Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

LUKA BAKAR DI RUANG 16 (COMBUSTIO)


RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

O L E H :

DHEVI ALVIONITA

019.02.0903

PEROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES) MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2019


LAPORAN PENDAHULUAN

I. ANATOMI FISIOLOGI KULIT


Kulit terbagi atas 3 lapisan pokok, yaitu epidermis,
dermis, dan jaringan subkutan/hipodermis.
A. Epidermis
Lapisan epidermis terdiri dari:
1. Lapisan basal atau stratum germinatium disebut juga
stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian
basal stratum germinatium. Menggantikan sel-sel yang
diatasnya dan merupakan sel-sel yang induk. Bentuknya
silindris (tabung) dengan inti yang lonjong, di dalamnya
terdapat butir-butir yang disebut melanin. Warna sel
tersebut tersusun seperti pagar (palisade) dibagian
bawah sel tersebut terdapat suatu membrane yang disebut
membrane basalis. Sel-sel basalis dengan membran basalis
merupakan batas terbawah dari epidermis dan dermis.
2. Lapisan malpigi atau stratum spinosum merupakan lapisan
yang paling tebal
3. Lapisan sianular atau stratum granulosum merupakan
lapisan yang terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan
4. Lapisan tanduk atau stratum korneum

Epidermis juga mengandung kelenjar ekrin,


kelenjar apokrin, sebasea rambut dan kuku, kelenjar
keringat ada 2 jenis: eterin dan apoterin. Fungsinya
mengatur suhu tubuh menyebabkan panas di lepaskan
dengan cara penguapan kelenjar ekrin terdapat di semua
daerah kulit, tidak terdapat pada selaput lendir.
Kelenjar sebasea terdapat pada seluruh tubuh kecuali
di telapak tangan, kuku dan punggung kuku.
Pada telapak kaki dan tangan terdapat lapisan
tambahan di atas lapisan granular yaitu stratum
lusidium atau lapisan jernih. Rambut terdapat
diseluruh tubuh, rambut tubuh dari folikel rambut di
dalamnya epidermis. Kuku merupakan lempeng yang
terbuat dari sel tanduk yang menutupi bagian dorsal
dari tangan dan kaki.

B. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua kulit batas dengan
epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah
bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak
jelas hingga kita ambil patokannya adalah mulai terdapatnya
sel lemak.

C. Subkutis/Hipodermis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel lemak dan diantara
gerombolan ini benjolan serabut-serabut jaringan dermis,
sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak
ke pinggir sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak
ini disebut penikulus adiposis. Kegunaan penikulus adiposis
adalah sebagai pegas bila tekanan trauma yang menimpa pada
kulit. Isolator panas untuk mempertahankan suhu tubuh.

Menurut Desizulfa (2013) system integument


memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi kulit
 Menutup dan melindungi organ di bawahnya
 Melindungi tubuh dan masuknya mikroba/benda asing
 Ekskresi melalui respirasi/berkeringat
 Tempat penimbunan lemak
 Pengatursuhu tubuh
b. Sensori persepsi mengandung reseptor terhadap panas,
dingin, nyeri, sentuhan dan tekanan
c. Proses berkeringat
Panas merangsang hipotalamus anterior (area pre
optic) untuk dipindahkan melalui 5 anak otonom ke
medulla spinalis dan melalui saraf simpatis ke kulit
seluruh tubuh. Saraf simpatis merangsang kelenjar
keringat untuk produksi keringat
d. Proses absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap larutan dan
benda-benda yang mudah menguap dan diserap begitu yang
larut dalam lemak permeabilitas terhadap O2 dan CO2 dan
uap air kemungkinan kulit ikut andil pada fungus
respirasi.
II. LUKA BAKAR
A. DEFINISI
Luka bakar
adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak
dengan sumber panas
seperti api, air
panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi
(Moenajat, 2001). Luka
bakar merupakan luka
yang unik diantara
luka lainnya karena
luka tersebut meliputi
sejumlah bersar jaringan mati yang tetap berada pada
tempatnya untuk jangka waktu yang cukup lama.

B. ETIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy
dari sumber panas ke tubuh melalui konduksi atau
radiasi elektromagnetik, meliputi: Etiologi luka bakar
dapat dibagi menjadi Scald Burns, Flame Burns, Flash
Burns, Contact Burns, Chemical Burns, Electrical
Burns, Frost Bite (Jeschke, 2007).
a. Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air
panas, merupakan kebanyakan penyebab luka bakar pada
masyarakat. Air pada suhu 60°C menyebabkan luka bakar
parsial atau dalam dengan waktu hanya dalam 3 detik.
Pada 69°C, luka bakar yang sama terjadi dalam 1 detik
(Jeschke, 2007).
b. Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari
injuri termal. Meskipun kejadian injuri disebabkan oleh
kebakaran rumah telah menurun seiring penggunaan
detektor asap, kebakaran yang berhubungan dengan
merokok, penyalahgunaan penggunaan cairan yang mudah
terbakar, tabrakan kendaraan bermotor dan kain terbakar
oleh kompor atau pemanas ruangan juga bertanggung jawab
terhadap luka terbakar (Jeschke, 2007).
c. Flash Burns
Flash burns adalah berikutnya yang paling sering.
Ledakan gas alam, propan, butane, minyak destilasi,
alkohol dan cairan mudah terbakar lain seperti aliran
listrik menyebabkan panas untuk periode waktu. Flash
burns memiliki distribusi di semua kulit yang terekspos
dengan area paling dalam pada sisi yang terkena
(Jeschke, 2007).
d. Contact Burns
Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan logam
panas, plastik, gelas atau bara panas. Kejadian ini
terbatas. Balita yang menyentuh atau jatuh dengan tangan
menyentuh setrika, oven dan bara kayu menyebabkan luka
bakar yang dalam pada telapak tangan (Jeschke, 2007.
e. Chemical Burns
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia,
apakah bersifat asam kuat atau basa kuat. Kejadian ini
sering pada karyawan industri yang memakai bahan kimia
sebagai bagian dari proses pengolahan atau produksinya.
Penanganan yang salah dapat memperluas luka bakar yang
terjadi. Irigasi dengan NS (NaCl 0.9%) atau akuabides
atau cairan netral lainnya adalah pertolongan terbaik,
tidak dengan cara menetralisirnya (Jeschke, 2007).
f. Electrical Burns
Sel yang teraliri listrik akan mengalami kematian yang
bisa menjalar dari sejak arus masuk sampai bagian tubuh
tempat arus keluar. Luka masuk adalah tempat aliran
listrik memasuki tubuh, luka keluar adalah tempat
keluarnya arus dari tubuh menuju bumi/ground. Gangguan
jantung, ginjal, kerusakan otot sangat mungkin terjadi.
Besarnya luka masuk atau luka keluar tidak berhubungan
dengan kerusakan jaringan sepanjang aliran luka masuk
sampai keluar. Maka dari itu setiap luka bakar listrik
dikelompokan pada derajat III (Jeschke, 2007).
g. Frost Bite
Adalah luka akibat suhu yang terlalu dingin. Pembuluh
darah perifer mengalami vasokonstriksi hebat, terutama
di ujung-ujung jari, hidung dan telinga. Fase
selanjutnya akan terjadi nekrosis dan kerusakan yang
permanen. Untuk tindakan pertama adalah sesegera mungkin
menghangatkan bagian tubuh tersebut dengan pemanas dan
gerakan-gerakan untuk memperlancar sirkulasi (Jeschke,
2007).

C. PATOFISIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi
dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat
dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan
dengan beberapa factor penyebab, konduksi jaringan
yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber
panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan
pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan
tergantung pada penyebabnya. Terjadinya integritas
kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh.
Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal
cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan
pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intravaskular ke
ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler yang
berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida,
kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema
menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik
apabila tidak segera ditangani (Hudak dan Gallo,
1996). Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan
aliran plasma ke ginjal dan GFR (Rate Filtrasi
Glomerular) akan menurun sehingga haluaran urin
meningkat. Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan
intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal
dan apabila resusitasi cairan adekuat, maka cairan
interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskuler
sehingga terjadi fasediuresis.

