Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

Disusun Oleh :
Nisa Tri Widiyastuti S.Tr. Kep.
P27220019 223

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA

1. Konsep Teori Hernia


A. Pengertian
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. (Jennifer, 2012).
Hernia inguinal adalah menonjolnya isi suatu rongga yang melalui
anulus inguinalis yang terletak di sebelah lateral vaso epigastika inferior
menyusuri kanal inguinal dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis
eksternus (Mansjoer, 2012).
Hernia inguinal adalah keluarnya sebagian usus melalui kanalis
(tempat dimana testis turun dan skrotum) (Muttaqin, 2011). Hernia inguinal
adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang
normal melalui sebuah detek congenital (Long, 2010)
B. Klasifikasi Hernia
Klasifikasi hernia menurut Long (2010) antara lain :
1. Hernia menurut letaknya :
a. Hernia Hiatal
Kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun melewati
diafragma melalui celah hiatus sehingga sebagian perut menonjol di
dada (thorax)
b. Hernia Epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah
perut. Terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk
dibagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini menimbulkan rasa
sakit dan tidak dapat didorong kembali kedalam perut ketika pertama
kali ditemukan.
c. Hernia Umbilikal ( pusar )
Berkembang dalam dan sekitar pusar, disebabkan bukaan pada dinding
perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup
sepenuhnya.
d. Hernia Femoralis
Muncuk sebagai tonjolan di pangkal paha lebih sering terjadi pada
wanita.
e. Hernia Insisional
Terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul sebagai
tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak
menutup sepenuhnya.
f. Hernia Inguinalis
Hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum. Terjadi ketika dinding abdomen
berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah.
g. Hernia Nukleus Pulposi (HNP)
Melibatkan cakram tulang belakang. Diantara setiap tulang belakang ada
diskus intervertebralis yang menyerap cakram dan meningkatkan
elastisitas dan mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan usia,
terjadi herniasi diskus intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit
(sciatica) HNP umumnya terjadi di punggung bawah pada 3 vertebra
lumbar bawah.
2. Hernia berdasarkan terjadinya :
a. Hernia bawaan (congenital)
Hernia bawaan yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada
waktu kehamilan yang dapat menyebabkan mauknya isi rongga perut
melalui kanalis inguinalis.
b. Hernia dapatan ( akuisita)
Hernia dapatan yaitu hernia yang timbul karena berbagai factor pemicu,
seperti batuk kronis , pekerjan mengangkat beban berat.
3. Hernia Menurut Sifatnya :
a. Hernia reponibel / reducible yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk
usus , tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus
b. Hernia Ireponibel yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan
ke dalam rongga . biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri / tanda
sumbatan usus/
c. Hernia strangulate / inkarserata ( incarceration : terperangkap, carcer ;
penjara) yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.
C. Etiologi
Etiologi hernia menurut Kusala (2013) antara lain :
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan usia. Pada anak – anak
penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis
untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa
khususnya yang telah lanjut usia disebabkan oleh melemahnya jaringan
penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut.
2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki adalah jenis hernia inguinal.
Hernia inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan,
hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alar reproduksi. Penyebab
lain disebabkan karena faktor profesi yaitu pada buruh angkat atau buruh
pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga
perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut.
3. Penyakit Penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit, atau
konstipasi kronis dan lain – lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan yang berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya
usus melalui rongga yang lemah.
4. Keturunan
Faktor resiko keturunan lebih besar jika ada keluarga yang pernah terkena
hernia
5. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan yang berlebih pada
tubuh termasuk di bagian perut. Peningkatan tekanan tersebut dapat
menjadi pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan hernia. Misalnya pada pekerjaan buruh angkat barang,
aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus
menerus pada otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran Prematur
Bayi yang lahir prematur lebih beresiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis
belum sempurna sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya
organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Herdman (2012) antara lain yaitu :
1. Berupa benjolan keluar masuk / keras dan yang tersering tampak benjolan
di lipat paha
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya dijepit disertai
perasaan mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah / distensi bila telah ada koplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertamabah
hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sesak nafas.
7. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
Sedangkan menurut Long (2010) gejala klinis yang mungkin timbul setelah
dilakukan operasi :
1. Nyeri
2. Peradangan
3. Edema
4. Pendarahan
5. Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
6. Retensi urin
7. Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha
E. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui
kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang yang di dapat seperti
hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia,
masuknya isi rongga perut melalui kanal inguinalis, jika cukup panjang maka
akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini
berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali
sperma pada laki - laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat
kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali
secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia
dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau
berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap
cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia
strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus
sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan
kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan
menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltik usus yang dapat menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate
akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah (Syamsuhidayat, 2012).
F. Pathway

