Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN


DISMENORE PADA REMAJA
DI SMA 2 KUDUS

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelas Sarjana Keperawatn (S-1)

Disusun kelompok 6 :

1. Etiek Nafisa (820163029)


2. Fenny Cahaya K.H (820163038)
3. Fikrotus Shofa (820163039)

Pembimbing : Indanah, M.Kep,Ns.s,S.Kep.An

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa Remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi


dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi dibawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang
sama. Pertumbuhan dan perkembangan pada usia remaja sangat pesat,
baik fisik maupun psikologis. Pada perempuan sudah mulain terjadinya
menstruasi dan pada laku-laki sudah mulai mampu menghasilkan sperma
(Proverawati,et al,2009)

Menstruasi merupakan proses keluarnya darah yang terjadi


secara periodik atau siklus endometrium yang secara fisiologis
menandakan terbuangnya sel telur yang sudah matang dan merupakan
pertanda masa reproduksi pada kehidupan seorang perempuan (Bobak,
2010).

Menstruasi dimulai antara usia 12-15 tahun dan berlangsung


mencapai usia 45-50 tahun. Keluhan-keluhan yang sering muncul pada
saat menstruasi adalah mudah tersinggung, gelisah, sukar tidur,
gangguan konsentrasi payudara mengalami pembesaran dan gangguan
yang berkenaan dengan masa haid berupa dismenore. Salah satu
keluhan yang paling sering dirasakan oleh remaja saat menstruasi yaitu
dismenore (Manuaba, 2009).

Dismenore merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling


umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia dan gejala yang timbul
karena adanya kelainan dalam rongga panggul yang sangat menganggu
aktivitas perempuan, bahkan sering kali mengharuskan penderita
beristirahat dan meninggalkan aktifitasnya (Bobak, 2009).
Pemberian kompres hangat memakai prinsip pengantaran panas
melalui cara konduksi yaitu dengan menempelkan botol yang berisi air
hangat pada perut sehingga akan terjadi perpindahan panas dari botol
tersebut kedalam perut, sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita
dengan dismenore primer, karena pada wanita dengan dismenore ini
mengalami kontraksi uterus dan kontraksi otot polos (Anugraheni &
Wahyuningsih, 2013).

Berdasarkan hasil prasurvey pada bulan Juni di SMA 2 Kudus,


terdapat 32 orang siswa di SMA 2 Kudus yang telah mengalami
Disminore. Sebanyak 16 (50%) orang siswa sering mengalami disminore
mulai nyeri ringan sampai nyeri berat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah


penelitiannya adalah apakah ada perbedaan pengaruh teknik relaksasi
nafas dalam dan kompres hangat dalam menurunkan dismenore pada
remaja SMA 2 Kudus Tahun 2012.

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh teknik relaksasi
nafas dalam dan kompres hangat pada remaja putri yang
mengalami dismenore di SMA 2 Kudus Tahun 2012.
b. Tujuan Khusus

 Mengetahui gambaran skala dismenore sebelum


dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada
remaja putri SMA 2 Kudus

 Mengetahui gambaran skala dismenore sebelum


dan sesudah dilakukan kompres hangat pada remaja putri
SMA 2 Kudus Tahun 2012

 Untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas


dalam dan kompres hangat dalam menurunkan skala
dismenore pada remaja putri SMA 2 Kudus Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi bahwa teknik relaksasi nafas dalam dan


kompres hangat merupakan salah satu alternatif terapi untuk
mengatasi dan mengurangi siswi yang mengalami dismenore
sehingga mereka dapat lebih berkonsentrasi dalam mengikuti proses
pembelajaran.

2. Bagi Dunia Kesehatan

Sebagai informasi bahwa teknik relaksasi nafas dalam dan


kompres hangat merupakan salah satu alternatif terapi untuk
mengatasi dan mengurangi dismenore sehingga mereka dapat lebih
berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi bagi dunia kesehatan bahwa teknik


relaksasi nafas dalam dan kompres hangat merupakan salah satu
alternatif terapi untuk mengatasi dan mengurangi dismenore
sehingga mereka dapat lebih berkonsentrasi dalam mengikuti proses
pembelajaran.

4. Bagi Peneliti

Memberi pengalaman dalam melaksanakan penelitian dan


dapat mengetahui perbedaan pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
dan kompres hangat dalam menangani masalah dismenore dan
mengaplikasikan teori yang telah didapat untuk mengatasi masalah
dismenore pada peneliti sendiri.
E. Keaslian Penelitian

Nama Judul Metode Hasil Perbedaan


peneliti penelitian penelitian
(Tahun)
Vetty Priscilla, Perbedaan Mengguna Hasil penelitian : Lokasi,
Dwi Christina pengaruh kan terjadi penurunan Waktu,
Rahayu teknik desain skala dismenore
Variabel
Ningrum, Lili relaksasi Quasi pada remaja SMA 3
Fijria (2012) nafas dalam Experime Padang pada
dan nt kelompok yang
kompres mendapatkan teknik
hangat relaksasi nafas
dalam dalam. Sedangkan
menurunka pada kelompok
n dismenore yang kompres
pada hangat terjadi
remaja SMA penurunan skala
Negeri 3 dismenore pada
Padang remaja SMA 3
Padang.
Intan Kusuma Perbedaan Mengguna Hasil penelitian : Lokasi
Hapsari (2018) teknik kan Penurunan waktu,
relaksasi desain disminore sebelum
nafas dalam Quasi variabel
diberikan teknik
dan Experime relaksasi nafas
kompres air nt dalam nyeri ringan
hangat 2 orang, setelah
terhadap diberikan menjadi
penurunan nyeri 6 orang
disminore (54,5%) dan nyeri
pada siswi sedang sebanyak 9
kelas X di orang (81,8%).
SMA Negeri Setelah diberikan
1 Gamping menjadi nyeri
Sleman sedang 5 orang
(45,5%).
Sedangkan pada
penurunan
disminore sebelum
diberikan perlakuan
kompres air hangat
nyeri ringan 4 orang
(36,4%) menjadi
tidak nyeri 1 orang
(9,1%) dan nyeri
ringan 7 orang
(63,6%) dan nyeri
sedang 3 orang
(27,3%).

F. Ruang Lingkup :

a. Ruang lingkup waktu

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan juni 2019 di SMA 2


Kudus

b. Ruang lingkup tempatnya

Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah di SMA 2


Kudus

c. Ruang lingkup materi

Penelitian ini dilakukan mengenai gambaran pengaruh teknik


relaksasi nafas dalam dan kompres hangat terhadap penurunan
disminore pda remaja SMA 2 Kudus.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar Teori


A. Dismenore

Dismenore merupakan nyeri menstruasi yang dikarakteristikan


sebagai nyeri singkat sebelum awitan atau selama menstruasi yang
merupakan permasalahan ginekologikal utama, yang sering dikeluhkan
oleh wanita (Lowdermilk et al, 2011).
1. Jenis Dismenore

Menurut Proverawati & Misaroh, (2009) menjelaskan bahwa jenis


dismenore ada 2, yaitu: dismenore primer,dan dismenore sekunder.

a. Dismenore Primer
Dismenore primer, (disebut juga dismenore idiopatik, esenial,
intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa
kelainan ginekologik).

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder (disebut juga sebagai dismenore ekstrinsik,


acquired) adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan
ginekologik, misalnya: endometriosis (sebagian besar), fibroids,
adenomiosis. Terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami
dismenore.

2. Faktor yang Mempengaruhi Dismenore

Menurut Proverawati & Misaroh, (2009) menyebutkan bahwa faktor


yang mempengaruhi dismenorea ada 3 diantaranya: faktor hormonal, faktor
psikis, faktor kejiwaan.

3. Faktor Resiko Dismenore

Menurut Proverawati & Misaroh, (2009) menjelaskan bahwa ada


beberapa faktor resiko yang dapat menimbulkan dismenore yaitu :

1. Menstruasi pertama di usia dini (kurang dari 12


tahun).

2. Wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup

3. Darah menstruasi banyak atau menstruasi yang


panjang.

4. Merokok.

5. Adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga.

6. Obesitas atau kegemukan/ kelebihan berat badan.


4. Patofisiologi

Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin F2 alfa


disekresi. Pelepasan prostaglandin yang berlebihan meningkatkan
amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme
arteriol uterus, sehingga menyebabkan iskemia dan kram abdomen
bawah yang berifat siklik. Respon sistemik terhadap prostaglandin
meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran
cerna (anoreksia, mual, muntah dan diare) dan gejala sistem saraf pusat
meliputi pusing, sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk (Bobak,
2009).

5. Tanda dan Gejala Dismenore

Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun, Timbul setelah


terjadinya siklus haid yang teratur, Sering terjadi pada nulipara, Nyeri
sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik, Nyeri timbul mendahului
haid dan meningkat pada hari pertam atau kedua haid, Tidak dijumpai
keadaan patologi pelvik, Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik,
Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa, Sering
disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala.

6. Penatalaksanaan Dismenore

Menurut Prawirohardjo (2011), ada beberapa penatalaksanaan


dismenore primer diantaranya:

1. Penatalaksanaan secara Farmakologis diantaranya:


pemberian obat analgesik, terapi hormonal, terapi dengan obat
non steroid anti prostagladin, dilatasi kanalis servikalis.
2. Penatalaksanaan secara Non Farmakologis.
a. Kompres hangat adalah pengompresan yang
dilakukan dengan mempergunakan buli-buli panas
yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana
terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh
sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh
darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot
sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang
atau hilang (Uliyah & Hidayat, 2010).
b. Relaksasi nafas dalam merupakan teknik
pengendoran atau pelepasan ketegangan, contoh:
bernafas dalam-dalam dan pelan.

7. Skala Pengukuran Nyeri Menstruasi (Dismenore)


a.
b. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tigkat

Tidak nyeriNyeri ringan Nyeri sedang Nyeri beratNyeri berat tidak terkontrol
terkontrol

keparahan nyeri yang lebih obyektif.

Gambar 1.1

Sumber: Smeltzer, S.C bare B.G dalam Qittun 2008

c.
d. Skala penilaian numerik (Numerical rating scales,

Tidak nyeri Nyeri hebat

NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat


pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10

Gambar 1.2

Sumber: Smeltzer, S.C bare B.G dalam Qittun 2008

e. Skala analog visual


Gambar 1.3

Sumber:Smeltzer, S.C bare B.G dalam Qittun 2008

Keteranagan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6: Nyeri sedang,

7-9 : Nyeri berat,

10 : Nyeri sangat berat,

Gambar 1.4

f. Skala Intensitas Nyeri Wajah.

Sumber: Wong-Baker dalam Kozier 2009

B. Relaksasi Nafas Dalam


1. Pengertianrelaksasi nafas dalam
Relaksasi merupakan suatu tindakan untuk membebaskan
mental maupun fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat
meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Sulistyo, 2013).
Latihan napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari
pernapasan abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing
(Lusianah, Indaryani, & Suratun, 2012).
2. Macam-Macam Relaksasi nafas Dalam
a. Relaksasi Pernafasan Diagfragma
b. Relaksasi Nafas Dalam
c. Muscle relaxation (relaksasi oto)
d. Autogenic relaxation
3. Tujuan Tehnik Relaksasi Nafas Dalam

tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan


ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stres baik stres fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
kecemasan.

4. Langkah – langkah tehnik relaksasi nafas dalam


1. Ciptakan lingkungan yang tenan
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru
dengan udara melalui hitungan 1,2,3
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
merasakanekstrimitas atas dan bawah rileks
5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan
melalui mulut secara perlahan-lahan
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rilek
8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat
setiap 5 kali.
12. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara
dangkal dan cepat
5. Manfaat Relaksasi Nafas Dalam

Ketentraman hati,, Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan


gelisah,, Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah, , Detak jantung
lebih rendah, , Mengurangi tekanan darah, , Ketahanan yang lebih besar
terhadap penyakit, Kesehatan mental menjadi lebih baik,.

C. Kompres Hangat
1. Pengertian Kompres Hangat

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk


memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan
nyeri,mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa
hangat pada daerah tertentu (Uliyah & Hidayat, 2010)
2. Manfaat Efek Kompres Hangat

Adapun manfaat efek kompres hangat adalah: efek fisik, efek


kimia, efek biologis.

Tabel 2.1 Suhu Kompres Panas dan Dingin

Deskripsi Suhu Aplikasi

Sangat dingin Dibawah 15˚ C Kantong es

Dingin 15 – 18˚ C Kemasan pendingin

Sejuk 18 – 27˚ C Kompres dingin

Hangat kuku 27 – 37˚ C Mandi spons – alkohol

Hangat 37 – 40˚ C Mandi dengan air hangat, bantalan

akuatermia, botol air panas

Panas 40 – 46˚ C Berendam air panas, irigasi,


dalam

kompres panas

Sangat panas Di atas 46˚ C Kantong air panas untuk orang dewasa

Sumber : Kozier, 2009

3. Prosedur Pemberian Kompres Hangat

Menurut Kozier, (2009) ada beberapa cara prosedur pemberian


kompres hangat di antaranya adalah sebagai berikut:

Perlengkapan

1. Botol air panas dengan tutupnya


2. Sarung botol
3. Air panas dan sebuah termometer

Pelaksanaan

1. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal
tersebut perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja sama.
2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang
tepat.
3. Berikan privasi klien.
4. Berikan kompres panas.
5. Variasi botol air panas
6. Ukur suhu air, ikuti praktik institusi tentang penggunaan suhu yang
tepat.
7. Suhu yang sering digunakan adalah 46-52˚C untuk orang dewasa
normal. 40,5-46˚C untuk orang dewasa yang tidak sadar atau yang
kondisinya sedang lemah.
8. Isi sekitar dua pertiga botol dengan air panas.
9. Keluarkan udara dari botol, udara yang tetap berada di botol akan
mencegah botol mengikuti bentuk tubuh yang sedang dikompres.
10. Tutup botol dengan kencang.
11. Balikkan botol, dan periksa adanya kebocoran.
12. Keringkan botol.
13. Bungkus botol dengan handuk atau sarung botol air panas.
14. Letakkan bantalan pada bagian tubuh dan gunakan bantal
untuk menyangga jika perlu.

4. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri Menstruasi


(Dismenore)

Dengan pemberian kompres hangat, maka terjadi pelebaran


pembuluh darah. Sehingga akan memperbaiki peredaran darah didalam
jaringan tersebut. Dengan cara ini penyaluran zat asam dan bahan
makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang dibuang
akan diperbaiki. Jadi akan timbul proses pertukaran zat yang lebih baik
maka akan terjadi peningkatan aktivitas sel sehingga akan penyebabkan
penurunan rasa nyeri. Pemberian kompres hangat padadaerah tubuh akan
memberikan signal kehipothalamus melalui spinal cord. Ketika reseptor
yang peka terhadap panas dihipotalamus dirangsang, sistem efektor
mengeluarkan signal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer.
Perubahan ukuran pembuluh darah akan memperlancar sirkulasi
oksigenisasi mencegah, terjadinya spasme otot, memberikan rasa hangat
membuat otot tubuh lebih rileks, dan menurunkan rasa nyeri.

D. Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan


masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi
untuk memasuki masa dewasa (Rumini & Sundari, 2014
2. Penggolongan Remaja
a. Remaja awal (usia 13-14 tahun)
b. Remaja tengah (usia 15-17 tahun)
c. Remaja akhir (usia 18-21 tahun

3. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Kartono dalam Suparyanto (2010) ciri-ciri masa remaja


adalahsebagai berikut Masa remaja sebagai periode peralihan, Masa
remaja sebagai periode perubahan, Masa remaja sebagai usia
bermasalah, Masa remaja sebagai masa mencari identitas, Masa remaja
sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, Masa remaja sebagai masa
yang tidak realistik, Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

4. Faktor Perkembangan Remaja

Menurut pandangan Gunasa dalam Suparyanto (2010) bahwa


secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja:
faktor endogen (nature) dan faktor ekogen (murture).

5. Perubahan Tubuh Selama Masa Remaja

Menurut Kartono dalam Suparyanto (2010) perubahan tubuh


selama masa remaja terdiri dari:

a. Perubahan internal mencakup : tinggi, berat,


proporsi tubuh, organ seks dan ciri-ciri seks sekunder.
b. Perubahan eksternal mencakup: sistem
pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan,
sistem endokrin, jaringan tubuh.

E. Kerangka Teori

Terapi Non Farmakologis Nyeri Dismenore

a. Simulasi dan Masase Kutaneus

b. Terapi Kompres Hangat


Melebarkan
c. Transecutaneus Elektikal
Nerve Stimulation (TENS) Pembuluh Darah

Aliran darah
meningkat
d. Distraksi Meredakan Nyeri

e. Imajinasi

f. Rlaksasi Nafas Dalam

Meningkatkan Ventilasi Paru

Meningkatkan Oksigen Darah

Gambar : 1.5

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Sumber : Baiziad (2009) dan Tamsuri (2010).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,
sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan dalam suatu penilaian
untuk dipelajari dan memperoleh informasi sehingga dapat ditarik
kesimpulan (Notoatmodjo, 2010).
Variabel penelitian dibedakan menjadi 2 macam yaitu variabel
bebas dan variabel terikat (Dharma,2011).
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang
diantisipasi dari sebuah penelitian, hipotesis tersebut bisa didapat dari
konstruksi teori atau berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Thomas et
al,2010 dalam I ketut, 2012). Rumusan penelitian Ha : Ada pengaruh
dan Ho : Tidak ada pengaruh
C. Kerangka Konsep Penelitian
Berikut gambar dari kerangka konsep penelitian ini :
Tabel 3.1
Variabel Bebas VariabelTerikat

Teknik Relaksasi Nafas Penurunan Disminore


Dalam
Kompres Hangat

D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasy
experiment.
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Pendekatan yang digunakan pendekatan kelompok intervensi dan
kelompok control untuk membandingkan suatu nilai pada 2
kelompok yang diberi perlakuan berbeda (Notoatmodjo, 2010)
3. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer : langsung diambil oleh peneliti
b. Data sekunder : didapat tidak secara langsung dari objek
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara :
1) Pengajuan ijin kepada ketua UMKudus
2) Peneliti mengajukan iji penelitian kepada kepala sekolah
3) Peneliti melakukan survei pendahuluan
4) Peneliti mengindentifikasi sampel sesuai data yang
diperoleh
5) Peneliti menjelaskan maksud penelitian kepada responden
6) Peneliti meminta responden yang setuju
berpartisipasi untuk mengisi informed consents
7) Peneliti melakukan observasi untuk melakukan
penelitian
4. Populasi Penelitian
semua remaja SMA 2 Kudus pada bulan Juni 2019
sebanyak 16 orang.
5. Prosedur Sampel Dan Sampel Penelitian
a. Sampel
Pemilihan sampel dalam penelitian ini
menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi :
1) Kriteria inklusi
a) Remaja yang sudah menstruasi.
b) Remaja yang bersedia menjadi
responden.
2) Kriteria ekslusi
1) Remaja yang memiliki kelainan alat
reproduksi.

Untuk mendapatkan sampel digunakan rumus sebagai berikut :

n = N
1 + N(d²)
ket : n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : taraf kesalahan
n = 16
1 + 16 (0,1²)
= 16 =9
1,7

Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian


sebanyak 9 siswa

b. Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rendom sampling,
1) 3 siswa yang diberi relaksasi nafas dalam
2) 3 siswa menjadi kelompok yang diberi kompres
hangat
3) 3 siswa menjadi kelompok control
6. Definisi Operasional Variabel Penelitian Dan Skala
Pengukuran
Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Pengukur Kategori Skala


an
1 Relaksa Kegiatan observasi 1. S Nomin
si nafas menarik ebelum al
dalam nafas dilakukan
dalam, relaksasi
kemudian nafas
ditahan dan dalam
dilepaskan 2. S
kembali esudah
dilakukan
relaksasi
nafas
dalam
2 Kompre Kegiatan observasi 1. S Nomin
s hangat memberikan ebelum al
kompres dilakukan
hangat kompres
dengan hangat
menggunak 2. S
an air dalam esudah
botol suhu dilakukan
40-50ºC kompres
diarea perut hangat
bagian atas
3 Disminor Rasa sakit Skala 1. Ti ordinal
e diarea perut nyeri dak nyeri :
disebabkan Bourbanis 0
menstruasi 2. N
yeri ringan
: 1-3
3. N
yeri
sedang :
4-6
4. N
yeri berat
terkontrol
: 7-9
5. N
yeri berat
tidak
terkontrol
: 10
7. Instrumen Penelitian Dan Cara Penelitian Data Penelitian

Jenis instrumen penelitian dapat berupa: angket, checklist,


pedoman wawancara, pedoman pengamatan, alat pemeriksaan
laboratorium dan lain-lain (Saryono, 2011).