D. KLASIFIKASI LUKA BAKAR


1. Menurut kedalamannya
a. Luka bakar derajat I
 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
 Tampak merah dan kering seperti luka bakar
matahari
 Tidak dijumpai bullae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis,
berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
 Dijumpai bulae.
 Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering
terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2
(dua), yaitu:
Derajat II dangkal (superficial)
 Kerusakan mengenai bagian superfisial dari
dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh.
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14
hari.
Derajat II dalam (deep)
 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian
dermis
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian
besar masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung
epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan
terjadi lebih dari sebulan.

c. Luka bakar derajat III


 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan
lapisan yang lebih dalam.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
 Tidak dijumpai bulae.
 Kulit yang terbakar berwarna putih hingga merah,
coklat atau hitam
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan
dermis yang dikenal sebagai eskar.
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh
karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan/kematian
2. Klasifikasi keparahan luka bakar menurut American Burn
Association
No Derajat Ringan/minor Sedang Mayor
luka bakar
1 Derajat 2 Dewasa Dewasa Dewasa
TBSA <15 TBSA 15-25 >25%
Anak Anak Anak
<10% 10-20% >20%
2 Derajat 3 <2% 2-10% 10%
Rule Of Nine

Head and neck =


9%

front =
Head and neck =
18% 18%

front =
18%
Perinium = 1%

Right Leftleg
leg = = 14%
14%

Total: 100%
Total: 100%
Usia>15 tahun
Usia 0-1
tahun

Head = 10%
Front and back
Head and neck =
14%

front = front =
18% 18%

Right Leftleg Leftleg


leg = =16% =18%
16%
Right
leg =
18%
Total: 100% Total: 100%
Usia 1-5 tahun Usia 5-15 tahun
Pembagian Zona Kerusakan Jaringan

a. Zona koagulan
Terdiri dari jairngan yang mati membentuk sisa-sisa luka
bakar yang berlokasi pada pusat luka bakar yang
berhubungan langsung dengan sumber panas
b. Zona statis
Terdiri dari jaringan yang berbatasan dengan luka yang
nekrosis dan masih tetap hidup tetapi ada risiko berupa
defisiensi darahg yang terus menerus selama penurunan
perfusi
c. Zona hiperemia
Terdiri dari kulit normal yang mengalami vasodilatasi
dan mengisi aliran pembuluh darah akibat respon luka

E. PROSES PENYEMBUHAN LUKA


1. Fase inflamasi
Fase ini terjadi sejak terjadi luka sewaktu hari ke 5.
Fase ini terjadi respon vaskuler dan seluler yang
terjadi akibat luka/cedera pada jaringan yang bertujuan
untuk menghentikan pendarahan, membersihan darah luka,
benda asing, sel-sel mati dan bakteri. Pada fase ini
terputusnya pembuluh darah akan menyebabkan perdarahan
dan tubuh akan berusaha untuk menghentikannya
(hemostatis) dimana dalam proses itu terjadi:
a. Kontruksi pembuluh darah (vasokontriksi)
b. Agregasi (pelengketan) platelet/trombosit dan
pembentukan jala=jala fibrin
c. Aktivitas serangkaian reaksi pembuluh darah

Proses tersebut berlengsung beberapa menit


dan kemudian diikuti dengan permeabilitas kapiler
sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh
darah, penyuburan sel radang disertai vasodilatasi
(pelebrana pembuluh darah) selain itu juga terjadi
rangsangan terhadap ujung saraf sensorik pada
daerah luka sehingga pada fase ini ditemukan
tanda-tanda inflamasi yaitu seperti kemerahan,
teraba hangat, edema dan nyeri.
2. Fase proliferasi
Disebut juga fase fibroplasia yang berlangsung
sejak akhir fase inflamasi sampai dengan akhir minggu.
Pada fase ini sel fibroplos berpoliferasi, fibroblas
menghasilkan mukopolisakarida asam amino dan protein
yang merupakan bahan dasar kolagen yang akan
mempertemukan tepi luka. Fase ini dipengaruhi oleh
substansi yang disebabkan growth factors. Pada fase ini
terjadi proses:
a. Angiogenesis: proses pembentukan kapiler baru untuk
menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka.
Angiogenesis di stimulasi oleh suatu growth factors
(Tnf αβ)
b. Granulasi: pembentukan jaringan kemerahan yang
mengandung kapiler pada dasar luka dan permukaan yang
bersisi jaringan halus
c. Kontraksi: pada fase ini terpi-tepi luka akan
tertarik ke arah tengah luka yang disebabkan oleh
kerja miofibrinoblas sehingga mengurangi luas luka,
proses ini kemungkinan dimediasi oleh TGF α

F. FASE LUKA BAKAR


1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase
awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway
(jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan
circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya
dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca
trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik
2. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang
terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat
kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
b. Proses inflamasi dan infeksi.
c. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada
luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan
atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
d. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi
parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ
fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

G. MANIFESTASI LUKA BAKAR


Manifestasi awal menurut Betz (2009)
1) Takikardia
2) Tekanan darah menurun
3) Ekdtremitas dingin dan perfusi buruk
4) Perubahan tingkat kesadaran
5) Dehidrasi (penurunan turgor kulit, penurunanurine,
lidah dan kulit kering)
6) Peningkatan frekuensi pernapasan
7) Pucat (tidak terjadi pada luka bakar derajat II dan
III).

Menurut Grace (2007) menifestasi kronis adalah:


1. Umum :
 Nyeri
 Edema dan bula
2. Khusus:
 Inhalasi asap (gejala pada hidung/sputum, suara
serak, luka bakar dalam mulut)
 Luka bakar pada mata/alis mata
 Luka bakar sirkum tersiol
Kedalam Jaringan Penyebab Karakteristik Nyeri Penyembu
an yang anglazim han
terkena
Ketebal Kerusakan Sinar Kering : Nyeri Sekitar
an epitel matahari tidak ada 5 hari
superfi minimal lepuh, merah
cial pink, memutih
(deraja dengan
t I) tekanan

Ketebal Epidermis Kilat : Basah : pink Nyeri: Sekitar


an , dermis cairan atau merah, hipere 21 hari,
partial minimal hangat lepuh stetik jaringan
(deraja sebagian parut
t IIA) memutih minimal
Ketebal Keseluruh Benda Kering : Sensit Berkepan
an an panas, pucat, if jangan
partial epidermis nyala berlilin, terhad membentu
dermal , api, tidak memutih ap k
dalam sebagian cidera tekana jaringan
(deraja dermis radiasi n hipertro
t IIB) fik :
pembentu
kan
kontrakt
ur
Ketebal Semua Nyala api Kulit Sediki Tidak
an yang di berkepanj terkelupas t dapat
penuh atas dan angan, vascular, nyeri beregene
(deraja bagian listrik, pucat kuning rasi
t III) lemak kimia, sampai coklat sendiri
subkutan dan uap :
dapat panas membutuh
mengenai kan
jaringan tandur
ikat, kulit
otot,
tulang
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan
adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan
peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan
adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat
terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan
adanya infeksi atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya
kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen
(PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal
sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi
ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat
konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila
mulai diuresis.
5. Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan
dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan
pompa, natrium.
7. Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan
respon stress.
8. Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan
protein pada edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan
perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat
meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif
terhadap efek atau luasnya cedera.
11. EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial
atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk
penyembuhan luka bakar.
I. PENATALAKSANAAN
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien
trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan
circulation-nya terlebih dahulu.
1. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka
segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya
trauma inhalasi antara lain adalah: terkurung dalam api,
luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan
sputum yang hitam.
2. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan
dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa
juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat
pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan
fraktur costae.
3. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema, pada luka bakar yang luas dapat
terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang
luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat
diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
a. Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
b. Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama,
sisanya dalam 16 jam berikutnya.
4. Obat - obatan:
a. Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang < 6
jam sejak kejadian.
b. Analgetik: Antalgin, aspirin, asam mefenamat, dan
morfin.
Rehabilitasi Cairan
Protokol pemberian cairan
Formula Cairan 24 jam Kristaloid 24 Koloid 24 jam
pertama jam kedua ketiga
Baxter RL 4ml/kgBB/%LLB 20-60% Memantau
estimate vol output urine
plasma 30ml/jam
Evans Larutan NS 50% vol cairan 50% vol
(ml/kg/%LLB, 24jam pertama cairan 24 jam
200ml DSW dan x 200ml/DSW pertama
koloid
1mg/kg/%LLB)
Salter RL 2l/24jam + 50% vol cairan 0% vol cairan
fresh frozen 24jam 24jam
plasma 200ml DSW 1 fresh
7ml/kg/24jam frozen plasma
Broke RL = -
1,5ml/kg/%LLB
Koloid =
0,5ml/1/%LLB
200ml DSW
Modified RL = 2ml/kg/%LLB -
broke
Metroheal RL + 50mEq NS, pantau
th sodiumbikarbonat output urine
4ml/kg/%LLB

