksanakan di Kawasan Marunda dengan tanggul harus memperhatikan faktor
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
menerapkan intenstias rendah dan ketinggian air laut pasang, wave
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
memperhatikan aspke fisik lingkungan yang setup, storm surge, gelombang, land
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ada subsidence (amblesan), sea level rise
ancaman permasalahan sosial yang ada
(kenaikan muka laut) dan konsolidasi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
Pasal 124 sisa (residual settlement);
dalam pemukiman horizontal
(1) Rencana pengembangan kawasan 9. Limpasan air yang melalui tanggul
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam diperkenankan hingga batas
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, Pasal 120 huruf d, diarahkan untuk maksimal 5 l/s/m. Jika melampaui
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik pengembangan kawasan destinasi wisata limpasan tersebut wajib meyediakan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup pesisir. sistem flood control (penanggulangan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata (2) Kawasan destinasi wisata pesisir banjir) lainnya, seperti pompa dan
ekonomi lemah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kolam retensi dengan kapasitas yang
ditetapkan sebagai berikut: memadai untuk menanggulangi
a. Sentra Perikanan Muara Angke; limpasan air yang terjadi;
c. Masjid dan Makam Luar Batang; 10. Pulau reklamasi dan tanggul laut
d. Pelabuhan dan Kota Tua Sunda Kelapa; didisain dengan siklus masa layanan
e. Pusat Perbelanjaan Mangga Dua; (design life cycle) minimal 50 tahun;
f. Taman Impian Jaya Ancol; 11. Untuk keamanan, level lantai dasar
g. Bahtera Jaya dan Yacht Club; bangunan berada lebih tinggi dari
h. Stasiun Tanjung Priok; muka air laut tertinggi;
i. Masjid Islamic Center; 12. Selain membangun kanal dan
j. Gereja Tugu; saluran, setiap pulau reklamasi wajib
k. Kampung Tugu; menyediakan ruang terbuka biru
l. Cagar Budaya Rumah si Pitung; untuk waduk dan danau;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence m. Masjid Al Alam; dan 13. Badan-badan air berupa waduk dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut n. Pusat Perbelanjaan Kelapa Gading, danau difungsikan sebagai :
Banjir/Genangan a. Penampungan air sementara
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 125 ketika hujan;
Degradasi Ekosisitem Mangrove Rencana pengembangan kawasan perikanan b. Persedian air untuk kebutuhan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 huruf harian;
Sedimentasi e, dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai c. Sumber air yang mungkin untuk
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri berikut: diresapkan ke dalam lapisan
Penanganan Sampah a. pelarangan kegiatan yang dapat aquifer;
mengancam keberadaan biota laut yang d. Habitat flora dan fauna akuatik;
Pemanfaatan Ruang Laut
dilindungi pada tiap kecamatan yang e. Sarana rekreasi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
berbatasan dan/atau memliki kawasan 14. Ruang perairan antara pulau-pulau
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
perairan laut; reklamasi dimanfaatkan untuk
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
b. pengembangan prasarana budi daya membantu penanggulangan banjir di
ancaman permasalahan sosial yang ada
perikanan di Muara Baru dan Muara Angke Jakarta Utara;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
sesuai dengan klasifikasinya; dan 15. Untuk mengurangi dan selanjutnya
dalam pemukiman horizontal
c. pelarangan kegiatan yang dapat menghentikan proses land
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan mengganggu kelestarian lingkungan hidup subsidence, penyediaan air bersih
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, pada tiap kecamatan. untuk kawasan reklamasi Pantura
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik tidak diperkenankan menggunakan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pasal 126 airtanah;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata (1) Rencana pengembangan kawasan 16. Penyediaan air bersih dilakukan
ekonomi lemah pemerintahan daerah dilaksanakan melalui dengan cara ramah lingkungan dan
penataan kantor-kantor pemerintahan mengarah kepada sustainable
daerah dan lingkungan sekitarnya baik itu solution dengan memanfaatkan air
tingkat Provinsi, Kota, Kecamatan, dan tawar dari waduk dan perairan antara
Keluarahan untuk meningkatkan pulau-pulau dan proses desalinisasi;
aksesibilitas dan kelancaran pelayanan 17. Pengolahan air limbah dilakukan
pemerintahan; secara mandiri pada masing-masing
(2) Rencana pengembangan kawasan terbuka pulau;
biru dilaksanakan untuk melaksanakan 18. Pembangunan areal reklamasi baru
konservasi sumber daya air, diarahkan agar tidak menimbulkan
pendayagunaan sumber daya air, dan peningkatan risiko banjir bagi
pengendalian daya rusak air yang kawasan di hulunya. Jika terdapat
dilaksanakan pada Sungai, Kali, Situ dan potensi kenaikan muka air di hulu
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Waduk serta Pantai yang ada di Jakarta sungai, maka harus dilakukan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Utara tindakan mitigasi berupa pengerukan
Banjir/Genangan muara sungai, pelebaran dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 127 pengerukan kanal/ sungai,
Degradasi Ekosisitem Mangrove (1) Rencana pengembangan kawasan industri peninggian tanggul di kawasan yang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dan pergudangan sebagaima imaksud berpotensi terjadi kenaikan muka air
Sedimentasi dalam Pasal 120 huruf f, meliputi: sungai, dan tindakan lain yang
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri a. rencana pengembangan kawasan industri; dipandang perlu;
Penanganan Sampah dan 19. Pembangunan areal reklamasi baru
b. rencana pengembangan kawasan diarahkan untuk meningkatkan fungsi
Pemanfaatan Ruang Laut
pergudangan. mangrove sebagai habitat flora dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
(2) Rencana pengembangan kawasan industri fauna akuatik dengan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 memperhatikan perlindungan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
huruf a, dengan ketentuan sebagai berikut: terhadap erosi dan gelombang,
ancaman permasalahan sosial yang ada
a. membatasi kegiatan industri di kawasan salinitas, kualitas air, dan substrat
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
yang sudah ada di Penjaringan, Kelapa lumpur (mud);
dalam pemukiman horizontal
Gading, dan Cilincing; 20. Pemantauan kegiatan reklamasi
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan b. mengembangkan industri selektif di dilakukan terhadap parameter
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, Marunda dan Cilincing; dan perubahan morfologi, abrasi dan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik c. penataan dan pengaturan lahan parkir dan erosi, sedimentasi, muka airtanah,
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup pergerakan kendaraan berat seperti truk muka tanah, kuantitas pemompaan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata dan trailer sehingga tidak menggunakan airtanah, tata guna lahan, dan kondisi
ekonomi lemah jalan lokal sosial ekonomi masyarakat;
(3) Pemanfaatan ruang kawasan industri 21. Rencana dan skenario peningkatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kualitas dan kapasitas infrastruktur
dilaksanakan berdasarkan arahan: transportasi massal publik yang
a. penataan industri kecil termasuk sesuai dengan proyeksi
penyediaan pengelolaan limbah di pengembangan kawasan hunian dan
Cilincing dan Kali baru; dan area publik di lahan reklamasi. Tidak
b. relokasi industri menengah dan besar yang hanya bersandar pada rencana
berpolusi dari Ancol Barat, Marunda, dan infrastruktur jalan raya. Konsep
Cilincing. transit oriented development (TOD)
pun harus diterapkan dalam kawasan
Pasal 128 pengembangan di atas lahan
(1) Rencana pengembangan kawasan reklamasi;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pergudangan sebagaimana dimaksud dalam 22. Harus diperjelas skenario
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Pasal 127 ayat (1) huruf b, dengan cara : peningkatan kualitas dan kapasitas
Banjir/Genangan a. mengembangkan kawasan pergudangan infrastruktur berbasis jalan raya atau
Abrasi dan Kerusakan Pantai untuk mengatasi perkembangan Pelabuhan berbasis rel bagi kelancaran arus
Degradasi Ekosisitem Mangrove Tanjung Priok dan menunjang kegiatan rantai pasok barang dari dan ke
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih industri, perdagangan dan jasa; kawasan industri strategis atau pun
Sedimentasi b. relokasi kawasan pergudangan dari sarana ekonomi strategis di lahan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Kawasan Kota Tua; dan reklamasi, tidak hanya bersandar
Penanganan Sampah c. penataan dan pengaturan lahan parkir dan pada infrastruktur jalan raya yang
pergerakan kendaraan berat seperti truk sudah ada;
Pemanfaatan Ruang Laut
dan trailer sehingga tidak menggunakan 23. Kawasan strategis pantura harus
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
jalan lokal dikelola secara terpadu oleh satu
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(2) Pemanfaatan ruang untuk mengembangkan manajamen pengelola dan mencakup
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kawasan pergudangan sebagaimana juga bagian pesisir pantura yang ada
ancaman permasalahan sosial yang ada
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sekarang, sehingga masalah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
berdasarkan arahan melalui penyediaan pengelolaan sampah dan pengerukan
dalam pemukiman horizontal
fasilitas pergudangan untuk menunjang sedimen, keamanan, ketertiban
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan kegiatan perdagangan dan jasa yang dapat dilakukan secara rutin dan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, dilaksanakan di : terpadu;
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik a. Penjaringan, 24. Setiap upaya revitalisasi kawasan
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup b. Koja; pantura yang ada harus berupaya
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata c. Kelapa Gading; dan memperbaiki keseimbangan zona
ekonomi lemah d. Cilincing. sehingga dapat mengurangi koneksi
frontal antara kawasan konservasi
Pasal 129 langsung dengan kawasan hunian
Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Administrasi padat, kawasan hunian mewah
Jakarta Utara termuat pada Gambar 25 dalam langsung dengan kawasan hunian
Lampiran I Peraturan Daerah ini, yang padat sederhana. Gradasi zona dan
merupakan bagian tidak terpisahkan dengan penerapan zona buffer perlu
Peraturan Daerah ini dipertimbangkan;
25. Upaya konsolidasi lahan, peremajaan
area pesisir kumuh Jakarta Utara dan
pengentasan kemiskinan khususnya
kaum nelayan harus dimaknai dan di
selesaikan dalam kerangka
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pemberdayaan ekonomi nelayan dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut sektor industri perikanan secara
Banjir/Genangan terpadu dan progresif. Peluang
Abrasi dan Kerusakan Pantai kerjasama pembenahan dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove peningkatan kapasitas dan kualitas
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih pendaratan ikan dan industri
Sedimentasi perikanan perlu dijajagi dengan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri daerah pesisir Tangerang dan Bekasi
Penanganan Sampah Arahan Rencana Kawasan Lindung
Pemanfaatan Ruang Laut meliputi :
1. Sempadan pantai seluas 16,5 Ha
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
berfungsi sebagai penahan abrasi,
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
erosi, dan daya rusak laut
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
2. Suaka margasatwa Muara Angke
ancaman permasalahan sosial yang ada
seluas 25,02 Ha berfungsi sebagai
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
habitat burung air yang dilindungi
dalam pemukiman horizontal
3. Hutan lindung Kapuk Angke seluas
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
44,78 Ha
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial,
4. Taman wisata alam Kamal seluas
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik
99,82 Ha
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
5. Kebun pembibitan mangrove di
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Taman Wisata Alam Kamal seluas
ekonomi lemah 10,51 Ha
6. Kawasan Tegal Alur-Angke Kapuk
berfungsi sebagai kawasan
pengaman jalur tol
Arahan Rencana Pengembangan
Kawasan Terbuka Biru meliputi :
1. Perlu ada regulasi spesifik yang
mengatur zona area yang berimpit
dengan badan air (waterfront,
seafront, lakeside, riverside, dsb)
sedemikian rupa sehingga harus
dipandang sebagai area bernilai
tambah tinggi. Sehingga
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pengembangan bernilai tambah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut tinggi lebih layak mendapat prioritas
Banjir/Genangan di zona tersebut. Hal ini diharapkan
Abrasi dan Kerusakan Pantai akan mengubah paradigma apresiasi
Degradasi Ekosisitem Mangrove terhadap badan air sehingga
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih waterfront menjadi area muka
Sedimentasi bangunan bukan belakang bangunan.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri 2. Prioritas utama lain di area
Penanganan Sampah waterfront adalah untuk ruang
terbuka publik, infrastruktur dan
Pemanfaatan Ruang Laut
fasilitas publik sehingga memberi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
publik akses lebih pada area
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
waterfront.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ancaman permasalahan sosial yang ada
K. Tidak adanya visi keberlanjutan dalam
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
konteks persaingan global/regional
dalam pemukiman horizontal
wilayah Teluk Jakarta maupun greater
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Jakarta
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial,
Perlu ada antisipasi isu future
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik
development
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Perlu dikaji kembali misi DKI sebagai kota
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
jasa, tidah hanya memikirkan untuk kelas
ekonomi lemah
menengah atas saja akan tetapi juga
harus dipikirkan untuk masyarakat
bawah
Perlu menjadikan lingkungan sebagai
sumber kebijakan agar tidak terjadi ego
sektoral
Perlu dijabarkan tujuan reklamasi adalah
untuk perbaikan lingkungan pantai
L. Kebijakan yang ada belum secara jelas
merespon dan mengantisipasi ancaman
permasalahan sosial yang ada
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Dalam menyusun KRP perlu
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut mempertimbangkan perilaku
Banjir/Genangan masyarakat, bagaimana masalah sosial
Abrasi dan Kerusakan Pantai budaya yang harus ditangani
Degradasi Ekosisitem Mangrove Dalam meyusun KRP perlu dilihat juga
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih kondisi sosial di daerah tersebut, karena
Sedimentasi kerusakan fisik tersebut akibat kondisi
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri masyarakat juga
Penanganan Sampah Dalam rencana perbaikan fisik yang akan
Pemanfaatan Ruang Laut dilakukan perlu dipertimbangkan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan masalah manusianya, yaitu harus
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta dipetakan perilaku masyarakatnya
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi Perlu dihilangkan pembiasaan
ancaman permasalahan sosial yang ada pembiaran sesuatu hal tanpa ada
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi pencegahan
dalam pemukiman horizontal
M. Inefesiensi pemanfaatan lahan ditandai
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
dengan kepadatan tinggi dalam
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial,
pemukiman horizontal
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Perlu mulai dibudayakan “pemukiman
vertical”, tetapi jangan dimulai dari kelas
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
bawah, melainkan dari kelas menengah
ekonomi lemah
dengan “system land consolidation”
untuk menghindari penggusuran.
Perbaikan perumahan kelas bawah
(kampung kumuh) yang tidak liar
sebaiknya dilakukan dengan pendekatan
“perbaikan kampung”, bukan “urban
renewal”
Perlu penataan kembali perumahan
kelas menengah secara vertical dengan
cara “land consolidation”, sehingga
penduduk lama tidak tergusur, tetapi
penduduk baru bisa masuk ke daerah itu
secara efisien. Perumahan vertical
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sebaiknya mulai dari kelas atas dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut menengah, bukan dari kelas bawah,
Banjir/Genangan karena kemiskinan mereka masih sangat
Abrasi dan Kerusakan Pantai dalam, mereka belum siap untuk
Degradasi Ekosisitem Mangrove menghuni rumah susun
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih
Sedimentasi N. Pola penataan spasial yang kurang
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri mempertimbangkan keseimbangan da
Penanganan Sampah keselarasan sosial dan ekonomi
mengakibatkan segregasi sosial, kelas
Pemanfaatan Ruang Laut
menengah tersingkirkan (urban sprawl),
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
rawan konflik sosial, penurunan daya
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
saing dan kualitas lingkungan hidup
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Perlu kepastian hukum dalam
ancaman permasalahan sosial yang ada
berinvestasi dan perlu jaminan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
keamanan kelas atas
dalam pemukiman horizontal
Perlu penjelasan apakah akan ada
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
penertiban atau membiarkan adanya
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial,
dinamika kehidupan yang berbeda
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik
Perlu juga memikirkan ruang untuk
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
masyarakat kelas bawah yang bila tidak
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
teralokasikan akan menyebabkan
ekonomi lemah
kesemrawutan pemanfaatan ruang
Perlu penanganan mobilitas kelas
menengah dari pinggir kota ke pusat
kota yang semakin mahal
Perlu ada perlindungan jaring pengaman
siosial terhadap dampak kesenjangan
kelas semakin tinggi
Masyarakat yang tidak mampu perlu
ditampung pada jaring pengaman sosial
Perlu pemberdayaan masyarakat
setempat, jadi hanya yang diutamakan
hanya fisik saja, tetapi perlu
pembangunan manusianya
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Perlu dipikirkan alih profesi seperti apa
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut untuk mengatasi kekosongan kegiatan
Banjir/Genangan karna pada saat musim angin barat yaitu
Abrasi dan Kerusakan Pantai pada bulan September – Desember
Degradasi Ekosisitem Mangrove umumnya ombak besar sehingga
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih nelayan tidak bisa melaut
Sedimentasi Perlu penyediaan ruang bagi masyarakat
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri bawah
Penanganan Sampah Perlu kejelasan mengenai pemukiman
Pemanfaatan Ruang Laut nelayan apakah tidak akan menambah
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan permasalahan baru, karena dengan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta dilakukan pemukiman nelayan akan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi mengundang nelayan baru dari luar DKI
ancaman permasalahan sosial yang ada Terhadap nelayan jangan hanya
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi perumahannya saja yang ditingkatkan,
dalam pemukiman horizontal yang penting adalah bagaimana untuk
meningkatkan ekonominya agar strata
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
sosialnya meningkat. Jadi jangan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial,
keberadaannya yang dilindungi dengan
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik
menyediakan perumahan, memperbaiki
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
sanitasi dsb, bila ekonominya tidak
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
diperbaiki sama halnya dengan
ekonomi lemah
melestarikan kemiskinan
Yang dibutuhkan oleh kelas bawah
bukanlah perbaikan pemukiman,
perbaikan sanitasi, akan tetapi yang
dibutuhkan adalah perbaikan ekonomi,
peningkatan ketrampilan agar bisa
meningkatkan strata sosialnya dari kelas
bawah ke kelas menengah
Untuk mendekatkan kelas menengah
dan atas dengan kelas bawah, perlu
dimulai dengan mengembangkan fungsi
ekonomi kelas bawah terhadap kelas
menengah (misalnya berupa Pujasera),
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sehingga terjadi peningkatan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut penghasilan. Disamping itu juga perlu
Banjir/Genangan membuka akses ke Pantai bagi
Abrasi dan Kerusakan Pantai masyarakat kelas bawah serta
Degradasi Ekosisitem Mangrove mengembangkan wisata Pantai bersama
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih mereka (partisipasi ekonomi)
Sedimentasi Perlu adanya kendali keberadaan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri nelayan yang berasal dari luar berusaha
Penanganan Sampah di Jakarta
Pemanfaatan Ruang Laut Perlu diantisipasi urbanisasi dari daerah
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan termasuk nelayan akibat kegiatan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta pembangunan di Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi Perlu ditata kembali kegiatan arus
ancaman permasalahan sosial yang ada urbanisasi dari daerah luar Jakarta
termasuk nelayan yang ada di DKI
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
kebanyakan pendatang karena adanya
dalam pemukiman horizontal
pembangunan di Jakarta
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
Perlu ditata kembali pelabuhan nelayan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial,
apakah sudah tepat pada tempatnya
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik
yang ada sekarang, karena daerah
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
penangkapannya berada diluar Jakarta
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
Dalam menangani masalah
ekonomi lemah
pemberdayaan ekonomi masyarakat,
perlu diperhatikan urbanisasi yang
terjadi, bagaimana mengendalikan
penduduk Serang, Cirebon dsb agar tidak
berduyun-duyun ke Jakarta. Perlu
dikoordinasikan oleh instansi yang lebih
tinggi
Jakarta, Bekasi dan Tangerang sebaiknya
tidak hanya berorientasi pada kekayaan
wisata darat, tetapi bersama-sama
mengembangkan wisata bahari dengan
kepulauan seribunya
Perlu ada kejelasan mengenai
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence keberadaan pantai yang seharusnya milik
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut publik, akan tetapi dari 32 km panjang
Banjir/Genangan pantai utara hanya 8 km yang dapat
Abrasi dan Kerusakan Pantai diakses oleh publik, selebihnya dikuasai
Degradasi Ekosisitem Mangrove oleh berbagai kepentingan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Perlu diangkat isu budaya. Ada budaya
Sedimentasi nelayan seperti nagrang/pesta laut. Akan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri tetapi tidak terlaksana dengan baik,
Penanganan Sampah karena dikaitkan dengan agama dan
Pemanfaatan Ruang Laut diikatakan perbuatan syirik. Sebenarnya
Nagrang/pesta laut bisa dikaitkan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
dengan pesta wisata. Hal ini dapat
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
mengangkat keterpurukan para nelayan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Perlu kejelasan dalam pengembangan
ancaman permasalahan sosial yang ada
pantura, apakah diperuntukkan bagi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
kelas atas, menengah atau kelas bawah
dalam pemukiman horizontal
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
O. Kemiskinan dan hilangnya kesempatan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial,
berusaha mengancam strata ekonomi
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik
lemah
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemampuan masyarakat Jakarta Utara
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
perlu dibantu dan perlu ditampung
ekonomi lemah
dalam RPJMP
Perlu proses perencanaan induk yang
tidak bersifat parsial karena
menyebabkan integrasi kawasan
ekonomi dan social menjadi rendah
Sektor informal perlu diberdayakan dan
ditata secara fisik
Perlu disediakan ruang untuk pedagang
kaki lima
Perlu pemberdayaan masyarakat dalam
menangani kesenjangan ekonomi
Masalah kemiskinan di kawasan ini perlu
diselesaikan dulu mengenai masalah
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence nelayan, karena mereka telah mengalami
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut penurunan kapasistas dan mulai
Banjir/Genangan embutuhkan suatu perubahan profesi,
Abrasi dan Kerusakan Pantai kedua pengembangan UKM diserta
Degradasi Ekosisitem Mangrove pembangunan pemukiman dengan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih pendekatan Perbaikan Kampung
Sedimentasi Masalah sosial perlu ditampung pada
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri PMKS
Penanganan Sampah
Pemanfaatan Ruang Laut CATATAN
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan Rekomendasi diatas perlu dijabarkan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta lebih lanjut dalam KRP seperti RTRW,
RDTR, RPJP dan RPJM atau KRP lainnya
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dimana pencapaian program perlu
ancaman permasalahan sosial yang ada
didukung dengan data dan pembahasan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi
detail sehingga dapat disusun program
dalam pemukiman horizontal
yang lebih fokus khususnya mengenai
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
penanganan isu lingkungan hidup bio
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial,
fisik dan lingkungan hidup sosial
kelas menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik
ekonomi budaya
sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
RUPSB dan RUPE perlu dihidupkan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
kembali dan diintegrasikan sebagai
ekonomi lemah
bagian dari KRP
Pembangunan Teluk Jakarta perlu dilihat
secara sistemik (antar wilayah) dengan
orientasi keuntungan internasional
REKOMENDASI HASIL KLHS TELUK JAKARTA DALAM KRP KABUPATEN BEKASI
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence RTRW 2010-2030 Raperda RTRW Kabupaten Bekasi 2010
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut – 2030, khususnya didalam bagian
Banjir/Genangan BAB VI Penjelasan agar dilengkapi dengan
Abrasi dan Kerusakan Pantai KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN materi tersebut dibawah ini.
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 37
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (1) Penetapan Kawasan Strategis A. Land Subsidence
Sedimentasi Kabupaten (KSK) memperhatikan Perlu ada kebijakan tentang
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan pengendalian pembangunan dan
Penanganan Sampah Kawasan Strategis Provinsi (KSP) ; pemanfaatan air bawah tanah
(2) KSN sebagimana dimaksud pada ayat sehingga dapat diantisipasi
Pemanfaatan Ruang Laut
(1) yaitu KSN Jabodetabekpunjur; walaupun saat ini belum dirasakan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
(3) KSP sebagaimana dimaksud pada ayat dampaknya
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(1), meliputi :
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
a. KSP Koridor Bekasi-Cikampek: B. Rob dan Kenaikan Muka Air Laut
permasalahan sosial yang ada
b. KSP Pertanian Lahan Basah dan Perlu ada ketentuan mengenai strategi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Beririgasi Teknis Pantura: penanggulangan rob/kenaikan muka
pemukiman horizontal
c. KSP Pesisir Pantura. air laut
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan (4) KSK sebagaimana dimaksud pada ayat
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah (1) meliputi : C. Banjir/Genangan
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya a. KSK bidang pertumbuhan ekonomi Pasal 52 ayat (9) perlu ditambahkan
saing dan kualitas lingkungan hidup meliputi : Huruf j. Penerapan teknologi lahan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi 1. Kawasan yang berpotensi menjadi basah bagi permukiman rawan banjir.
lemah kegiatan perekonomian tinggi
meliputi kawasan : D. Degradasi Ekosistem Mangrove
a) Tambun Selatan Adanya inkonsistensi terhadap
b) Cibitung pemanfaatan ruang di kawasan hutan
c) Cikarang Utara lindung di Kec. Muaragembong,
d) Cikarang Selatan sehingga perlu penataan kembali
e) Cikarang Timur sesuai PerPres no. 54 tahun 2008.
f) Cikarang Barat
g) Cikarang Pusat E. Sedimentasi
h) Babelan Perlu ada kebijakan untuk status
i) Tarumajaya kepemilikan tanah timbul.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence j) Sukawangi, dan F. Pencemaran Perairan Akibat
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut k) Cabangbungin Limbah Domestik dan Industri
Banjir/Genangan 2. Kawasan yang berfungsi sebagai Perlu dimasukkan penambahan pasal
Abrasi dan Kerusakan Pantai ketahanan pangan/pertanian basah mengenai pengelolaan limbah
Degradasi Ekosisitem Mangrove meliputi kawasan : domestik.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih a) Sukatani
Sedimentasi b) Karang Bahagia G. Pemanfaatan Ruang Laut
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri c) Pebayuran Tidak ada pemanfaatan ruang laut
Penanganan Sampah d) Kedungwaringin (reklamasi).
e) Tambelang
Pemanfaatan Ruang Laut
f) Sukawangi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
g) Cabangbungin
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
b. KSK bidang fungsi dan daya dukung
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
lingkungan hidup adalah KSK
permasalahan sosial yang ada
Muaragembong;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
c. KSK bidang sosial dan budaya meliputi :
pemukiman horizontal
1. KSK Cikarang Pusat; dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan 2. Kecamatan Babelan.
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah d. KSK bidang kepentingan
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya pendayagunaan sumberdaya alam dan
saing dan kualitas lingkungan hidup teknologi tinggi, berupa sumber alam
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi minyak dan gas bumi meliputi kawasan :
lemah 1. Tambun Selatan
2. Babelan
3. Cabangbungin
4. Sukawangi
5. Karang Bahagia
6. Cikarang Timur
7. Pebayuran
8. Muaragembong
9. Tarumajaya
10. Cibarusah.
(5) Rencana tata ruang KSK sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 8 ayat (4)
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Strategi pembangunan dan peningkatan
Banjir/Genangan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud
Abrasi dan Kerusakan Pantai pada pasal 7 ayat (2) huruf c meliputi:
Degradasi Ekosisitem Mangrove
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. mengoptimalkan pendaya- gunaan dan
Sedimentasi pengelolaan prasarana sumberdaya
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri air untuk meningkatkan dan
Penanganan Sampah mempertahankan jaringan irigasi yang
ada dalam rangka ketahanan pangan;
Pemanfaatan Ruang Laut
suplay air baku untuk air minum;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
pengendalian banjir dan kekeringan.
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
f. mengoptimalkan pendaya- gunaan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
pengelolaan dan pengembangan
permasalahan sosial yang ada
sumberdaya air untuk meningkatkan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
dan mempertahankan jaringan irigasi
pemukiman horizontal
yang ada dalam rangka ketahanan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan pangan; suplay air baku untuk air
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah minum; pengendalian banjir dan
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya kekeringan.
saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Pasal 8 ayat (5)
lemah Strategi pembangunan dan peningkatan
prasarana lingkungan sebagai upaya
peningkatan kualitas lingkungan,
sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat
(2) huruf d, meliputi :
a. meningkatkan penyediaan dan
kualitas pelayanan air minum sistem
perpipaan Instalasi Pengolahan Air
(IPA) di kawasan perkotaan.
b. mengembangkan system pengelolaan
persampahan dengan teknik dan
metoda yang berwawasan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence lingkungan;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut c. meningkatkan penyediaan sarana dan
Banjir/Genangan prasarana persampahan, serta
Abrasi dan Kerusakan Pantai pengelolaan berbasis masyarakat
Degradasi Ekosisitem Mangrove melalui integrasi 3R dengan prinsip
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih berkelanjutan, mandiri dan tuntas
Sedimentasi ditempat secara mandiri dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri berkesinambungan;
Penanganan Sampah d. mengembangkan sarana dan
prasarana pengolahan sampah;
Pemanfaatan Ruang Laut
e. mengembangkan prasarana drainase;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
f. meningkatkan upaya mitigasi dalam
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
mengantisipasi potensi bencana di
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
Kabupaten.
permasalahan sosial yang ada
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Pasal 8 ayat (6)
pemukiman horizontal
Strategi peningkatan pelestarian fungsi
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan kawasan lindung sebagaimana dimaksud
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah pada pasal 7 ayat (2) huruf e, meliputi :
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya
saing dan kualitas lingkungan hidup a. mempertahankan kawasan lindung
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi yang telah ditetapkan dan
lemah merehabilitasi secara bertahap
kawasan lindung yang telah
mengalami penurunan fungsi;
Pasal 8 ayat (7)
Strategi optimalisasi pendayagunaan
