Anda di halaman 1dari 22

CASE BASED DISCUSSION

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 17 BULAN

DENGAN KEJANG DEMAM KOMPLEKS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak

Oleh :

Muhammad Faiz Haidar Rafi

30101507499

Pembimbing :

dr. Ch Rini Pratiwi, Sp. A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK
RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Muhammad Faiz Haidar Rafi


NIM : 30101507499
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Judul : Seorang anak laki-laki usia 17 bulan dengan kejang demam kompleks

Demak, November 2019


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Sunan Kalijaga Kab. Demak

Pembimbing,

dr. Ch Rini Pratiwi, Sp. A


BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : An. A
TTL/Umur : 27 Mei 2018 / 17 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Wonosalam, Demak
Tanggal Masuk : 9 Oktober 2019
No. RM : KLJG01200XXXXXX
No. Reg : RG01082XXX
Ruang : Dahlia
b. Identitas Orang tua
Ayah
Nama : Tn. M
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Swasta
Ibu
Nama : Ny. R
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 11
Oktober 2019 pukul 18.30 WIB yang dilakukan di bangsal dahlia RSUD
Sunan Kalijaga Demak serta didukung catatan medik.
a. Keluhan Utama
Kejang
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan kejang. Kejang 1 hari sebelum
masuk Rumah Sakit. Kejang sebanyak 2 kali. Masing-masing kejang
pada pukul 12:00 dan pukul 17:00. Masing-masing kejang selama
kurang lebih 15 menit. Kejang diseluruh tubuh dan saat kejang pasien
tidak sadar. Setelah kejang selesai pasien langsung menangis. Kejang
berhenti sendiri tanpa diberi obat. Sebelum kejang, pasien demam
tinggi, demamnya mendadak. Pasien belum pernah diperiksakan dan
belum diberi obat. Keluhan lain seperti batuk, pilek, muntah dan diare
disangkal.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya, riwayat asma


disangkal, riwayat kejang disangkal. Pasien juga tidak pernah dirawat di
Rumah Sakit.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa. Riwayat alergi


disangkal. Tidak ada yang pernah sakit TB di keluarga pasien.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan anak pertama. Ayah merupakan pegawai swasta dan
ibu merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien berobat menggunakan
BPJS. Pasien tinggal serumah dengan ayah dan ibu. Kesan ekonomi
cukup.
g. Riwayat Pemeliharaan Prenatal
Saat hamil, ibu pasien memeriksakan kehamilannya ke bidan
teratur 1x sebulan. Nafsu makan ibu cukup baik, makan dengan nasi,
lauk pauk cukup. Kenaikan berat badan saat kehamilan ibu lupa. Lemes
(-) dan pucat (-). Tidak terdapat riwayat anemia saat kehamilan, riwayat
darah tinggi saat kehamilan disangkal. Riwayat perdarahan jalan lahir
dan trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep
dokter ataupun minum jamu disangkal.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik
h. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Saat hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya. Pasien
merupakan anak laki-laki yang lahir dari ibu G1P0A0 hamil 39 minggu,
letak kepala, lahir spontan di bidan langsung menangis, berat badan lahir
3000 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala lupa dan lingkar dada
lupa, tidak ada kelainan bawaan.
Kesan : neonatus aterm, lahir spontan per vaginam

c. Riwayat Pemeliharaan Postnatal


Pemeliharaan sewaktu bayi dilakukan di bidan wonosalam dan anak
dalam kondisi sehat dengan pemantauan bayi selama seminggu
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik
d. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : sudah
BCG : sudah
Polio : sudah
DPT : sudah
Campak : sudah

Kesan : Imunisasi dasar tidak dapat dinilai karena hanya berdasarkan


keterangan orang tua, tanpa menunjukkan buku KMS

e. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak


Pertumbuhan
Pasien sering dibawa kontrol ke bidan untuk mengisi KMS.
Usia : 17 bulan
BB Sekarang : 9 kg
PB Sekarang : 76 cm
LK Sekarang : 47 cm
BB / TB
Kesan : Status gizi baik

