A. Topik
Terapi aktivitas kelompok: Sosialisasi pada pasien dengan masalah keperawatan Isolasi
Sosial, Risiko Perilaku Kekerasan, Halusianasi, Defisit Perawatan Diri di Wisma Drupadi
RSJ Grhasia Yogyakarta.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pasien mampu bersosialisasi dan berkenalan.
2. Tujuan khusus
a. Pasien mampu menyebutkan nama lengkap.
b. Pasien mampu menyebutkan nama panggilan.
c. Pasien mampu menyebutkan alamat tempat tinggal pasien.
C. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang berkaitan dengan
suatu gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi penting dari
manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, gangguan tersebut mempengaruhi
hubungan antara dirinya sendiri dan juga masyarakat (Maramis, 2010). Gangguan jiwa
atau mental illnes adalah keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan mengenai
persepsinya tentang kehidupan, hubungan dengan orang lain, dan sikapnya terhadap
dirinya sendiri. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang sama halnya dengan
gangguan jasmaniah lainnya, tetapi gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari
yang ringan seperti rasa cemas, takut hingga tingkat berat berupa sakit jiwa (Budiono,
2010). Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak terjadi, gejalanya
ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi kepribadian yang parah, serta
ketidakmampuan individu berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 %
penduduk dunia mengalami skizofrenia dalam hidup mereka, ditemukan terbanyak pada
usia 15-35, dan dari 1000 orang dewasa 7 diantaranya mengalami skizofrenia (Elvira &
Hadisukanto, 2010). Sementara hasil analisis terbaru yang dilakukan oleh World Health
Organization (WHO, 2013) menunjukkan terdapat sekitar 450 juta orang menderita
gangguan neuropsikiatri, termasuk skizofrenia.
Menurut WHO (2016) terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia mencapai sekitar 400.000
orang atau 1,7 per 1000 penduduk. Prevalensi gangguan mental emosional pada
penduduk Indonesia 6,0%. Provinsi dengan prevalensi gangguan mental emosional
tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan
Nusa Tenggara Timur. Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi
Selatan, Bali dan Jawa Tengah. Proporsi Rumah Tangga (RT) yang memasung Anggota
Rumah Tangga (ART) gangguan jiwa berat (14,3%) dan terbanyak pada penduduk yang
tinggal di pedesaan (18,2%), serta pada kelompok yang penduduk dengan kuintal indeks
kepemilihan terbawah (19,5%) (Kemenkes RI, 2013). Menurut Dinas Kesehatan DIY
tahun 2016, dari total penduduk DIY sekitar 3.594 juta terdapat 12.322 merupakan orang
dengan gangguan jiwa. Di daerah Yogyakarta sendiri ada beberapa Rumah Sakit yang
mengeluarkan masalah jiwa, salah satunya adalah Rumah Sakit Jiwa Grhasia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSJ Grhasia jumlah populasi yogyakarta yang
mengurangi jiwa yang melakukan perawatan atau perawatan di RSJ Grhasia dari Januari
2014 11 sampai Mei 2016 memperbaiki 3.285 Orang. Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia,
proses pemulihan pasien skizofrenia bukan hanya penanganan medis saja, tetapi juga
melibatkan asuhan keperawatan madiri berupa terapi aktifitas kelompok sosialisasi
sebagai salah satu bagian dalam proses pemulihan pasien skizofrenia.
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang
lain. Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada individu yang menarik diri, yaitu percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Dimana individu yang memiliki
mekanisme koping adaptif, maka peningkatan sosialisasi lebih mudah dilakukan.
Sedangkan individu yang mempunyai mekanisme koping maladaptif, bila tidak segera
mendapatkan terapi atau penanganan yang baik akan menimbulkan masalah-masalah
yang lebih banyak dan lebih buruk. Menjelaskan bahwa untuk peningkatan sosialisasi
pada klien bisa dilakukan dengan pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi
(Prabowo, 2014: 239). Penatalaksanaan klien dengan riwayat menarik diri dapat
dilakukan salah satunya dengan pemberian intervensi terapi aktivitas kelompok
sosialisasi, yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah
aktivitas secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan
pencapaian adaptasi optimal pasien. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi berupaya
memfaslitasi kemampuan klien dalam meningkatkan sosialisasi (Prabowo, 2014: 240).
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial
(Purwaningsih, 2012: 39).
TAKS (Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi) terdiri atas 7 sesi yaitu sesi 1
memperkenalkan diri, sesi 2 berkenalan dengan anggota kelompok, sesi 3 bercakap-
cakap, sesi 4 membahas topik pembicaraan, sesi 5 berbicara dan membahas masalah
pribadi, sesi 6 menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok. Dalam
TAKS ini kelompok memilih sesi 1 yaitu pasien yang memberikan jati diri yang terdiri
dari nama lengkap, nama panggilan, dan asal. Setelah pasien melakukan terapi kelompok
sesi sosialisasi 1 kemampuan komunikasi verbal pasien akan meningkat dan ini
merupakan dasar klien untuk mampu melakukan komunikasi verbal. Dari hasil observasi
di Wisma Drupadi, didapatkan sebanyak 13 orang pasien. Dari 13 orang pasien
sebanyak 2 orang pasien dengan masalah keperawatan isolasi sosial, dan defisit
perawatan diri, sebanyak 8 orang pasien dengan masalah keperawatan halusinasi, 5 orang
pasien dengan masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan dan 1 orang pasien
dengan masalah keperawatan waham. Dari jumlah pasien yang ada di Wisma Drupadi
setiap individu memiliki lebih dari 1 masalah keperawatan.
D. Seleksi pasien
1. Hasil observasi sehari-hari diruangan bangsal
2. Informasi dari perawat ruangan
3. Berdasarkan data pasien di rumah sakit
4. Kontrak dengan pasien
5. Kondisi pasien kooperatif
6. Jenis masalah keperawatan sesuai dengan indikasi terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori yaitu : pasien Halusinasi, Risiko Perilaku Kekerasan, Defisit Perawatan Diri,
Isolasi Sosial.
Daftar nama pasien
No Nama Pasien Diagnosa Keperawatan
1 Ismartijah Halusinasi
2 Suryani ISOS Halusinasi
3 Siti Halusinasi
4 Mujilah ISOS dan DPD
5 Jumiyati Halusinasi
6 Supraptinah RPK
7. Jadwal kegiatan
Tempat : Ruang Kegiatan di Wisma Drupadi
Lama Pelaksanaan : Pelaksanaan TAK 30 menit
Waktu Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Rabu, 11 Desember 2019
Jam : 08.15 WIB
8. Metode
Dinamika Kelompok
9. Media dan alat
a. Sound system
b. Lagu berirama riang ( )
c. Bola Plastik
d. Spidol
e. Papan Nama
10. Pengorganisasian
1. Anggota TAK:
a. Leader :
b. Co Leader :
c. Fasilitator :
d. Obeserver :
2. Uraian Tugas Anggota TAK
a. Leader
1) Menyusun rencana TAK (Proposasl
2) Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
3) Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
4) Membaca tata tertib terapi aktivitas kelompok
5) Memfasilitasi anggota untuk mengekspresikan perasaan, mangajukan
pertanyaan dan umpan balik
b. Co Leader
1) Membantu leader mengorganisasi anggota
c. Fasilitator
1) Membantu pemimpin memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan
memotivasi anggota
2) Memfokuskan kegiatan
3) Membantu mengkordinasi anggota kelompok
d. Observer
1) Mengobservasi semua respon pasien mulai dari persiapan, proses dan
penutup
2) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku pasien
3) Melakukan evaluasi pada terapi aktivitas kelompok
11. Setting tempat
Meja TAK
Keterangan :
= Leader
= Co Leader
= Fasilitator
= Observer
= Peserta TAK
14. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung khusus pada saat tahap kerja
untuk menilai kemampuan pasien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan pasien sesuai dengan tujuan. Untuk TAK sesi 1 dievaluasi kemampuan
pasien memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal menggunakan formulir
evaluasi.
SESI 1 TAK
Kemampuan Memperkenalkan Diri
a. Kemampuan Verbal
Petunjuk :
1. Dibawah judul pasien, tulis nama panggilan pasien yang ikut TAK.
2. Untuk tiap pasien, semua dimulai dengan memberi tanda (√) jika ditemukan pada
pasien atau tanda (-) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemamuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 pasien mampu, dan jika
nilai 0,1, atau 2 klin belum mampu.
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2016). Profil Kesehatan DIY 2015.Yogyakarta.
Elvira, D., dan Hadisukanto., 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Keliat, Budi Anna. (2014). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktifitas Kelompok, Ed.2 Jakarta: EGC
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Maramis, Rusdi. 2010. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJIII). Jakarta: FK Unika
Atmajaya
Octaviani, Vandry. (2016). Fungsi Keluarga dalam proses pemulihan pasien skizofrenia di RSJ
Grhsia Yogyakarta. Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Negeri Sunan Kalijaga
World Health Organization. 2016. WHO: terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi.
www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluargadukung-kesehatan-jiwa-
masyarakat.html. Diakses pada tanggal 08 desember 2019 pukul 12:00 WIB
SESI 1 TAK
Kemampuan Memperkenalkan Diri
c. Kemampuan Verbal
1 Menyebutkan nama
lengkap
2 Menyebutkan nama
panggilan
3 Menyebutkan asal
Jumlah
1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Mengguanakan bahasa
tubuh yang sesuai
Jumlah
Lembar Penilaian Observasi Evaluasi Proses
1 Ismartijah
2 Suryani
3 Siti
4 Supraptinah
5 Mujilah
6 Jumiyati
Petunjuk :
1. Dibawah judul pasien, tulis nama panggilan pasien yang ikut TAK.
2. Untuk tiap pasien, semua dimulai dengan memberi tanda (√) jika ditemukan pada
pasien atau tanda (-) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemamuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 pasien mampu, dan jika
nilai 0,1, atau 2 klin belum mampu.