Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. IB
Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 16 September 1995
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Cilacap
Pendidikan :-
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tanggal Masuk RS : Selasa, 26 November 2019
No RM : 02002101

II. ANAMNESIS
Alloanamnesis (Ayah dan Ibu)
Alloanamnesis dilakukan di Bangsal Anggrek RSUD Margono Soekarjo pada
hari Jumat, 29 November 2019.
Identitas
(Alloanamnesis)
Nama : Tn. N
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Supir
Pendidikan : SD
Alamat : Cilacap
Hubungan : Ayah Kandung
Nama : Ny. S
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Cilacap
Hubungan : Ibu Kandung

A. Keluhan Utama
Sering marah-marah

B. Keluhan Tambahan
1. Dada berdebar
2. Kejang
3. Tubuh dirasakan gemetar
4. Gatal pada sela jari kaki, tangan, dan pantat

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Alloanamnesis
Pasien seorang laki-laki usia 24 tahun memiliki keluhan sering
marah-marah. Keluhan marah-marah sudah muncul sejak berusia 8 tahun.
Awalnya menurut keluarga, pasien berperilaku seperti anak-anak seusianya,
namun ketika pasien berusia 8 tahun (kelas 2 SD), orang tua mendapatkan
laporan bahwa pasien sering mengamuk di sekolah. Menurut guru pasien,
pasien sering mengamuk dan melemparkan batu ke arah teman sekelas.
Menurut keluarga pasien, pasien sering mengeluhkan jika teman sekelas
sering mengejek dan mengusili pasien. Pernah suatu ketika, pasien
mengambil pisau dari rumah dan kembali ke sekolah. Proses belajar pasien
di sekolah juga dirasakan orang tua mengalami penurunan prestasi belajar.
Akibat hal tersebut pasien dianjurkan untuk dipindahkan ke SLB. Saat di
SLB, teman sekelas pasien sering mengganggu (mencuri uang saku pasien)
sehingga perilaku mengamuk terulang kembali. Pasien kemudian putus
sekolah dan dirawat di rumah. Pasien tinggal di rumah bersama ayah, ibu
dan adik pasien.
Menurut keluarga, hingga saat ini pasien masih sering mengamuk
apabila keinginan pasien tidak dituruti seperti contohnya pasien meminta
dibelikan sepeda baru walaupun sepeda lama masih dapat digunakan. Pasien
mengamuk dengan cara melemparkan benda-benda yang ada disekitarnya
seperti perabotan rumah ke arah subjek kemarahan, terkadang pasien
memukul kepalanya sendiri. Setelah pasien mengamuk, menurut ayah
pasien, pasien akan menyadari perilakunya dan meminta maaf pada orang
terkait. Akan tetapi ketika orang tersebut tidak memberikan jawaban segera
atau tidak memaafkan, pasien akan kembali marah.
Menurut keluarga pasien, pasien sering mengalami kejang. Kejang
diakui pertama kali terjadi ketika pasien berusia 8 bulan, saat itu kondisi
pasien sedang demam tinggi kemudian pasien mengalami kejang kelonjotan
seluruh tubuh, mata mendelik ke atas, badan kaku, dan sulit dibangunkan.
Sejak saat itu pasien mulai sering kejang tanpa demam, kejang dialami setiap
hari, badan kaku, durasi 1-5 menit. Pasien sempat berhenti kejang selama 6
bulan pada usia 7 tahun, saat itu pasien sedang berobat ke pengobatan
alternatif. Pada usia 8 tahun pasien kembali kejang, kejang dialami hingga
saat ini. Pasien juga masih mengalami kejang saat di rumah, kejang dialami
setiap hari dengan durasi 1 menit.
Menurut keluarga, pasien memiliki 4 orang teman namun sekarang
sudah jarang bertemu dikarenakan semua temannya sudah menikah. Pasien
sering berinteraksi dan bermain bersama dengan teman sebayanya, namun
karena temannya sudah menikah dan memiliki keluarga intensitas bersama
temannya berkurang. Saat ini pasien dapat beraktivitas secara mandiri
(makan, mandi, berpakaian), bersepeda, main ke lingkungan sekitar
(bengkel). Jika tidak ada kegiatan di rumah pasien sering melamun atau
berbicara sendiri. Pasien juga seringkali tidak bisa diam dan terus mondar-
mandir dalam rumah. Ketika diajak berbicara pasien sering memalingkan
pandangan dan dalam menjawab terkadang melantur dan tidak nyambung.
Menurut ibu pasien, pasien sering merasakan bisikan yang berasal
dari ibu yang menyuruh agar pasien berobat ke Magelang. Jika mendengar
bisikan tersebut, pasien akan mengamuk dan mengejar ibunya. Akan tetapi,
ketika dikonfirmasi dengan ibu pasien, ibu pasien menyangkal mengatakan
hal seperti itu kepada pasien. Menurut ibu pasien, ibu pasien juga tidak
pernah memprovokasi agar pasien berobat. Pasien akan mereda dari
mengamuk jika ditenangkan oleh ayahnya. Selain itu, pasien sering
meminum paramex sebanyak 6 strip dan puyer 19 dalam sehari. Kebiasaan
ini mulai muncul sejak 5 tahun yang lalu, dan dipercaya oleh pasien jika
pasien tidak meminum obat tersebut pasien akan mengalami kumat marah-
marah.
Pasien juga mengeluhkan gatal pada sela-sela jari kaki, tangan, dan
pantat sejak 1 bulan yang lalu. Gatal dirasa memberat ketika malam hari dan
pasien selalu berusaha untuk menggaruknya karena terasa gatal.