kawasan budidaya secara sinergi sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dalam konteks pembangunan
berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada
pasal 7 ayat (2) huruf f, meliputi :
b. mempertahankan kawasan pertanian
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence lahan basah dan/atau beririgasi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut teknis;
Banjir/Genangan c. mengendalikan alih fungsi lahan
Abrasi dan Kerusakan Pantai basah sawah menjadi kegiatan budi
Degradasi Ekosisitem Mangrove daya lainnya;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih d. mendorong dan memfasilitasi
Sedimentasi pengembangan hunian vertical
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri bersubsidi bagi masyarakat golongan
Penanganan Sampah ekonomi lemah dan menengah di
kawasan perkotaan untuk mengatasi
Pemanfaatan Ruang Laut
persoalan kawasan kumuh perkotaan;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Pasal 12 ayat (6)
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
Rencana pengembangan transportasi laut
permasalahan sosial yang ada
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(1) huruf b berupa pembangunan pelabuhan
pemukiman horizontal
peti kemas di Kecamatan Muaragembong,
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Kecamatan Babelan dan Kecamatan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah Tarumajaya dengan luas kurang lebih 740
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya Ha;
saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Pasal 17 ayat (3)
lemah Pengembangan jaringan air baku untuk air
minum sebagaimana dimaksud pada Pasal
16 huruf c meliputi :
a. peningkatan kapasitas produksi instalasi
pengolahan air (IPA), meliputi IPA
Babelan, IPA Tegal Gede, IPA Sukatani,
IPA Cabangbungin, IPA Cibarusah, IPA
Cikarang Baru, IPA Cikarang Lippo, Deep
Well Setu, Deep Well Lemahabang, IPA
Tanah Baru, IPA Tambun Selatan, IPA
Tambun Utara dan IPA Tambelang;
b. peningkatan jangkauan distribusi
pelayanan jaringan air minum dengan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sistem perpipaan hingga enam puluh
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut persen; dan
Banjir/Genangan c. pengembangan Instalasi Pengolahan Air
Abrasi dan Kerusakan Pantai seluruh Kecamatan di Kabupaten Bekasi
Degradasi Ekosisitem Mangrove untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih
Sedimentasi Pasal 17 Ayat (4)
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Sistem pengendalian banjir sebagaimana
Penanganan Sampah dimaksud pada Pasal 16 huruf d meliputi :
a. normalisasi sungai;
Pemanfaatan Ruang Laut
b. pembangunan banjir kanal;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
c. pembangunan dan pengembangan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
tembok penahan tanah (tanggul);
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
d. pembangunan dan pengembangan pintu
permasalahan sosial yang ada
air;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
e. pembangunan lubang-lubang biopori di
pemukiman horizontal
permukiman;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan f. penyediaan embung atau pond
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah pengendali banjir di setiap kawasan
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya permukiman mandiri;
saing dan kualitas lingkungan hidup g. penanaman pohon di sempadan sungai,
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi situ, rawa dan lahan-lahan kritis.
lemah
Pasal 18
(1) Rencana prasarana lingkungan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 13
huruf d,meliputi :
a. prasarana pengelolaan
persampahan;
b. prasarana pengelolaan limbah;
c. jalur evakuasi bencana dan ruang
evakuasi; dan
d. prasarana jaringan drainase.
(2) Rencana prasarana pengelolaan
persampahan sebagaimana dimaksud
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pada ayat (1) huruf a, meliputi :
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut a. peningkatan dan pengembangan
Banjir/Genangan TPPAS di Desa Burangkeng
Abrasi dan Kerusakan Pantai Kecamatan Setu;
Degradasi Ekosisitem Mangrove b. peningkatan dan pembangunan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Tempat Penampungan Sementara
Sedimentasi (TPS) dengan pengelolaannya
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri secara merata di setiap Kecamatan;
Penanganan Sampah c. penerapan 3R (Recycle, Reuse,
Reduse) dalam pengelolaan
Pemanfaatan Ruang Laut
sampah mulai dari sumber sampah
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
(domestic, niaga, industry dan lain-
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
lain); dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
d. untuk melaksanakan sebagaimana
permasalahan sosial yang ada
dimaksud ayat (2) huruf c akan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
diatur lebih lanjut melalui
pemukiman horizontal
Peraturan Daerah tersendiri.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan (3) Rencana prasarana pengelolaan limbah
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya huruf b, meliputi :
saing dan kualitas lingkungan hidup a. peningkatan prasarana pengolahan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi limbah di kawasan industri;
lemah b. peningkatan prasarana pengolahan
limbah di permukiman perkotaan;
c. pembangunan Pusat Pengolahan
Limbah Industri B-3 dengan
alternatif di Desa Bojongmangu
Kecamatan Bojongmangu.
(4) Rencana jalur evakuasi bencana dan
ruang evakuasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c berupa jalur
evakuasi dari ancaman bencana menuju
ruang evakuasi meliputi :
a. jalur evakuasi bencana alam
gelombang pasang/abrasi di
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Kecamatan Muaragembong,
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Kecamatan Babelan dan Kecamatan
Banjir/Genangan Tarumajaya melalui jalan kabupaten
Abrasi dan Kerusakan Pantai menuju ruang terbuka dan/atau
Degradasi Ekosisitem Mangrove fasilitas umum terdekat yang dapat
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih digunakan sebagai ruang evakuasi
Sedimentasi bencana gelombang pasang/abrasi;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri b. jalur evakuasi bencana alam banjir
Penanganan Sampah menuju ruang evakuasi berupa
ruang terbuka dan/atau fasilitas
Pemanfaatan Ruang Laut
umum terdekat yang dapat
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
menampung pengungsi bencana
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
meliputi :
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
1. Kecamatan Muaragembong
permasalahan sosial yang ada
2. Kecamatan Tarumajaya;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
3. Kecamatan babelan;
pemukiman horizontal
4. Kecamatan Cabangbungin;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan 5. Kecamatan Sukakarya;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah 6. Kecamatan Sukawangi;
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya 7. Kecamatan Cikarang Utara;
saing dan kualitas lingkungan hidup 8. Kecamatan Cikarang Timur;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi 9. Kecamatan Pebayuran;
lemah 10. Kecamatan Kedungwaringin.
Pasal 20 ayat (1)
Rencana pengembangan Kawasan lindung
sebagaimana dimaksud pada pasal 19 huruf
a seluas kurang lebih 5.449 Ha meliputi :
a. mempertahankan kawasan hutan
lindung;
b. mempertahankan fungsi kawasan
lindung non hutan;
c. merehabilitasi kawasan lindung berupa
penanaman mangrove di kawasan hutan
lindung; dan
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence d. mengembangkan ekowisata dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut agroforestri.
Banjir/Genangan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 22 ayat (3)
Degradasi Ekosisitem Mangrove Penetapan kawasan sempadan pantai
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b
Sedimentasi seluas kurang lebih 566 Ha tersebar di :
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri a. Kecamatan Babelan;
Penanganan Sampah b. Kecamatan Tarumajaya;
c. Kecamatan Muaragembong.
Pemanfaatan Ruang Laut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Pasal 23
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kawasan suaka alam dan pelestarian alam
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat
permasalahan sosial yang ada
(2) huruf c, terdapat di kawasan mangrove
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Kecamatan Muaragembong dengan luas
pemukiman horizontal
kurang lebih 5.311 Ha atau sekitar kurang
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan lebih 4 % dari keseluruhan wilayah
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah Kabupaten.
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya
saing dan kualitas lingkungan hidup Pasal 24
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Kawasan rawan bencana alam sebagaimana
lemah dimaksud dalam pasal 20 ayat (2) huruf d
meliputi :
a. kawasan rawan bencana gelombang
pasang di Kecamatan Muaragembong;
b. kawasan rawan bencana banjir, yang
terjadi di :
1. Kecamatan tambun Utara;
2. Kecamatan Tambun Selatan;
3. Kecamatan Tarumajaya;
4. Kecamatan Cibitung;
5. Kecamatan Cikarang Timur;
6. Kecamatan Cikarang Utara;
7. Kecamatan Cabangbungin;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence 8. Kecamatan Kedungwaringin;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 9. Kecamatan Pebayuran;
Banjir/Genangan 10. Kecamatan Sukakarya;
Abrasi dan Kerusakan Pantai 11. Kecamatan Sukatani;
Degradasi Ekosisitem Mangrove 12. Kecamtan Sukawangi;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih 13. Kecamtan Tambelan;
Sedimentasi 14. Kecamatan babelan.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri
Penanganan Sampah Pasal 25
Kawasan lindung geologi sebagaimana
Pemanfaatan Ruang Laut
dimaksud pada pasal 20 ayat (2) huruf e
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
meliputi :
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
a. Kawasan rawan bencana alam geologi
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
abrasi di Kecamatan Muaragembong.
permasalahan sosial yang ada
b. Kawasan yang memberikan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
perlindungan terhadap air tanah.
pemukiman horizontal
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Pasal 30 ayat (2) dan (3)
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah (2) Kawasan perikanan tangkap
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
saing dan kualitas lingkungan hidup huruf a, meliputi :
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi a. Kecamatan tarumajaya;
lemah b. Kecamatan Babelan; dan
c. Kecamatan Muaragembong.
(3) Kawasan perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Kecamatan Muaragembong;
b. Kecamatan Tarumajaya;
c. Kecamatan Cikarang Pusat;
d. Kecamatan Bojongmangu;
e. Kecamatan Setu;
f. Kecamatan Serang Baru;
g. Kecamatan Cikarang Selatan;
h. Kecamatan Sukakarya;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence i. Kecamatan Tambun Selatan.
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut
Banjir/Genangan Pasal 31 ayat (2)
Abrasi dan Kerusakan Pantai Kawasan peruntukan pertambangan
Degradasi Ekosisitem Mangrove strategis sebagaimana dimaksud pada ayat
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (1) berupa pertambangan minyak dan gas
Sedimentasi bumi meliputi :
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri a. Kecamatan Babelan;
Penanganan Sampah b. Kecamatan Cibitung;
c. Kecamatan Tambun Utara;
Pemanfaatan Ruang Laut
d. Kecamatan Tambun Selatan;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
e. Kecamatan Cikarang Timur;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
f. Kecamatan Cibarusah;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
g. Kecamatan Cabangbungin;
permasalahan sosial yang ada
h. Kecamatan Sukawangi;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
i. Kecamatan Sukakarya;
pemukiman horizontal
j. Kecamatan Cikarang Utara;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan k. Kecamatan Karang Bahagia.
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya Pasal 32 ayat (2)
saing dan kualitas lingkungan hidup Industri besar sebagaimana dimaksud pada
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi ayat (1) huruf a meliputi :
lemah a. Kecamatan Cikarang Pusat;
b. Kecamatan Cikarang Utara;
c. Kecamatan Cikarang Selatan;
d. Kecamatan Cikarang Timur;
e. Kecamatan Cikarang Barat;
f. Kecamatan Tarumajaya;
g. Kecamatan Cabangbungin;
h. Kecamatan Babelan;
i. Kecamatan Sukawangi.
Pasal 34 ayat (1) dan (2)
(1) Kawasan permukiman sebagaimana
dimaksud dalam pasal 27 huruf g
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence meliputi :
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut a. Lokasi kawasan permukiman
Banjir/Genangan tersebar di seluruh kecamatan
Abrasi dan Kerusakan Pantai seluas kurang lebih 13.918 Ha;
Degradasi Ekosisitem Mangrove b. Pengembangan kawasan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih permukiman perkotaan seluas
Sedimentasi kurang lebih 42.815 Ha meliputi:
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri 1. Kecamatan Cibitung;
Penanganan Sampah 2. Kecamatan Karang Bahagia;
3. Kecamatan Tambun Utara;
Pemanfaatan Ruang Laut
4. Kecamatan Sukatani;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
5. Kecamatan Sukawangi;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
6. Kecamatan Cikarang Timur;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
7. Kecamtan Cikarang Pusat;
permasalahan sosial yang ada
8. Kecamatan tambun Selatan;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
9. Kecamatan Serang Baru;
pemukiman horizontal
10. Kecamatan Setu;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan 11. Kecamatan Cikarang Selatan;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah 12. Kecamatan Cikarang Barat.
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya c. Pengembangan kawasan
saing dan kualitas lingkungan hidup permukiman perdesaan seluas
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi kurang lebih 4.060 Ha meliputi:
lemah 1. Kecamatan Babelan;
2. Kecamatan Muaragembong;
3. Kecamatan Cabangbungin;
4. Kecamatan Cibarusah;
5. Kecamatan Bojongmangu
6. Kecamatan Serang Baru.
(2) Pengembangan permukiman
perkotaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b diarahkan untuk:
a. pengembangan hunian vertikal
berupa rusunami dan rusunawa
diperkotaan dan kawasan
industri;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence b. pengembangan kawasan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut permukiman mandiri; dan
Banjir/Genangan c. Peningkatan sarana dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai prasarana dasar permukiman.
Degradasi Ekosisitem Mangrove (3) Pengembangan permukiman
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih perdesaan sebagaimana dimaksud
Sedimentasi pada ayat (1) huruf c diarahkan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri untuk:
Penanganan Sampah a. Pengembangan hunian horizontal;
dan
Pemanfaatan Ruang Laut
b. Peningkatan sarana dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
prasarana dasar permukiman.
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
Pasal 35
permasalahan sosial yang ada
(1) Kawasan peruntukan pesisir dan laut
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
sebagaimana dimaksud dalam pasal 27
pemukiman horizontal
huruf h meliputi :
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan a. Kecamatan Muaragembong;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah b. Kecamatan Tarumajaya;
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya c. Kecamatan Babelan.
saing dan kualitas lingkungan hidup (2) Pengembangan kawasan peruntukan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi pesisir dan laut meliputi:
lemah a. Pengembangan permukiman
nelayan;
b. Bisnis kelautan.
(3) Pengembangan kawasan permukiman
nelayan sebagaimana dimaksud ayat (2)
huruf a terdapat di Kecamatan
Tarumajaya.
(4) Pengembangan kawasan bisnis kelautan
sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b
diarahkan untuk:
a. Pengembangan kawasan pelabuhan
perikanan di Muara Bendera
Kecamatan Muaragembong;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence b. Pengembangan kawasan perikanan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut tangkap dan budidaya di
Banjir/Genangan Kecamatan Muaragembong,
Abrasi dan Kerusakan Pantai Kecamatan Tarumajaya dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove Kecamatan Babelan.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih c. Pengembangan kawasan
Sedimentasi perikanan di Kecamatan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Muaragembong;
Penanganan Sampah d. Pengembangan kawasan
pertambangan migas di Kecamatan
Pemanfaatan Ruang Laut
Muaragembong;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
e. Pembangunan terminal khusus
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Marunda Centre di Kecamatan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
Tarumajaya; dan
permasalahan sosial yang ada
f. Pengembangan prasarana
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pendukung industri pengolahan
pemukiman horizontal
pertambangan.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah Pasal 41 ayat (1) huruf a.7
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya Pembangunan prasarana transportasi laut
saing dan kualitas lingkungan hidup meliputi:
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi a) pembangunan pelabuhan peti kemas di
lemah Kecamatan Muaragembong, Kecamatan
Babelan dan Kecamatan Tarumajaya
dengan luas kurang lebih 740 Ha;
b) pembangunan pelabuhan nelayan dan
perumahan nelayan dengan sarana
pendukungnya di Muara Bendera,
Kecamatan Muaragembong;
c) pembangunan kawasan pariwisata di
pantai Sederhana- Pantai bahagia;
d) pembangunan pusat pendidikan
terapan dalam rangka menunjang
perkembangan wilayah Panttai Utara
seluas 20 Ha.
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 41 ayat (1) huruf a.8
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Pembangunan Bandar udara di Kecamatan
Banjir/Genangan Muaragembong.
Abrasi dan Kerusakan Pantai
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 41 ayat (1) huruf c
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Pembangunan prasarana sumberdaya air
Sedimentasi meliputi:
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri 1. peningkatan pelayanan jaringan air
Penanganan Sampah bersih;
2. penyediaan air baku dengan
Pemanfaatan Ruang Laut
peningkatan pengelolaan situ;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
3. pembangunan prasarana pengendalian
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
banjir.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
permasalahan sosial yang ada
Pasal 41 ayat (1) huruf e.4
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Peningkatan ketersediaan air bersih
pemukiman horizontal
perkotaan dan pengembangan Instalasi
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Pengolahan Air (IPA) atau Water Treatment
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah Plant (WTP).
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya
saing dan kualitas lingkungan hidup Pasal 41 ayat (1) huruf e.5
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Pengembangan pengolahan air limbah yang
lemah memperhatikan baku mutu limbah cair dan
merupakan system yang terpisah dari
pengelolaan air limbah industri secara
terpusat terutama pada kawasan
perumahan padat, pusat bisnis dan sentra
industri.
Pasal 49
Ketentuan umum peraturan zonasi pada
system jaringan sumber daya air daerah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 ayat
(2) e, meliputi:
a. pemanfaatan ruang pada kawasan di
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sekitar wilayah sungai dengan tetap
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut menjaga kelestarian lingkungan dan
Banjir/Genangan fungsi lindung kawasan;
Abrasi dan Kerusakan Pantai b. ketentuan pelarangan pendirian
Degradasi Ekosisitem Mangrove bangunan kecuali bangunan yang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dimaksud untuk pengelolaan badan air
Sedimentasi dan/atau pemanfaatan air;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri c. pendirian bangunan dibatasi hanya
Penanganan Sampah untuk menunjang fungsi taman rekreasi;
d. penetapan lebar sempadan sungai
Pemanfaatan Ruang Laut
sesuai dengan ketentuan peraturan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
perundang-undangan;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
e. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
sungai lintas Negara dan lintas provinsi
permasalahan sosial yang ada
secara selaras dengan pemanfaatan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
ruang pada wilayah sungai di
pemukiman horizontal
Negara/provinsi yang berbatasan.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah Pasal 52
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya (2) Ketentuan umum peraturan zonasi
saing dan kualitas lingkungan hidup untuk kawasan resapan air
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
lemah huruf a, disusun dengan
memperhatikan:
a. Pemanfaatan ruang secara terbatas
untuk kegiatan budi daya tidak
terbangun yang memiliki
kemampuan tinggi dalam menahan
limpasan air hujan;
b. Penyediaan sumur resapan
dan/atau waduk pada lahan
terbangun yang sudah ada;
c. Penerapan zero delta Q policy
terhadap setiap kegiatan budi daya
terbangun yang diajukan izinnya;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence d. Peningkatan fungsi lindung pada
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut area yang telah mengalami alih
Banjir/Genangan funggsi melalui pengembangan
Abrasi dan Kerusakan Pantai vegetasi tegakan tinggi yang
Degradasi Ekosisitem Mangrove mampu memberikan perlindungan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih terhadap permukaan tanah dan
Sedimentasi mampu meresapkan air ke dalam
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri tanah;
Penanganan Sampah e. Percepatan rehabilitasi lahan yang
mengalami kerusakan;
Pemanfaatan Ruang Laut
f. Mengoptimalkan fungsi lahan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
melalui pengembangan hutan;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
g. Meningkatkan kegiatan pariwisata
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
alam;
permasalahan sosial yang ada
h. Pengolahan lahan tanah secara sipil
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
teknis sehingga kawasan ini
pemukiman horizontal
memberikan kemampuan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan peresapan air yang lebih tinggi.
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah (3) Ketentuan umum peraturan zonasi
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya untuk kawasan sempadan pantai dan
saing dan kualitas lingkungan hidup berhutan bakau sebagaimana dimaksud
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi pada ayat (1) huruf b, disusun dengan
lemah memperhatikan:
a. Sosialisasi rencana pengelolaan
kawasan sempadan pantai kepada
seluruh masyarakat yang bermukim
di sekitar pantai dan kepada seluruh
stakeholders pembangunan kerkait;
b. Melarang kegiatan budi daya yang
dapat mengganggu kelestarian
fungsi pantai, merusak kualitas air,
kondisi fisik dan dasar pantai;
c. Mengembangkan terumbu karang
buatan untuk meningkatkan fungsi
ekologis pesisir;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence d. Pada kawasan sempadan yang
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut memiliki fungsi sebagai kawasan
Banjir/Genangan budidaya seperti;
Abrasi dan Kerusakan Pantai Permukiman perkotaan dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove pedesaan, pariwisata, pelabuhan,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih pertahanan dan keamanan, serta
Sedimentasi kawasan lainnya,
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pengembangannya harus sesuai
Penanganan Sampah dengan peruntukan lahan yang
telah ditentukan dalam rencana
Pemanfaatan Ruang Laut
tata ruang kawasan pesisir;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
e. Memantapkan kawasan lindung di
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
daratan untuk menunjang
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
kelestarian kawasan lindung pantai;
permasalahan sosial yang ada
f. Bangunan yang boleh ada di
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
sempadan pantai antara lain
pemukiman horizontal
dermaga, tower penjaga
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan keselamatan pengunjung pantai;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah g. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya yang mampu melindungi atau
saing dan kualitas lingkungan hidup memperkuat perlindungan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi sempadan pantai dari abrasi dan
lemah filtrasi air laut kedalam tanah;
h. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan
sarana dan prasarana yang
mendukung transportasi laut;
i. Menjadikan kawasan lindung
sepanjang pantai yang memiliki nilai
ekologis sebagai obyek wisata dan
penelitian;
j. Pengembalian fungsi lindung pantai
yang mengalami kerusakan;
k. Inventarisasi dan evaluasi potensi,
lokasi dan penyebaran ekosistem
mangrove;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence l. Penunjukan, penatabatasan dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut pengukuhan ekosistem mangrove
Banjir/Genangan sesuai dengan fungsi dan tata
Abrasi dan Kerusakan Pantai ruangnya;
Degradasi Ekosisitem Mangrove m. Rehabilitasi ekosistem mangrove
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih yang mengalami degradasi;
Sedimentasi n. Perlindungan ekosistem mangrove
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dari perusakan, gangguan,
Penanganan Sampah ancaman, hama dan penyakit;
o. Pengembangan kawasan penati
Pemanfaatan Ruang Laut
berhutan bakau harus disertai
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
dengan pengendalian pemanfaatan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
ruang;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
p. Koefisien dasar kegiatan budidaya
permasalahan sosial yang ada
terhadap luas hutan bakau
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
maksimum 30 %.
pemukiman horizontal
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan untuk sempadan sungai dan kawasan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah sekitar situ sebagaimana dimaksud
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya pada ayat (1) huruf c, disusun dengan
saing dan kualitas lingkungan hidup memperhatikan:
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi a. Pemempertahankan sempadan
lemah sungai sehingga terhindar dari erosi
dan kerusakan kualitas air sungai;
b. Pencegahan dilakukan kegiatan
budidaya di sepanjang sungai yang
dapat mengganggu atau merusak
kualitas air sungai;
c. Pengendalian terhadap kegiatan
yang telah ada di sepanjang sungai
agar tidak berkembang lebih jauh;
d. Melarang pembuangan limbah
industri ke sungai;
e. Pemanfaatan ruang untuk ruang
terbuka hijau;
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence f. Ketentuan pelarangan pendirian
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut bangunan kecuali bangunan yang
Banjir/Genangan dimaksudkan untuk pengelolaan
Abrasi dan Kerusakan Pantai badan air dan/atau pemanfaatan
Degradasi Ekosisitem Mangrove air;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih g. Perlindungan sekitar waduk/danau
Sedimentasi untuk kegiatan yang menyebabkan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri alih fungsi dan menyebabkan
Penanganan Sampah kerusakan kualitas sumber air;
h. Pelestarian waduk beserta seluruh
Pemanfaatan Ruang Laut
tangkapan air di atasnya;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
i. Waduk yang digunakan untuk
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pariwisata diijinkan membangun
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
selama tidak mengurangi kualitas
permasalahan sosial yang ada
tata air yang ada;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
j. Pengembangan tanaman perdu,
pemukiman horizontal
tanaman tegakan tinggi, dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan penutup tanah untuk melindungi
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah pencemaran dan erosi terhadap air;
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya k. Membatasi dan tidak boleh
saing dan kualitas lingkungan hidup menggunakan lahan secara
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi langsung untuk bangunan yang
lemah tidak berhubungan dengan
konservasi waduk;
l. Pendirian bangunan dibatasi hanya
untuk menunjang fungsi taman
rekreasi;
m. Penetapan lebar sempadan sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi
untuk kawasan suaka alam dan
pelestarian alam sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf f, disusun
dengan memperhatikan :
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence a. Pengendalian pemanfaatan ruang
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut untuk wisata alam tanpa mengubah
Banjir/Genangan bentang alam;
Abrasi dan Kerusakan Pantai b. pelestarian flora,fauna dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove ekosistem unik kawasan;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih c. pembatasan pemanfaatan sumber
Sedimentasi daya alam;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri d. Ketentuan pelarangan kegiatan
Penanganan Sampah yang dapat mengganggu fungsi
kawasan dalam melindungi
Pemanfaatan Ruang Laut
plasma/genetik;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
e. Ketentuan pelarangan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
penangkapan satwa yang dilindungi
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
peraturan perundangan;
permasalahan sosial yang ada
f. Pembatasan kegiatan pemanfaatan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
sumber daya kelautan untuk
pemukiman horizontal
mempertahankan makanan bagi
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan biota yang bermigrasi.
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah (9) Untuk kawasan rawan banjir ketentuan
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya umum peraturan zonasi sebagaimana
saing dan kualitas lingkungan hidup dimaksud pada ayat (1) huruf h, disusun
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi dengan memperhatikan;
lemah a. Pemanfaatan ruang dengan
mempertimbangkan karakteristik,
jenis, dan ancaman bencana;
b. Melesterikan kawasan lindung dan
kawasan hulu sungai;
c. Pembuatan sumur resapan di
kawasan perkotaan dan pedesaan,
kawasan pertanian yang dilengkapi
dengan embung, bendung maupun
cek dam, pembuatan bendungan
baru;
d. Membuat saluran pembuangan
yang terkoneksi dengan baik pada
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence jaringan primer, sekunder maupun
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut tersier, serta tidak menyatukan
Banjir/Genangan fungsi irigasi untuk drainase;
Abrasi dan Kerusakan Pantai e. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi
Degradasi Ekosisitem Mangrove dari permukiman penduduk;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih f. Pembatasan pendirian bangunan
Sedimentasi kecuali untuk kepentingan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pemantauan ancaman bencana dan
Penanganan Sampah kepentingan umum;
g. Penetapan batas dataran banjir;
Pemanfaatan Ruang Laut
h. Pemanfaatan dataran banjir bagi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
ruang terbuka hijau dan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pembangunan fasilitas umum
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
dengan kepadatan rendah;
permasalahan sosial yang ada
i. Ketentuan pelarangan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pemanfaatan ruang bagi kegiatan
pemukiman horizontal
permukiman dan fasilitas umum
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan penting lainnya.
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah (10) Untuk kawasan rawan abrasi pantai,
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya ketentuan umum peraturan zonasi
saing dan kualitas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi huruf i, disusun dengan
lemah memperhatikan;
a. Pendekatan rekajasa struktur
dengan cara system polder,
bangunan pemecah gelombang,
penurapan;
b. Pendekatan rekayasa non struktur
dengan cara merehabilitasi hutan
mangrove di daerah pesisir.
Pasal 53
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi
untuk kawasan peruntukan pesisir dan
laut sebagaimana dimaksud pada ayat
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence (1) huruf h, disusun dengan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut memperhatikan:
Banjir/Genangan a. Pemanfaatan ruang untuk
Abrasi dan Kerusakan Pantai permukiman nelayan dengan
Degradasi Ekosisitem Mangrove kepadatan rendah;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. Pemanfaatan ruang untuk
Sedimentasi pengembangan energi;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri c. Pembatasan kawasan budidaya
Penanganan Sampah tambak dengan atau tanpa unit
pengolahannya sesuai ketentuan
Pemanfaatan Ruang Laut
peraturan perundang-undangan;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
d. Ketentuan memenuhi syarat
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pengelolaan lingkungan,
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi ancaman
memperhatikan kemampuan
permasalahan sosial yang ada
system tata air setempat serta
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
menggunakan teknologi yang
pemukiman horizontal
ramah lingkungan untuk kegiatan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan selain kegiatan konservasi,
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menengah pendidikan, dan pelatihan;
tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penurunan daya e. Ketentuan peningkatan kualitas
saing dan kualitas lingkungan hidup lingkungan permukiman serta
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi prasarana dan sarana dasar
lemah lingkungan permukiman di kawasan
pesisir, serta penurunan luasan
kawasan kumuh;
f. Ketentuan penyediaan infrastruktur
pendukung bagi bisnis kelautan dan
wisata bahari;
g. Ketentuan pengaturan dan
penataan kawasan bisnis kelautan
dan wisata bahari.
5.2 Sinkronisasi Kebijakan