Rumus Kebutuhan Cairan


A. DEWASA
3 X BB X % LUKA BAKAR
24 jam pertama cairan dibagi:
a. 8 jam pertama diberikan 50% dari kebutuhan cairan
b. 16 jam kedua diberikan 50% dari kebutuhan cairan
24 jam kedua
a. Cairan Maintenance = 30-50 cc/kbBB/Hr
b. Albumin = 0,5 X BB X%LUKA BAKAR

B. ANAK
3 X BB X % LUKA BAKAR + (KEBUTUHAN CAIRAN )
Kebutuhan Faal:4.2.1 (X 24 JAM)
4 X 10KG BB (1)
2 X 10 KG BB (2)
1X 10 KG BB (3, dst..)
Cara pemberian
24 jam pertama dibagi 1:
a. 8 jam pertama diberikan 50% dari kebutuhan cairan
b. 16 jam kedua diberikan 50% dari kebutuhan cairan
24 jam kedua
4.2.1 (X 24 JAM)
4 X 10KG BB (1)
2 X 10 KG BB (2)
1X 10 KG BB (3, dst..)
Albumin = 0,5 X BB % LUKA BAKAR

J. PERAWATAN DI UNIT LUKA BAKAR


a. Perawatan luka umum
1. Pembersihan luka, cuci dengan savlon NaCL 0.9% 1:3 +
buang jaringan nekrotik
2. Topical dan tutup luka
 Tule
 Silver sulfoidiazin
 Tutup kasa tebal  evaluasi 5-7 hari balutan
kotor
3. Ganti balutan
4. Hidroterapi
5. Terapi obat-obatan: antibiotic, analgesic, antacid
6. Debridement
7. Balutan luka biosintetik dan sintetik bio-
brone/sufratulle
8. Penalaksanaan nyeri
9. Dukungan nutrisi
10. Fisioterapi/mobilisasi
11. Perawatan rehabilitasi
K. KOMPLIKASI
1. Hipertrofi jaringan parut
Terbentuk hipertrofi jaringan parut dipengaruhi oleh:
a. Kedalaman luka bakar
b. Sifat kulit
c. Usia klien
d. Lamanya waktu penutupan
Jaringan parut terbentuk secara aktif pada 6
bulan post luka bakar dengan warna awal merah muda
dan menimbulkan rasa gatal. Pembentukan jaringan
parut terus berlangsung dan warna berubah merah,
merah tua dan sampai coklat muda dan terasa lebih
lembut.

2. Kontraktur
Kontraktur merupakan komplikasi yang sering menyertai
luka bakar serta menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.
Beberapa hal yang dapat mecegah atau mengurangi
terjadinya kontraktor antara lain:
a. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
b. Latihan ROM baik pasif maupun aktif
c. Presure garmen yaitu pakaian yang dapat memberikan t
ekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertrofi s
car
3. Systemic Inflammatory Response Syndrome atau SIRS
terdiri dari rangkaian kejadian sistemik yang terjadi
sebagai bentuk respons inflamasi. Respons yang terjadi
pada SIRS merupakan respons selular yang menginisiasi
sejumlah mediator-induced respons pada inflamasi dan
imun (Burns M. & Chulay, 2006). SIRS (Systemic
Inflammatory Response Syndrome) adalah respon klinis
terhadap rangsangan (insult) spesifik dan nonspesifik
4. Multiple Organ Dysfunction Syndrome/ MODS) didefinisikan
sebagai adanya fungsi organ yang berubah pada pasien
yang sakit akut, sehingga homeostasis tidak dapat
dipertahankan lagi tanpa intervensi. Disfungsi dalam
MODS melibatkan >2 sistem organ
L. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen kimia / termal
ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30
menit klien menunjukkan kriteria hasil sesuai dengan
skala NOC
NOC: Pain Level
Indikator 1 2 3 4 5
Level nyeri ≥7 5-6 3-4 1-2 0
Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Tidak
sangat berat sedang ringan nyeri
berat
Ekspresi
nyeri