Autoanamnesis
Pasien merasa dada sering berdebar dan sering marah-marah. Pasien
merasa akan marah-marah jika tubuh yang dirasa tidak nyaman. Selain itu,
jika dada berdebar-debar dan pusing maka pasien akan kumat dan kejang.
Akibat hal ini pasien sering mengkonsumsi paramex dan puyer yang dibeli
di warung untuk mencegah kejang. Apabila pasien tidak mengonsumsi
Paramex pasien merasa akan kumat dan kejang. Pasien merasa ingin sembuh
dari penyakit karena pasien ingin kerja dan menikah seperti temannya yang
lain.
Pasien juga mengeluhkan gatal-gatal pada kedua tangan, kedua kaki
dan badan, semakin lama semakin memberat.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat Psikiatri
Pasien mulai berobat untuk keluhan psikiatri di RSUD Magelang pada
tahun 2012 namun tidak rutin. Antara tahun 2012-2017 pasien juga
berobat ke pengobatan alternatif dan dokter saraf secara bersamaan. Pada
tahun 2017, pasien mulai rutin kontrol ke poli jiwa di RS PKU
Muhammadiyah Gombong namun obat tidak rutin diminum (pasien
menolak meminum beberapa obat karena efek mengantuk).
2. Riwayat Medis Umum
a. Riwayat mengalami kejang demam (+) usia 8 bulan, kejang tanpa
demam (+) diakui hampir setiap hari sejak kejang demam.
b. Riwayat mengalami trauma (+) pada tahun 2017, kecelakaan tunggal
yang menyebabkan fraktur antebrachii sinistra, fraktur femur dextra.
c. Riwayat mengonsumsi alkohol dan penggunaan obat adiktif
disangkal.
d. Riwayat meminum obat kejang : fenitoin, alprazolam sejak .....
e. Riwayat meminum obat warung (Paramex dan puyer 19) sejak 5
tahun yang lalu yaitu pada tahun 2014.

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit keluarga kejang diakui, dialami oleh sepupu pasien dari
pihak ayah.
F. Silsilah Keluarga
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien lebih sering tinggal bersama ibu di sebuah rumah di daerah Jetis.
Hubungan pasien dengan keluarga baik bila pasien sedang tidak mengamuk.
Pasien tidak bekerja dan tidak melanjutkan sekolahnya. Kehidupan keluarga
pasien termasuk dalam status ekonomi menengah ke bawah.

