MASTITIS
Oleh:
Preseptor :
2018
1
BAB 1
PENDAHULUAN
kepada bayi yang baru dilahirkan. ASI mengandung zat pelindung yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. Pemberian ASI juga dapat
memberikan pengaruh emosional antara ibu dan bayi, sehingga akan mempererat
hubungan batin antara ibu dengan bayi yang disusuinya. Selain keuntungan di
atas, pemberian ASI dengan cara yang benar dapat memberikan hubungan yang
terdiri atas haid, konsepsi, kehamilan, menyusui, dan penyapihan. Jika semua
menyusui bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya, tetapi merupakan suatu
keterampilan yang perlu diajarkan. Agar ibu berhasil menyusui perlu dilakukan
kesehatan Indonesia pada tahun 2007-2010, hanya sebanyak 48% ibu yang mau
3 kali lipat. Berdasarkan data dari Bappenas tahun 2010 didapatkan bahwa hanya
31% bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan.2
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen
payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Mastitis diperkirakan
2
dapat terjadi pada 3-20% ibu yang menyusui. Tahun 2005 Word Health
terjadi pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokustik terus
hanya 0,001/100.000.2
tentang mastitis.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mastitis adalah peradangan payudara yang biasa terjadi pada masa nifas
atau sampai 3 minggu setelah persalinan.1 Hal yang perlu diperhatikan pada kasus
mastitis adalah menurunnya produksi ASI sehingga akan menjadi alasan ibu untuk
pertama setelah bayi lahir (paling sering pada minggu ke-2 dan ke-3), meskipun
mastitis meningkat hingga 12-35% pada ibu dengan puting susu lecet dan tidak
bermasalah atau lecet kemungkinan untuk mengalami mastitis hanya sekitar 5%.2q
Penyebab tersering dari mastitis adalah sumbatan saluran susu atau statis
a) Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara
ibu. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan,
4
atau setiap saat jika bayi tidak minum ASI. Kenyutan bayi yang buruk
pada payudara, pengisapan yang tidak efektif karena frenulum bayi yang
terhadap stasis ASI, termasuk suplai ASI yang sangat berlebihan, atau
stasis ASI:
1. Bendungan payudara
Kondisi ini sering terjadi bila bayi yang tidak disusui segera setelah
lahir. Pentingnya pengeluaran ASI yang segera pada tahap awal mastitis,
2. Frekuensi menyusui
coba dengan kontro1, bahwa insiden stasis ASI dapat dikurangi hingga
oleh beberapa penulis. Banyak wanita menderita mastitis bila mereka tidak
5
3. Pengisapan pada payudara
Penyebab nyeri dan trauma puting yang tersering adalah pengisapan yang
buruk pada payudara, kedua kondisi ini dapat terjadi bersama-sama. Selain
itu, nyeri puting akan menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui pada
payudara yang sakit dan karena itu mencetuskan stasis ASI dan
bendungan.
Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu
sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain. Selain itu juga
pada payudara dan menyebabkan puting luka dan pecah-pecah. Hal ini
mastitis.
b) Infeksi
Kolonisasi bakteri pada bayi dan payudara adalah proses normal yang
terjadi segera setelah lahir. Saluran susu ibu dan nasofaring bayi terkolonisasi
dengan sendirinya menyebabkan mastitis. Bila ibu melakukan kontak yang erat
napas dan kulit dari strainnya kepada bayinya. Organisme ini tumbuh dan
membentuk populasi pada usus, kulit, dan saluran napas bayi. Bila organisme
dikenal sebagai interferensi bakterial, telah digunakan secara luas pada keadaan
yang lebih virulen. Karena itu, dukungan untuk menyusui dan memeluk,
7
kontak kulit dini antara ibu dan bayinya, dan rawat gabung, merupakan cara
yang paling alami dan efisien untuk mencegah penyebaran infeksi, termasuk
penyebaran hematogen dan melalui fisura puting susu ke dalam sistem limfatik
adanya mastitis.
