Pertemuan Ke 10
Pertemuan Ke 10
2. Penatalaksanaan BBL
a) Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir secara cepat dan tepat
(0-30 detik).
b) Evaluasi data yang terkumpul, buat diagnosis dan tentukan rencana untuk
asuhan bayi baru lahir.
c) Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan mempertimbangkan atau
menanyakan 5 pertanyaan sebagai berikut:
e) Bila salah satu atau lebih pertanyaan tersebut jawabannya “Tidak”, maka
segera lakukan Langkah Awal Resusitasi Bayi Baru Lahir.
f) Rangsangan taktil
Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau
jepitkan (jika tersedia) klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
a) Basuh tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
b) Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.
c) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih
dan kering.
d) Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan
benang DTT atau klem plastik tali pusat atau potongan slang karet infus (DTT
atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitkan secara mantap klem tali pusat
tersebut.
e) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling puntung
tali pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci di bagian tali
pusat pada sisi yang berlawanan.
f) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%.
g) Selimuti kembali bayi dengan kain bersih dan kering. Pastikan bahwa bagian
kepala bayi tertutup dengan baik.
a. Menangani tali pusat
1. Atonia uteri
2. Luka jalan lahir
3. Retensio plasenta
4. Gangguan pembekuan darah
Kriteria Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik:
Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar
melalui vagina terus menerus
2. Pemeriksaan obstetri:
2. Pemeriksaan ginekologi:
Dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki, dapat diketahui kontraksi
uterus, luka jalan lahir dan retensi sisa plasenta
Faktor Resiko
· Partus presipitatus
· Solutio plasenta
· Persalinan traumatis
· Partus lama
· Grandemultipara
· Plasenta previa
Resusitasi cairan
Transfusi Darah
Pencegahan
4. Infeksi
Dengan menggunakan praktik pencegahan infeksi, seperti misalnya mencuci
tangan secara rutin, penggunaan sarung tangan sesuai dengan yang diharapkan,
menjaga lingkungan yang bersih bagi proses persalinan dan kelahiran bayi serta
merta menerapkan standar proses peralatan. Tindakan pencegahan infeksi (PI)
tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan
persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek
asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan, dan
tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karenabakteri, virus, dan
jamur.
a) Setiap orang ( ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan ) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik (tanpa
gejala).
b) Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.
c) Permukaan benda di sekitar kita, peralatan dan benda-benda lain yang akan
dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang utuh, lecet selaput
mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan,
harus diproses secara benar.
d) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi.
e) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi
secara benar dan konsisten.
1. Cuci Tangan
Faktor Risiko :
1. Kehamilan pertama
2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
4. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine,
dan tekanan darah tinggi)
6. Kehamilan kembar
Deteksi dini :
1. Menyaring semua kehamilan primigravida (kehamilan pertama), ibu
menikah dan langsung hamil, dan semua ibu hamil dengan risiko tinggi
terhadap pre-eklampsia dan eklampsia.
2. Pemeriksaan kehamilan secara teratur sejak awal triwulan satu kehamilan
Pemeriksaan penunjang
Pre-eklampsia ringan
Tanda dan gejala :
1. Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160
mmHg; diastole 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg
2. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni)
3. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau
tangan
Pre-eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Tanda dan
gejala pre-eklampsia berat :
Eklampsia
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf)
dan / atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre-
eklampsia.
1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti
dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut
terus menerus dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat
sakit kepala lain
2. Gangguan penglihatan à pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya,
pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara
3. Iritabel à ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara
berisik atau gangguan lainnya
4. Nyeri perut à nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan
muntah
5. Tanda-tanda umum pre eklampsia (hipertensi, edema, dan proteinuria)
6. Kejang-kejang dan / atau koma
Tatalaksana
Tujuan pengobatan :
Pengobatan Konservatif
Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang
lagi maka dapat diberikan obat anti kejang (MgSO4).
Pengobatan Obstetrik
3. Penerimaan Obat
Tujuan : Agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Penerimaan adalah suatu
kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang
lebih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya. Setiap penyerahan obat oleh
Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota, kepada pelayanan kesehatan dilaksanakan
setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
pejabat yang diberi wewenang untuk itu.
Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan obat bertanggung
jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat
berikut kelengkapan catatan yang menyertainya. Misalnya dalam sebuah daerah
pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi obat kepada Puskesmas Pembantu dan sub
unit kesehatan lainnya merupakan tanggung jawab Kepala Puskesmas induk.
Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang
diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk obat
sesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditanda tangani oleh petugas
penerima/diketahui Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat petugas penerima
dapat mengajukan keberatan.
Jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib wajib menuliskan jenis yang
kurang (rusak, jumlah kurang dan lain - lain). Setiap penambahan obat-obatan, dicatat
dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok.
4. Pengelolaan Obat
Pengelola obat dalam manajemen persedian obat di pelayanan kesehatan
adalah Kepala pelayanan kesehatan itu sendiri, Petugas Gudang Obat dan Petugas
Obat di subunit pelayanan adalah:
a. Kepala pelayanan kesehatan
Kepala pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas pelaksanaan
pengelolaan obat dan pencatatan pelaporan, mengajukan obat untuk
pengadaan persediaan kepada Kepala Dinas/Kepala GFK, menyampaikan
laporan bulanan pemakaian obat, melaporkan semua obat yang hilang,
rusak maupun kadaluarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan/Kepala GFK.
8. Bidan Desa
a) Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat yang dikeluarkan maupun
yang diterima oleh Puskesmas Pembantu dalam bentuk Kartu Stok/buku
b) Setiap awal bulan membuat laporan pemakaian dan mengajukan permintaan obat
kepada Kepala Puskesmas
c) Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Puskesmas melalui
petugas gudang obat.
3.Penyelenggaraan pencatatan :
1. Di gudang Puskesmas :
a) Setiap obat yang diterima dan dikeluarkan dari gudang dicatat di
dalam Kartu Stok
b) Laporan penggunaan dan lembar permintaan obat dibuat
berdasarkan :
a. Kartu Stok Obat
b. Catatan harian penggunaan obat
2. Di kamar obat :
a) Setiap hari jumlah obat yang dikeluarkan kepada pasien dicatat pada
buku catatan pemakaian obat harian
b) Laporan pemakaian dan permintaan obat ke gudang obat dibuat
berdasarkan catatan pemakaian harian dan sisa stok.
3. Di kamar suntik :
Setiap hari obat yang akan digunakan dimintakan ke kamar obat.
Pemakaian obat dicatat pada buku penggunaan obat suntik dan menjadi
sumber data untuk permintaan tambahan obat.
4.Alur pelaporan
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit dan
Puskesmas Induk, LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap, yakni :
a) Dua rangkap diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kota melalui Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah yang diserahkan.
Setelah ditanda tangani disertai satu rangkap LPLPO dan satu
rangkap lainnya disimpan di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
b) Satu rangkap untuk arsip Puskesmas .
5.Periode Pelaporan
PENDATAAN KELUARGA
A. Pendataan Keluarga
Pendataan Keluarga adalah kegiatan pengumpulan data primer tentang data
Demografi, data Keluarga Berencana, data Tahapan Keluarga Sejahtera dan data
Anggota Keluarga. Kegiatan Pendataan Keluarga merupakan kegiatan rutin, yang
pelaksanaannya selalu dilaksanakan setiap tahun untuk daerah-daerah yang belum
memiliki data dengan sistem MDK.
Pendataan keluarga seyogyanya dilaksanakan oleh kader yang sebelumnya telah
mendapat pembekalan mengenai teknis cara pengisian formulir pendataan. Formulir
pendataan keluarga terdiri dari 3 (tiga) lembar yakni: Formulir A yang berisi data
demografi, Formulir B yang berisi Data Tahapan Keluarga Sejahtera, serta Formulir C
yang berisi tentang Data Anggota Keluarga.
2. Tujuan khusus
Bertujuan untuk menghasilkan data dan informasi tentang demografi keluarga
berencana tahapan keluarga sejahtera anggota keluarga
a) Tersedianya data demografi
b) Tersedianya data keluarga berencana
c) Tersedianya data KS
d) Tersedianya data anggota keluarga
C. Sasaran Pendataan Keluarga
Pelaksanaan pendataan dan pemutahiran keluarga adalah seluruh keluarga yang
ada di setiap wilayah. Pemutakhiran dan pendataan, khususnya yang mengalami mutasi
(perbaikan, perubahan dan pembaharuan) data keluarga; meliputi data Demografi, KB,
Tahapan KS dan individu anggota keluarga dalam kurun waktu satu tahun masa periode
pemutakhiran dan pendataan keluarga sebelumnya.
D. Persiapan Pendataan Keluarga
1. Melakukan perhitungan kebutuhan jumlah tenaga pendata
2. Melakukan kegiatan rapat koordinasi , pembekalan, orentasi dan pelatihan kepada
kader pendata, menyediakan ,mendistribusikan formulir –formulir /sarana prasarana
pendataan
3. Menyusun jadwal pelaksanaan pendataan , menyiapkan biaya operasional serta
menciptakan iklim yang kondusif untuk pelaksanaan pensdataan di tingkat
Desa/Kelurahaan
4. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan seluruh instansi /organisasi terkait
5. Menyusun dan menetapkan pola operasional pendataan keluarga menurut metode
yang telah mempertimbangkan jumlah dan kemampuan tenaga yang tersedia serta
kondisi wilayah dengan tetap mengacu pada pada prinsip dan mekanisme
pelaksanaan pendataan.
6. Melakukan penyuluhan dan KIE melalui kegiatan IMP yang ada
E. Mekanisme Pelaksanaan / Langkah Pelaksanaan Pendataan
1. Pelaksanaan pendataan dalam wilayah tingkat RT di laksanakan oleh RT, RW, SUB
PPKBD,PPKBD yang mendatangi rumah ke rumah ketemu langsung kepada respon
2. Pembinaan pengumpulan data
3. Penangung jawab pengumpulan data
4. Petugas pembuat peta keluarga
5. Pendataan di lakukan secara lengkap meliputi seluruh keluarga dan penduduk tang
berdiam di seluruh wilayah kerja Sub PPKB dusun RW atau RT.
6. Pengisian register pendataan keluaarga di lakukan melalui kunjungan dari rumah ke
rumah
7. Data yang di isikan kedalamtidak boleh berdasarkan mengambil dari sumber data dari
catatan yang ada di PPKBD, data catatan pada PKB atau Petugas.
8. Sebelum melakukan pendataan dari rumah ke rumah terlebih dulu harus di buat
sketsa Letak rumah pada selembar kertas selanjutnya di pindah ke dalam peta
Keluarga Sejahtera yang sebenarnya sketsa di isi dengan nomor urut yang tercantum
pada format.
9. Untuk memudahkan dalam pembuatan sketsa peta keluarga sejahtera serta agar
jangan sampai ada keluarga yang terlewati di data maka kunjungan keluarga yang ada
dilakukan secara berurutan , susun lokasi tempat tinggal mereka masing masing jadi
tidak melonjat lonjat dari yang satu ke tempat lainnya.
10. Dengan cara menggunakan Register pendataan keluarga dan pemutahiran data
keluarga pra sejahtera dan KS I di setiap pendataan keluarga melalui kunjungan
keluarga dari rumah ke rumah.
11. Pendataan Keluarga dan pemutahiran data keluarga di laksanakan oleh para
kader pendata bersama PLKB/PKB . hasil pendataan di catat oleh kader pendata dan
PLKB/PKB.
12. Membuat sketsa peta keluarga yang berisi kotak kotak tanda lokasi rumah keluarga
sebagai bahan pembuatan peta keluarga.
13. Pendataan di lakukan secara berurutan tidak melonjat lonjat dari tempat satu pindah
ketempat lain, bila terjadi saat kunjungan pendataan rumah kosong penghuninya
sedang pergi maka di lakukan kunjungan pendataan kembali
14. Pendataan di lakukan menurut satuan wilayah RT, RW.
15. Saat pendataan PKB memberikan bimbingan pembinaan dan koreksi hasil pendataan
F. Rangkaian Kegiatan
1. Persiapan
a) Inventarisasi cakupan wilayah, jumlah penduduk dan kondisi geografis dengan
jumlah pendata dan jumlah operator komputer.
b) Menyediakan saran/instrumen pendataan berupa formulir pendataan keluarga
c) Pelatihan bagi kader pendata dan petugas input data.
d) Pembentukan posko-posko pendataan dari mulai tingkat Desa sampai dengan
Tingkat Kecamatan
2. Pelaksanaan
a) Pembagian Print out hasil pendataan untuk dilakukan pemutakhiran
b) Pembagian formulir
c) Pengumpulan data pemutakhiran dan data baru
d) Input data melalui software MDT
3. Tahap Pelaporan
a) Posko Pendataan tingkat desa membuat laporan tertulis rekapitulasi hasil
pendataan Ke Posko Tingkat Kecamatan setiap minggu
b) Posko Tingkat Kecamatan membuat laporan tertulis rekapitulasi hasil
pendataan ke poskok tingkat Kabupaten
c) Pelaporan backup data MDK hasil pemutakhiran data ke tingkat Kabupaten
4. Penyebarluasan Informasi Hasil Pendataan
a) Rekapitulasi hasil pemutakhiran data keluarga digunakan untuk melaksanakan
sarasehan di tingkat desa,
b) Rekapitulasi hasil pemutakhiran data keluarga digunakan untuk melaksanakan
sarasehan di tingkat kecamatan.