5.2.1 Rencana Kebijakan antar Sektor


Sinkronisasi antar sektor : Pipa gas, Telkom, PLTU, Prasarana

5.2.2 Rencana Kebijakan antar Daerah


Sinkronisasi antar daerah : reklamasi, pelabuhan samudra, pelabuhan nelayan antar daerah

5.2.3 Rencana Kebijakan antara Sektor dengan Daerah


Sinkronisasi antar sektor dengan daerah : PLN dengan Reklamasi
DOKUMENTASI
PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
TELUK JAKARTA
(PANTURA TANGERANG, JAKARTA DAN BEKASI)

KERJASAMA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN


BAPPEDA PROVINSI DKI JAKARTA
2010

0
PENGANTAR

Dokumentasi foto ini merupakan serangkaian kegiatan pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) Teluk Jakarta, mulai dari persiapan Tim, pelibatan masyarakat dalam
Seminar/Focus Group Discussion (FGD) serta Workshop yang dilakukan di tiga Daerah
Kabupaten Tangerang, Provinsi DKI Jakarta dan Kabupaten Bekasi.

Tim KLHS Teluk Jakarta

1
KONSOLIDASI DAN PERSIAPAN
PENYUSUNAN KLHS TELUK
JAKARTA

OKTOBER-NOVEMBER 2010

2
Rapat Konsolidasi TIM KLHS Teluk Jakarta bersama Asisten Deputi Kajian Wilayah dan
Sektor (gambar atas dan bawah)

3
RAPAT KOORDINASI DENGAN
KABUPATEN BEKASI

12 NOVEMBER 2010

4
Rapat koordinasi dengan Pemkab Bekasi di Kantor Bappeda Kab. Bekasi. Persiapan awal Tim
KLHS Teluk Jakarta di daerah (gambar atas dan bawah)

5
RAPAT KOORDINASI DENGAN
KABUPATEN TANGERANG

15 NOVEMBER 2010

6
Rapat koordinasi dengan Pemkab Tangerang di Kantor Dinas Tata Ruang Kab Tangerang.
Persiapan awal Tim KLHS Teluk Jakarta di daerah (gambar atas dan bawah)

7
RAPAT KOORDINASI DENGAN
PEMPROV. DKI JAKARTA

18 NOVEMBER 2010

8
Rapat koordinasi dengan Pemprov DKI Jakarta. Persiapan awal Tim KLHS Teluk Jakarta di
Prov. DKI Jakarta (gambar atas dan bawah)

9
SEMINAR/FGD KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
(KLHS) TELUK JAKARTA
(PANTURA TANGERANG,
JAKARTA DAN BEKASI)

23-24 November 2010

10
Persiapan sebelum seminar, tampak fasilitator dan TIM KLHS Daerah di ruang sekretariat
seminar di gedung BKSP (gambar atas)
Ir. Dana Kartakusuma, M. Sc membuka acara seminar awal di gedung BKSP (gambar
bawah)

11
Suasana waktu seminar/fGD KLHS Teluk Jakarta di gedung BKSP (gambar atas dan bawah)

12
Paparan dari instansi-instansi terkait (gambar atas dan bawah)

13
Sesi Tanya Jawab Seminar/FGD

14
Sesi tanya jawab seminar/FGD KLHS Teluk Jakarta (gambar atas dan bawah)

15
Suasana diskusi pada pelaksanaan Seminar/FGD

16
Pelaksanaan Seminar/FGD di gedung BKSP Sunter

17
WORKSHOP KABUPATEN BEKASI

Desember 2010

18
Workshop di Kabupaten Bekasi. Suasana workshop di Kabupaten Bekasi (gambar atas dan
bawah)

19
WORKSHOP DKI JAKARTA

Desember 2010

20
Sekretaris Bappeda Prov. DKI Jakarta Ir. Adi Subroto (tengah) memimpin workshop di
dampingi pembicara.
Pelaksanaan Workshop di DKI Jakarta (gambar bawah)

21
Diskusi kelompok II Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi pada saat Workshop KLHS Teluk
Jakarta di DKI Jakarta (gambar atas)
Suasana diskusi kelompok I bidang Lingkungan Bio Fisik (gambar bawah)

22
WORKSHOP
KABUPATEN TANGERANG

Desember 2010

23
Gambar atas. Pelaksanaan workshop di Kabupaten Tangerang. tampak dari Kanan, Ir.
Budirama Natakusumah, MM. Ir. Arie D Djoekardi, MA. H. Didin Samsudin dan Akip
Syamsudin.
Suasana workshop KLHS Teluk Jakarta di Kabupaten Tangerang, (gambar bawah)

24
Diskusi kelompok I bidang Lingkungan Bio Fisik pada acara workshop KLHS Teluk Jakarta di
Kabupaten Tangerang. (gambar atas dan bawah)

25
Diskusi kelompok II bidang Sosial Budaya dan Ekonomi pada acara workshop KLHS Teluk
Jakarta di Kabupaten Tangerang (gambar atas dan bawah)