Keterangan Gambar :
4. Nipple surface
5. Areola
6. Duktus Lactiferus
8. Skin (kulit)
akibat dari stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka akan terjadi
natrium dari plasma masuk ke dalam ASI selanjutnya ke jaringan sekitar sel
masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting
yang retak atau lecet ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui
hematogen. Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab
ialah puting susu yang luka atau lecet, dan kuman perkontinuitatum menjalar ke
duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus
9
2.4 Diagnosis
2.4.1 Anamnesis :
a) Mastitis akut
Pada proses awal peradangan penderita hanya merasa nyeri setempat pada
salah satu lobus payudara dan terasa lebih berat jika bayi menyusu.
b) Mastitis kronis
Hampir selalu orang yang datang sudah dalam keadaan abses. Proses dari
terbendung, dan air susu yang terbendung ini akan segera bercampur dengan
mengalami peningkatan suhu tubuh hingga lebih dari 380C. Payudara biasanya
berwarna kemerahan, bengkak, nyeri tekan, lecet pada putting susu, dan terdapat
nanah jika terjadi abses. Pada abses, nyeri bertambah hebat pada payudara, kulit
diatas abses mengkilat dan bayi dengan sendirinya tidak mau minum pada
payudara yang sakit, seolah-olah dia tahu bahwa ASI tersebut bercampur dengan
nanah.
c) Menggigil
10
e) Nyeri hebat, bengkak, merah, dan keras pada area payudara
f) Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu
2.5 Tatalaksana
2.5.1 Nonmedikamentosa
kenyamanan : 5,6
d) Masase area yang sakit saat menyusui untuk melancarkan aliran ASI. Jangan
f) Edukasi ibu
Bayi sebaiknya terus menyusu kepada ibu dan jika menyusu tidak
memungkinkan karena nyeri payudara atau adanya penolakan oleh bayi pada
payudara ibu yang sakit, selalu dilakukan pemompaan secara teratur dan terus-
11
ASI. Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit
a) Antibiotik
Terapi antibiotik diberikan jika antara 12-24 jam tidak terjadi perbaikan. Terapi
antibiotik meliputi :
- Penicillin
- Terapi awal yang paling umum adalah Amoxicilin 500 mg atau 875 mg untuk
Pada setiap kasus penting untuk dilakukan tindak lanjut dalam 72 jam untuk
mengevaluasi kemajuan dari terapi. Jika infeksi tidak berkurang atau tidak
b) Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat dari produksi hormon oksitosin yang
rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi
Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga
12
2.6 Komplikasi 5,6
secara mendadak dapat meningkatkan risiko terjadinya abses. Selain itu ibu
juga khawatir kalau obat yang mereka konsumsi tidak aman untuk bayi
mereka. Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang jelas dan
b) Abses
pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba
keras, merah, dan tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan
dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik. Abses yang
sangat besar terkadang memerlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini ibu
harus mendapat antibiotik dan ASI dari sekitar abses dikultur agar antibiotik
13
Gambar 2. Abses
atau antibiotik yang tidak adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak
minum, makanan dengan gizi berimbang, serta mengatasi stres. Pada kasus
seperti pemberian eritromisin 500 mg sebanyak satu kali sehari selama masa
menyusui.
d) Infeksi jamur
seperti Candida albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI. Diantara waktu menyusu
permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin tidak nampak kelainan. Ibu
dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krem yang
juga mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu
dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama.
14
Gambar 3. Payudara yang terinfeksi Candida
2.7 Prognosis
Pemberian antibiotik yang benar dan adekuat akan memberikan hasil yang
baik pada mastitis. Tetapi jika tidak ditatalaksana dengan cepat dapat berkembang
menjadi abses dan bisa menyebabkan kelainan bentuk dari payudara. Pencegahan
dengan melakukan perawatan pada payudara terutama puting susu yang lecet saat
15
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Payakumbuh
Tanggal masuk : 26 Februari 2018
I. ANAMNESIS
Keluhan Utama : nyeri pada payudara kiri
Keluhan Tambahan : terdapat benjolan seperti bisul, nyeri pada puting
16
Riwayat Penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,8 ºC
TD : 120/80 mmHg
Kepala : Normocephal.
