O L E H :
DHEVI ALVIONITA
019.02.0903
B. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua kulit batas dengan
epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah
bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak
jelas hingga kita ambil patokannya adalah mulai terdapatnya
sel lemak.
C. Subkutis/Hipodermis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel lemak dan diantara
gerombolan ini benjolan serabut-serabut jaringan dermis,
sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak
ke pinggir sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak
ini disebut penikulus adiposis. Kegunaan penikulus adiposis
adalah sebagai pegas bila tekanan trauma yang menimpa pada
kulit. Isolator panas untuk mempertahankan suhu tubuh.
B. ETIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy
dari sumber panas ke tubuh melalui konduksi atau
radiasi elektromagnetik, meliputi: Etiologi luka bakar
dapat dibagi menjadi Scald Burns, Flame Burns, Flash
Burns, Contact Burns, Chemical Burns, Electrical
Burns, Frost Bite (Jeschke, 2007).
a. Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air
panas, merupakan kebanyakan penyebab luka bakar pada
masyarakat. Air pada suhu 60°C menyebabkan luka bakar
parsial atau dalam dengan waktu hanya dalam 3 detik.
Pada 69°C, luka bakar yang sama terjadi dalam 1 detik
(Jeschke, 2007).
b. Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari
injuri termal. Meskipun kejadian injuri disebabkan oleh
kebakaran rumah telah menurun seiring penggunaan
detektor asap, kebakaran yang berhubungan dengan
merokok, penyalahgunaan penggunaan cairan yang mudah
terbakar, tabrakan kendaraan bermotor dan kain terbakar
oleh kompor atau pemanas ruangan juga bertanggung jawab
terhadap luka terbakar (Jeschke, 2007).
c. Flash Burns
Flash burns adalah berikutnya yang paling sering.
Ledakan gas alam, propan, butane, minyak destilasi,
alkohol dan cairan mudah terbakar lain seperti aliran
listrik menyebabkan panas untuk periode waktu. Flash
burns memiliki distribusi di semua kulit yang terekspos
dengan area paling dalam pada sisi yang terkena
(Jeschke, 2007).
d. Contact Burns
Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan logam
panas, plastik, gelas atau bara panas. Kejadian ini
terbatas. Balita yang menyentuh atau jatuh dengan tangan
menyentuh setrika, oven dan bara kayu menyebabkan luka
bakar yang dalam pada telapak tangan (Jeschke, 2007.
e. Chemical Burns
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia,
apakah bersifat asam kuat atau basa kuat. Kejadian ini
sering pada karyawan industri yang memakai bahan kimia
sebagai bagian dari proses pengolahan atau produksinya.
Penanganan yang salah dapat memperluas luka bakar yang
terjadi. Irigasi dengan NS (NaCl 0.9%) atau akuabides
atau cairan netral lainnya adalah pertolongan terbaik,
tidak dengan cara menetralisirnya (Jeschke, 2007).
f. Electrical Burns
Sel yang teraliri listrik akan mengalami kematian yang
bisa menjalar dari sejak arus masuk sampai bagian tubuh
tempat arus keluar. Luka masuk adalah tempat aliran
listrik memasuki tubuh, luka keluar adalah tempat
keluarnya arus dari tubuh menuju bumi/ground. Gangguan
jantung, ginjal, kerusakan otot sangat mungkin terjadi.
Besarnya luka masuk atau luka keluar tidak berhubungan
dengan kerusakan jaringan sepanjang aliran luka masuk
sampai keluar. Maka dari itu setiap luka bakar listrik
dikelompokan pada derajat III (Jeschke, 2007).
g. Frost Bite
Adalah luka akibat suhu yang terlalu dingin. Pembuluh
darah perifer mengalami vasokonstriksi hebat, terutama
di ujung-ujung jari, hidung dan telinga. Fase
selanjutnya akan terjadi nekrosis dan kerusakan yang
permanen. Untuk tindakan pertama adalah sesegera mungkin
menghangatkan bagian tubuh tersebut dengan pemanas dan
gerakan-gerakan untuk memperlancar sirkulasi (Jeschke,
2007).
C. PATOFISIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi
dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat
dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan
dengan beberapa factor penyebab, konduksi jaringan
yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber
panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan
pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan
tergantung pada penyebabnya. Terjadinya integritas
kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh.
Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal
cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan
pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intravaskular ke
ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler yang
berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida,
kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema
menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik
apabila tidak segera ditangani (Hudak dan Gallo,
1996). Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan
aliran plasma ke ginjal dan GFR (Rate Filtrasi
Glomerular) akan menurun sehingga haluaran urin
meningkat. Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan
intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal
dan apabila resusitasi cairan adekuat, maka cairan
interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskuler
sehingga terjadi fasediuresis.
front =
Head and neck =
18% 18%
front =
18%
Perinium = 1%
Right Leftleg
leg = = 14%
14%
Total: 100%
Total: 100%
Usia>15 tahun
Usia 0-1
tahun
Head = 10%
Front and back
Head and neck =
14%
front = front =
18% 18%
a. Zona koagulan
Terdiri dari jairngan yang mati membentuk sisa-sisa luka
bakar yang berlokasi pada pusat luka bakar yang
berhubungan langsung dengan sumber panas
b. Zona statis
Terdiri dari jaringan yang berbatasan dengan luka yang
nekrosis dan masih tetap hidup tetapi ada risiko berupa
defisiensi darahg yang terus menerus selama penurunan
perfusi
c. Zona hiperemia
Terdiri dari kulit normal yang mengalami vasodilatasi
dan mengisi aliran pembuluh darah akibat respon luka
B. ANAK
3 X BB X % LUKA BAKAR + (KEBUTUHAN CAIRAN )
Kebutuhan Faal:4.2.1 (X 24 JAM)
4 X 10KG BB (1)
2 X 10 KG BB (2)
1X 10 KG BB (3, dst..)
Cara pemberian
24 jam pertama dibagi 1:
a. 8 jam pertama diberikan 50% dari kebutuhan cairan
b. 16 jam kedua diberikan 50% dari kebutuhan cairan
24 jam kedua
4.2.1 (X 24 JAM)
4 X 10KG BB (1)
2 X 10 KG BB (2)
1X 10 KG BB (3, dst..)
Albumin = 0,5 X BB % LUKA BAKAR
2. Kontraktur
Kontraktur merupakan komplikasi yang sering menyertai
luka bakar serta menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.
Beberapa hal yang dapat mecegah atau mengurangi
terjadinya kontraktor antara lain:
a. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
b. Latihan ROM baik pasif maupun aktif
c. Presure garmen yaitu pakaian yang dapat memberikan t
ekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertrofi s
car
3. Systemic Inflammatory Response Syndrome atau SIRS
terdiri dari rangkaian kejadian sistemik yang terjadi
sebagai bentuk respons inflamasi. Respons yang terjadi
pada SIRS merupakan respons selular yang menginisiasi
sejumlah mediator-induced respons pada inflamasi dan
imun (Burns M. & Chulay, 2006). SIRS (Systemic
Inflammatory Response Syndrome) adalah respon klinis
terhadap rangsangan (insult) spesifik dan nonspesifik
4. Multiple Organ Dysfunction Syndrome/ MODS) didefinisikan
sebagai adanya fungsi organ yang berubah pada pasien
yang sakit akut, sehingga homeostasis tidak dapat
dipertahankan lagi tanpa intervensi. Disfungsi dalam
MODS melibatkan >2 sistem organ
L. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen kimia / termal
ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30
menit klien menunjukkan kriteria hasil sesuai dengan
skala NOC
NOC: Pain Level
Indikator 1 2 3 4 5
Level nyeri ≥7 5-6 3-4 1-2 0
Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Tidak
sangat berat sedang ringan nyeri
berat
Ekspresi
nyeri