26
RAPAT EVALUASI HASIL
WORKSHOP DAN REKOMENDASI
KLHS TELUK JAKARTA

Desember 2010

27
Rapat Tim KLHS Teluk Jakarta, membahas rekomendasi KLHS Teluk Jakarta

28
Membahas Rekomendasi KLHS Teluk Jakarta

29
REKOMENDASI HASIL KLHS TELUK JAKARTA
DALAM KRP KABUPATEN BEKASI
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence RTRW 2010-2030 Raperda RTRW Kabupaten Bekasi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 2010 – 2030, khususnya didalam
Banjir/Genangan BAB VI bagian Penjelasan agar
Abrasi dan Kerusakan Pantai KAWASAN STRATEGIS dilengkapi dengan materi
Degradasi Ekosisitem Mangrove KABUPATEN tersebut dibawah ini.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Pasal 37
Sedimentasi (1) Penetapan Kawasan Strategis A. Land Subsidence
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Kabupaten (KSK) Perlu ada kebijakan tentang
Penanganan Sampah memperhatikan Kawasan pengendalian pembangunan
Strategis Nasional (KSN) dan dan pemanfaatan air bawah
Pemanfaatan Ruang Laut
Kawasan Strategis Provinsi tanah sehingga dapat
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
(KSP) ; diantisipasi walaupun saat ini
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(2) KSN sebagimana dimaksud belum dirasakan dampaknya
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pada ayat (1) yaitu KSN
ancaman permasalahan sosial yang ada
Jabodetabekpunjur; B. Rob dan Kenaikan Muka Air
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(3) KSP sebagaimana dimaksud Laut
pemukiman horizontal
pada ayat (1), meliputi : Perlu ada ketentuan mengenai
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan a. KSP Koridor Bekasi- strategi penanggulangan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Cikampek: rob/kenaikan muka air laut
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, b. KSP Pertanian Lahan Basah
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dan Beririgasi Teknis C. Banjir/Genangan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Pantura: Pasal 52 ayat (9) perlu
lemah
93
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence c. KSP Pesisir Pantura. ditambahkan Huruf j. Penerapan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut (4) KSK sebagaimana dimaksud teknologi lahan basah bagi
Banjir/Genangan pada ayat (1) meliputi : permukiman rawan banjir.
Abrasi dan Kerusakan Pantai a. KSK bidang pertumbuhan
Degradasi Ekosisitem Mangrove ekonomi meliputi : D. Degradasi Ekosistem
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih 1. Kawasan yang berpotensi Mangrove
Sedimentasi menjadi kegiatan Adanya inkonsistensi terhadap
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri perekonomian tinggi pemanfaatan ruang di kawasan
Penanganan Sampah meliputi kawasan : hutan lindung di Kec.
a) Tambun Selatan Muaragembong, sehingga perlu
Pemanfaatan Ruang Laut
b) Cibitung penataan kembali sesuai PerPres
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
c) Cikarang Utara no. 54 tahun 2008.
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
d) Cikarang Selatan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
e) Cikarang Timur E. Sedimentasi
ancaman permasalahan sosial yang ada
f) Cikarang Barat Perlu ada kebijakan untuk status
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
g) Cikarang Pusat kepemilikan tanah timbul.
pemukiman horizontal
h) Babelan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan i) Tarumajaya F. Pencemaran Perairan Akibat
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas j) Sukawangi, dan Limbah Domestik dan Industri
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, k) Cabangbungin Perlu dimasukkan penambahan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup 2. Kawasan yang berfungsi pasal mengenai pengelolaan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi sebagai ketahanan limbah domestik.
lemah pangan/pertanian basah
meliputi kawasan : G. Pemanfaatan Ruang Laut
a) Sukatani Tidak ada pemanfaatan ruang
94
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence b) Karang Bahagia laut (reklamasi).
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut c) Pebayuran
Banjir/Genangan d) Kedungwaringin
Abrasi dan Kerusakan Pantai e) Tambelang
Degradasi Ekosisitem Mangrove f) Sukawangi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih g) Cabangbungin
Sedimentasi b. KSK bidang fungsi dan daya
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dukung lingkungan hidup
Penanganan Sampah adalah KSK Muaragembong;
c. KSK bidang sosial dan budaya
Pemanfaatan Ruang Laut
meliputi :
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
1. KSK Cikarang Pusat; dan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
2. Kecamatan Babelan.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
d. KSK bidang kepentingan
ancaman permasalahan sosial yang ada
pendayagunaan sumberdaya
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
alam dan teknologi tinggi,
pemukiman horizontal
berupa sumber alam minyak
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan dan gas bumi meliputi
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kawasan :
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, 1. Tambun Selatan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup 2. Babelan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi 3. Cabangbungin
lemah 4. Sukawangi
5. Karang Bahagia
6. Cikarang Timur
95
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence 7. Pebayuran
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 8. Muaragembong
Banjir/Genangan 9. Tarumajaya
Abrasi dan Kerusakan Pantai 10.Cibarusah.
Degradasi Ekosisitem Mangrove (5) Rencana tata ruang KSK
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih sebagaimana dimaksud pada
Sedimentasi ayat (4) ditetapkan dengan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Peraturan Daerah.
Penanganan Sampah
Pasal 8 ayat (4)
Pemanfaatan Ruang Laut
Strategi pembangunan dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
peningkatan prasarana lainnya
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
sebagaimana dimaksud pada
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pasal 7 ayat (2) huruf c meliputi:
ancaman permasalahan sosial yang ada
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
b. mengoptimalkan pendaya-
pemukiman horizontal
gunaan dan pengelolaan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan prasarana sumberdaya air
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas untuk meningkatkan dan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, mempertahankan jaringan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup irigasi yang ada dalam rangka
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi ketahanan pangan; suplay air
lemah baku untuk air minum;
pengendalian banjir dan
kekeringan.
96
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence f. mengoptimalkan pendaya-
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut gunaan pengelolaan dan
Banjir/Genangan pengembangan sumberdaya
Abrasi dan Kerusakan Pantai air untuk meningkatkan dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove mempertahankan jaringan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih irigasi yang ada dalam rangka
Sedimentasi ketahanan pangan; suplay air
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri baku untuk air minum;
Penanganan Sampah pengendalian banjir dan
kekeringan.
Pemanfaatan Ruang Laut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Pasal 8 ayat (5)
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Strategi pembangunan dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
peningkatan prasarana
ancaman permasalahan sosial yang ada
lingkungan sebagai upaya
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
peningkatan kualitas lingkungan,
pemukiman horizontal
sebagaimana dimaksud pada
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan pasal 7 ayat (2) huruf d, meliputi :
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, a. meningkatkan penyediaan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dan kualitas pelayanan air
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi minum sistem perpipaan
lemah Instalasi Pengolahan Air (IPA)
di kawasan perkotaan.
b. mengembangkan system
97
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pengelolaan persampahan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dengan teknik dan metoda
Banjir/Genangan yang berwawasan lingkungan;
Abrasi dan Kerusakan Pantai c. meningkatkan penyediaan
Degradasi Ekosisitem Mangrove sarana dan prasarana
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih persampahan, serta
Sedimentasi pengelolaan berbasis
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri masyarakat melalui integrasi
Penanganan Sampah 3R dengan prinsip
berkelanjutan, mandiri dan
Pemanfaatan Ruang Laut
tuntas ditempat secara
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
mandiri dan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
berkesinambungan;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
d. mengembangkan sarana dan
ancaman permasalahan sosial yang ada
prasarana pengolahan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
sampah;
pemukiman horizontal
e. mengembangkan prasarana
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan drainase;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas f. meningkatkan upaya mitigasi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, dalam mengantisipasi potensi
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup bencana di Kabupaten.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
lemah Pasal 8 ayat (6)
Strategi peningkatan pelestarian
fungsi kawasan lindung
98
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sebagaimana dimaksud pada
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut pasal 7 ayat (2) huruf e, meliputi :
Banjir/Genangan
Abrasi dan Kerusakan Pantai a. mempertahankan kawasan
Degradasi Ekosisitem Mangrove lindung yang telah ditetapkan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dan merehabilitasi secara
Sedimentasi bertahap kawasan lindung
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri yang telah mengalami
Penanganan Sampah penurunan fungsi;
Pemanfaatan Ruang Laut
Pasal 8 ayat (7)
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Strategi optimalisasi
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pendayagunaan kawasan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
budidaya secara sinergi sesuai
ancaman permasalahan sosial yang ada
dengan daya dukung dan daya
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
tampung lingkungan dalam
pemukiman horizontal
konteks pembangunan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan berkelanjutan sebagaimana
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas dimaksud pada pasal 7 ayat (2)
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, huruf f, meliputi :
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi b. mempertahankan kawasan
lemah pertanian lahan basah
dan/atau beririgasi teknis;
c. mengendalikan alih fungsi
99
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence lahan basah sawah menjadi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut kegiatan budi daya lainnya;
Banjir/Genangan d. mendorong dan memfasilitasi
Abrasi dan Kerusakan Pantai pengembangan hunian
Degradasi Ekosisitem Mangrove vertical bersubsidi bagi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih masyarakat golongan
Sedimentasi ekonomi lemah dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri menengah di kawasan
Penanganan Sampah perkotaan untuk mengatasi
persoalan kawasan kumuh
Pemanfaatan Ruang Laut
perkotaan;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Pasal 12 ayat (6)
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Rencana pengembangan
ancaman permasalahan sosial yang ada
transportasi laut sebagaimana
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
dimaksud dalam pasal 12 ayat (1)
pemukiman horizontal
huruf b berupa pembangunan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan pelabuhan peti kemas di
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Kecamatan Muaragembong,
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Kecamatan Babelan dan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Kecamatan Tarumajaya dengan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi luas kurang lebih 740 Ha;
lemah
Pasal 17 ayat (3)
Pengembangan jaringan air baku
100
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence untuk air minum sebagaimana
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dimaksud pada Pasal 16 huruf c
Banjir/Genangan meliputi :
Abrasi dan Kerusakan Pantai a. peningkatan kapasitas produksi
Degradasi Ekosisitem Mangrove instalasi pengolahan air (IPA),
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih meliputi IPA Babelan, IPA Tegal
Sedimentasi Gede, IPA Sukatani, IPA
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Cabangbungin, IPA Cibarusah,
Penanganan Sampah IPA Cikarang Baru, IPA Cikarang
Lippo, Deep Well Setu, Deep
Pemanfaatan Ruang Laut
Well Lemahabang, IPA Tanah
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Baru, IPA Tambun Selatan, IPA
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Tambun Utara dan IPA
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Tambelang;
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. peningkatan jangkauan distribusi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pelayanan jaringan air minum
pemukiman horizontal
dengan sistem perpipaan hingga
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan enam puluh persen; dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas c. pengembangan Instalasi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Pengolahan Air seluruh
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Kecamatan di Kabupaten Bekasi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
lemah masyarakat.
101
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 17 Ayat (4)
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Sistem pengendalian banjir
Banjir/Genangan sebagaimana dimaksud pada Pasal
Abrasi dan Kerusakan Pantai 16 huruf d meliputi :
Degradasi Ekosisitem Mangrove a. normalisasi sungai;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. pembangunan banjir kanal;
Sedimentasi c. pembangunan dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pengembangan tembok
Penanganan Sampah penahan tanah (tanggul);
d. pembangunan dan
Pemanfaatan Ruang Laut
pengembangan pintu air;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
e. pembangunan lubang-lubang
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
biopori di permukiman;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
f. penyediaan embung atau pond
ancaman permasalahan sosial yang ada
pengendali banjir di setiap
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kawasan permukiman mandiri;
pemukiman horizontal
g. penanaman pohon di
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan sempadan sungai, situ, rawa
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas dan lahan-lahan kritis.
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pasal 18
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi (1) Rencana prasarana lingkungan
lemah sebagaimana dimaksud pada
Pasal 13 huruf d,meliputi :
a. prasarana pengelolaan
102
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence persampahan;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut b. prasarana pengelolaan
Banjir/Genangan limbah;
Abrasi dan Kerusakan Pantai c. jalur evakuasi bencana dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove ruang evakuasi; dan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih d. prasarana jaringan drainase.
Sedimentasi (2) Rencana prasarana pengelolaan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri persampahan sebagaimana
Penanganan Sampah dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi :
Pemanfaatan Ruang Laut
a. peningkatan dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
pengembangan TPPAS di
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Desa Burangkeng
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Kecamatan Setu;
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. peningkatan dan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pembangunan Tempat
pemukiman horizontal
Penampungan Sementara
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan (TPS) dengan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pengelolaannya secara
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, merata di setiap Kecamatan;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup c. penerapan 3R (Recycle,
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Reuse, Reduse) dalam
lemah pengelolaan sampah mulai
dari sumber sampah
(domestic, niaga, industry
103
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dan lain-lain); dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut d. untuk melaksanakan
Banjir/Genangan sebagaimana dimaksud ayat
Abrasi dan Kerusakan Pantai (2) huruf c akan diatur lebih
Degradasi Ekosisitem Mangrove lanjut melalui Peraturan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Daerah tersendiri.
Sedimentasi (3) Rencana prasarana pengelolaan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri limbah sebagaimana dimaksud
Penanganan Sampah pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. peningkatan prasarana
Pemanfaatan Ruang Laut
pengolahan limbah di
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
kawasan industri;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
b. peningkatan prasarana
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pengolahan limbah di
ancaman permasalahan sosial yang ada
permukiman perkotaan;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
c. pembangunan Pusat
pemukiman horizontal
Pengolahan Limbah Industri
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan B-3 dengan alternatif di
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Desa Bojongmangu
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Kecamatan Bojongmangu.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup (4) Rencana jalur evakuasi bencana
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi dan ruang evakuasi
lemah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c berupa jalur
evakuasi dari ancaman bencana
104
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence menuju ruang evakuasi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut meliputi :
Banjir/Genangan a. jalur evakuasi bencana alam
Abrasi dan Kerusakan Pantai gelombang pasang/abrasi di
Degradasi Ekosisitem Mangrove Kecamatan Muaragembong,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Kecamatan Babelan dan
Sedimentasi Kecamatan Tarumajaya
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri melalui jalan kabupaten
Penanganan Sampah menuju ruang terbuka
dan/atau fasilitas umum
Pemanfaatan Ruang Laut
terdekat yang dapat
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
digunakan sebagai ruang
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
evakuasi bencana gelombang
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pasang/abrasi;
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. jalur evakuasi bencana alam
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
banjir menuju ruang
pemukiman horizontal
evakuasi berupa ruang
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan terbuka dan/atau fasilitas
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas umum terdekat yang dapat
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, menampung pengungsi
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup bencana meliputi :
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi 1. Kecamatan
lemah Muaragembong
2. Kecamatan Tarumajaya;
3. Kecamatan babelan;
105
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence 4. Kecamatan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Cabangbungin;
Banjir/Genangan 5. Kecamatan Sukakarya;
Abrasi dan Kerusakan Pantai 6. Kecamatan Sukawangi;
Degradasi Ekosisitem Mangrove 7. Kecamatan Cikarang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Utara;
Sedimentasi 8. Kecamatan Cikarang
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Timur;
Penanganan Sampah 9. Kecamatan Pebayuran;
10.Kecamatan
Pemanfaatan Ruang Laut
Kedungwaringin.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Pasal 20 ayat (1)
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Rencana pengembangan Kawasan
ancaman permasalahan sosial yang ada
lindung sebagaimana dimaksud
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pada pasal 19 huruf a seluas
pemukiman horizontal
kurang lebih 5.449 Ha meliputi :
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan a. mempertahankan kawasan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas hutan lindung;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, b. mempertahankan fungsi
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup kawasan lindung non hutan;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi c. merehabilitasi kawasan lindung
lemah berupa penanaman mangrove
di kawasan hutan lindung; dan
d. mengembangkan ekowisata
106
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dan agroforestri.
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut
Banjir/Genangan Pasal 22 ayat (3)
Abrasi dan Kerusakan Pantai Penetapan kawasan sempadan
Degradasi Ekosisitem Mangrove pantai sebagaimana dimaksud ayat
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (1) huruf b seluas kurang lebih 566
Sedimentasi Ha tersebar di :
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri a. Kecamatan Babelan;
Penanganan Sampah b. Kecamatan Tarumajaya;
c. Kecamatan Muaragembong.
Pemanfaatan Ruang Laut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Pasal 23
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kawasan suaka alam dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pelestarian alam sebagaimana
ancaman permasalahan sosial yang ada
dimaksud dalam pasal 20 ayat (2)
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
huruf c, terdapat di kawasan
pemukiman horizontal
mangrove Kecamatan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Muaragembong dengan luas
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kurang lebih 5.311 Ha atau sekitar
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, kurang lebih 4 % dari keseluruhan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup wilayah Kabupaten.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
lemah Pasal 24
Kawasan rawan bencana alam
sebagaimana dimaksud dalam
107
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pasal 20 ayat (2) huruf d meliputi :
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut a. kawasan rawan bencana
Banjir/Genangan gelombang pasang di
Abrasi dan Kerusakan Pantai Kecamatan Muaragembong;
Degradasi Ekosisitem Mangrove b. kawasan rawan bencana
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih banjir, yang terjadi di :
Sedimentasi 1. Kecamatan tambun Utara;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri 2. Kecamatan Tambun Selatan;
Penanganan Sampah 3. Kecamatan Tarumajaya;
4. Kecamatan Cibitung;
Pemanfaatan Ruang Laut
5. Kecamatan Cikarang Timur;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
6. Kecamatan Cikarang Utara;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
7. Kecamatan Cabangbungin;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
8. Kecamatan
ancaman permasalahan sosial yang ada
Kedungwaringin;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
9. Kecamatan Pebayuran;
pemukiman horizontal
10.Kecamatan Sukakarya;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan 11.Kecamatan Sukatani;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas 12.Kecamtan Sukawangi;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, 13.Kecamtan Tambelan;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup 14.Kecamatan babelan.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
lemah Pasal 25
Kawasan lindung geologi
sebagaimana dimaksud pada pasal
108
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence 20 ayat (2) huruf e meliputi :
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut a. Kawasan rawan bencana alam
Banjir/Genangan geologi abrasi di Kecamatan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Muaragembong.
Degradasi Ekosisitem Mangrove b. Kawasan yang memberikan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih perlindungan terhadap air
Sedimentasi tanah.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri
Penanganan Sampah Pasal 30 ayat (2) dan (3)
(2) Kawasan perikanan tangkap
Pemanfaatan Ruang Laut
sebagaimana dimaksud pada
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
ayat (1) huruf a, meliputi :
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
a. Kecamatan tarumajaya;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
b. Kecamatan Babelan; dan
ancaman permasalahan sosial yang ada
c. Kecamatan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Muaragembong.
pemukiman horizontal
(3) Kawasan perikanan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan sebagaimana dimaksud pada
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas ayat (1) huruf b meliputi:
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, a. Kecamatan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Muaragembong;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi b. Kecamatan Tarumajaya;
lemah c. Kecamatan Cikarang Pusat;
d. Kecamatan Bojongmangu;
e. Kecamatan Setu;
109
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence f. Kecamatan Serang Baru;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut g. Kecamatan Cikarang
Banjir/Genangan Selatan;
Abrasi dan Kerusakan Pantai h. Kecamatan Sukakarya;
Degradasi Ekosisitem Mangrove i. Kecamatan Tambun Selatan.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih
Sedimentasi Pasal 31 ayat (2)
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Kawasan peruntukan
Penanganan Sampah pertambangan strategis
sebagaimana dimaksud pada ayat
Pemanfaatan Ruang Laut
(1) berupa pertambangan minyak
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
dan gas bumi meliputi :
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
a. Kecamatan Babelan;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
b. Kecamatan Cibitung;
ancaman permasalahan sosial yang ada
c. Kecamatan Tambun Utara;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
d. Kecamatan Tambun Selatan;
pemukiman horizontal
e. Kecamatan Cikarang Timur;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan f. Kecamatan Cibarusah;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas g. Kecamatan Cabangbungin;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, h. Kecamatan Sukawangi;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup i. Kecamatan Sukakarya;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi j. Kecamatan Cikarang Utara;
lemah k. Kecamatan Karang Bahagia.
110
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 32 ayat (2)
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Industri besar sebagaimana
Banjir/Genangan dimaksud pada ayat (1) huruf a
Abrasi dan Kerusakan Pantai meliputi :
Degradasi Ekosisitem Mangrove a. Kecamatan Cikarang Pusat;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. Kecamatan Cikarang Utara;
Sedimentasi c. Kecamatan Cikarang Selatan;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri d. Kecamatan Cikarang Timur;
Penanganan Sampah e. Kecamatan Cikarang Barat;
f. Kecamatan Tarumajaya;
Pemanfaatan Ruang Laut
g. Kecamatan Cabangbungin;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
h. Kecamatan Babelan;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
i. Kecamatan Sukawangi.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ancaman permasalahan sosial yang ada
Pasal 34 ayat (1) dan (2)
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(1) Kawasan permukiman
pemukiman horizontal
sebagaimana dimaksud dalam
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan pasal 27 huruf g meliputi :
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas a. Lokasi kawasan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, permukiman tersebar di
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup seluruh kecamatan seluas
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi kurang lebih 13.918 Ha;
lemah b. Pengembangan kawasan
permukiman perkotaan
seluas kurang lebih 42.815
111
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Ha meliputi:
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 1. Kecamatan Cibitung;
Banjir/Genangan 2. Kecamatan Karang
Abrasi dan Kerusakan Pantai Bahagia;
Degradasi Ekosisitem Mangrove 3. Kecamatan Tambun
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Utara;
Sedimentasi 4. Kecamatan Sukatani;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri 5. Kecamatan Sukawangi;
Penanganan Sampah 6. Kecamatan Cikarang
Timur;
Pemanfaatan Ruang Laut
7. Kecamtan Cikarang
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Pusat;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
8. Kecamatan tambun
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Selatan;
ancaman permasalahan sosial yang ada
9. Kecamatan Serang Baru;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
10.Kecamatan Setu;
pemukiman horizontal
11.Kecamatan Cikarang
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Selatan;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas 12.Kecamatan Cikarang
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Barat.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup c. Pengembangan kawasan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi permukiman perdesaan
lemah seluas kurang lebih 4.060
Ha meliputi:
1. Kecamatan Babelan;
112
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence 2. Kecamatan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Muaragembong;
Banjir/Genangan 3. Kecamatan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Cabangbungin;
Degradasi Ekosisitem Mangrove 4. Kecamatan Cibarusah;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih 5. Kecamatan Bojongmangu
Sedimentasi 6. Kecamatan Serang Baru.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri (2) Pengembangan permukiman
Penanganan Sampah perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf
Pemanfaatan Ruang Laut
b diarahkan untuk :
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
a. pengembangan hunian
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
vertikal berupa rusunami
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dan rusunawa diperkotaan
ancaman permasalahan sosial yang ada
dan kawasan industri;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
b. pengembangan kawasan
pemukiman horizontal
permukiman mandiri; dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan c. Peningkatan sarana dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas prasarana dasar
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, permukiman.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup (3) Pengembangan permukiman
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi perdesaan sebagaimana
lemah dimaksud pada ayat (1) huruf
c diarahkan untuk :
a. Pengembangan hunian
113
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence horizontal; dan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut b. Peningkatan sarana dan
Banjir/Genangan prasarana dasar
Abrasi dan Kerusakan Pantai permukiman.
Degradasi Ekosisitem Mangrove
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Pasal 35
Sedimentasi (1) Kawasan peruntukan pesisir
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dan laut sebagaimana
Penanganan Sampah dimaksud dalam pasal 27 huruf
h meliputi :
Pemanfaatan Ruang Laut
a. Kecamatan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Muaragembong;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
b. Kecamatan Tarumajaya;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
c. Kecamatan Babelan.
ancaman permasalahan sosial yang ada
(2) Pengembangan kawasan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
peruntukan pesisir dan laut
pemukiman horizontal
meliputi:
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan a. Pengembangan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas permukiman nelayan;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, b. Bisnis kelautan.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup (3) Pengembangan kawasan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi permukiman nelayan
lemah sebagaimana dimaksud ayat (2)
huruf a terdapat di Kecamatan
Tarumajaya.
114
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence (4) Pengembangan kawasan bisnis
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut kelautan sebagaimana
Banjir/Genangan dimaksud ayat (2) huruf b
Abrasi dan Kerusakan Pantai diarahkan untuk:
Degradasi Ekosisitem Mangrove a. Pengembangan kawasan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih pelabuhan perikanan di
Sedimentasi Muara Bendera Kecamatan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Muaragembong;
Penanganan Sampah b. Pengembangan kawasan
perikanan tangkap dan
Pemanfaatan Ruang Laut
budidaya di Kecamatan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Muaragembong, Kecamatan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Tarumajaya dan Kecamatan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Babelan.
ancaman permasalahan sosial yang ada
c. Pengembangan kawasan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
perikanan di Kecamatan
pemukiman horizontal
Muaragembong;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan d. Pengembangan kawasan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pertambangan migas di
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Kecamatan Muaragembong;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup e. Pembangunan terminal
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi khusus Marunda Centre di
lemah Kecamatan Tarumajaya; dan
f. Pengembangan prasarana
pendukung industri
115
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pengolahan pertambangan.
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut
Banjir/Genangan Pasal 41 ayat (1) huruf a.7
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pembangunan prasarana
Degradasi Ekosisitem Mangrove transportasi laut meliputi:
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih a) pembangunan pelabuhan peti
Sedimentasi kemas di Kecamatan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Muaragembong, Kecamatan
Penanganan Sampah Babelan dan Kecamatan
Tarumajaya dengan luas kurang
Pemanfaatan Ruang Laut
lebih 740 Ha;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
b) pembangunan pelabuhan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
nelayan dan perumahan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
nelayan dengan sarana
ancaman permasalahan sosial yang ada
pendukungnya di Muara
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Bendera, Kecamatan
pemukiman horizontal
Muaragembong;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan c) pembangunan kawasan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pariwisata di pantai Sederhana-
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Pantai bahagia;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup d) pembangunan pusat
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi pendidikan terapan dalam
lemah rangka menunjang
perkembangan wilayah Panttai
Utara seluas 20 Ha.
116
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 41 ayat (1) huruf a.8
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Pembangunan Bandar udara di
Banjir/Genangan Kecamatan Muaragembong.
Abrasi dan Kerusakan Pantai
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 41 ayat (1) huruf c
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Pembangunan prasarana
Sedimentasi sumberdaya air meliputi:
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri 1. peningkatan pelayanan
Penanganan Sampah jaringan air bersih;
2. penyediaan air baku dengan
Pemanfaatan Ruang Laut
peningkatan pengelolaan situ;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
3. pembangunan prasarana
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pengendalian banjir.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ancaman permasalahan sosial yang ada
Pasal 41 ayat (1) huruf e.4
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Peningkatan ketersediaan air
pemukiman horizontal
bersih perkotaan dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan pengembangan Instalasi
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Pengolahan Air (IPA) atau Water
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Treatment Plant (WTP).
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Pasal 41 ayat (1) huruf e.5
lemah Pengembangan pengolahan air
limbah yang memperhatikan baku
mutu limbah cair dan merupakan
117
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence system yang terpisah dari
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut pengelolaan air limbah industri
Banjir/Genangan secara terpusat terutama pada
Abrasi dan Kerusakan Pantai kawasan perumahan padat, pusat
Degradasi Ekosisitem Mangrove bisnis dan sentra industri.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih
Sedimentasi Pasal 49
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Ketentuan umum peraturan zonasi
Penanganan Sampah pada system jaringan sumber
daya air daerah sebagaimana
Pemanfaatan Ruang Laut
dimaksud dalam pasal 44 ayat (2)
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
e, meliputi:
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
a. pemanfaatan ruang pada
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kawasan di sekitar wilayah
ancaman permasalahan sosial yang ada
sungai dengan tetap menjaga
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kelestarian lingkungan dan
pemukiman horizontal
fungsi lindung kawasan;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan b. ketentuan pelarangan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pendirian bangunan kecuali
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, bangunan yang dimaksud
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup untuk pengelolaan badan air
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi dan/atau pemanfaatan air;
lemah c. pendirian bangunan dibatasi
hanya untuk menunjang fungsi
taman rekreasi;
118
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence d. penetapan lebar sempadan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut sungai sesuai dengan
Banjir/Genangan ketentuan peraturan
Abrasi dan Kerusakan Pantai perundang-undangan;
Degradasi Ekosisitem Mangrove e. pemanfaatan ruang di sekitar
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih wilayah sungai lintas Negara
Sedimentasi dan lintas provinsi secara
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri selaras dengan pemanfaatan
Penanganan Sampah ruang pada wilayah sungai di
Negara/provinsi yang
Pemanfaatan Ruang Laut
berbatasan.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Pasal 52
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
(2) Ketentuan umum peraturan
ancaman permasalahan sosial yang ada
zonasi untuk kawasan resapan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
air sebagaimana dimaksud
pemukiman horizontal
pada ayat (1) huruf a, disusun
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan dengan memperhatikan:
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas a. Pemanfaatan ruang secara
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, terbatas untuk kegiatan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup budi daya tidak terbangun
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi yang memiliki kemampuan
lemah tinggi dalam menahan
limpasan air hujan;
b. Penyediaan sumur resapan
119
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dan/atau waduk pada lahan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut terbangun yang sudah ada;
Banjir/Genangan c. Penerapan zero delta Q
Abrasi dan Kerusakan Pantai policy terhadap setiap
Degradasi Ekosisitem Mangrove kegiatan budi daya
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih terbangun yang diajukan
Sedimentasi izinnya;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri d. Peningkatan fungsi lindung
Penanganan Sampah pada area yang telah
mengalami alih funggsi
Pemanfaatan Ruang Laut
melalui pengembangan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
vegetasi tegakan tinggi yang
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
mampu memberikan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
perlindungan terhadap
ancaman permasalahan sosial yang ada
permukaan tanah dan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
mampu meresapkan air ke
pemukiman horizontal
dalam tanah;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan e. Percepatan rehabilitasi
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas lahan yang mengalami
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, kerusakan;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup f. Mengoptimalkan fungsi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi lahan melalui
lemah pengembangan hutan;
g. Meningkatkan kegiatan
pariwisata alam;
120
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence h. Pengolahan lahan tanah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut secara sipil teknis sehingga
Banjir/Genangan kawasan ini memberikan
Abrasi dan Kerusakan Pantai kemampuan peresapan air
Degradasi Ekosisitem Mangrove yang lebih tinggi.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (3) Ketentuan umum peraturan
Sedimentasi zonasi untuk kawasan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sempadan pantai dan
Penanganan Sampah berhutan bakau sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf
Pemanfaatan Ruang Laut
b, disusun dengan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
memperhatikan:
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
a. Sosialisasi rencana
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pengelolaan kawasan
ancaman permasalahan sosial yang ada
sempadan pantai kepada
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
seluruh masyarakat yang
pemukiman horizontal
bermukim di sekitar pantai
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan dan kepada seluruh
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas stakeholders pembangunan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, kerkait;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup b. Melarang kegiatan budi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi daya yang dapat
lemah mengganggu kelestarian
fungsi pantai, merusak
kualitas air, kondisi fisik dan
121
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dasar pantai;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut c. Mengembangkan terumbu
Banjir/Genangan karang buatan untuk
Abrasi dan Kerusakan Pantai meningkatkan fungsi
Degradasi Ekosisitem Mangrove ekologis pesisir;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih d. Pada kawasan sempadan
Sedimentasi yang memiliki fungsi sebagai
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri kawasan budidaya seperti;
Penanganan Sampah Permukiman perkotaan dan
pedesaan, pariwisata,
Pemanfaatan Ruang Laut
pelabuhan, pertahanan dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
keamanan, serta kawasan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
lainnya, pengembangannya
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
