Tugas Bu Ila Terbaru
Tugas Bu Ila Terbaru
Dosen Pengampu :
Hj. Noor Khalilati.,Ns.M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Aldi Seprianata Z (1614201110064)
Emy Pratama (1614201110074)
Ida Laila (1614201110082)
Khairunnisa (1614201110086)
Narita Trimar (1614201110096)
Normuliani (1614201110102)
Nor Indriani (1614201110101)
Rike Dwi Pandani (1614201110108)
Yuni Khairunisa (1614201110120)
Penyusun
Kelompok
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Prabencana.............................................................................................. 3
PENUTUP ............................................................................................................ 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana merupakan suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena
ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan. Sehingga
menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan lingkungan,
kejadian ini diluar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.
International Strategy For Disaster Reduction (Nurjanah dkk. 2011).
Bencana merupakan peristiwa atau kejadian pada suau daerah yang
mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta
memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga
memerlukan bantuan luarbiasa dari pihak luar (Depkes, 2012)
Menurut WHO Bencana adalah setiap kejadian yang menyebabkan
kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya
derajat kesehatan atau layanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan
respon dari masyarakat atau wilayah yang terkena.
Kejadian bencana mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2012
terdapat 1.811 kejadian dan terus meningkat hingga pada tahun 2016 terdapat
1.986 kejadian bencana (Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB],
2013, Gaffar, 2015 ; BNPB, 2016). Besarnya angka kejadian dan dampak yang
ditimbulkan oleh bencana sehingga membutuhkan upaya penanggulangan.
Penanggulangan bencana adalah upaya sistematis dan terpadu untuk mengelola
bencana dan mengurangi dampak bencana, diantaranya penetapan kebijakan
dalam bencana, pengelolaan resiko berupa usaha pencegahan dan mitigasi,
3kesiapsiagaan, tanggap darurat serta upaya pemulihan berupa rehabilitasi dan
rekontruksi. Penanggulangan bencana oleh perawat pada tahap tanggap darurat
meliputi pengkajian secara cepat dan tepat terhadap korban bencana serta
pemberian bantuan hidup dasar (Loke, 2014; Veenema, 2016)
1
Bencana dapat terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan semua orang
panik. Bencana dapat mengakibatkan kerusakan dari kecil sampai besar.
Gedung-gedung, sistem infrastruktur dan lainnya akan mengalami kerusakan.
Rusaknya fasilitas kesehatan, mengakibatkan terjadinya gangguan dalam
pelayanan kesehatan disamping itu juga terdapat banyak korban dengan berbagai
jenis cedera yang membutuhkan pertolongan segera (Al Khalaileh, Bond, &
Alasad, 2012).Xu & Tzeng (2016) mengatakan bahwa korban. 4 massal yang
diakibatkan oleh bencana dapat menyebabkan gangguan pada pelayanan
kesehatan. Untuk mengurangi dampaknya, maka perlu meningkatkan
kepedulian terhadap bencana melalui tindak penyelamatan dan pertolongan
bencana. Tindakan tersebut bertujuan untuk memberikan tanggap darurat yang
efektif dan difokuskan pada pertolongan serta bantuan sementara untuk
membantu korban segera setelah bencana terjadi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan penulis dalam hal
managemen bencana
1.4.2 Pembaca dapat menerapkan upaya penanggulangan bencana terutama
untuk para petugas kesehatan
1.4.3 Untuk menambah informasi tentang perbandingan antara teori dengan
penelitian yang dilakukan tentang mekanisme bencana
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prabencana
Pencegahan (prevension); upaya untuk menghilangkan atau mengurangi
kemungkinan timbulnya suatu ancaman. Misalnya : pembuatan bendungan
untuk menghindari terjadinya banjir, biopori, penanaman tanaman keras di
lereng bukit untuk menghindari banjir dsb. Namun perlu disadari bahwa
pencegahan tidak bisa 100% efektif terhadap sebagian besar bencana.
Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi
dampak buruk dari suatu ancaman. Misalnya : penataan kembali lahan desa agar
terjadinya banjir tidak menimbulkan kerugian besar.
Kesiap-siagaan (preparedness); yaitu persiapan rencana untuk bertindak ketika
terjadi(atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari
perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat dan identifikasi
atas sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan
ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Pada tahap pra bencana
ini meliputi dua keadaan yaitu :
2.1.1 Situasi tidak terjadi bencana
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang
berdasarkan analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak
menghadapi ancaman bencana yang nyata. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana meliputi :
a. perencanaan penanggulangan bencana;
b. pengurangan risiko bencana;
c. pencegahan;
d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
e. persyaratan analisis risiko bencana;
f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
g. pendidikan dan pelatihan; dan
h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
3
2.1.2 Kegiatan pra bencana pada daerah potensi bencana
Adapun kegiatan kesiapsiagaan secara umum adalah: kemampuan menilai
resiko, perencanaan siaga, mobilisasi sumberdaya, pendidikan dan
pelatihan, koordinasi, mekanisme respon, manajemen informasi dan gladi/
simulasi.
Prosedur & Tahapan Penanggulangan Pra Bencana
a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan Ronda (pemantauan,
informasi dan komunikasi).
b. Mengamati perkembangan aktivitas gunung Merapi ,saling
menginformasikan dan mengkomunikasikan perkembangan.
c. Merencanakan dan Mensosialisasikan Kesepakatan tanda bahaya :
Kentongan, sirine, peluit atau apa yang disepakati.
d. Merencanakan dan Mensosialisasikan Kesepakatan jalur evakuasi :
Disepakati jalur mana yang akan dilewati untuk penyelamatan.
e. Merencanakan dan Mensosialisaasikan Kesepakatan Tujuan/Tempat
Pengungsian : Disepakati tujuan pengungsian ke tempat yang lebih
aman.
f. Mensosialisasikan Persiapan Masing Masing Keluarga : Yang
diselamatkan : surat-surat berharga, ternak, pakaian secukupnya.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa:
1. Pendidikan peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness)
2. Latihan penanggulangan bencana (disaster drill)
3. Penyiapan teknologi tahan bencana (disaster-proof)
4. Membangun sistem sosial yang tanggap bencana
5. Perumusan kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana (disaster
management policies).
4
Jurnal Terkait
PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD)
DALAM TAHAP KESIAPSIAGAAN(Studi Pada Kantor BPBD Kota
Batu) oleh Aurellia Chintia Deby H (2015)
Di dalam jurnal ini di jelaskan tentang Peran BPBD Kota Batu dalam Tahap
Kesiapsiagaan Terhadap Bencana yaitu :
a. Peran BPBD
1. Peran aktif
Peran aktif adalah peran yang dilakukan seseorang secara absolut
atau selalu aktif dalam tindakannya yang dia lakukan di dalam
organisasi atau lembaga sosial yang dimilikinya. Peran aktif dalam
suatu lembaga berkaitan dengan tugas dan fungsi yaitu dua hal yang
tidak dapat di pisahkan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh seseorang
atau lembaga.
Peran aktif BPBD dalam tahap kesiapsiagaan dalam
penanggulanganbencana adalah serangkaian upaya yang mencakup
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi.
Kegiatan pegawai BPBD dalam menanggulangi bencana yang terjadi di
Kota Batu yaitu :
a) Sosialisasi dalam kegiatan tersebut yang dimana kegiatan tersebut
melakukan pembekalan kepada masyarakat perihal kesiapsiagaan
terhadap ancaman bencana.
b) Peningkatan kapasitas aparatur dalam meningkatkan kapasitas
aparatur harus ada yang namanya sertifikasi kompeten dibidangnya
dapat meningkatkan pelayanan dan keterampilan dalam
menangani bencana.
5
b. Peran partisifasif
Merupakan peran yang dilakukan yang hanya berdasarkan jangka waktu
tertentu. Peran partisifasif BPBD sudah mampu memberi pelayanan,
bantuan, dan solusi terhadap masyarakat yang terkena bencana. BPBD
observasi langsung dalam kesiapsiagaan bencana yang terjadi di Batu.
c. Peran pasif
Adalah peran yang hanya dipergunakan sebagai symbol tertentu yang ada
di dalam kehidupan masyarakat. Seperti symbol peringatan bencana salah
satunya ialah alarm kebakaran, telfon darurat, tabung apar. Simbol
peringatan yang dipasang seperti EWS berperan pasif karena hanya
berfungsi sangat terjadi ancaman bencana .
Faktor Pendorong BPBD dalam tahap kesiapsiagaan penanggulangan
bencana kota batu :
1) Anggaran dari pemerintah
2) Aparatur dan keterlibatan masyarakat
Faktor Penghambat BPBD dalam tahap kesiapsiagaan penanggulangan
bencana kota batu :
1) Kesadaran masyarakat
2) Pengadaan sarana dan prasarana
Dari Teori dengan jurnal didapatkan bahwa :BPBD sudah melakukan peran
yakni pada saat pra bencana dengan mengadakan sosialisasi dan kajian-
kajian dan membuat peta rawan bencana dan dapat meminimalisir adanya
korban jiwa maupun kerugian harta benda yang mana peran tersebut sudah
sesuai dengan teori.
6
2.2 Bencana
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
2.2.1 Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian,
dan sumber daya.
2.2.2 Penentuan status keadaan darurat bencana.
2.2.3 Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
2.2.4 Pemenuhan kebutuhan dasar.
2.2.5 Perlindungan terhadap kelompok rentan.
2.2.6 Pemulihan dengan segara prasaranan dan sarana vital.
Mekinisme penanggulangan pada saat darurat bersifat koordinasi, komando, dan
pelaksanaan. (Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana, BNPB,
2008) Penyelenggaraan Penanggulangan keadaan darurat di rumah sakit :
a. Pos Komando
b. Pusat Informasi/humas
c. Tenda Evakuasi
d. Jalur evakuasi cepat
e. Tempat berkumpul
f. Tempat penilaian pasien (triase)
g. Kamar operasi darurat
h. Bangsal tambahan terbuka
i. Kamar jenazah
j. Dapur umum
k. Gudang logistic cadangan
l. Pintu darurat
m. Ramp
n. Jalur hubungan dengan Gedung yang berdekatan dengan rumah sakit.
7
Jurnal terkait
Analisis Sistem Tanggap Darurat Bencana Banjir Di Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus, 2015 oleh Kevin Reira Christian, Siswi Jayanti, Baju
Widjasena.
Dari jurnal diatas didapatkan analisis tentang system tanggap darurat bencana
banjir, yaitu
a. Tim Tanggap Darurat Bencana masih ditangani oleh P2K3, dengan
penanggung jawab ada di bidang II yang mengurusi penanggulangan
bencana dan kebakaran. Tenanga bantuan berasal dari tim security.
b. Analisis Kemampuan mengenai kebijakan, sudah ada kebijakan yang
khusus mengatur tentang penanggulangan bencana banjir. Prosedur dalam
melakukan evakuasi, pasien, barang-barang logistic, maupun asset-aset
berharga saaat terjadi banjir sudah diatur dengan baik. Sumber daya
manusia sudah diberikan tugas masing-masing sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki oleh masing-masing personil. Peralatan maupun fasilitas yang
dimiliki guna menunjang proses evakuasi pasien menggunakan bed pasien
itu sendiri, sedangkan untuk evakuasi barang-barang logistic maupun aset-
aset berharga RS menggunakan rak dan pallet. Analisis penyebab bencana
banjir di RS sendiri masih belum ada.
c. Penyusunan tanggap darurat bencana banjir terdiri dari prosedur
penanganan evakuasi yang sudah diatur dengan baik. Pembentukan tim
tanggap darurat bencana sudah terbentuk . Penyediaan peta lokasi dan tanda
jalur evakuasi memang belum ada karena selama ini menggunakan instruksi
lisan dari pihak P2K3. Penentuan lokasi evakuasi juga masih belum ada.
Sistem komunikasi dalam rangka koordinasi antar bagian ketika terjadi
bencana sendiri sudah ada. Metode pelaporan bencana sudah diatur dengan
baik.
d. Pelaksanaan perencanaan tanggap darurat bencana seperti pelatihan dan
simulasi penanggulangan bencana banjir masih belum pernah diadakan.
Hanya mengadakan pelatihan dan simulasi untuk menanggulangi bencana
kebakaran.
8
2.3 Pasca Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi:
2.3.1 Rehabilitasi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.
2.3.2 Rekonstruksi. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali
semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah
pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat
dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. (Dapus : Pasal 1
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007. Jakarta: DPR RI dan Presiden RI)
9
Jurnal terkait
Proses pemulihan pasca bencana berdasarkan modal pemukiman sosial
Peneliti : Oman Sukmana tahun 2016.
Dalam jurnal ini dijelaskan kejadian bencana ssemburan lumpur lapindo di
Sidoarjo menimbulkan dampak luar biasa bagi masyarakat, khususnya di
wilayah kecamatan Porong dan sekitarnya, bukan saja dampak berupa hancurnya
lingkungan fisik-ekologis melainkan lingkungan sosial. Dalam fase pemulihan,
didalam nya meliputi upaya rehabilisasi sosial dan rekrontruksi sossial.
Penelitian ini bertujusn untuk mengungkap upaya yang dilakukan dalam fase
pemulihan pasca bencana lumpur Sidoarjo berbabasis model sosial resettlement
,hasil kajian dapat dideksipsikan bahwa dalam fase pemulihan pasca bencana
lumpur lapindo ,Sidoarjo meliputi rehabilisasi sosial , terdiri atas 3 program
yakni:
a. Bantuan
Untuk diketahui kebijakan program pemerintah yaitu bantuan sosial
ditujukan untuk mengurangi dampak sosial pada kondisi darurat baik yang
terjadi karena dampak semburan maupun penurunan tanah serta
melaksanakan tindakan berjaga-jaga. Kegiatan bantuan sosial antara lain
melaksanakan pengawasan pemberian bantuan sosial, melaksanakn
pemantauan pelaksanaan evakuasi warga atau korban luapan lumpur.
b. Perlindungan,
Perlindungan sosial pokok kegiatannya adalah mengupayakan
terlindunginya hak warga atas harta benda miliknya yang hilang atau
berkurang, Kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengawasan dan fasilitas
ganti rugi dan jual beli tanah bangunan.
c. Pemulihan sosial.
Pemulihan sosial Sasaran yang ingin diwujudkan dalam kegiatan pemulihan
sosial adalah pulihnya kemampuan individu dan kelompok dalam
melaksanakan tugas kehidupan melalui penyebaran informasi , penyuluhan
10
sosial dan pendidikan serta konseling bagi individu yang mengalami
goncangan pisokososial dan ventilasi (kesempatan untuk melepaskan segala
bentuk tekanan psikologis) kegiatan yang dilaksankan meliputi penangan
masalah pendidikan , kesehatan , mental dan spritual.
11
perumahan yang berada diperkotaan , warga banyak kesulitan
menyesuaikan diri dengan pola relasi dan interaksi sosial dalam
kehidupan sosial sehari-hari di kawasan perumahan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aurellia Chintia Deby H, Yaqub
Cikusin, Roni Pindahanto W. (2019) dengan judul penelitian “Peran Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam Tahap Kesiapsiagaan (Study
pada Kantor BPBD Kota Batu)”. berdasarkan dari hasil peneliti yang dapat
disimpulkan adalah peran BPBD ada tiga yakni, pertama pada saat prabencana
dengan mengadakan peran sosialisasi dan kajian-kajian yang membuat peta
rawan bencana, kedua pada saat bencana membantu pertolongan,
penyelamatan, pemberian hunian semetara pemenuhan kebutuhan dasar dan
pelayanan kesehatan, ketiga tahap pemulihan setelah terjadi bencana baik itu
kondisi lingkungan dan rumah warga yang terkena dampak bencana. Ada dua
faktor BPBD dalam kesiapsiagaan bencana yaitu, pertama faktor pendorong
adalah sarana prasarana yang dimana sangat dibutuhkan pada saat evakuasi
terjadinya bencana, kedua faktor penghambat yaitu kurangnya kesadaran
masyarakat untuk memahami potensi bencana yang ada dilingkungan tempat
tinggalkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kevin Chistian, Siswi Jayanti, & Bayu
Widjasena (2015) dengan judul penelitian “Analisis Sistem Tanggap Darurat
Bencana Banjir di RS Mardi Rahayu Kudus”. Berdasarkan dari hasil penelitian
yang dapat disimpulkan analisis di RS Rahayu Kudus mengenai kebijakan,
sudah ada kebijakan yang khusu mengatur tentang penganggulangan bencana
banjir. Penyusunan tanggap darurat bencana banjir terdirii dari prosedur
penanganan evakuasi yang sudah diatur dengan baik. Prosedur penghentian
operasi saat terjadi bencana telah dilakukan edukasi kepada setiap karyawan di
RS untuk mencabut semua steker listrik ketika bencana terjadi.
13
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oman Sukmana (2016) dengan
judul penelitian “Proses Pemulihan Pasca Bencana Berdasarkan Model
Permukiman Sosial Post-Disaster Recovery Process Based On Social Resett
Lement Model”. Berdasarkan dari hasil peneliti yang dapat disimpulkan bahwa
dalam fase pemulihan (Recovery) pascabencana Lumpur Sidoarjo upaya yang
dilakukan meliputi proses rehabilitasi social dan rekonstruksi social. Upaya
rehabilitasi social pascabencana terdiri atas tiga program yaitu, bantu social,
perlindungan social dan pemulihan social. Rekonstruksi social pascabencana
dilakukan melalui model pemukiman social terdiri atas tiga model (model
pemukiman sosial penuh, pemukiman social campuran dan pemukiman social
bebas).
3.2 Saran
Bagi masyarakat agar meningkatkan kesadaran akan potensi bencana dan
dampak bencana dengan mendukung BPBD dalam pembentukan desa tangguh
bencana yang diharapkan memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan
menghadapi potensi ancaman bencana. Diharapkan kepada penulis selanjutnya
agar dapat mengembangkan pemikiran, sikap dan juga nalar untuk melakukan
sesuatu yang bermanfaat dalam penelitian yang dilakukan. Menyumbang
aspirasinya kepada BPBD, terkait program kerja jangka panjang sehingga
penelitian yang dilakukan dapat menambah ilmu pengetahuan, menambah
wawasan pembaca dan juga bermanfaat. Harapannya makalah ini dapat
dijadikan sebagai sumber referensi, menjadi bahan baca, menambah informasi,
menambah ilmu pengetahuan tentang perbandingan antara teori dengan 3
penelitian tentang mekanisme bencana.
14
DAFTAR PUSTAKA
BNPB 2008 “Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana”.
Malang
Chintia Aurellia 2015 “Jurnal Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(Bpbd) Dalam Tahap Kesiapsiagaan(Studi Pada Kantor Bpbd Kota
Batu)”.
Pasal 1 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007. Jakarta: DPR RI dan Presiden RI
Reira Kevin, dkk 2015 ”Jurnal Analisis Sistem Tanggap Darurat Bencana
Banjir Di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus”
Sukmana Oman 2016. “Jurnal Proses pemulihan pasca bencana berdasarkan
modal pemukiman social. Jawa Timur
15