LAPORAN PENDAHULUAN
oleh
Nuhita Siti Rohmin, S.Kep
NIM 142311101042
Jember,.................2018
Mahasiswa
ii
DAFTAR ISI
iii
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Hemangioma adalah tumor jinak yang terjadi akibat gangguan pada perkembangan dan
pembentukan pembuluh darah dan dapat terjadi di segala organ seperti hati, limpa, otak,
tulang dan kulit (Hamzah, 2009). Hemangioma merupakan salah satu tumor endotelial
yang paling sering dijumpai terutama pada bayi dan anak-anak (Sinto, 2017).
Hemangioma merupakan kumpulan pembuluh darah kecil (kapiler) dengan densitas
abnormal yang bisa timbul di kulit maupun di organ dalam. Patogenesis hemangioma
hingga kini belum diketahui secara pasti. Hemangioma dapat menembus kulit dan
membentuk ulkus. Ulserasi yang lebih dalam dan dapat menimbulkan nyeri merupakan
masalah lain bagi penderita (Hirawati, 2013).
c) St. Granulosum
Tersusun oleh sel-sel keratinosit. Lapisan granulosum ini tampak paling jelas pada
kulit telapak tangan dan telapak kaki.
d) St. Spinosum
lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan
jembatan jembatan protoplasma. Antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus
yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-
butir melanin.
e) St. Basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum
karena paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel. Sel – sel lapisan ini
berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk silindris atau kuboid. Di
dalam sitoplasmanya terdapat sel melanosit atau pigmen, yang berfungsi untuk
memberikan warna pada kulit dan UV protection alamiah. Melanin terdapat kulit
coklat atau hitam, carotine terdapat pada kulit yellow atau orange, dan hemoglobin
terdapat pada kulit yang kemerah-merahan.
2. Dermis
Dermis terletak tepat dibawah epidermis. Jaringan ini dianggap jaringat ikat longgar dan
terdiri atas sel-sel fibroblas yang mengeluarkan protein kolagen dan elastin. terdiri dari
jaringan konektif fibrosa, selain itu banyak mengandung pembuluh darah, saraf dan
kelenjar. Dermis lebih tebal dibanding dengan epidermis. Pada lapisan ini muncul
papilare dermal ke epidermis. Bagian bawah terdapat lapisan retikuler yang melekat
dengan hipodermis. Dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan
3
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah
bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Dermis terdiri dari jaringan
ikat yang terdiri dari 2 lapisan:
a) Pars papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis dan menghasilkan sidik jari. Berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b) Pars retikulare
Bagian yang menonjol ke subkutan. Terdiri kurang lebih 80% dari tebal dermis.
Terdapat dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis yang
terdapat banyak pembuluh darah , limfe,akar rambut, kelenjar keringat dan
sebaseus.
c) Touch
Pada dermis juga terdapat saraf perasa yaitu untuk merasangsang sentuhan antara
lain :
Paccini : Tekanan
Ruffini : Panas
Meisner : Sentuhan
Krause : Dingin
penis, dan skrotum, lapisan subkutan tidak mengandung lemak. Bagian superfisial
hipodermis mengandung kelenjar keringat dan folikel rambut. Dalam lapisan
hipodermis terdapat anyaman pembuluh arteri, pembuluh vena, dan anyaman saraf yang
berjalan sejajar dengan permukaan kulit di bawah dermis. Lapisan ini mempunyai
ketebalan bervariasi dan mengikat kulit secara longgar terhadap jaringan di bawahnya.
kulit gelap. Angka kejadian juga meningkat pada bayi lahir prematur, bayi berat badan
lahir (Sinto, 2017).
D. Etiologi
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Malforasi pembuluh
darah diduga berasal dari sisa-sisa jaringan yang tidak berhasil membentuk hubungan
normal dengan sistem pembuluh darah. beberapa sumber menyebutkan kemungkinan
bahwa angiogenesis dan vaskulogenesis berperan banyak dalam proliferasi elemen
pembentuk pembuluh darah yang berlebihan. Vaskulogenesis ialah proses terjadinya
prekursor sel endotelial menjadi pembuluh darah, sedangkan angiogenesis ialah
perkembangan pembuluh darah baru dari sistem pembuluh darah yang sudah ada.