BB / U
Kesan : Normal
TB / U
Kesan : Perawakan Normal

LK/U
Kesan : Mesocephal
Perkembangan
- Usia 17 bulan :
Perilaku sosial :
 Menatap ibu (+,1 bulan)
 Tersenyum (+, 2 bulan)
 Mengamati tangan sendiri (+, 2,5 bulan)
 Berusaha menggapai benda (+, 5 bulan)
 Mainan bola (+, 10 bulan)
 Minum dari cangkir (+, 15 bulan)
 Membuka pakaian (+, 17 bulan)
Gerakan motorik halus :
 mengikuti gerakan (+, ibu lupa)
 memegang mainan (+, ibu lupa)
 mengamati manik manik (+, 5 bulan)
 mencoret (+, 17 bulan)
Bahasa :
 berekasi terhadap suara (+, 1 bulan)
 bersuara (+, 2 bulan)
 menoleh ke arah suara (+, 5 bulan)
 papa, mama (+, 9 bulan)
 6 kata (+, 17 bulan)
Gerak motorik kasar :
 telungkup (+, 2,5 bulan)
 mengangkat kepala ketika tengkurap (+, 2,5 bulan)
 membalik (+, 4 bulan)
 duduk (+, 6 bulan)
 berdiri (+, 12 bulan)
 berjalan (+, 15 bulan)
 berlari (+, 17 bulan)

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia

f. Riwayat Pemberian Makan dan Minum


ASI diberikan sejak lahir sampai 6 bulan ini, MPASI diberikan
mulai usia 6 bulan. Sekarang sudah makan biasa, lauk pauk dan sayuran
tercukupi.

Kesan : kualitas dan kuantitas makanan baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 11 Oktober 2019 pukul 18.30 WIB di


bangsal dahlia RSUD Sunan Kalijaga Demak
Anak laki-laki usia 17 bulan, berat badan 9 kg, panjang badan 76 cm,
lingkar kepala 43 cm
1. Keadaan Umum : Irritable
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda vital :
- Tekanan Darah :-
- Nadi : 110x/menit,reguler, isi dan tegangan cukup.
- Laju nafas : 32 x/ menit
- Suhu : 38,7° C (aksila)

4. Status Internus
a. Kepala : mesocephale, ubun-ubun besar cekung (-), kulit kepala
tidak ada kelainan, rambut hitam dan distribusi merata
b. Bibir : kering (-), sariawan (-)
c. Kulit : Sianosis (-), turgor kembali cepat <2 detik, ikterus (-),
ruam merah (-)
d. Mata : Pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung
(-/-), air mata (-)
e. Hidung : bentuk normal, sekret bening (-/-), nafas cuping hidung
(-), epistaksis (-/-)
f. Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-)
g. Mulut : sianosis (-), pendarahan gusi (-), sariawan (-), lidah
kotor (-)
h. Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), ruam merah (-)
i. Thorax :
 Pulmo
 Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris
dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi suprasternal,
intercostal dan epigastrial (-). Ruam merah (-)
 Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
 Perkusi : sonor (+)
 Auskultasi : suara dasar bronkhovesikular
 Suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)

 Cor
 Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba di ICS V, 2 cm
medial linea mid clavicula sinistra
 Perkusi : Redup
 Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-),
bising (-)

j. Abdomen :
Inspeksi : tampak datar
Auskultasi : BU (+)
Perkusi : timpani
Palpasi : defense muscular (-), hepatomegali (-), tugor
kulit kembali cepat <2”
k. Genitalia : laki-laki, fimosis (-)
l. Ekstremitas :

Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Udem -/- -/-
Capillary Refill <2" <2"
Time
m. Pemeriksaan Neurologis
Motorik : Koordinasi baik, kekuatan baik
Sensorik : Belum dapat dinilai
Reflek Fisiologis : R. Biseps : (+2/+2)
R. Triseps : (+2/+2)
R. Patella : (+2/+2)
R. Archilles : (+2/+2)
Reflek Patologis : R. Babinsky :(-/-)
R. Chaddock :(-/-)
R. Oppeinheim :(-/-)
Meningeal Sign : Kaku kuduk :(-)
Brudzinsky I :(-)
Brudzinsky II :(-)
Kernig sign :(-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Rutin

Pemeriksaan 9/10/2019 Nilai normal

Hb 7.5 mg/dl 11 - 15 mg/dl


Ht 24,6 % 31 – 41 %
Leukosit 16.600/ mm3 6.000 – 17.500

Trombosit 407.000/ mm3 150.000 – 450.000

Kesan Anemia
Hemodilusi

Pemeriksaan 9/10/2019 , Jam : 12:15 Nilai normal


GDS 112 mg/dl 70-115
Kesan Normal
Pemeriksaan 10/10/2019 , Jam : 14:10 Nilai normal
Elektrolit Na : 134,75 Na : 135 – 150
K : 4,04 K : 1,5 – 2,5
Ca : 7,80 Ca : 9 – 11,4
Cl : 102,98 Cl : 98 – 110
Mg : 1,9 Mg : 1,8 – 2,2
Pemeriksaan 10/10/2019, Jam : 14:10 Nilai normal
Widal O/H -/- -/-
V. PROBLEM PASIEN
Problem Aktif Problem Pasif

• Kejang -
• Demam

VI. DIAGNOSIS BANDING


- Kejang Demam Kompleks

VII. DIAGNOSIS KERJA


Diagnosis utama : Kejang Demam Kompleks
• Diagnosis komorbid :-
• Diagnosis komplikasi :-
• Diagnosis gizi : Gizi baik, perawakan normal
mesocephale
• Diagnosis sosial ekonomi : cukup
• Diagnosis Imunisasi : Imunisasi tidak dapat dinilai karena tanpa
didukung bukti KMS
• Diagnosis Pertumbuhan : tidak dapat dinilai karena tanpa buku KMS
• Diagnosis Perkembangan :
1) Personal sosial : sesuai usia
2) Motorik Halus : sesuai usia
3) Bahasa : sesuai usia
4) Motorik kasar : sesuai usia
VIII. INITIAL PLAN
 Ip. Dx :
a. Subyektif :-
b. Obyektif : EEG

 Ip. Tx :

o O2 Nasal 2 lpm
o Inf D5 ¼ NS 8 tpm
o Inj. PCT 4 x 125 mg
o Inj. Diazepam 3mg  bila kejang
o Inj. Dexa 3 x ½ amp

o Ip. Mx :
o Monitoring KU, kesadaran, ttv
o Cek lab darah rutin ulang bila tidak tampak perbaikan.

o Ip. Ex :
o Memberitahukan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang
sedang diderita
o Mengedukasi orang tua tentang kompres saat demam
o Mengedukasi orang tua tentang cara penanganan kejang
o Memotivasi orang tua untuk membawa pasien kontrol secara teratur ke
pelayanan kesehatan.
o Memberikan penjelasan mengenai pemberian diit di rumah.

o Bila keluhan kembali muncul, segera dibawa ke dokter atau RS terdekat

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KEJANG DEMAM KOMPLEKS


Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
seperti suhu rektal di atas 38 °C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.
Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures kejang demam adalah suatu kejadian
pada bayi dan anak biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan
dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.
Klasifikasi
Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu kejang demam simpleks dan
kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana yaitu kejang yang berlangsung
singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk
umum, tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu
24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
Sedangkan kejang demam kompleks yaitu kejang demam dengan salah satu ciri berikut:
kejang lama >15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial, dan kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui.Faktor resiko
kejang demam yang penting adalah demam. Namun kadang-kadang demam yang tidak
begitu tinggi dapat menyebabkan kejang. Selain itu terdapat faktor resiko lain, seperti
riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat,
problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah.
Demam dapat muncul pada permulaan penyakit infeksi (extra Cranial), yang
disebabkan oleh banyak macam agent, antara lain :
Bakteri :
• Penyakit pada Tractus Respiratorius
Pharingitis
Tonsilitis
Otitis Media
Laryngitis
Bronchitis
Pneumonia
• Pada Gastro Intestinal Tract :
Dysenteri Baciller ,Shigellosis Sepsis.
• Pada tractus Urogenitalis :
Pyelitis
Cystitis
Pyelonephritis
Virus :
Terutama yang disertai exanthema :
Varicella
Morbili
Dengue

Manifestasi Klinis
Bangkitan kejang pada bayi dan anak-anak sering terjadi bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, biasanya berkembang bila suhu tubuh
mencapai 39°C atau lebih, disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat (ISPA,
OMA, dll). Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam. Kejang
dapat bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau akinetik.Berlangsung singkat
beberapa detik sampai 10 menit, diikuti periode mengantuk singkat pasca
kejang.Kejang demam yang menetap lebih dari 15 menit menunjukkan adanya
penyebab organik seperti infeksi atau toksik dan memerlukan pengamatan menyeluruh.

Patofisiologi kejang demam


Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (lipid)
dan permukaan luar (ion). Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan
mudah dilalui oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya kecuali Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron
tinggi dan ion Na rendah.Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar
sel maka terdapat potensial membran sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh
adanya:
- Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler.
- Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari
sekitarnya.
- Perubahan patofisiologi dari membran sendiri dari penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan menaikan metabolisme basal
10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berusia 3
tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan orang dewasa
yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron,dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
ion K maupun Na melalui membran. Perpindahan ini mengakibatkan lepas muatan
listrik yang besar, sehingga meluas ke membran sel lain melalui neurotransmitter, dan
terjadilah kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda.Pada anak dengan ambang
kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C.Pada anak dengan ambang
kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C.Terulangnya kejang demam
lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah, sehingga dalam
penanggulangannya perlu diperhatikan pada suhu berapa penderita kejang.
Faktor risiko kejang demam
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu
terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
perkembangan terlambat, problem masa neonatus, anak dalam perawatan khusus,
dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan
mengalami satu kali rekurensi atau lebih dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali
rekurensi atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, usia dibawah 18
bulan, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang
rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam dan riwayat keluarga epilepsi.
5,6

Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari ialah adanya gangguan


neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi dalam keluarga,
lamanya demam saat awitan kejang dan lebih dari satu kali kejang demam
kompleks. 5,6
DIAGNOSIS
a. Anamnesis
1.) Adanya kejang , jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat
kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam diluar susunan
saraf pusat.
2.) Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam
keluarga.
3.) Singkirkan penyebab kejang lainnya.
b. Pemeriksaan fisik : kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsal meningeal, tanda
peningkatan tekanan intrakranial, tanda infeksi di luar SSP.6
c. Pemeriksaan Penunjang
1.) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi
disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya
darah perifer, elektrolit dan gula darah.5
1.) Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk
menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi
klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada ; bayi
kurng dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan, bayi antara 12-18 bulan
dianjurkan, bayi > 19 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara
klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. 5
2.) Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi
pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam tidak
khas misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun
atau kejang demam fokal.5
4.) Pencitraan
Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan
(CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan,
tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ; kelainan neurologik fokal yang
menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil edema.5

Tata Laksana kejang demam


Prognosis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
awalnya normal. Kejang demam dapat berulang di kemudian hari atau dapat
berkembang menjadi epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko berulangnya kejang pada
kejang demam adalah:
a. Riwayat kejang demam dalam keluarga.
b. Usia di bawah 12 bulan.
c. Suhu tubuh saat kejang yang rendah.
d. cepatnya kejang setelah demam
Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah:
a. kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
b. Kejang demam kompleks.
c. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.
Edukasi pada Orang Tua
Sebagai seorang dokter sebaiknya kita mengurangi kecemasan orang tua dengan cara :
- Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis yang baik
- Memberitahukan cara penangan kejang
- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
- Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat
adanya efek samping obat.
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang :
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah
trgigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
Bawa ke dokter atau Rumah Sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

Anda mungkin juga menyukai