TD Sistole >170 >161-170 151-160 140-150 <140


Diastole >120 110-120 100-109 90-99 <90
RR ≥ 32 29-32 25-28 21-24 12-20
Keterangan :

Skala 0 : Tidak nyeri

Skala 1-2 : Nyeri ringan

Skala 3-4 : Nyeri ringan

Skala 5-6 : Nyeri sedang

Skala >7 : Nyeri barat


NIC: Pain Management

1) Kaji klien secara komperehensif


2) Amati isyarat non verbal terkait keluhan nyeri
3) Monitor TTV terhadap nyeri
4) Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi
nyeri
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti
nyeri
2. Kerusakan integritas kulit b.d cidera termal ditandai
dengan kerusakan integritas kulit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x
24 jam integritas kulit klien dapat membaik.
Kriteria hasil sesuai skala NOC
NOC: Burn Healing
Indikator 1 2 3 4 5
Prosentase luka >70% 60-70% 41-59% 20-40% <20%
bakar
Tanda-tanda Ya Tidak
infeksi
Edema luka Ya Tidak
bakar
Kemerahan Ya Tidak
jaringan
TD Sistole <105 105-109 110-114 115-119 ≤ 120

TD Diastole < 40 40-59 60-69 70-79 ≤ 80

RR ≥ 32 29-32 25-28 21-24 12-20

Nadi >130x/mnt 121- 111- 101- 60-


130x/mnt 120x/mnt 110x/mnt 100x/mnt

Suhu >39 34,4-39 38-38,3 37,6- 36,5-


37,9 37,5

NIC: Wound care burn


1. Rawat luka
2. Monitor TTV klien (nadi, suhu, tekanan darah,
RR)
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
4. Berikan nutrisi dan intake cairan adekuat
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
topikal dan pemeriksaan penunjang
3. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan defisiensi volume cairan ditandai
dengan penggunaan serum elektrolit
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30
menit kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi.
Kriteria Hasil: Sesuai Skala NOC
NOC: Electrolite Acid/bare balance
Indikator 1 2 3 4 5
Serum natrium <120 120- 125- 130- 136-145
125 130 135
Serum kalium <2,3 2,3- 2,6- 3,1- 3,5-5,5
2,6 3,0 3,4
Serum klorida <7,0 7,0 – 8,0 – 9,0 – 9,8 – 10,6
7,9 8,9 9,7
Albumin <2,0 2,0- 2,5- 2,0- 3,5-5,0
2,4 2,9 3,4
Osmolalitas <1,5 1,5- 1,9- 2,6- 3,0-4,7
urine 1,8 2,5 2,9
Nadi (x/menit) >130 125- 111- 101- 60-100
130 120 110
RR (x/menit) >35 31-35 25-30 21-25 16-20
Turgor kulit >10 8-10 4-7 2-3 <detik
detik detik detik detik
Mukosa bibir Kering Basah/lebab
Urin output Anuria 1cc/kg/BB/jam
Keterangan :
1 = Sangat Parah
2 = Parah
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Normal
NIC: Fluid Electrolyte
1. Observasi tanda-tanda rehidrasi
2. Berikan pasien untuk minum air putih yang banyak
3. Monitor TTV pasien
4. Kolaborasi dengan tim medis mengenai keseimbangan
elektrolit dan cairan
DAFTAR PUSTAKA

Broghers VL, 2003, Aplikasi dan patofisiologi:


pemeriksaan dan manajemen ED 2. Jakarta : EGC
Grace et al, 2007. At giance ilmu bedah. Jakarta:
Erlangga
Mancon, m, 2003. Manajemen Luka, Jakarta : EGC
Sabistan D, 2000. Buku Ajar Bedah, Jakarta : EGC
Sam, 2011. Asuhan Keperawatan dengan Combustio, Jakarta:
EGC
Schwartz, Seymour I. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu
Bedah. Jakarta: EGC.
Stöppler, Melissa Conrad MD. Frost bite.
http://www.emedicinehealth.com/frostbite/article_em.ht
m#Frostbite Causes
Wahab, Abdul. 2011. Resusitasi Cairan Pasien Luka Bakar.
PPT Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin:
Makassar.
Wim, de Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Bab 3 Luka
Bakar Edisi 2. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai