Anda di halaman 1dari 9

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Kabupaten

Wonogiri.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang diambil dalam penelitian ini adalah selama 1 bulan (4

minggu) dari tanggal 4 Maret 2016 sampai dengan 4 April 2016.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan metode

silang-sekat (cross sectional method) dan penelitian kausal komparatif

dengan tipe ex post facto.

Penelitian pengembangan adalah penelitian yang berkembang selama

jangka waktu tertentu. Penelitian ini menyelidiki pola-pola dan perurutan

perkembangan dan pertumbuhan, dan bagaimana variabel berhubungan satu

sama lain dan memepengaruhi sifat-sifat pertumbuhan dan perkembangan

(Bruce, Pope and Stanistreet, 2008: 11).

Ciri-ciri penelitian perkembangan adalah :


commit to user
1. Mengetahui perkembangan subyek penelitian dalam kurun waktu tertentu.

70
 
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
 

2. Dapat menggunakan metode alur panjang (longitudinal method) dan

metode silang-sekat (cross sectional method).

Metode yang digunakan dalam penelitian perkembangan ini adalah metode

silang-sekat (cross-sectional method) berarti peneliti tidak mempertahankan

subyek penelitian yang harus diamati dalam jangka waku yang lama, tapi

memunculkan subyek-subyek baru yang mengganti subyek-subyek yang

lama, dari berbagai kelompok usia. Kurun waktu yang panjang, diganti

dengan pengambilan sempel dari berbagai kelompok usia (Zedeck, 2014: 73).

Ciri-ciri dari metode ini adalah :

1. Peneliti tidak perlu menunggu pertubuhan yang lama dari subyek/anak,

sehingga kesimpulan penelitian dapat segera diketahui.

2. Penelitian mampu mengendalikan variebel-variabel lainya karena

pelaksanaan penelitian singkat.

3. Kemungkinan kecil kehilangan subyek penelitian.

Sedangkan penelitian kausal komparatif bertujuan untuk menyelidiki

kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan berdasar atas pengamatan

terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi

penyebab melalui data tertentu. Penelitian kausal komparatif bersifat ex post

facto yaitu suatu jenis penelitian yang dilakukan untuk meneliti satu jenis

peristiwa yaang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang untuk

mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.

Penelitian ini menggunakan logika dasar yang sama dengan penelitian

eksperimen yaitu jika x maka y, hanya saja dalam penelitian ini tidak ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
 

manipulasi langsung terhadap variabel bebas (independent variables) karena

fenomena telah terjadi (Tavakoli, 2012: 50).

Penelitian ini dikenal dengan penelitian model “pengukuran sesudah

kejadian” (ex post facto) karena dalam data ex post facto menjelaskan

informasi tentang kejadian masa lalu. Dalam model ini peneliti tidak

memberikan perlakuan tetapi memperkirakan bahwa satu atau lebih variabel

telah menjadi penyebab timbulnya variabel lain. Penelitian melihat hubungan

sebab akibat terhadap variabel yang dipandang sebagai faktor penyebab

dengan variabel akibat (Zedeck, 2014: 126).

Variabel independen Variabel dependen


Grup Eksperimen X O1
Grup kontrol O2
(Tavakoli, 2012: 50)
Keterangan:
X : perlakuan
O1 : posttest grup eksperimen
O2 : posttest grup kontrol

2. Variabel Penelitian.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas

(independent) dan satu variabel terikat (dependent) dengan rincian yaitu :

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah efek terapi massage

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
 

b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penyakit vertigo.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel-variabel dalam

penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari variabel-variabel penelitian yaitu

sebagai berikut:

1. Terapi Massage

Terapi massage adalah terapi yang menggunakan manipulasi secara fisik

dengan beberapa teknik yang ada seperti effleurage, friction dan petrissase

pada jaringan-jaringan lunak diseluruh tubuh atau bagian tubuh yang

mengalami cedera. Dalam penelitian ini digunakan segment massage untuk

membantu penyembuhan terhadap gangguan atau kelainan fisik yang

disebabkan oleh penyakit tertentu. Pelaksanaan terapi massage terhadap

penyakit vertigo yaitu dilakukan pada bagian punggung, leher, wajah dan

kepala. Terapi massage bertujuan untuk merileksasikan otot-otot yang tegang,

meningkatkan jangkauan gerak sendi, mengurangi stres, dan meningkatkan

sirkulasi darah terhadap penyakit vertigo.

2. Penyakit Vertigo

Penyakit vertigo adalah penyakit yang dirasakan di kepala dan di kepala

terasa berputar-putar, penyakit ini berbeda dengan penyakit sakit kepala

lainnya. Jika orang yang terkena penyakit ini, maka akan merasakan sakit di
commit to user
telinga seperti ada sesuatu yang masuk ke dalam dan akan merasakan mual.
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
 

Dalam penelitian ini adalah penyakit vertigo sampel. Untuk mempermudah

pendataan penyakit vertigo sampel maka sebelum melakukan penelitian, perlu

diketahui gejala awal penyebab terjadinya penyakit dari sampel. Pengukuran

penyakit vertigo dalam penelitian ini adalah menggunakan angket.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai

karakteristik tertentu yang menarik peneliti untuk dipelajari (Beins and

McCarty, 2012: 93). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penyakit

vertigo.