1. Standart Operasional Prosedur


a. Relaksasi nafas dalam

1) Mencari posisi yang paling nyaman

2) Pasien meletakkan lengan disamping


pasien

3) Kaki jangan di silangkan

4) Tarik napas dalam, rasakan perut dan dada


anda terangkat perlahan
5) Rileks, keluarkan napas dengan perlahan-
lahan

6) Hitung sampai 4, tarik napas pada hitungan


1 dan 2, keluarkan napas pada hitungan 3 dan 4
7.

7) Lanjutkan bernapas dengan perlahan,


rilekskan tubuh, perhatikan setiap ketegangan
pada otot.

8) Lanjutkan untuk bernapas dan rileks.

9) Konsentrasi pada wajah anda, rahang


anda, leher anda, perhatikan setiap kesulitan

10) Napas dalam kehangatan dan relaksasi


kosentrasi setiap ketegangan ditangan anda,
perhatikan bagaimana rasanya

11) Sekarang buat kepalan-kepalan tangan


yang kuat, saat anda mulai mengeluarkan napas,
relaksasikan kepala dan tangan anda.

12) Sekarang fokus pada lengan atas anda,


perhatikan setiap ketegangan, relaksasikan lengan
anda, biarkan perasaan relaksasi menyebar dari
jari-jari dan tangan anda melalui otot lengan anda.

2. Kompres hangat

a. Sebelum digunakan untuk kompres hangat, air


hangat dimasukkan terlebih dahulu ke dalam botol plastik
dan diisi penuh. Setelah didalam botol, air hangat diukur
suhunya.
b. Klien pemberian perlakuan dalam posisi tidur
terlentang, pakaian bagian bawah di buka untuk lokasi
pemberian kompres hangat.
c. Diletakkan pengalas handuk kecil pada perut
bagian bawah untuk menghindari terjadinya iritasi pada
kulit.
d. Melakukan kompres hangat selama 15-20 menit pada
klien.
1. Skala Penilaian Nyeri
Merupakan lembar observasi yang berisi skala nyeri 0 – 10.

ⁿ f
∑ ᵘ = N x 100
t = X 1−X 2

√ 1
+
n1 n2
1

t : nilai hitung
X1 : rata-rata kelompok 1
X2 : rata-rata kelompok 2

Dimana nilai S diperoileh dari :

S = √ ( n1−1 ) +( n 2−1 ) S 22
n 1+ n 2−2
√¿¿

S21 : standart deviasi kelompok 1


S22 : standart deviasi kelompok 2
N : jumlah responden
Nilai S1 dan S2 diperoleh dari rumus :


2
S = X ²−( X ) / N
N−1

Untuk menginterpresentasikan test terlebih dahulu ditentukan :

1) Nilai a
2) Df = n₂ + n₁-2

Berdasarkan rumus diatas dan pengolahan data dilakukan secara


manual, maka jika didapatkan t-hitung ≤ t-tabel, dengan df 30 dan α0,05 uji 2
pihak (2,402) maka Ho diterima (tidak berbeda secara signifikan) bila t-hitung > t-
tabel, maka Ho ditolak (berbeda secara signifikan).

b) Jika data berdistribusi tidak normal


Jika data berdistribusi tidak normal maka menggunakan Wilcoxon Signe
Rank Test adalah metode statistika non parametrik yang digunakan untuk
membandingkan perbedaan dua media, merupakan metode statistiknon
parametrik alternatif untuk paired t-test jika populasi tidak berdistribusi normal.
Data dikumpulkan berdasarkan dua sampel yang dependen.
Fungsi dan spesifikasi sama dengan Signe Test, bedanya selain untuk signifikasi
beda A dengan B juga ingin diketahui besar beda rangkingnya.
Ketentuan :
Z = T −µ ᴛ ; dimana µᴛ = n (n+1)

dan GT =
√ n ( u+1 ) (2 u+1)
24
GT 4
Kriteria pengujian :
Untuk sampel kecil
Tolak Ho jika T ≤ Tἀ terima jika sebaliknya
Untuk sampel besar
Tolak Ho jika p ≤ α, terima jika sebaliknya

9. Jadwal Penelitian
Terlampir

E. Etika penelitian
1. Informed consent (Lembar Persetujuan)
2. Anomity (tanpa nama)
3. Confidentiality

Anda mungkin juga menyukai