Mata : Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterik -/-
Pupil : Bulat isokor
Refleks cahaya : +/+
Thorak
Cor : Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Redup, batas jantung normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan
dinamis.
Palpasi : Vocal dan taktil fremitus teraba
simetris.
Perkusi : Sonor pada kedua hemitoraks.
Auskultasi : Vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Inspeksi : Permukaan datar
Palpasi : Supel, NT/NK/NL -/-/-, hepar dan lien
tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : BU (+)
Ekstremitas : Atas : Ikterik -/-, Edema -/-, Sianosis -/-
17
Bawah : Ikterik -/-, Edema -/-, Sianosis -/-
Status Lokalis
Regio Mammae Sinistra Lateral
Inspeksi : tampak kulit kemerahan, batas tidak tegas, edema (+), pus (+),
darah (-)
Palpasi : permukaan kulit menegang, nyeri tekan (+), massa (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah rutin
- Leukosit : 12.400/mm3
- Eritrosit : 4,82 x 106/mm3
- Hemoglobin : 14,7 gr/dl
- Hematokrit : 45,8 %
- Trombosit : 430.000/mm3
DIAGNOSIS KERJA
Mastitis Infeksiosa sinistra
DIAGNOSIS BANDING
Mastitis Non Infeksiosa sinistra
VII. TERAPI
- Konservatif :
- antibiotik: amoxiciln 500 mg 3/hari selama 10 hari.
- analgetik: Paracetamol 500 mg 3/hari.
- Tindakan bedah : Drainage
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
18
DISKUSI
Pada kasus ini, Ny. S berusia 27 tahun didiagnosis dengan mastitis infeksiosa
pemeriksaan penunjang.
sebelah kiri sejak 3 minggu yang lalu, payudara kiri bagian luar ada benjolan
seperti bisul, 1 hari yang lalu keluar sedikit cairan berwarna putih kekuningan dari
benjolan tersebut, setelah itu pasien merasa nyeri berkurang. Keluhan lain yaitu
nyeri pada puting saat menyusui, pasien merasa payudara kirinya agak
peradangan pada payudara diantaranya adanya nyeri dan bengkak. Satu bulan
yang lalu pasien melahirkan anak pertamanya dan memberikan ASI. Pasien tidak
rutin memberi ASI pada anaknya karena ASI tidak keluar dan anaknya juga
menolak untuk disusui. Pasien juga tidak memompakan ASI untuk anaknya. Pada
pasien terdapat resiko terjadinya mastitis yaitu pasien tidak memberikan ASI pada
Pada pemeriksaan fisik status lokalis didapatkan regio mamae sinistra lateral
saat inspeksi tampak kulit kemerahan, batas tidak tegas, edema (+), pus (+),
darah (-). Pada palpasi permukaan kulit menegang, nyeri tekan (+), massa (-).
19
mengalami infeksi yang sumber infeksi berasal dari peradangan pada payudara
parenkimatosa kelenjar mamaria yang dapat dijumpai dijumpai selama masa nifas
dan menyusui. Gejala mastitis supuratif jarang muncul sebelum akhir minggu
pertama masa nifas dan biasanya muncul sebelum minggu ke tiga atau keempat.
mammae, di tengah aearola mammae, dan mastitis yang lebih dalam antara
payudara dan otot – otot. Hampir semua kasus mastitis akut terjadi selama
menyusui; kebanyakan dari kasus ini timbul pada bulan pertama menyusui.
akibat terbentuknya fisura dan celah di putting. Dari tempat masuk ini, biasanya
jaringan payudara. Pasien datang dengan payudara yang eritematosa dan nyeri
hari dan anti nyeri berupa PCT 500 mh 3x1 selama 10 hari. Pasien diberikan
antibiotik untuk mengatasi infeksinya Selain itu terdapat juga pilihan antibiotik
lain berupa eritromisin atau sefalosporin. Terapi lain yaitu dilakukan drainase
untuk mengeluarkan pus yang tertahan. Prognosa pada pasien ini bonam karena
dengan terapi yang adekuat dalam waktu lebih kurang 2 minggu gejala akan
20
DAFTAR PUSTAKA
21