H. Riwayat Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir di Cilacap dengan kehamilan yang dikehendaki, lahir dibantu
oleh bidan desa. Lahir secara pervaginam, menangis spontan dan tidak
ada penyulit saat kehamilan maupun persalinan. Berat bayi saat lahir
4000 gram, dan masa kehamilan cukup bulan.
2. Masa Kanak-Kanak
Pasien merupakan anak yang ceria dan sering bermain dengan teman-
temannya. Pasien mulai bisa berjalan saat usia 2 tahun dengan satu kaki
yang belum menapak sempurna (posisi kaki berjinjit) dan baru bisa
berjalan dengan normal setelah dibawa pijat rutin. Pasien mulai berbicara
lancar saat berusia 6 tahun. Tangan kanan pasien diakui keluarga kurang
berfungsi dengan normal sejak pasien sering kejang. Pasien lebih sering
menggunakan tangan kiri untuk beraktivitas. Pasien kejang dengan mata
mendelik ke atas dan kaku seluruh tubuh diakui terjadi hampir setiap hari.
3. Masa Remaja
Pasien tidak bersekolah, dan menghabiskan waktu di rumah dan di
lingkungan sekitar. Pasien memiliki 4 teman sepermainan, sering
bersepeda di lingkungan rumah.
4. Riwayat Perkembangan Seksual
Pasien tidak mengalami gangguan dalam perkembangan seksualnya.
5. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah hingga kelas 4 SD di sekolah reguler, kemudian pasien
pindah ke SLB selama 1 tahun. Pasien kemudian keluar dari SLB karena
pasien mengamuk di sekolah akibat masalah dengan temannya.
6. Riwayat Perkembangan Jiwa
Menurut keluarga, semasa balita pasien merupakan tipe anak yang ceria
dan bermain dengan teman-temannya. Ketika pasien mulai bersekolah
pasien awalnya dapat bergaul dengan teman-temannya. Namun saat kelas
2 SD pasien sering diusili oleh teman-temannya sehingga pasien merasa
marah. hal ini berlanjut hingga pasien sering marah dan mengamuk di
sekolah. Pasien terbuka dan sering menceritakan masalah dan kejadian
yang dialami pada keluarga. di rumah pasien cukup dimanja oleh
keluarga, dengan hampir seluruh permintaan pasien dituruti. Karena
pasien akan marah ketika permintaannya tidak dijalankan. Hal ini
berlanjut hingga kini di mana pasien sering marah dan mengamuk ketika
permintaanya tidak dijalankan.
7. Kegiatan moral spiritual
Pasien beragama Islam. Saat ini pasien sudah jarang shalat dan beribadah.
8. Aktivitas sosial
a. Dalam keluarga
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tua dan
adiknya.
b. Dengan tetangga
Pasien memiliki hubungan yang tidak buruk dengan tetangga, namun
banyak tetangga yang menghindari karena takut dengan kemarahan
pasien.
9. Sikap keluarga terhadap penderita
Keluarga sangat peduli terhadap kondisi kesehatan pasien.

I. Hal-hal yang mendahului penyakit


1) Faktor organik
Pasien mempunyai riwayat kejang berulang sejak bayi hingga sekarang.
2) Faktor Pencetus
Berdasarkan hasil alloanamnesis diketahui faktor pencetus timbulnya
gejala pasien seperti mudah marah dan mengamuk terutama jika
keinginan pasien tidak segera dipenuhi. Selain itu pasien juga mengalami
stres psikososial yaitu pasien pernah mengalami bullying ketika sekolah
dasar.

J. Hal-hal yang melatarbelakangi penyakit


1) Faktor Predisposisi
i) Riwayat Sosial Ekonomi
Kehidupan keluarga pasien termasuk dalam status ekonomi menengah
ke bawah.
ii) Riwayat Perkembangan
Pasien baru dapat berbicara lancar ketika usia 6 tahun.
iii) Riwayat Gangguan Jiwa Sebelumnya
Pasien sering mengalami keluhan serupa sejak berusia 8 tahun.

III.KESIMPULAN ANAMNESIS
A. Pasien seorang laki-laki berusia 24 tahun, belum menikah, beragama Islam,
suku Jawa.
B. Pasien dibawa keluarganya ke poli Jiwa RS Margono Soekarjo pada tanggal
26 November 2019 karena pasien sering mengamuk dan marah-marah
C. Faktor pencetus dari munculnya gejala ini adalah masalah psikososial
karena kejadian bullying pada saat sekolah dasar.
D. Pasien memiliki epilepsi.
E. Pasien memiliki keterlambatan dalam perkembangan bahasa di mana pasien
baru dapat berbicara dengan lancar ketika usia 6 tahun.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan di Bangsal Anggrek pada hari Jumat, 29 November 2019
1. Keadaan Umum : Tampak sakit jiwa
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda vital
Tekanan darah : 120/78 mmHg
Nadi : 102 x/min
Respirasi : 18 x/min
Suhu : 36.7 C
4. Berat badan : 56 kg
5. Tinggi badan : 158 cm
6. Kepala : Mesocephal
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
7. Mata :
bulat isokor, 3mm/3mm, reflek pupil +/+

8. Hidung : Tidak ada discharge, tidak ada deviasi septum


9. Mulut : Tidak sianosis, tidak ada discharge
10. Telinga Tidak: ada kelainan bentuk dan ukuran, serumen (-/-)

11. Leher : Tidak ada deviasi trachea, tidak teraba


pembesaran kelenjar getah bening

12. Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi Ictus :cordis tidak kuat angkat, teraba di SIC V
LMCS
Perkusi : cBatas kiri atas SIC II LPSS, batas kiri bawah SIC
V LMCS, batas kanan atas SIC II LPSD, batas
kanan bawah SIC IV LPSD

Auskultasi : S1>S2 reguler, murmur -, gallop –

13. Pulmo
Inspeksi : Jejas (-), simetris kanan-kiri
Palpasi : Vocal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, tidak ada suara
tambahan
14. Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Tidak ada nyeri nyeri tekan, tidak ada defans
Palpasi :
muskular, tidak teraba masa, tidak teraba hepar
dan lien.
15. Ekstremitas : Akral hangat (+/+/+/+), tidak terdapat edem pada keempat
ekstremitas, terdapat fraktur antebrachi sinistra dan femur dextra
16. Integumen : Terdapat papul multipel di interdigiti manus dan pedis dextra et
sinistra, dan gluteus. Terdapat hipopigmentasnistrasi disertai
dengan skuama di regio antebrachi dextra et sinistra

V. PEMERIKSAAN PSIKIATRI
1. Kesan umum : Seorang laki-laki, sesuai usia, tampak sakit jiwa
perawatan diri buruk
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Orientasi O/W/T/S : Baik/Baik/Baik/Baik
4. Sikap : Non-Kooperatif
5. Tingkah laku : Hipoaktif
6. Proses pikir
Bentuk pikir : Non-Realistik, Autisme
Isi pikir : Miskin isi pikir, thought of echo
Progresi pikir : Remming, verbigerasi
7. Persepsi : Halusinasi auditori (+), Halusinasi visual (-)
8. Roman muka : Normomimik
9. Afek : Labil
10. Mood : Disforik
11. Perhatian : Mudah ditarik, sukar dicantum
12. Hubungan jiwa : Buruk
13. Insight : derajat 3
VI. SINDROM
Sindrom psikosis : halusinasi, thought of echo
Sindrom depresi : remming, disforik, sulit tidur
Sindrom skizofren : autism, halusinasi dengar, thought of echo

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Gangguan Mental Organik
2. F72 Retardasi Mental Berat
3. F06.8 Psikosis Epileptik YTT
4. F20.9 Skizofrenia YTT

VIII. DIAGNOSIS MULTI AKSIAL


Axis I : Gangguan Mental Organik
Axis II : Retardasi mental berat
Axis III : Epilepsi, fraktur antebrachii sinistra, fraktur femur dextra, skabies
Axis IV : Masalah psikososial
Axis V : GAF 30-21

IX. Penatalaksanaan
A. Terapi
1. Perawatan rawat inap
2. Terapi Medikamentosa
a. PO Triheksilpenidil 2x2 mg
b. PO Risperidone 2x2 mg
c. PO Fridep 1x50 mg (pagi)
d. PO Olanzapine 1x10 mg (malam)
e. PO Fenitoin 2x100 mg
f. PO Setirizin 1x10 mg
g. PO Metilprednisolon 8 mg 1-0-0 selang 1 hari
h. Scabimite 1 ue
i. Desoksimethason 0.25% cream 15 gram ue
3. Terapi Non-Medikamentosa
a. Terapi perilaku
Melatih kemampuan perilaku pasien yang dititik beratkan pada masalah
pribadi pasien, dengan tujuan untuk menstabilkan emosi pasien agar
segera kembali normal dan mencegah terjadinya kekambuhan.
b. Psikoterapi edukatif
1) Terhadap pasien
Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai
penyakitnya, kondisinya, faktor pencetus, serta rencana pengobatan
selanjutnya.
2) Terhadap keluarga
a) Memberikan informasi dan edukasi mengenai penyakit pasien,
gejala, faktor penyebab dan pencetus, komplikasi, pengobatan,
dan prognosis.

