AKUNTANSI UMKM
“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Akuntansi”
Disusun Oleh:
i
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
2018
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini
diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa
peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia antara lain: (a) jumlahnya
yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi, (b) menyerap banyak
tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan
kerja, (c) memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan
harga terjangkau. Dalam posisi strategis tersebut, pada sisi lain UMKM
masih menghadapi banyak masalah dan hambatan dalam melaksanakan dan
mengembangkan aktivitas usahanya.
UMKM terbukti lebih tahan dalam menghadapi krisis ekonomi luar
negeri yang berimbas terhadap perekonomian Indonesia seperti krisis
subprime mortgage yang terjadi pada tahun 2008. UMKM dapat menjadi
sarana pemerataan kesejahteraan rakyat, dengan jumlahnya yang besar dan
sifatnya yang umumnya padat karya, dengan demikian UMKM mampu
menyerap tenaga kerja yang cukup signifikan. UMKM merupakan salah
satu sektor yang dapat memberikan kontribusi besar bagi perekonomian
nasional, namun sektor ini pada umumnya mengalami beberapa
permasalahan. Berdasarkan hasil penelitian kerjasama Kementerian
Koperasi dan UMKM dengan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2003 mengemukakan bahwa UMKM yang mengalami kesulitan usaha
adalah 74,47% dan sisanya 27,53% tidak ada masalah (Nugroho, 2009).
iv
Permodalan merupakan permasalahan terbesar yakni dengan porsi 51%.
Hal ini dikarenakan dari total permodalan yang dibutuhkan hanya 12,81%
yang dapat terpenuhi oleh UMKM (modal sendiri). (Budhiningsih, 2009)
Disamping adanya berbagai potensi, terdapat juga kendala yang
dihadapi UMKM khususnya kendala masalah permodalan. Adanya
anggapan bahwa UMKM bukanlah kelompok usaha yang layak untuk
menjadi nasabah perbankan dan sebaliknya bank bukanlah lembaga yang
potensial untuk menjadi sumber permodalan UMKM. (Bidang Pengkajian
Sumberdaya UKMK Kementrian Negara Koperasi dan UKM, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah akuntansi dalam UMKM ?
2. Bagaimanakah perbedaan laporan keuangan UMKM dengan
perusahaan pada umumnya ?
3. Bagaimanakah permodalan dalam akuntansi UMKM ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang laporan keuangan dalam akuntansi UMKM.
2. Untuk mengetahui tentang perbedaan laporan keuangan UMKM
dengan laporan keuangan pada umumnya.
3. Untuk mengetahui tentang permodalan dalam akuntansi UMKM.
BAB II
PEMBAHASAN
v
A. Akuntansi dalam UMKM
1. Pengertian Akuntansi
Menurut Kieso (2002), akuntansi didefinisikan secara tepat dengan
menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi: (1)
pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi
keuangan tentang (2) entitas ekonomi kepada (3) pemakai yang
berkepentingan. Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai
sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
(Warren, 2006).
Menurut Carl S. Warren, James M. Reeve dan Philip E. Fees (2006)
Akuntansi merupakan sistem informasi yang menghasilkan laporan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi
dan kondisi perusahaan. Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (2000) dalam Standar Akuntansi Keuangan terdiri dari 5
(lima) yaitu: neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan-laporan
tersebut mempunyai fungsi masing-masing yang berguna untuk
memberikan informasi mengenai posisi bisnis suatu usaha.
2. Kriteria UMKM
Bentuk UMKM dapat berupa perusahaan perseorangan, persekutuan,
seperti misalnya firma dan CV, maupun perseroan terbatas. UMKM
dapat dikategorikan menjadi tiga terutama berdasar jumlah aset dan
omzet sebagaimana tercantum di Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 tentang UMKM sebagai berikut:
a. Usaha Mikro : Usaha produktif milik perseorangan dan atau badan
usaha perseorangan yang memenuhi kriteria sebagai berikut : Aset
≤ Rp50.000.000,00. Memiliki kekayaan bersih kurang dari atau
sama dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) Omzet ≤
Rp300.000.000,00. Memiliki hasil penjualan tahunan kurang dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
b. Usaha Kecil : Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
vi
kriteria sebagai berikut : Rp50.000.000,00 < Aset ≤
Rp500.000.000,00. Memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha); atau Rp300.000.000,00 <
Omzet ≤ 2.500.000.000,00. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah).
c. Usaha Menengah: Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi
kriteria sebagai berikut: Rp500.000.000,00 < Aset ≤
Rp10.000.000.000,00 Memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk7tanah dan bangunan tempat usaha; atau
Rp2.500.000.000,00 < Omzet ≤ Rp50.000.000.000,00. Memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).7
vii
Neraca merupakan komponen laporan keuangan yang menunjukkan
posisi keuangan perusahaan pada tanggal, bulan dan tahun tertentu. Arti
dari posisi keuangan yang dimaksud adalah menggambarkan posisi jumlah
dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu
perusahaan.
viii
a. Pendapatan usaha
Pendapatan usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari siklus
usahayang dijalaninya bisa berupa hasil penjualan barang atau jasa.
Tergantung dari jenis usahanya
b. Pendapatan lain-lain
Pendapatan lain-lain dalam Usaha Mikro adalah pendapatan yang
diperoleh diluar usahanya. contohnya adalah pendapatan gaji
suami/istri dari instansi lain. Dalam penghitungan pendapatan usaha
dan pendapatan lain-lain tersebut kemudian diklasifikasikan lagi
dengan lebih terperinci, sehingga dapat diperoleh angka atau
pendapatan yang diterima setiap periode pelaporan akuntansi.
ix
perhitungan biaya hidup usaha mikro tersebut kemudian
diklasifikasikan lagi dengan terperinci. Sehingga dapat diperoleh
angka yang harus dikeluarkan setiap periode akuntansi.
ASSET PASSIVA
Ekuitas xxx
x
LAPORAN LABA/RUGI
xi
Badan Pusat Statistik . (n.d.). Retrieved from Badan Pusat Statistik:
www.bps.go.id
Budhiningsih, T. S. (2009). Kajian Kontribusi Kredit Bantuan Rakyat Dalam
Mendukung Permodalan UMKM.
xii