Dilaporkan bahwa progenitor sel endotelial mempunyai kontribusi terhadap terjadinya
penyebaran awal hemangioma. Cytokines, seperti Basic Fibroblast Growth Factor
(BFGF) dan Vascular EndothelialGrowth Factor (VEGF), mempunyai peranan dalam
proses angiogenesis. Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti
penurunan kadar angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis
factor–beta, dan transforming growth factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya
hemangioma (Richard, 2008 dalam Nurrahman, 2014).
E. Klasifikasi
Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler dan
hemangioma kavernosum (Kuhsner, 2005 dalam Nurrahman, 2014):
1) Hemangioma kapiler (superfisial hemangioma)
Terjadi pada kulit bagian atas. Sering terjadi pada bayi prematur dan biasanya akan
menghilang beberapa hari atau beberapa minggu kemudian. Gejalanya antara lain
tampak bercak merah yang lamakelamaan makin besar. Lama-kelamaan warnanya
menjadi merah menyala, berbatas tegas, keras pada perabaan tegang dan berbentuk
lobular. Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna didaerah sentral, lesi
menjadi kurang tegang dan lebih mendatar. Perkembangannya dimulai dengan titik
kecil pada waktu lahir, membesar cepat, dan menetap pada usia kira-kira delapan bulan.
6
Kemudian akan mengalami regresi spontan dan menjadi pucat karena fibrosis setelah
usia satu tahun.
2) Hemangioma kavernosum
Terjadi pada kulit yang lebih dalam, biasanya pada bagian dermis dan subkutis. Pada
beberapa kasus kedua jenis hemangioma ini dapat terjadi bersamaan atau disebut
hemangioma campuran. Hemangioma kavernosum ini terdiri atas jalinan pembuluh
darah yang membentuk rongga. Kelainannya berada dijaringan yang lebih dalam dari
dermis. Hemangioma kavernosum biasanya tidak memiliki batas tegas berupa benjolan
yaitu makula eritematosa atau nodus yang berwarna merah keunguan. Bila ditekan
mengempis dan menggembung kembali bila dilepas. Kelainan ini terdiri dari elemen
vaskular (pembuluh darah) yang matang. Hemangioma kavernosum kadang-kadang
terdapat pada lapisan jaringan yang dalam, pada otot atau organ dalam. Berbentuk papul
eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm
dan dapat bertangkai, mudah berdarah.
F. Patofisiologi/Patologi
Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan mengenai patofisiologi dari
hemangioma, diantaranya menyatakan bahwa proses ini diawali dengan suatu proliferasi
dari sel-sel endotelium yang belum teratur dan dengan perjalanan waktu menjadi teratur
7
dengan membentuk pembuluh darah yang berbentuk lobus dengan lumen yang berisi
sel-sel darah. Sifat pertumbuhan endotelium tersebut jinak dan memiliki membran
basalis tipis. Proliferasi tersebut akan melambat dan akhirnya berhenti. Ketika dalam
trimester terakhir dari kehamilan, di dalam fetus terbentuk endotelium immature
bersama dengan pericyte yang juga immature yang memiliki kemampuan melakukan
proliferasi terbatas dimulai pada usia 8 bulan sampai dengan 18 bulan pertama masa
kehidupan setelah dilahirkan maka pada usia demikian terbentuk hemangioma. Terdapat
hubungan antara VEGF dan Endothelial progenitor cell (EPC) yang berperan dalam
pembentukan lesi hemangioma. VEGF memiliki sifat angiogenik dan spesific mitogenic
activator untuk sel endotel, keberadaan VEGF akan memicu pengeluaran dan
pengumpulan EPC pada situs tertentu seperti pada situs pertumbuhan tumor atau
iskemia. Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar
angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor–beta, dan
transforming growth factor–beta berperan dalam proses terjadinya hemangioma (Sinto,
2017).
G. Manifestasi klinis
Hemangioma adalah tumor endotelial dengan gambaran khas yaitu perkembangan
sangat cepat, dapat mengalami regresi perlahan, dan jarang berulang. Terdapat 3
tahapan utama dalam siklus hemangioma (Sinto, 2017):
1. Fase Proliferasi
Fase ini terjadi pada usia 0-1 tahun. Marker angiogenesis yang dapat diperiksa dalam
urin seperti fibroblast growth factor dan Matrix Metalloproteinase (MMPs) akan
meningkat pada fase proliferasi hemangioma dan akan menurun pada saat hemangioma
mulai mengalami regresi. Apabila perkembangan proliferasi tumor ini lebih agresif dan
cepat daripada pertumbuhan bayi akan dijumpai permasalahan kosmetik dan fungsional
seperti ulserasi, obstruksi nasal, gangguan penglihatan hingga obstruksi jalan napas.3
Seringkali fase proliferasi ini berlangsung hingga 18 bulan. Tanda awal regresi dapat
dilihat bila dijumpai perubahan warna lesi dari warna merah terang menjadi merah
kusam dan mulai muncul warna keabuan dimulai dari sentral yang akan menyebar ke
perifer.
8
2. Fase Involusi
Fase ini terjadi pada usia 1 hingga 5 tahun. Pada fase ini proliferasi endotel mulai
menurun disertai dengan meningkatnya proses apoptosis, sehingga pada tahap ini lesi
akan tampak mengecil dan jaringan akan tampak lebih halus. Sebanyak 50% kasus
hemangioma akan tuntas pada usia 5 tahun dan 70% sisanya akan tuntas di usia 7 tahun.
3. Fase Akhir Involusi
Fase ini terjadi pada usia lebih dari 5 tahun. Pada fase ini regresi sudah sempurna.
Gambaran yang tersisa berupa pembuluh darah yang tampak samar walaupun terkadang
masih berukuran besar.
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan hemangioma antara lain (Nafianti, 2010):
1. USG
Ultrasonografi berguna untuk membedakan hemangioma dari struktur dermis yang
dalam ataupun subkutan, seperti kista atau kelenjar limfe. USG secara umum
mempunyai keterbatasan untuk mengevaluasi ukuran dan penyebaran hemangioma.
Dikatakan juga bahwa USG doppler (2 kHz) dapat digunakan untuk densitas pembuluh
darah yang tinggi (lebih dari 5 pembuluh darah/ m2) dan perubahan puncak arteri.
Pemeriksaan menggunakan alat ini merupakan pemeriksaan yang sensitif dan spesifik
untuk mengenali suatu hemangioma infantil dan membedakannya dari massa jaringan
lunak lain.
2. MRI
MRI merupakan modalitas imaging pilihan karena mampu mengetahui lokasi dan
penyebaran baik hemangioma kutan dan ekstrakutan. MRI juga dapat membantu
membedakan hemangioma yang sedang berproliferasi dari lesi vaskuler aliran tinggi
yang lain (misalnya malformasi arteriovenus). Hemangioma dalam fase involusi
memberikan gambaran seperti pada lesi vaskuler aliran rendah (misalnya malformasi
vena)
3. CT scan
Pada sentra yang tidak mempunyai fasilitas MRI, dapat merggunakan CT scan
walaupun cara ini kurang mampu menggambarkan karakteristik atau aliran darah.
9
I. Kemungkinan komplikasi
1) Perdarahan
Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi lainnya.
Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah karena
tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di bawahnya
terus tumbuh.
2) Ulkus
Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi, perdarahan, dan
sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat ruptur.
Hemangioma kavernosa yang besar dapat diikuti dengan ulserasi dan infeksi sekunder.
3) Trombositopenia
Komplikasi ini Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar.
Dahulu dikira bahwa trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata
kemudian bahwa dalam jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang
mengalami sekuesterisasi.
4) Gangguan Penglihatan
Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan dan harus lebih
sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari sumbatan pada sumbu
penglihatan (visual axis). Kebanyakan komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma
yang disebabkan tekanan tersembunyi dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang
10
Non farmakologi:
1) Laser
Terapi laser menjadi pilihan pada hemangioma superfisial karena kemampuan
intervensinya tidak lebih dari kedalaman 5 mm. Apabila lesi tetap membesar, harus
dipikirkan terapi lain. Terapi ini perlu diulang setiap 2-4 minggu (Sinto, 2017).