harus sesuai dengan
ancaman permasalahan sosial yang ada
peruntukan lahan yang telah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
ditentukan dalam rencana
pemukiman horizontal
tata ruang kawasan pesisir;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan e. Memantapkan kawasan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas lindung di daratan untuk
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, menunjang kelestarian
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup kawasan lindung pantai;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi f. Bangunan yang boleh ada di
lemah sempadan pantai antara lain
dermaga, tower penjaga
keselamatan pengunjung
122
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pantai;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut g. Pemanfaatan ruang untuk
Banjir/Genangan kegiatan yang mampu
Abrasi dan Kerusakan Pantai melindungi atau
Degradasi Ekosisitem Mangrove memperkuat perlindungan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih sempadan pantai dari abrasi
Sedimentasi dan filtrasi air laut kedalam
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri tanah;
Penanganan Sampah h. Pemanfaatan ruang untuk
kegiatan sarana dan
Pemanfaatan Ruang Laut
prasarana yang mendukung
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
transportasi laut;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
i. Menjadikan kawasan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
lindung sepanjang pantai
ancaman permasalahan sosial yang ada
yang memiliki nilai ekologis
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
sebagai obyek wisata dan
pemukiman horizontal
penelitian;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan j. Pengembalian fungsi lindung
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pantai yang mengalami
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, kerusakan;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup k. Inventarisasi dan evaluasi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi potensi, lokasi dan
lemah penyebaran ekosistem
mangrove;
l. Penunjukan, penatabatasan
123
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dan pengukuhan ekosistem
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut mangrove sesuai dengan
Banjir/Genangan fungsi dan tata ruangnya;
Abrasi dan Kerusakan Pantai m. Rehabilitasi ekosistem
Degradasi Ekosisitem Mangrove mangrove yang mengalami
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih degradasi;
Sedimentasi n. Perlindungan ekosistem
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri mangrove dari perusakan,
Penanganan Sampah gangguan, ancaman, hama
dan penyakit;
Pemanfaatan Ruang Laut
o. Pengembangan kawasan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
penati berhutan bakau
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
harus disertai dengan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pengendalian pemanfaatan
ancaman permasalahan sosial yang ada
ruang;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
p. Koefisien dasar kegiatan
pemukiman horizontal
budidaya terhadap luas
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan hutan bakau maksimum
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas 30 %.
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, (4) Ketentuan umum peraturan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup zonasi untuk sempadan sungai
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi dan kawasan sekitar situ
lemah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, disusun
dengan memperhatikan:
124
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence a. Pemempertahankan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut sempadan sungai sehingga
Banjir/Genangan terhindar dari erosi dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai kerusakan kualitas air
Degradasi Ekosisitem Mangrove sungai;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. Pencegahan dilakukan
Sedimentasi kegiatan budidaya di
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sepanjang sungai yang dapat
Penanganan Sampah mengganggu atau merusak
kualitas air sungai;
Pemanfaatan Ruang Laut
c. Pengendalian terhadap
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
kegiatan yang telah ada di
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
sepanjang sungai agar tidak
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
berkembang lebih jauh;
ancaman permasalahan sosial yang ada
d. Melarang pembuangan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
limbah industri ke sungai;
pemukiman horizontal
e. Pemanfaatan ruang untuk
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan ruang terbuka hijau;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas f. Ketentuan pelarangan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, pendirian bangunan kecuali
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup bangunan yang
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi dimaksudkan untuk
lemah pengelolaan badan air
dan/atau pemanfaatan air;
g. Perlindungan sekitar
125
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence waduk/danau untuk
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut kegiatan yang menyebabkan
Banjir/Genangan alih fungsi dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai menyebabkan kerusakan
Degradasi Ekosisitem Mangrove kualitas sumber air;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih h. Pelestarian waduk beserta
Sedimentasi seluruh tangkapan air di
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri atasnya;
Penanganan Sampah i. Waduk yang digunakan
untuk pariwisata diijinkan
Pemanfaatan Ruang Laut
membangun selama tidak
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
mengurangi kualitas tata air
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
yang ada;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
j. Pengembangan tanaman
ancaman permasalahan sosial yang ada
perdu, tanaman tegakan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
tinggi, dan penutup tanah
pemukiman horizontal
untuk melindungi
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan pencemaran dan erosi
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas terhadap air;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, k. Membatasi dan tidak boleh
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup menggunakan lahan secara
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi langsung untuk bangunan
lemah yang tidak berhubungan
dengan konservasi waduk;
l. Pendirian bangunan dibatasi
126
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence hanya untuk menunjang
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut fungsi taman rekreasi;
Banjir/Genangan m. Penetapan lebar sempadan
Abrasi dan Kerusakan Pantai sesuai dengan ketentuan
Degradasi Ekosisitem Mangrove peraturan perundang-
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih undangan.
Sedimentasi (7) Ketentuan umum peraturan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri zonasi untuk kawasan suaka
Penanganan Sampah alam dan pelestarian alam
sebagaimana dimaksud ayat (1)
Pemanfaatan Ruang Laut
huruf f, disusun dengan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
memperhatikan :
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
a. Pengendalian pemanfaatan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ruang untuk wisata alam
ancaman permasalahan sosial yang ada
tanpa mengubah bentang
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
alam;
pemukiman horizontal
b. pelestarian flora,fauna dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan ekosistem unik kawasan;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas c. pembatasan pemanfaatan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, sumber daya alam;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup d. Ketentuan pelarangan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi kegiatan yang dapat
lemah mengganggu fungsi
kawasan dalam melindungi
plasma/genetik;
127
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence e. Ketentuan pelarangan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut penangkapan satwa yang
Banjir/Genangan dilindungi peraturan
Abrasi dan Kerusakan Pantai perundangan;
Degradasi Ekosisitem Mangrove f. Pembatasan kegiatan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih pemanfaatan sumber daya
Sedimentasi kelautan untuk
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri mempertahankan makanan
Penanganan Sampah bagi biota yang bermigrasi.
(9) Untuk kawasan rawan banjir
Pemanfaatan Ruang Laut
ketentuan umum peraturan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
zonasi sebagaimana dimaksud
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pada ayat (1) huruf h, disusun
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dengan memperhatikan;
ancaman permasalahan sosial yang ada
a. Pemanfaatan ruang dengan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
mempertimbangkan
pemukiman horizontal
karakteristik, jenis, dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan ancaman bencana;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas b. Melesterikan kawasan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, lindung dan kawasan hulu
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup sungai;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi c. Pembuatan sumur resapan
lemah di kawasan perkotaan dan
pedesaan, kawasan
pertanian yang dilengkapi
128
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dengan embung, bendung
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut maupun cek dam,
Banjir/Genangan pembuatan bendungan
Abrasi dan Kerusakan Pantai baru;
Degradasi Ekosisitem Mangrove d. Membuat saluran
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih pembuangan yang
Sedimentasi terkoneksi dengan baik
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pada jaringan primer,
Penanganan Sampah sekunder maupun tersier,
serta tidak menyatukan
Pemanfaatan Ruang Laut
fungsi irigasi untuk drainase;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
e. Penentuan lokasi dan jalur
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
evakuasi dari permukiman
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
penduduk;
ancaman permasalahan sosial yang ada
f. Pembatasan pendirian
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
bangunan kecuali untuk
pemukiman horizontal
kepentingan pemantauan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan ancaman bencana dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kepentingan umum;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, g. Penetapan batas dataran
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup banjir;
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi h. Pemanfaatan dataran banjir
lemah bagi ruang terbuka hijau
dan pembangunan fasilitas
umum dengan kepadatan
129
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence rendah;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut i. Ketentuan pelarangan
Banjir/Genangan pemanfaatan ruang bagi
Abrasi dan Kerusakan Pantai kegiatan permukiman dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove fasilitas umum penting
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih lainnya.
Sedimentasi (10) Untuk kawasan rawan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri abrasi pantai, ketentuan
Penanganan Sampah umum peraturan zonasi
sebagaimana dimaksud pada
Pemanfaatan Ruang Laut
ayat (1) huruf i, disusun dengan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
memperhatikan;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
a. Pendekatan rekajasa
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
struktur dengan cara system
ancaman permasalahan sosial yang ada
polder, bangunan pemecah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
gelombang, penurapan;
pemukiman horizontal
b. Pendekatan rekayasa non
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan struktur dengan cara
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas merehabilitasi hutan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, mangrove di daerah pesisir.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Pasal 53
lemah (9) Ketentuan umum peraturan
zonasi untuk kawasan
peruntukan pesisir dan laut
130
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sebagaimana dimaksud pada
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut ayat (1) huruf h, disusun
Banjir/Genangan dengan memperhatikan:
Abrasi dan Kerusakan Pantai a. Pemanfaatan ruang untuk
Degradasi Ekosisitem Mangrove permukiman nelayan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dengan kepadatan rendah;
Sedimentasi b. Pemanfaatan ruang untuk
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pengembangan energi;
Penanganan Sampah c. Pembatasan kawasan
budidaya tambak dengan
Pemanfaatan Ruang Laut
atau tanpa unit
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
pengolahannya sesuai
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
ketentuan peraturan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
perundang-undangan;
ancaman permasalahan sosial yang ada
d. Ketentuan memenuhi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
syarat pengelolaan
pemukiman horizontal
lingkungan, memperhatikan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan kemampuan system tata air
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas setempat serta
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, menggunakan teknologi
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup yang ramah lingkungan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi untuk kegiatan selain
lemah kegiatan konservasi,
pendidikan, dan pelatihan;
e. Ketentuan peningkatan
131
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence kualitas lingkungan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut permukiman serta
Banjir/Genangan prasarana dan sarana dasar
Abrasi dan Kerusakan Pantai lingkungan permukiman di
Degradasi Ekosisitem Mangrove kawasan pesisir, serta
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih penurunan luasan kawasan
Sedimentasi kumuh;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri f. Ketentuan penyediaan
Penanganan Sampah infrastruktur pendukung
bagi bisnis kelautan dan
Pemanfaatan Ruang Laut
wisata bahari;
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
g. Ketentuan pengaturan dan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
penataan kawasan bisnis
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kelautan dan wisata bahari.
ancaman permasalahan sosial yang ada
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pemukiman horizontal
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
lemah
132
REKOMENDASI HASIL KLHS TELUK JAKARTA
DALAM KRP PROVINSI DKI JAKARTA
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence RTRW 2010-2030 Raperda RTRW Provinsi DKI
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Jakarta 2010 – 2030, khususnya
Banjir/Genangan Kawasan Strategis Pantura didalam bagian Penjelasan agar
Abrasi dan Kerusakan Pantai dilengkapi dengan materi
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 97 tersebut dibawah ini.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (1) Kawasan strategis Pantura
Sedimentasi sebagaimana dimaksud dalam A. Land Subsidence
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pasal 93 ayat (2), Pengkajian terhadap kondisi
Penanganan Sampah pengembangan areal reklamasi geologi di kawasan Pantura
dan kawasan daratan pantai menunjukkan penurunan
Pemanfaatan Ruang Laut
secara terpadu yang bersama- muka tanah rata-rata 3-5
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
sama ditetapkan sebagai satu cm/tahun atau 60 – 100 cm
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kawasan perencanaan. per 20 tahun (hasil studi
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
(2) Pelaksanaan reklamasi JWRMS periode tahun 1970-
ancaman permasalahan sosial yang ada
sebagaimana dimaksud pada 1990 an). Oleh karena itu
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
ayat (1), harus memperhatikan perlu ditetapkan kebijakan
pemukiman horizontal
kepentingan lingkungan, pengendalian hingga
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan kepentingan kepelabuhan,
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pelarangan penggunaan air
kepentingan kawasan berhutan tanah, sedangkan untuk
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, bakau, kepentingan nelayan,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup penyediaan air bersih
dampak terhadap banjir rob dilakukan melalui sistem
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi dan kenaikan permukaan laut
lemah perpipaan.
38
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence serta sungai, kepentingan dan B. ‘Rob’ dan Kenaikan Muka Air
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut fungsi lain yang ada di kawasan Laut
Banjir/Genangan pantura. Perlu perbaikan tanggul yang
Abrasi dan Kerusakan Pantai ada untuk mengatasi masalah
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 98 ‘rob’ khususnya di daerah
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (1) Penyelenggaraan reklamasi rawan banjir ‘rob’
Sedimentasi Pantura sebagaimana dimaksud Adanya penurunan muka
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dalam Pasal 97, diarahkan bagi tanah 5-10 cm/tahun di
Penanganan Sampah terwujudnya lahan hasil pesisir (hasil studi JCDS tahun
reklamasi siap bangun dan 2000-2010) sehingga perlu
Pemanfaatan Ruang Laut
pemanfaatannya sesuai dengan diantisipasi oleh pengembang
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
tata ruang yang terpadu dengan reklamasi memanfaatkan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
penataan kembali kawasan tanggul reklamasi sekaligus
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
daratan Pantura. sebagai antisipasi banjir ‘rob’
ancaman permasalahan sosial yang ada
(2) Penataan kembali kawasan di daratan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
daratan Pantura sebagaimana C. Banjir/ Genangan (Sistem
pemukiman horizontal
dimaksud pada ayat (1), Prasarana Pengendalian Daya
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan diarahkan bagi tercapainya Rusak Air)
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas penataan ruang yang berhasil Perlu ditangani dan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, guna dan berdaya guna, diprioritaskan penanganan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup peningkatan kualitas lingkungan masalah genangan air yang
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi dan perumahan, pelestarian terjadi dan banjir
lemah bangunan bersejarah, Perlu dilakukan
kelancaran lalu lintas, dan pengoptimalan rumah pompa
peningkatan fungsi sistem dan dalam pembuatan
39
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pengendalian banjir baik itu tanggul perlu diperhitungkan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut banjir rob dan kenaikan muka kenaikan muka laut + 5
Banjir/Genangan laut/sungai. mm/tahun akibat pengaruh
Abrasi dan Kerusakan Pantai (3) Penyelenggaraan reklamasi iklim global
Degradasi Ekosisitem Mangrove serta pengelolaan tanah hasil Penanganan banjir/genangan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih reklamasi dan penataan perlu terintegrasi dalam
Sedimentasi kembali kawasan daratan sistem makro Jakarta, dengan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pantura sebagaimana dimaksud prinsip :
Penanganan Sampah pada ayat (1) dan ayat (2), 1. Sistem tata air Jakarta 2030
dilaksanakan secara terpadu (upstream to downstream)
Pemanfaatan Ruang Laut
melalui kerjasama usaha yang
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
saling menguntungkan antara Air ditahan di dataran tinggi
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Pemerintah Daerah, (Puncak), disimpan dalam
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Masyarakat, dan dunia usaha. situ/waduk di kawasan
ancaman permasalahan sosial yang ada
Bogor, Depok, dan Jakarta
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Pasal 99 Selatan.
pemukiman horizontal
(1) Pengembangan kawasan Dari Banjir Kanal ke arah
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Pantura harus menjamin: Utara menggunakan sistem
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas a. terpeliharanya ekosistem dan polder.
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, kelestarian kawasan hutan 2. Peningkatan rasio badan air
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup lindung, hutan bakau, cagar (water body ratio) hingga
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi alam dan biota laut; lebih dari 5%.
lemah b. pemanfaatan pantai untuk 3. Rencana teknis
kepentingan umum; pengendalian banjir :
c. kepentingan perikehidupan a. Perbaikan kapasitas
40
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence nelayan; saluran makro
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut d. kelestarian bangunan dan b. Pembangunan Banjir
Banjir/Genangan lingkungan bersejarah; Kanal Timur
Abrasi dan Kerusakan Pantai e. kepentingan dan c. Pembangunan
Degradasi Ekosisitem Mangrove terselenggaranya kegiatan Cengkareng Drain
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih pertahanan keamanan negara; d. Sodetan BKT-BKB
Sedimentasi f. terselenggaranya e. Pengerukan dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pengembangan sistem pelebaran sungai
Penanganan Sampah prasarana sumber daya air f. Perbaikan pintu air
secara terpadu; g. Penambahan dan
Pemanfaatan Ruang Laut
g. tidak memberikan tambahan perbaikan sistem sub-
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
resiko banjir di daerah hulunya makro
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
baik akibat rob, kenaikan h. Perbaikan sistem mikro
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
permukaan laut/sungai; dan i. Pengembangan sumur
ancaman permasalahan sosial yang ada
h. terselenggara/berfungsinya resapan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
objek/instalasi vital di kawasan j. Pembangunan bangunan
pemukiman horizontal
Pantura dengan penahan lumpur
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan memperhatikan aspek-aspek k. Pengembangan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas ekologis lingkungan. tampungan setempat
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, (2) Pengembangan kawasan (OSD : on-site
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pantura sebagaimana dimaksud stormwater detention)
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi pada ayat (1), harus l. Pembangunan Lubang
lemah memperhatikan aspek sebagai Resapan Biopori
berikut: 4. Upaya non teknis
a. peningkatan fungsi Pelabuhan; pengendalian banjir :
41
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence b. pengembangan Kawasan a. Basis wilayah aliran
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Strategis Ekonomi; sungai (hulu/penahan –
Banjir/Genangan c. pengembangan areal tengah/storage –
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pelabuhan Sunda Kelapa dan hilir/penampungan)
Degradasi Ekosisitem Mangrove sekitarnya untuk pusat wisata, b. Pembatasan penggunaan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih pusat perdagangan/jasa, dan airtanah
Sedimentasi pelayaran rakyat secara c. Pengembangan situ dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri terbatas; waduk
Penanganan Sampah d. dilaksanakan serasi dengan d. Pengembangan dan
penataan dan pengelolaan pemanfaatan bantaran
Pemanfaatan Ruang Laut
Kepulauan Seribu; sungai
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
e. pemanfaatan ruang rekreasi e. Redevelopment kawasan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
dan wisata dengan perumahan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
memperhatikan konservasi f. Pengendalian
ancaman permasalahan sosial yang ada
nilai budaya daerah dan pembuangan limbah dan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
bangsa serta kebutuhan wisata sampah ke dalam sungai
pemukiman horizontal
nasional dan internasional; dan dan laut
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan f. didukung dengan g. Penertiban bangunan di
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pengembangan prasarana dan atas aliran sungai
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, sarana perkotaan secara h. Konservasi DAS
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup terpadu.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi D. Abrasi dan Kerusakan Pantai
lemah Pasal 100 Perlu penanggulangan abrasi
(1) Pengembangan kawasan dan kerusakan pantai
Pantura sebagaimana dimaksud
42
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dalam Pasal 99, dibagi menjadi E. Degradasi Ekosistem
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut beberapa sub-kawasan dengan Mangroove
Banjir/Genangan memperhatikan kondisi Perlu adanya kebijakan yang
Abrasi dan Kerusakan Pantai kawasan daratan Pantura dan jelas tentang peruntukkan
Degradasi Ekosisitem Mangrove perairan di sekitarnya. dan rehabilitasi mangrove
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (2) Sub-kawasan sebagaimana termasuk upaya
Sedimentasi dimaksud dalam ayat (1) pemeliharaan/perlindungan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri merupakan satu kesatuan serta lokasinya dengan
Penanganan Sampah perencanaan yang memperhatikan karakteristik
dikembangkan dengan sistem habitat mangrove di Pantura
Pemanfaatan Ruang Laut
infrastruktur terpadu. Jakarta
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta Perlu kebijakan pertanahan
Pasal 101 mengingat banyaknya daerah
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
(1) Sistem prasarana sumber daya hutan mangrove yang sudah
ancaman permasalahan sosial yang ada
air di kawasan reklamasi tergerus (abrasi)
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Pantura merupakan bagian dari mengakibatkan kemunduran
pemukiman horizontal
sistem prasarana sumber daya garis pantai, dimana didaerah
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan air makro dan jalur sekitarnya terdapat tanah
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas perpanjangan saluran dan milik masyarakat yang
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, sungai yang melalui kawasan menimbulkan masalah
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup daratan pantai. pertanahan/ bukti
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi (2) Untuk mencegah banjir yang kepemilikan
lemah mungkin terjadi
pengembangan kawasan F. Ketersediaan dan Kerawanan
Pantura harus Air Bersih (Rencana Sistem
43
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence mengembangkan sistem dan Jaringan Air Bersih)
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut jaringan drainase dan sistem
Banjir/Genangan pengendalian banjir yang Penyediaan air bersih DKI Jakarta
Abrasi dan Kerusakan Pantai direncanakan secara teknis sebagian besar didukung
Degradasi Ekosisitem Mangrove termasuk waduk beberapa sumber air baku diluar
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih penampungan air dengan rasio Jakarta, yaitu Waduk Jatiluhur,
Sedimentasi minimal per pulaunya sebesar terletak sekitar 60 km di sebelah
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri 5%. Timur Jakarta, mata air Ciburial
Penanganan Sampah (3) Waduk penampungan air berlokasi sekitar 60 km di Selatan
sebagaimana dimaksud pada Jakarta, Sungai Ciliwung, Sungai
Pemanfaatan Ruang Laut
ayat (2), berfungsi sebagai Cilandak, Sungai Krukut, Sungai
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
ruang terbuka. Pesanggrahan, dan air curah dari
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
IPA Cisadane milik PDAM
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Pasal 102 Kabupaten Tangerang yang
ancaman permasalahan sosial yang ada
(1) Penyediaan air bersih di berlokasi sekitar 30 km di sebelah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kawasan Pantura dilakukan Tenggara Jakarta. Air dari Waduk
pemukiman horizontal
dengan cara-cara ramah Jatiluhur yang dikelola Otorita
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan lingkungan dan mengarah Jatiluhur disalurkan ke IPA Buaran
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kepada sustainable solution melalui Kanal Tarum Barat, IPA
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, dengan memanfaatkan Cisadane dimiliki oleh Pemda
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup alternatif sumber air baku baru Kabupaten Tangerang, dan mata
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi dan dilengkapi dengan sistem air Ciburial dimiliki oleh Pemda
lemah jaringan perpipaan secara Kabupaten Bogor.
terpadu.
(2) Pengelolaan penyediaan air
44
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence bersih sebagaimana dimaksud Penyediaan air bersih DKI Jakarta
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut pada ayat (1), dapat dikelola oleh Perusahaan Daerah
Banjir/Genangan dilaksanakan secara mandiri Air Minum Jakarta Raya (PAM
Abrasi dan Kerusakan Pantai dengan mengembangkan Jaya) bermitra dengan swasta,
Degradasi Ekosisitem Mangrove sistem penyediaan air bersih yaitu PT Lyonnaise Jaya (Palyja)
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih yang ada dan/atau untuk wilayah Barat dan PT
Sedimentasi membangun sistem Thames PAM Jaya (TPJ) yang kini
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pengolahan teknologi yang menjadi PT Aetra Air Jakarta
Penanganan Sampah baru. untuk wilayah Timur, melalui
Perjanjian Kerja Sama (PKS)
Pemanfaatan Ruang Laut
Pasal 103 hingga tahun 2023, sedangkan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
(1) Limbah cair rumah tangga penyediaan air bersih wilayah
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
dan/atau limbah cair yang Kota Pantai Utara direncanakan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
bersumber dari kegiatan lain dikelola oleh Pemda Provinsi DKI
ancaman permasalahan sosial yang ada
wajib memenuhi baku mutu Jakarta.
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
limbah cair yang
pemukiman horizontal
pengelolaannya dilakukan Peningkatkan pelayanan air
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan dengan cara modul dan/atau bersih direncanakan seluruhnya
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas terpusat. dengan sistem perpipaan kota
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, (2) Limbah cair yang memenuhi secara bertahap untuk
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup baku mutu sebagaimana membatasi penggunaan airtanah
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi dimaksud pada ayat (1), dalam guna menghindarkan
lemah disalurkan ke saluran umum amblesan tanah dan intrusi air
dan tidak berakibat pada laut. Penyediaan air bersih
penurunan kualitas air laut, perpipaan direncanakan
45
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dan dilaksanakan sesuai meningkat menjadi 80% pada
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dengan ketentuan peraturan tahun 2015 dan 100% pada akhir
Banjir/Genangan perundang-undangan. tahun rencana.
Abrasi dan Kerusakan Pantai
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pasal 104 Dengan mempertimbangkan hal-
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (1) Pengembangan kawasan hal diatas, maka perlu :
Sedimentasi Pantura harus diawali 1. Arahan pengembangan sistem
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri perencanaan reklamasi yang dan jaringan air bersih
Penanganan Sampah disusun secara cermat dan meliputi :
terpadu sekurang-kurangnya a. Pengembangan sumber air
Pemanfaatan Ruang Laut
mencakup: permukaan sebagai air baku
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
a. rencana teknik reklamasi; air bersih untuk memenuhi
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
b. rencana pemanfaatan ruang kebutuhan DKI Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
hasil reklamasi; dengan tingkat konsumsi
ancaman permasalahan sosial yang ada
c. rencana rancang bangun; sebesar 150 liter/orang/hari
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
d. rencana penyediaan prasarana b. Pembangunan instalasi
pemukiman horizontal
dan sarana; pengolahan air bersih dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan e. analisis dampak lingkungan; perluasan jaringan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas f. rencana kelola lingkungan; perpipaan air bersih
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, g. rencana pemantauan c. Akses pelayanan air bersih
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup lingkungan; dilakukan melalui :
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi h. rencana lokasi pengambilan Peningkatan kapasitas
lemah bahan material; produksi air bersih dari
i. rencana pembiayaan;dan sumber air eksisting untuk
j. rencana pengelolaan air bersih memenuhi kebutuhan air
46
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dan air limbah serta pada masa mendatang;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut pengendalian banjir. Optimalisasi
Banjir/Genangan (2) Pengembangan dan pengoperasian jaringan
Abrasi dan Kerusakan Pantai perencanaan reklamasi distribusi baru pada
Degradasi Ekosisitem Mangrove sebagaimana dimaksud pada instalasi pengolahan air
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih ayat (1), dilakukan berdasarkan yang ada dan yang akan
Sedimentasi arahan sebagai berikut: dibangun;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri a. pengendalian potensi Pembangunan waduk di
Penanganan Sampah kerusakan yang berwujud bagian Selatan Jakarta
dalam fenomena kenaikan sebagai pengendali banjir
Pemanfaatan Ruang Laut
muka air laut, penurunan muka sekaligus pemasok air
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
air tanah dan muka tanah, baku; dan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
perluasan daerah genangan, Pemanfaatan sumber-
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
abrasi dan erosi, sedimentasi, sumber alternatif air
ancaman permasalahan sosial yang ada
intrusi air laut, polusi air dan baku, seperti desalinisasi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
udara serta persoalan lain yang d. Pembangunan jaringan
pemukiman horizontal
berhubungan dengan distribusi air bersih melalui :
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan pemanfatan lahan, air Percepatan penyediaan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas permukaan dan air tanah; jaringan distribusi di
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, b. reklamasi dilakukan dalam bagian Utara terkait
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup bentuk pulau yang ditentukan pengembangan kawasan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi berdasarkan studi yang lebih Pantura Jakarta dan
lemah rinci dengan memperhitungkan kawasan Marunda;
masa perancangan, keandalan Pengembangan jaringan
tanggul dan perlindungan distribusi air bersih ke
47
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pesisir, resiko banjir, dan wilayah Barat dan Timur
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut tindakan mitigasi, DKI Jakarta untuk
Banjir/Genangan perlindungan hutan bakau, mendukung orientasi
Abrasi dan Kerusakan Pantai serta jalur lalu lintas laut, pengembangan kota; dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove pelayaran dan pelabuhan; Penambahan hidran
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih c. dalam perencanaan reklamasi umum pada bagian kota
Sedimentasi tercakup rencana pengelolaan yang berpenduduk padat
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri secara mandiri prasarana pulau 2. Arahan sistem konservasi
Penanganan Sampah reklamasi yang meliputi sumber daya air meliputi :
prasarana tata air, air bersih, a. Rencana tata ruang wilayah
Pemanfaatan Ruang Laut
pengolahan limbah dan provinsi/kabupaten/kota
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
sampah, serta sistem yang berada di Kawasan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pengerukan sungai/kanal; Jabodetabekpunjur
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
d. setiap pulau reklamasi mengacu pada Rencana
ancaman permasalahan sosial yang ada
menyediakan ruang terbuka Tata Ruang Kawasan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
biru untuk waduk dan danau Jabodetabekpunjur
pemukiman horizontal
yang berfungsi sebagai b. Rencana rinci tata ruang
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan penampungan air sementara yang dilengkapi dengan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas ketika hujan, persediaan air peraturan zonasi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, untuk beberapa kebutuhan didasarkan pada indeks
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup harian sumber air yang konservasi alami dan indeks
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi mungkin untuk di kembalikan konservasi aktual
lemah ke dalam lapisan aquifer, c. Pola ruang DKI Jakarta
tempat hidupnya beberapa didasarkan pada prinsip
flora dan fauna, serta untuk berikut:
48
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence rekreasi; dan Konservasi sumber daya
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut e. ruang perairan di antara pulau air untuk memelihara
Banjir/Genangan reklamasi dimanfaatkan untuk keberlanjutan sumber
Abrasi dan Kerusakan Pantai membantu penanggulangan daya air;
Degradasi Ekosisitem Mangrove banjir; Pengendalian penurunan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih muka tanah melalui
Sedimentasi Pasal 105 pengendalian
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri (1) Penataan kembali daratan penggunaan dan
Penanganan Sampah Pantura mencakup kegiatan: kerusakan tata airtanah;
a. relokasi kawasan industry dan Konservasi sumber daya
Pemanfaatan Ruang Laut
pergudangan ke wilayah air dilakukan melalui
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
sekitar DKI Jakarta melalui kegiatan perlindungan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
koordinasi dengan dan pelestarian sumber
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pemerintahan sekitar; air, pengawetan air serta
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. revitalisasi lingkungan dan pengelolaan kualitas air
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
bangunan bersejarah; dan pengendalian
pemukiman horizontal
c. perbaikan lingkungan, pencemaran air;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan pemeliharaan kawasan Perlindungan dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas permukiman dan kampung pelestarian sumber air
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, nelayan; dilakukan melalui :
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup d. peremajaan kota untuk o pemeliharaan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi meningkatkan kualitas kelangsungan fungsi
lemah lingkungan; resapan air dan
e. peningkatan sistem daerah tangkapan air;
pengendalian banjir dan o pengendalian
49
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pemeliharaan sungai untuk pemanfaatan sumber
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut mengantisipasi banjir akibat air;
Banjir/Genangan rob dan meluapnya air sungai; o pengaturan daerah
Abrasi dan Kerusakan Pantai f. perbaikan manajemen lalu sempadan sumber air;
Degradasi Ekosisitem Mangrove lintas dan penambahan o pengisian air pada
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih jaringan jalan; sumber air;
Sedimentasi g. relokasi perumahan dari o perlindungan sumber
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri bantaran sungai dan lokasi air dalam
Penanganan Sampah fasilitas umum melalui hubungannya dengan
penyediaan rumah susun; kegiatan di sekitarnya
Pemanfaatan Ruang Laut
h. pelestarian hutan bakau dan Pengawetan air
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
hutan lindung; dilakukan dengan cara :
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
i. perluasan dan peningkatan o menyimpan air yang
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
fungsi Pelabuhan; dan berlebihan pada saat
ancaman permasalahan sosial yang ada
j. Pengembangan pantai untuk hujan untuk
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kepentingan umum. dimanfaatkan pada
pemukiman horizontal
(2) Pembiayaan kegiatan penataan waktu diperlukan;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan kembali daratan Pantura o menghemat air
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas sebagaimana dimaksud pada dengan pemakaian
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, ayat (1) dapat berasal dari yang efisien;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pemerintah, Pemerintah o mengendalikan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Provinsi DKI Jakarta, dan/atau penggunaan airtanah
lemah dari hasil usaha pengelolaan Pengendalian
tanah hasil reklamasi. pencemaran air serta
pengaturan prasarana
50
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 106 dan sarana sanitasi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut (1) Persebaran lokasi kawasan perkotaan;
Banjir/Genangan strategis sebagai dimaksud Konservasi sumber daya
Abrasi dan Kerusakan Pantai pada pasal 96 sampai dengan air dilaksanakan pada
Degradasi Ekosisitem Mangrove pasal 105, termuat pada sungai, danau, waduk,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Gambar 21 Peraturan Daerah rawa, cekungan air
Sedimentasi ini, yang merupakan bagian tanah, sistem irigasi,
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri tidak terpisahkan dari Peraturan daerah tangkapan air,
Penanganan Sampah Daerah ini. kawasan suaka alam,
(2) Ketentuan lebih lanjut kawasan pelestarian
Pemanfaatan Ruang Laut
mengenai rencana penataan alam, kawasan hutan,
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
ruang kawasan Pantura dan kawasan pantai
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
sebagaimana dimaksud dalam
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Pasal 97 sampai dengan Pasal G. Sedimentasi
ancaman permasalahan sosial yang ada
105, diatur dengan Peraturan -
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Daerah yang mengatur rencana
pemukiman horizontal
rinci kawasan Pantura. H. Pencemaran Perairan Akibat
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
Limbah Domestik dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
Industri (Rencana
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
Pengelolaan Air Limbah)
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Perlu ada upaya perlindungan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
air permukaan dari berbagai
lemah
polutan khususnya sampah.
Pengendalian pencemaran
akibat limbah domestik perlu
51
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Rencana Tata Ruang Wilayah didasarkan pada rencana
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Kota Administrasi Jakarta Utara pengelolaan air limbah DKI
Banjir/Genangan Jakarta sesuai master plan air
Abrasi dan Kerusakan Pantai Paragraf 1 limbah yang disusun pada
Degradasi Ekosisitem Mangrove Struktur Ruang Wilayah tahun 1991, diperbaiki pada
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih tahun 2001 dan
Sedimentasi Pasal 118 dikembangkan lebih lanjut
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri (1) Pusat kegiatan tersier pada tahun 2009.
Penanganan Sampah sebagaimana dimaksud dalam 1. Master Plan Air Limbah
Pasal 110 ayat (1) huruf a, di Jakarta Tahun 1991
Pemanfaatan Ruang Laut
Kota Administrasi Jakarta Utara Dalam Master Plan Air
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
ditetapkan sebagai berikut: Limbah DKI Jakarta tahun
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
a. Kantor Walikota Jakarta Utara 1991, DKI Jakarta dibagi
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
sebagai pelayanan fungsi khusu; menjadi tiga wilayah
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. Kawasan Sunter sebagai pengembangan sanitasi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kawasan perdagangan, jasa dan yang didasarkan pada
pemukiman horizontal
perkantoran; tingkat kepadatan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan c. Kawasan Pasar Koja sebagai penduduk, tinggi muka
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas fasilitas perdagangan terutama airtanah, permeabiliitas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, untuk pasar tradisional sesuai tanah, kondisi sosial-
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup kebutuhan dan jangkauan ekonomi, dan lainnya.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi pelayanannya; dan a. Sistem Pengolahan
lemah d.Kawasan Pasar Pluit sebagai pusat Setempat Sederhana
perdagangan, jasa dan (Daerah A) dengan
perkantoran; kepadatan penduduk
52
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence (2) Rencana pengembangan kurang dari 100 jiwa/ha
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut prasarana transportasi dengan luas wiiayah
Banjir/Genangan sebagaimana dimaksud dalam 21.159 Ha (32%).
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 110 ayat (1) huruf b, Teknologi pengolahan air
Degradasi Ekosisitem Mangrove sebagai berikut: limbah yang diterapkan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih a. pembatasan lalu lintas melalui adalah tangki septik
Sedimentasi penerapan kebijakan kawasan b. Sistem Pengolahan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri terbatas lalu lintas (restricted Setempat Tingkat Tinggi
Penanganan Sampah zone) serta pengaturan (Daerah B) dengan
perparkiran pada kawasan yang tingkat kepadatan
Pemanfaatan Ruang Laut
termasuk dalam kawasan penduduk 100 - 300
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
terbatas lalu lintas di jiwa/ha dengan luas
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kecamatan Pademangan wilayah 27.386 Ha (42%).
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
b. pembangunan fasilitas, sarana Teknologi pengolahan air
ancaman permasalahan sosial yang ada
dan prasarana transportasi yang limbah yang diterapkan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
terpadu dengan sistem adalah tangki septik atau
pemukiman horizontal
angkutan umum massal dan sistem sewerage yang
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan angkutan umum lainnya di dimodifikasi sesuai
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kawasan Kota/Kampung kemampuan ekonomi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Bandan dan di Tanjung Priok; masyarakat
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup c. pembangunan jaringan jalan c. Sistem sewerage (Daerah
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi lokal sebagai jalan tembus dan C) dengan tingkat
lemah jalan sejajar sebagaimana kepadatan penduduk
terlampir dalam lampiran tabel lebih dari 300 jiwa/ha
6; dengan luas wilayah
53
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence d. pembangunan dan peningkatan 16.604 Ha (26%).
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut jaringan jalan di perbatasan Teknologi pengolahan
Banjir/Genangan Kabupaten dan Kota Tangerang yang diterapkan adalah
Abrasi dan Kerusakan Pantai dan Bekasi; aerated lagoon atau
Degradasi Ekosisitem Mangrove e. membangun gedung dan/atau activated sludge
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih taman parkir sebagai penunjang
Sedimentasi keterpaduan angkutan umum di Untuk daerah
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri kawasan Kampung Bandan dan pengembangan sanitasi
Penanganan Sampah lokasi yang memiliki potensi di dengan sistem sewerage di
Tanjung Priok; daerah C, sistem
Pemanfaatan Ruang Laut
f. peningkatan manajemen lalu pengelolaan air limbah
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
lintas dan penyediaan dibagi menjadi 6 (enam)
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kelengkapan sarana lalu lintas zona, yang terkait dengan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
serta fasilitas pejalan kaki di Pantura yaitu :
ancaman permasalahan sosial yang ada
kawasan yang padat lalu lintas Zona Pusat
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
terutama di sekitar terminal bus Luas wilayah yang dilayani
pemukiman horizontal
dan stasiun kereta api; dan adalah 6.017 Ha, dimana
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan g. mengembangkan jaringan 336 Ha atau 6% berlokasi di
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas transportasi air. bagian Selatan dari zona
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, (3) Rencana pengembangan yang tercakup dalam
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup prasarana sumber daya air Jakarta Sewerage System
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Project. Luas wilayah
lemah Pasal 110 ayat (1) huruf c, sistem konvensional dan
dilaksanakan berdasarkan sistem interseptor adalah
arahan sebagai berikut: 3.422 Ha (57%) dan 2.595
54
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence a. pembangunan jaringan Ha (42%;). Air limbah yang
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut prasarana air limbah dan tertampung akan dialirkan
Banjir/Genangan pembangunan instalasi melalui pipa dengan
Abrasi dan Kerusakan Pantai pengolahan air limbah (IPAL) di panjang 10,2 km menuju
Degradasi Ekosisitem Mangrove kawasan sekitar waduk tempat pengolahan, yaitu
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dan/atau kawasan reklamasi di Waduk Pluit dengan
Sedimentasi Pantura; peningkatan kapasitas
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri b. pengembangan sistem untuk menampung air
Penanganan Sampah prasarana air bersih melalui limbah sebesar 529.000
jaringan perpipaan pada tiap m3/hari dengan luas waduk
Pemanfaatan Ruang Laut
kecamatan; 80 Ha. Waduk berfungsi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
c. rehabilitasi Waduk Sunter, Don sebagai pengolah air limbah
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Bosco, Pluit, Muara Angke, dan pengendali banjir.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Teluk Gong, dan Tol Sedyatmo Zona Timurlaut
ancaman permasalahan sosial yang ada
dan pembangunan Waduk Luas wilayah pelayanan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Marunda sebagai tempat adalah 3.496 Ha, dimana
pemukiman horizontal
penampungan air sementara; 1.610 Ha (46%) dilayani
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan d. Pembangunan septictank sistem konvensional dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas komunal di kawasan 1.886 Ha (54%)
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, permukiman padat sedang menggunakan sistem
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup terutama di perumahan interseptor. Air limbah
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi kumuh. dialirkan melalui pipa
lemah pembawa dengan panjang
(4) Rencana pengembangan 7,4 km menuju ke tempat
prasarana pengendalian daya pengolahan berupa kolam
55
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence rusak air sebagaimana activated sludge dengan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dimaksud dalam Pasal 110 ayat kapasitas 261.000 m3/hari
Banjir/Genangan (1) huruf d, dilaksanakan dan luas 14 Ha meliputi
Abrasi dan Kerusakan Pantai berdasarkan arahan sebagai bagian Timur waduk Sunter
Degradasi Ekosisitem Mangrove berikut: dan kawasan hijau di
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih a. normalisasi Kali Cakung Drain, Kelurahan Sunter Jaya.
Sedimentasi Kali Cakung Lama, Kali Sunter, Zona Tanjung Priok
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Kali Ciliwung, Kali Kamal Luas wilayah pelayanan
Penanganan Sampah Muara, Kali Tanjungan, Kali adalah 1.502 Ha dengan
Banglio, dan Kali Baru; cakupan sistem
Pemanfaatan Ruang Laut
b. memantapkan Banjir Kanal konvensional dan sistem
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Timur sebagai prasarana interseptor masing-masing
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pengendali banjir; 700 Ha (47%) dan 802 Ha
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
c. pembangunan dan (53%). Air limbah dialirkan
ancaman permasalahan sosial yang ada
peningkatan kapasitas saluran melalui pipa utama
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
drainase untuk mengatasi sepanjang 1,0 km menuju
pemukiman horizontal
genangan air di kawasan Jalan tempat pengolahan berupa
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Tol Sediyatmo, Kawasan Pluit, aerated lagoon dengan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Kelapa Gading, Tugu Utara, kapasitas 120.000 m3/hari
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Kebon Bawang, Rawa dan luas 36 Ha di kawasan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Badak,dan Pademangan; hijau dan waduk Sunter
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi d. penataan bantaran sungai Timur II di Kelurahan
lemah melalui penertiban bangunan Semper Timur.
ilegal di kali Kamal, Banjir 2. Jakarta Wastewater
Kanal Barat, Kali Sunter, Kali Disposal Project tahun 2001
56
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Cakung dan Kali Ciliwung; Beberapa perubahan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut e. pembangunan fisik diarahkan terhadap master plan air
Banjir/Genangan menghadap sungai (river front limbah tahun 1991,
Abrasi dan Kerusakan Pantai development); khususnya rencana
Degradasi Ekosisitem Mangrove f. pembangunan sistem polder pengembangan sewerage
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih baru dan pemulihan sistem di zona pusat antara lain :
Sedimentasi polder yang sudah ada di a. Rencana lokasi IPAL di
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sistem polder terutama di waduk PLuit dipindahkan
Penanganan Sampah Sunter Timur III, Kelapa ke Muara Baru, yaitu
Gading, Tunjungan, Yos pada lahan reklamasi.
Pemanfaatan Ruang Laut
Sudarso, Muara Angke, Pluit, b. Rencana pengolahan air
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Sunter Selatan, Sunter Timur I, limbah dibagi menjadi 6
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Sunter Utara, Teluk Gong, subsistem yaitu :
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Bimoli, Gaya Motor, Kapuk Subsistem Thamrin
ancaman permasalahan sosial yang ada
Muara; dilayani IPAL Waduk
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
g. pemulihan Situ Rawa Kendal; Setiabudi;
pemukiman horizontal
h. pelarangan pembuangan Subsistem Setiabuti
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan sampah ke dalam sungai dan Tebet dilayani IPAL
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kanal dengan melibatkan peran Waduk Setiabudi;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, serta masyarakat; dan Subsistem Gajahmada
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup i. pengelolaan situ Sunter Barat, dilayani IPAL Muara
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Sunter I, Sunter II, Teluk Gong Baru;
lemah dan Pluit Subsistem Pantai
Pasal 119 Mutiara dilayani IPAL
Rencana Struktur Ruang Muara Baru;
57
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Wilayah Kota Administrasi Subsistem Kali Ancol
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Jakarta Utara termuat pada dilayani IPAL Kali
Banjir/Genangan Gambar 24 dalam Lampiran I Ancol;
Abrasi dan Kerusakan Pantai Peraturan Daerah ini, yang Subsistem Kali Grogol
Degradasi Ekosisitem Mangrove merupakan bagian tidak dilayani IPAL Grogol;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih terpisahkan dengan Peraturan Subsistem Waduk
Sedimentasi Daerah ini. Grogol dilayani IPAL
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Grogol; dan
Penanganan Sampah Paragraf 2 Subsistem Siantar
Pola Ruang Wilayah dilayani IPAL Muara
Pemanfaatan Ruang Laut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional baru.
Pasal 120 Direncanakan pula 8
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Rencana kawasan budi daya (delapan) pumping station,
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
sebagaimana dimaksud dalam yaitu PS1 Krukut, PS2 Pasar
ancaman permasalahan sosial yang ada
Pasal 110 ayat (3), di Kota Rumput, PS3 Abdul Muis,
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Administrasi Jakarta Utara PS4 Pluit, PS5 Kali Grogol,
pemukiman horizontal
meliputi: P56 Kali Grogol, PS7' Kali
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan a. kawasan terbuka hijau budi Ancol, dan PS8 Siantar.
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas daya; IPAL Muara Baru berlokasi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, b. kawasan perumahan dan di lahan reklamasi Teluk
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup fasilitasnya; Muara Baru, yaitu di
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi c. kawasan perkantoran, sebelah Utara pompa banjir
lemah perdagangan, dan jasa; Pluit, di sebelah Timur
d. kawasan perkantoran, perumahan pantai Mutiara
perdagangan, dan jasa atau di sebelah Barat pasar
58
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence taman; ikan seluas 40 Ha. Jenis
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut e. kawasan pariwisata; pengolahan pada tahap I
Banjir/Genangan f. kawasan pemerintahan berupa aerated lagoon dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai daerah; pada jangka panjang
Degradasi Ekosisitem Mangrove g. kawasan terbuka biru; menggunakan activated
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih h. kawasan perikanan; dan sludge.
Sedimentasi i. kawasan industri dan 3. Review Master Plan dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pergudangan. DED tahun 2009
Penanganan Sampah Rencana mencakup zona
Pasal 121 pusat bagian Utara dan
Pemanfaatan Ruang Laut
(1) Rencana kawasan terbuka tidak termasuk Setiabudi-
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
hijau budi daya sebagaimana Tebet, antara Lain :
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
dimaksud dalam Pasal 120 huruf a. IPAL Muara Baru
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
a, dengan cara : dipindahkan ke Pluit
ancaman permasalahan sosial yang ada
a. menata dan melestarikan hutan Selatan untuk tahap I
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kota; dan Pluit Utara untuk
pemukiman horizontal
b. mengembangkan jalur hijau; jangka panjang
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan c. pengembangan kawasan taman b. IPAL Pluit Selatan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kota; dan melayani subsistem
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, d. pengembangan kawasan Gajah Mada, Thamrin,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup terbuka hijau lain. Pantai Mutiara, Siantar,
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi (2) Rencana menata dan dan Kali Ancol dengan
lemah melestarikan hutan kota kapasitas 86.400 m3/hari
sebagaimana dimaksud pada c. IPAL Kali Ancol tidak
ayat (1) huruf a, diarahkan di dibangun dan dialihkan
59
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sekitar Waduk Pluit, Waduk ke main system IPAL
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Sunter Barat, dan Waduk Sunter Muara Baru
Banjir/Genangan Timur, dan kawasan reklamasi d. IPAL Grogol tetap
Abrasi dan Kerusakan Pantai pantura; melayani subsistem Kali
Degradasi Ekosisitem Mangrove (3) Rencana pengembangan Grogol dan Waduk
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih jalur hijau sebagaimana Grogol
Sedimentasi dimaksud pada ayat (1) huruf b, e. Pengeolahan air Iimbah
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri diarahkan di sepanjang pantai dengan sistem activated
Penanganan Sampah yang dipadukan dengan sludge dan membrane
budidaya perikanan, jalur hijau untuk daur ulang
Pemanfaatan Ruang Laut
jalan, tepian sungai dan kanal, f. Sistem pengumpulan air
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
jalur rel kereta api, jalur hijau limbah dibagi menjadi
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pengaman rel kereta api atau dua bagian, yaitu sistem
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
saluran tegangan tinggi dan Timur dan sistem Barat
ancaman permasalahan sosial yang ada
kawasan reklamasi pantura; dengan batas Jl. Thamrin
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(4) Rencana pengembangan dan Jl. Gajahmada.
pemukiman horizontal
kawasan taman kota Masing-masing sistem
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan sebagaimana dimaksud pada dilayani main trunk
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas ayat (1) huruf c, dilaksanakan dengan diameter 1,8 m
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, berdasarkan arahan sebagai yang ditempatkan pada
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup berikut: kedua jalur di sepanjang
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi a. mengembangkan kawasan Jl. Thamrin dan Jl.
lemah terbuka hijau di kawasan Kota Gajahmada/Hayam
Tua; Wuruk hingga ke IPAL di
b. mengembangkan dan Pluit Selatan
60
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence mempertahankan kawasan RTH; Selain itu, dibangun sistem
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut c. mendorong penanaman pohon sewerage di Setiabudi-
Banjir/Genangan dan tanaman hias di halaman Tebet sebagai
Abrasi dan Kerusakan Pantai rumah, tepi dan median jalan, pengembangan yang ada
Degradasi Ekosisitem Mangrove tepi sungai, dan jaringan pipa; pada saat ini.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih d. menata dan memelihara jalur Kebijakan dan Strategi Sistem
Sedimentasi hijau pada tepi dan median Tol Pengelolaan Air Limbah
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Sediyatmo, Cakung Cilincing dan 1. Kebijakan Pengelolaan Air
Penanganan Sampah tol pelabuhan; Limbah
e. mendorong masyarakat untuk Kebijakan pengelolaan air
Pemanfaatan Ruang Laut
mengembangkan roof garden limbah meliputi :
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
dan dinding hijau di kawasan a. Peningkatan akses
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
permukiman dan perkantoran prasarana dan sarana air
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
terutama di kawasan dengan limbah on site dan off
ancaman permasalahan sosial yang ada
KDB tinggi; site
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
f. penataan dan pemeliharaan b. Peningkatan peran
pemukiman horizontal
taman; masyarakat dan dunia
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan g. peruntukan lahan di kawasan usaha/swasta dalam
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas RTH publik tidak dapat diubah; penyelenggaraan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, dan pengelolaan air limbah
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup h. Peningkatan areal kawasan hijau kota
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi yang salah satu bentukanya c. Pengembangan
lemah merupakan taman kota pada perangkat peraturan
pengembangan kawasan perundang-undangan
reklamasi pantura penyelenggaraan
61
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence (5) Rencana pengembangan pengelolaan air limbah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut kawasan terbuka hijau lainnya kota
Banjir/Genangan sebagaimana dimaksud pada d. Penguatan kelembagaan
Abrasi dan Kerusakan Pantai ayat (1) huruf d, dilaksanakan serta peningkatan
Degradasi Ekosisitem Mangrove berdasarkan arahan sebagai kapasitas personil
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih berikut: pengelolaa air limbah
Sedimentasi a. mempertahankan lahan kota
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pertanian yang ada di Cilincing, e. Peningkatan pembiayaan
Penanganan Sampah Marunda, Kamal dan Kamal pembangunan prasarana
Muara; dan dan sarana air limbah
Pemanfaatan Ruang Laut
b. mempertahankan lahan kota
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
pemakaman di Kawasan 2. Strategi Pengelolaan Air
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Cilincing, Koja dan Tanjung Priok Limbah
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
serta lapangan olahraga yang Strategi yang diterapkan
ancaman permasalahan sosial yang ada
ada. adalah :
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
a. Pemisahan sistem
pemukiman horizontal
Pasal 122 drainase dan perpipaan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Rencana pengembangan tertutup secara bertahap
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kawasan perumahan dan disertai dengan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, fasilitasnya sebagaimana pengelolaan air limbah
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dimaksud dalam Pasal 120 huruf b. Sistem pengelolaan air
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi b, dilaksanakan berdasarkan limbah dikelompokkan
lemah arahan sebagai berikut: menjadi :
a. perbaikan lingkungan di Limbah industri
kawasan permukiman kumuh Limbah domestik
62
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence ringan dan sedang melalui c. Pengelolaan air limbah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut program tribina; industri dilakukan secara
Banjir/Genangan b. mengembangkan peremajaan sistem komunal atau
Abrasi dan Kerusakan Pantai lingkungan perumahan kumuh sistem individual
Degradasi Ekosisitem Mangrove berat; sebelum dibuang ke
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih c. mendorong pengembangan lingkungan
Sedimentasi kawasan permukiman vertikal d. Prasarana pengelolaan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dan memperkecil perpetakan air limbah domestik
Penanganan Sampah untuk penyediaan perumahan terdiri atas :
golongan menengah-bawah Sistem komunal
Pemanfaatan Ruang Laut
dilengkapi sarana dan Sistem semi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
prasarana yang memadai; komunal/modular
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
d. mengembangkan perumahan Sistem individual
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
menengah-atas di areal e. Pengembangan
ancaman permasalahan sosial yang ada
reklamasi Pantura; pengolahan air limbah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
e. mengembangkan kawasan diprioritaskan pada Zona
pemukiman horizontal
permukiman baru terutama di Pusat.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Kecamatan Cilincing dan Pembagian daerah
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Penjaringan; pelayanan pengolahan air
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, f. membatasi perubahan fungsi limbah dilakukan dengan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup kawasan permukiman di memperhatikan daerah
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi kawasan Kota Tua dan layanan sistem polder.
lemah Pelabuhan Sunda Kelapa
sekaligus melestarikan
lingkungan;
63
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence g. mengembangkan permukiman I. Penanganan Sampah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut nelayan yang bernuansa wisata (Rencana Prasarana
Banjir/Genangan dan berwawasan lingkungan di Persampahan)
Abrasi dan Kerusakan Pantai kawasan pantai lama; Sistem jaringan persampahan
Degradasi Ekosisitem Mangrove h. mempertahankan fungsi yaitu sistem jaringan dan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih perumahan di kawasan mantap distribusi pelayanan
Sedimentasi di Kota Tua, Kelapa Gading, dan pembuangan/pengolahan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Pluit; sampah rumah tangga,
Penanganan Sampah i. melengkapi fasilitas umum di lingkungan komersial,
kawasan permukiman perkantoran dan bangunan
Pemanfaatan Ruang Laut
horizontal; umum lainnya, yang terintegrasi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
j. mengembangkan kawasan dengan sistem jaringan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
permukiman di Kawasan Pantai pembuangan sampah makro
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Lama; dari wilayah regional yang lebih
ancaman permasalahan sosial yang ada
k. pengendalian pembangunan luas.
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
perumahan baru di
pemukiman horizontal
Pademangan, Cilincing dan Pengembangan pengelolaan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Penjaringan untuk menjamin persampahan diarahkan untuk
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pelestarian fungsi lingkungan meminimalkan volume sampah
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, hidup; dari sumbernya melalui
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup l. pembangunan perumahan peningkatan peran serta
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi vertikal atau rumah susun masyarakat dalam pengolahan
lemah sederhana di perumahan sampah dan pengembangan
kumuh berat sekitar Pelabuhan prasarana sarana pengolahan
Tanjung Priok, Kamal, Kalibaru, sampah dengan teknologi tinggi
64
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Koja, Cilincing, Pademangan yang ramah lingkungan.
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dan Penjaringan dan
Banjir/Genangan melengkapi penataan RTH yang Untuk menunjang penanganan
Abrasi dan Kerusakan Pantai berfungsi ekologis dan sosial; sampah perlu pengembangan
Degradasi Ekosisitem Mangrove m. pembangunan rumah susun sistem prasararana
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih untuk masyarakat persampahan meliputi :
Sedimentasi berpenghasilan menengah dan a. Peningkatan peran serta
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri tinggi di areal reklamasi masyarakat dalam
Penanganan Sampah Pantura, Kelapa Gading, dan pengolahan sampah
Penjaringan yang dilengkapi Melalui penggalakan program
Pemanfaatan Ruang Laut
dengan situ sebagai 4R (reuse, reduce, recycling,
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
penampung air dan pengendali recovery) pada setiap Rukun
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
banjir; dan Warga dan menyediakan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
n. Rencana pengembangan sarana pendukungnnya.
ancaman permasalahan sosial yang ada
kawasan permukiman b. Peningkatan sistem pelayanan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
disesuaikan dengan tingkat persampahan
pemukiman horizontal
kepadatan lingkungan. Pengembangan pelayanan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan persampahan di Jakarta
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Pasal 123 dilaksanakan kedalam sistem
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, (1) Rencana pengembangan multi simpul (multi nodal)
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup kawasan perkantoran, terbagi dalam beberapa
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi perdagangan, dan jasa daerah pelayanan dimana
lemah sebagaimana dimaksud dalam setiap daerah pelayanan
Pasal 120 huruf c, terdiri atas : dilengkapi dengan TPS
a. rencana pengembangan (Tempat Pembuangan
65
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence kawasan perkantoran yang Sementara), SPA (Stasiun
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut terdiri atas perkantoran Peralihan Sementara) dan ITF
Banjir/Genangan pemerintahan dan perkantoran (Intermediate Treatment
Abrasi dan Kerusakan Pantai swasta; Facility) dengan teknologi
Degradasi Ekosisitem Mangrove b. rencana pengembangan tinggi, ramah lingkungan dan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih kawasan perdagangan yang hemat lahan.
Sedimentasi terdiri dari pasar tradisional, c. Pengembangan TPST di luar
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pusat perbelanjaan dan toko Jakarta
Penanganan Sampah modern, ataupun bentuk Pengembangaan kerja sama
kawasan perdagangan lainnya ; untuk penyediaan TPST
Pemanfaatan Ruang Laut
c. rencana pengambangan (Tempat Pembuangan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
kawasan pelayanan umum dan Sampah Terpadu) dengan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
sosial; dan daerah lain dimungkinkan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
d. rencana pengambangan dengan prinsip saling
ancaman permasalahan sosial yang ada
kawasan campuran menguntungkan dan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(2) Rencana pengembangan memperhatikan aspek
pemukiman horizontal
kawasan perkantoran lingkungan dan sosial
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan sebagaimana dimaksud pada setempat.
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas ayat (1) huruf a, dengan d. Pengembangan sistem
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, mengembangkan fasilitas pengendalian dan prasarana
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup perkantoran di kawasan Yos sampah B3
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Sudarso, Kelapa Gading, Sunter, Pengembangan sistem
lemah dan Enggano. pengendalian dan prasarana
(3) Rencana pengembangan sampah bahan berbahaya dan
kawasan perdagangan beracun (B3) serta
66
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sebagaimana dimaksud pada pengelolaannya dilakukan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut ayat (1) huruf b, dilaksanakan dengan teknologi yang tepat
Banjir/Genangan berdasarkan arahan sebagai mengacu kepada peraturan
Abrasi dan Kerusakan Pantai berikut: perundangan yang berlaku.
Degradasi Ekosisitem Mangrove a. mengembangkan fasilitas e. Pengelolaan sampah dari
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih perdagangan terutama untuk drainase/sungai
Sedimentasi pasar tradisional sesuai Penyediaan sarana
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri kebutuhan dan jangkauan pengelolaan sampah dari
Penanganan Sampah pelayanan; drainase/sungai dilakukan
b. mengembangkan kawasan guna pencegahan banjir,
Pemanfaatan Ruang Laut
perdagangan di Pantura dengan meningkatkan kualitas air
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
pola pengembangan multifungsi sungai dan estetika.
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
atau super blok dengan fasilitas f. Penanganan sampah/limbah
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
bertaraf internasional; di perairan laut.
ancaman permasalahan sosial yang ada
c. menata fungsi kawasan kota tua g. Pemanfaatan teknologi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
untuk mendukung kegiatan pengelolaan sampah yang
pemukiman horizontal
perkantoran, perdagangan, jasa sesuai, misalnya insinerator
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan dan pariwisata; pada lokasi tertentu.
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas d. mengembangkan kawasan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, perdagangan, jasa, dan J. Pemanfaatan Ruang Laut
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup perkantoran di Tanjung Priok Perlu ada penanganan bagan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi dan sebagian Kelapa Gading; yang mengganggu alur
lemah e. membatasi pengembangan pelayaran
perdagangan, jasa. dan Perlu ditampung/ diakomodir
perkantoran sepanjang jalan pelabuhan wisata
67
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence arteri primer dengan Arahan Kawasan Strategis
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut memperhatikan lalu lintas dan Pantura Jakarta meliputi :
Banjir/Genangan penyediaan parkir; 1. Pengendalian potensi
Abrasi dan Kerusakan Pantai f. pemanfaatan ruang kawasan kerusakan yang berwujud
Degradasi Ekosisitem Mangrove bangunan umum berdasarkan dalam fenomena
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih arahan penataan kawasan penurunan muka air tanah
Sedimentasi perdagangan dan jasa di dan muka tanah, perluasan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri kawasan Yos Sudarso untuk daerah genangan, abrasi
Penanganan Sampah menunjang kegiatan Pelabuhan dan erosi, sedimentasi,
Tanjung Priok; dan intrusi air laut, polusi air
Pemanfaatan Ruang Laut
g. mengembangkan pusat dan udara, dan persoalan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
perdagangan dengan KDB lingkungan yang
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
rendah di Kamal, Kapuk, berhubungan dengan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Pademangan, Ancol, Cilincing, pemanfatan lahan, air
ancaman permasalahan sosial yang ada
dan sebagian Kelapa Gading. permukaan, dan air tanah;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(4) Rencana pengembangan 2. Bentuk pulau reklamasi
pemukiman horizontal
kawasan perkantoran, ditentukan berdasarkan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan perdagangan dan jasa taman studi yang lebih rinci;
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas dilaksanakan pada kawasan 3. Disain pulau reklamasi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Marunda dengan penerapan memperhitungkan masa
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup intensitas rendah dan perancangan, keandalan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi meningkatkan daya resap air tanggul dan perlindungan
lemah pada kawasan terbangun. pesisir, resiko banjir dan
(5) Rencana pengembangan tindakan mitigasi, serta
kawasan pelayanan umum dan perlindungan hutan bakau;
68
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sosial sebagaimana dimaksud 4. Dalam pelaksanaan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut pada ayat (1) huruf c, reklamasi perlu dilakukan
Banjir/Genangan dilaksanakan berdasarkan tindakan untuk keamanan
Abrasi dan Kerusakan Pantai arahan sebagai berikut: dan resiko pencemaran dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove a. pembangunan dan peningkatan sedimentasi;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih fasilitas kesehatan di setiap 5. Dalam perencanaan
Sedimentasi kelurahan; dan reklamasi tercakup rencana
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri b. pembangunan dan peningkatan pengelolaan secara mandiri
Penanganan Sampah fasilitas pendidikan dengan prasarana pulau reklamasi
prasarana dan sarana yang yang meliputi prasarana
Pemanfaatan Ruang Laut
standar pelayanan minimal di tata air, air bersih,
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
setiap kecamatan pengolahan limbah dan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
c. pembangunan dan peningkatan sampah, serta sistem
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
fasilitas umum dan fasilitas pengerukan muara sungai;
ancaman permasalahan sosial yang ada
sosial lainnya sesuai dengan 6. Pengembangan reklamasi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
standar pelayanan minimal di Pantura dilakukan dalam
pemukiman horizontal
setiap kecamatan. bentuk pulau-pulau dengan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan (6) Rencana pengembangan jarak 200 m pada pulau
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kawasan campuran yang berada pada zona P2
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, sebagaimana dimaksud pada dan P4 serta berjarak 300
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup ayat (1) huruf d, dilaksanakan m pada pulau yang berada
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi berdasarkan arahan pada zona P3 dihitung dari
lemah pengembangan kawasan pantai eksisting pada saat
campuran, perdagangan, dan muka air terendah;
jasa dengan perumahan vertikal 7. Tanggul laut diletakkan
69
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dan horisontal terutama di pada kedalaman -8 m untuk
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut kawasan sebagai berikut: daerah Barat dan tengah
Banjir/Genangan a. Jalan Lodan; sedangkan untuk bagian
Abrasi dan Kerusakan Pantai b. Jalan Martadinata; Timur tanggul berada dekat
Degradasi Ekosisitem Mangrove c. Jalan Yos Sudarso; pantai eksisting. Di atas
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih d. Kawasan Cilincing; tanggul dimanfaatkan
Sedimentasi e. Kawasan Kelapa Gading; dan sebagai jalan penghubung
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri f. Kawasan Sunter. Barat-Timur;
Penanganan Sampah (7) Rencana pengembangan 8. Ketinggian dan kekuatan
kawasan perkantoran, tanggul dan perlindungan
Pemanfaatan Ruang Laut
perdagangan, dan jasa taman pesisir didisain dengan kala
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
dilaksanakan di Kawasan ulang angin dan gelombang
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Marunda dengan menerapkan minimal 1.000 tahun.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
intenstias rendah dan Ketinggian tanggul harus
ancaman permasalahan sosial yang ada
memperhatikan aspke fisik memperhatikan faktor
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
lingkungan yang ada ketinggian air laut pasang,
pemukiman horizontal
wave setup, storm surge,
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan Pasal 124 gelombang, land
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas (1) Rencana pengembangan subsidence (amblesan), sea
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, kawasan pariwisata level rise (kenaikan muka
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam laut) dan konsolidasi sisa
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Pasal 120 huruf d, diarahkan (residual settlement);
lemah untuk pengembangan kawasan 9. Limpasan air yang melalui
destinasi wisata pesisir. tanggul diperkenankan
(2) Kawasan destinasi wisata hingga batas maksimal 5
70
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pesisir sebagaimana dimaksud l/s/m. Jika melampaui
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut pada ayat (1), ditetapkan limpasan tersebut wajib
Banjir/Genangan sebagai berikut: meyediakan sistem flood
Abrasi dan Kerusakan Pantai a. Sentra Perikanan Muara Angke; control (penanggulangan
Degradasi Ekosisitem Mangrove c. Masjid dan Makam Luar banjir) lainnya, seperti
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Batang; pompa dan kolam retensi
Sedimentasi d. Pelabuhan dan Kota Tua Sunda dengan kapasitas yang
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Kelapa; memadai untuk
Penanganan Sampah e. Pusat Perbelanjaan Mangga menanggulangi limpasan
Dua; air yang terjadi;
Pemanfaatan Ruang Laut
f. Taman Impian Jaya Ancol; 10. Pulau reklamasi dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
g. Bahtera Jaya dan Yacht Club; tanggul laut didisain
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
h. Stasiun Tanjung Priok; dengan siklus masa layanan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
i. Masjid Islamic Center; (design life cycle) minimal
ancaman permasalahan sosial yang ada
j. Gereja Tugu; 50 tahun;
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
k. Kampung Tugu; 11. Untuk keamanan, level
pemukiman horizontal
l. Cagar Budaya Rumah si Pitung; lantai dasar bangunan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan m. Masjid Al Alam; dan berada lebih tinggi dari
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas n. Pusat Perbelanjaan Kelapa muka air laut tertinggi;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Gading, 12. Selain membangun kanal
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dan saluran, setiap pulau
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Pasal 125 reklamasi wajib
lemah Rencana pengembangan menyediakan ruang
kawasan perikanan terbuka biru untuk waduk
sebagaimana dimaksud dalam dan danau;
71
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 120 huruf e, dilaksanakan 13. Badan-badan air berupa
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut berdasarkan arahan sebagai waduk dan danau
Banjir/Genangan berikut: difungsikan sebagai :
Abrasi dan Kerusakan Pantai a. pelarangan kegiatan yang dapat a. Penampungan air
Degradasi Ekosisitem Mangrove mengancam keberadaan biota sementara ketika hujan;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih laut yang dilindungi pada tiap b. Persedian air untuk
Sedimentasi kecamatan yang berbatasan kebutuhan harian;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dan/atau memliki kawasan c. Sumber air yang mungkin
Penanganan Sampah perairan laut; untuk diresapkan ke
b. pengembangan prasarana budi dalam lapisan aquifer;
Pemanfaatan Ruang Laut
daya perikanan di Muara Baru d. Habitat flora dan fauna
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
dan Muara Angke sesuai akuatik;
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
dengan klasifikasinya; dan e. Sarana rekreasi
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
c. pelarangan kegiatan yang dapat 14. Ruang perairan antara
ancaman permasalahan sosial yang ada
mengganggu kelestarian pulau-pulau reklamasi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
lingkungan hidup pada tiap dimanfaatkan untuk
pemukiman horizontal
kecamatan. membantu
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan penanggulangan banjir di
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Pasal 126 Jakarta Utara;
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, (1) Rencana pengembangan 15. Untuk mengurangi dan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup kawasan pemerintahan daerah selanjutnya menghentikan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi dilaksanakan melalui penataan proses land subsidence,
lemah kantor-kantor pemerintahan penyediaan air bersih untuk
daerah dan lingkungan kawasan reklamasi Pantura
sekitarnya baik itu tingkat tidak diperkenankan
72
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Provinsi, Kota, Kecamatan, dan menggunakan airtanah;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Keluarahan untuk meningkatkan 16. Penyediaan air bersih
Banjir/Genangan aksesibilitas dan kelancaran dilakukan dengan cara
Abrasi dan Kerusakan Pantai pelayanan pemerintahan; ramah lingkungan dan
Degradasi Ekosisitem Mangrove (2) Rencana pengembangan mengarah kepada
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih kawasan terbuka biru sustainable solution dengan
Sedimentasi dilaksanakan untuk memanfaatkan air tawar
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri melaksanakan konservasi dari waduk dan perairan
Penanganan Sampah sumber daya air, antara pulau-pulau dan
pendayagunaan sumber daya proses desalinisasi;
Pemanfaatan Ruang Laut
air, dan pengendalian daya 17. Pengolahan air limbah
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
rusak air yang dilaksanakan dilakukan secara mandiri
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pada Sungai, Kali, Situ dan pada masing-masing pulau;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Waduk serta Pantai yang ada di 18. Pembangunan areal
ancaman permasalahan sosial yang ada
Jakarta Utara reklamasi baru diarahkan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
agar tidak menimbulkan
pemukiman horizontal
Pasal 127 peningkatan risiko banjir
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan (1) Rencana pengembangan bagi kawasan di hulunya.
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kawasan industri dan Jika terdapat potensi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, pergudangan sebagaima kenaikan muka air di hulu
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup imaksud dalam Pasal 120 huruf sungai, maka harus
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi f, meliputi: dilakukan tindakan mitigasi
lemah a. rencana pengembangan berupa pengerukan muara
kawasan industri; dan sungai, pelebaran dan
b. rencana pengembangan pengerukan kanal/ sungai,
73
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence kawasan pergudangan. peninggian tanggul di
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut (2) Rencana pengembangan kawasan yang berpotensi
Banjir/Genangan kawasan industri sebagaimana terjadi kenaikan muka air
Abrasi dan Kerusakan Pantai dimaksud dalam Pasal 126 huruf sungai, dan tindakan lain
Degradasi Ekosisitem Mangrove a, dengan ketentuan sebagai yang dipandang perlu;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih berikut: 19. Pembangunan areal
Sedimentasi a. membatasi kegiatan industri di reklamasi baru diarahkan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri kawasan yang sudah ada di untuk meningkatkan fungsi
Penanganan Sampah Penjaringan, Kelapa Gading, dan mangrove sebagai habitat
Cilincing; flora dan fauna akuatik
Pemanfaatan Ruang Laut
b. mengembangkan industri dengan memperhatikan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
selektif di Marunda dan perlindungan terhadap
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Cilincing; dan erosi dan gelombang,
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
c. penataan dan pengaturan lahan salinitas, kualitas air, dan
ancaman permasalahan sosial yang ada
parkir dan pergerakan substrat lumpur (mud);
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kendaraan berat seperti truk 20. Pemantauan kegiatan
pemukiman horizontal
dan trailer sehingga tidak reklamasi dilakukan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan menggunakan jalan lokal terhadap parameter
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas (3) Pemanfaatan ruang kawasan perubahan morfologi,
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, industri sebagaimana dimaksud abrasi dan erosi,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup pada ayat (2), dilaksanakan sedimentasi, muka
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi berdasarkan arahan: airtanah, muka tanah,
lemah a. penataan industri kecil kuantitas pemompaan
termasuk penyediaan airtanah, tata guna lahan,
pengelolaan limbah di Cilincing dan kondisi sosial ekonomi
74
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dan Kali baru; dan masyarakat;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut b. relokasi industri menengah dan 21. Rencana dan skenario
Banjir/Genangan besar yang berpolusi dari Ancol peningkatan kualitas dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Barat, Marunda, dan Cilincing. kapasitas infrastruktur
Degradasi Ekosisitem Mangrove transportasi massal publik
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Pasal 128 yang sesuai dengan
Sedimentasi (1) Rencana pengembangan proyeksi pengembangan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri kawasan pergudangan kawasan hunian dan area
Penanganan Sampah sebagaimana dimaksud dalam publik di lahan reklamasi.
Pasal 127 ayat (1) huruf b, Tidak hanya bersandar
Pemanfaatan Ruang Laut
dengan cara : pada rencana infrastruktur
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
a. mengembangkan kawasan jalan raya. Konsep transit
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pergudangan untuk mengatasi oriented development
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
perkembangan Pelabuhan (TOD) pun harus diterapkan
ancaman permasalahan sosial yang ada
Tanjung Priok dan menunjang dalam kawasan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kegiatan industri, perdagangan pengembangan di atas
pemukiman horizontal
dan jasa; lahan reklamasi;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan b. relokasi kawasan pergudangan 22. Harus diperjelas skenario
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas dari Kawasan Kota Tua; dan peningkatan kualitas dan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, c. penataan dan pengaturan lahan kapasitas infrastruktur
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup parkir dan pergerakan berbasis jalan raya atau
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi kendaraan berat seperti truk berbasis rel bagi kelancaran
lemah dan trailer sehingga tidak arus rantai pasok barang
menggunakan jalan lokal dari dan ke kawasan
(2) Pemanfaatan ruang untuk industri strategis atau pun
75
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence mengembangkan kawasan sarana ekonomi strategis di
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut pergudangan sebagaimana lahan reklamasi, tidak
Banjir/Genangan dimaksud pada ayat (1), hanya bersandar pada
Abrasi dan Kerusakan Pantai dilaksanakan berdasarkan infrastruktur jalan raya
Degradasi Ekosisitem Mangrove arahan melalui penyediaan yang sudah ada;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih fasilitas pergudangan untuk 23. Kawasan strategis pantura
Sedimentasi menunjang kegiatan harus dikelola secara
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri perdagangan dan jasa yang terpadu oleh satu
Penanganan Sampah dilaksanakan di : manajamen pengelola dan
a. Penjaringan, mencakup juga bagian
Pemanfaatan Ruang Laut
b. Koja; pesisir pantura yang ada
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
c. Kelapa Gading; dan sekarang, sehingga masalah
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
d. Cilincing. pengelolaan sampah dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pengerukan sedimen,
ancaman permasalahan sosial yang ada
Pasal 129 keamanan, ketertiban
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Rencana Pola Ruang Wilayah dapat dilakukan secara
pemukiman horizontal
Kota Administrasi Jakarta Utara rutin dan terpadu;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan termuat pada Gambar 25 dalam 24. Setiap upaya revitalisasi
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Lampiran I Peraturan Daerah ini, kawasan pantura yang ada
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, yang merupakan bagian tidak harus berupaya
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup terpisahkan dengan Peraturan memperbaiki
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi Daerah ini keseimbangan zona
lemah sehingga dapat mengurangi
koneksi frontal antara
kawasan konservasi
76
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence langsung dengan kawasan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut hunian padat, kawasan
Banjir/Genangan hunian mewah langsung
Abrasi dan Kerusakan Pantai dengan kawasan hunian
Degradasi Ekosisitem Mangrove padat sederhana. Gradasi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih zona dan penerapan zona
Sedimentasi buffer perlu
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dipertimbangkan;
Penanganan Sampah 25. Upaya konsolidasi lahan,
peremajaan area pesisir
Pemanfaatan Ruang Laut
kumuh Jakarta Utara dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
pengentasan kemiskinan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
khususnya kaum nelayan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
harus dimaknai dan di
ancaman permasalahan sosial yang ada
selesaikan dalam kerangka
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pemberdayaan ekonomi
pemukiman horizontal
nelayan dan sektor industri
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan perikanan secara terpadu
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas dan progresif. Peluang
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, kerjasama pembenahan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dan peningkatan kapasitas
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi dan kualitas pendaratan
lemah ikan dan industri perikanan
perlu dijajagi dengan
daerah pesisir Tangerang
77
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dan Bekasi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Arahan Rencana Kawasan
Banjir/Genangan Lindung meliputi :
Abrasi dan Kerusakan Pantai 1. Sempadan pantai seluas
Degradasi Ekosisitem Mangrove 16,5 Ha berfungsi sebagai
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih penahan abrasi, erosi, dan
Sedimentasi daya rusak laut
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri 2. Suaka margasatwa Muara
Penanganan Sampah Angke seluas 25,02 Ha
Pemanfaatan Ruang Laut berfungsi sebagai habitat
burung air yang dilindungi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
3. Hutan lindung Kapuk Angke
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
seluas 44,78 Ha
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
4. Taman wisata alam Kamal
ancaman permasalahan sosial yang ada
seluas 99,82 Ha
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
5. Kebun pembibitan
pemukiman horizontal
mangrove di Taman Wisata
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
Alam Kamal seluas 10,51
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
Ha
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
6. Kawasan Tegal Alur-Angke
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Kapuk berfungsi sebagai
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi kawasan pengaman jalur
lemah tol
Arahan Rencana
Pengembangan Kawasan
78
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Terbuka Biru meliputi :
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 1. Perlu ada regulasi spesifik
Banjir/Genangan yang mengatur zona area
Abrasi dan Kerusakan Pantai yang berimpit dengan
Degradasi Ekosisitem Mangrove badan air (waterfront,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih seafront, lakeside,
Sedimentasi riverside, dsb) sedemikian
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri rupa sehingga harus
Penanganan Sampah dipandang sebagai area
bernilai tambah tinggi.
Pemanfaatan Ruang Laut
Sehingga pengembangan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
bernilai tambah tinggi lebih
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
layak mendapat prioritas di
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
zona tersebut. Hal ini
ancaman permasalahan sosial yang ada
diharapkan akan mengubah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
paradigma apresiasi
pemukiman horizontal
terhadap badan air
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan sehingga waterfront
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menjadi area muka
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, bangunan bukan belakang
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup bangunan.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi 2. Prioritas utama lain di area
lemah waterfront adalah untuk
ruang terbuka publik,
infrastruktur dan fasilitas
79
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence publik sehingga memberi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut publik akses lebih pada
Banjir/Genangan area waterfront.
Abrasi dan Kerusakan Pantai
Degradasi Ekosisitem Mangrove K. Tidak adanya visi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih keberlanjutan dalam konteks
Sedimentasi persaingan global/regional
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri wilayah Teluk Jakarta
Penanganan Sampah maupun greater Jakarta
Pemanfaatan Ruang Laut Perlu ada antisipasi isu future
development
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta Perlu dikaji kembali misi DKI
sebagai kota jasa, tidah hanya
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
memikirkan untuk kelas
ancaman permasalahan sosial yang ada
menengah atas saja akan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
tetapi juga harus dipikirkan
pemukiman horizontal
untuk masyarakat bawah
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
Perlu menjadikan lingkungan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
sebagai sumber kebijakan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
agar tidak terjadi ego sektoral
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Perlu dijabarkan tujuan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
reklamasi adalah untuk
lemah
perbaikan lingkungan pantai
80
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence L. Kebijakan yang ada belum
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut secara jelas merespon dan
Banjir/Genangan mengantisipasi ancaman
Abrasi dan Kerusakan Pantai permasalahan sosial yang
Degradasi Ekosisitem Mangrove ada
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Dalam menyusun KRP perlu
Sedimentasi mempertimbangkan perilaku
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri masyarakat, bagaimana
Penanganan Sampah masalah sosial budaya yang
Pemanfaatan Ruang Laut harus ditangani
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional Dalam meyusun KRP perlu
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta dilihat juga kondisi sosial di
daerah tersebut, karena
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kerusakan fisik tersebut
ancaman permasalahan sosial yang ada
akibat kondisi masyarakat
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
juga
pemukiman horizontal
Dalam rencana perbaikan fisik
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
yang akan dilakukan perlu
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
dipertimbangkan masalah
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
manusianya, yaitu harus
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
dipetakan perilaku
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
masyarakatnya
lemah
Perlu dihilangkan pembiasaan
pembiaran sesuatu hal tanpa
ada pencegahan
81
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence M. Inefesiensi pemanfaatan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut lahan ditandai dengan
Banjir/Genangan kepadatan tinggi dalam
Abrasi dan Kerusakan Pantai pemukiman horizontal
Degradasi Ekosisitem Mangrove Perlu mulai dibudayakan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih “pemukiman vertical”, tetapi
Sedimentasi jangan dimulai dari kelas
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri bawah, melainkan dari kelas
Penanganan Sampah menengah dengan “system
Pemanfaatan Ruang Laut land consolidation” untuk
menghindari penggusuran.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
Perbaikan perumahan kelas
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
bawah (kampung kumuh)
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
yang tidak liar sebaiknya
ancaman permasalahan sosial yang ada
dilakukan dengan pendekatan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
“perbaikan kampung”, bukan
pemukiman horizontal
“urban renewal”
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
Perlu penataan kembali
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
perumahan kelas menengah
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
secara vertical dengan cara
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
“land consolidation”, sehingga
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
penduduk lama tidak
lemah
tergusur, tetapi penduduk
baru bisa masuk ke daerah itu
secara efisien. Perumahan
82
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence vertical sebaiknya mulai dari
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut kelas atas dan menengah,
Banjir/Genangan bukan dari kelas bawah,
Abrasi dan Kerusakan Pantai karena kemiskinan mereka
Degradasi Ekosisitem Mangrove masih sangat dalam, mereka
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih belum siap untuk menghuni
Sedimentasi rumah susun
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri
Penanganan Sampah N. Pola penataan spasial yang
kurang mempertimbangkan
Pemanfaatan Ruang Laut
keseimbangan da
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
keselarasan sosial dan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
ekonomi mengakibatkan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
segregasi sosial, kelas
ancaman permasalahan sosial yang ada
menengah tersingkirkan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(urban sprawl), rawan konflik
pemukiman horizontal
sosial, penurunan daya saing
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan dan kualitas lingkungan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas hidup
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
Perlu kepastian hukum dalam
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
berinvestasi dan perlu
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi jaminan keamanan kelas atas
lemah
Perlu penjelasan apakah akan
ada penertiban atau
membiarkan adanya dinamika
83
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence kehidupan yang berbeda
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Perlu juga memikirkan ruang
Banjir/Genangan untuk masyarakat kelas
Abrasi dan Kerusakan Pantai bawah yang bila tidak
Degradasi Ekosisitem Mangrove teralokasikan akan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih menyebabkan kesemrawutan
Sedimentasi pemanfaatan ruang
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Perlu penanganan mobilitas
Penanganan Sampah kelas menengah dari pinggir
Pemanfaatan Ruang Laut kota ke pusat kota yang
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional semakin mahal
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta Perlu ada perlindungan jaring
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi pengaman siosial terhadap
ancaman permasalahan sosial yang ada dampak kesenjangan kelas
semakin tinggi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pemukiman horizontal Masyarakat yang tidak
mampu perlu ditampung pada
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
jaring pengaman sosial
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Perlu pemberdayaan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup masyarakat setempat, jadi
hanya yang diutamakan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
hanya fisik saja, tetapi perlu
lemah
pembangunan manusianya
Perlu dipikirkan alih profesi
84
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence seperti apa untuk mengatasi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut kekosongan kegiatan karna
Banjir/Genangan pada saat musim angin barat
Abrasi dan Kerusakan Pantai yaitu pada bulan September –
Degradasi Ekosisitem Mangrove Desember umumnya ombak
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih besar sehingga nelayan tidak
Sedimentasi bisa melaut
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Perlu penyediaan ruang bagi
Penanganan Sampah masyarakat bawah
Pemanfaatan Ruang Laut Perlu kejelasan mengenai
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional pemukiman nelayan apakah
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta tidak akan menambah
permasalahan baru, karena
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dengan dilakukan pemukiman
ancaman permasalahan sosial yang ada
nelayan akan mengundang
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
nelayan baru dari luar DKI
pemukiman horizontal
Terhadap nelayan jangan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
hanya perumahannya saja
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
yang ditingkatkan, yang
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
penting adalah bagaimana
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
untuk meningkatkan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
ekonominya agar strata
lemah
sosialnya meningkat. Jadi
jangan keberadaannya yang
dilindungi dengan
85
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence menyediakan perumahan,
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut memperbaiki sanitasi dsb, bila
Banjir/Genangan ekonominya tidak diperbaiki
Abrasi dan Kerusakan Pantai sama halnya dengan
Degradasi Ekosisitem Mangrove melestarikan kemiskinan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Yang dibutuhkan oleh kelas
Sedimentasi bawah bukanlah perbaikan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pemukiman, perbaikan
Penanganan Sampah sanitasi, akan tetapi yang
Pemanfaatan Ruang Laut dibutuhkan adalah perbaikan
ekonomi, peningkatan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
ketrampilan agar bisa
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
meningkatkan strata sosialnya
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dari kelas bawah ke kelas
ancaman permasalahan sosial yang ada
menengah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Untuk mendekatkan kelas
pemukiman horizontal
menengah dan atas dengan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
kelas bawah, perlu dimulai
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
dengan mengembangkan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
fungsi ekonomi kelas bawah
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
terhadap kelas menengah
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
(misalnya berupa Pujasera),
lemah
sehingga terjadi peningkatan
penghasilan. Disamping itu
juga perlu membuka akses ke
86
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pantai bagi masyarakat kelas
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut bawah serta mengembangkan
Banjir/Genangan wisata Pantai bersama
Abrasi dan Kerusakan Pantai mereka (partisipasi ekonomi)
Degradasi Ekosisitem Mangrove Perlu adanya kendali
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih keberadaan nelayan yang
Sedimentasi berasal dari luar berusaha di
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Jakarta
Penanganan Sampah Perlu diantisipasi urbanisasi
Pemanfaatan Ruang Laut dari daerah termasuk nelayan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional akibat kegiatan pembangunan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta di Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi Perlu ditata kembali kegiatan
ancaman permasalahan sosial yang ada arus urbanisasi dari daerah
luar Jakarta termasuk nelayan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
yang ada di DKI kebanyakan
pemukiman horizontal
pendatang karena adanya
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
pembangunan di Jakarta
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
Perlu ditata kembali
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
pelabuhan nelayan apakah
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
sudah tepat pada tempatnya
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
yang ada sekarang, karena
lemah
daerah penangkapannya
berada diluar Jakarta
87
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Dalam menangani masalah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut pemberdayaan ekonomi
Banjir/Genangan masyarakat, perlu
Abrasi dan Kerusakan Pantai diperhatikan urbanisasi yang
Degradasi Ekosisitem Mangrove terjadi, bagaimana
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih mengendalikan penduduk
Sedimentasi Serang, Cirebon dsb agar tidak
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri berduyun-duyun ke Jakarta.
Penanganan Sampah Perlu dikoordinasikan oleh
Pemanfaatan Ruang Laut instansi yang lebih tinggi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional Jakarta, Bekasi dan Tangerang
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta sebaiknya tidak hanya
berorientasi pada kekayaan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
wisata darat, tetapi bersama-
ancaman permasalahan sosial yang ada
sama mengembangkan wisata
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
bahari dengan kepulauan
pemukiman horizontal
seribunya
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
Perlu ada kejelasan mengenai
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
keberadaan pantai yang
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
seharusnya milik publik, akan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
tetapi dari 32 km panjang
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
pantai utara hanya 8 km yang
lemah
dapat diakses oleh publik,
selebihnya dikuasai oleh
berbagai kepentingan
88
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Perlu diangkat isu budaya.
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Ada budaya nelayan seperti
Banjir/Genangan nagrang/pesta laut. Akan
Abrasi dan Kerusakan Pantai tetapi tidak terlaksana dengan
Degradasi Ekosisitem Mangrove baik, karena dikaitkan dengan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih agama dan diikatakan
Sedimentasi perbuatan syirik. Sebenarnya
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Nagrang/pesta laut bisa
Penanganan Sampah dikaitkan dengan pesta
Pemanfaatan Ruang Laut wisata. Hal ini dapat
mengangkat keterpurukan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
para nelayan
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Perlu kejelasan dalam
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pengembangan pantura,
ancaman permasalahan sosial yang ada
apakah diperuntukkan bagi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kelas atas, menengah atau
pemukiman horizontal
kelas bawah
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
O. Kemiskinan dan hilangnya
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
kesempatan berusaha
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
mengancam strata ekonomi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
lemah
lemah
Kemampuan masyarakat
Jakarta Utara perlu dibantu
dan perlu ditampung dalam
89
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence RPJMP
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Perlu proses perencanaan
Banjir/Genangan induk yang tidak bersifat
Abrasi dan Kerusakan Pantai parsial karena menyebabkan
Degradasi Ekosisitem Mangrove integrasi kawasan ekonomi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dan social menjadi rendah
Sedimentasi Sektor informal perlu
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri diberdayakan dan ditata
Penanganan Sampah secara fisik
Pemanfaatan Ruang Laut Perlu disediakan ruang untuk
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional pedagang kaki lima
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta Perlu pemberdayaan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi masyarakat dalam menangani
ancaman permasalahan sosial yang ada kesenjangan ekonomi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam Masalah kemiskinan di
pemukiman horizontal kawasan ini perlu diselesaikan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan dulu mengenai masalah
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas nelayan, karena mereka telah
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, mengalami penurunan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup kapasistas dan mulai
embutuhkan suatu perubahan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
profesi, kedua pengembangan
lemah
UKM diserta pembangunan
pemukiman dengan
90
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pendekatan Perbaikan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Kampung
Banjir/Genangan Masalah sosial perlu
Abrasi dan Kerusakan Pantai ditampung pada PMKS
Degradasi Ekosisitem Mangrove
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih CATATAN
Sedimentasi Rekomendasi diatas perlu
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dijabarkan lebih lanjut dalam
Penanganan Sampah KRP seperti RTRW, RDTR, RPJP
Pemanfaatan Ruang Laut dan RPJM atau KRP lainnya
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional dimana pencapaian program
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta perlu didukung dengan data
dan pembahasan detail
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
sehingga dapat disusun
ancaman permasalahan sosial yang ada
program yang lebih fokus
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
khususnya mengenai
pemukiman horizontal
penanganan isu lingkungan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
hidup bio fisik dan lingkungan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
hidup sosial ekonomi budaya
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
RUPSB dan RUPE perlu
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
dihidupkan kembali dan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
diintegrasikan sebagai bagian
lemah
dari KRP
Pembangunan Teluk Jakarta
perlu dilihat secara sistemik
91
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence (antar wilayah) dengan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut orientasi keuntungan
Banjir/Genangan internasional
Abrasi dan Kerusakan Pantai
Degradasi Ekosisitem Mangrove
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih
Sedimentasi
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri
Penanganan Sampah
Pemanfaatan Ruang Laut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional
wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ancaman permasalahan sosial yang ada
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pemukiman horizontal
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan
keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi
lemah
92
REKOMENDASI HASIL KLHS TELUK JAKARTA
DALAM KRP KABUPATEN TANGERANG
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence RTRW 2010-2030 Raperda RTRW Kabupaten Tangerang
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 2010 – 2030, khususnya didalam
Banjir/Genangan BAB VI bagian Penjelasan agar dilengkapi
Abrasi dan Kerusakan Pantai PENETAPAN KAWASAN dengan materi tersebut dibawah ini.
Degradasi Ekosisitem Mangrove STRATEGIS KABUPATEN
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Beberapa lokasi di Pantura masuk
Sedimentasi Pasal 39 dalam penetapan Kawasan Strategis
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri (1) Kawasan Strategis Nasional, Kabupaten. Belum ada pengaturan
Penanganan Sampah meliputi: lebih lanjut.
Perpres 54 tahun 2008
Pemanfaatan Ruang Laut
Kabupaten Tangerang termasuk A. Land Subsidence
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
kedalam Kawasan Strategis Dalam RTRW perlu ada pengendalian
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Nasional (KSN) dari sudut pemanfaatan air bawah tanah.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kepentingan pertumbuhan
ancaman permasalahan sosial yang ada
ekonomi. B. Rob dan Kenaikan Muka Air Laut
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(2) Kawasan Strategis Provinsi Perlu ada ketentuan mengenai
pemukiman horizontal
Banten, meliputi: strategi penanggulangan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Kawasan Strategis Provinsi rob/kenaikan muka air laut.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Banten yang ada di Kabupaten
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Tangerang meliputi : C. Banjir/Genangan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup 1. Kawasan penyangga Pasal 27 ayat (1) huruf b
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Bandara untuk kepentingan ditambahakan pembangunan
ekonomi lemah
1
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence daya dukung lingkungan. tandon air di 8 Kecamatan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 2. Kawasan Pusat Kegiatan Daerah genangan direncanakan
Banjir/Genangan Wilayah Promosi (PKWp) sebagai daerah tampungan air
Abrasi dan Kerusakan Pantai Balaraja untuk kepentingan
Degradasi Ekosisitem Mangrove ekonomi. D. Abrasi dan Kerusakan Pantai
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih 3. Kawasan Pusat Kegiatan Perlu ditambahkan strategi tentang
Sedimentasi Wilayah Promosi (PKWp) penanggulangan abrasi
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Teluknaga untuk Perlu ditambahkan strategi tentang
Penanganan Sampah kepentingan ekonomi. penanggulangan kerusakan pantai
4. PLTU Lontar untuk akibat penambangan pasir
Pemanfaatan Ruang Laut
kepentingan teknologi Perlu ditambahkan strategi tentang
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
tinggi. pengendalian penambangan pasir
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(3) Kawasan strategis di Perlu diawali dengan penentuan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kabupaten, meliputi : garis pantai
ancaman permasalahan sosial yang ada
1. Kawasan Strategis Kawasan Perlu ditambahkan ketentuan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Pusat Kegiatan Wilayah tentang kawasan yang berfungsi
pemukiman horizontal
Promosi (PKWp) untuk pengendalian banjir, dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan a. Klasifikasi Kawasan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas pengendalian rob, tidak dialih
Strategis : Kepentingan fungsikan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, lingkungan hidup
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup b. Lokasi : Kecamatan E. Degradasi Ekosistem Mangrove
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Balaraja dan Teluknaga
ekonomi lemah Pasal 33 ditambahkan Kecamatan
c. Kegiatan Utama : Mekar Baru
Perdagangan dan jasa, Perlu ditambahkan ketentuan
industri, Perumahan, dan
2
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pergudangan tentang penanaman mangrove di
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut kawasan pesisir pantai
Banjir/Genangan 2. Kawasan Strategis Kawasan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) F. Ketersediaan dan Kerawanan Air
Degradasi Ekosisitem Mangrove b. Klasifikasi Kawasan Bersih
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Strategis : Pertumbuhan Perlu ditambahkan arahan
Sedimentasi ekonomi dan lingkungan mengenai water front city
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri c. Lokasi : Kecamatan Pasal 24 ayat (6) ditambahkan
Penanganan Sampah Tigaraksa dan Kronjo Kecamatan Mekar Baru
d. Kegiatan Utama :
Pemanfaatan Ruang Laut
- PKL Tigaraksa : Pusat G. Sedimentasi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
pemerintahan Perlu ditambahkan strategi
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kabupaten, normalisasi muara sungai sebagai
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
perkantoran, upaya penanggulangan sedimentasi.
ancaman permasalahan sosial yang ada
permukiman,
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
perdagangan dan jasa H. Pencemaran Perairan Akibat
pemukiman horizontal
- PKL Kronjo : Limbah Domestik dan Industri
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Pemerintahan Perlu ditambahkan strategi
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas kecamatan, penanggulangan/penanganan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, permukiman, sampah di perairan secara
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup pertanian dan terintegrasi.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata perikanan. Perlu kebijakan pengawasan yang
ekonomi lemah 3. Kawasan Strategis mengatur pencemaran perairan
Kawasan Pusat Kegiatan Lokal termasuk perilaku pencemarnya
Promosi (PKLp)
3
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence a. Klasifikasi Kawasan I. Penanganan Sampah (Perairan)
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Strategis : Pertumbuhan Perlu ditambahkan strategi
Banjir/Genangan ekonomi dan lingkungan penanggulangan/penanganan sampah
Abrasi dan Kerusakan Pantai b. Lokasi : Kecamatan Mauk, di perairan secara terintegrasi.
Degradasi Ekosisitem Mangrove Kosambi,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Pasarkemis, Sepatan, J. Pemanfaatan Ruang Laut
Sedimentasi Cikupa, Pasal 3 ayat (2) perlu ditambahkan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Kelapadua dan Curug. dengan strategi untuk
Penanganan Sampah c. Kegiatan Utama : penanggulangan penurunan
Pemerintahan permukaan tanah, rob dan
Pemanfaatan Ruang Laut
kecamatan, kenaikan muka air laut, banjir dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
Perkantoran, genangan, abrasi, erosi,
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
permukiman, sedimentasi, intrusi air laut,
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
industri,pertanian pengendalian pencemaran,
ancaman permasalahan sosial yang ada
perdagangan kerawanan air bersih, pencemaran
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
dan jasa. air, kerusakan pantai
pemukiman horizontal
4. Kawasan Strategis Dryport Perlu ditambahakan Kecamatan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan a. Klasifikasi Kawasan Kemiri, perlu konfirmasi dengan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Strategis : Pertumbuhan Dinas Pertanian dan Peternakan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, ekonomi danlingkungan mengenai Kecamatan Mauk
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup b. Lokasi : Kecamatan Pasal 38 ayat (3) a ditambahkan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Jambe Kecamatan Paku Haji, Kecamatan
ekonomi lemah c. Kegiatan Utama : Teluk Naga, Kecamatan Kosambi
Transportasi dan (perlu konfirmasi dengan Dinas
Pergudangan Perikanan dan Kelautan)
4
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence K. Kemungkinan Alih Fungsi Lahan di
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 5. Kawasan Strategis sekitar Daratan Pasca Reklamasi
Banjir/Genangan Bandara Soekarno Hatta Perlu kebijakan pengawasan terhadap
Abrasi dan Kerusakan Pantai a. Klasifikasi Kawasan
kemungkinan alih fungsi lahan
Degradasi Ekosisitem Mangrove Strategis : Pertumbuhan
mengingat pasca reklamasi, tanah
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih ekonomi daratan di sekitar Pantura diprediksi
Sedimentasi b. Lokasi : Perluasan
akan naik nilai jualnya sedangkan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Bandara Soekarno Hatta
peruntukan lahan di daerah tersebut
Penanganan Sampah c. Kegiatan Utama :
pada umumnya untuk pertanian/RTH.
Transportasi Udara dan
Pemanfaatan Ruang Laut
Pergudangan L. Sosial Ekonomi Budaya
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
Perlu adanya kebijakan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
6. Kawasan Strategis Perbatasan perlindungan situs budaya
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
DKI Jakarta mengingat di kawasan Pantura
ancaman permasalahan sosial yang ada
a. Klasifikasi Kawasan banyak situs budaya seperti
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Strategis : Pertumbuhan Makam Panjang di Kampung
pemukiman horizontal
ekonomi dan lingkungan Bahari, tempat ziarah orang
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan b. Lokasi : Kecamatan Tionghoa di Tanjung Kait serta
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Kosambi potensi wisata lainnya seperti di
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, c. Kegiatan Utama : Pantai Tanjung Kait
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pergudangan, industri, Perlu kebijakan pemerintah daerah
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata perdagangan dan jasa yang mengarah kepada pembinaan
ekonomi lemah
sistem ekonomi nelayan khususnya
7. Kawasan Strategis PLTU Lontar dalam pengembangan kawasan
a. Klasifikasi Kawasan minapolitan, sehingga potensi PAD
5
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Strategis : Pertumbuhan Kab. Tangerang dari sektor nelayan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut ekonomi danlingkungan dapat ditingkatkan
Banjir/Genangan b. Lokasi : Desa Lontar Perlu ada kebijakan pemerintah
Abrasi dan Kerusakan Pantai Kecamatan Kemiri daerah yang tepat sasaran untuk
Degradasi Ekosisitem Mangrove c. Kegiatan Utama : mencegah disintegrasi sosial dan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Pembangkit Listrik untuk ekonomi sehingga dengan adanya
Sedimentasi Provinsi Banten dan DKI kegiatan reklamasi maka kegiatan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri 5. Kawasan Strategis Rencana nelayan yang ada di sekitar areal
Penanganan Sampah Reklamasi Pantai reklamasi tidak terganggu mata
a. Klasifikasi kawasan pencahariannya
Pemanfaatan Ruang Laut
strategis : Pertumbuhan Perlu ada kebijakan perlindungan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
ekonomi dan pelestarian DAS (Daerah Aliran Sungai)
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
lingkungan wilayah mengingat sungai-sungai di Kab.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pantai. Tangerang mempunyai potensi
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. Lokasi : Kawasan ekonomi bagi masyarakat
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
reklamasi seluas ± 9.000 Pembangunan PLTU perlu
pemukiman horizontal
ha memperhatikan kondisi sosial
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan berjarak 200 meter dari masyarakat di sekitar areal proyek
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas garis pantai utara pengembangan PLTU agar tidak
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Kabupaten Tangerang mengganggu mata pencaharian
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup c. Kegiatan Utama : masyarakat nelayan, serta
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Perumahan perkotaan, pencemaran terhadap areal
ekonomi lemah pelabuhan terpadu, dan pertanian
industri.
6
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence (4) Beberapa program yang
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dibutuhkan untuk mendukung
Banjir/Genangan pengembangan kawasan
Abrasi dan Kerusakan Pantai strategis meliputi :
Degradasi Ekosisitem Mangrove a. Program penataan ruang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b. Program pembangunan
Sedimentasi prasarana dasar dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri transportasi
Penanganan Sampah c. Program pembangunan
sarana pelayanan sosial
Pemanfaatan Ruang Laut
ekonomi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
d. Pogram pengembangan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
usaha
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
(5) Program pengembangan
ancaman permasalahan sosial yang ada
investasi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
(6) Rencana kawasan strategis
pemukiman horizontal
kabupaten digambarkan dalam
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan peta dengan skala yang
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas disesuaikan dengan kebutuhan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, sebagaimana tercantum dalam
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Lampiran X yang merupakan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata bagian tidak terpisahkan dari
ekonomi lemah Peraturan Daerah ini.
7
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Kebijakan dan Strategi
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut
Banjir/Genangan Kebijakan penataan ruang wilayah
Abrasi dan Kerusakan Pantai kabupaten, meliputi:
Degradasi Ekosisitem Mangrove 1. Pengembangan kawasan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih industri yang mempunyai daya
Sedimentasi saing dan nilai tambah,
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dilakukan dengan strategi:
Penanganan Sampah a. Mempersiapkan ruang
kawasan industri yang
Pemanfaatan Ruang Laut
dilengkapi dengan sarana
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
dan prasarana yang
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
berwawasan lingkungan dan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
b. Meningkatkan dan
ancaman permasalahan sosial yang ada
membangun infrastruktur
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pendukung kawasan
pemukiman horizontal
industri.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan 2. Pengembangan kawasan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
permukiman yang terintegrasi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,dengan fungsi kegiatan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup sekitarnya di seluruh wilayah
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata kabupaten dilakukan dengan
ekonomi lemah strategi:
a. Mengintegrasikan
pembangunan infrastruktur
8
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence permukiman dengan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut kegiatan industri dan
Banjir/Genangan pertanian;
Abrasi dan Kerusakan Pantai b. Mewujudkan pusat-pusat
Degradasi Ekosisitem Mangrove kegiatan wilayah baru yang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dipromosikan sesuai dengan
Sedimentasi kewenangan kabupaten;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri c. Mengembankan fungsi
Penanganan Sampah pusat-pusat kegiatan yang
ada di wilayah kabupaten
Pemanfaatan Ruang Laut
Tangerang sesuai dengan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
hirarkinya
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
d. Meningkatkan intensitas
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pembangunan perumahan
ancaman permasalahan sosial yang ada
dan permukiman di tiap
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kecamtan melalui pola
pemukiman horizontal
intensifikasi dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan ekstensifikasi dengan tetap
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas mempertahankan ekosistem
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, lingkungan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup e. Menata kawasan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata permukiman Tigaraksa
ekonomi lemah untuk meningkatkan peran
dan fungsi kawasan
perkotaan Tigaraksa sebagai
9
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pusat pemerintahan dan ibu
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut kota kabupaten Tangerang;
Banjir/Genangan f. Menata dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai mengembangkan kawasan
Degradasi Ekosisitem Mangrove wisata; dan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih g. Membuat rencana rinci
Sedimentasi kawasan permukiman.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri 3. Pengembangan kawasan
Penanganan Sampah perkotaan baru Pantura
dilakukan dengan strategi:
Pemanfaatan Ruang Laut
a. Melaksanakan reklamasi
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
sepanjang pantai utara
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
kabupaten yang berjarak
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kurang lebih 200 meter dari
ancaman permasalahan sosial yang ada
garis pantai.
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
b. Menyiapkan regulasi
pemukiman horizontal
operasional pelaksanaan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan reklamasi.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas c. Mengendalikan dampak
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, penyelenggaraan reklmasi
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata d. Membangun dan
ekonomi lemah mengintegrasikan
infrastruktur pendukung
reklamasi pantai utara
10
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dengan wilayah daratan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut kabupaten
Banjir/Genangan 4. Pengembangan pertanian
Abrasi dan Kerusakan Pantai berkelanjutan di bagian utara
Degradasi Ekosisitem Mangrove wilayah dilakukan dengan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih strategi:
Sedimentasi a. Menetapkan kawasan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pertanian yang
Penanganan Sampah berkelanjutan untuk
menunjang keberadaan
Pemanfaatan Ruang Laut
kawasan permukiman dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
meningkatkan ketahanan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
pangan masyarakat
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kabupaten.
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. Menetapkan kawsan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Minapolitan di kecamatan
pemukiman horizontal
Kronjo dan kawasan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Agropolitan di Kecamatan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Sepatan dan Sepatan Timur
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, dan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup c. Meningkatkan dan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata mengembangkan
ekonomi lemah infrastruktur yang
mendukung pengembangan
pertanian.
11
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 23
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Sistem jaringan sumber daya air
Banjir/Genangan sebagaimana dimaksud dalam
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 7 ayat (4) huruf c, meliputi
Degradasi Ekosisitem Mangrove sungai lintas propinsi dalam
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih wilayah kabupaten, wilayah sungai
Sedimentasi kabupaten, jaringan irigasi,
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri jaringan air baku untuk air bersih,
Penanganan Sampah jaringan air bersih, dan sistem
pengendalian banjir.
Pemanfaatan Ruang Laut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
Pasal 24
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(1) Rencana sistem jaringan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
sumber daya air, meliputi:
ancaman permasalahan sosial yang ada
a. Sungai lintas provinsi terdiri dari
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Cisadane, Cidurian, dan
pemukiman horizontal
Cimanceuri;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan b. Sungai lintas kabupaten/kota
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas terdiri dari Cirarab, Kali Sabi, dan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, sungai kecil lainnya;
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup (2) Sistem jaringan irigasi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata terdiri dari irigasi Cisadane dan
ekonomi lemah Cidurian;
Pengelolaan sumber daya air
dan jaringan pengairan di
12
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Kabupaten Tangerang
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dikembangkan untuk:
Banjir/Genangan a. Pemeliharaan kawasan hulu
Abrasi dan Kerusakan Pantai sungai melalui kegiatan
Degradasi Ekosisitem Mangrove pelestarian kawasan,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih pengamanan kawasan
Sedimentasi penyangga, pengamanan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sumber air dan pencegahan
Penanganan Sampah banjir;
b. Pengelolaan irigasi strategis
Pemanfaatan Ruang Laut
yakni prasarana irigasi yang
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
terdapat pada sentra-sentra
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
produksi pangan;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
c. Peningkatan koordinasi antar
ancaman permasalahan sosial yang ada
provinsi untuk singkronisasi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
program sektoral maupun
pemukiman horizontal
program bersama;
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan d. Pengembangan struktur ruang
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas dengan meningkatkan kualitas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, dan jangkauan pelayanan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup sumberdaya air melalui
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata peningkatan kualitas jaringan
ekonomi lemah prasarana serta dengan
mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan sumberdaya air
13
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence dan penetapan sumberdaya air
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut wilayah sungai;
Banjir/Genangan (3) Pemanfaatan sumber air
Abrasi dan Kerusakan Pantai diarahkan pada air permukaan
Degradasi Ekosisitem Mangrove dengan intake di sungai terdekat
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih yang potensial;
Sedimentasi (4) Pada kawasan permukiman
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pusat kegiatan penyediaan air
Penanganan Sampah bersih melalui jaringan pipa
PDAM dengan memanfaatkan
Pemanfaatan Ruang Laut
air baku dari sungai atau air
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
permukaan;
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(5) Pada kawasan permukiman
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
perdesaan dikembangkan sistem
ancaman permasalahan sosial yang ada
air bersih perdesaan yaitu
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
memanfaatkan sumber air baku
pemukiman horizontal
yang ada meliputi mata air, air
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan tanah dan air sungai dengan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas sistem jaringan air sederhana.
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, (6) Rencana pengembangan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup sistem air bersih, meliputi:
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata a. Zona Cibaja Utara melayani
ekonomi lemah Kecamatan Cikupa, Balaraja,
Jayanti, Tigaraksa, Panongan
dan Jambe;
14
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence b. Zona Cibaja Selatan melayani
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Kecamatan Cisoka, Tigaraksa,
Banjir/Genangan Panongan dan Jambe;
Abrasi dan Kerusakan Pantai c. Zona Cipacul melayani
Degradasi Ekosisitem Mangrove Kecamatan Cisauk , Pagedangan,
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Curug dan Legok;
Sedimentasi d. Zona Sepatan Plus melayani
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Kecamatan Sepatan, Pasar
Penanganan Sampah Kemis dan Rajeg;
e. Zona Pakumas melayani
Pemanfaatan Ruang Laut
Kecamatan Pakuhaji, Mauk, dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
Sukadiri;
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
f. Zona Bojongered melayani
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Kecamatan Teluknaga, Kosambi;
ancaman permasalahan sosial yang ada
dan Zona IKK / Kejori melayani
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Kecamatan Kresek, Kronjo, dan
pemukiman horizontal
Kemiri.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Pasal 25 Ayat (1)
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Sistem persampahan sebagaimana
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata huruf e, rencana pengelolaan
ekonomi lemah sampah Kabupaten Tangerang
sampai tahun 2030 meliputi :
a. Menyiapkan akses dari kawasan
15
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sumber penghasil sampah
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut menuju lokasi Tempat
Banjir/Genangan Pengelolaan Sampah (TPS) yang
Abrasi dan Kerusakan Pantai ada di setiap kawasan dengan
Degradasi Ekosisitem Mangrove kondisi sampah sudah terpilah
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih antara sampah organik dan non
Sedimentasi organik.
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri b. Penentuan daerah pelayanan
Penanganan Sampah setiap jenis alat angkutan
sehingga tercipta suatu sistem
Pemanfaatan Ruang Laut
pengumpulan sampah yang
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
terhirarki dengan baik.
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
c. Menyiapkan suatu pengelolaan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dan pengumpulan yang
ancaman permasalahan sosial yang ada
terhirarki dengan baik.
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
d. Pengadaan dan pengelolaan alat
pemukiman horizontal
angkut sampah dengan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan menyiapkan armada angkut dari
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas gerobak sampai truk.
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, e. Penyediaan dan pengelolaan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup TPS dengan menyiapkan suatu
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata TPS yang memiliki kemampuan
ekonomi lemah untuk mengatasi produksi
sampah perkotaan yang akan
meningkat seiring dengan
16
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence peningkatan perkembangan fisik
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dan kegiatan perkotaan.
Banjir/Genangan f. Peningkatan kapasitas TPST
Abrasi dan Kerusakan Pantai Jatiwaringin di kecamatan Mauk;
Degradasi Ekosisitem Mangrove g. Pembangunan TPS secara
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih parsial yang tersebar pada
Sedimentasi setiap kecamatan;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri h. Mewajibkan setiap pengelola
Penanganan Sampah kawasan permukiman,
komersiar, industri, khusus,
Pemanfaatan Ruang Laut
umum, sosial lainya
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
menyediakan fasilitas
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
penyediaan fasilitas pemilahan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
sampah;
ancaman permasalahan sosial yang ada
i. Pelaksanaan pemantauan dan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
evaluasi secara berkala setiap 6
pemukiman horizontal
(enam) bulan; dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan j. Menyusun dan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas menyelenggarakan sistem
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, tanggap darurat pengelolaan
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup sampah.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata k. Melakukan pembinaan dan
ekonomi lemah pengawasan kinerja pengelolaan
sampah yang dilaksanakan oleh
pihak lain.
17
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 25 Ayat (2)
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Rencana sistem persampahan
Banjir/Genangan wilayah kabupaten sebagaimana
Abrasi dan Kerusakan Pantai dimaksud pada ayat (1)
Degradasi Ekosisitem Mangrove digambarkan dalam peta dengan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dengan skala yang disesuaikan
Sedimentasi dengan kebutuhan sebagaimana
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri tercantum dalam Lampiran VI yang
Penanganan Sampah merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah
Pemanfaatan Ruang Laut
ini.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Pasal 26 Ayat (1)
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Sistem pembuangan air limbah
ancaman permasalahan sosial yang ada
sebagaimana dimaksud dalam
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Pasal 7 ayat (4) huruf f, rencana
pemukiman horizontal
pengelolaan limbah di Kabupaten
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Tangerang secara lebih detail
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas meliputi :
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, a. Sosialisasi serta pemahaman
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup atas pentingnya sarana sanitasi
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata kepada masyarakat, sehingga
ekonomi lemah ketergantungan akan sarana
sanitasi bisa meningkat dan
pencemaran limbah padat
18
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence maupun cair yang berasal dari
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut domestik dapat dikurangi.
Banjir/Genangan b. Meningkatkan kapasitas
Abrasi dan Kerusakan Pantai pelayanan IPLT Lebak wangi di
Degradasi Ekosisitem Mangrove Kecamatan Sepatan Timur.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih c. Mengembangkan sistem
Sedimentasi setempat yang diarahkan pada
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sistem publik dan
Penanganan Sampah menggunakan sistem individu,
berupa instalasi pembuangan
Pemanfaatan Ruang Laut
tinja yang sehat atau tangki
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
septik. Sedangkan untuk
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
daerah yang padat perlu
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dikembangkan sistem komunal,
ancaman permasalahan sosial yang ada
namun sistem ini perlu didesain
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
agar dapat disambungkan satu
pemukiman horizontal
dengan yang lain, sehingga
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dapat membentuk sistem
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas terpusat di masa yang akan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, datang.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup d. Optimalisasi kemampuan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata instalasi pengolahan limbah
ekonomi lemah yang sudah ada serta pengadaan
dan pengelolaan truk tinja untuk
meningkatkan pelayanan
19
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence penanganan air limbah.
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut e. Membangun instalasi
Banjir/Genangan pengolahan limbah tinja yang
Abrasi dan Kerusakan Pantai baru terutama didaerah padat
Degradasi Ekosisitem Mangrove penduduk di wilayah barat dan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih timur Kabupaten Tangerang.
Sedimentasi Karena pada umumnya
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri prasarana yang dipergunakan di
Penanganan Sampah wilayah perencanaan adalah
tangki septik dan cubluk, maka
Pemanfaatan Ruang Laut
fasilitas pengolahan lumpur tinja
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
dan sarana pembuangan sangat
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
dibutuhkan yaitu dengan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
pengadaan dan pengelolaan
ancaman permasalahan sosial yang ada
IPLT. Untuk itu direncanakan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
dibangun IPLT di Kecamatan
pemukiman horizontal
Cisauk Desa Suradita.
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan f. Mewajibkan para developer
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas untuk menyediakan /
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, membangun fasilitas
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup pengolahan limbah domestik
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata secara komunal di kawasan
ekonomi lemah perumahan yang akan dibangun.
g. Untuk penanganan limbah non
domestik yang berasal dari
20
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence industri diperlukan pengolahan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut terlebih dahulu sebelum
Banjir/Genangan dibuang ke badan air penerima.
Abrasi dan Kerusakan Pantai Teknik pengolahan tergantung
Degradasi Ekosisitem Mangrove jenis industri. Untuk itu perlu
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dibangun instalasi pengolahan
Sedimentasi industri secara bersama-sama
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri antar beberapa industri . Untuk
Penanganan Sampah industri yang berdekatan
dengan industri yang sama
Pemanfaatan Ruang Laut
dapat membangun IPAL
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
bersama sehingga dapat
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
mereduksi biaya yang
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
dikeluarkan. Instalasi
ancaman permasalahan sosial yang ada
pengolahan limbah
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
diprioritaskan pada daerah yang
pemukiman horizontal
diperuntukan sebagai kegiatan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan industri.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas h. Menyiapkan suatu mekanisme
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, pengawasan terhadap
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup pembuangan limbah industri
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata untuk memastikan agar limbah
ekonomi lemah yang dibuang ke saluran akhir
telah melalui proses pengolahan
terlebih dahulu. Terutama
21
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence penataan sistem pengelolaan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut limbah B3 diarahkan untuk
Banjir/Genangan meminimalkan pencemaran
Abrasi dan Kerusakan Pantai udara, tanah dan sumber daya
Degradasi Ekosisitem Mangrove air serta meningkatkan kualitas
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih lingkungan, dimana
Sedimentasi pengelolaannya harus dilakukan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri berdasarkan kriteria teknis
Penanganan Sampah sebagaimana dimaksud dalam
peraturan pemerintah serta
Pemanfaatan Ruang Laut
dilakukan melalui kerjasama
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
antar daerah, peran serta
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
masyarakat dan pelaku usaha.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
i. Membuka peluang kerjasama
ancaman permasalahan sosial yang ada
dengan pihak swasta dalam
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pengelolaan limbah baik limbah
pemukiman horizontal
domestik maupun limbah non
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan domestik.
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Paragraf 7
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pasal 27 Ayat (1)
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Sistem pengembangan drainase
ekonomi lemah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (4) huruf g meliputi :
a. Penanganan Banjir
22
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence 1. Rehabilitasi saluran drainase
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dengan memperbesar saluran
Banjir/Genangan drainase serta membongkar/
Abrasi dan Kerusakan Pantai mengganti utilitas yang dapat
Degradasi Ekosisitem Mangrove mengganggu sistem drainase.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih 2. Normalisasi sungai-sungai yang
Sedimentasi melewati kota, berupa
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri pengerukan, pelurusan,
Penanganan Sampah penyayatan bagian sungai yang
sempit serta pembuatan tebing
Pemanfaatan Ruang Laut
penguat di tepi sungai, serta
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
pengembangan fungsi bantaran
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
sungai.
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
3. Operasi dan pemeliharaan
ancaman permasalahan sosial yang ada
yang optimal dan efisien,
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
terkait ketersediaan dana dan
pemukiman horizontal
perlunya pelatihan yang cukup
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan terhadap petugas yang
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas bertanggung jawab serta
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, memasyarakatkan upaya-upaya
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup pemeliharaan kepada
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata masyarakat umum.
ekonomi lemah 4. Memperluas daerah pelayanan
yaitu dengan membuat dan
memperbaiki saluran drainase
23
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence khususnya di lokasi banjir.
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut 5. Tingkat pelayanan, terkait
Banjir/Genangan dengan ketersediaan dana
Abrasi dan Kerusakan Pantai sehingga diperlukan upaya-
Degradasi Ekosisitem Mangrove upaya menanggulangi dana
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih yang terbatas melalui upaya
Sedimentasi identifikasi terhadap sumber-
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sumber dana yang mungkin dan
Penanganan Sampah melakukan cost recovery
semaksimal mungkin.
Pemanfaatan Ruang Laut
6. Memudahkan operasi dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
pemeliharaan serta pendataan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
setiap sungai
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
7. Penerapan manajemen daerah
ancaman permasalahan sosial yang ada
pengaliran sungai, situ dan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pantai dengan menentukan
pemukiman horizontal
otorisasi suatu instansi dalam
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan pengelolaannya serta
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas penetapan garis sempadan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, pantai, sungai, situ/danau :
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup a. Pantai yaitu 100 m dari titik
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata pasang tertinggi kearah darat;
ekonomi lemah b. Situ/danau yaitu 50 m dari
batas muka air tertinggi;
c. Sungai besar yaitu 100 m dari
24
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence tepi sungai/pasang tertinggi;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut d. Sungai kecil yaitu 50 m dari
Banjir/Genangan tepi sungai/pasang tertinggi;
Abrasi dan Kerusakan Pantai e. Sungai Non pasang surut 3 -
Degradasi Ekosisitem Mangrove 100 m dari tepi sungai/pasang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih tertinggi.
Sedimentasi 8. Pengendalian sungai agar tidak
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri menjadi tempat buangan
Penanganan Sampah sampah oleh masyarakat sebab
dapat mengakibatkan
Pemanfaatan Ruang Laut
pendangkalan pada sungai
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
tersebut.
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
9. Hubungan dengan sektor-
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
sektor lain dimana masalah
ancaman permasalahan sosial yang ada
pengendalian banjir harus
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
terintegrasi penuh dengan
pemukiman horizontal
sektor infrastruktur lainnya
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan sehingga diperlukan adanya
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas koordinasi yang baik dan
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, pembagian tanggung jawab
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup yang tegas dan lugas.
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata 10. Pengembangan yang lain
ekonomi lemah adalah peningkatan dan
perbaikan kapasitas saluran
drainase yang telah ada
25
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence diwilayah Kabupaten
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Tangerang.
Banjir/Genangan b. Pembangunan Tandon Air
Abrasi dan Kerusakan Pantai
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pembangunan tandon air
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih direncanakan di wilayah
Sedimentasi Kecamatan Sukadiri 1 buah
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri
Penanganan Sampah Pasal 31
Kawasan lindung kabupaten
Pemanfaatan Ruang Laut
sebagaimana dimaksud dalam
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
Pasal 31 ayat (1) terdiri atas :
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
a. kawasan hutan lindung;
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
b. kawasan perlindungan
ancaman permasalahan sosial yang ada
setempat; dan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
c. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
pemukiman horizontal
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Pasal 32
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas (1) Kawasan hutan lindung
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, sebagaimana dimaksud dalam
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pasal 32 huruf a dikelola oleh
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Perum Perhutani Unit III Jabar
ekonomi lemah Banten-KPH Bogor seluas
1.591,98 ha tersebar di
Kecamatan Kronjo, Kemiri,
26
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Mauk, Pakuhaji, Teluk Naga
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut dan Kosambi.
Banjir/Genangan (2) Kawasan perlindungan
Abrasi dan Kerusakan Pantai setempat sebagaimana
Degradasi Ekosisitem Mangrove dimaksud dalam Pasal 32 huruf
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih b terdiri atas :
Sedimentasi a. Sempadan Pantai;
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri b. sempadan sungai;
Penanganan Sampah c. kawasan danau atau waduk;
dan
Pemanfaatan Ruang Laut
d. kawasan lindung spiriual dan
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
kearifan lokal lainnya.
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Pasal 33
ancaman permasalahan sosial yang ada
Kawasan sempadan pantai
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
sebagaimana dimaksud dalam
pemukiman horizontal
Pasal 32 ayat (2) huruf a Kawasan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan ini terdapat di pesisir pantai utara
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas Kabupaten Tangerang meliputi di
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Kecamatan Pakuhaji, Teluknaga,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Kronjo, Kosambi, Mauk, Kemiri
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata dan Sukadiri, yang
ekonomi lemah keseluruhannya mencakup areal
seluas + 510,00 Ha.
(1) Pengelolaan kawasan
27
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence sempadan pantai diarahkan
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut melalui:
Banjir/Genangan a. pencegahan kegiatan budidaya
Abrasi dan Kerusakan Pantai di sepanjang pantai yang dapat
Degradasi Ekosisitem Mangrove mengganggu kelestarian fungsi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih pantai;
Sedimentasi b. pengendalian kegiatan disekitar
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sempadan pantai; dan
Penanganan Sampah pengembalian fungsi lindung
pantai yang mengalami
Pemanfaatan Ruang Laut
kerusakan.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Pasal 34
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
(1) Kawasan Sempadan Sungai
ancaman permasalahan sosial yang ada
sebagaimana dimaksud dalam
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Pasal 32 ayat (2) huruf b,
pemukiman horizontal
meliputi :
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan a. Sungai besar adalah Cisadane
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas dan Cidurian
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, b. Sungai sedang adalah
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Cimanceuri, Cirarab, Cidadap,
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Cisabi, Tahang, Cipayauen,
ekonomi lemah Cilaku, Cipasilian, Cilontar,
Cileles, Cilarangan, Pecah, dan
Kali Cigung;
28
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence b. Sungai kecil adalah anak-anak
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut sungai baik sungai besar dan
Banjir/Genangan sungai sedang sebagaimana
Abrasi dan Kerusakan Pantai tersebut pada huruf a dan b
Degradasi Ekosisitem Mangrove diatas.
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih (2) Sempadan Sungai sesuai
Sedimentasi dengan lebar dan kedalaman
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sungai, sebagai berikut :
Penanganan Sampah a. Sungai besar paling kurang 30
meter;
Pemanfaatan Ruang Laut
b. Sungai sedang paling kurang 10
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
meter; dan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
c. Sungai kecil paling kurang 5
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
meter.
ancaman permasalahan sosial yang ada
(3) Pengelolaan Sempadan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Sungai ditujukan untuk
pemukiman horizontal
melindungi sungai dari kegiatan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan manusia yang dapat
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas mengganggu dan merusak
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, kualitas air sungai, kondisi fisik
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup dan dasar sungai serta
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata mengamankan aliran sungai;
ekonomi lemah (4) Pengelolaan sempadan
sungai diarahkan melalui:
a. pencegahan kegiatan budidaya
29
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence di sepanjang sungai yang dapat
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut mengganggu atau merusak
Banjir/Genangan kualitas air, kondisi fisik dan
Abrasi dan Kerusakan Pantai dasar sungai serta alirannya;
Degradasi Ekosisitem Mangrove b. pengendalian kegiatan yang
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih telah ada di sempadan sungai;
Sedimentasi c. pengamanan daerah aliran
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri sungai; dan
Penanganan Sampah d. pembatasan daerah terbangun
yang dapat merusak fungsi
Pemanfaatan Ruang Laut
lindung daerah aliran sungai.
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Pasal 35
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Kawasan sempadan danau atau
ancaman permasalahan sosial yang ada
waduk sebagaimana dimaksud
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c
pemukiman horizontal
adalah
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan (1) Kawasan sempadan danau
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas atau waduk yang berada di
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Kecamatan Pasar Kemis,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Sepatan, Sepatan Timur, Kronjo,
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Kresek, Kelapa Dua,
ekonomi lemah Pagedangan, Pakuhaji, Sindang
Jaya, Balaraja dan Mauk.
Kawasan ini meliputi areal
30
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence seluas sekitar 880,07 Ha yang
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut telah termasuk luas danau atau
Banjir/Genangan waduk didalamnya.
Abrasi dan Kerusakan Pantai (2) Tujuan pengelolaan
Degradasi Ekosisitem Mangrove kawasan sempadan danau atau
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih waduk sebagaimana dimaksud
Sedimentasi pada ayat (1) adalah untuk
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri melindungi danau atau waduk
Penanganan Sampah dari kegiatan budidaya yang
dapat mengganggu kelestarian
Pemanfaatan Ruang Laut
fungsi utama danau atau waduk
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
tersebut; dan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
(3) Pengelolaan kawasan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
sempadan danau atau waduk
ancaman permasalahan sosial yang ada
sebagaimana dimaksud pada
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
ayat (1) diarahkan melalui:
pemukiman horizontal
a. Penanaman tumbuhan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan sempadan danau atau waduk;
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas b. Pengendalian kegiatan yang
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, telah ada di sempadan danau
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup ata waduk ; dan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata c. Penataan ruang sempadan
ekonomi lemah danau atau waduk.
31
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Pasal 40 Ayat (8)
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut (1)Kawasan pertanian
Banjir/Genangan sebagaimana dimaksud pada
Abrasi dan Kerusakan Pantai ayat (1) huruf a meliputi :
Degradasi Ekosisitem Mangrove a. Kawasan pertanian lahan
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih basah meliputi Kecamatan
Sedimentasi Sindang Jaya bagian barat dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri utara, Sepatan, Sepatan timur,
Penanganan Sampah Pakuhaji, Teluknaga, Kronjo,
Mekarbaru, Sukamulya,
Pemanfaatan Ruang Laut
Gunungkaler, Kresek, Mauk,
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
Rajeg, Kemiri, dan Sukadiri
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
dengan luas lahan lebih kurang
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
29.295,00 ha;
ancaman permasalahan sosial yang ada
b. Kawasan peternakan meliputi
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Kecamatan Teluknaga, Cisauk,
pemukiman horizontal
Jambe, Cisoka, Mauk, dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan Gunungkaler dengan luas lahan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas lebih kurang 200 ha.
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, .
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pasal 38 Ayat (3)
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Kawasan perikanan sebagaimana
ekonomi lemah dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi kawasan yang
diperuntukan bagi budidaya :
32
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence a. Perikanan tambak di
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Kecamatan Kronjo, Mekarbaru,
Banjir/Genangan dan Mauk dengan luas lahan
Abrasi dan Kerusakan Pantai lebih kurang 2.789 ha;
Degradasi Ekosisitem Mangrove
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih Pasal 38 Ayat (4)
Sedimentasi Kawasan industri sebagaimana
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri dimaksud pada ayat (1) huruf c
Penanganan Sampah meliputi:
a. Industri besar Pasar Kemis,
Pemanfaatan Ruang Laut
Cikupa, Jambe, dan Balaraja
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
dengan luas ± 10.000 ha;
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
b. Industri sedang di Kecamatan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
Curug, Kosambi, Jayanti,
ancaman permasalahan sosial yang ada
Tigaraksa, Sepatan, Legok, dan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
Panongan dengan luas ± 3.586
pemukiman horizontal
ha; dan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan c. Industri rumah tangga tersebar
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas di wilayah Kecamatan Pasar
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Kemis, Curug dan Cisoka.
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup d. Kawasan pergudangan dan
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata industri terbatas berada di
ekonomi lemah Kecamatan Kosambi,
Teluknaga, Balaraja, Sepatan,
dan Jambe. Pelabuhan kering
33
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence (Dry Port) disediakan di
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Kecamatan Jambe.
Banjir/Genangan
Abrasi dan Kerusakan Pantai Pasal 38 Ayat (5) huruf c
Degradasi Ekosisitem Mangrove Pengembangan industri harus
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih dilengkapi dengan prasarana dan
Sedimentasi sarana yang memadai termasuk
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri penyediaan prasarana pengelolaan
Penanganan Sampah limbah;
Pemanfaatan Ruang Laut
Pasal 38 Ayat (5) huruf d
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
Pengembangan industri
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
diharuskan sejalan dengan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
struktur ruang wilayah Kabupaten
ancaman permasalahan sosial yang ada
Tangerang yang direncanakan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
sehingga antara pembangunan
pemukiman horizontal
industri dengan perwujudan
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan struktur ruang terjadi sinkronisasi;
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Pasal 38 Ayat (5) huruf f dan g
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata f. Memanfaatkan seminimal
ekonomi lemah mungkin air baku (air tanah
dangkal) untuk menekan proses
intrusi air laut di kawasan
34
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pantai utara;
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut g. Ditaatinya peraturan daerah
Banjir/Genangan mengenai baku mutu buangan
Abrasi dan Kerusakan Pantai limbah cair, padat, dan gas
Degradasi Ekosisitem Mangrove dengan jalan melengkapi
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih instalasi pengolahan limbah
Sedimentasi yang memadai; dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri
Penanganan Sampah Pasal 38 Ayat (7)
Kawasan permukiman
Pemanfaatan Ruang Laut
sebagaimana dimaksud pada ayat
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
(1) huruf e terdiri dari :
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
a. permukiman perkotaan dengan
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
kepadatan tinggi dengan asumsi
ancaman permasalahan sosial yang ada
lebih dari 30 rumah/Ha dan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
kepadatan sedang dengan
pemukiman horizontal
asumsi kepadatan rumah antara
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan 20-30 rumah/Ha dengan luas
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas lebih kurang 27.937 Ha, meliputi
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Kecamatan Pagedangan, Cisauk,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Legok, Kelapadua, Curug,
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata Cikupa, Pasarkemis, Balaraja,
ekonomi lemah Sukamulya, Tigaraksa,
Panongan, Jambe, Cisoka,
Solear, Jayanti, Teluknaga,
35
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence Sepatan, Sepatan Timur, Mauk,
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut Kosambi dan Sindangjaya;
Banjir/Genangan b. Permukiman perdesaan dengan
Abrasi dan Kerusakan Pantai kepadatan rendah dengan
Degradasi Ekosisitem Mangrove asumsi kurang dari 20
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih rumah/Ha luas lebih kurang
Sedimentasi 18.960 Ha, meliputi Kecamatan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri Kronjo, Mekarbaru,
Penanganan Sampah Gunungkaler, Kresek, Kemiri,
Rajeg, Pakuhaji, dan Sukadiri.
Pemanfaatan Ruang Laut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
Pasal 38 Ayat (9)
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kawasan reklamasi pantai
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
sebagaimana dimaksud pada ayat
ancaman permasalahan sosial yang ada
(1) huruf f merupakan kawasan
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
hasil kegiatan penimbunan dan
pemukiman horizontal
pengeringan laut di bagian
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan perairan laut wilayah Utara mulai
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas dari Kecamatan Kosambi,
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial, Teluknaga, Pakuhaji, Sukadiri,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup Mauk, Kemiri, dan Kronjo, serta
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata berjarak lebih kurang 200 meter
ekonomi lemah dari garis pantai kearah laut
dengan luas lebih kurang 9.000 ha
diperuntukan sebagai
36
ISU STRATEGIS LINGKUNGAN BIO FISIK DAN SOSEKBUD KEBIJAKAN, RENCANA, PROGRAM REKOMENDASI
Land Subsidence pengembangan kota pantai
Rob dan Kenaikan Muka Air Laut terpadu, meliputi :
Banjir/Genangan a. Kawasan permukiman
Abrasi dan Kerusakan Pantai perkotaan;
Degradasi Ekosisitem Mangrove b. Kawasan pelabuhan terpadu;
Ketersediaan dan Kerawanan Air Bersih c. Kawasan industri.
Sedimentasi d. Pariwisata dan
Pencemaran Perairan Akibat Limbah Domestik dan Industri e. Komersial
Penanganan Sampah
Pemanfaatan Ruang Laut
Tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan
global/regional wilayah Teluk Jakarta maupun greater Jakarta
Kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi
ancaman permasalahan sosial yang ada
Inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam
pemukiman horizontal
Pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan
dan keselarasan sosial & ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, kelas
menengah tersingkirkan (fenomena urban sprawl), rawan konflik sosial,
penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup
Kemiskinan & hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata
ekonomi lemah
37

Anda mungkin juga menyukai