Sumber : Syamsuhidayat (2012),


Nurarif & Kusuma (2015)
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang hernia menurut Mansjoer (2012) antara lain :
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormal kadar gas dalam usus / obstruksi
usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi ( peningkatan hemotokrit) , peningkatan sel darah putih
(Leukosit : > 10.000 – 18.000/mm3) dan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi
supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki
sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan
ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incarserata dari
suatu nodus limfatikus patologis atau penyebablain dari suatu massa yang
teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat jarang dengan nyeri inguinal
tetapi tak ada bukti fisik atau sonografi yang menunjukkan hernia
inguinalis.
4. CT scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari
adanya hernia obturator
5. USG, untuk memperoleh gambaran bagian dalam organ perut dan
panggul.
H. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
Penatalaksaan hernia menurut Manjoer (2012) antara lain :
1. Konservatif
Terbatas pada tindakan untuk mengembalikan reposisi dan pemakaian
penyangga/penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah di
reposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehigga dapat kambuh
kembali.
a. Reposisi
Yaitu suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia kedalam cavum
peritonil / abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Dilakukan
pada pasien dengan herni reponibilis dengan cara memakai 2 tangan.
Tangan kiri memegang hernia membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan
perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga dipakai
seumur hidup. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan komplikasi, antara lain : merusak kulit dan tonus otot
dinding perut di daerah yang tertekan, sedangkan strangulasi tetap
mengancam.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol/kinin didaerah
sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami
sklerosis/penyempitan sehingga isi hernia keluar dari cavum pertonii.
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan
operasi.
2. Operatif
Operasi merupakan tindakan rasional dan baik untuk pengobatan hernia
inguinalis. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnose ditegakkan.
a. Hernia reponibilis
b. Hernia irreponibilis
c. Hernia strangulasi
d. Hernia incarserata
Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap :
a. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan hernia
ke cavum abdominalis/pemebebasan kantong hernia sampai ke
lehernya.
b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquss intra
abdominalis dan m.transversus abdominalis yang berinsersio di
tuberculum pubicum).
c. Hernioplasty
Mennjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lenih kuat karena tertutup otot
atau tindakan memperkecil amnulus inguinalis intertus dan
memperkuat dinding belakang kondis inguinalis.
Operasi hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty;
1. Anak berumur kurang dari 1 tahun : menggunakan teknik Michele
benc
2. Anak berumur diatas 1 tahun : menggunakan teknik PPOT
3. Keperawatan
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi) selanjutnya gunakan alat
penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
asetaminofen, antibiotik untuk mencegah infeksi dan obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kpi, teh, coklat,
minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala.
I. Komplikasi
Komplikasi hernia menurut Manjoer (2012) yaitu :
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis irreponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan
keadaanirreponibilis adalh omentum, karena mudah melekat pada dinding
hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan irreponibilis daripada usus halus.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia
inguinalis strangulata.Pada keadaan strangulata akan timbul gejala illeus,
yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang
timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah dan
pasien menjadi gelisah

2. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Umur :
Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Untuk hernia ingunalis lateris,
insiden tertinggi pada anak muda. Insiden tinggi pula terjadi pada klien
dengan usia 50-60 tahun dan berangsur angsur menurun pada
kelompok lansia (Black, 2010).
Jenis kelamin :
Laki-laki lebih banyak menderita hernia inguinalis lateral dari pada
perempuan.
Pekerjaan:
Pekerjaan mengangkat berat dalam jangka waktu yang lama dapat
melemahkan dinding perut (Oswari, 2010).
b. Indentitas Penanggung Jawab
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama klien post herniotomy adalah merasakan nyeri daerah
area inguinal.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dimulai sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul,
keadaan apa yang memperberat dan memperingan keluhan.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah di derita sebelumnya (riwayat penyakit menular,
riwayat bekerja mengangkat benda-benda berat, penyakit turunan,
riwayat operasi sebelumnya pada daerah abdomen/operasi hernia yang
pernah dialami).
d. Riwayat penyakit keluarga
3. Pengkajian focus
a. Aktivitas
Pembatasan aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen
seperti bersin, mengangkat benda berat, mengejan.
b. Istirahat
Ansietas, nyeri sebagai manifestasi obstruksi usus, pembatasan
aktivitas kerja sehubungan dengan peningkatan tekanan intra
abdomen.
c. Integritas ego
Ansietas, cemas, takut, marah, apatis, perasaan tak berdaya
d. Sirkulasi
Takikardi (akibat dari nyeri, infeksi, dehidrasi), hipotensi
kulit/membrane mukosa pecah, sianosis, takipneu, asidosis
berhubungan dengan hilangnya cairan dan Na mengakibatkan syok
hipovolemik.
e. Eliminasi
Awalnya feses dapat keluar, fase lanjut terjadi konstipasi obstipasi,
terjadi inkontensia uri, kebiasaan mengejan pada waktu BAB
f. Makanan dan cairan
Mual, muntah, anoreksia, obesitas, merupakan salah satu predisposisi
hernia.
g. Hygiene
Tidak mampu melakukan perawatan diri, baud an berhubungan dengan
keterbatasan aktivitas akibat nyeri
h. Kenyamanan/nyeri
Nyeri pada lokasi selangkangan dan daerah sekitarnya

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi inguinal, luka insisi bedah
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur invasif, tindakan
pembedahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah, trauma jaringan
5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh

C. Intervensi Keperawatan
No
Tujuan Intervensi Rasional
Dx
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi KU dan 1. Memantau
keperawatan diharapkan TTV perkembangan
nyeri dapat berkurang atau pasien
hilang dengan kriteria 2. Kaji nyeri secara 2. Mengetahui
hasil : komprehensif nyeri yang
1. Skala nyeri turun dirasakan pasien
1 2. Klien tidak mengeluh 3. Beri posisi yang 3. Menurunkan
nyeri nyaman dan latih intensitas nyeri
3. TTV dalam batas teknik relaksasi
normal 4. Kolaborasi 4. Mengurangi
4. Klien dapat mengontrol dengan dokter nyeri
nyeri dalam pemberian
analgetik
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi 1. Menghindari
keperawatan diharapkan makanan alergi dan
ketidakseimbangan nutrisi malnutrisi
kurang dari kebutuhan 2. Monitor jumlah 2. Mengetahui
2 tubuh dapat teratasi nutrisi dan banyak jumlah
dengan kriteria hasil : kandungan kalori nutrisi yang
1. Tidak ada tanda-tanda dibutuhkan
malnutrisi 3. Anjurkan pasien 3. Memenuhi
2. Tidak terjadi untuk makan kebutuhan nutrisi
penurunan BB yang sedikit tapi sering dalam tubuh
berarti 4. Berikan informasi 4. Mengetahui
pada pasien kebutuhan nutrisi
tentang kebutuhan yang diperlukan
nutrisi
5. Kolaborasi 5. Memenuhi
dengan ahli gizi kebutuhan gizi
untuk pasien
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda- 1. Resiko
keperawatan diharapkan tanda perdarahan perdarahan turun
resiko perdarahan tidak atau tidak terjadi
terjadi dengan kriteria 2. Monitor TTV 2. TTV dalam batas
hasil : normal
1. Tidak ada hematura
dan hematemesis 3. Hindarkan 3. Menghindari
2. Kehilangan darah yang pemberian perdarahan
3
terlihat asparin dan anti
3. HB, HT dalam batas coagulant
normal 4. Kolaborasi 4. Membantu proses
dengan tim medis penyembuhan
lain dalam dan mengurangi
pemberian perdarahan
program terapi
Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan 1. Mencegah
keperawatan diharapkan lingkungan kontaminasi
resiko infeksi dapat aseptic selama mikroba
teratasi dengan kriteria tindkan
hasil : keperawatan 2. Membantu dx
1. Pasien bebas dari 2. Monitor tanda- dan intervensi
tanda-tanda infeksi tanda dan gejala
2. Menunjukkan infeksi
kemampuan untuk 3. Dorong masukan 3. Membantu
mencegah infeksi nutrisi yang dalam
3. Jumlah leukosit dalam cukup memperbaiki
jumlah normal jaringan dan
meningkatkan
4 daya tahan
tubuh
4. Lakukan 4. Menghindari
pencucian tangan resiko
sebelum dan penyebaran
sesudah prosedur kuman
tindakan. penyebab
infeksi
5. Lakukan 5. Untuk
prosedur invasif menghindari
secara aseptik kontaminasi
dan antiseptik. dengan kuman
penyebab
infeksi
6. Kolaborasi dalam 6. Mencegah
pemberian perkembangan
antibiotik bakteri dan
mencegah
infeksi
Setelah dilakukan tindakan a. Dorong klien untuk a. Proses kehilangan
keperawatan gangguan mengekspresikan bagian tubuh
kecemasan dapat perasaannya membutuhkan
berkurang dengan kriteria penerimaan,
hasil : sehingga pasien
 Klien tampak tenang dapat membuat
 Mau berpartisipasi rencana untuk
dalam program terapi b. Diskusikan tanda masa depannya
dan gejala depresi b. Reaksi umum
terhadap tipe
prosedur dan
5
kebutuhan dapat
c. Diskusikan tanda dikenali dan diukur
dan gejala depresi c. Kehilangan
payudara dapat
menyebabkan
perubahan
gambaran diri,
takut jaringan
parut, dan takut
reaksi pasangan
terhadap
d. Diskusikan perubahan tubuh
kemungkinan untuk d. Rekonstruksi
bedah rekonstruksi memberikan
atau pemakaian sedikit penampilan
prostetik. yang lengkap,
mendekati normal

D. Implementasi
Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang sudah disusun yang
berfokus pada tujuan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi
Penilaian perkembangan hasil implementasi keperawatan yang berpedoman
pada criteria hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, L. 2010. Asuhan Keperawatan Hernia. Jakarta : Salemba Medika.


Giri Made Kusala, 2010. Kumpulan Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Alih Bahasa: Made S, & Nike B.,S. Jakarta: EGC.
Jennifer, 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II.Jakarta : EGC.
Mansjoer, A.2012 .Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Medica Aesculaplus FK UI
Muttaqin, A. & Sari, K. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. & Kusuma, H. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA. Jakarta: Media Action Publishing.
Syamsuhidayat, et.al. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai