PENDAHULUAN
1
membantu dalam penanganan kasus nefrolitiasis. Dapat diketahui adanya
batu radiolusen dan dilatasi sistem duktus kolektivus. Pemeriksaan USG
pada penderita hidronefrosis mempunyai peranan penting, sebab dapat memastikan
diagnosis di atas, yang mana terlihat adanya hidronefrosis dan tanpa
hidronefrosis.5
Pengobatan dini dari gejala infeksi dan gangguan dari saluran kemih dapat
mencegah kelanjutan dari gangguan fungsi ginjal. Sumbatan yang terjadi di ureter
kiri dan kanan umumnya akan menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik,
terutama pada kasus-kasus pembesaran dari prostat. 6
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Perut dirasakan mulai membesar sejak 10 bulan yang lalu SMRS
3
2.3 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : GCS: 15, E:4, M:6, V:5
3. Tanda Vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 80 kali /menit
RR : 24 kali /menit
T : 36,6˚C
4. Kulit
Warna : sawo matang
Eflorensensi : (-)
Pigmentasi : hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
Jaringan parut/ keloid : (-)
Pertumbuhan rambut : normal
Turgor : < 2 detik (baik)
4
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas atas : ICS II linea parastenalis sinistra
Batas bawah : ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ1- BJ2 reguler, murmur (-), gallop (-)
7. Abdomen
Inspeksi : Distensi (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Tegang, nyeri ketok ginjal kanan dan kiri (-),
pemeriksaan ballotement (+), nyeri tekan epigastrium
(-)
Perkusi : Timpani di seluruh lapangan abdomen
8. Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema (-/-), CRT 2detik
Inferior : Akral hangat, edema (-/-), CRT <2 detik
5
HGB 11-16 g/dL 11.8
C. Pemeriksaan Elektrolit
Tabel 2.3 Hasil Pemeriksaan Elektrolit
Elektrolit
6
2.4.2 Ultrasonografi (USG) (20 Maret 2018)
7
2.5 Diagnosis
Hidronefrosis sinistra grade IV
2.6 Diagnosis Banding
Nefrolithiasis
Cistitis
2.7 Tatalaksana
Medikamentosa
Hidrasi : IVFD RL 20 tpm
NSAID: Ketorolac 3x1amp (30mg/ml)
Antibiotik: Ceftriaxon 1x2g
RH2 Bloker: Ranitidin 2x1amp (50mg/2ml)
Non Medikamentosa
Nefrostomy
2.8 Prognosis
- Dubia et Functionam : Dubia ad Bonam
- Dubia et Vitam : Dubia ad Bonam
8
- Dubia et Sanationam : Dubia ad Bonam
2.9 Follow-up keadaan pasien
Tabel 2.4 Follow-up keadaan pasien
Tang S O A P
gal
09/11 Perut GCS: 15 Hidronefrosis IVFD RL 20
/2018 dirasakan TD:120/70 sinistra grade IV tpm
membesar mmHg Inj. Ceftriaxon
N: 80x/menit 1x2 gr
T: 36,6oC Inj. Ranitidin
RR: 24x/menit 2x1 (IV)
Inj ketorolac
2x1 amp
10/11 Os GCS: 15 Hidronefrosis
/2018 melakukan KU: lemah sinistra grade IV
operasi TD:120/70
nefrostomy mmHg
N: 87x/menit
T: 36.5oC
RR: 24x/menit
11/11 Tidak GCS: 15 Post op Instruksi post op:
/2018 terdapat KU: lemah nefrostomy Alirkan urine
keluhan TD: 130/80
mmHg
N: 110x/menit
T: 38.5oC
RR: 30x/menit
12/11 Tidak GCS: 15 Post op hari II Klem
/2018 terdapat KU: tampak nefrostomi
keluhan sakit sedang
9
TD: 140/70 Pasang
mmHg oksigen
N: 130x/menit
T: 39oC
RR: 36x/menit
Perut sudah
tidak membesar
13/11 Tidak GCS: 15 Post op. hari III Buka klem
/2018 terdapat KU: Tampak Fe 1000 ml/hari
keluhan sakit sedang Balance cairan
TD: 120/80
mmHg
N: 80x/menit
T: 36.0oC
RR: 20x/menit
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
11
Gambar 3.2 Anatomi Ginjal
Sumber: Tortora,2009
Pembuluh darah pada ginjal dimulai dari arteri renalis sinistra yang membawa
darah dengan kandungan tinggi CO2 masuk ke ginjal melalui hilum renalis. Secara
khas, di dekat hilum renalis masing-masing arteri menjadi lima cabang arteri
segmentalis yang melintas ke segmenta renalis. Beberapa vena menyatukan darah
dari ren dan bersatu membentuk pola yang berbeda-beda, untuk membentuk vena
renalis. Vena renalis terletak ventral terhadap arteri renalis, dan vena renalis sinistra