2. Sampel Penelitian

Sampel menjadi wakil dari populasi yang digeneralisasi. Sampel

adalah bagian dari populasi yang akan diteliti (Coolican, 2014: 32). Sebelum

kita menentukan berapa besar ukuran sampel yang harus diambil dari

populasi tertentu, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan yaitu:

a. Derajat keseragaman populasi (degree of homogenity). Jika tinggi

tingkat homogenitas populasinya tinggi atau bahkan sempurna, maka

ukuran sampel yang diambil boleh kecil, sebaliknya jika tingkat

homogenitas populasinya rendah (tingkat heterogenitasnya tinggi) maka

ukuran sampel yang diambil harus besar. Untuk menentukan tingkat

homogenitas populasi sebaiknya dilakukan uji homogenitas dengan

menggunakan uji statistik tertentu.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
 

b. Tingkat presisi (level of precisions) yang digunakan. Tingkat presisi,

terutama digunakan dalam penelitian eksplanatif, misalnya penelitian

korelasional, yakni suatu pernyataan peneliti tentang tingkat keakuratan

hasil penelitian yang diinginkannya. Tingkat presisi biasanya dinyatakan

dengan taraf signifikansi (α) yang dalam penelitian sosial biasa berkisar

0,05 (5%) atau 0,01 (1%), sehingga keakuratan hasil penelitiannya

(selang kepercayaannya) 1–α yakni bisa 95% atau 99%. Jika kita

menggunakan taraf signifikansi 0,01 maka ukuran sampel yang diambil

harus lebih besar dari pada ukuran sampel jika kita menggunakan taraf

signifikansi 0,05.

c. Rancangan analisis. Rancangan analisis yang dimaksud adalah sesuatu

yang berkaitan dengan pengolahan data, penyajian data, pengupasan

data, dan penafsiran data yang akan ditempuh dalam penelitian.

d. Alasan-alasan tertentu yang berkaitan dengan keterbatasan-keterbatasan

yang ada pada peneliti, misalnya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan

lain-lain.

Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel adalah sekelompok

individu yang diambil dari besarnya populasi (Bruce, Pope and Stainstreet,

2008: 133). Untuk sekedar ancer-ancer apabila penelitian populasi kurang

dari 100 maka sebaiknya jumlah populasi diambil semua. Sedangkan apabila

jumlah subjeknya besar maka dapat diambil antara 10% -15% atau 20% –

25%. Memperhatikan pernyataan tersebut maka dalam pengambilan sampel

menggunakan teknik secara acak atau random sampling. Jika ukuran


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id
 

populasinya diketahui dengan pasti, rumus Slovin di bawah ini dapat

digunakan (Tejada and Punzalan, 2012: 129).

N
n
1  N .e 2

Keterangan:
1 = konstanta
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e2 = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolerir (10% atau 0,1)

Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pasien

penyakit vertigo. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

11 pasien, yang diperoleh dengan teknik purposive sampling. Teknik sampel

yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah

metode sampling yang berfokus pada karakteristik yang spesifik pada unit

atau individu yang dipilih (Zedeck, 2014: 280). Untuk mendapatkan

karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum

dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi. Kriteria

inklusi adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap anggota populasi

yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah bersedia untuk dijadikan responden.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen adalah alat untuk
commit to user
mengukur, mengamati atau mendokumentasikan data (Skinner, Edwards and
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
 

Corbett, 2015: 247). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner (angket).

Angket ini mengadopsi teori skala Likert. Skala likert digunakan untuk

menetapkan tingkat kesepakatan dengan sebuah pernyataan yang spesifik. Tipe

skala ini menunjukan tingkat sejauh mana responden sepakat dengan pernyataan

yang disusun (Sarstedt and Mooi, 2014: 67). Data diukur pada 3 kategori skala

Likert yang berisi informasi pada evaluasi dari beberapa aspek. Dalam angket ini

terdapat 3 pilihan jawaban, dengan minimal 1 dan nilai maksimal 3. Responden

dianjurkan untuk menjawab jawaban yang disediakan sesuai dengan pilihan

jawaban dan cara menjawab.

Kuesioner merupakan serangkaian pernyataan atau pertanyaan

mendorong yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari seorang responden

tentang suatu topik kepentingan, seperti karakteristik latar belakang, sikap,

perilaku, kepribadian, kemampuan atau yang lainnya (Zedeck, 2014: 286).

Metode checklist adalah salah satu metode informal observasi dimana observer

sudah menentukan indikator perilaku yang akan di observasi dari subjek dalam

satu tabel. Metode ini memiliki derajat selektivitas yang tinggi karena perilaku

yang diamati sudah sangat selektif, juga memiliki derajat inferensi yang tinggi

karena observer hanya fokus pada kategori perilaku yang sudah ditentukan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
 

F. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data menggunakan angket. Angket digunakan untuk

menggali data kepada responden sakit vertigo yang telah diterapi dengan

massage.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data ini menggunakan rumus persentase. Teknik ini

digunakan untuk mengetahui jumlah perbandingan skor dari masing-masing

variabel.

1. Rumus untuk mengolah data per subyek uji coba

X
x100% (Bruce, Pope and Stainstreet, 2008: 100)
Xi

Keterangan:
P : Persentase hasil evaluasi subyek uji coba
X : Jawaban skor oleh subyek uji coba
Xi : Jawaban maksimal dalam aspek penilaian oleh subyek uji coba
100% : Konstanta

2. Rumus untuk mengolah data secara keseluruhan subyek uji coba

X
Persentase = x100% (Bruce, Pope and Stainstreet, 2008: 100)
 Xi

Keterangan:
P : Persentase hasil evaluasi subyek uji coba
X : Jumlah skor oleh subyek uji coba
Xi : Jumlah jawaban maksimal dalam aspek penilaian oleh subyek uji coba
100% : Konstanta

Kegiatan analisis selanjutnya yang penting adalah menarik kesimpulan

dari hasil analisi data yang sudah didapatkan.

  commit to user

Anda mungkin juga menyukai