b) Meminta keluarga pasien untuk selalu mendukung proses


pengobatan, mengontrol minum obat (sesuai petunjuk dokter,
tidak menghentikan minum obat tanpa seizin dokter),
mendampingi pasien dan menjaga kondisi stabil pasien.

c. Psikoterapi suportif
1) Memberikan motivasi kepada pasien untuk bercerita kepada keluarga
atau teman terdekat mengenai masalahnya.
2) Memberikan motivasi kepada pasien untuk minum obat secara teratur
dan sesuai petunjuk dokter.
3) Memberikan motivasi kepada pasien untuk melakukan berbagai
aktivitas yang produktif untuk mengurangi dan mengalihkan beban
pikiran yang selama ini dianggap masalah.
4) Memberikan motivasi kepada pasien untuk belajar mengendalikan
emosi dan pikiran yang dimiliki agar tidak memicu timbulnya gejala-
gejala lain.
d. Sosioterapi
Meminta keluarga untuk memberikan penjelasan kepada lingkungan
sekitar rumah ataupun teman-temannya agar menganggap pasien
gangguan jiwa adalah sama seperti penyakit

B. Prognosis
1. Premorbid
Faktor yang mempengaruhi Prognosis
Riwayat penyakit keluarga Ada Buruk
Stressor psikososial Ada Buruk
Sosial ekonomi Tidak ada Baik
Riwayat penyakit yang sama Tidak ada Baik

2. Morbid
Faktor yang mempengaruhi Prognosis
Onset usia Usia 8 tahun Buruk
Jenis penyakit Psikotik Buruk

Perjalanan penyakit Kronik Buruk


Kelainan organik Ada Buruk

3. Kesimpulan prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
C. Perkembangan Pasien
Subjektif Objektif Assessment Planning
HP-1 Alloanamnesis TD 113/65 mmHg Axis 1 : F20.3 Inj lodomer
Ayah pasien N 106x/menit Skizofrenia 2x1 amp stop
Rabu, mengatakan RR 20x/menit tak terinci Inj
27/11/20 pasien sempat T 36.6C Axis 2 : Ciri difenhidramin
19 terbangun dari kepribadian 2x1 amp stop
tidur dan cukup Kesan umum : emosional tak ijk SA 1 amp
Bangsal sulit untuk tidur tampak sakit jiwa stabil ekstra
Anggrek kembali. Pasien Kesadaran : Axis 3 : thp 2x2 mg
sering marah dan Komposmentis epilepsy, olanzapine
mengamuk Sikap : kooperatif fractus 1x10 mg
ketika Tingkah laku : antebrahii malam
permintaannya hiperaktif sinistea , risperidone
tidak dituruti. Orientasi: dematitis 2x2 mg
Ketika T/O/S/W baik Axis 4 : konsul SpKK
mengamuk Proses pikir psikososial
pasien dapat - Bentuk pikir : Axis 5 : GAF
menyerang realistis 21-30
orang-orang di - Isi pikir : -
sekitarnya. - Progresi pikir :
Pasien juga blocking,
pernah marah stereotypi
kemudian Roman muka :
mengendarai hipermimik
motor dengan Mood : disforik
kecepatan tinggi Afek : labil,
hingga inappropriate
kecelakaan pada Gangguan
tahun 2017. persepsi :
Pasien memiliki halusinasi (-)
penyakit kejang Perhatian : mudah
sejak usia 9 ditarik sukar
tahun dicantumkan
Hubungan jiwa :
Autoanamnesis baik
Pasien Insight : 1
mengeluhkan
mudah kumat
karena pasien
masih merasakan
dada berdebar-
debar dan badan
gatal. Pasien
mengaku sering
merasa marah
dan emosi karena
dipicu oleh rasa
kurang nyaman
pada badannya.
Pasien juga
mengatakan
bahwa jika
tubuhnya merasa
tidak nyaman
(pusing,
berdebar-debar)
maka pasien akan
kumat dan
kejang. Pasien
mengaku ingin
sembuh supaya
bisa bekerja dan
menikah.
HP-2 Alloanamnesis TD 113/78 mmHg Axis 1 : F20.3 thp 2x2 mg
Ibu pasien N 93x/menit Skizofrenia olanzapine
Kamis, mengatakan RR 20x/menit tak terinci 1x10 mg
28/11/20 bahwa pasien T 36.6C Axis 2 : Ciri malam
19 sudah lebih kepribadian risperidone
tenang dari Kesan umum : emosional tak 2x2 mg
Bangsal sebelum dibawa tampak sakit jiwa stabil cetrizine
Anggrek ke RS, sebelum Kesadaran : Axis 3 : 1x10mg
dibawa ke RS Komposmentis epilepsy, metilprednisol
pasien sempat Sikap : kooperatif fractus one 8mg 1-0-0
memberontak Tingkah laku : antebrahii selang sehari
dan ngamuk- hiperaktif sinistea , scabimite salep
ngamuk. namun Orientasi: dematitis desoksimetaso
setelah dibawa ke T/O/S/W baik Axis 4 : ne salep 2x1
RS pasien terlihat Proses pikir psikososial hari
lebih mendingan - Bentuk pikir : Axis 5 : GAF program EEG
dan nampak non realistis 40-31
tenang. ibu - Isi pikir :
pasien thought of echo
mengatakan - Progresi pikir :
pasien sering blocking,
berbicara dan stereotypi,
tertawa sendiri, ramming,
terkadang bicara tangensial,
dengan nada verbigerasi
tinggi seperti Roman muka :
orang marah. normomimik
Mood : disforik
Autoanamnesis Afek : labil,
Pasien inappropriate
mengeluhkan Gangguan
badannya terasa persepsi :
gatal dan tidak halusinasi (-)
nyaman, rasanya Perhatian : mudah
ingin terus ditarik sukar
digaruk. Pasien dicantumkan
mengatakan Hubungan jiwa :
sudah jarang baik
mendengar Insight : 2
suara-suara yang
aneh, dan tidak
pernah melihat
sesuatu yang
aneh. pasien
mengeluhkan
badannya sering
gemetar bila
badannya terasa
tidak nyaman.
tadi malam
pasien tidak bisa
tidur karena
kambuh
kejangnya

HP-3 Alloanamnesis TD : 121/78 mmhg Axis 1 :  PO THP 2x2


Bapak dan ibu Nadi : 102x/menit F20.3 mg
Jumat, pasien RR : 20 x/menit Skizofrenia  PO
29/11/19 mengatakan T : 37 C tak terinci olanzapine
pasien cenderung Axis 2 : Ciri 1x10 mg
Bangsal lebih diam dan Status Psikiatri kepribadian
(malam)
Anggrek jarang Kesan umum : emosional  PO
mengamuk tampak sakit jiwa tak stabil risperidone
selama dirawat di Kesadaran : Axis 3 : 2x2 mg
rumah sakit. Komposmentis epilepsy,  PO setirizin
Sepanjang hari Sikap : kooperatif fracture 1x10 mg
pasien cenderung Tingkah laku : antebrachii
 PO fridep
hanya berjalan di hipoaktif sinistra,
sekitar bangsal Orientasi: T/O/S/W dermatitis 1x50 mg
dan sudah tidak baik Axis 4 : (pagi)
marah-marah Proses pikir psikososial  PO
ataupun bersuara - Bentuk pikir : non Axis 5 : metilpredniso
keras. Pasien realistis GAF 40-31 lon 8 mg 1-0-
beberapa kali - Isi pikir : 0 selang 1
meminta thought of echo hari
mengonsumsi - Progresi pikir  PO Fenitoin
obat Paramex. : remming, 2x100mg
Pasien sudah bisa blocking, stereotypi,  Scabimite 1
tertidur, dan tidak tangensial, ue
mengalami verbigerasi
 Desoksimetha
kejang. Roman muka :
normomimik son 0.25%
Autoanamnesis Mood : disforik cream 15
Pasien masih Afek : labil, gram 2 ue
mengeluhkan inappropiate  Program EEG
badannya masih Gangguan persepsi : 7/12/19
sering berdebar- halusinasi (-)
debar. Pasien Perhatian : mudah
mengatakan ditarik sukar
sudah jarang dicantumkan
mendengar Hubungan jiwa :
suara-suara yang baik
aneh dan tidak Insight : 2
pernah melihat
sesuatu yang
aneh.

Anda mungkin juga menyukai