lebih panjang, melintas ventral terhadap aorta. Masing-masing vena renalis
bermuara ke vena cava inferior. Arteri lobaris merupakan arteri yang berasal dari
arteri segmentalis di mana masing-masing arteri lobaris berada pada setiap piramis
renalis. Selanjutnya, arteri ini bercabang menjadi 2 atau 3 arteri interlobaris yang
berjalan menuju korteks di antara piramis renalis. Pada perbatasan korteks dan
medula renalis, arteri interlobaris bercabang menjadi arteri arkuata yang kemudian
menyusuri lengkungan piramis renalis. Arteri arkuata mempercabangkan arteri
interlobularis yang kemudian menjadi arteriol aferen.7
12
Gambar 3.3 Vaskularisasi Ginjal a) tampak frontal b) aliran darah ginjal
Sumber: Tortora,2009
3.1.2 Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesica urinaria. Panjangnya ±25-30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Panjang ureter sekitar 25 cm yang mengantar kemih dan turun ke bawah pada
dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar
dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara oblik.7
Lapisan dinding ureter terdiri dari:7
1. Dinding luar: jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah: lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam: lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.7
13
3.1.3 Vesica urinaria7
Vesica urinaria atau kandung kemih terletak di belakang simpisis pubis,
berfungsi menampung urin untuk sementara waktu. Vesica urinaria berbentuk
seperti buah pir dan letaknya berada di belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Vesica urinaria dapat mengembang dan mengempis. Di dorsal vesica
urinaria, pada laki-laki terdapat rectum dan pada wanita ada uterus, portio
supravaginlis dan vagina. Vesica urinaria inferior pada wanita berhadapan dengan
diafragma pelvis dan pada laki-laki berhadapan dengan prostat.
Terdapat segitiga bayangan yang terdiri atas tiga lubang yaitu dua lubang
ureter dan satu lubang uretra pada dasar kandung kemih yang disebut
trigonum/trigon. Lapisan dinding kandung kemih (dari dalam ke luar): lapisan
mukosa, submukosa, otot polos, lapisan fibrosa. Lapisan otot disebut dengan otot
detrusor. Otot longitudinal pada bagian dalam dan luar lapisan sirkular pada bagian
tengah.
Persarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang berhubungan
dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis terutama berhubungan dengan
medulla spinalis segmen S2 dan S3. Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe
persarafan lain yang penting untuk kandung kemih yaitu serat otot lurik yang
berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter ekstemus. Ini adalah serat saraf
somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Kandung
kemih juga menerima syaraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus
hipogastrikus terutama berhubungan dengan segmen L2 medulla spinalis. Serat
simpatis ini merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi
kandung kemih.
14
Gambar 3.4 Anatomi ureter dan vesica urinaria tampak depan
Sumber: Tortora,2009
15
Ginjal membantu regulasi tekanan darah dengan sekresi enzim rennin, yang
mengaktivasi jalur rennin-angiotensin-aldosteron. Peningkatan rennin
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
e) Memantau osmolaritas darah
Dengan meregulasi hilangnya air dan solute di urin, ginjal memantau
osmolaritas darah mendekati 300 miliosmol per liter (mOsm/liter).
f) Produksi hormone
Ginjal memproduksi 2 hormon. Kalsitriol, bentuk aktif dari vitamin D,
membantu regulasi homeostasis kalsium dan eritropoietin, stimulasi produksi
eritrosit.
g) Regulasi kadar glukosa darah
Ginjal mampu menggunakan asam amino glutamine dalam glukoneogenesis.
sintesis glukosa baru. ginjal juga melepaskan glukosa kedalam darah untuk
memantau kadar glukosa darah normal.
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi
kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan
air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui
glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang
sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan
keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin.8
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah
pun diubah menjadi urin.8
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.
a. Filtrasi : kapsula bowman dari badan malphigi menyaring darah dalam
glomerulus yang mengandung air, garam , gula, urea dan zat bermolekul besar
(protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrate glomerulus (urin primer).
Di dalam filtrate ni terlarut zat seperti glukosa, asam amno dan garam-garam.8
16
b. Reabsorbsi : zat dalam urin primer yang masih berguna akan direabsorbsi di
tubulus kontortus proksimal yang akan menghasilkan filtrat tubulus (urin
sekunder) dengan kadar urea tinggi.
c. Sekresi : pada tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat
lain yang tidak digunakan dan teradi reabsorbsi aktif ion Na+, dan Cl-, sekresi
H+ dan K+. lalu disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.
17
3.3 Hidronefrosis
3.3.1 Definisi dan Klasifikasi
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau
kedua ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin
mengalir balik, sehingga tekanandi ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra
atau kandung kemih, tekanan balik akanmempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika
obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya
satu ginjal saja yang rusak. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal
terhadap kandung kemih dapatmengakibatkan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelviks ginjal dan uretra yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada
parenkim ginjal.10
Klasifikasi dari hidronefrosis berdasarkan tingkat keparahannya antara lain:11
1. Derajat 0 : Tidak terdapat dilatasi, dinding kaliks
2. Derajat 1 (ringan)
a) Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks
b) Tidak atrofi pada parenkim
3. Derajat 2 (ringan)
a) Dilatasi pelvis renalis dan kaliks
b) Tidak atrofi pada parenkim
4. Derajat 3 (sedang)
a) Dilatasi sedang pelvis renalis dan kaliks
b) Forniks membulat dan papilla mendatar
c) Penipisan korteks secara ringan
5. Derajat 4 (berat)
a) Dilatasi makroskopik pelvis renalis dan kaliks, tampak seperti balon
b) Hilangnya batasan antara pelvis renalis dan kaliks
c) Atrofi renal akibat penipisan korteks
18
Gambar 3.6 Klasifikasi hidronefrosis
3.3.2 Etiologi9
Penyebab hidronefrosis:
1. Unilateral
a. Obstruksi batu ureter
b. Obstruksi pelvioureter junction
c. Obstruksi ureter akibat karsinoma sel transisional
1. Bilateral
a. Obstruksi vesica urinaria
b. BPH
c. Kanker prostat
d. Sriktur uretra
e. Detrusor sphincter dyssynergia atau disorders of sex development
f. Katup uretra posterior
g. Obstruksi ureter bilateral pada tingkat memasuki vesica urinaria
h. Kanker servikal
i. Kanker prostat.
j. Kanker rectal.
k. Neuropati vesica urinaria (trauma medulla spinalis, spina bifida).
l. Inflamasi periureter.
m. Fibrosis retroperitoneal.
n. Idiopatik.
o. Obat-obatan: methysergide, hydralazine, haloperidol, LSD, methyldopa, beta
blockers, phenacetin, amphetamines.
19
p. Zat kimia : talcum.
q. Malignansi retroperitoneal (limfoma, metastasis. Misalnya ca mammae), post
kemoterapi.
r. Infeksi (TB, Sifilis, Gonorea, ISK kronik).
s. Sarcoidosis.
t. Hidronefrosis akibat kehamilan (efek relaksan progesterone terhadap otot
polos, obstruksi ureter oleh fetus).
u. Obstruksi pelvioureter junction bilateral.
v. Batu ureter bilateral.
3.3.3 Patofisiologi
Apapun penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi baik
parsial ataupun intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal.
Sehingga menyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal
terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap maka ginjal
yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofikompensatori), akibatnya
fungsi renal terganggu.12
Pada tahap awal obstruksi, tekanan intravesica normal saat vesica urinaria
terisi dan tekanan tersebut hanya meningkat saat miksi. Saat tahap kompensasi,
otot-otot dinding vesica urinaria mengalami hipertrofi dan menebal. Sehingga
menyebabkan peningkatan resisten aliran urin dalam ureter segmen intravesica
yang bertujuan untuk mendorong aliran urin melewati obstruksi. Akibat
peningkatan resisten tersebut, terdapat tekanan balik ke ureter dan ginjal
mengakibatkan dilatasi ureter.13
Saat otot-otot polos ureter menebal untuk mendorong urin kebawah dengan
meningkatkan aktivitas peristaltic menyebabkan ureter elongasi dan berkelok-
kelok. Sehingga terbentuk jaringan tali fibrosa. Saat kontraksi, tali fibrosa ini
angulasi ureter sehingga menyebabkan obstruksi sekunder ureter.13
Akibat peningkatan tekanan yang terus menerus dinding ureter menjadi
lemah dan kehilangan kontraksinya menyebabkan dilatasi pada ureter. Pada pelvis,
20
normalnya tekanan pada pelvis renalis hampir 0. Saat tekanan pada pelvis renalis
meningkat, pelvis renalis dan kaliks berdilatasi. 13
Progresi atrofi hidronefrosis:13
1. Tahap awal perkembangan hidronefrosis tampak pada kaliks. Pada ujung
kaliks yang normal berbentuk konkaf. Akibat adanya peningkatan intrapelvik
menyebabkan fornik menumpul dan membulat. Dengan peningkatan tekanan
intrapelvik secara persiten, papilla menjadi datar dan konveks akibat
peningkatan kompresi dari atrofi iskemik. Perubahan pada parenkim ginjal
akibat kompresi atrofi dari tekanan intrapelvik dan atrofi iskemik dari
perubahan hemodinamik, yang bermanifestasi pada pembuluh darah arcuata.
2. Atrofi disebabkan oleh aliran darah ginjal. Iskemia paling sering tampak pada
area terjauh dari arteri interobularis. Karena peningkatan tekanan balik,
hidronefrosis berprogres yakni sel-sel dekat arteri utama memiliki resistensi
paling besar.
3. Peningkatan tekanan intrapevikal diteruskan hingga ke tubulus. Tubulus
berdilatasi dan sel-sel atrofi akibat iskemia.
21
Kanan atas : pelvis intrarenal, obstruksi mengirim semua tekanan kembali ke
parenkim.
Bawah : pelvis renalis, semua tekanan meningkat
3.3.4 Diagnosis
3.3.4.1 Anamnesis
Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta
lamanya penyumbatan.
a. Pasien mungkin asimptomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut
dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maka
disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri
dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal
ginjal kronik akan muncul, seperti: 9
1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2. Gagal jantung kongestif.
3. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi
4. Pruritis (gatal kulit).
5. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
8. Amenore, atrofi testikuler
b. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya akan
menyebabkan kolik renalis ( nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk
dan tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena. 9
c. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (hidronefrosis kronis), bisa tidak
menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggul). 9
d. Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis atau
karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah. 9
e. Air kemih dari 10% penderita mengandung darah9
f. Sering ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di dalam air kemih),
demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal9
22
g. Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terbentuk batu (kalkulus)9
h. Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar,
seperti mual, muntah dan nyeri perut9
i. Gejala ini kadang terjadi pada penderita anak-anak akibat cacat bawaan, dimana
sambungan ureteropelvik terlalu sempit9
j. Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan kerusakan
ginjal dan bisa terjadi gagal ginjal9
k. Penyebab obstruksi ekstrinsik (misalnya kompresi ureter akibat malignansi
retroperitoneal) biasanya memiliki onset kronik, dimana obstruksi intrinsic
(batu) seringkali ditandai nyeri hebat dengan onset tiba-tiba9
l. Jika terdapat adanya obstruksi dengan ISK,ditemukan gejala dan tanda
pielonefritis (nyeri punggung, demam) atau sepsis9
Berdasarkan lokasi penyumbatan, gejala klinis hidronefrosis berupa:
a. Traktus urinari atas (ureter dan ginjal)
Gejala yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri pada
punggung yang menyebar sepanjang aliran ureter, hematuria total makroskopi,
gejala gastrointestinal, menggigil, demam, rasa panas pada pengeluaran urin,
dan urin berawan dengan onset infeksi. pada hidronefrosis bilateral, terdapat
keluhan nausea, vomitus, penurunan berat badan dan kekuatan, pallor
dikarenakan uremia sekunder.13
b. Traktus urinari bawah (uretra dan vesica urinari)
Gejala primer adalah hesitansi saat memulai BAK, aliran BAK yang
berkurang, terminal dribbling; hematuria parsial. Pada obstruksi traktus urinari
bawah sering disebabkan oleh BPH, neurogenik vesica urinaria dan tumor vesica
urinaria.13
23
Pada perkusi ditemukan adanya nyeri ketok sudut kostovertebra pada sisi
yang terkena. Pemeriksaan rectal toucher didapatkan adanya atoni pada spingter ani
(akibat kerusakan akar saraf sacral) atau pembesaran prostat jinak dan ganas. Serta
ditemukan distensi vesica urinaria. Sedangkan pemeriksaan vagina kemungkinan
didapatkan adanya kanker serviks sebagai etiologi obstruksi saluran kemih.
24
Gambar 3.8 Gambaran radiologi hidronefrosis pada USG ginjal
Sumber: Tanogha,2008
Hidronefrosis dapat unilateral atau bilateral bergantung pada dimana lesi itu
berada. Obstruksi unilateral disebabkan oleh lesi yang berada di atas sambungan
ureter dan vesica, sedangkan obstruksi bilateral biasanya disebabkan oleh lesi distal
dari titik tersebut.
Gambaran urogram : Hidronefrosis dini memberikan gambaran kalik-kalik
yang mendatar (flattening). Perubahan ini reversibel. Hidronefrosis lanjut
memperlihatkan kalik-kalik berupa tongkat (clubbing). Pada tingkat lebih parah
lagi terjadi destruksi parenkim dan pembesaran sistem saluran kemih. Akhirnya
terjadi kantung hidronefrotik.
3.4.5 Tatalaksana12
Untuk pengobatan terhadap hidronefrosis, perlu dicari penyebab dari
penyakit ini sehingga dapat dilakukan diagnosis yang tepat dan terapi yang sesuai
untuk menghilangkan penyebab tersebut. Selain itu, pengobatan juga dilakukan
berdasarkan keluhan yang muncul, misalnya apabila terjadi infeksi dari saluran
kemih dapat diberikan antibiotik untuk mengobati infeksi, apabila terjadi nyeri
dapat diberikan obat-obatan anti-nyeri. Apabila terjadi gangguan terhadap BAK
misalnya tidak dapat atau tidak bisa BAK dapat dilakukan pemasangan kateter
untuk mengurangi gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita hidronefrosis. Dapat
juga dilakukan tindakan operatif untuk memperbaiki kelainan dari struktur terutama
25
pada anak - anak, untuk menghancurkan batu yang menyumbat, dan melebarkan
sumbatan akibat pembesaran prostat.
Apabila penyakit ini tidak diberikan terapi yang memadai maka dapat terjadi
kerusakan dari ginjal secara progresif. Fungsi dari ginjal untuk menyaring zat-zat
yang tidak diperlukan tubuh akan menurun sehingga zat - zat akan menumpuk di
dalam tubuh dan dapat menjadi berbahaya. Fungsi ginjal yang menurun tersebut
dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal dan pada keadaan terminal memerlukan
cuci darah untuk membantu membuang racun di dalam tubuh tersebut. Selain itu,
pada kondisi gagal ginjal terminal dapat juga dilakukan cangkok ginjal.
Pengobatan dini dari gejala infeksi dan gangguan dari saluran kemih dapat
mencegah kelanjutan dari gangguan fungsi ginjal. Sumbatan yang terjadi di ureter
kiri dan kanan umumnya akan menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik,
terutama pada kasus-kasus pembesaran dari prostat. Karena komplikasi yang
mungkin terjadi berupa gagal ginjal maka perlu dilakukan pencegahan agar tidak
terjadi lebih parah. Minum air minimal 8 gelas sehari dapat membantu mencegah
terjadinya infeksi dari saluran kemih dan terbentuknya batu di saluran kemih.
3.4.6 Prognosis
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya berhasil jika infeksi dapat
dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik, sedangkan prognosis untuk
hidronefrosis kronis belum bisa dipastikan.15
26
BAB IV
ANALISA KASUS
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau
kedua ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin
mengalir balik, sehingga tekanandi ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra
atau kandung kemih, tekanan balik akanmempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika
obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya
satu ginjal saja yang rusak. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal
terhadap kandung kemih dapatmengakibatkan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelviks ginjal dan uretra yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada
parenkim ginjal.
Pasien masuk ke Bangsal Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan
perut mulai membesar dan tegang sejak 10 bulan yang lalu SMRS. Pada bulan 10
November 2018, os dirawat di rumahsakit MMC. Os melakukan USG dan
didapatkan hasil massa cystic intra abdominal. Kemudian os dirujuk ke RS Raden
Mattaher, dan dilakukan CT SCAN abdomen dan didapatkan kesan kista
intraabdomen kiri ukuran 22,7 x 15,5 x 30,4 dan ginjal kiri tampak tak berbentuk.
BAB normal dan makan normal.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan bahwa nyeri ketok CVA (-), nyeri tekan
suprapubik (+), ballottement (+). Pada pemeriksaan laboratorium, WBC: 5,22 x 109
/L, HGB : 11,8 g/dl, PLT: 287 x 109 /L. Pemeriksaan USG menunjukkan
hidronefrosis sinistra grade IV.
Pasien didiagnosa mengalami hidronefrosis sinistra grade IV. Terapi yang
diberikan pada pasien ini yaitu hidrasi :infus RL, diberikan analgesik
sebagai penghilang rasa nyeri yaitu golongan NSAID: ketorolac IV, diberikan
antibiotik ceftriaxon, dan golongan RH2 Bloker ranitidin untuk
menghilangkan mual akibat nyeri kolik. Tindakan yang dilakukan adalah
nefrostomy.
27
BAB V
KESIMPULAN
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau
kedua ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin
mengalir balik, sehingga tekanandi ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra
atau kandung kemih, tekanan balik akanmempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika
obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya
satu ginjal saja yang rusak. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal
terhadap kandung kemih dapatmengakibatkan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelviks ginjal dan uretra yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada
parenkim ginjal.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada
penderita ini mengarah pada diagnosis hidronefrosis sinistra grade IV . Terapi yang
diberikan pada pasien ini yaitu hidrasi :infus RL, diberikan analgesik
sebagai penghilang rasa nyeri yaitu golongan NSAID: ketorolac IV, diberikan
antibiotik ceftriaxon, dan golongan RH2 Bloker ranitidin untuk
menghilangkan mual akibat nyeri kolik dan tindakan yang dilakukan adalah
nefrostomy
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC
2. Depkes. 2008. Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta.
3.Purnomo,B.B.,2011.Dasar-dasarUrologi.Edisike3,CV.SagungSeto, Jakarta.
4. Rahmani, Asri Kurnia. 2010. Gambaran Hidronefrosis Hidroureter pada
USG.www. fkumyecase.net.com. 20 Maret 2011.
5. Sudoyo, et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Vol.1. Jakarta: FKUI
6. Sukandar, Enday. 2006. Nefrologi Klinik. Edisi III. Bandung: FKUNPAD.
7. Tortora GJ&Bryan D. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed.
USA:John Wiley & Sons;2009. P.1023,1090.
8. Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007
Reynard J, Simon B, & Suzanne B. Oxford Handbook of Urology. 3rd Ed. China:
C&C Offset Printing;2013. P.495,4009.
9. Nahdi T. Nefrolithiasis dan Hidronefrosis Sinistra dengan Infeksi Saluran Kemih
Atas. Jurnal Kedokteran Medula (Universitas Lampung). 2013;1(4):45-46
10.Namdev R. Hydronephrosis. Cited by 13 April 2018. Available from:
https://radiopaedia.org/articles/hydronephrosis-grading-1
11.Alwi I, Simon S, Rudy H, Juferdy K, Dicky L. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam Panduan Praktis Klinis. Jakarta: Interna Publishing; 2015.
12.Tanagho EA & Jack WM. Smith's General Urology. 17th ed. New york:Mc Graw
Hill,2008;Hal. 166, 170, 261
13.Lusaya DG. Hydronephrosis and Hydroureter. 09 Oct 2017 [cited by 14 april
2018]. Available from:https://emedicine.medscape.com/article/436259-clinical
14.Tanagho EA & Jack WM. Smith's General Urology. 17th ed. New york:Mc Graw
Hill,2008;Hal. 166, 170, 261
15.Sudoyo, W, Setiohadi, B, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
I, Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006
29