2) Pembedahan
Indikasi bedah eksisi ialah sebagai berikut: Hemangioma yang tumbuh secara progresif,
hemangioma yang mengalami infeksi berulang, hemangioma yang permukaannya
bergaung, sehingga ditakutkan disertai keganasan, mengganggu secara kosmetika,
hemangioma yang gagal dengan pengobatan medikamentosa, hemangioma yang
bertangkai (Nafianti, 2010).
12
K. Clinical Pathway
Faktor resiko: penurunan interferon & transforming growth B
Hemangioma
Peningkatan sel
Peningkatan ukuran endotel pembentuk Angiogenesis
tumor vaskular Dapat tumbuh dengan cepat dan
mengakibatkan kelainan jaringan
Penipisan dinding vaskuler
Pre operasi Prosedur pembedahan/eksisi di ruang OK
Resiko kekurangan
volume cairan
13
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama, apa yang menyebabkan pasien berobat atau gejala yang pertama
timbul saat pasien datang ke Rumah sakit yaitu keluhan mengenai adanya
gangguan pada sistem vaskuler.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan faktor-faktor yang melatarbelakangi atau hal-hal mempengaruhi atau
mendahului keluhan. Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan
hemangioma. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam,
nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk
mencari pengobatan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Adalah riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang
pernah di alami. Apakah sebelumnya pasien telah mengalami hemangioma
sebelumnya atau belum (hemangioma muncul kembali setelah dilakukan beberapa
terapi).
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keperawatan keluarga adalah riwayat kesehatan atau keperawatan
yang dimiliki oleh salah satu anggota keluarga, apakah ada yang menderita
penyakit yang seperti dialami pasien. Kaji apakah ada anggota keluarga yang
pernah mengalami hemangioma seperti yang dialami pasien sekarang.
14
7) Dada
Paru-paru:
Inspeksi : tidak menggunakan otot bantu nafas
Palpasi : pengembangan paru sama, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi: tidak ada suara tambahan, vesikuler
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi: s1 s2 teratur, tunggal
8) Abdomen Inspeksi : datar tidak terlihat masa
Auskultasi : peristaltik usus normal 20x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi :tympani
9) Ekstremitas Ekstremitas atas : terpasang infus, tidak terjadi gangguan fungsi
gerak pada ekstremitas atas.
Ekstremitas bawah : kaki kanan dan kiri sama, tidak ada kelainan bentuk,
gerak bebas.
10) Genetalia: penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis, inspeksi bentuk,
ukuran, kelainan pada penis/labia, kebersihan, keadaan uretra, nyeri tekan,
elastisitas, termasuk area inguinal.
Anus: area perianal, lesi, benjolan, pelebaran vena, kebersihan, colok dubur
(dinding rectum, kelenjar prostat pada laki-laki).
11) Kulit dan kuku:
Kulit: Warna kulit, tektur kulit, elastisitas/turgor, akral, kebersihan,
kelembaban, tekstur, kelainan kulit, lesi, derajat edema, nyeri tekan, termasuk
inspeksi distribusi pertumbuhan rambut. Inspeksi adanya hemangioma, ukur
berapa panjang/lebar hemangioma.
Kuku: Warna kuku, bentuk, elastisitas, lesi, tanda radang, kebersihan,
panjang/pendeknya, CRT.
16
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas (00146) berhubungan dengan stressor(tindakan pembedahan).
2. Defisiensi pengetahuan (00126) berhubungan dengan kurang informasi
tentang pembedahaan.
3. Resiko infeksi (00004), faktor resiko prosedur bedah.
4. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur bedah)
5. Resiko kekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif.
6. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) berhubungan dengan
adanya benda asing dalam jalan nafas.
7. Resiko aspirasi (00039) faktor resiko penurunan tingkat kesadaran.
8. Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan prosedur bedah.
17
C. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA